Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN

LUKA BAKAR

Disusun Oleh :
kelompok 2
1. Jesika G. Makawimbang (19142010037)
2. Putri Aprilia A (19142010138)
3. Maria P. Duarmas (19142010054)
4. David Sondakh (19142010039)
5. Maria G. Wanma ( 19142010046)
6. Jenifer Hontonglaliu (19142010043)
7. Stevania Agnes Aghogho (19142010139)

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA
MANADO
2021
 
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa , karena berkat dan rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan asuhan keperawatan tentang “ Luka Bakar " asuhan keperawatan ini disusun untuk memenuhi
tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah Askep Kegawatdaruratan II Dan harapan  kami semoga  asuhan
keperawatan ini  dapat  menambah  wawasan pembaca.
      kami menyadari bahwa asuhan keperawatan yang kami susun ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi perbaikan asuhan keperawatan
berikutnya. Semoga asuhan keperawatan ini bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................................

DAFTAR ISI....................................................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................................

A.   Latar Belakang  
B.   Rumusan Masalah  
C.   Tujuan Penulisan  
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................................
A.   Definisi
B. Etiologi
C. Patofisiologi
D. Pathway
E. klasifikasi Luka Bakar
F. Manifestasi Klinis
G. Komplikasi
H. Pemeriksaan penunjang
I. Penatalaksanaan  
Asuhan Keperawatan Klien dengan Luka Bakar
A. Pengkajian
B. Diagnosa
C. Intervensi
D.  Implementasi
E. Evaluasi
BAB III PENUTUP..........................................................................................................................
A.   Kesimpulan  
B.   Saran  
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter, jenis yang berat
memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan dengan cedera oleh
sebab lain. Biaya yang dibutuhkan juga cukup mahal untuk penanganannnya. Penyebab luka bakar
selain karena api ( secara langsung maupun tidak langsung ), juga karena pajanan suhu tinggi dari
matahari, listrik maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau akibat tidak langsung dari api
( misalnya tersiram panas ) banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga (Sjamsuhidajat, 2005 ).
Dengan memperhatikan prinsip- prinsip dasar resusitasi pada trauma dan penerapannya pada saat
yang tepat diharapkan akan dapat menurunkan sekecil mungkin angka- angka tersebut diatas. Prinsip-
prinsip dasar tersebut meliputi kewaspadaan

akan terjadinya gangguan jalan nafas pada penderita yang mengalami trauma inhalasi,
mempertahankan hemodinamik dalam batas normal dengan resusitasi cairan, mengetahui dan
mengobati penyulit- penyulit yang mungkin terjadi akibat trauma listrik, misalnya rabdomiolisis dan
disritmia jantung. Mengendalikan suhu tubuh dan menjauhkan / mengeluarkan penderita dari
lingkungan trauma panas juga merupakan prinsip utama dari
 penanganan trauma termal ( American College of Surgeon Committee on Trauma, 1997). Kulit adalah
organ kompleks yang memberikan pertahanan tubuh pertama terhadap kemungkinan lingkungan yang
merugikan. Kulit melindungi tubuh terhadap infeksi, mencegah kehilangan cairan tubuh, membantu
mengontrol suhu tubuh, berfungsi sebagai organ eksretoridan sensori, membantu dalam proses
aktivasi vitamin D, dan mempengaruhi citra tubuh. Luka bakar adalah hal yang umum, namun
merupakan bentuk cedera kulit yang sebagian besar dapat dicegah ( Horne dan Swearingen, 2000 ).

A.  Rumusan Masalah
1.  Bagaimana konsep dasar dari Luka Bakar ?
2.  Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan Luka Bakar ?
B. Tujuan

1. Tujuan Penulisan
B. Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui gambaran secara umum tentang asuhan keperawatan pada klien dengan
Luka Bakar

2.   Tujuan Khusus

a.  Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dengan Luka Bakar.
 b.  Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada klien dengan Luka Bakar.
c.Mahasiswa mampu menyusun intervensi keperawatan pada klien dengan Luka Bakar.
d.  Mahasiswa mampu menerapkan implementasi keperawatan pada klien dengan Luka Bakar.
BAB II

PEMBAHASAN

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Luka Bakar

A.   Definisi

Luka bakar (combustio/burn) adalah cedera (injuri) sebagai akibat kontak langsung atau terpapar
dengan sumber-sumber panas (thermal), listrik (electrict), zat kimia (chemycal), atau radiasi
(radiation).

Luka bakar adalah injury pada jaringan yang disebabkan oleh suhu panas, kimia, elektrik, radiasi dan
thermal. (Djohansjah, M, dkk, 1991: 365)

Luka bakar adalah luka yang terjadi bila sumber panas bersentuhan dengan tubuh atau
 jaringan dan besarnya luka ditentukan oleh tingkat panas atau suhu dan lamanya terkena. (Doengoes,
Marilynn E.2000 )

Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh karena kontak lansung atau bersentuhan langsung
atau tidak langsung dengan panas, kimia dan sumber lain yang menyebabkan terbakar. (Hudak &
Gallo, 1996 : 927)

Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan
 petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Irna Bedah RSUD Dr.Soetomo,
2001).

Luka bakar adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang disebabkan oleh trauma
benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik atau gigitan hewan
(buku Ilmu Ajar bedah Syamsu hidayat)

B. Etiologi

Luka bakar disebabkan oleh dari sumber panas ke tubuh. Panas tersebut mungkin di pindahkan
melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik. Berbagai faktor dapat menjadi penyebab luka bakar,
beratnya luka bakar juga dipengaruhi oleh cara dan lamanya kontak dengan sumber panas (misalnya
suhu benda yang membakar, jenis pakaian yang terbakar, sumber panas: api, air panas dan minyak
panas), listrik, zat kimia, radiasi, kondisi ruangan saat terjadi kebakaran dan ruangan yang tertutup.
Faktor yang mempengaruhi beratnya luka bakar antara lain :

1. Keluasan luka bakar


2. Kedalaman luka bakar
3. Umur pasien
4. Agen penyebab
5. Fraktur atau luka lain yang menyertai
6. Penyakit yang dialami terdahulu seperti diabetes, ginjal, jantung, dll.
7. Obesitas
8. Adanya trauma inhalasi

C. . Patofisiologi.

Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh. Panas tersebut dapat
dipindahkan melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik, derajat luka bakar yang berhubungan dengan
beberapa faktor penyebab, konduksi jaringan yang terkena dan lamanya kulit kontak dengan sumber panas.
Kulit dengan luka bakar mengalami kerusakan pada epidermis, dermis maupun jaringan subkutan tergantung
pada penyebabnya. Terjadinya integritas kulit memungkinkan mikroorganisme masuk ke dalam tubuh.
Kehilangan cairan akan mempengaruhi nilai normal cairan dan elektrolit tubuh akibat dari peningkatan pada
permeabilitas pembuluh darah sehingga terjadi perpindahan cairan dari intravaskuler ke ekstravaskuler
melalui kebocoran kapiler yang berakibat tubuh kehilangan natrium, air, klorida, kalium dan protein plasma.
Kemudian terjadi edema menyeluruh dan dapat berlanjut pada syok hipovolemik apabila tidak segera
ditangani (Hudak dan Gallo, 1996). Menurunnya volume intravaskuler menyebabkan aliran plasma ke ginjal
dan GFR (Rate Filtrasi Glomerulus) akan menurun sehingga haluaran urine meningkat. Jika resitasi cairan
untuk kebutuhan intravaskuler tidak adekuat bisa terjadi gagal ginjal dan apabila resitasi cairan adekuat,
maka cairan interstisial dapat ditarik kembali ke intravaskuler sehingga terjadi fase diuresis.
D. Pathway

E. KLasifikasi Luka Bakar

1. Klasifikasi luka bakar menurut kedalamannya


2. Klasifikasi luka bakar berdasarkan luasnya Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9
yang terkenal dengan rule of nine of wallace yaitu :
a. Kepala dan leher :9%
b. Lengan masing-masing 9% :18%
c. Badan depan 18%, badan bagian belakang :36%
d. Tungkai masing-masing 18 :36%
e. Genitalia/perineum :1%

3. Klasifikasi luka bakar berdasarkan berat ringannya Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus
dipertimbangkan beberapa faktor antara lain:
a. Persentase area (luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh.
b. Kedalaman luka bakar
c. Anatomi lokasi luka bakar
d. Umur klien
e. Riwayat pengobatan yang lalu
f. Trauma yang menyertai atau bersamaan
g. American burn Association membagi dalam :
1. Yang termasuk luka bakar ringan (minor) :

● Tingkat II : kurang dari 15% total body surface area pada orang dewasa atau kurang dari 10% total
bodysurface area pada anak- anak
● Tingkat III : kurang dari 2% total body surface area yang tidak disertai komplikasi .

2. Yang termasuk luka bakar sedang (moderate)


● Tingkat II :15% - 25% total body surface area pada orang dewasa atau kurang dari 10% - 20% total
body pada area anak.
● Tingkat III: kurang dari 10% total body surface area yang tidak disertai komplikasi

3. Yang termasuk luka bakar kritis (mayor) :


● Tingkat II 32% : Total body surface area atau lebih pada orang dewasa atau lebih dari 20% total
bodysurface area pada anak- anak.
● Tingkat III : 10% atau lebih
● Luka bakar yang melibatkan muka, tangan, mata, telinga kaki dan perineum.
● Luka bakar pada jalan pernapasan atau adanya komplikasi pernapasan.
● Luka bakar sengatan listrik(elektrik.
● Luka bakar yang ditandai dengan masalah yang memperlemah daya tahan tubuh seperti luka jaringan
lunak, fraktur, trauma lain atau masalah kesehatan sebelumnya.
b. American College Of Surgeon membagi dalam :
1. Parah – critical:
● Tingkat II : 30% atau lebih.
● Tingkat III: 10% atau lebih.
● Tingkat III pada tangan, kaki dan wajah
● Dengan adanya komplikasi pernapasan, jantung, fraktur, sloftissue yang luas

2. Sedang – moderate
● Tingkat II : 15 – 30%
● Tingkat III: 1 – 10%

3. Ringan – minor
● Tingkat II: < 155
● Tingkat III : < 1%

F. Manifestasi Klinis

Menurut Effendi, 1999 manifestasi klinik yang muncul pada luka bakar sesuai dengan kerusakannya :
1. Grade I : Kerusakan pada epidermis, kulit kering kemerahan, nyeri sekali, sembuh dalam 3-7 dan tidak
ada jaringan parut.
2. Grade II : Kerusakan pada epidermis dan dermis, terdapat vesikel dan edema subkutan, luka merah,
basah dan mengkilat, sangat nyeri, sembuh dalam 28 hari tergantung komplikasi infeksi.
3. Grade III : Kerusakan pada semua lapisan kulit, tidak ada nyeri, luka merah keputihan dan hitam keabu-
abuan, tampak kering, lapisan yang rusak tidak sembuh sendiri maka perlu Skin Graft.
G. Komplikasi

1.Segera
Sindrom kompartemen dari luka bakar sirkumferensial ( luka bakar pada ekstremitas iskemia ekstremitas, luka
bakar pada toraks hipoksia dari gagal nafas restriktif) ( cegah dengan eskarotomi segera).

2.Awal
a. Infeksi ( waspadai streptococcus ) obati infeksi yang timbul ( 10% organisme pada biopsi luka ) dengan
antibiotik sistemis.
b. Ulkus akibat stres ( ulkus curling) ( cegah dengan antasida, broker H2 atau inhibitor pompa proton
profilaksis)
c. Hiperkalsemia ( dari sitolisis pada luka bakar luas). Obati dengan insulin, dekstrosa.

H. Pemeriksaan penunjang

Menurut Doenges M.E (2000) pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah :


1) Hitung darah lengkap : Peningkatan Hematokrit menunjukkan hemokonsentrasi sehubungan dengan
perpindahan cairan. Menurutnya Hematokrit dan sel darah merah terjadi sehubungan dengan kerusakan
oleh panas terhadap pembuluh darah.
2) Leukosit akan meningkat sebagai respons inflamasi
3) Analisa Gas Darah (AGD) : Untuk kecurigaan cedera inhalasi
4) Elektrolit Serum. Kalium meningkat sehubungan dengan cedera jaringan, hipokalemia terjadi bila
diuresis.
5) Albumin serum meningkat akibat kehilangan protein pada edema jaringan
6) Kreatinin meningkat menunjukkan perfusi jaringan
7) EKG : Tanda iskemia miokardium dapat terjadi pada luka bakar
8) Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar selanjutnya.

I. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pasien luka bakar sesuai dengan kondisi dan tempat pasien dirawat melibatkan berbagai
lingkungan perawatan dan disiplin ilmu antara lain mencakup penanganan awal (ditempat kejadian),
penanganan pertama di unit gawat darurat, penanganan di ruangan intensif dan bangsal. Tindakan yang
dilakukan antara lain terapi cairan, fisioterapi dan psikiatri pasien dengan luka bakar memerlukan obat-obatan
topikah karena eschar tidak dapat ditembus dengan pemberian obat antibiotik sistemis. Pemberian obat-
obatantopikah anti mikrobial bertujuan tidak untuk mensterilkan luka akan tetapi untuk menekan pertumbuhan
mikroorganisme dan mengurangi kolonisasi, dengan pemberian obat-obatan topikah secara tepat dan efektif
dapat mengurangi terjadinya infeksi luka dan mencegah sepsis yang sering kali masih terjadi penyebab
kematian pasien.
1. Tatalaksana resusitasi luka bakar
a. Tatalaksana resusitasi jalan napas
1. Inkubasi : tindakan inkubasi dikerjakan sebelum edema mukosa
2. Krikotiroidotomi :bertujuan sama dengan inkubasi hanya dianggap agresif
3. Pemberian oksigen 100%
4. Perawatan jalan napas
5. Penghiasan Secret
6. Pemberian terapi inhalasi
7. Bilasan bronkoalveolar
8. Perawatan rehabilitatif untuk respirtif
9. Eskarotomi

2. Tatalaksana resusitasi cairan


b. Cara Evans
c. Cara baxter

3. Resusitasi nutrisi
Pada pasien luka bakar,pemberian nutrisi enteral sebaiknya dilakukan sejak dini
B. Penanganan Luka
1. Pendinginan luka
2. Debridement
3. Tindakan pembedahan
a. Split cangkok kulit
b. Flap

C. Terapi manipulasi lingkungan


1. Fase inflamasi
2. Fase fibroblastik
3. Fase maturbasi
Asuhan keperawatan pada klien dengan Luka Bakar

A. Pengkajian

1.Identitas
Meliputi nama, jenis kelamnin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status perkawinan,
pendidikan,  perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, pekerjaan, asuransi, golongan darah,
golongan darah, no. register, tanggal register, tanggal MRS,diagnosa, medis.

2.   Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan oleh klien luka bakar adalah nyeri, sesak napas.Nyeri
dapat disebabkan karena iritasi terhadap syaraf. Dalam melakukan pengkajian nyeri harus
diperhatikan paliatif, severe, pain, quality (p,q,r,s,t). sesak napas yang timbul beberapa jam/hari
setelah klien mengalami luka bakar dan disebabkan karena pelebaran pembuluh darah sehingga
timbul penyumbatan saluran napas bagian atas, bila edema paru berakibat sampai pada
penurunan ekspansi paru.

3.   Riwayat kesehatan 
a.  Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya klien dengan luka bakar ini sebelumnya bekerja pada tempat yang mempunyai resiko
terjadi luka bakar seperti proyek lapangan pabrik kimia atau petugas lapangan lainnya
 b.  Riwayat kesehatan sekarang

Biasanya pada klien luka bakar derajat satu yang dirasakan olehklienadalah nyeri, sesak nafas
serta sensitife untukdisentuh, ditekan, gerakan udara, dan perubahan suhu luka
 bakar derajat kedua biasanya terasa sangat nyeri d dan pada luka bakar derajat tiga sudah tidak
terasa nyeri lagi.
c.  Riwayat kesehatan keluarga

Biasanya keluarga tidak ada menderita penyakit yang sama dengan klien tetapi perlu di kaji
riwayat penyakit keturunan seperti Diabetes Melitus dan Hipertensi

4.   Pola kebiasaan sehari-hari


a.  Data pola nutrisi
  Makan
Sehat : Biasanya pada waktu klien sehat makan 3x1 sehari, tidak ada pantangan atau alergi
makanan.
Sakit : Biasanya pola makan klien saat sakit mengalami perubahan dikarenakan nyeri yang
hebat, dan tergantung lokasi luka bakar, apabila luka bakar di daerah mulut maka makan
klien akan terganggu dan biasanya klien anoreksia, mual dan muntah.
  Minum

Sehat : Biasanya saat sehat minum klien cukup kira-kira 6-8 gelas sehari
Sakit : Biasanya saat klien sakit minum klien terganggu dan kebutuhan cairan klien
tergantung pada luasnya luka bakar, karna pada kasus luka bakar harus

mendapatkan cairan yang banyak untuk mengganti cairan yang hilang.


 b.  Eliminasi
  BAK
Biasanya pada klien luka bakar haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat,
warna mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot
dalam diuresis (setalah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi).
  BAB

Biasanya frekuensi BAB klien dapat terganggu tergantung pada kedalaman luka
 bakar.

c.  Data pola tidur dan istirahat


Biasanya pada kasus luka bakar derajat 2 dan 3 klien akan kesulitan untuk tidur kerena nyeri
yang dirasakan klien.

d.  Aktivitas sehari-hari dan perawatan diri


Biasanya pada saat klien sehat klien bisa beraktivitas sendiri tanpa bantuandari orang lain,
sedangkan pada saat klien sakit akitivitas dan perawatan diri klien dibantu oleh keluarga dan
perawat

e.  Data psikososial


Biasanya pada klien dengan luka bakar akan terganggu psikologinya, klien akan merasa malu,
tidak percaya diri terhadap dirinya sendiri.

f.   Data spiritual
Biasanya klien dengan luka bakar lebih meningkatkan spritualnya untuk meyakinkan dari untuk
menerima kenyataan dan motivasi dirinya sendiri

5.   Pemeriksaan fisik
a.   Keadaan umum klien

Kesadaran : Biasanya klien dengan luka bakar ringan tingkat kesadarannya compos mentis
dan pada luka bakar berat biasanya kedaran klien sudah mulai menurun bahkan ada yang
sampai koma.
b.   Kepala

Biasanya pada kepala amati bentuk kepala, hematoma, edema, perlukaan, luasnya luka, kondisi
luka dan adanya jahitan.
  Rambut 

Biasanya keadaan rambut klien kotor atau terbakar pada klien dengan luka bakar
 berat yang sampai sekujur tubuh.
  Wajah 
Biasanya pada luka bakar wajah klien tidak ada masalah tergantung lokasi dan luasnya
luka apabila luka mengenai muka, maka akan menimbulkan bula, gosong, mengkilat,
pembuluh darah terlihat dan gosong.
  Mata 

Biasanya pada mata dicatat kesimetrisan, bentuk, adanya edema, reflek pupil, conjungtiva,

skelera dan kelengkapan bulu mata jika terkena bahan yang panas
  Hidung 
Biasanya catat adanya perdarahan, secret, bentuk, kesimterisan, dan sbulu hidung yang
rontok pada luka bakar derajat 2 dan 3.
  Telinga 

Biasanya yang dicatat pada telinga bentuk, kesimetrisan, adanya perdarahan, dan
 perlukaan.
  Bibir  
Biasanya mukosa bibir kurang karena kekurangan cairan dan sianosis akibat kekurangan
supplay darah ke otak.
  Leher  

Biasanya tidak ada pembesaran kelenjer tiroid


c.  Dada/thorak
  Inspeksi 

Biasanya pada luka derajat 1 tampak kering, lepuh tidak ada, pucat bila ditekan dengan
ujung jari berisi kembali bila tekanan dilepas pada luka derajat 2luka
tampak lembab, merah, berbentuk lepuh sebagian memucat. Pada derajat 3 luka tampak
kering, kulit mengelupas, pembuluh darah seperti arang.
  Palpasi 

Biasanya pada luka derajat 1fremitus tidak bermasalah dan baru ditemukan kelainan
 pada derajat 2 dan 3 fremitus kurang bergetar karna cairan yang masuk ke paru
  Perkusi 
Biasanya suara napas normal bunyinya sonor
  Auskultasi 
Biasanya irama ireguler, suara nafas tambahan

d. Jantung
  Inspeksi

Biasanya iktus kordis tidak terlihat


  Palpasi
Biasanya ictus kordis tidak teraba
  Perkusi

Biasanya jantung pada batas normal

e. Auskultasi
Biasanya pada derajat 2 dan 3 adanya bradikardi karena syok hipovolemik dan
 penurunan curah jantung.
f.   Abdomen
  Inspeksi
Biasanya perut klien bulat tidak ada kelainan tergantung pada luas dan lokasi luka
 bakar terjadi
  Perkusi
Biasanya tidak ada bising usus dan tergantung pada derajat dan luasnya luka bakar
  Palpasi
Biasanya keadaan kulit klien baik dan tidak ada pembesaran hepar
  Auskultasi
Biasanya tidak terjadi perubahan bunyi pada abdomen
g.   Genitourinaria
Biasanya keadaan genetalia bersih dan klien terpasang kateter  
h.   Ektremitas

Biasanya ekstremitassimetris, adanya perlukaan, edema, dan adanya bullae;

- Sistem integument
Biasanya pada derajat 1 kulit tampak kering, warnanya merah muda, pucat bila ditekan dengan
ujung jari dan berisi kembali bila tekanan dilepas.Pada derajat 2 luka lembab, warna merah,
berbentuk lepuh sebagian memucat. Pada derajat 3 luka akan tampak
 pucat, kering disertai kulit mengelupas.

B.   Diagnosa Keperawatan

1.  Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan ujung-ujung saraf karena luka bakar

2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan barier kulit, kerusakan respons imun, prosedur
invasif

C.   Rencana Keperawatan

1.  Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan ujung-ujung saraf karena luka bakar

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x 24 jam, diharapkan tingkat Nyeri menurun

Kriteria hasil :
- keluhan nyeri menurun
- meringis menurun
- Gelisah menurun
- kesulitan tidur
- Frekuensi nadi membaik

Tindakan
MANAJEMEN NYERI (I. 08238)
● Observasi
- lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri non verbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
- Monitor efek samping penggunaan analgetik

● Terapeutik
- Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur,
terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
- Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri

● Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

● Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan barier kulit, kerusakan respons imun,
prosedur invasif

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama...x 24 jam, diharapkan derajat infeksi menurun
Kriteria Hasil :
- Demam menurun
- kemerahan menurun
- nyeri menurun
- bengkak menurun

Tindakan
PENCEGAHAN INFEKSI
● Observasi
- monitor tanda gejala infeksi lokal dan sistemik
● Terpeutik
- Batasi jumpah prngunjung
- berikan perawatan kulit pada daerah edema
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
- Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi

● Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara memeriksa luka
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan
● Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu

D. Implementasi
Implementasi merupakan kategori dari perilaku keperawatan, dimana perawat melakukan tindakan
yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan. Pada
tahap pelaksanaan ini perawat memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan rencana dan
prioritasnya namun kadang-kadang ada perubahan sesuai dengan keadaan klien.

D.Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.
BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Kulit adalah organ kompleks yang memberikan pertahanan tubuh pertama terhadap kemungkinan
lingkungan yang merugikan. Kulit yang melindungi tubuh dari infeksi, mencegah kehilangan cairan
tubuh, membantu mengontrol suhu tubuh, berfungsi sebagai organ ekskretori dan sensori, membantu
dalam proses aktivasi vitamin D, dan mempengaruhi citra tubuh.

Luka bakar adalah hal yang umum, namun merupakan bentuk cedera kulit yang sebagian  besar
dapat dicegah.

Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber
panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi.
Luka Bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber

panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi.

B. Saran

Agar pembaca memahami dan mengerti tentang Luka bakar, tingkat luka bakar, tindakan
 pada luka bakar agar dapat bermanfaat serta berguna bagi pembaca dan masyarakat umum.
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1, Jakarta,
PersatuanPerawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 1, Jakarta,
Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan
Perawat Indonesia

http://musnierlinda.blogspot.com/2014/09/tinjauan-teoritis-askep-luka-bakar.html

Anda mungkin juga menyukai