Anda di halaman 1dari 93

i

KARYA TULIS ILMIAH

TINGKAT PENGETAHUAN IBU YANG MEMILIKI BALITA USIA 1-2


TAHUN TENTANG PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK
(PMBA) DI WILAYAH KERJA PUSTU PAHANDUT SEBERANG
PALANGKA RAYA 2016

(PENELITIAN DESKRIPTIF)

Oleh:
NOVIA CRISTI
NIM: 2012. A.03.314

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN
TAHUN AJARAN2015/2016
KARYA TULIS ILMIAH
TINGKAT PENGETAHUAN IBU YANG MEMILIKI BALITA USIA 1-2
TAHUN TENTANG PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK
(PMBA) DI WILAYAH KERJA PUSTU PAHANDUT SEBERANG
PALANGKA RAYA 2016

(PENELITIAN DESKRIPTIF)

Dibuat sebagai syarat untuk menempuh ujian sidang Karya Tulis Ilmiah dan
melanjutkan Sekolah penelitian pada Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Eka HarapPalangka Raya

Oleh:
NOVIA CRISTI
NIM: 2012. A.03.314

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN
TAHUN AJARAN2015/2016

i
SURAT PERNYATAAN

Saya bersumpah bahwa Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya sendiri dan

belum pernah dikumpulkan oleh orang lain untuk memperoleh gelar dari

berbagai jenjang pendidikan di peguruan tinggi manapun

Palangka Raya,Agustus2016

Yang menyatakan

NOVIA CRISTI

ii
SURAT PERNYATAAN

KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH DAN BEBAS PLAGIASI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : NOVIA CRISTI
NIM : 2012.A.03.314
Program Studi : D-III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap
Palangka Raya
Judul KTI : Tingkat Pengetahuan Ibu Yang Memiliki Balita Usia 1-2
Tahun Tentang Pemberian Makan Pada Bayi Dan Anak
(PMBA) Diwilayah Kerja Pustu Pahandut Seberang
Palangka Raya 2016.

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah tersebut


secara keseluruhan adalah murni karya saya sendiri, bukan dibuatkan oleh
orang lain, baik sebagian maupun keseluruhan, bukan plagiasi sebagian atau
keseluruhan dari karya tulis orang lain, kecuali pada bagian-bagian yang
dirujuk sebagai sumber pustaka sesuai dengan aturan penulisan yang berlaku.
Apabila di kemudian hari di dapatkan bukti bahwa karya tulis saya
tersebut merupakan hasil karya orang lain, dibuatkan oleh orang lain baik
sebagian maupun keseluruhan dan/atau plagiasi karya tulis orang lain, saya
sanggup menerima sanksi peninjauan kembali kelulusan saya, pembatalan
kelulusan, pembatalan dan penarikan ijazah saya.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sungguh-sungguh dan tanpa
paksaan dari pihak manapun. Atas perhatiannya disampaikan terima kasih.

Palangka Raya, 03 Agustus 2016


Mahasiswa

(NOVIA CRISTI)

iii
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul : Tingkat Pengetahuan Ibu Yang Memiliki Balita Usia 1-2 Tahun
Tentang Pemberian Makan Pada Bayi Dan Anak (PMBA) Di Wilayah
Kerja Pustu Pahandut Seberang Palangka Raya 2016.

Nama : NOVIA CRISTI

Nim : 2012. A.03.314

Karya Tulis Ilmiahini telah disetujui untuk diuji

Tanggal, 03Agustus 2016

Oleh :

Pembimbing

Lensi Natalia Tambunan, SST, M.Kes

iv
PENETAPAN PANITIAN PENGUJI KARYA TULIS ILMIAH

Judul : Tingkat Pengetahuan Ibu Yang Memiliki Balita Usia 1-2 Tahun
Tentang Pemberian Makan Pada Bayi Dan Anak (PMBA) Di Wilayah
Kerja Pustu Pahandut Seberang Palangka Raya 2016.

Nama : NOVIA CRISTI

NIM : 2012. A.03.314

Karya Tulis Ilmiahini Telah Diuji dan Disetujui Oleh Tim Penguji

Pada tanggal, 05 Agustus 2016

PANITIA PENGUJI

Ketua :Amalia Mustikawati, SST ( )

Anggota : Lensi Natalia Tambunan, SST,M.Kes ( )

Mengetahui
Ketua Program Studi DIII Kebidanan

(Rizki Muji Lestari, SST,M.Kes)

v
PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH

Judul : Tingkat Pengetahuan Ibu Yang Memiliki Balita Usia 1-2 Tahun
Tentang Pemberian Makan Pada Bayi Dan Anak (PMBA) Di Wilayah
Kerja Pustu Pahandut Seberang Palangka Raya 2016.

Nama : NOVIA CRISTI

NIM : 2012. A.03.314

Karya Tulis Ilmiahini Telah Diuji dan Disetujui Oleh Tim Penguji
Pada tanggal, 05 Agustus 2016

PANITIA PENGUJI

Ketua : Amalia Mustikawati, SST ( )

Anggota : Lensi Natalia Tambunan, SST,M.Kes ( )

Mengetahui,

Ketua STIKes Ketua Program Studi


DIII Kebidanan

(Dra.Mariaty Darmawan, MM) (Rizki Muji Lestari, SST,M.Kes)

vi
MOTTO

Bertahanlah!
Tidak ada badai yang tidak berlalu.

vii
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas

berkat dan anugerah-Nya lah sehingga peneliti dapat meneyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah yang berjudul Tingkat Pengetahuan Ibu Yang Memiliki Balita Tentang

Pemberian Makan Pada Bayi Dan Anak (PMBA) Di Wilayah Kerja Pustu

Pahandut Seberang Palangka Raya 2016 dengan tepat pada waktunya. Pada

kesempatan ini peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Dra. Mariaty Darmawan, MM selaku Ketua STIKES Eka Harap Palangka

Raya yang telah memberikan ijin penelitian.

2. Rizki Muji Lestari, SST, M. Kes selaku Ketua Prodi D III Kebidanan di

STIKES Eka Harap Palangka Raya yang telah memberikan ijin penelitian.

3. Lensi Natalia Tambunan, SST, M.Kes sebagai Pembimbing yang telah

banyak memberikan masukan dan saran dalam upaya perbaikan penyusunan

Karya Tulis Ilmiah.

4. Amalia Mustikawati, SST selaku dosen penguji yang telah menguji saya saat

ujian Karya Tulis Ilmiah di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap

Palangka Raya.

5. Kepala Puskesmas Pahandut Kota Palangka Raya yang telah memberikan ijin

untuk melakukan penelitian di Puskesmas pahandut Kota Palangka Raya.

6. Kepada pihak Pustu Pahandut Seberang Palangka Raya yang bersedia dengan

senang hati membantu dalam proses penelitian.

viii
7. Kedua orang tua, adik saya, serta keluarga dan sahabat-sahabat saya yang

tercinta yang selama ini telah memberikan dukungan, dan motivasi baik moril

maupun material serta doanya.

Peneliti menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul

Tingkat Pengetahuan Ibu yang memiliki balita usia 1-2 tahun tentang pemberian

makan pada bayi dan anak (PMBA) di wilayah kerja Pustu Pahandut seberang ini

belum sempurna, sehingga peneliti mengharapkan kritik dan saran untuk

kesempurnaan di masa mendatang.

Palangka Raya, 03 Agustus 2016

peneliti

ix
HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini ku persembahkan untuk :

 Yesus Kristusatas penyertaanNya yang sungguh luar biasa selalu memberi


kekuatan, hikmat, kepintaran, serta pertolongan sehingga saya bisa
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
 Mamah dan Papah yang selalu memberikan dukungan untuk saya baik
berupa nasehat dan doa, serta selalu sabar dalam menghadapi segala
tingkah laku saya, dan juga buat adik- adik saya yang selalu memberikan
dukungan kepada saya. Terima kasih untuk semuaya.
 Terima kasih untuk “Ifan Jon Rusadi” yang selama ini selalu membantu
dan selalu memberikan semangat setiap saat.
 Terima kasih untuksahabat-sahabatku dan teman-teman D III Kebidanan
angkatan III yang selalu memdukung dan memberi motivasi yang tulus
setiap saat.
 Wali kelas, Dosen pembimbing akademik, Dosen pembimbing PKK,
Pembimbing lahan praktik, Dosen pembimbing Proposal dan KTI, Yaitu
ibu Lensi Natalia Tambunan, SST,M.Kes yang selalu membimbing saya
dengan penuh kesabaran, dan seluruh Dosen DIII Kebidanan serta tenaga
kesehatan di Pustu Pahandut seberang Palangka Raya. Terima Kasih

x
INTISARI

TINGKAT PENGETAHUAN IBU YANG MEMILIKI BALITA USIA 1-2


TAHUN TENTANG PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK
(PMBA) DIWILAYAH KERJA PUSTU PAHANDUT SEBERANG
PALANGKA RAYA 2016

Oleh : Novia Cristi

Latar Belakang : Pemberian Makan pada Bayi dan Anak (PMBA) adalah proses
berawal ketika ASI saja tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi dan
oleh karena itu, cairan dan makanan lain diperlukan, seiring dengan
ASI.Pemberian makan yang tidak tepat pada balita mengakibatkan cukup banyak
balita yang menderita kurang gizi. Dampak tersebut berkaitan dengan praktek
pemberian makan yang tidak tepat pada bayi dan anak. Tujuan penelitian ini
adalah untuk : Mengetahui tingkat pengetahuan Ibu yang memiliki balita usia 1-2
tahun tentang pemberian makanan pada bayi dan anak (PMBA).
Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif,
lokasi penelitian di wilayah kerja Pustu Pahandut Seberang Palangka
Raya,populasi penelitian ini yaitu semua Ibu yang memiliki bayi dan anak usia 1-
2 tahun yang berkunjung ke Pustu Pahandut Seberang pada bulan Juni 2016 yang
berjumlah 43 orang, teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling
sehingga diambil seluruh dari populasi. pengumpulan data menggunakan
kuesioner, analisa data menggunakan editing, coding, scoring, tabulating serta
penyajian data disajikan dalam bentuk diagram prosentase.
Hasil Penelitian : Hasil penelitian didapatkan bahwa mayoritas responden
memiliki pekerjaan IRT sebesar 65%, umur 20-35 tahun sebesar 55%, pendidikan
SMA sebesar 47%, dan sumber informasi dari petugas kesehatan (35%), dan yang
memiliki pengetahuan kurang sebesar 68%, cukup 23% dan baik 9%. Hal ini
dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Saran : Diharapkan tenaga kesehatan dapat memberikan informasi yang lebih
dalam lagi sehingga ibu-ibu yang memiliki balita mempunyai pengetahuan yang
lebih luas dan dalam lagi terutama tentang PMBA.

Kata Kunci : Tingkat Pengetahuan, Ibu yang memiliki Balita, PMBA


Kepustakaan : 27 Literatur (2002-2014

xi
ABSTRACT

Feeding in Infants and Children is a process started when breast milk alone is
no longer sufficient to meet the needs of the baby, for that liquids and other
foods needed, along with breast milk

Oleh : Novia Cristi

Feeding in Infants and Children is a process started when breast milk alone
is no longer sufficient to meet the needs of the baby, for that liquids and other
foods needed, along with breast milk. Improper feeding in infants resulted in quite
a lot of children under five were malnourished. The impact related to feeding
practices that are not appropriate in infants adn children. The purpose of this
study was to: knowing the level of knowledge mother who have childrean ages 1-2
years of feeding in infants and children.

This researceh sites in the region of sub pahandut seberang palangka raya,
the population of this research that all mother with babies and children aged 1-2
years who visited the sub pahandut seberang in june 2016 that totaled 43 poeple,
engineering sampling so that the whole of the population is taken. Collection
using questionnaires, analysis using the editing, coding, scoring, tabulating, adnd
presenting the presented in chart form percentage.

The result showed that the levels of knowledge less as much as 29


respondents (68%), the level of knowledge pretty much as 10 respondents (23%),
and a good knowledge of as many as 4 respondents (9%).

It is caused by several factors. It is expected that public figure or head of


the neighborhood that is in place to ask the health workers or health centers in
order to provide information specifically about feeding in infants and children to
mothers who have children in the working area.

Keywords: level of knowledge, the mother of a toddler, PMBA

xii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL DEPAN
HALAMAN SAMPUL DALAM................................................................... i
SURAT PERNYATAAN................................................................................ ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH DAN
BEBAS PLAGIASI......................................................................................... iii
LEMBARPERSETUJUAN............................................................................ iv
PENETAPANPANITIANPENGUJIKARYATULISILMIAH.................. v
PENGESAHANKARYATULISILMIAH.................................................... vi
MOTTO........................................................................................................... vii
KATAPENGANTAR..................................................................................... viii
HALAMANPERSEMBAHAN...................................................................... x
INTISARI........................................................................................................ xi
ABSTRACT..................................................................................................... xii
DAFTARISI.................................................................................................... xiii
DAFTARTABEL............................................................................................ xvi
DAFTARGAMBAR....................................................................................... xvii
DAFTARDIAGRAM...................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................. 4
1.3.1 Tujuan Umum.......................................................................................
4
1.3.2 Tujuan Khusus......................................................................................
4
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................ 5
1.4.1 Teoritis..................................................................................................
5
1.4.2 Praktis...................................................................................................
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 6
1.1 Konsep Dasar Pengetahuan................................................................... 6
1.1.1 Pengertian Pengetahuan........................................................................
6
1.1.2 Tingkat Pengetahuan.............................................................................
6

xiii
xiv

1.1.3 Cara-Cara Memperoleh Pengetahuan...................................................


8
1.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan.................................
10
1.1.5 Pengukuran Pengetahuan......................................................................
13
1.2 Konsep Dasar Balita............................................................................. 14
1.2.1 Pengertian Balita...................................................................................
14
1.2.2 Karakteristik Balita...............................................................................
14
1.2.3 Tumbuh Kembang Balita......................................................................
15
1.2.4 Kebutuhan Utama Proses Tumbuh Kembang.......................................
19
1.3 Gizi Pada Balita.................................................................................... 21
1.3.1 Karbohidrat...........................................................................................
23
1.3.2 Lemak...................................................................................................
23
1.3.3 Protein...................................................................................................
23
1.3.4 Vitamin.................................................................................................
24
1.3.5 Mineral..................................................................................................
24
1.4 Air dan Serat Makanan......................................................................... 25
1.4.1 Energi....................................................................................................
26
1.4.2 Protein...................................................................................................
26
1.4.3 Mineral dan vitamin..............................................................................
26
1.5 Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA)......................................... 27
1.5.1 Pengertian Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA).......................
27
1.5.2 Manfaat Pemberian Makan Bayi dan Anak..........................................
29
1.5.3 Tujuan Pemberian Makan Bayi dan Anak............................................
31
1.5.4 Cara Pemberian Makan Bayi dan Anak................................................
34
1.6 Kerangka Konsep.................................................................................. 36
BAB III METODE PENELITIAN................................................................ 37
3.1 Desain Penelitian.................................................................................. 37
3.2 Kerangka Kerja..................................................................................... 37
3.3 Identifikasi variabel.............................................................................. 39
3.3.1 Variabel Independen (variabel bebas)..................................................
39
3.4 DefinisiOperasional.............................................................................. 40
3.5 Populasi, Sampel dan Sampling............................................................ 41
3.5.1 Populasi.................................................................................................
41
3.5.2 Sampel...................................................................................................
41

xv
xvi

3.5.3 Kriteria Sampel :...................................................................................


41
3.5.4 Sampling...............................................................................................
42
3.6 Pengumpulan Data dan Analisa Data................................................... 42
3.6.1 Pengumpulan Data................................................................................
42
3.6.2. Analisa Data..........................................................................................
43
3.7 Keterbatasan.......................................................................................... 45
3.8 Etika Penulisan...................................................................................... 45
3.8.1 Informed Consent..................................................................................
45
3.8.2 Tanpa Nama (Anonimity)......................................................................
45
3.8.3 Kerahasiaan (confidentiality)................................................................
45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 46
4.1. Hasil Penelitian..................................................................................... 46
4.1.1 Karakteristik Lokasi Penelitian.............................................................
47
4.1.2 Data Umum...........................................................................................
47
4.1.3 Data Khusus..........................................................................................
50
4.2. Pembahasan........................................................................................... 53
4.2.1. Tingkat pengetahuan Ibu yang memiliki balita usia 1-2 tahun tentang
pengertian Pemberian Makan Pada Bayi dan Anak (PMBA)...............
53
4.2.2. Tingkat pengetahuan Ibu yang memiliki balita usia 1-2 tahun tentang
manfaat Pemberian Makan Pada Bayi dan Anak (PMBA)...................
55
4.2.3. Tingkat pengetahuan Ibu yang memiliki balita usia 1-2 tahun tentang
tujuan Pemberian Makan Pada Bayi dan Anak (PMBA)......................
56
4.2.4. Tingkat pengetahuan Ibu yang memiliki balita usia 1-2 tahun tentang
cara Pemberian Makan Pada Bayi dan Anak (PMBA).........................
57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 59
5.1 Kesimpulan........................................................................................... 59
5.2 Saran..................................................................................................... 60
5.2.1 Bagi Tempat Penelitian.........................................................................
61
5.2.2 Bagi Ibu yang memiliki balita...............................................................
61
5.2.3 Bagi Tenaga Kesehatan.........................................................................
61
5.2.4 Bagi Instansi Pendidikan.......................................................................
61
5.2.5 Bagi Peneliti Selanjutnya......................................................................
61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

xvii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Defnisi operasional Tingkat Pengetahuan Ibu Yang Memiliki


Balita Tentang Pemberian Makanan Pada Bayi Dan Anak
(PMBA) Di Wilayah Kerja Pustu Pahandut Seberang Palangka
Raya..................................................................................................40

xviii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Tingkat Pengetahuan Ibu Yang Memiliki


Balita Tentang Pemberian Makan Pada Bayi dan Anak..................36

Gambar 3.1 Kerangka Kerja “Tingkat Pengetahuan Ibu Yang Memiliki


Balita Tentang Pemberian Makan Pada Bayi Dan Anak
(PMBA) Di Wilayah Kerja Pustu Pahandut Seberang Palangka
Raya 2016”.......................................................................................38

xix
DAFTAR DIAGRAM
Halaman

Diagram 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur di wilayah kerja


Pustu Pahandut Seberang Tahun 2016.............................................47

Diagram 4.2 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan di wilayah


kerja Pustu Pahandut Seberang Tahun 2016....................................48

Diagram 4.3 Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan di wilayah


kerja Pustu Pahandut Seberang Tahun 2016....................................49

Diagram 4.4 Distribusi responden berdasarkan sumber informasi di wilayah


kerja Pustu Pahandut Seberang Tahun 2016

Diagram 4.5 Karakteristik responden berdasarkan sumber informasi di


wilayah kerja Pustu Pahandut Seberang Tahun 2016.......................50

Diagram 4.6 Diagram pietingkat pengetahuan Ibu yang memiliki balita usia
1-2 tahun tentang pengertian Pemberian Makan Pada Bayi dan
Anak (PMBA) di wilayah kerja Pustu Pahandut Seberang
Tahun 2016.......................................................................................51

Diagram 4.7 Diagram pietingkat pengetahuan Ibu yang memiliki balita usia
1-2 tahun tentang manfaat Pemberian Makan Pada Bayi dan
Anak (PMBA) di wilayah kerja Pustu Pahandut Seberang
Tahun 2016.......................................................................................51

Diagram 4.8 Diagram pietingkat pengetahuan Ibu yang memiliki balita usia
1-2 tahun tentang tujuan Pemberian Makan Pada Bayi dan
Anak (PMBA) di wilayah kerja Pustu Pahandut Seberang
Tahun 2016.......................................................................................52

Diagram 4.9 Diagram pietingkat pengetahuan Ibu yang memiliki balita usia
1-2 tahun tentang cara Pemberian Makan Pada Bayi dan Anak
(PMBA) di wilayah kerja Pustu Pahandut Seberang Tahun
2016..................................................................................................53

xx
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Ijin melakukan penelitian dari STIKes Eka Harap Palangka
Raya
Lampiran 2 : Surat balasan ijin melakukan penelitian dari Badan Penelitian Dan
Pengembangan Daerah
Lampiran 3 : Surat balasan ijin melakukan penelitian dari Dinas Kesehatan Kota
Palangka Raya Ke Puskesmas Pahandut Palangka Raya
Lampiran 4 : Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 5 : Infoormed Consent
Lampiran 6 : Kuesioner Penelitian
Lampiran 7 : Kisi-kisi Kuesioner
Lampiran 8 : Kunci Jawaban
Lampiran 9 : Tabulasi Data
Lampiran 10 : Lembar Konsultasi
Lampiran 11 : Riwayat Hidup Peneliti

xxi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA) sesuai standar emas yaitu

Inisiasi Menyusu Dini (IMD), ASI Eksklusif, MP-ASI dan ASI sampai dengan

2 tahun atau lebih.Pemberian makan yang baik sejak lahir hingga usia dua

tahun merupakan salah satu upaya mendasar untuk menjamin pencapaian

kualitas tumbuh kembang (depkes.go.id). Fenomena yang terjadi di

masyarakat bahwa ibu-ibu tidak memberikan ASI secara Eksklusif tetapi lebih

memilih memberikan susu formula atau makanan tambahan pada bayi kurang

dari enam bulan. Karena masih banyak ibu-ibu yang belum mengetahui

manfaat pemberian ASI secara Eksklusif. Sebagian ibu menganggap bahwa

dengan memberikan makanan tambahan akan memenuhi kebutuhan gizi bayi

dan bayi tidak akan merasa kelaparan. Hal ini berbahaya dilihat dari sistem

pencernaan bayi belum sanggup mencerna atau menghancurkan makanan

secara sempurna.

Makanan sehat bayi yang sudah menginjak usia satu tahun, pada

dasarnya ia sudah boleh mengkonsumsi makanan menu padat yang hampir

mirip dengan orang dewasa, hanya saja pada masa ini tetap harus dibatasi dan

diperhatikan dengan baik beberapa zat yang tidak diperbolehkan untuk di

konsumsi bayi usia 1 – 2 tahun misalnya , makanan yang mengandung

pengawet, pewarna buatan, pemanis buatan, pelezat makanan, garam berlebih,

gula berlebih, dan jenis makanan yang pedas.Namun untuk jenis makanan

1
2

padat sehat, seperti nasi putih, ubi jalar, kentang rebus, dan jagung manis,

maka ini diperbolehkan, bahkan di anjurkan untuk melatih adaptasi indra

perasa sekaligus membantu memenuhi kebutuhan karbohidrat.Untuk bayi usia

di atas 1 tahun, maka sudah dibolehkan mengkonsumsi makanan hasil laut,

seperti udang, cumi-cumi, dan kerang-kerangan. Namun harus tetap di ingat,

jika ada dari salah satu orang tua, ayah atau ibu memiliki alergi terhadap jenis

makanan laut tadi, maka untuk lebih berhati-hati jangan berikan pada bayi

(duniaanak.org).

Menurut World  Health Organization (WHO) / United Nations

Children’s Fund (UNICEF), lebih dari 50 %  kematian anak balita terkait

dengan keadaan kurang gizi, dan dua pertiga diantara kematian tersebut terkait

dengan praktik pemberian makan yang kurang tepat pada bayi dan anak,

seperti tidak dilakukan inisiasi menyusu dini dalam satu jam pertama setelah

lahir dan pemberian MP-ASI yang terlalu cepat atau terlambat diberikan.

Keadaan ini akan membuat daya tahan tubuh lemah, sering sakit dan gagal

tumbuh.  Oleh karena itu upaya mengatasi masalah kekurangan gizi pada bayi

dan anak balita melalui pemberian makanan bayi dan anak yang baik dan

benar, menjadi agenda penting demi menyelamatkan generasi masa

depan(depkes.go.id). Di Negara-negara dimana prevalensi balita pendek atau

stunting masih tinggi dan kerawanan pangan cukup tinggi. Pendek (stunting)

adalah anak dengan tinggi badan yang tidak sesuai dengan usianya. Stunting

terjadi akibat kekurangan gizi berulang dalam waktu yang lama, pada saat

janin hingga anak usia 2 tahun.


3

Di Indonesia Jumlah balita gizi buruk dan kurang menurut hasil

Riskesdas 2013 masih sebesar 19,6 % (bandingkan dengan target RPJMN

sebesar 15 % pada tahun 2014) dan terjadi peningkatan dibandingkan tahun

2010 (INFODATIN, 2013 : 1). Berdasarkan data Riskesdas dan laporan rutin

tahun 2013 di Indonesia ialah dari 23.708.844 balita, balita dengan gizi buruk

dan kurang sebesar 19,6 % atau berjumlah 4.646.933 balita. Untuk perkiraan

selisih balita gizi buruk dan kurang diperkirakan masih ada 4,5 juta balita

dengan gizi buruk dan gizi kurang yang belum terditeksi. Khususnya di

Kalimantan Tengah, dari 245.088 balita, balita dengan gizi buruk dan kurang

sebesar 23,3 % atau berjumlah 57.106 balita (INFODATIN, 2013 : 2).

Dari survey pendahuluan yang dilakukan pada bulan April 2016 di Pustu

Pahandut Seberang, jumlah Ibu yang memiliki balita usia 1 – 2 tahun

berjumlah 43 orang dan diambil 10 orang Ibu sebagai study pendahuluan,

maka didapatkan 3 orang Ibu yang mengetahui tentang Pemberian Makan

Pada Bayi dan Anak (PMBA), sedangkan 7 orang Ibu kurang mengetahui

tentang Pemberian Makan Pada Bayi dan Anak (PMBA).

Pemberian makan yang tidak tepat pada balita mengakibatkan cukup

banyak balita yang menderita kurang gizi. Kejadian gagal tumbuh atau growth

faltering pada anak Indonesia mulai terjadi pada usia 6 bulan ketika bayi

diberikan makanan tambahan. Kekurangan gizi juga memberikan dampak

pada balita. Dampak tersebut berkaitan dengan prakter pemberian makan yang

tidak tepat pada bayi dan anak.

Pencegahannya adalah dengan cara memperhatikan empat hal penting

yang harus dilakukan yaitu pertama memberikan Air Susu Ibu kepada bayi
4

segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, kedua memberikan hanya Air

Susu Ibu (ASI) saja atau pemberian ASI secara Eksklusif sejak lahir sampai

bayi berusia 6 bulan, ketiga memberikan makanan pendamping Air Susu Ibu

(MP-ASI)sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan. Dan keempat

meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Tingkat Pengetahuan Ibu Yang Memiliki Balita Usia

1-2 Tahun Tentang Pemberian Makan Pada Bayi Dan Anak (PMBA)

DiWilayah Kerja Pustu Pahandut Seberang Palangka Raya Tahun 2016”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah

penelitian bagaimana “Tingkat Pengetahuan Ibu Yang Memiliki Balita Usia 1-

2 Tahun Tentang Pemberian Makan Pada Bayi Dan Anak (PMBA) DiWilayah

Kerja Pustu Pahandut Seberang Palangka Raya Tahun 2016?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui tingkat pengetahuan Ibu yang memiliki balita tentang

pemberian makanan pada bayi dan anak (PMBA).

1.3.2 Tujuan Khusus

1) Mengetahui tingkat pengetahuan ibu yang memiliki balita usia 1-2 tahun

tentang pengertian pemberian makan pada bayi dan anak (PMBA).

2) Mengetahui tingkat pengetahuan ibu yang memiliki balita usia 1-2

tahun tentang manfaat pemberian makan pada bayi dan anak (PMBA).
5

3) Mengetahui tingkat pengetahuan ibu yang memiliki balita usia 1-2

tahun tentang tujuan pemberian makan pada bayi dan anak (PMBA).

4) Mengetahui tingkat pengetahuan ibu yang memiliki balita usia 1-2

tahun tentang carapemberian makan pada bayi dan anak (PMBA).

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Teoritis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan menambah ilmu

pengetahuan dan memperkuat teori tentang pemberian makan pada bayi dan

anak (PMBA).

1.4.2 Praktis

1.4.2.1 Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan memperoleh pengalaman yang nyata dan

berharga yang dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam

melaksanakan penelitian selanjutnya. Khususnya pengetahuan ibu tentang

pemberian makanan pada bayi dan anak (PMBA).

1.4.2.2 Bagi Tempat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pada

puskesmas dan pustu diwilayah Pahandut Seberang mengenai pengetahuan

Ibu yang memiliki balita tentang PMBA

1.4.2.3 Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi perpustakaan

tentang tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian makanan pada bayi

dan anak (PMBA), khususnya mahasiswi D3 Kebidanan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Konsep Dasar Pengetahuan

1.1.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan (Knowledge) merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi

setelah orang melakukan penginderaan, terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010:50).

Pengetahuan(Knowledge) merupakan hasil mengingat suatu hal,

termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara

sengaja maupun tidak sengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan

kontak atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu (Wahit, 2007:28).

1.1.2 Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan seseorang secara rinci terdiri dari enam

tingkatan, yaitu :

1.1.2.1 Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya termasuk mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang

spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah

diterima. Tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah.

6
7

1.1.2.2 Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan

materi secara benar. Orang telah paham terhadap objek atau materi yang

harus dapat dijelaskan, menyebutkan contoh,menyimpulkan,meramalkan,

dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

1.1.2.3 Aplikasi (Aplication)

Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya) ialah dapat

menggunakan rumus-rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam situasi

yang lain, misalnya dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan

masalah kesehatan dari kasus yang telah diberikan.

1.1.2.4 Analisis (Analysis)

Adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

didalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu dengan

yang lain.Kemampuan analisis dapat dilihat daripenggunaan kata kerja

seperti dapat menggunakandanmenggambarkan, membedakan,

memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

1.1.2.5 Sintesis (Synthesis)

Menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun suatu

formasi-formasi yang ada.


8

1.1.2.6 Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan pengetahuan untuk melakukan

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu

berdasarkan suatu kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2010:50).

1.1.3 Cara-Cara Memperoleh Pengetahuan

Dari berbagai macam yang telah digunakan untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah dapat dikelompokkan menjadi

dua, yaitu:

1.1.3.1 Cara tradisional atau non ilmiah

Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah atau

metode penemuan secara sistematik dan logis. Cara-cara penemuan

pengetahuan pada periode ini antara lain :

1) Cara coba salah (Trial and error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan

mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan

dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan, dan apabila

kemungkinan tersebut tidak berhasil, maka akan dicoba dengan

kemungkinan yang lain.

2) Cara kekuasaan atau otoritas

Prinsip dari cara ini adalah orang lain menerima pendapat yang

dikemukakan oleh orang yang mempunyai aktivitas tanpa terlebih

dahulu menguji atau membuktikan kebenaran, baik berdasarkan fakta


9

empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini disebabkan

karena orang yang menerima pendapat tersebut menganggap bahwa

apa yang dikemukakannya adalah benar.

3) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau merupakan suatu

cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan

dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam

memecahkan permasalahan pada masa yang lalu. Namun, perlu di

perhatikan bahwa tidak semua pengalaman pribadi dapat menuntun

seseorang untuk menarik kesimpulan dari pengalaman dengan benar

diperlukan berpikir kritis dan logis.

4) Melalui jalan pikiran

Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah

menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi.

Induksi adalah proses pembuatan kesimpulan itu melalui pernyataan-

pernyataan khusus pada umum. Deduksi adalah proses pembuatan

kesimpulan dari pernyataan umum dan khusus.

1.1.3.2 Cara modern atau ilmiah

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada saat ini

lebih sistematik, logis dan ilmiah. Dalam memperoleh kesimpulan dilakukan

dengan cara mengadakan observasi langsung dan membuat pencatatan-pencatatan

terhadap semua fakta sehubungan dengan objek penelitiannya (Notoatmodjo,

2012:10).
10

1.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah:

1.1.4.1 Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang pada orang

lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat

dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula

mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula

pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya jika seseorang tingkat

pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan seseorang

terhadap penerimaan, informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan

(Wahit, 2007: 30). Pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang

makin mudah menerima informasi. Pengetahuan seseorang bukan hanya

dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, karena pengetahuan tidak hanya

didapat dari bangku sekolah, namun pengetahuan lebih banyak diperoleh

dari pengalaman hidup. Orang yang berpendidikan lebih tinggi punya

kesempatan yang luas untuk terpapar berbagai informasi dan akan menjadi

lebih berpengetahuan baik dibandingkan dengan meraka yang tidak

berpendidikan tinggi. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka

semakin tinggi pula intelektualnya. Maka dapat disimpulkan, Ibu yang

berpendidikan lebih tinggi lebih banyak mendapat informasi seperti

tentang PMBA dibandingkan dengan Ibu yang berpendidikan rendah.

dikarenakan lingkungan pendidikan dan tingkat pendidikannya berbeda

dari ibu yang berpendidikan lebih rendah. Ibu yang memiliki pendidikan
11

lebih tinggi mempunyai kesadaran yang tinggi pula akan kesehatan

khususnya di lingkungan keluarga. Serta informasi yang didapat lebih

cepat diserap/dipahami dan lebih aktif dalam kegiatan-kegiatan

penyuluhan kesehatan dibandingkan dengan Ibu yang berpendidikan

rendah. Kriteria pendidikan yaitu:

1) Sekolah Dasar (SD)

2) Sekolah Menengah Pertama (SMP)

3) Sekolah Menengah Atas (SMA)

4) Akademi/Perguruan Tinggi (PT)

1.1.4.2 Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh

pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak

langsung (Wahit, 2007: 30). Ibu yang sehari-harinya hanya sebagai IRT

cenderung memiliki rendahnya pengetahuan terutama tentang PMBA,

sedangkan ibu yang bekerja diluar misalnya bekerja dikantor akan

memiliki pengetahuan yang lebih tinggi yang bisa didapatkan dari

lingkungan sekitar tempat bekerja. Adapun contoh beberapa pekerjaan,

yaitu:

1) Pegawai Negeri Sipil

2) Swasta

3) Ibu Rumah Tangga (IRT) (Ariani, 2014: 25).


12

1.1.4.3 Umur

Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada

aspek fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan pada fisik secara garis

besar ada empat kategori perubahan pertama, perubahan ukuran, kedua,

perubahan proporsi, ketiga, hilangnya ciri-ciri lama, keempat, timbulnya

ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek

psikologis atau mental taraf berpikir seseorang semakin matang dan

dewasa (Wahit, 2007:30). Umur ibu sangat menetukan kesehatan maternal

karena berkaitan dengan kondisi kehamilan, persalinan, dan nifas, serta

cara mengasuh juga menyusui bayinya. Ibu yang berumur kurang dari 20

tahun masih belum matang dan belum siap secara jasmani dan sosial

dalam menghadapi kehamilan, persalinan, serta dalam membina bayi

setelah dilahirkan (Arini H, 2012) sedangkan ibu yang berumur 20-35

tahun, menurut (Arini H, 2012) disebut sebagai “masa dewasa” dan

disebut juga masa reproduksi, dimana pada masa ini diharapkan orang

telah mampu untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dengan

tenang secara emosional, terutama dalam menghadapi kehamilan,

persalinan, nifas, dan merawat bayinya nanti. Adapun berbagai jenis

pembagian golongan umur, yaitu:

1) < 20 Tahun

2) 20-35 Tahun

3) > 35 Tahun
13

1.1.4.4 Sumber Informasi

Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu

mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru

(Wahit, 2007:30). Adapun berbagai sumber informasi, yaitu:

1) Petugas kesehatan

2) Koran, majalah

3) Keluarga

4) Televisi, radio

1.1.5 Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan menggunakan rumus :

Sp
N= x 100 %
Sm

Keterangan :

N = Nilai sikap

Sp = Skor yang didapat

Sm = Skor  tertinggi

Jika jawaban benar nilai = 1

Jika jawaban salah nilai = 0

Berdasarkan hasil perhitungan, kemudian hasilnya di interprestasikan

dalam beberapa Kategori yaitu :

1) Baik : Skor 76% - 100%

2) Cukup : Skor 56% - 75%

3) Kurang : Skor <56% .

Kategori : (Budiman, 2013:11)


14

1.2 Konsep Dasar Balita

1.2.1 Pengertian Balita

Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun

atau lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun

(Muaris.H, 2006).

Menurut Sutomo. B. dan Anggraeni. DY, (2010), Balita adalah istilah

umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun).

Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk

melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan.

Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik. Namun

kemampuan lain masih terbatas.

Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh

kembang manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi

penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di periode

selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan masa yang

berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang, karena itu sering disebut

golden age atau masa keemasan.

1.2.2 Karakteristik Balita

Menurut karakteristik, balita terbagi dalam dua kategori yaitu anak

usia 1 – 3 tahun (batita) dan anak usia prasekolah (Uripi, 2004). Anak usia

1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanan dari

apa yang disediakan ibunya. Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari

masa usia pra-sekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif


15

besar. Namun perut yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan

yang mampu diterimanya dalam sekali makan lebih kecil dari anak yang

usianya lebih besar. Oleh karena itu, pola makan yang diberikan adalah

porsi kecil dengan frekuensi sering.

Pada usia pra-sekolah anak menjadi konsumen aktif. Mereka sudah

dapat memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini anak mulai bergaul

dengan lingkungannya atau bersekolah playgroup sehingga anak mengalami

beberapa perubahan dalam perilaku. Pada masa ini anak akan mencapai fase

gemar memprotes sehingga mereka akan mengatakan “tidak” terhadap

setiap ajakan. Pada masa ini berat badan anak cenderung mengalami

penurunan, akibat dari aktivitas yang mulai banyak dan pemilihan maupun

penolakan terhadap makanan. Diperkirakan pula bahwa anak perempuan

relative lebih banyak mengalami gangguan status gizi bila dibandingkan

dengan anak laki-laki.

1.2.3 Tumbuh Kembang Balita

Secara umum tumbuh kembang setiap anak berbeda-beda, namun

prosesnya senantiasa melalui tiga pola yang sama, yakni:

1) Pertumbuhan dimulai dari tubuh bagian atas menuju bagian bawah

(sefalokaudal).

Pertumbuhannya dimulai dari kepala hingga ke ujung kaki, anak akan

berusaha menegakkan tubuhnya, lalu dilanjutkan belajar menggunakan

kakinya.
16

2) Perkembangan dimulai dari batang tubuh ke arah luar.

Contohnya adalah anak akan lebih dulu menguasai penggunaan telapak

tangan untuk menggenggam, sebelum ia mampu meraih benda dengan

jemarinya.

3) Setelah dua pola di atas dikuasai, barulah anak belajar mengeksplorasi

keterampilan-keterampilan lain. Seperti melempar, menendang, berlari

dan lain-lain.

Pertumbuhan pada bayi dan balita merupakan gejala kuantitatif. Pada

konteks ini, berlangsung perubahan ukuran dan jumlah sel, serta jaringan

intraseluler pada tubuh anak. Dengan kata lain, berlangsung proses

multiplikasi organ tubuh anak, disertai penambahan ukuran-ukuran

tubuhnya. Hal ini ditandai oleh:

1) Meningkatnya berat badan dan tinggi badan.

2) Bertambahnya ukuran lingkar kepala.

3) Muncul dan bertambahnya gigi dan geraham.

4) Menguatnya tulang dan membesarnya otot-otot.

5) Bertambahnya organ-organ tubuh lainnya, seperti rambut, kuku, dan

sebagainya.

Penambahan ukuran-ukuran tubuh ini tentu tidak harus drastis.

Sebaliknya, berlangsung perlahan, bertahap, dan terpola secara proporsional

pada tiap bulannya. Ketika didapati penambahan ukuran tubuhnya, artinya

proses pertumbuhannya berlangsung baik. Sebaliknya jika yang terlihat


17

gejala penurunan ukuran, itu sinyal terjadinya gangguan atau hambatan

proses pertumbuhan.

Cara mudah mengetahui baik tidaknya pertumbuhan bayi dan balita

adalah dengan mengamati grafik pertambahan berat dan tinggi badan yang

terdapat pada Kartu Menuju Sehat (KMS). Dengan bertambahnya usia anak,

harusnya bertambah pula berat dan tinggi badannya. Cara lainnya yaitu

dengan pemantauan status gizi. Pemantauan status gizi pada bayi dan balita

telah dibuatkan standarisasinya oleh Harvard University dan Wolanski.

Penggunaan standar tersebut di Indonesia telah dimodifikasi agar sesuai

untuk kasus anak Indonesia.

Perkembangan pada masa balita merupakan gejala kualitatif, artinya

pada diri balita berlangsung proses peningkatan dan pematangan (maturasi)

kemampuan personal dan kemampuan sosial.

1.2.3.1 Kemampuan Personal

Ditandai pendayagunaan segenap fungsi alat-alat pengindraan dan

sistem organ tubuh lain yang dimilikinya. Kemampuan fungsi pengindraan

meliputi ;

1) Penglihatan, misalnya melihat, melirik, menonton, membaca dan lain-

lain.

2) Pendengaran, misalnya reaksi mendengarkan bunyi, menyimak

pembicaraan dan lain-lain.

3) Penciuman, misalnya mencium dan membau sesuatu.


18

4) Peraba, misalnya reaksi saat menyentuh atau disentuh, meraba benda,

dan lain-lain.

5) Pengecap, misalnya menghisap ASI, mengetahui rasa makanan dan

minuman.

Pada sistem tubuh lainnya di antaranya meliputi :

1) Tangan, misalnya menggenggam, mengangkat, melempar, mencoret-

coret, menulis dan lain-lain.

2) Kaki, misalnya menendang, berdiri, berjalan, berlari dan lain-lain.

3) Gigi, misalnya menggigit, mengunyah dan lain-lain.

4) Mulut, misalnya mengoceh, melafal, teriak, bicara,menyannyi dan

lain-lain.

5) Emosi, misalnya menangis, senyum, tertawa, gembira, bahagia,

percaya diri, empati, rasa iba dan lain-lain.

6) Kognisi, misalnya mengenal objek, mengingat, memahami, mengerti,

membandingkan dan lain-lain.

7) Kreativitas, misalnya kemampuan imajinasi dalam membuat,

merangkai, menciptakan objek dan lain-lain.

1.2.3.2 Kemampuan Sosial

Kemampuan sosial (sosialisasi), sebenarnya efek dari kemampuan

personal yang makin meningkat. Dari situ lalu dihadapkan dengan

beragam aspek lingkungan sekitar, yang membuatnya secara sadar

berinterkasi dengan lingkungan itu. Sebagai contoh pada anak yang telah

berusia satu tahun dan mampu berjalan, dia akan senang jika diajak
19

bermain dengan anak-anak lainnya, meskipun ia belum pandai dalam

berbicara, ia akan merasa senang berkumpul dengan anak-anak tersebut.

Dari sinilah dunia sosialisasi pada ligkungan yang lebih luas sedang

dipupuk, dengan berusaha mengenal teman-temanya itu.

1.2.4 Kebutuhan Utama Proses Tumbuh Kembang

Dalam proses tumbuh kembang, anak memiliki kebutuhan yang harus

terpenuhi, kebutuhan tersebut yakni ; a. Kebutuhan akan gizi(asuh); b.

Kebutuhan emosi dan kasih sayang (asih); dan c. Kebutuhan stimulasi dini

(asah) (PN.Evelin dan Djamaludin. N. 2010).

1.2.4.1 Pemenuhan kebutuhan gizi (asuh)

Usia balita adalah periode penting dalam proses tubuh kembang

anak yang merupakan masa pertumbuhan dasar anak. Pada usia ini,

perkembangan kemampuan berbahasa, berkreativitas, kesadaran social,

emosional dan inteligensi anak berjalan sangat cepat. Pemenuhan

kebutuhan gizi dalam rangka menopang tumbuh kembang fisik dan

biologis balita perlu diberikan secara tepat dan berimbang. Tepat berarti

makanan yang diberikan mengandung zat-zat gizi yang sesuai

kebutuhannya, berdasarkan tingkat usia. Berimbang berarti komposisi zat-

zat gizinya menunjang proses tumbuh kembang sesuai usianya. Dengan

terpenuhinya kebutuhan gizi secara baik, perkembangan otaknya akan

berlangsung optimal. Keterampilan fisiknya pun akan berkembang sebagai

dampak perkembangan bagian otak yang mengatur sistem sensorik dan

motoriknya.
20

Pemenuhan kebutuhan fisik atau biologis yang baik, akan berdampak

pada sistem imunitas tubuhnya sehingga daya tahan tubuhnya akan

terjaga dengan baik dan tidak mudah terserang penyakit.

1.2.4.2 Pemenuhan kebutuhan emosi dan kasih sayang (asih)

Kebutuhan ini meliputi upaya orang tua mengekspresikan perhatian

dan kasih sayang, serta perlindungan yang aman dan nyaman kepada si

anak. Orang tua perlu menghargai segala keunikan dan potensi yang ada

pada anak. Pemenuhan yang tepat atas kebutuhan emosi atau kasih sayang

akan menjadikan anak tumbuh cerdas secara emosi, terutama dalam

kemampuannya membina hubungan yang hangat dengan orang lain. Orang

tua harus menempatkan diri sebagai teladan yang baik bagi anak-anaknya.

Melalui keteladanan tersebut anak lebih mudah meniru unsur-unsur

positif, jauhi kebiasaan memberi hukuman pada anak sepanjang hal

tersebut dapat diarahkan melalui metode pendekatan berlandaskan kasih

sayang.

1.2.4.3 Pemenuhan kebutuhan stimulasi dini (asah)

Stimulasi dini merupakan kegiatan orangtua memberikan

rangsangan tertentu pada anak sedini mungkin. Bahkan hal ini dianjurkan

ketika anak masih dalam kandungan dengan tujuan agar tumbuh kembang

anak dapat berjalan dengan optimal.

Stimulasi dini meliputi kegiatan merangsang melalui sentuhan-

sentuhan lembut secara bervariasi dan berkelanjutan, kegiatan mengajari

anak berkomunikasi, mengenal objek warna, mengenal huruf dan angka.


21

Selain itu, stimulasi dini dapat mendorong munculnya pikiran dan emosi

positif, kemandirian, kreativitas dan lain-lain.

Pemenuhan kebutuhan stimulasi dini secara baik dan benar dapat

merangsang kecerdasan majemuk (multiple intelligences) anak.

Kecerdasan majemuk ini meliputi, kecerdasan linguistic, kecerdasan logis-

matematis, kecerdasan spasial, kecerdasan kinestetik, kecerdasan musical,

kecerdasan intrapribadi (intrapersonal), kecerdasan interpersonal, dan

kecerdasan naturalis.

1.3 Gizi Pada Balita

Menurut Djoko Pekik Irianto (2006: 165) Masa kanak-kanak merupakan

fase pertumbuhan, dan untuk menunjang kondisi tersebut perlu diperhatikan

asupan makanan untuk menunjang kondisi tersebut dengan memperhatikan

berbagai hal antara lain:

1) Cukup kalori.

2) Cukup lauk nabati (tahu,tempe) maupun hewani (daging, ikan, dan telur)

3) Tersedia sayuran hijau.

4) Sayuran dimasak dengan minyak (tumis) yang akan mempermudah

penyerapan vitamin A, D, E, dan K.

5) Komposisi sumber makanan protein adalah hewani dibanding nabati

adalah 1:1, sedangkan protein hewani sebaiknya 5 gram/hari berasal dari

hewan dan 10 gram/hari berupa ikan.

6) Apabila anak sulit mengkonsumsi susu, dapat diganti produk olahan susu

seperti keju, es krim dll.


22

Menurut Soegeng Santoso dan Anne Lies Ranti (2004: 124) dalam

menyusun menu hendaknya diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Kombinasi rasa yaitu asin, manis, asam, pahit, pedas jika disukai.

2) Kombinasi warna hidangan yaitu warna merah,hijau, cokelat, kuning dan

sebagainya.

3) Variasi bentuk potongan yaitu persegi, panjang, tipis, bulat, dan

sebagainya

4) Variasi kering atau berkuah karena ada jenis hidangan berkuah banyak

seperti sup, sayur asam maupun yang sedikit kuah seperti tumis sayur,

sambal goring serta yang kering seperti ikan goreng, kering tempe.

5) Variasi teknik pengolahan yaitu ada hidangan yang diolah dengan teknik

pengolahan digoreng, direbus, disetup, dan lainnya sehingga memberikan

penampilan, tekstur, dan rasa berbeda pada hidangan tersebut. Sebaiknya

dihindari adanya pengulangan warna, rasa, bentuk, teknik pengolahan

dalam satu menu.

Menurut Marsetyo dan Karta Sapoetra (2005: 3) “Kadar zat makanan

pada setiap bahan makanan tidak sama, ada yang rendah ada pula yang tinggi,

karena itu dengan memperhatikan 4 sehat 5 sempurna yang dianjurkan

pemerintah, setiap bahan makanan akan saling melengkapi zat

makanan/gizinya yang selalu dibutuhkan tubuh manusia guna menjamin

pertumbuhan dan perkembangan fisik, serta energi yang cukup guna

melaksanakan kegiatan-kegiatannya”.
23

Zat-zat gizi sangat diperlukan oleh tubuh karena mempunyai manfaat

yang sangat besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Djoko

Pekik I. (2006: 9-22) menyatakan manfaat dari zat-zat gizi tersebut yaitu:

1.3.1 Karbohidrat

Dalam tubuh manusia bermanfaat untuk keperluan tubuh, antara lain:

1) Sumber energi utama yang diperlukan untuk gerak, 1 gram karbohidrat

setara dengan 4 kilo kalori/kcal.

2) Pembentuk cadangan sumber energi, kelebihan karbohidrat dalam

tubuh akan disimpan dalam bentuk lemak sebagai cadangan sumber

energi yang sewaktu-waktu dapat dipergunakan.

3) Memberi rasa senang, karena karbohidrat mempunyai volume yang

besar dengan adannya selullosa akan memberikan perasaan kenyang.

1.3.2 Lemak

Didalam tubuh lemak bermanfaat sebagai sumber energi(1 gram

lemak setara dengan 9 kalori), melarutkan vitamin sehingga dapat diserap

oleh usus, dan memperlama rasa kenyang.

1.3.3 Protein

Tubuh manusia memerlukan protein untuk berbagai fungsi antara lain:

1) Membangun sel tubuh, makin bertambah usia seorang bayi semakin

bertambah berat badannya. Betambahnya berat disebabkan oleh

terbentuknya jaringan baru seperti tulang dan otot.

2) Mengganti sel tubuh, atau jaringan tubuh manusia yang mengalami

kerusakan misalnya akibat cedera dalam melakukan kegiatan fisik


24

misalnya: fraktur, sprain, strain dan lain-lain, sehingga perlu protein

sebagai pengganti sel-sel yang rusak.

3) Membuat air susu, enzim dan hormon, air susu ibu tersusun atas protein

demikian juga untuk membentuk enzim maupun hormon diperlukan

protein.

4) Membuat protein darah, untuk mempertahankan stabilitas tekanan

osmose struktur darah memerlukan protein disamping itu hemoglobin

tersusun atas ferum dan protein.

5) Menjaga keseimbangan asam basa cairan tubuh. Protein diperlukan

untuk mengikat kelebihan asam atau basa dalam cairan tubuh sehingga

reaksi netral dari cairan tubuh dapat dipertahankan.

6) Pemberi kalori protein dapat menyediakan energi yang diperlukan untuk

aktivitas, terutama dalam keadaan memaksa, misalnya kelaparan 1 gram

protein setara dengan 4 kcal.

1.3.4 Vitamin

Setiap vitamin mempunyai fungsi khusus, beberapa vitamin dapat

berperan secara bersama-sama dalam fungsi tubuh, misalnya memacu dan

memelihara pertumbuhan, reproduksi, kesehatan dan kekuatan tubuh,

stabilitas sistem saraf, selera makan yang normal, pencernaan dan

penggunaan zat-zat makanan.

1.3.5 Mineral

Secara umum fungsi mineral bagi tubuh adalah sebagai berikut:

1) Menyediakan bahan sebagai bahan komponen penyusun tulang dan gigi.


25

2) Membantu fungsional organ: memelihara irama jantung, kontraksi otot,

konduksi syaraf dan keseimbangan asam basa.

3) Memelihara keteraturan metabolisme seluler.

1.4 Air dan Serat Makanan

Air merupakan komponen terbesar dari struktur tubuh manusia kurang

lebih 60-70 berat badan orang dewasa berupa air, sehingga air sangat

diperlukan oleh tubuh. Dalam tubuh air berfungsi untuk:

1) Sebagai media transportasi zat-zat gizi membuang sisa-sisa metabolisme,

hormon dan sebagainya ke jaringan sasaran (target organ).

2) Mengatur temperatur tubuh terutama selama melakukan aktivitas jasmani.

3) Mempertahankan keseimbangan volume darah.

4) Serat makanan termasuk karbohidrat kompleks yang tak dapat dicerna,

berperan untuk memelihara fungsi normal saluran cerna.

Sedangkan menurut Sunita almatsier (2009: 4) fungsi utama zat gizi

adalah untuk menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan,

serta mengatur proses-proses kehidupan.

Menurut Savitri Sayogo (2002: 10), agar memenuhi syarat, makanan

mereka haruslah cukup energi dan semua zat gizi. Susunan hidangan

disesuaikan dengan pola menu seimbang, ketersediaan bahan makanan,

kebiasaan makan dan selera makan. Bentuk dan porsinya sesuai dengan daya

terima teleransi dan keadaan faal anak. Yangterakhir kebersihan makanan.

Dalam pemberian makanan pada anak-anak perlu memperhatikan zat

gizi yang ada pada makanan.


26

1.4.1 Energi

Kebutuhan energi antara lain untuk metabolisme basal (metabolisme

dalam keadaan istirahat), aktivitas sehari-hari dan proses pertumbuhan. Zat-

zat gizi yang merupakan sumber energi ini disebut makronutrien yang

terdiri atas karbohidrat, lemak, dan protein. Dianjurkan jumlah energi dari

karbohidrat 50-60%, lemak 20-25% dan selebihnya dari protein.

1.4.2 Protein

Selain segi jumlah, kualitas protein amat penting, zat gizi ini

diperlukan untuk memenuhi kebutuhan asam amino yang esensial (a, a, e),

contohnya yaitu; isoleusin,lisin, metionin, dan sebagainya yang merupakan

asam amino tidak dapat dibuat oleh tubuh. Dalam hal ini protein hewani

lebih unggul dari protein nabati. Telur dan susu mengandung seluruh asam

amino esensial dalam jumlah mencukupi kebutuhan tubuh untuk

pertumbuhan maupun fungsi fisiologi. Sedangkan kualitas protein nabati

lebih rendah karena kenadungan beberapa a, a, e-nya lebih rendah. Selain

itu, didalam tubuh, pencernaan protein hewani berlangsung lebih mudah

daripada protein nabati.

1.4.3 Mineral dan vitamin

Kedua jenis zat gizi ini diperlukan dalam proses pertumbuhan dan

perkembangan anak. Beberapa nutrien yang berperan dalam proses ini

antara lain A, zat besi (Fe), seng (Zn), kalsium (a) dan Lodium (I).

Untuk memenuhi itu semua, sebaiknya hidangan anaka meliputi

makanan pokok yaitu bisa berupa beras, gandum, kentang, roti, mie, ubi
27

kayu, ubi jalar, dan sagu. Makanan ini merupakan sumber tenaga dan

sumber energi utama. Lauk pauk juga tidak ketinggalan karena lauk pauk

merupakan sumber protein, yaitu bisa berupa protein hewani (telur, ikan,

udang, dan sejenisnya, ayam, daging, susu, dan hasil olahan susu dan

protein nabati(kacang-kacangan, tempe, dan tahu). Yang terakhir sayur

mayur dan buah-buahan, karena jenis makanan ini sumber vitamin, mineral,

dan serat yang baik. Disamping itu, anak juga harus diberi makanan aman

bagi kesehatan. Artinya makanan tersebut tidak tercemar mikro organisme,

bakteri, maupun zat kimia berbahaya. Air yang diminum harus mencukupi

kebutuhan, yaitu berkisar 8 gelas perhari.

1.5 Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA)

1.5.1 Pengertian Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA)

PMBA merupakan kepanjangan dari Pemberian Makanan pada Bayi

dan Anak. Dalam praktik PMBA, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,

yaitu:

1) Usia anak

2) Frekuensi pemberian makanan dalam sehari

3) Jumlah pemberian makanan atau porsi untuk sekali makan

4) Tekstur makanan

5) Variasi makanan

6) Selalu menjaga kebersihan

7) Memberikan makanan secara aktif kepada anak


28

Pemberian makanan pada bayi dan anak adalah proses berawal ketika

ASI saja tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi dan oleh karena

itu, cairan dan makanan lain diperlukan, seiring dengan ASI. Rentang

sasaran pemberian makanan pendamping ASI biasanya diambil angka 6-24

bulan. Mengapa PMBA penting? BBLR, inisiasi menyusu dini, ASI

Eksklusif, pengenalan makanan lumat, makanan semi padat dan makanan

padat (usia 6-24bulan), stunting (balita pendek), wasting (balita kurus) dan

berat badan kurang (Anung Sugihantoro, 2014 : 16-17). Inisiasi menyusu

dini (IMD) adalah memberi kesempatan pada bayi baru lahir untuk menyusu

sendiri pada ibu dalam satu jam pertama kelahirannya. ASI eksklusif adalah

pemberian ASI selama 6 bulan tanpa tambahan cairan lain, seperti susu

formula, jeruk, madu, air the, dan air putih, serta tanpa tambahan makanan

padat, seperti pisang, bubur susu, biscuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali

vitamin dan mineral dan obat. MP-ASI adalah makanan tambahan yang

diberikan kepada bayi atau anak disamping ASI untuk memenuhi kebutuhan

gizinya. MP-ASI diberikan mulai umur 6-24 bulan, dan merupakan

makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga.

Masalah gizi yang menjadi perhatian utama dunia saat ini adalah anak

balita pendek (stunting). Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 prevalensi

balita stunting sebesar 37,4% artinya 3-4 diantara 10 balita di Indonesia

mengalami stunting. Anak balita stunting tidak disebabkan oleh keturunan

tetapi umumnya oleh kekurangan gizi dan atau mengalami sakit dalam

waktu yang relatif lama, terutama pada usia seribu hari pertama kehidupan.
29

Secara umum stunting terutama pada seribu hari pertama kehidupan dapat

menyebabkan daya tahan tubuh rendah, kecerdasan rendah, dan

produktivitas rendah ketika dewasa.

Untuk mengatasi stunting perlu dilakukan perbaikan gizi sejak janin

dalam kandungan, pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan, dan

pemberian MP-ASI yang tepat mulai usia 6 bulan.Upaya peningkatan status

gizi masyarakat tidak hanya cukup dengan meningkatkan peluasan

jangkauan pelayanan saja, tetapi perlu dibarengi dengan peningkatan

pengetahuan dan keterampilan masyarakat. Salah satu upaya untuk

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam membantu

penanggulangan masalah gizi melalui tenaga kesehatan untuk memberikan

pengertian atau panduan tentang Pemberian Makanan Bayi dan Anak

(PMBA), agar mampu mengatasi secara mandiri dalam menangani

masalahnya.

1.5.2 Manfaat Pemberian Makan Bayi dan Anak

Anak merupakan potensi dan penerus untuk mewujudkan kualitas dan

keberlangsunganbangsa. Sebagai manusia anak berhak untuk mendapatkan

pemenuhan, perlindungan serta penghargaan akan hak asasinya. Sebagai

generasi penerus bangsa, anak harus dipersiapkan sejak dini dengan upaya

yang tepat,terencana, intensif dan berkesinambungan agar tercapai kualitas

tumbuh kembang fisik, mental, sosial, dan spiritual tertinggi. Salah satu

upaya mendasar untuk menjamin pencapaian tertinggi kualitas tumbuh

kembangnya sekaligus memenuhi hak anak adalah pemberian makan yang


30

terbaik sejak lahir hingga usia dua tahun.Makanan yang tepat bagi bayi dan

anak usia dini (0 – 24 bulan) adalah Air Susu Ibu (ASI) eksklusif yakni

pemberian ASI saja segera setelah lahir sampai usia 6 bulan yang diberikan

sesering mungkin. Setelah usia 6 bulan, selain ASI bayi diberi makanan

pendamping ASI (MPASI). Selanjutnya pada usia 1 tahun anak sudah diberi

makanan keluarga dan ASI masih tetap diberikan sampai anak usia 2 tahun

atau lebih.

Pola pemberian makan tersebut mendukung pertumbuhan optimal

bagi anak. Pada usia 0 – 6 tahun terjadi pertumbuhan otak hingga mencapai

sekitar 75%, masa ini disebut periode emas atau golden periode. Pemberian

makan yang optimal pada usia 0 – 2 tahun memberikan kontribusi bermakna

pada pertumbuhan otak anak. Pemberian ASI saja sejak bayi lahir hingga

usia 6 bulan (ASI eksklusif enam bulan) dapat memenuhi seluruh kebutuhan

gizi bayi, serta melindungi bayi dari berbagai penyakit seperti diare dan

infeksi saluran pernafasan akut yang merupakan penyebab utama kematian

balita di Indonesia. Kajian global telah membuktikan bahwa pemberian ASI

eksklusif merupakan intervensi kesehatan yang memiliki dampak terbesar

terhadap keselamatan balita, yakni 13% kematian balita dapat dicegah

dengan pemberian ASI eksklusif 6 bulan. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

dapat mencegah 22% kematian neonatal (neonatus adalah bayi usia 0

sampai 28 hari).

ASI yang tepat waktu dan berkualitas juga dapat menurunkan angka

kematian balita sebesar 6 %.Pemberian makan yang tidak tepat


31

mengakibatkan masih cukup banyak anak yang menderita kurang gizi.

Fenomena “gagal tumbuh” atau growth faltering pada anak Indonesia mulai

terjadi pada usia 4-6 bulan ketika bayi diberi makanan tambahan dan terus

memburuk hingga usia 18-24 bulan. Kekurangan gizi memberi kontribusi

2/3 kematian balita. Dua pertiga kematian tersebut terkait dengan praktek

pemberian makan yang tidak tepat pada bayi dan anak usia dini.

(WHO/UNICEF 2003).

Praktek pemberian makan yang tepat pada bayi dan anak juga dapat

mempengaruhi ekonomi keluarga. Pemberian ASI ekslusif akan mengurangi

beban keluarga untuk membeli susu formula dan perawatan bayi sakit yang

saat ini cukup mahal. Dana untuk membeli susu formula 4-5 kali lebih besar

dari pada dana untuk membeli suplemen makanan untuk ibu menyusui.

Apabila 4,5 juta bayi yang lahir di Indonesia mendapat ASI eksklusif

sampai 6 bulan, dapat menghemat devisa negara minimal Rp. 7,92 trilyun.

1.5.3 Tujuan Pemberian Makan Bayi dan Anak

Menurut World  Health Organization (WHO)/United Nations

Children’s Fund (UNICEF), lebih dari 50 %  kematian anak balita terkait

dengan keadaan kurang gizi, dan dua pertiga diantara kematian tersebut

terkait dengan praktik pemberian makan yang kurang tepat pada bayi dan

anak, seperti tidak dilakukan inisiasi menyusu dini dalam satu jam pertama

setelah lahir dan pemberian MP-ASI yang terlalu cepat atau terlambat

diberikan.Keadaan ini akan membuat daya tahan tubuh lemah, sering sakit

dan gagal tumbuh.  Oleh karena itu upaya mengatasi masalah kekurangan
32

gizi pada bayi dan anak balita melalui pemberian makanan bayi dan anak

yang baik dan benar, menjadi agenda penting demi menyelamatkan generasi

masa depan(depkes.go.id). Tujuan dari PMBA ini adalah sebagai panduan

untuk Ibu tentang bagaimana mengatasi hal-hal yang terkait dengan resiko

yang ditimbulkan jika dalam praktik pemberian makan bayi dan anak

kurang tepat.

Di Negara-negara dimana prevalensi balita pendek atau stunting masih

tinggi dan kerawanan pangan cukup tinggi. Pendek (stunting) adalah anak

dengan tinggi badan yang tidak sesuai dengan usianya. Stunting terjadi

akibat kekurangan gizi berulang dalam waktu yang lama, pada saat janin

hingga anak usia 2 tahun.Pola pemberian makan tersebut mendukung

pertumbuhan optimal bagi anak. Pada usia 0-5 tahun terjadi pertumbuhan

otak hingga mencapai 75%, masa ini disebut periode emas atau golden

periode. Pemberian makan yang optimal pada usia 0-2 tahun memberikan

kontribusi bermakna pada pertumbuhan otak anak. Pemebrian ASI saja

sejak bayi lahir hingga usia 6 bulan (ASI eksklusif enam bulan) dapat

memenuhi seluruh kebutuhan gizi bayi, serta melindungi bayi dari berbagai

penyakit seperti diare dan infeksi saluran pernafasan akut yang merupakan

penyebab utama kematian balita di

Indonesia(http://www.ndrynakochi.com).

2.4.3.1 Resiko Tidak Menyusui; Catatan: Semakin muda usia bayi, semakin besar

risiko/bahaya yang dihadapinya.

1) Bagi Bayi
33

(1) Risiko kematian yang lebih besar (bayi yang tidak diberi ASI 14

kali lebih besar kemungkinannya meninggal dibandingkan bayi

yang disusui secara eksklusif pada enam bulan pertama).

(2) Susu Formula tidak memiliki antibodi untuk melindungi bayi dari

sakit: badan ibu membuat ASI dengan antibodi yang melindungi

bayi dari penyakit tertentu dalam lingkungan ibu/ anak.

(3) Tidak menerima zat antibodi pertama mereka dari kolostrum.

(4) Susu Formula sulit diserap usus bayi- susu formula sama sekali

bukan makanan sempurna bagi bayi.

(5) Sering mengalami diare, lebih sering sakit, dan lebih parah

sakitnya. (anak usia kurang dari enam bulan yang diberi makanan

campuran- mendapatkan makanan, susu formula dan air

terkontaminasi, berisiko lebih tinggi terkena diare).

(6) Infeksi saluran pernafasan yang lebih sering.

(7) Risiko kekurangan gizi yang lebih besar, khususnya bagi bayi

usia muda;

(8) Lebih besar kemungkinan mengalami kurang gizi:

(9) Tumbuh kembang tidak optimum: gangguan pertumbuhan, berat

badan kurang, tubuh pendek (stunting), kurus (wasting) karena

penyakit menular seperti diare atau pnumonia

(10) Keterikatan yang kurang kuat antara ibu dan bayi; tidak merasa

aman;

(11) Lebih besar kemungkinan kelebihan berat badan


34

(12) Lebih besar risiko terkena penyakit jantung, diabetes, kanker,

asma, gigi keropos, dll pada usia lanjut.

2) Bagi Ibu:

(1) Ibu menjadi berisiko lebih mudah hamil

(2) Meningkatnya risiko anemia bila pemberian ASI tidak dimulai

sejak dini (lebih banyak pendarahan setelah persalinan)

(3) Mengganggu ikatan/bonding dengan bayinya

(4) Meningkatnya depresi paska persalinan

(5) Kejadian kanker rahim dan kanker payudara lebih rendah pada

ibu menyusui.

1.5.4 Cara Pemberian Makan Bayi dan Anak

Cara pemberian makan bayi dan anak pada Modul Konseling

Pemberian Makan Pada Bayi dan Anak tahun 2011 adalah sebagai berikut:

1.5.4.1 Usia 6 bulan

1) Frekuensi (perhari)

2–3 kali makan ditambah ASI.

2) Berapa banyak setiap kali makan

Mulai dengan 2-3 sendok makan. Mulai dengan pengenalan rasa dan

secara perlahan tingkatkan jumlahnya. Jenis makanan yang diberikan

berupa bubur kental.

1.5.4.2 Usia 6-9 bulan

1) Frekuensi (perhari)
35

2–3 kali makan ditambah ASI dan bisa ditambah makanan selingan 1-

2 kali.

2) Berapa banyak setiap kali makan

2-3 sendok makan penuh setiap kali makan dan tingkatkan secara

perlahan sampai setengah (1/2) dari cangkir/mangkuk berukuran 250

ml. jenis makanan yang diberikan berupa bubur kental/makanan

keluarga yang dilumatkan.

1.5.4.3 Usia 9-12 bulan

1) Frekuensi (per hari)

3–4 kali makan ditambah ASI dan bisa ditambah makanan selingan 1-

2 kali.

2) Berapa banyak setiap kali makan

Setengah mangkuk berukuran 250 ml. dan jenis makanan yang

diberikan makanan keluarga yang dicincang/dicacah. Makanan

dengan potongan kecil yang dapat dipegang makanan yang diiris-iris.

1.5.4.4 Usia 12-24 bulan

1) Frekuensi (per hari)

3-4 kali makan ditambah ASI dan bisa ditambah makanan selingan 1-

2 kali berupa snack bisa diberikan.

2) Berapa banyak setiap kali makan

¾ dari mangkuk ukuran 250 ml. dan jjenis makanan yang diberikan

makanan yang diiris-iris makanan keluarga.


36

1.6 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah hubungan antara konsep-konsep

yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan

dilakukan (Notoadmodjo,2005).

Faktor-faktor Tingkat Pengetahuan Ibu yang memiliki balita


yang 1. Tahu usia 1-2 tahun
mempengaruhi 2. Memahami
pengetahuan:
3. Aplikasi
1. Pendidikan 4. Analisis Pengetahuan Ibu yang
2. Pekerjaan 5. Sintesis memiliki balita tentang
3. Umur 6. Evaluasi pemberian makan pada
4. Sumber bayi dan anak
Informasi
1. Pengertian Pemberian
Makan Pada Bayi dan
Anak (PMBA)
2. Manfaat Pemberian
Makan Pada Bayi dan
Anak (PMBA)
3. Tujuan Pemberian
Makan Pada Bayi dan
Anak (PMBA)
4. Cara Pemberian
Makan Pada Bayi dan
Anak (PMBA)

Kategori Pengetahuan
1. Baik (76 – 100%)
2. Cukup ( 56 – 75% )
3. Kurang ( < 56% )
Keterangan :
: diteliti
: tidak diteliti
: berpengaruh

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Tingkat Pengetahuan Ibu Yang Memiliki


Balita Tentang Pemberian Makan Pada Bayi dan Anak
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam

melakukan prosedur penelitian. Desain penelitian yang umum digunakan

dibidang keperawatan adalah rancangan penelitian deskriptif, bertujuan untuk

menerangkan atau menggambarkan masalah penelitian yang terjadi

berdasarkan karakteristik tempat, umur, jenis kelamin, sosial, ekonomi,

pekerjaan status perkawinan, cara hidup, dan lain-lain (Hidayat. A. A, 2008).

Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif. Penelitian

deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan (memaparkan) peristiwa-

peristiwa yang terjadi pada masa kini. Deskrifsi peristiwa dilakukan secara

sistematis dan lebih menekankan data factual dari pada penyimpulan.

Fenomena disajikan secara apa adanya tanpa manipulasi dan peneliti tidak

mencoba menganalisis bagaimana dan mengapa fenomena tersebut biasa

terjadi, oleh karena itu penelitian jenis ini tidak memerlukan adanya suatu

hipotesis (Nursalam, 2008).

3.2 Kerangka Kerja

Kerangka kerja adalah langkah-langkah dalam aktivitas ilmiah. Mulai

dari penetapan populasi, sampel, dan seterusnya yaitu kegiatan sejak awal

dilaksanakannyapenelitian (Nursalam, 2009:79).

37
38

Populasi
Semua Ibu yang memiliki bayi dan anak usia 1-2 tahun yang berkunjung di Pustu Pahandut Seberang pada bulan Juni 2016

Sampel
Sebagian Ibu yang memiliki bayi dan anak usia 1-2 tahun yang berkunjung di Pustu Pahandut Seberang pada bulan Juni 201

Teknik Sampling
total sampling

Desain Penelitian
(Deskriptif)

Pengumpulan Data
(Kuisioner)

Analisa Data
Menggunakan Editing, Coding, Scoring dan Tabulating

Penyajian Hasil
Disajikan dalam bentuk diagram dan Presentasi

Gambar 3.1 Kerangka Kerja “Tingkat Pengetahuan Ibu Yang Memiliki


Balita Tentang Pemberian Makan Pada Bayi Dan Anak (PMBA)
Di Wilayah Kerja Pustu Pahandut Seberang Palangka Raya
2016”.
39

3.3 Identifikasi variabel

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memeberikan nilai beda

terhadap sesuatu misalnya benda, manusia dan lain-lain (Nursalam, 2008: 97).

Menurut Hidayat (2009: 78), dalam penelitian keperawatan terdapat

beberapa jenis variable diantaranya:

3.3.1 Variabel Independen (variabel bebas)

Variable independen (variabel bebas) merupakan variabel yang

menjadi sebab perubahan atau timbulnya variable dependen (terikat).

Variabel ini juga dikenal dengan variabel bebas artinya bebas

mempengaruhi variabel lain.

Adalah variabel bebas (independen), Pengetahuan Ibu Yang Memiliki

Balita Tentang Pemberian Makan Pada Bayi Dan Anak (PMBA) Di

Wilayah Kerja Pustu Pahandut Seberang Palangka Raya.


40

3.4 DefinisiOperasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang dapat yang dapat diaman dari sesuatu yang didefinisikan

tersebut. Karakteristik yang dapat diamati/diukur yang merupakan kunci definisi operasional (Nursalam, 2008: 101).

Tabel 3.1Defnisi operasional Tingkat Pengetahuan Ibu Yang Memiliki Balita Tentang Pemberian Makanan Pada Bayi Dan Anak
(PMBA) Di Wilayah Kerja Pustu Pahandut Seberang Palangka Raya
Alat
No Variabel Definisi operasional Parameter Skala Skor
ukur
1. Pengetahuan Segala sesuatu yang 1. Tingkat Pengetahuan Kuisione Ordinal a. Nilai :
Ibu yang diketahui oleh Ibu ibu yang memiliki r
memiliki balita tentang pemberian balita usia 1-2 tahun Benar: 1
usia 1-2 tahun makan pada bayi tentang Pengertian Salah: 0
terhadap PMBA dan anak di wilayah PMBA b. Penilaian
kerja pustu 2. Tingkat Pengetahuan
sp
pahandut Seberang ibu yang memiliki N= X 100 %
balita usia 1-2 tahun N: sm
tentang Manfaat Keterangan :
PMBA N= nilai pengetahuan
3. Tingkat Pengetahuan sp =jumlah nilai yang didapat
ibu yang memiliki sm= jumlah nilai tertinggi
balita usia 1-2 tahun Maksimal
tentang Tujuan PMBA c. Kategori :
4. Tingkat Pengetahuan 1. Baik, jika nilai 76-100%
ibu yang memiliki 2. Cukup, jika nilai 56-75%
balita usia 1-2 tahun 3. Kurang, jika nilai < 56%
tentang Cara PMBA (Budiman, 2013:11)
41

3.5 Populasi, Sampel dan Sampling

3.5.1 Populasi

Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik

tertentu yang akan diteliti. Bukan hanya subjek atau objek yang depelajari saja

tapi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki subjek atau objek tertentu

(Hidayat, A. A, 2008: 32).

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010: 173).

Populasi pada penelitian ini adalah Semua Ibu yang memiliki bayi dan anak

usia 1-2 tahun yang berkunjung di Pustu Pahandut Seberang pada bulan april

2016 berjumlah 43 orang

3.5.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil dengan menggunakan

cara-cara tertentu (Wasis 2002: 45). Pada penelitian ini sampel yang diambil

adalah Ibu yang memiliki balita yang ada di pustu pahandut Seberang yang

memenuhi kriteria inklusi.

Syarat-syarat sampel:

1) Refresentatif. Sampel refresentatif adalah sampel yang dapat mewakili

populasi yang ada

2) Sampel harus cukup banyak. Semakin banyak sampel maka hasil

penelitian akan lebih refresentatif.

3.5.3 Kriteria Sampel :

3.5.3.1 Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu

populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam 2008: 92).
42

Pada penelitian ini kriteria Inklusinya adalah Ibu yang memiliki bayi

dan anak usia 1-2 tahun yang ada di wilayah pahandut Seberang yang

bersedia untuk menjadi sampel penelitian.

3.5.3.2 Ekslusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subyek yang

memenuhi kriteria inklusi dan studi karena berbagai sebab (Nursalam 2008:

92).

Pada peneltian ini kriteria eksklusinya adalah:

1) Ibu yang memiliki balita yang tidak bersedia dijadikan sampel penelitian.

2) Ibu yang memiliki balita yang tidak komperatif.

Adapun kriteria inklusi dari penelitian ini adalah:

1) Ibu yang memiliki balita berusia 1-2 tahun yang bersedia dijadikan

sampel penelitian.

2) Ibu yang memiliki balita yang komperatif.

3.5.4 Sampling

Sampling adalah cara atau teknik untuk menemukan sampel (Wasis,

2002: 47) sampel dalam penelitian ini diambil denganmenggunakan teknik

metode total sampling. Total sampling adalah sebuah metode pengambilan

sampel dengan cara mengambil seluruh populasi yang memenuhi criteria

inklusi dan eksklusi untuk dijadikan sampel.

3.6 Pengumpulan Data dan Analisa Data

3.6.1 Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan

proses pengumpulan karakteristik subyek yang digunakan dalam suatu


43

penenlitian (Nursalam, 2008:111). Cara pengumpulan data bergantung pada

teknik instrument yang digunakan. Dalam penelitian ini peneliti

mengumpulkan data dengan menggunakan kuisioner. Kuisioner adalah teknik

pengumpulan informasi yang memungkinkan analisis mempelajari sikap-sikap,

keyakinan, perilaku, dan karakteristik beberapa orang utama didalam organisasi

yang bisa berpengaruh oleh sistem yang sudah ada. Pada jenis pengukuran ini

peneliti menggunakan data formal kepada subjek untuk menjawab pertanyaan

secara tertulis. Kuisioner dalam penelitian ini menggunakan model pertanyaan

multiple chois dengan menggunakan alternatf jawaban. Hasil jawaban

responden kemudian dianalisis dan dibandingkan sebelum dan sesudah

dilakukan pendidikan kesehatan.

3.6.2. Analisa Data

1) Editing (penyuntingan), yaitu data yang perlu diedit untuk memudahkan

pengolahan data selanjutnya (Wasis, 2008).

2) Coding (pengkodean), yaitu cara mengkode responden, pertanyaan-

pertanyaan dan segala hal yang dianggap perlu. Dalam hal ini responden

wajib mengisi daftar-daftar pertanyaan yang dimaksud untuk

mempermudah proses pengolahan data. Seperti :

(1) Umur

Kode 1 : < 20 Tahun

Kode 2 : 20-35 Tahun

Kode 3 : > 35 Tahun

(2) Pendidikan

Kode 1 : SD
44

Kode 2 : SMP

Kode 3 : SMA

Kode 4 : Perguruan Tinggi

(3) Pekerjaan

Kode 1 : PNS

Kode 2 : Swasta

Kode 3 : IRT

(4) Sumber Informasi

Kode 1 : Petugas kesehatan

Kode 2 : Koran, majalah

Kode 3 : Keluarga

Kode 4 : Televisi, radio

3) Scoring, yaitu cara menentukan skor nilai tiap item pertanyaan, tentukan

nilai terendah dan tertinggi. Tetapkan jumlah kuisioner dan bobot masing-

masing kuisioner.

Benar : 1

Salah : 0

(1) Penilaian

sp
N= ×100 %
sm

Keterangan :

N = nilai pengetahuan

sp = jumlah nilai yang didapat

sm = jumlah nilai tertinggi Maksimal


45

4) Tabulating, yaitu mentabulasi hasil data yang diperoleh sesuai dengan item

pertanyaan.

Kategori :

(1) Baik, jika nilai 76-100%

(2) Cukup, jika nilai 56-75%

(3) Kurang, jika nilai < 56% (Budiman, 2013:11)

3.7 Keterbatasan

Keterbatasan yang dapat diuji peneliti selama proses pengumpulan data

sangat bervariasi, yang terjadi keterbatasan peneliti adalah: Keterbatasan

reverensi dan pada saat penelitian keterbatasan bahasa (bahasa Banjar).

3.8 Etika Penulisan

3.8.1 Informed Consent

Sebelum melakukan penelitian maka akan diedarkan lembar persetujuan

untuk menjadi responden, dengan tujuan agar subyek mengerti maksud dari

tujuan penelitian serta mengetahui dampaknya. Jika subyek bersedia, maka

responden harus menandatangani lembar persetujuan dan jika responden tidak

bersedia maka penelitian harus menghormati hak klien.

3.8.2 Tanpa Nama (Anonimity)

Menjelaskan bentuk alat ukur dengan tidak perlu mencantumkan nama

pada lembar pengumpulan data, dan hanya menuliskan kode pada lembar

pengumpulan data.

3.8.3 Kerahasiaan (confidentiality)

Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh

peneliti. Hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil peneliti.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Pada bab ini peneliti akan menyajikan hasil dan pembahasan dari

pengumpulan data yang dilakukan di Wilayah Kerja Pustu Pahandut Seberang

Palangka Raya pada tanggal 13-17 juni 2016 tentangTingkat Pengetahuan Ibu

Yang Memiliki Balita Usia 1-2 Tahun Tentang Pemberian Makan Pada Bayi

Dan Anak (PMBA) di Wilayah Kerja Pustu Pahandut Seberang Palangka Raya

2016. Data diperoleh melalui pemberian kuesioner untuk mengidentifikasi

pengetahuan Ibu yang memiliki balita usia 1-2 tahun tentang Pemberian Makan

Pada Bayi dan Anak (PMBA) dengan jumlah respondennya sebanyak 43 orang

yang memenuhi kriteria, yaitu karakteristik umum subjek penelitian dari suatu

target populasi yang terjangkau dan akan diteliti. Data yang disajikan terdiri

dari 2 macam yaitu data umum dan data khusus. Adapun data umum yang

merupakan karakteristik subjek penelitian yaitu data demografi meliputi umur,

pendidikan, pekerjaan, dan sumber informasi. Sedangkan yang termasuk dalam

data khusus yaitu Tingkat Pengetahuan Ibu Yang Memiliki Balita Usia 1-2

Tahun Tentang Pemberian Makan Pada Bayi Dan Anak (PMBA).


47

4.1.1 Karakteristik Lokasi Penelitian

Pustu pahandut seberang berada di Jalan Palangka Raya-Bukit Rawi

Kecamatan Pahandut Kelurahan Pahandut Seberang sebelah Timur berbatasan

dengan RT 02 RW 01 sebelah Selatan berbatasan dengan sarang walet dan

sebelah Barat berbatasan dengan pertokoan-pertokoan. Keadaan lingkungan

masyarakat di Wilayah kerja Pustu Pahandut terlihat banyak rumah terbuat dari

kayu karena berlokasi dipinggir sungai Kahayan. Banyak pula kita temui

lanting atau rumah kayu yang mengapung diatas sungai. Mata pencaharian

masyarakat setempat sebagai nelayan ada juga sebagai buruh pasar. Mayoritas

penduduknya adalah suku Banjar Hulu Sungai.

4.1.2 Data Umum

Pada bagian ini akan disajikan data berdasarkan data demografi yang

menjadi responden di wilayah kerja Pustu Pahandut Seberang yaitu :

1) Karakteristik Umur Responden

Umur

< 20 Tahun
45%
55% 20-35 Tahun
> 35 Tahun

Diagram 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur di wilayah


kerja Pustu Pahandut Seberang Tahun 2016.
48

Dari diagram pie diatas dapat diketahui bahwa dari 43 responden,yang

terbanyak terdapat pada umur20-35 tahun sebanyak 24 responden(55%),

dilanjutkan umur > 35 tahun sebanyak 19 responden (45%).

2) Karakteristik Pendidikan Responden

Pendidikan
12% 7%

SD
35% SMP
SMA
47% PT

Diagram 4.2 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan di


wilayah kerja Pustu Pahandut Seberang Tahun 2016.

Dari diagram pie diatas dapat diketahui bahwa dari 43 responden,

tingkat pendidikan terbanyak pada pendidikan SMA sebanyak 20 responden

(47%), dilanjutkan pendidikan SMP sebanyak 15 responden (35%), Perguruan

Tinggi sebanyak 5 responden (12%), SD3 responden (7%) danresponden tidak

sekolah tidak ada.


49

3) Karakteristik Pekerjaan Responden

Pekerjaan

12%

23%

65%
PNS
Swast
a
IRT

Diagram 4.3 Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan di


wilayah kerja Pustu Pahandut Seberang Tahun 2016.

Dari diagram pie diatas dapat diketahui bahwa dari 43 responden,

IRT sebanyak 28 responden (65%), swasta sebanyak 10 responden (23%),

pegawai negeri 5 responden (12%).

4) Identifikasi Responden Berdasarkan Informasi yang didapat

Informasi

Ya
Tida
k
100%

Diagram 4.4 Distribusi responden berdasarkan sumber informasi di


wilayah kerja Pustu Pahandut Seberang Tahun 2016.
50

Berdasarkan diagram pie di atas dapat diketahui bahwa dari 43

responden semuanya pernah mendapat informasi tentang Pemberian Makan

Pada Bayi dan Anak (PMBA).

5) Karakteristik Sumber Informasi Responden

Informasi

23%
35%

Petugas Kesehatan
16%
Koran, Majalah
26% Keluarga
Televisi, Radio

Diagram 4.5 Karakteristik responden berdasarkan sumber informasi


di wilayah kerja Pustu Pahandut Seberang Tahun 2016.

Dari diagram pie diatas dapat diketahui bahwa dari 43 responden,

petugas kesehatan sebanyak 15 responden (35%), koran, majalah sebanyak

11 responden (26%), televisi, radio 10 responden (23%), keluarga sebanyak

7 responden (16%).

4.1.3 Data Khusus

Pada bagian ini akan disajikan karakteristik berdasarkan tingkat

pengetahuanIbu yang memiliki balita usia 1-2 tahun tentang Pemberian Makan

Pada Bayi dan Anak (PMBA) di wilayah kerja Pustu Pahandut Seberang Tahun

2016.

1) Tingkat pengetahuan Ibu yang memiliki balita usia 1-2 tahun tentang

pengertian Pemberian Makan Pada Bayi dan Anak (PMBA)


51

Tingkat pengetahuan Ibu yang memiliki balita usia 1-2 tahun tentang
pengertian Pemberian Makan Pada Bayi dan Anak (PMBA)

7%

19%
Baik
Cukup
74% Kuran
g

Diagram 4.6 Diagram pietingkat pengetahuan Ibu yang memiliki


balita usia 1-2 tahun tentang pengertian Pemberian
Makan Pada Bayi dan Anak (PMBA)di wilayah kerja
Pustu Pahandut Seberang Tahun 2016.

Dari diagram pie diatas dapat diketahui bahwa dari 43 responden,

yang memiliki tingkat pengetahuan kurang sebanyak 32 responden (74%),

tingkat pengetahuan cukup sebanyak 8 responden (19%), tingkat

pengetahuan baik sebanyak 3 responden (7%).

2) Tingkat pengetahuan Ibu yang memiliki balita usia 1-2 tahun tentang

manfaat Pemberian Makan Pada Bayi dan Anak (PMBA)

Tingkat pengetahuan Ibu yang memiliki balita usia 1-2 tahun tentang
manfaat Pemberian Makan Pada Bayi dan Anak (PMBA)

9%

19%
Baik
Cukup
72% Kuran
g

Diagram 4.7 Diagram pietingkat pengetahuan Ibu yang memiliki


balita usia 1-2 tahun tentang manfaat Pemberian
Makan Pada Bayi dan Anak (PMBA)di wilayah kerja
Pustu Pahandut Seberang Tahun 2016.
52

Dari diagram pie diatas dapat diketahui bahwa dari 43 responden,

yang memiliki tingkat pengetahuan kurang sebanyak 31 responden (72%),

tingkat pengetahuan cukup sebanyak 8 responden (19%), tingkat

pengetahuan baik sebanyak 4 responden (9%).

3) Tingkat pengetahuan Ibu yang memiliki balita usia 1-2 tahun tentang

tujuan Pemberian Makan Pada Bayi dan Anak (PMBA)

Tingkat pengetahuan Ibu yang memiliki balita usia 1-2 tahun tentang
tujuan Pemberian Makan Pada Bayi dan Anak (PMBA)

7%
Baik
Cukup
33% Kurang
60%

Diagram 4.8 Diagram pietingkat pengetahuan Ibu yang memiliki


balita usia 1-2 tahun tentang tujuan Pemberian Makan
Pada Bayi dan Anak (PMBA)di wilayah kerja Pustu
Pahandut Seberang Tahun 2016.

Dari diagram pie diatas dapat diketahui bahwa dari 43 responden,

yang memiliki tingkat pengetahuan kurang sebanyak 26 responden (60%),

tingkat pengetahuancukup sebanyak 14 responden (33%), tingkat

pengetahuan baik sebanyak 3 responden (7%).


53

4) Tingkat pengetahuan Ibu yang memiliki balita usia 1-2 tahun tentang cara

Pemberian Makan Pada Bayi dan Anak (PMBA)

Tingkat pengetahuan Ibu yang memiliki balita usia 1-2 tahun tentang
cara Pemberian Makan Pada Bayi dan Anak (PMBA)

16%

23%
61%
Baik
Cukup
Kurang

Diagram 4.9 Diagram pietingkat pengetahuan Ibu yang memiliki


balita usia 1-2 tahun tentang cara Pemberian Makan
Pada Bayi dan Anak (PMBA)di wilayah kerja Pustu
Pahandut Seberang Tahun 2016.

Dari diagram pie diatas dapat diketahui bahwa dari 43 responden,

yang memiliki tingkat pengetahuan kurang sebanyak 26 responden (61%),

tingkat pengetahuan cukup sebanyak 10 responden (23%), tingkat

pengetahuan baik sebanyak 7 responden (16%).

4.2. Pembahasan

4.2.1. Tingkat pengetahuan Ibu yang memiliki balita usia 1-2 tahun tentang

pengertian Pemberian Makan Pada Bayi dan Anak (PMBA)

Berdasarkan data yang diperoleh dari 43 responden, Ibu memiliki tingkat

pengetahuan kurang sebanyak 32 responden (74%), tingkat pengetahuan cukup

sebanyak 8 responden (19%), tingkat pengetahuan baik sebanyak 3 responden

(7%).
54

Pengetahuan (Knowledge) merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi

setelah orang melakukan penginderaan, terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,

2010:50).Pengetahuan(Knowledge) merupakan hasil mengingat suatu hal,

termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja

maupun tidak sengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau

pengamatan terhadap suatu objek tertentu (Wahit, 2007:28).

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh

pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak

langsung (Wahit, 2007: 30).Hal ini dapat disimpulkan bahwa apabila ibu

memiliki pekerjaan yang membuat ibu lebih banyak berkomunikasi dengan

orang lain maka ibu akan memiliki pengetahuan dari orang-orang disekitarnya

ataupun dari berbagai media.

Dengan demikian berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa

tidak ada kesenjangan antara fakta dan teori dimana sebagian besar responden

berpengetahuan kurang tentang pengertian pemberian makan pada bayi dan

anak (PMBA) sebagian besar dengan pekerjaan IRT, dimana seseorang yang

memiliki pekerjaa IRT cenderung lebih banyak memiliki aktivitas di dalam

rumah sehingga ibu jarang terpapar dengan lingkungannya yang menyebabkan

kesempatan ibu dalam mendapatkan informasi dari lingkungan lebih kecil dan

dapat mempengaruhi pengetahuan ibu terutama terhadap pengertian pemberian

makan pada bayi dan anak (PMBA).Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh
55

tenaga kesehatan agar dapat memperbaiki tingkat pengetahuan masyarakat agar

berpengetahuan lebih baik yaitu dengan memberikan penyuluhan kepada ibu-

ibu tentang pengertian pemberian makan pada bayi dan anak (PMBA).

4.2.2. Tingkat pengetahuan Ibu yang memiliki balita usia 1-2 tahun tentang

manfaat Pemberian Makan Pada Bayi dan Anak (PMBA)

Dari hasil penelitian yang memiliki tingkat pengetahuan kurang sebanyak

31 responden (72%), tingkat pengetahuan cukup sebanyak 8 responden (19%),

tingkat pengetahuan baik sebanyak 4 responden (9%).

Pengetahuan (Knowledge) merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi

setelah orang melakukan penginderaan, terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010:50).

Pengetahuan(Knowledge) merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk

mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun

tidak sengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan

terhadap suatu objek tertentu (Wahit, 2007:28).

Ibu yang berumur 20-35 tahun, menurut (Arini H, 2012) disebut sebagai

“masa dewasa” dan disebut juga masa reproduksi, dimana pada masa ini

diharapkan orang telah mampu untuk memperoleh informasi lebih banyak dan

mempunyai pola pikir yang lebih luas.

Dengan demikian berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa

ada kesenjangan antara fakta dan teori dimana sebagian besar responden
56

berpengetahuan kurang sebagian besar responden berumur 20-35 tahun dimana

pada usia tersebut akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis.

Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan agar dapat

memperbaiki tingkat pengetahuan masyarakat agar berpengetahuan lebih baik

yaitu dengan memberikan penyuluhan tentang manfaat pemberian makan pada

bayi dan anak (PMBA).

4.2.3. Tingkat pengetahuan Ibu yang memiliki balita usia 1-2 tahun tentang

tujuan Pemberian Makan Pada Bayi dan Anak (PMBA)

Berdasarkan hasil penelitian dari 43 responden, Ibu yang memiliki

balita memiliki tingkat pengetahuan kurang sebanyak 26 responden (60%),

tingkat pengetahuancukup sebanyak 14 responden (33%), tingkat pengetahuan

baik sebanyak 3 responden (7%).

Pengetahuan (Knowledge) merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi

setelah orang melakukan penginderaan, terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010:50).

Pengetahuan(Knowledge) merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk

mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun

tidak sengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan

terhadap suatu objek tertentu (Wahit, 2007:28).

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang pada orang lain

terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri
57

bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka

menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang

dimilikinya. Sebaliknya jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan

menghambat perkembangan seseorang terhadap penerimaan, informasi dan

nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Wahit, 2007: 30).

Dengan demikian berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa

ada kesenjangan antara fakta dan teori dimana sebagian besar responden

berpengetahuan kurang tentang tujuan pemberian makan pada bayi dan anak

(PMBA)dengan sebagian besar pendidikan SMA, dimana semakin tinggi

pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan

pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya

jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan

seseorang terhadap penerimaan, informasi dan nilai-nilai yang baru

diperkenalkan. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan

agar dapat memperbaiki tingkat pengetahuan masyarakat agar berpengetahuan

lebih baik yaitu dengan memberikan penyuluhan tentang tujuan pemberian

makan pada bayi dan anak (PMBA).

4.2.4. Tingkat pengetahuan Ibu yang memiliki balita usia 1-2 tahun tentang cara

Pemberian Makan Pada Bayi dan Anak (PMBA)

Berdasarkan hasil penelitian dari 43 responden, yang memiliki tingkat

pengetahuan kurang sebanyak 26 responden (61%), tingkat pengetahuan cukup

sebanyak 10 responden (23%), tingkat pengetahuan baik sebanyak 7 responden

(16%).
58

Pengetahuan (Knowledge) merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi

setelah orang melakukan penginderaan, terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010:50).

Pengetahuan(Knowledge) merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk

mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun

tidak sengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan

terhadap suatu objek tertentu (Wahit, 2007:28).

Kemudahanuntukmemperoleh suatu informasi dapat membantu

mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru (Wahit,

2007:30).

Dengan demikian berdasarkan hasil penelitian ada kesenjangan antara

teori dan fakta. Faktanya banyak Ibu yang mendapatkan informasi dari tenaga

kesehatan tetapi pengetahuannya kurang tentang cara Pemberian Makan pada

Bayi dan Anak (PMBA). Dikarenakan kurangnya informasi yang lebih dalam

lagi dari tenaga kesehatan dalam menyampaikan informasi atau Ibu itu sendiri

yang kurang memahami apa yang sudah disampaikan. Diharapkan bagi tenaga

kesehatan dalam penyampaian informasi dapat lebih menyederhanakan bahasa

penyampaiannya agar Ibu dapat dengan mudah mengerti apa yang

disampaikan.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan proses pengolahan data yang

dilaksanakan pada tanggal 13-17 juni 2016 di wilayah kerja Pustu Pahandut

Seberang Palangka Raya dari 43 responden dapat disimpulkan sebagai berikut.

a. Tingkat pengetahuan ibu yang memiliki balita usia 1-2 tahun tentang

pemberian makan pada bayi dan anak dari 43 responden, sebanyak 32

responden dengan presentase 74% memiliki pengetahuan kurang tentang

pengertian, sebanyak 31 responden dengan prensentase 72% memiliki

pengetahuan kurang tentang manfaat, sebanyak 26 responden dengan

presentase 61% memiliki pengetahuan kurang tentang cara pemberian, dan

sebanyak 26 responden dengan presentase 61% memiliki pengetahuan

kurang tentang tujuan.

Tingkat pengetahuan ibu yang memiliki balita tentang pemberian makan

pada bayi dan anak menyatakan bahwa mayoritas ibu memiliki pengetahuan

yang kurang terhadap pengertian dari pemberian makan pada bayi dan anak

(PMBA) sangat dipengaruhi oleh pekerjaan ibu. Dalam penelitian ini

mayoritas pekerjaan ibu sebagai IRT sebanyak 26 orang (65%). Sehingga

dapat disimpulkan bahwa seseorang yang memiliki pekerjaa IRT cenderung

lebih banyak memiliki aktivitas di dalam rumah sehingga ibu jarang

terpapar dengan lingkungannya yang menyebabkan kesempatan ibu dalam

mendapatkan informasi dari lingkungan lebih kecil dan dapat


60

mempengaruhi pengetahuan ibu terhadap pengertian pemberian makan pada

bayi dan anak (PMBA).

b. Tingkat pengetahuan ibu yang memiliki balita tentang pemberian makan

bayi dan anak menyatakan bahwa mayoritas memiliki pengetahuan kurang

terhadap pengertian, manfaat, tujuan dan cara pemberian sangat dipengaruhi

oleh pekerjaan ibu tersebut. Dalam penelitian ini mayoritas responder

berusia 20-35 tahun sebanyak 24 0rang (55%), sebanyak 20 orang (47%)

berpendidikan SMA, dan mendapatkan informasi dari tenaga kesehatan

sebanyak 15 orang (35%)Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin

dewasa atau semakin tingginya umur seorang ibu maka dengan mudah juga

ibu menerima dan memahami informasi yang diberikan. Sebaliknya jika

seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan

seseorang terhadap penerimaan, informasi dan nilai-nilai yang baru

diperkenalkan.Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan

agar dapat memperbaiki tingkat pengetahuan masyarakat agar

berpengetahuan lebih baik yaitu dengan cara lebih aktif lagi dalam kegiatan

Posyandusehingga dengan aktifnya kegiatan tersebut maka kesempatan

tenaga kesehatan dalam memberikan informasi tentang pemberian makan

pada bayi dan anak (PMBA) khususnya kepada ibu yang memiliki balita.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka dapat disarankan hal-hal yang

terkait dengan pemberian makan pada bayi dan anak (PMBA), sebagai berikut:
61

5.2.1 Bagi Tempat Penelitian

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukkan dan

sumbangan pemikiran bagi Pustu pahandut seberang Palangka Raya untuk

lebih meningkatkan pelayanan dan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat

khususnya ibu yang memiliki balita.

5.2.2 Bagi Ibu yang memiliki balita

Diharapkan setelah dilakukan wawancara serta penelitian tentang

pemberian makan pada bayi dan anak (PMBA) dapat lebih paham dan mengerti

tentang pengertian, manfaat, tujuan serta cara pemberian mengenai pemberian

makan pada bayi dan anak (PMBA) sehingga dapat membantu mengurangi

resiko yang dapat terjadi pada pertumbuhan dan perkembangan anak.

5.2.3 Bagi Tenaga Kesehatan

Petugas kesehatan dapat memberikan informasi kepada ibu secara

berkala tentang pemberian makan pada bayi dan anak

5.2.4 Bagi Instansi Pendidikan

Penelitian ini dapat menjadi referensi dalam penelitian selanjutnya dan

mejadi referensi dalam menambah kepustakaan.

5.2.5 Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

wawasan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah dan menambah pengalaman

dalam bidang penelitian kebidanan khususnya tentang pemberian makan pada

bayi dan anak (PMBA).

DAFTAR PUSTAKA
62

Anung Sugihantoro. (2014). Modul Konseling : Pemberian Makan Bayi dan Anak.
Jakarta. Diunduh pada tanggal 10 Maret 2016, dari
www.unicef.org/indonesia/id/PaketKonseling-3Logos.pdf.
Arikunto S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Ed. Revisi VI).
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Arikunto S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Ed. Revisi).
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Arini, H. (2012). Hubungan Umur Dan Tingkat Pendidikan Terhadap Pemberian Asi
Eksklusif, http://aperlindraha.wordpress.com. (diakses pada tanggal 10
Maret 2011).
Budiman. (2013). Kapita selekta kuesioner. Salemba medika: Jakarta.
Djoko Pekik Irianto. (2006). Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan.
Yogyakarta: Penerbit Andi.
Djoko Pekik Irianto. (2006). Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan
Olahragawan.Yogyakarta: Penerbit Andi.
Depkes RI. (2005). Pedoman Perbaikan gizi Anak Sekolah Dasar dan
MadrasahIbtidaiyah. Jakarta: Depkes RI.
Depkes. (2013). Pelatihan Pemberian Makan Bayi dan Anak. Diunduh pada tanggal
03Mei 2016 dari http://gizi.depkes.go.id/pelatihan-pemberian-makan-bayi-
dan-anak-pmba.
Dunia Anak. (2012). Makanan Sehat Bayi Usia 1-2 Tahun. Diunduh pada tanggal
03Mei 2016 dari http://duniaanak.org/makanan-anak/makanan-sehat-bayi-
usia-1-2-tahun.html
Hidayat, A. A. (2008). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi
KonsepKeperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Ariani.P.A. (2014) Aplikasi Metode Penelitian Kebidanan Dan Kesehatan
Reproduksi. Yogyakarta: Nuha Medika.
Hidayat, A. A. (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi
KonsepKeperawatan Buku 1. Jakarta: Salemba Medika.
INFODATIN. (2013). Situasi dan Analisis Gizi. Jakarta. Diunduh pada tanggal 10
Maret 2016, dari http://www.docfoc.com/infodatin-gizi-pdf.
63

Marsetyo dan Kartasapoetra. (2005). Ilmu gizi (Korelasi Gizi Kesehatan dan
Produktifitas Kerja). Jakarta: PT Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Ed. 1. Jakarta: PT
Rineka Cipta Edisi pertama.
Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Nursalam. (2003). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan:
Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan.Jakarta:
Salemba Medika.
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. (2009). Konsep dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Savitri Sayogo. (2002). Gizi Ditentukan Sejak Belanja. Jakarta: PT.
IntisariMediatama.
Soegeng Santoso dan Anne Lies Ranti. (2004). Kesehatan dan Gizi. Jakarta:
PTRineka Cipta dan PT Bina Adiaksara.
Sunita Almatsier. (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia
PustakaUtama.
Wahit, Iqbal Mubarak. (2007). Promosi Kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Wasis. (2002). Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Perawat. Jakarta : EGC.
Wawan, A. & Dewi, M. (2010). Teori Dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, Dan
Perilaku Manusia. Jakarta: Nuha Medika.
64

Lampiran : 4

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada :
Yth.
di-
Palangka Raya

Dengan hormat,
Saya Novia Cristi, mahasiswa Program Studi D-III Kebidanan STIKES Eka
Harap Palangka Raya bermaksud mengadakan penelitian untuk mengetahui Tingkat
Pengetahuan Ibu Yang Memiliki Balita Tentang Pemberian Makan Pada Bayi Dan
Anak (PMBA) Di Wilayah Kerja Pustu Pahandut Seberang Palangka Raya,
penelitian ini dilakukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar D-III
Kebidanan.
Sehubungan dengan hal tersebut maka saya mohon kesediaan saudara untuk
memberikan jawaban atas pertanyaan yang diberikan dalam bentuk kuesioner.
Keikutsertaan saudara dalam mengisi kuesioner ini bersifat sukarela dan tidak
berpengaruh pada nilai apapun, jawaban yang digunakan untuk kepentingan
penelitian saja. Semoga amal ibadah saudara dibalas dengan kebaikan.

Palangka Raya, Juni 2016


Pemohon

Novia Cristi
NIM : 2012.A.03.314
65

Lampiran : 5

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN


(Infoormed Consent)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


No. Responden :
Usia :
Alamat :
Pekerjaan :

Menyatakan bahwa saya bersedia menjadi responden penelitian Mahasiswi


Program Studi D-III Kebidanan STIKES Eka Harap Palangka Raya Kalimantan
Tengah atas nama Novia Cristi, dengan judul : TINGKAT PENGETAHUAN IBU
YANG MEMILIKI BALITA TENTANG PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI
DAN ANAK (PMBA) DI WILAYAH KERJA PUSTU PAHANDUT SEBERANG
PALANGKA RAYA.
Saya sudah diberi informasi dan memutuskan untuk berpartisipasi sebagai
responden pada penelitian ini secara sukarela.

Palangka Raya, juni 2016


Responden

(..............................................)
66

Lampiran : 6

KUISIONER PENELITIAN

TINGKAT PENGETAHUAN IBU YANG MEMILIKI BALITA TENTANG


PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DI WILAYAH
KERJA PUSTU PAHANDUT SEBERANG TAHUN 2016

Tujuan Kuesioner:

Kuesioner dilakukan untuk kepentingan penelitian yang dijamin kerahasiaannya dan

tidak digunakan untuk maksud lain.

Petunjuk Soal:

1. Isilah data identitas Anda sesuai dengan nomor keterangan.

2. Berilah tanda (√) pada jawaban kuesioner yang Anda anggap benar.

3. Isilah kuesioner ini dengan jujur dan tidak dipengaruhi oleh orang lain.

4. Diisi sendiri oleh responden dan tidak boleh diwakilkan.

I. Identitas

3. Umur :

1) < 20 Tahun

2) 20-35 Tahun

3) > 35 Tahun

4. Pendidikan :

1) SD 3) SMA

2) SMP 4) PT
67

5. Pekerjaan :

1) PNS

2) Swasta

3) IRT

6. Sumber informasi (Apakah ibu pernah mendapatkan informasi tentang PMBA)

Petugas kesehatan Koran, majalah

Keluarga Televisi, radio (media elektronik

II.Isilah pertanyaan berikut!


A. Pengertian-pengertian dalam PMBA
1. Pemberian Makan Pada Bayi dan Anak (PMBA) adalah?
a. Proses berawal ketika ASI saja tidak lagi cukup untuk memenuhi
kebutuhan bayi
b. Proses pemberian ASI saja
c. Proses pemberian makan pada bayi usia 0-6 bulan
d. Jawaban a, b, dan c semua benar
2. Pengertian dari Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah?
a. Pemberian ASI setelah 6 jam bayi lahir
b. Memberi kesempatan pada bayi baru lahir untuk menyusu sendiri pada
ibu dalam satu jam pertama kelahirannya
c. Pemberian ASI pada bayi setalah Usia 1 hari
d. Pemberian ASI 2 jam setelah bayi lahir
3. Pengertian dari Asi Ekslusif adalah?
a. Pemberian ASI sampai 3 bulan
b. Pemberian ASI selama 4 bulan
c. Pemberian ASI selama 6 bulan tanpa tambahan cairan lain
d. Pemberian ASI selama 7 bulan
4. Pengertian dari MP-ASI adalah?
a. Makanan tambahan yang diberikan kepada bayi atau anak disamping
ASI untuk memenuhi kebutuhan gizinya pada usia 6-24 bulan.
b. Makanan tambahan yang diberikan pada usia 0-6 bulan
c. Makanan tambahan yang diberikan pada usia 10-15 bulan
d. Makanan tambahan yang diberikan pada usia 15-24 bulan
68

B. Manfaat dari PMBA


5. Pemberian makan yang terbaik sejak lahir hingga usia 2 tahun bermanfaat
untuk ........
a. Mencegah bayi dari penyakit polio
b. Memenuhi kebutuhan nutrisi ibu
c. Mencegah bayi dari penyakit hepatitis B
d. Kualitas tumbuh kembangnya sekaligus memenuhi hak anak
6. Pemberian ASI saja sejak lahir hingga usia 6 bulan (ASI eksklusif)
bermanfaat untuk …..
a. Memenuhi kebutuhan nutrisi ibu
b. Memenuhi seluruh kebutuhan gizi bayi, serta melindungi bayi dari
berbagai penyakit
c. Memenuhi kebutuhan istirahat bayi
d. Memenuhi seluruh kebutuhan hidup bayi
7. Penyakit apa saja yang bisa timbulkan pada bayi jika tidak diberikan ASI
eksklusif enam bulan …….
a. Polio
b. Diare dan infeksi saluran pernapasan akut
c. Campak
d. Hepatitis B
8. Praktek pemberian makan yang tepat pada bayi dan anak juga dapat
mempengaruhi ekonomi keluarga, contohnya……
a. Mengurangi beban untuk membeli susu formula
b. Menghindari sakit pada bayi dan anak yang berdampak pada biaya bayi
sakit yang cukup mahal
c. Jawaban a dan b salah
d. Jawaban a dan b benar
C. Tujuan PMBA
9. Tujuan utama pemberian makan pada bayi dan anak yang baik dan benar
adalah ?
a. Mengatasi masalah ekonomi keluarga
b. Mengatasi masalah pada ibu
c. Mengatasi masalah kekurangan gizi pada bayi dan anak balita
d. Mengatasi psikologis anak
10. Jika dalam praktik PMBA salah dapat mengakibatkan stunting yang
artinya….
a. Anak dengan tinggi badan tidak sesuai dengan usianya
b. Anak dengan berat badan lebih dari normal
c. Anak dengan gizi buruk
d. Anak dengan tinggi badan sesuai dengan usianya
69

11. Praktik PMBA yang direkomentasikan adalah menyusui. Jika bayi tidak
menyusui dapat beresiko besar bagi bayi, diantaranya……
a. Resiko kematian yang lebih besar
b. Susu formula tidak memiliki antibody untuk melindungi bayi dari sakit
c. Susu formula sulit diserap usus bayi, sering mengalami diare, infeksi
saluran pernapasan yang lebih sering, dll
d. Jawaban a, b dan c semua benar
12. Resiko tidak menyusui bagi ibu, kecuali…….
a. Meningkatkan resiko anemia jika pemberian ASI tidak dimulai sejak
dini
b. Mengganggu ikatan/bonding dengan bayinya
c. Meningkatkan depresi paska persalinan
d. Kejadian kanker rahim dan kanker payudara lebih rendah
D. Cara Pemberian Makan Pada Bayi dan Anak (PMBA)
13. Frekuensi perhari dalam cara pemberian makan pada bayi dan anak pada
usia 6 bulan adalah………
a. Cukup hanya dengan ASI saja
b. 2-3 kali makan ditambah ASI
c. 4-5 kali makan ditambah ASI
d. 5-6 kali makan ditambah ASI
14. Frekuensi perhari dalam cara pemberian makan pada bayi dan anak pada
usia 6-9 bulan adalah ………
a. 2-3 kali makan ditambah ASI dan bisa ditambah makanan selingan 1-2
kali
b. Cukup hanya dengan ASI saja
c. 4-6 kali makan tanpa ASI
d. 5-6 kali makan dengan ASI dan bisa ditambah makanan selingan
15. Frekuensi perhari dalam cara pemberian makan pada bayi dan anak 9-12
bulan adalah …….
a. 5-6 kali makan dengan ASI dan bisa ditambah makanan selingan
b. 2-3 kali makan ditambah ASI dan bisa ditambah makanan selingan 1-2
kali
c. 3-4 kali makan ditambah ASI dan bisa ditambah makanan selingan 1-2
kali
d. 2-3 kali makan ditambah ASI
16. Frekuensi perhari dalam cara pemberian makan pada bayi dan anak pada
usia 12-24 bulan adalah ……..
a. 2-3 kali makan ditambah ASI
b. 3-4 kali makan ditambah ASI
c. 3-4 kali makan ditambah ASI dan bisa ditambah makanan selingan 1-2
d. 3-4 kali makan ditambah ASI dan bisa ditambah makanan selingan 1-2
kali berupa snack bisa diberikan
70

Lampiran : 7

KISI-KISI KUSIONER

“Tingkat Pengetahuan Ibu Yang Memiliki Balita Tentang Pemberian Makan Pada

Bayi dan Anak (PMBA) DiWilayah Kerja Pustu Pahandut Seberang Palangka Raya”.

No. Pembahasan No. Soal

1. Pengertian Pemberian Makan Pada


(1,2,3,4)
Bayi dan Anak (PMBA)

2. Manfaat Pemberian Makan Pada Bayi


(5,6,7,8)
dan Anak (PMBA)

3. Tujuan Pemberian Makan Pada Bayi


(9,10,11,12)
dan Anak (PMBA)

4. Cara Pemberian Makan Pada Bayi dan


(13,14,15,16)
Anak (PMBA)
71

Lampiran : 8

KUNCI JAWABAN

1. a 9. c

2. b 10. a

3. c 11. d

4. a 12. d

5. d 13. b

6. b 14. a

7. b 15. c

8. d 16. d

Anda mungkin juga menyukai