Dosen Pembibing :
Hepta Nur Anugrahini S.Kep Ns
Disusun Oleh :
Arifa Puteri Nurmarch (P27820118017)
Qhusnul Qhotifah N. H (P27820118019)
Pertama-tama kami mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha
Esa, atas berkat dan rahmat-NYA makalah ini dapat dibuat dan disampaikan tepat
pada waktunya.
Adapun penulisan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas keperawatan
Medikal Bedah 2 Makalah tentang Asuhan Keperawatan Pada Luka Bakar. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penulisan makalah ini. Kami juga berharap dengan adanya makalah ini dapat
menjadi salah satu sumber literatur atau sumber informasi pengetahuan bagi
pembaca.
Namun kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kami memohon maaf jika ada hal-hal yang kurang berkenan dan
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menjadikan
ini lebih sempurna. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...........................................................................................
DAFTAR ISI .........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................
1.3 Tujuan ...........................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................
2.1 Definisi Luka Bakar ......................................................................................
2.2 Etiologi Luka Bakar ......................................................................................
2.3 Klasifikasi Luka Bakar ..................................................................................
2.4 Patofisiologi Luka Bakar ...............................................................................
2.5 Patway............................................................................................................
2.6 Fase –Fase Luka Bakar ..................................................................................
2.7 Efek Patofisiologi Luka Bakar ......................................................................
2.8 Pemeriksaan Penunjang..................................................................................
2.9 Penatalaksanaan..............................................................................................
2.10 Resusitasi Cairan ...........................................................................................
2.11 Kebutuhan Nutrisi..........................................................................................
2.12 Posisi dan Rehabilitasi....................................................................................
2.13 Perhitungan Luas Rehidrasi ...........................................................................
2.14 Perubahan Fisiologis Luka Bakar...................................................................
2.15 Perawatan Luka Bakar....................................................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TEORI ..................................................
3.1 Pengkajian Pada Tiap Fase ............................................................................
3.2 Diagnosa Keperawatan Pada Tiap Fase...........................................................
3.3 Intervensi Keperawatan Pada Tiap Fase (Ambil 3 Diagnosa Utama pada Tiap
Fase untuk diimplementasikan)........................................................................
3.4 Implementasi Keperawatan .............................................................................
3.5 Evaluasi ............................................................................................................
3.6 Pathway/WOC..................................................................................................
iii
BAB IV PENUTUP ...............................................................................................
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................
3.2 Saran ................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................
PEMBAGIAN TUGAS MENGERJAKAN.........................................................
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
umumnya terjadi pada luka bakar dengan luas lebih dari 50% atau pada luka
bakar yang disertai cedera pada
2
2
saluran napas dan 50% terjadi pada 7 hari pertama perawatan (Irna Bedah
RSUD Dr. Soetomo, 2001).
Prognosis klien yang mengalami suatu luka bakar berhubungan langsung
dengan lokasi dan ukuran luka bakar. Faktor lain seperti umur, status
kesehatan sebelumnya dan inhalasi asap dapat mempengaruhi beratnya luka
bakar dan pengaruh lain yang menyertai. Klien luka bakar sering mengalami
kejadian bersamaan yang merugikan, seperti luka atau kematian anggota
keluarga yang lain, kehilangan rumah dan lainnya (Elizabeth,2009).
Klien luka bakar harus dirujuk untuk mendapatkan fasilitas perawatan
yang lebih baik untuk menangani segera dan masalah jangka panjang yang
menyertai pada luka bakar tertentu. Oleh karena itu, sebagai perawat harus
dapat memberikan pelayanan kesehatan khususnya dalam pemberian asuhan
keperawatan dengan baik kepada klien dengan luka bakar.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar luka bakar?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada klien dengan luka bakar?
1.3 Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pada klien dengan
luka bakar.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk memahami pengkajian keperawatan pada klien dengan luka
bakar.
2. Untuk memahami diagnosa keperawatan pada klien dengan luka
bakar.
3. Untuk memahami intervensi keperawatan pada klien dengan luka
bakar.
4. Untuk memahami implementasi keperawatan pada klien dengan luka
bakar.
5. Untuk memahami evaluasi keperawatan pada klien dengan luka
bakar.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Luka bakar (combustio) adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia,
listrik, dan radiasi. (Moenajat, 2001)
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik,
bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih
dalam (Irna Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001).
2.2 Etiologi Luka Bakar
Penyebab dari luka bakar menurut Irna Bedah RSUD Dr. Soetomo (2001),
adalah sebagai berikut:
1. Luka Bakar Suhu Tinggi (Thermal Burn)
a. Gas
b. Cairan
c. Bahan padat (Solid)
2. Luka Bakar Bahan Kimia (Chemical Burn)
3. Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn)
4. Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury)
2.3 Klasifikasi
Luka Bakar Klasifikasi luka bakar menurut kedalaman
1. Luka bakar derajat I
Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis superfisial, kulit kering
hiperemik, berupa eritema, tidak dijumpai pula nyeri karena ujung –ujung
syaraf sensorik teriritasi, penyembuhannya terjadi secara spontan dalam
waktu 5 -10 hari (Brunicardi et al., 2005).
2. Luka bakar derajat II
Kerusakan terjadi pada seluruh lapisan epidermis dan sebagai lapisan
dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi. Dijumpai pula,
pembentukan scar, dan nyeri karena ujung –ujung syaraf sensorik teriritasi.
Dasar luka berwarna merah atau pucat. Sering terletak lebih tinggi diatas
kulit normal (Moenadjat, 2001).
1) Derajat II Dangkal (Superficial)
4
2.5 Pathway
2.9 Penatalaksanaan
1. Resusitasi A, B, C.
1) Pernafasan
a. Udara panas à mukosa rusak à oedem à obstruksi.
b. Efek toksik dari asap: HCN, NO 2, HCL, Bensin à iritasi à
Bronkhokontriksi à obstruksi à gagal nafas.
2) Sirkulasi
Gangguan permeabilitas kapiler: cairan dari intra vaskuler pindah ke
ekstra vaskuler à hipovolemi relatif à syok à ATN à gagal ginjal.
2. Infus, kateter, CVP, oksigen, Laboratorium, kultur luka.
3. Monitor urine dan CVP
4. Resusitasi cairan à Baxter.
Dewasa : Baxter.
RL : Dextran = 17 : 3
2 cc x BB x % LB.
Kebutuhan faal:
1) < 1 tahun : BB x 100 cc
2) 1 – 3 tahun : BB x 75 cc
3) 3 – 5 tahun : BB x 50 cc
4) ½ à diberikan 8 jam pertama
5) ½ à diberikan 16 jam berikutnya.
Hari kedua:
Dewasa : Dextran 500 – 2000 + D5% / albumin.
( 3-x) x 80 x BB gr/hr
100
lambung, us dan
nyeri. peingkata
n jumlah
cortison.
Jantung. MDF Disfungsi Peningkatan CO menurun.
meningkat 2x jantung. zat MDF
lipat, (miokard
merupakan depresant
glikoprotein factor)
yang toxic sampai 26
yang unit,
dihasilkan oleh bertanggung
kulit yang jawab
terbakar. terhadap
syok spetic.
2.15 Perawatan Luka Bakar
Umumnya untuk menghilangkan rasa nyeri dari luka bakar (Combustio)
digunakan morfin dalam dosis kecil secara intravena (dosis dewasa awal :
0,1-0,2 mg/kg dan maintenance‟ 5-20 mg/70 kg setiap 4 jam, sedangkan
dosis anak-anak 0,05-0,2 mg/kg setiap 4 jam). Tetapi ada juga yang
menyatakan pemberian methadone (5-10 mg dosis dewasa) setiap 8 jam
merupakan terapi penghilang nyeri kronik yang bagus untuk semua pasien
luka bakar dewasa. Jika pasien masih merasakan nyeri walau dengan
pemberian morfin atau methadone, dapat juga diberikan benzodiazepine
sebagai tambahan.
Terapi pembedahan pada luka bakar
11 Eksisi dini
Eksisi dini adalah tindakan pembuangan jaringan nekrosis dan debris
(debridement) yang dilakukan dalam waktu kurang dari 7 hari (biasanya
hari ke 5-7) pasca cedera termis. Dasar dari tindakan ini adalah:
1) Mengupayakan proses penyembuhan berlangsung lebih cepat.
Dengan dibuangnya jaringan nekrosis, debris dan eskar, proses
inflamasi tidak akan berlangsung lebih lama dan segera dilanjutkan
proses fibroplasia. Pada daerah sekitar luka bakar umumnya terjadi
edema, hal ini akan menghambat aliran darah dari arteri yang dapat
mengakibatkan terjadinya iskemi pada jaringan tersebut ataupun
menghambat proses penyembuhan dari luka tersebut. Dengan
20
12 Skin grafting
Skin grafting adalah metode penutupan luka sederhana. Tujuan dari
metode ini adalah:
1) Menghentikan evaporate heat loss
2) Mengupayakan agar proses penyembuhan terjadi sesuai dengan
waktu
3) Melindungi jaringan yang terbuka
Skin grafting harus dilakukan secepatnya setelah dilakukan
eksisi pada luka bakar pasien. Kulit yang digunakan dapat
berupa kulit produk sintesis, kulit manusia yang berasal dari
tubuh manusia lain yang telah diproses maupun berasal dari
permukaan tubuh lain dari pasien (autograft). Daerah tubuh yang
biasa digunakan sebagai daerah donor autograft adalah paha,
bokong dan perut. Teknik mendapatkan kulit pasien secara
autograft dapat dilakukan secara split thickness skin graft atau
full thickness skin graft. Bedanya dari teknik – teknik tersebut
adalah lapisan-lapisan kulit yang diambil sebagai donor. Untuk
memaksimalkan penggunaan kulit donor tersebut, kulit donor
tersebut dapat direnggangkan dan dibuat lubang – lubang pada
kulit donor (seperti jaring-jaring dengan perbandingan tertentu,
sekitar 1 : 1 sampai 1 : 6) dengan mesin. Metode ini disebut
mess grafting. Ketebalan dari kulit donor tergantung dari lokasi
luka yang akan dilakukan grafting, usia pasien, keparahan luka
dan telah dilakukannya pengambilan kulit donor sebelumnya.
Pengambilan kulit donor ini dapat dilakukan dengan mesin
„dermatome‟ ataupun dengan manual dengan pisau Humbly
atau Goulian. Sebelum dilakukan pengambilan donor diberikan
juga vasokonstriktor (larutan epinefrin) dan juga anestesi.
Prosedur operasi skin grafting sering menjumpai masalah yang
dihasilkan dari eksisi luka bakar pasien, dimana terdapat
perdarahan dan hematom setelah dilakukan eksisi, sehingga
pelekatan kulit donor juga terhambat. Oleh karenanya,
23
24
25
1. Aktifitas /istirahat
Penurunan kekuatan,tahanan,keterbatasan rentang gerak
pada area yang sakit,gangguan massa otot dan perubahan
tonus.
2. Sirkulasi
Luka bakar lebih dari 20% APTT : hipotensi (syok)
penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang
cedera, vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan
nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik),takikardia
(syok/ansietas/nyeri), disritmia (syok listrik) dan
pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar).
3. Integritas ego
Ansietas, menangis ,ketergantungan,menyangkal,menarik
diri, dan marah.
4. Eliminasi
Haluaran urine menurun/tak ada selama fase
darurat :warna mungkin hitam kemerahan bila terjadi
mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam,
diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan
ke dalam sirkulasi), penurunan bising usus/tidak ada,
khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20%
sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik.
5. Makanan/cairan
Oedema jaringan umum, anoreksia dan mual/muntah.
6. Neurosensori
Penurunan refleks tendon dalam pada cedera ekstremitas,
aktifitas kejang (syok listrik), laserasi korneal, kerusakan
retinal, penurunan ketajaman penglihatan (Syok listrik),
ruptur membran timpanik (Syok listrik) dan paralisis
(cedera listrik pada aliran saraf).
7. Nyeri dan kenyamanan
26
4) Mulut
Sianosis karena kurangnya supplay darah ke otak,
bibir kering karena intake cairan kurang.
5) Telinga
Catat bentuk, gangguan pendengaran karena benda
asing, perdarahan dan serumen.
6) Leher
Catat posisi trakea, denyut nadi karotis mengalami
peningkatan sebagai.
kompensasi untuk mengataasi kekurangan cairan.
7) Pemeriksaan thorak/ dada
Inspeksi bentuk thorak, irama parnafasan, ireguler,
ekspansi dada tidak maksimal, vokal fremitus kurang
bergetar karena cairan yang masuk ke paru,
auskultasi suara ucapan egoponi, suara nafas
tambahan ronchi.
8) Abdomen
Inspeksi bentuk perut membuncit karena kembung,
palpasi adanya nyeri pada area epigastrium yang
mengidentifikasi adanya gastritis.
9) Urogenital
Kaji kebersihan karena jika ada darah kotor / terdapat
lesi merupakantempat pertumbuhan kuman yang
paling nyaman, sehingga potensi sebagai sumber
infeksi dan indikasi untuk pemasangan kateter.
10) Musculoskeletal
Catat adanya atropi, amati kesimetrisan otot, bila
terdapat luka baru pada muskuloskleletal, kekuatan
oto menurun karen nyeri.
G. Pemeriksaan neuorologi
29
Luka bakar lebih dari 20% APTT : hipotensi (syok) penurunan nadi perifer
distal pada ekstremitas yang cedera, vasokontriksi perifer umum dengan
kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik),takikardia
(syok/ansietas/nyeri), disritmia (syok listrik) dan pembentukan oedema
jaringan (semua luka bakar).
3) Integritas ego
Ansietas, menangis ,ketergantungan,menyangkal,menarik diri, dan marah.
4) Eliminasi
Haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat :warna mungkin
hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot
dalam, diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam
sirkulasi), penurunan bising usus/tidak ada, khususnya pada luka bakar
kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik
gastrik.
5) Makanan/cairan
Oedema jaringan umum, anoreksia dan mual/muntah.
6) Neurosensori
Penurunan refleks tendon dalam pada cedera ekstremitas, aktifitas kejang
(syok listrik), laserasi korneal, kerusakan retinal, penurunan ketajaman
penglihatan (Syok listrik), ruptur membran timpanik (Syok listrik) dan
paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).
7) Nyeri dan kenyamanan
Luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif untuk
disentuh,ditekan.Luka bakar derajat kedua sangat nyeri, respon pada luka
bakar derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf.Dan luka bakar
derajat tiga tidak nyeri.
8) Pernafasan
Batuk mengi, partikel karbon dalam sputum,ketidakmampuan menelan
sekresi oral dan sianosis, pengembangan torak mungkin terbatas pada
adanya luka bakar lingkar dada, jalan nafas atau stridor/ mengi (obstruksi
sehubungan dengan laringospasme), bunyi nafas gemericik(oedema paru),
stridor (oedema laringeal) dan sekret jalan nafas dalam (ronkhi).
32
9) Keamanan
Kulit umum : destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5
hari sehubungan dengan trobus mikrovaskuler pada beberapa luka, area
kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat dengan pengisian kapiler
lambat pada adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan
kehilangan cairan/status syok.
Cedera api : terdapat area cedera campuran dalam sehubungan dengan
variase intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar, bulu hidung
gosong , muksa hidung dan mulut kering, merah ,lepuh pada faring
posterior ,oedema lingkar mulut dan atau lingkar nasal.
Cedera kimia : tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab, kulit
mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seperti kulit samak halus,
lepuh, ulkus, nekrosis, atau jaringan parut tebal. Cedera secara umum lebih
dalam arti tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan dapat
berlanjut sampai 72 jam setelah cedera.
Cedera listrik : cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah
nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran
masuk/keluar (Eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada proksimal
tubuh tertutup dan luka bakar termal sehubungan dengan pakaian terbakar.
Adanya fraktur/dislokasi (jantung,kecelakaan sepeda motor,kontraksi otot
tetanik sehubungan dengan syok listrik).
e. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Biasanya pada pasien dengan luka bakar fase 2 (sub-akut) mengalami
peningkatan tanda-tanda vital berhubungan dengan adanya pajanan bakteri
pada area luka bakar.
2) TTV
Tekanan darah menurun nadi cepat, suhu dingin, pernafasan lemah
sehingga tanda tidak adekuatnya pengembalian darah pada 48 jam pertama
3) Pemeriksaaan kepala dan leher
a) Kepala dan rambut
33
i) Urogenital
Kaji kebersihan karena jika ada darah kotor / terdapat lesi
merupakantempat pertumbuhan kuman yang paling nyaman, sehingga
potensi sebagai sumber infeksi dan indikasi untuk pemasangan kateter.
j) Musculoskeletal
Catat adanya atropi, amati kesimetrisan otot, bila terdapat luka baru pada
muskuloskleletal, kekuatan oto menurun karen nyeri.
k) Pemeriksaan neuorologi
Jarang ditemukan kelainan atau perubahan tetapi dapat juga terjadi
kontraktur akibat otot yang tidak digerakanPemeriksaan kulit
Biasanya pada luka bakar fase 2 (sub-akut) timbul bullae, kemungkinan
terdapat kemerahan dan pembengkakan pada area sekitar luka bakar
karena adanya proses inflamasi.
f. Pemeriksaan diagnostik
1) Hitung darah lengkap: Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya
pengeluaran darah yang banyak sedangkan peningkatan lebih dari 15%
mengindikasikan adanya cedera, pada Ht (Hematokrit) yang meningkat
menunjukkan adanya kehilangan cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi
sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan oleh panas terhadap
pembuluh darah.
2) Leukosit: Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya
infeksi atau inflamasi.
3) GDA (Gas Darah Arteri): Untuk mengetahui adanya kecurigaaan
cedera inhalasi. Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan
tekanan karbon dioksida (PaCO2) mungkin terlihat pada retensi karbon
monoksida.
4) Elektrolit Serum: Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan
dengan cedera jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal
mungkin menurun karena kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat
konservasi ginjal dan hipokalemi dapat terjadi bila mulai diuresis.
35
Diagnosa Keperawatan :
Resiko Ketidakseimbangan Cairan b.d Luka Bakar (D.0036)
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
kebutuhan cairan klien dalam ambang normal
Kriteri Hasil :
a. Turgor kulit normal
b. Intake dan output cairan tubuh pasien seimbang
Intervensi :
1. Monitor ke elastisitas atau turgor kulit
Rasional : Agar mengetahui keadaan Turgor dan elastisitas kulit pada
klien
2. Monitor intake dan output cairan
Rasional : Untuk mengetahui kebutuhan cairan pasien
3. Identifikasi tanda-tanda hypovolemia
Rasional : mengidentifikasi perubahan-perubahan yang terjadi pada
keadaan umum pasien terutama untuk mengetahui adakah tanda-tanda
syok hipovolemik
4. Identifikasi faktor resiko ketidak seimbangan cairan
Rasional : Agar tidak terjadi trauma pembedahan serius dan obstruksi
intestinal
Fase 2
Diagnosa Keperawatan :
Risiko infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas kulit
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi infeksi.
Kriteria Hasil :
a. Tidak ada tanda-tanda infeksi
b. Area luka bakar mulai pulih secara adekuat
Intervensi :
1. Monitor adanya tanda dan gejala infeksi, seperti demam, nyeri,
kemerahan pada bekas luka, dan begkak
42
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Luka bakar (combustio) adalah kerusakan atau kehilangan jaringan
yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan
kimia, listrik, dan radiasi. (Moenajat, 2001). Fase luka bakar ada tiga yaitu;
fase aktif, fase sub aktif, dan fase lanjut.
Klasifikasi luka bakar menurut Moenajat (2001) antara lain: dalamnya
luka bakar, berat ringannya luka bakar, luas luka bakar.Penatalaksanaan
secara sistematik dapat dilakukan 6c : clothing, cooling, cleaning,
chemoprophylaxis, covering and comforting (contoh pengurang nyeri).
Adapun diagnosa keperawatan yang dapat muncul adalah:
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan edema dan efek
dari inhalasi hisap
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan output yang berlebihan
3. Gangguan perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan penurunan
atau interupsi aliran darah arteri / vena.
4.2 Saran
1. Untuk mahasiswa sebaiknya dalam memberikan asuhan keperawatan pada
klien dengan kegawatdaruratan luka bakar diharapkan mampu memahami
konsep dasar luka bakar serta konsep asuhan keperawatan.
2. Untuk institusi pendidikan hendaknya lebih melengkapi literatur yang
berkaitan dengan penyakit ini.
45
DAFTAR PUSTAKA
Brunner, a. S., 1988. Text Book of Medical Surgical Nursing. 6nd penyunt. Philadelpia: J.
B. Lippincott Campany.
Carolyn, M. H., Critical Care Nursing. 1990. 5nd penyunt. Philadelpia: J. B. Lippincott
Campany.
Djohansjah, M., 1991. Pengelolaan Luka Bakar. Surabaya: Airlangga Univesity Press.
Doenges, M. E., 1989. Nursing Care Plan. Guidlines for Planning Patient Care. 2nd
penyunt. Philadelpia: F. A. Davis Company.
Gallo, H. &., 1997. Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik. Volume 1 penyunt. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Long, B. C., 1996. Perawatan Medikal Bedah.. Volume 1 (terjemahan) penyunt. Bandung:
Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran.
Marylin E, D., 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. 3nd penyunt. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Setiadi. (2012). Konsep & Penulisan Asuhan Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
46