KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
“ASKEP GD PADA INTEGUMEN : LUKA BAKAR”
Dosen pembimbing:
Ns. Idramsyah,M.Kep.,Sp.Kep.MB
Disusun oleh :
Nama Kelompok: 12
Agib Alvando
Agung Efriansyah
Rezki Rahmadani
Kelas: 3A DIII Keperawatan
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayahnya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ASKEP GD PADA
INTEGLUMEN LUKA BAKAR” ini tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini belum sempurna. Untuk itu kami
meminta kritik maupun saran bagi para pembaca agar perbaikan-perbaikan dapat dilakukan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Penulis
DAFTAR ISI
BAB II
A. Tinjauan Teori
1. Konsep Dasar Medis..........................................................................9
A. Luka Bakar.....................................................................................15
1. Pengertian.................................................................................15
2. Anatomi Fisiologi.....................................................................16
3. Etiologi.....................................................................................24
4. Patofisiologi..............................................................................26
5. Manifestasi Klinis.....................................................................30
6. Fase - Fase Luka Bakar............................................................38
7. Luas Luka Bakar......................................................................38
8. Pemeriksaan Penunjang............................................................41
9. Komplikasi...............................................................................43
10. Penatalaksanaan Medik............................................................45
2. Konsep Asuhan Keperawatan.............................................................56
a. Pengkajian...................................................................................56
b. Diagnosa Keperawatan...............................................................62
c. Intervensi Keperawatan..............................................................64
d. Implementasi Keperawatan.........................................................73
e. Evaluasi.......................................................................................73
IIIPENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................128
B. Saran........................................................................................................129
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Luka bakar merupakan salah satu insiden yang sering terjadi di masyarakat. Kurang
lebih 2,5 juta orang mengalami luka bakar di Amerika Serikat setiap tahunnya dari
kelompok ini 200.000 pasien memerlukan penanganan rawat jalan dan 100.000 pasien
dirawat di rumah sakit, sekita12.000 meninggal setiap tahunnya. (Ulima Larissa, (2017).
Luka bakar merupakan masalah kesehatan yang sangat serius dan sering dihadapi para
dokter. Setiap tahun ada lebih dari 300.000 kematian akibat luka bakar elektrik. Di
Indonesia pasien dengan kasus luka bakar juga relatif banyak, khususnya pada penduduk
yang tinggal di daerah kumuh dan padat (Vidianka, 2015). Luka bakar sering
menimbulkan dampak yang merugikan bagi manusia baik secara fisik maupun psikologis.
Rusaknya kulit akibat trauma luka bakar akan mengganggu fungsi termoregulatorik,
sensorik, protektif, metabolik, dan sinyal seksual dari kulit (Mescher, 2016).
Pada pasien luka listrik derajat keparahan trauma yang dialami pada organ dalam
pasien tidak sebanding dengan luka bakar di permukaan tubuh. Kerusakan pada jaringan
akibat luka bakar listrik tidak hanya meliputi kerusakan struktur anatomi tetapi juga
terkadang irreversible. Oleh karenanya luka bakar listrik digolongkan sebagai luka bakar
berat. Seperti pada luka bakar dengan sebab lain, luka bakar listrik juga dapat menimbulkan
komplikasi pneumonia, sepsis, dan gagal organ multipel jika tidak ditata laksana dengan
baik, sehingga akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas pasien (Raihanah & Diyah,
2017)
Luka bakar saat ini masih merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan
mortalitas tinggi yang memerlukan penatalaksanaan khusus dari fase akut, subakut dan
lanjut. Morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada kasus luka bakar ini sangat dipengaruhi
oleh prognosis pada pasien luka bakar khususnya luka bakar berat. Baik buruknya
prognosis luka bakar berat ditentukan oleh penanganan yang tepat baik dari faktor pasien
(usia, gizi, jenis kelamin dan faktor premorbid), faktor trauma (jenis, luas, kedalaman luka
bakar dan trauma penyerta) dan faktor penatalaksanaan (prehospital treatment dan
inhospital treatment). Di Indonesia luka bakar berat masih merupakan suatu jenis trauma
dengan berbagai problematika yang berat, diantaranya biaya penanganan yang tinggi,
perawatan dan rehabilitasi yang sukar dan lama, serta diperlukannya tenaga medis yang
terlatih dan terampil. Hal ini tentunya sangat berpengaruh pada prognosis pasien dan jika
tidak ditangani secara tepat makan akan muncul berbagai komplikasi yang fatal diantaranya
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dan perjalanan penyakit dari luka bakar?
2. Bagaimana derajat dan luas luka bakar?
3. Apa saja jenis luka bakar?
4. Bagaimana faktor resiko luka bakar?
5. Bagaimana masalah luka bakar yang muncul terkait perkembangan usia?
6. Bagaimana observasi umum dan intervensi awal yang dilakukan pada pasien luka bakar?
7. Kewaspadaan khusus pada luka bakar?
8. Apa saja pemeriksaaan diagnostik yang dapat dilakukan?
9. Apa saja prioritas diagnosa keperawatan pada luka bakar dan intervensinya?
C. Tujuan Umum
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Menjelaskan pengertian dan perjalanan penyakit dari luka bakar?
2. Menjelaskan derajat dan luas luka bakar?
3. Menjelaskan jenis luka bakar?
4. Menjelaskan faktor resiko luka bakar?
5. Menjelaskan masalah luka bakar yang muncul terkait perkembangan usia?
6. Menjelaskan observasi umum dan intervensi awal yang dilakukan pada pasien luka
bakar?
7. Menjelaskan khusus pada luka bakar?
8. Menjelaskan pemeriksaaan diagnostik yang dapat dilakukan?
9. Menjelaskan prioritas diagnosa keperawatan pada luka bakar dan intervensinya?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tinjaun Teori
A. Luka Bakar
1. Pengertian
kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan
Kusuma.2013).
pada jaringan kulit yang tidak menutup kemungkinan sampai ke organ dalam
yang disebabkan kontak langsung dengan sumber panas yaitu, api, air atau
uap panas, bahan kimia, radiasi, dan arus listrik (Majid, 2013).
Luka bakar electric merupakan suatu bentuk trauma pada kulit atau
jaringan lainnya yang disebabkan oleh kontak terhadap panas atau pajanan
akut lain baik secara langsung maupun tidak langsung. Luka bakar terjadi saat
sel yang ada pada kulit atau jaringan lainnya mengalami kerusakan,Luka
bakar electrik (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakkan dari energi
voltage dan cara gelombang elektrik itu sampai mengenai tubuh. Proses
bakar. Kedalaman luka bakar electrik ditentukan seberapa lama dan seberapa
tinggi tegangan arus listrik terkontaminasi dengan tubuh (Singer et al., 2014).
Jadi, luka bakar electric merupakan luka yang disebabkan karena kontak
terutama kulit yang memberikan gejala tergantung luas, dan dalamnya lokasi
luka.
2. Anatomi Fisiologi
Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi otot dan mempunyai
mealui kulit, selain itu kulit yang terpapar sinar ultraviolet dapat
subkutan.
lapisan yang paling tebal dan terdiri dari 5-8 lapisan. Sel-sel
mempunyai)
induk.
antara lapisan kulit dan struktur internal seperti otot dan tulang.
c. Fisiologi Kulit
1) Fungsi proteksi
yaitu:
pertumbuhan mikroba.
d) Pigmen melanin melindungi dari efek sinar ultraviolet yang
sel Langerhans.
2) Fungsi absorsi
Kulit tidak bisa menyerap air, tapi bisa menyerap material laur
pada fungsi respirasi. Selain itu beberaa material toksik dapat di serap
seperti aseton, CCI4, dan merkuri. Beberapa obat juga dirancang untuk
dapat berlangsung melalui celah antar sel atau melalui muara saluran
kelenjar, tetapi lebih banyak yang melalui sel-sel epidermis dari pada
3) Fungsi eksresi
memproteksi keratin.
b) Kelenjar keringat
hasil pemecahan protein yaitu amoniak dan urea. Terdapat dua jenis
merokrin.
4) Fungsi presepsi
Paccini di epidermis.
keluar dari tubuh. Sebaliknya, pada saat suhu tubuh rendah, tubuh akan
3. Etiologi
(Majid, 2013) :
a. Paparan api
kontak.
masak.
c. Uap panas
Uap panas terutama ditemukan di daerah industri atau akibat
akibat kapasitas panas yang tinggi dari uap serta dispersi oleh uap
d. Gas panas
e. Aliran listrik
f. Zat kimia
g. Radiasi
koagulasi, denaturasi protein atau ionisasi isi sel. Kulit dan mukosa
bakar elektrik atau kontak yang lama dengan burning agent. Nekrosis dan
bakar dan lamanya kontak dengan gen tersebut. Pajanan selama 15 menit
dengan air panas dengan suhu sebesar 56.1 0 C mengakibatkan cidera full
luka bakar yang berat selama awal periode syok luka bakar mencakup
dan kemudian terjadi perpindahan cairan, natrium serta protein dari ruang
berkurangnya volume vaskuler, maka curah jantung akan terus turun dan
syok luka bakar akan menghilang dan cairan mengalir kembali ke dalam
akan bertambah berat pada luka bakar yang melingkar. Tekanan terhadap
dramatis pada saat terjadi syok luka bakar. Kehilangan cairan dapat
mencapai 3-5 liter per 24 jam sebelum luka bakar ditutup. Selama syok
luka bakar, respon luka bakar respon kadar natrium serum terhadap
asupan cairan. Selain itu juga terjadi anemia akibat kerusakan sel darah
Kasus luka bakar dapat dijumpai hipoksia. Pada luka bakar berat,
pada lokasi cidera akan menghasilkan hemoglobin bebas dalam urin. Bila
radiasi elektromagnetik.
karena listrik adalah luka bakar pada kulit pada tempat masuk dan
keluarnya arus listrik karena putaran suhu tinggi oleh aliran listrik
(2,5000C) pada permukaan kulit, luka bakar yang terjadi karena baju
korban terbakar. Mungkin disertai patah tulang dan dislokasi karena otot-
Prayogi, 2013).
5. Manifestasi Klinis
terasa nyeri.
epidermis dan dermis telah rusak dan telah pula merusak jaringan di
disentuh, tidak timbul rasa nyeri karena ujung saraf pada kulit telah
sangat sedikit
b) Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak dan usia lanjut
atau dewasa > 40 tahun, dengan luka bakar derajat III kurang
dari 10 %
c) Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak maupun
perineum.
perineum
1) Fase akut.
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal
sistemik.
telanjang atau tidak berbaju epitel luas dan atau pada struktur
c) Keadaan hipermetabolisme.
3) Fase lanjut
Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut
kontraktur
Walles dari Walles. Perhitungan cara ini hanya dapat diterapkan pada
Lund and Browder, yaitu ditekankan pada umur 15 tahun, 5 tahun dan
1 tahun.
Gambar 2.6 Penilaian luas luka bakar dengan rule of nine / rule of
Wallace
6) Punggung :9%
7) Bokong :9%
8) Genetalia :1%
Total : 100%
6. Pemeriksaan Penunjang
ketidakadekuatan cairan.
stress.
jaringan.
distritmia.
12) Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan
luka bakar
7. Komplikasi
1) Sindrom kompartemen
5) Syok Sirkulasi
Penatalaksanaan Medik
hospital):
arus (nonconductive).
atau krikotiroidektomi
merupakan sarana pembebasan jalan nafas dari sekret yang
dan pilihan.
jalan nafas.
pada kasus luka bakar listrik. Pada luka bakar berat, konsumsi
Prayogi, 2013).
nadi meningkat.
peningkatan CVP.
2000).
Respon fisologis yang mengindikasikan nyeri antara lain adalah kulit kemerahan,
peningkatan keringat, tekanan darah, nadi, dan pernafasan, gelisah, dan dilatasi pupil. Jika
nyeri menetap, tubuh mulai beradaptasi dan respons tersebut akan menurun dan stabil
(Hockenberry, 2009; Potter & Perry, 2006; Smeltzer & Bare, 2003).
Faktor fisiologis yang yang dapat mempengaruhi nyeri meliputi kedalaman injuri,
luasnya dan tahapan penyembuhan luka. Untuk tipe luka bakar partial thickness dan pada
tempat donor akan terasa sangat nyeri akibat stimulasi pada ujung-ujung saraf. Berlawanan
halnya dengan luka bakar full thickness yang tidak mengalami rasa nyeri karena ujung-
ujung superficial telah rusak. namun demikian ujung-ujung saraf pada yang terletak pada
bagian tepi dari luka akan sangat sensitif. Faktor-faktor psikologis yang dapat
meliputi pengalaman masa lalu tentang nyeri, kepribadian, latar belakang keluarga, dan
perpisahan dengan keluarga dan rumah. Pendekatan yang lebih sering digunakan untuk
mengatasi rasa nyeri adalah dengan menggunakan zat-zat farmakologik : morphine, codein,
nonfarmakologik yang digunakan untuk mengatasi rasa nyeri yang berkaitan dengan luka
bakar meliputi hipnotis, guided imagery, terapi bermain, tehnik relaksasi, distraksi dan
terapi musik. Tindakan ini efektif untuk menurunkan kecemasan dan menurunkan persepsi
terhadap rasa nyeri dan seringali digunakan bersamaan dengan penggunaan obat-obat
farmakologik. Terapi musik sudah banyak diteliti dan memiliki pengaruh terhadap fungsi
fisiologis dan psikologis. Musik sudah diakui dapat menjadi media dalam sebuah terapi,
yang kemudian berkembang menjadi terapi musik. Terapi musik efektif untuk menurunkan
kecemasan dan menurunkan persepsi terhadap rasa nyeri dan seringali digunakan
pasien yang menjalani prosedur invasif, sehingga terapi musik diharapkan dapat
bertujuan untuk mengumpulkan data baik data subyektif maupun data obyektif.
ataupun orang lain, sedangkan data obyektif diperoleh berdasarkan hasil observasi
a. Pengkajian
1) Primary Survey
a) Airway
adanya trauma inhalasi adalah : terkurung dalam api, luka bakar pada
b) Breathing
dinding thorax simetris atau tidak, ada atau tidaknya kelainan pada
Kaji juga apakah ada suara nafas tambahan seperti snoring, gargling,
rhonki atau wheezing. Selain itu kaji juga kedalaman nafas pasien.
c) Circulation
capilar refil memanjang. Kaji juga kondisi akral dan nadi pasien.
edema, pada luka bakar yang luas dapat terjadi syok hipovolumik
e) Exposure
akibat inflamasi.
2) Secondary Survey
b) Pemeriksaan fisik
(Sjaifuddin, 2006).
TBC dll.
e) Review of System
(1) Aktivitas/istrahat
tonus.
(2) Sirkulasi
diri, marah.
kecacatan.
(4) Eliminasi
(6) Neurosensori
(syok)
(8) Pernapasan
(9) Keamanan
a. Diagnosa Keperawatan
2) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera (mis, biologis, zat kimia,
fisik psikologi)
2007). Implementasi berguna untuk mencapai tujuan yang telah dibuat. Selain
memfasilitasi rehabilitasi.
d. Evaluasi
namun juga untuk menilai apakah hasil yang diharapkan sudah terpenuhi
PENTUTUP
A. Kesimpulan
Luka bakar adalah cedera terhadap jaringan yangdisebabkan oleh kontak dengan panas kering
(api),panas lembab (uap atau cairan panas), kimiawi(seperti, bahan-bahan korosif), barang-
barang elektrik (aliran listrik atau lampu), friksi, atau energielektromagnetik dan radian. Prioritas
diagnosa keperwatan luka bakar adalah risiko defisit volume cairan, risiko gangguan pertukaran
gas, risiko perubahan perfusi jaringan perifer, risiko nyeri, risiko kerusakan integritas kulit dan
risiko infeksi. Pasien cedera luka bakar dianggap sebagai pasien utama multiple karena efek
fisiologik dari luka bakar pada sistem organ. Selain itu, pada cedera luka bakar, pasien sering
mengalami cedera traumatik. Tujuan penatalaksanaan luka bakar di unit gawat darurat adalah
menghentikan proses luka bakar, mempertahankan jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi (ABC),
mempertahankan jaringan yang ada serta mencegah infeksi.
B. Saran
Penatalaksanaan luka bakar di unit gawat darurat adalah menghentikan proses luka bakar,
mempertahankan jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi (abc), mempertahankan jaringan yang ada
serta mencegah infeksi sehingga penting bagi perawat untuk mengetahui tentang luka bakar
dan penatalaksanaan luka bakar khususnya di unit pelayanan gawat darurat.
DAFTAR PUSTAKA
American Burn Association. 2014. Burn Incidence and Treatment in the United
States : 2015. Chicago : ABA.
http://www.ameriburn.org/resources_factsheet.php. Diakses 20 oktober 2019.
Amin, dkk. 2013. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis &
SDKI, SLKI, SIKIC. Jakarta : Mediaction Publishing.
Brunner, Suddarth. 2010. Textbook of medical surgical nursing. Edisi ke- 1.USA:
Lippincott.
Darma, E. 2017. Analisis Praktik Klinik Keperawatan dengan Intervensi Inovasi
Pemberian Aromaterapi Mawar dan Terapi Murottal Al-Quran Terhadap
Peningkatan Kualitas Tidur pada Pasien An. D dengan Combustio di Ruang
Picu RSUD Abdul Wahab Sjahranie Tahun
2017.https://dspace.umkt.ac.id/bitstream/handle/463.2017/251/KIAN.pdf
?sequence=1&isAllowed=y. Diakses 20 oktober 2019. .
Hardi, Amin. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis
SDKI, SLKI, SIKI. Yogyakarta : Media Action.
Majid Abdul, Prayogi. 2013. Buku pintar perawatan pasien luka bakar.
Yogyakarta : Gosyem Publishing.
Marilynn E, Doengoes. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3.
Jakarta : EGC.
Mesche AL. 2016. Sistem Integumen. Dalam : Teks dan Atlas Histologi Dasar
Junquiera. 309–24.
Purwandari, A. 2008. Konsep Keperawatan : Sejarah & Profesionalisme, Jakarta :
EGC.
Raihanah, S., & Andrayani, D. E. 2017. Tata Laksana Nutrisi Pada Pasien Luka
Bakar Listrik. 1 –13
Wilkinson, Skinner. 2007. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: EGC.