Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


LUKA BAKAR

DISUSUN OLEH:

1. IWAN (23142019015P)
2. OCVITASARI (23142019002P)
3. SINTA FARIDA (23142019040P)

STIK BINA HUSADA PALEMBANG


TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ” Asuhan Keperawatan Pada Pasien Luka
Bakar”.
Kami sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka menambah
pengetahuan juga wawasan menyangkut Asuhan Keperawatan Pada Pasien Luka Bakar.
Kami pun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran demi
perbaikan makalah yang akan kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Mudah-mudahan makalah sederhana ini dapat dipahami oleh semua orang khususnya bagi
para pembaca. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat kata-kata yang kurang
berkenan.

Palembang, 10 November 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………....i
DAFTAR ISI ................................... ......................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................... ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................ ......................................................................................... 2
C. Tujuan ................................. ......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Luka Bakar ........ ......................................................................................... 3
B. Etiologi Luka Bakar ............ ......................................................................................... 4
C. Klasifikasi Luka Bakar ......... ......................................................................................... 7
D. Patofisiologi Luka Bakar ...... ......................................................................................... 10
E. Manifestasi Klinis ................ ......................................................................................... 11
F. Indikasi Rawat Inap Luka Bakar .................................................................................... 12
G. Penatalaksanaan Luka Bakar ......................................................................................... 12
H. Pemeriksaan Penunjang Luka Bakar ............................................................................. 15
I. Komplikasi Luka Bakar ...... ......................................................................................... 15
J. Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien Luka Bakar .................................................. 16
K. Penerapan Terapi Komplementer pada Pasien Luka Bakar ............................................. 26
25

L. Anatomi Fisiologi Kulit ....... ......................................................................................... 27


M. Standar Luaran Keperawatan ......................................................................................... 29

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.......................... ......................................................................................... 31
B. DAFTAR PUSTAKA............ .................................................................................................32

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat meluas melebihi
kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara langsung. Masalah kompleks ini
mempengaruhi semua sistem tubuh dan beberapa keadaan yang mengancam kehidupan. Seorang
dengan luka bakar 50% dari luas permukaan tubuh dan mengalami komplikasi dari luka dan
pengobatan dapat terjadi gangguan fungsional, hal ini mempunyai harapan hidup kurang dari
50%. Sekarang, seorang dewasa dengan luas luka bakar 75% mempunyai harapan hidup 50%.
dan bukan merupakan hal yang luar biasa untuk memulangkan pasien dengan luka bakar 95%
yang diselamatkan. Pengurangan waktu penyembuhan, antisipasi dan penanganan secara dini
untuk mencegah komplikasi, pemeliharaan fungsi tubuh dalam perawatan luka dan tehnik
rehabilitasi yang lebih efektif semuanya dapat meningkatkan rata-rata harapan hidup pada
sejumlah klien dengan luka bakar serius.
Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan khusus yang
berbeda. Karakteristik ini meliputi luasnya, penyebab(etiologi) dan anatomi luka bakar. Luka
bakar yang melibatkan permukaan tubuh yang besar atau yang meluas ke jaringan yang lebih
dalam, memerlukan tindakan yang lebih intensif daripada luka bakar yang lebih kecil dan
superficial. Luka bakar yang disebabkan oleh cairan yang panas (scald burn) mempunyai
perbedaan prognosis dan komplikasi dari pada luka bakar yang sama yang disebabkan oleh api
atau paparan radiasi ionisasi. Luka bakar karena bahan kimia memerlukan pengobatan yang
berbeda dibandingkan karena sengatan listrik (elektrik) atau persikan api. Luka bakar yang
mengenai genetalia menyebabkan resiko infeksi yang lebih besar daripada di tempat lain dengan
ukuran yang sama. Luka bakar pada kaki atau tangan dapat mempengaruhi kemampuan fungsi
kerja klien dan memerlukan tehnik pengobatan yang berbeda dari lokasi pada tubuh yang lain.
Pengetahuan umum perawat tentang anatomi fisiologi kulit, patofisiologi luka bakar sangat
diperlukan untuk mengenal perbedaan dan derajat luka bakar tertentu dan berguna untuk
mengantisipasi harapan hidup serta terjadinya komplikasi multi organ yang menyertai.
Prognosis pasien yang mengalami suatu luka bakar berhubungan langsung dengan lokasi dan
ukuran luka bakar. Faktor lain seperti umur, status kesehatan sebelumnya dan inhalasi asap dapat
mempengaruhi beratnya luka bakar dan pengaruh lain yang menyertai. Klien luka bakar sering
mengalami kejadian bersamaan yang merugikan, seperti luka atau kematian anggota keluarga
yang lain, kehilangan rumah dan lainnya.

1
Pasien luka bakar harus dirujuk untuk mendapatkan fasilitas perawatan yang lebih baik untuk
menangani segera dan masalah jangka panjang yang menyertai pada luka bakar tertentu.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Luka Bakar?
2. Bagaimana Etiologi Luka Bakar?
3. Bagaimana Klasifikasi Luka Bakar?
4. Bagaimana Patofisiologi Luka Bakar?
5. Bagaimana Manifestasi Klinis ?
6. Bagaimana Indikasi Rawat Inap Luka Bakar?
7. Bagaimana Penatalaksanaan Luka Bakar?
8. Bagaimana Pemeriksaan Penunjang Luka Bakar?
9. Bagaimana Komplikasi Luka Bakar ?
10. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien Luka Bakar?
11. Bagaimana Penerapan Terapi Komplementer pada Pasien Luka Bakar?
12. Bagaimana Anatomi Fisiologi Kulit?
13. Bagaimana Standar Luaran Keperawatan?

C. Tujuan Penulisan Makalah


1. Untuk Menjelaskan Tentang Pengertian Luka Bakar
2. Untuk Menjelaskan Tentang Etiologi Luka Bakar
3. Untuk Menjelaskan Tentang Klasifikasi Luka Bakar
4. Untuk Menjelaskan Tentang Patofisiologi Luka Bakar
5. Untuk Menjelaskan Tentang Manifestasi Klinis
6. Untuk Menjelaskan Tentang Indikasi Rawat Inap Luka Bakar
7. Untuk Menjelaskan Tentang Penatalaksanaan Luka Bakar
8. Untuk Menjelaskan Tentang Pemeriksaan Penunjang Luka Bakar
9. Untuk Menjelaskan Tentang Komplikasi Luka Bakar
10. Untuk Menjelaskan Tentang Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien Luka Bakar
11. Untuk Menjelaskan Tentang Penerapan Terapi Komplementer pada Pasien Luka Bakar
12. Untuk Menjelaskan Tentang Anatomi Fisiologi Kulit
13. Untuk Menjelaskan Standar Luaran Keperawatan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber
panas pada tubuh, panas dapat dipindahkan oleh hantaran/radiasi electromagnet (Brunner
& Suddarth, 2002).

Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontrak
dengan sumber panas seperti api, air, panas, bahan kimia, listrik dan radiasi (Moenajar,
2002).

Luka bakar adalah kerusakan pada kulit diakibatkan oleh panas, kimia atau radio aktif
(Wong, 2003).

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
adanya kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi.
Kerusakan jaringan yang disebabkan api dan koloid (misalnya bubur panas) lebih berat
dibandingkan air panas. Ledakan dapat menimbulkan luka bakar dan menyebabkan
kerusakan organ. Bahan kimia terutama asam menyebabkan kerusakan yang hebat akibat
reaksi jaringan sehingga terjadi diskonfigurasi jaringan yang menyebabkan gangguan
proses penyembuhan. Lama kontak jaringan dengan sumber panas menentukan luas dan
kedalaman kerusakan jaringan. Semakin lama waktu kontak, semakin luas dan dalam
kerusakan jaringan yang terjadi (Moenadjat, 2003).

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Kulit dengan luka bakar
akan mengalami kerusakan pada epidermis, dermis, maupun jaringan subkutan tergantung
faktor penyebab dan lamanya kontak dengan sumber panas/penyebabnya. Kedalaman luka
bakar akan mempengaruhi kerusakan/ gangguan integritas kulit dan kematian sel-sel
(Yepta, 2003).

Luka bakar adalah luka yang terjadi karena terbakar api langsung maupun tidak
langsung, juga pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan kimia. Luka bakar
karena api atau akibat tidak langsung dari api, misalnya tersiram air panas banyak terjadi
pada kecelakaan rumah tangga (Sjamsuidajat, 2004)

3
Luka bakar yaitu luka yang disebabkan oleh suhu tinggi, dan disebabkan banyak
faktor, yaitu fisik seperti api, air panas, listrik seperti kabel listrik yang mengelupas, petir,
atau bahan kimia seperti asam atau basa kuat (Triana, 2007).

Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik bahan kimia
dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Kusumaningrum,
2008).

Luka bakar bisa berasal dari berbagai sumber, dari api, matahari, uap, listrik, bahan
kimia, dan cairan atau benda panas. Luka bakar bisa saja hanya berupa luka ringan yang
bisa diobati sendiri atau kondisi berat yang mengancam nyawa yang membutuhkan
perawatan medis yang intensif (PRECISE, 2011)
Ada empat tujan utama yang berhubungan dengan luka bakar :
1. Pencegahan
2. Implementasi tindakan untuk menyelamatkan jiwa pasien – pasien luka bakar yang
3. Pencegahan ketidakmampuan dan kecacatan melalui penanganan dini , spesialistik serta
individual
4. Pemulihan atau rehabilitasi pasien melalui pembedahan rekontruksi dan program
rehabilitasi (brunner & suddarth vol 3:1912).

B. ETIOLOGI
Luka bakar (Combustio) dapat disebabkan oleh paparan api, baik secara langsung
maupun tidak langsung, misal akibat tersiram air panas yang banyak terjadi pada kecelakaan
rumah tangga. Selain itu, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia juga
dapat menyebabkan luka bakar. Secara garis besar, penyebab terjadinya luka bakar dapat
dibagi menjadi:
1. Paparan api

a. Flame: Akibat kontak langsung antara jaringan dengan api terbuka, dan
menyebabkan cedera langsung ke jaringan tersebut. Api dapat membakar pakaian
terlebih dahulu baru mengenai tubuh. Serat alami memiliki kecenderungan untuk
terbakar, sedangkan serat sintetik cenderung meleleh atau menyala dan menimbulkan
cedera tambahan berupa cedera kontak.

b. Benda panas (kontak): Terjadi akibat kontak langsung dengan benda panas. Luka
bakar yang dihasilkan terbatas pada area tubuh yang mengalami kontak. Contohnya
antara lain adalah luka bakar akibat rokok dan alat-alat seperti solder besi atau
4
peralatan masak.
2. Scalds (air panas)
Terjadi akibat kontak dengan air panas. Semakin kental cairan dan semakin lama waktu
kontaknya, semakin besar kerusakan yang akan ditimbulkan. Luka yang disengaja atau
akibat kecelakaan dapat dibedakan berdasarkan pola luka bakarnya. Pada kasus
kecelakaan, luka umumnya menunjukkan pola percikan, yang satu sama lain dipisahkan
oleh kulit sehat. Sedangkan pada kasus yang disengaja, luka umumnya melibatkan
keseluruhan ekstremitas dalam pola sirkumferensial dengan garis yang menandai
permukaan cairan.
3. Uap panas
Terutama ditemukan di daerah industri atau akibat kecelakaan radiator mobil. Uap panas
menimbulkan cedera luas akibat kapasitas panas yang tinggi dari uap serta dispersi oleh
uap bertekanan tinggi. Apabila terjadi inhalasi, uap panas dapat menyebabkan cedera
hingga ke saluran napas distal di paru.
4. Gas panas
Inhalasi menyebabkan cedera thermal pada saluran nafas bagian atas dan oklusi jalan
nafas akibat edema.
5. Aliran listrik
Cedera timbul akibat aliran listrik yang lewat menembus jaringan tubuh. Umumnya luka
bakar mencapai kulit bagian dalam. Listrik yang menyebabkan percikan api dan
membakar pakaian dapat menyebabkan luka bakar tambahan.
6. Zat kimia (asam atau basa)
7. Radiasi
8. Sunburn sinar matahari, terapi radiasi.
Pathway

Bahan Kimia Termis Radiasi Listrik/petir

Masalah
Biologis LUKA BAKAR Psikologis Keperawatan:
 Gangguan Citra Tubuh
Pada Wajah Di ruang tertutup Kerusakan kulit  Defisiensi pengetahuan
 Anxietas
Kerusakan mukosa Keracunan gas CO Penguapan meningkat
Masalah Keperawatan:
Oedema laring CO mengikat Hb Peningkatan pembuluh darah  Resiko infeksi
 Nyeri akut
Obstruksi jalan nafas Hb tidak mampu kapiler  Kerusakan integritas kulit
mengikat O2 Ektravasasi cairan (H2O,
Gagal nafas Masalah Keperawatan:
Hipoxia otak Tekanan onkotik
Elektrolit, protein)  Hambatan mobilitas fisik
MK: ketidak menurun. Tekanan
efektifan pola nafas
tidak efektif hidrostatik meningkat
5
Cairan intravaskuler

menurun
Masalah Keperawatan:
Hipovolemia dan  Kekurangan volume cairan

Gangguan sirkulasi
hemokonsentrasi
makro
Gangguan perfusi organ penting Gangguan

sirkulasi seluler
Otak Kardiovaskuler Ginjal Hepar GI Neurologi Imun Gangguan

Hipoxia Kebocoran Hipoxia Pelepasan Traktus Gangguan Daya perfusi


Dilatasi Laju
Sel otak kapiler sel ginjal katekolamin Neurologi tahan
Penurunan Fungsi Hipoxia lambung Hambahan metabolisme
tubuh Glukoneogenesis
mati Gagal Gagal ginjal Gagal
Gagal curah jantung ginjal hepatik pertumbuhan meningkat
menurun glukogenolisis
fungsi jantung hepar
menurun MK:
sentral
Ketidakseimbanga
MULTI SISTEM ORGAN FAILURE n njutrisi kurang

dari kebutuhan

tubuh
C. Fase Combustio/Luka Bakar

1. Fase akut.
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akan mengalami
ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething (mekanisme bernafas), dan circulation
(sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah
terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi
dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama
penderiat pada fase akut. Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik.
2. Fase sub akut.
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau
kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi
menyebabkan:
a. Proses inflamasi dan infeksi.
b. Problempenuutpan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak berbaju
epitel luas dan atau pada struktur atau organ – organ fungsional.
c. Keadaan hipermetabolisme.
3. Fase lanjut
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan
pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah
penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan

6
kontraktur

D. KLASIFIKASI

1. Berdasarkan penyebab:
a. Luka bakar karena api
b. Luka bakar karena air panas
c. Luka bakar karena bahan kimia
d. Luka bakar karena listrik
e. Luka bakar karena radiasi
f. Luka bakar karena suhu rendah (frost bite)

2. Berdasarkan kedalaman luka bakar:


a. Luka bakar derajat I (super ficial partial-thickness)
Luka bakar derajat pertama adalah setiap luka bakar yang di dalam proses
penyembuhannya tidak meninggalkan jaringan parut. Luka bakar derajat pertama
tampak sebagai suatu daerah yang berwarna kemerahan, terdapat gelembung
gelembung yang ditutupi oleh daerah putih, epidermis yang tidak mengandung
pembuluh darah dan dibatasi oleh kulit yang berwarna merah serta hiperemis.
Luka bakar derajat pertama ini hanya mengenai epidermis dan biasanya sembuh
dalam 5-7 hari, misalnya tersengat matahari. Luka tampak sebagai eritema dengan
keluhan rasa nyeri atau hipersensitifitas setempat. Luka derajat pertama akan sembuh
tanpa bekas.

b. Luka bakar derajat II (Deep Partial-Thickness)


Kerusakan yang terjadi pada epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi
inflamasi akut disertai proses eksudasi, melepuh, dasar
luka berwarna merah atau pucat, terletak lebih tinggi di
atas permukaan kulit normal, nyeri karena ujungujung
saraf teriritasi. Luka bakar derajat II ada dua:
1) Derajat II dangkal (superficial)
Kerusakan yang mengenai bagian superficial dari
dermis, apendises kulit seperti folikel rambut,
kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh.
Luka sembuh dalam waktu 10-14 hari.

7
2) Derajat II dalam (deep)
Kerusakan hampir seluruh bagian dermis. Apendises kulit seperti folikel rambut,
kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian masih utuh. Penyembuhan terjadi
lebih lama, tergantung apendises kulit yang tersisa. Biasanya penyembuhan
terjadi dalam waktu lebih dari satu bulan.

c. Luka bakar derajat III ( Full Thickness)


Kerusakan meliputi seluruh ketebalan dermis dan lapisan
yang lebih dalam, apendises kulit seperti folikel rambut,
kelenjar keringat, kelenjar sebasea rusak, tidak ada
pelepuhan, kulit berwarna abu-abu atau coklat, kering,
letaknya lebih rendah dibandingkan kulit sekitar karena
koagulasi protein pada lapisan epidermis dan dermis, tidak timbul rasa nyeri.
Penyembuhan lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan.

3. Berdasarkan tingkat keseriusan luka


a. Luka bakar ringan/ minor
1) Luka bakar dengan luas < 15 % pada dewasa
2) Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak dan usia lanjut
3) Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia (tidak mengenai muka, tangan,
kaki, dan perineum.
b. Luka bakar sedang (moderate burn)
1) Luka bakar dengan luas 15 – 25 % pada dewasa, dengan luka bakar derajat III
kurang dari 10 %
2) Luka bakar dengan luas 10 – 20 % pada anak usia < 10 tahun atau dewasa > 40
tahun, dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %
3) Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak maupun dewasa yang tidak
mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum.
c. Luka bakar berat (major burn)
1) Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah 10 tahun atau di atas usia 50
tahun
2) Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain disebutkan pada butir pertama
3) Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum
4) Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa memperhitungkan luas
luka bakar
8
5) Luka bakar listrik tegangan tinggi
6) Disertai trauma lainnya
7) Pasien-pasien dengan resiko tinggi.

4. Berdasarkan Luas Permukaan Tubuh yang Terbakar


Dalam menentukan ukuran luas luka bakar kita dapat menggunakan beberapa metode
yaitu :
a. Rule of Nine
1) Kepala dan leher : 9%
2) Lengan masing-masing 9% : 18%
3) Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
4) Tungkai maisng-masing 18% : 36%
5) Genetalia/perineum : 1%
i. Total : 100%
b. Diagram
Penentuan luas luka bakar secara lebih lengkap dijelaskan dengan diagram Lund dan
Browder sebagai berikut :

9
E. PATOFISIOLOGI
Luka bakar (Combustio) disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber panas
kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi elektromagnetik.
Destruksi jaringan terjadi akibat koagulasi, denaturasi protein atau ionisasi isi sel. Kulit dan
mukosa saluran nafas atas merupakan lokasi destruksi jaringan. Jaringan yang dalam
termasuk organ visceral dapat mengalami kerusakan karena luka bakar elektrik atau kontak
yang lama dengan burning agent. Nekrosis dan keganasan organ dapat terjadi.

Kedalam luka bakar bergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan lamanya
kontak dengan gen tersebut. Pajanan selama 15 menit dengan air panas dengan suhu sebesar
56.10 C mengakibatkan cidera full thickness yang serupa. Perubahan patofisiologik yang
disebabkan oleh luka bakar yang berat selama awal periode syok luka bakar mencakup
hipoperfusi jaringan dan hipofungsi organ yang terjadi sekunder akibat penurunan curah
jantung dengan diikuti oleh fase hiperdinamik serta hipermetabolik. Kejadian sistemik awal
sesudah luka bakar yang berat adalah ketidakstabilan hemodinamika akibat hilangnya
integritas kapiler dan kemudian terjadi perpindahan cairan, natrium serta protein dari ruang
intravaskuler ke dalam ruanga interstisial.

Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan pada volume darah
terlihat dengan jelas. Karena berkelanjutnya kehilangan cairan dan berkurangnya volume
vaskuler, maka curah jantung akan terus turun dan terjadi penurunan tekanan darah. Sebagai
respon, system saraf simpatik akan melepaskan ketokelamin yang meningkatkan
vasokontriksi dan frekuensi denyut nadi. Selanjutnya vasokontriksi pembuluh darah perifer
menurunkan curah jantung.

Umumnya jumlah kebocoran cairan yang tersebar terjadi dalam 24 hingga 36 jam pertama
sesudah luka bakar dan mencapai puncaknya dalam tempo 6-8 jam. Dengan terjadinya
pemulihan integritas kapiler, syok luka bakar akan menghilang dan cairan mengalir kembali
ke dalam kompartemen vaskuler, volume darah akan meningkat. Karena edema akan
bertambah berat pada luka bakar yang melingkar. Tekanan terhadap pembuluh darah kecil
dan saraf pada ekstremitas distal menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga terjadi
iskemia. Komplikasi ini dinamakan sindrom kompartemen.

Volume darah yang beredar akan menurun secara dramatis pada saat terjadi syok luka
bakar. Kehilangan cairan dapat mencapai 3-5 liter per 24 jam sebelum luka bakar ditutup.
Selama syok luka bakar, respon luka bakar respon kadar natrium serum terhadap resusitasi

10
cairan bervariasi. Biasanya hipnatremia terjadi segera setelah terjadinya luka bakar,
hiperkalemia akan dijumpai sebagai akibat destruksi sel massif. Hipokalemia dapat terhadi
kemudian dengan berpeindahnya cairan dan tidak memadainya asupan cairan. Selain itu juga
terjadi anemia akibat kerusakan sel darah merah mengakibatkan nilai hematokrit meninggi
karena kehilangan plasma. Abnormalitas koagulasi yang mencakup trombositopenia dan
masa pembekuan serta waktu protrombin memanjang juga ditemui pada kasus luka bakar.
Kasus luka bakar dapat dijumpai hipoksia. Pada luka bakar berat, konsumsi oksigen oleh
jaringan meningkat 2 kali lipat sebagai akibat hipermetabolisme dan respon lokal. Fungsi
renal dapat berubah sebagai akibat dari berkurangnya volume darah. Destruksi sel-sel darah
merah pada lokasi cidera akan menghasilkan hemoglobin bebas dalam urin. Bila aliran darah
lewat tubulus renal tidak memadai, hemoglobin dan mioglobin menyumbat tubulus renal
sehingga timbul nekrosis akut tubuler dan gagal ginjal.

Kehilangan integritas kulit diperparah lagi dengan pelepasan faktor-faktor inflamasi


yang abnormal, perubahan immunoglobulin serta komplemen serum, gangguan fungsi
neutrofil, limfositopenia. Imunosupresi membuat pasien luka bakar bereisiko tinggi untuk
mengalmai sepsis. Hilangnya kulit menyebabkan ketidakmampuan pengaturan suhunya.
Beberapa jam pertama pasca luka bakar menyebabkan suhu tubuh rendah, tetapi pada jam-
jam berikutnya menyebabkan hipertermi yang diakibatkan hipermetabolisme.

F. MANIFESTASI KLINIS

Kedalaman dan Bagian Kulit Gejala Penampilan Perjalanan


Penyebab Luka Yang terkena Luka Kesembuhan
Bakar
Derajat Satu Epidermis Kesemutan Memerah;menjadi Kesembuhan
putih jika ditekan lengkap dalam
Tersengat Hiperestesia
waktu satu minggu
matahari (super Minimal atau
sensitive) tanpa edema Pengelupasan kulit
Terkena Api
dengan intensitas Rasa nyeri
rendah mereda jika
didinginkan
Derajat Dua Epidermis dan Nyeri Melepuh, dasar Kesembuhan luka
Bagian Dermis luka berbintik – dalam waktu 2 – 3
Tersiram air Hiperestesia
bintik minggu
mendidih
Sensitif merah,epidermis
Pembentukan
Terbakar oleh terhadap retak, permukaan
parutdan
nyala api udara yang luka basah
depigmentasi
dingin
Edema
Infeksi dapat
mengubahnya
11
menjadi derajat
tiga
Derajat Tiga Epidermis, Tidak terasa Kering ;luka Pembentukan eskar
Keseluruhan nyeri bakarberwarna
Terbakar nyala api Diperlukan
Dermis dan Syok putih seperti badan
pencangkokan
Terkena cairan kadang – kadang kulit atau
Hematuri dan
mendidihdalam jaringan berwarna gosong. Pembentukan parut
kemungkinan
waktu yang lama subkutan dan hilangnya
hemolisis Kulit retak dengan
kountur serta
Tersengat arus bagian kulit yang
Kemungkin fungsi kulit.
listrik tampak
terdapat luka
Hilangnya jari
masuk dan edema
tangan atau
keluar (pada
ekstermitas dapat
luka bakar
terjadi
listrik)a

G. INDIKASI RAWAT INAP LUKA BAKAR


1. Luka bakar grade II:
2. Dewasa > 20%
3. Anak/orang tua > 15%
4. Luka bakar grade III.
5. Luka bakar dengan komplikasi: jantung, otak dll.

H. PENATALAKSANAAN

Pengoabatan luka bakar diberikan berdasarkan luas dan beratnya luka bakar serta
pertimbangan penyebabnya.Resusitasi cairan penting dalam menangani kehilangan cairan
intravascular.Oksigen diberikan melalui masker atau ventilasi buatan.Luka bakarnya sendiri
dapat di tutupi balutan steril basah atau kering.Penambahan obat topkal dapat juga
diindikasikan.Luka baka berat memerlukan debridement luka dan transpalasi.
Menurut R. Sjamsuhidajat, (2010) Penatalaksanaan medis pada penderita luka bakar sebagai
berikut:
1. Mematikan sumber api
2. Upaya pertama saat terbakar adalah mematikan api pada seluruh tubuh (menyelimuti,
menutup bagian yang terbakar, berguling, menjatuhkan diri ke air).
3. Merendam atau mengaliri luka
4. Setelah sumber panas hilang adalah dengan merendam luka bakar dalam air atau
menyiram dengan air mengalir selama kurang lebih 15 menit. Pada luka bakar ringan
tujuan ini adalah untuk menghentikan proses koagulasi protein sel jaringan dan

12
menurunkan suhu jaringan agar memperkecil derajat luka dan mencegah infeksi
sehingga sel-sel epitel mampu berfoliferasi.
5. Rujuk ke Rumah Sakit
6. Pada luka bakar dalam pasien harus segera di bawa ker Rumah Sakit yang memiliki
unit luka bakar dan selama perjalanan pasien sudah terpasang infus.
7. Resusitasi
8. Pada luka bakar berat penanganannya sama seperti diatas .namun bila terjadi syok
segera di lakukan resusitasi ABC.
a) Pernafasan:
1) Udara panas mukosa rusak oedem obstruksi.
2) Efek toksik dari asap: HCN, NO2, HCL, Bensin iritasi Bronkhokontriksi
obstruksi gagal nafas.

b) Sirkulasi
gangguan permeabilitas kapiler: cairan dari intra vaskuler pindah ke ekstra
vaskuler hipovolemi relatif syok ATN gagal ginjal.
a. Airway Management
1) Bersihkan jalan napas dengan tangan dan mengangkat dagu pada pasien
tidak sadar.
2) Lindungi jalan napas dengan nasofarigeal.
3) Pembedahan (krikotiroldotomi) bila indikasi trauma silafasial/gagal
intubasi.
b. Breathing/Pernapasan
1) Berikan supplement O2.
2) Nilai frekuensi napas dan pergerakkan dinding toraks.
3) Pantau oksimetri nadi dan observasi.
c. Circulation
1) Nilai frekuensi nadi dan karakternya
2) Ambil darah untuk cross match, DPL, ureum dan elektrolit.
3) Perawatan local
Untuk luka bakar derajat I dan II biasa dilakukan perawatan lokal yaitu
dengan pemberian obat topical seperti salep antiseptic contoh golongan:
silver sulfadiazine, moist exposure burn ointment, ataupun yodium
providon.

9. Infus, kateter, CVP, oksigen, Laboratorium, kultur luka.


13
10. Resusitasi cairan Baxter.
Untuk pemberian cairan intravena pada pasien luka bakar bias menggunakan rumus
yang di rekomendasikan oleh Envans, yaitu:

Luas luka dalam persen x BB(kg) = mL NaCl /24 jam


Luas luka dalam persen x BB (kg) = mL Plasma/24 jam
2000 cc gluksosa 5%/24 jam

Dewasa : Baxter. ( RL 4 cc x BB x % LB/24 jam. )


Anak: jumlah resusitasi + kebutuhan faal ( RL : Dextran = 17 : 3 )
2 cc x BB x % LB.
Kebutuhan faal:
< 1 tahun : BB x 100 cc
1 – 3 tahun : BB x 75 cc
3 – 5 tahun : BB x 50 cc
½ diberikan 8 jam pertama
½ diberikan 16 jam berikutnya.
Hari kedua :
Dewasa : Dextran 500 – 2000 + D5% / albumin.
( 3-x) x 80 x BB gr/hr
100
(Albumin 25% = gram x 4 cc) 1 cc/mnt.
Anak : Diberi sesuai kebutuhan faal.
11. Monitor urine dan CVP.
12. Topikal dan tutup luka
a. Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% ( 1 : 30 ) + buang jaringan nekrotik.
b. Tulle.
c. Silver sulfa diazin tebal.
d. Tutup kassa tebal.
e. Evaluasi 5 – 7 hari, kecuali balutan kotor.
13. Obat – obatan:
a. Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak kejadian.
b. Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai hasil kultur.
c. Analgetik : kuat (morfin, petidine)
d. Antasida : kalau perlu

14
1. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium :
a. Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya pengeluaran darah yang banyak
sedangkan peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan adanya cedera
b. Ht (Hematokrit) yang meningkat menunjukkan adanya kehilangan cairan sedangkan
Ht turun dapat terjadi sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan oleh panas
terhadap pembuluh darah.
c. Leukosit : Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi atau
inflamasi
d. GDA (Gas Darah Arteri) : Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera inhalasi.
Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan karbon dioksida
(PaCO2) mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida.
e. Elektrolit Serum : Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera
jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin menurun karena
kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi ginjal dan hipokalemi
dapat terjadi bila mulai diuresis.
f. Glukosa Serum : Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon stress.
g. Albumin Serum : Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema cairan.
h. BUN atau Kreatinin : Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi ginjal,
tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.
i. Ureum
j. Protein
k. Hapusan Luka
l. Urine Lengkap, dllRontgen : Foto Thorax, dll
2. EKG : Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau distritmia.
3. CVP : Untuk mengetahui tekanan vena sentral, diperlukan pada luka bakar lebih dari
30% dewasa dan lebih dari 20% pada anak

J. KOMPLIKASI COMBUSTIO/ LUKA BAKAR

1. Gagal jantung kongestif dan edema pulmonal


2. Sindrom kompartemen. Sindrom kompartemen merupakan proses terjadinya pemulihan
integritas kapiler, syok luka bakar akan menghilang dan cairan mengalir kembali ke
dalam kompartemen vaskuler, volume darah akan meningkat. Karena edema akan

15
bertambah berat pada luka bakar yang melingkar. Tekanan terhadap pembuluh darah
kecil dan saraf pada ekstremitas distal menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga
terjadi iskemia.
3. Adult Respiratory Distress Syndrome. Akibat kegagalan respirasi terjadi jika derajat
gangguan ventilasi dan pertukaran gas sudah mengancam jiwa pasien.
4. Ileus Paralitik dan Ulkus Curling. Berkurangnya peristaltic usus dan bising usus
merupakan tanda-tanda ileus paralitik akibat luka bakar. Distensi lambung dan nausea
dapat mengakibatnause. Perdarahan lambung yang terjadi sekunder akibat stress
fisiologik yang massif (hipersekresi asam lambung) dapat ditandai oleh darah okulta
dalam feces, regurgitasi muntahan atau vomitus yang berdarha, ini merupakan tanda-
tanda ulkus curling.
5. Syok sirkulasi terjadi akibat kelebihan muatan cairan atau bahkan hipovolemik yang
terjadi sekunder akibat resusitasi cairan yang adekuat. Tandanya biasanya pasien
menunjukkan mental berubah, perubahan status respirasi, penurunan haluaran urine,
perubahan pada tekanan darah, curah janutng, tekanan cena sentral dan peningkatan
frekuensi denyut nadi.
6. Gagal ginjal akut. Haluran urine yang tidak memadai dapat menunjukkan resusiratsi
cairan yang tidak adekuat khususnya hemoglobin atau mioglobin terdektis dalam urine.

K. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN LUKA BAKAR


1. PENGKAJIAN
a. Anamnesa
Nama : Ny. A
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal masuk : 12 Oktober 2023
TTL : OKU, 26 September 1960
Status perkawinan : Menikah
Suku bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Kota Baru, Martapura
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : Tamat SMP
Keluhan Utama : Klien mengeluh kesakitan dan sesak karena luka bakar 3
jam sebelum MRS
Riwayat Penyakit Sekarang : 3 jam sebelum masuk RS, Ny. A menderita luka bakar
16
karena terkena ledakan tabung gas elpiji. Kesadaran
composmentis, TD: 100/70 mmHg, Nadi: 110x/mnt, S:
37,6o C, RR: 29x/menit, TB: 155 cm, BB: 60 kg, pasien
mengeluh sesak.
Riwayat Penyakit Dahulu : Ny.A mengatakan belum pernah mempunyai riwayat masuk
rumah sakit/operasi di RS sebelumnya. Riwayat diabetes
melitus tidak ada dan hipertesi tidak ada
Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada riwayat DM, hipertensi, asma, TBC

Pola aktivitas dan latihan : Sebelum sakit pasien dapat melakukan aktivitas
sehari-sehari seperti makan ,minum, toileting, berpakaian
secara mandiri. Sedangkan selama sakit aktivitas seperti
makan atau minum, toileting dan mobilisasi dibantu oleh
keluarga atau perawat.
Pola istirahat tidur : Sebelum sakit pasien mengatakan setiap hari tidur selama 6-
7 jam. Sedangkan selama sakit, pasien mengatakan tidur 5-6
jam dimalam hari dan 1-2 jam disiang hari.
Pola kognitif presepsi : Pasien mengatakan tidak mengalami ganggua penglihatan atau
pendengaran juga penciuman juga fungsinya. Selama sakit
pasien mengatakan mengalami gangguan nyeri pada daerah
leher, perut dan punggung sehingga sulit beratifitas.
Karakteristik nyeri yang dirasakan sebagai berikut:

 P: Nyeri akibat trauma luka bakar

 Q : Nyeri terasa panas


 R : Rasa nyeri terasa didaerah leher, dada dan
punggung.

 S : Skala nyeri 7 dari 10


 T : Hilang timbul dan meningkat jika adanya
aktivitas, dan saat tertekan lamauntuk
daerah punggung.
Pasien juga mengatakan masih merasa sesak saat bernapas.

17
b. Pemeriksaan Fisik:
1) Primary survey
Airway : tidak tampak adanya sumbatan jalan napas , darah (-), muntahan (-),
suara napas tidak ngorok.
Breathing : kedua dinding thorak tampak normal, napas spotan, rochi (-),
whezhing (-). Napas cepat dangkal , irreguler, RR 29x/menit.
Circulasi : pasien tidak tampak pucat, sianosis (-), HR 110x/menit reguler.
Disability : GCS : eye 4 verbal 5 movement 6 = 15
Exposure : pakaian pasien segera dievakuasi guna mengurangi pajanan
berkelanjutan serta menilai luas dan derajat luka bakar.

2) Secondary surveyStatus Generalis


Keadaan Umum : Tampak sakit berat
Kesadaran : Compos mentis, E : 4 V : 5 M : 6

Tekanan darah : 100/70 mmHg


Nadi : 110x/mnt, reguler
Suhu : 37,6o C
Pernapasan : 29x/menit
Tinggi badan : 165 cm
Berat badan : 60 kg

Kelenjar Getah Bening


Submandibula : tidak teraba
Leher : Tidak teraba
Supraklavikula : Tidak teraba
Ketiak : Tidak teraba
Lipat paha : Tidak teraba

Kepala
Ekspresi wajah : menyeringai, menahan sakit
Rambut : hitam
Simetris muka : simetris tidak ada lebam

Mata
Lapang pandang normal.
Pupil : Isokor
Sklera : Tidak ikterik
18
Konjungtiva : Tidak anemis
Kelopak mata : Tidak udema.
Reflek : Cahaya langsung +/+

Telinga
Tidak tampak kelainan.

Mulut
Bentuk : Normal
Mukosa bibir : Kering

Leher
Tampak luka bakar pada leher sebelah kiri dengan ukuran 10x2 cm warna kulit
merah pucat.

Tekanan vena Jugularis (JVP): 2-5 cmH2O


Kelenjar Tiroid : Tidak teraba membesar
Kelenjar Limfe : Tidak taraba membesar

Dada

Bentuk : Simetris
Pembuluh darah : Tidak tampak
Retraksi sela Iga : (+)

Paru – paru

Inspeksi : Pergerkan paru simetris, tampak retraksi diding dada


ringan. Pasien tampak sesak
Palpasi : Bentuk normal. Tugor kulit menurun ≥ 2 detik
Perkusi : sonor
Auskultasi : Ronchi (-) whezhing (-)

Jantung

Inspeksi : Tidak tampak iktus kordis


Auskultasi : BJ I-II regular , murmur (-) , gallop (-) lain-lain normal.

Perut
Inspeksi : Datar, tidak ada ascites
Palpasi : Supel, hati tidak membesar
Perkusi : Shifting dullness (-)
19
Auskultasi : bising usus (+) normal

Punggung
Terdapat luka bakar menyeluruh pada bagian punggung keabu-abuan, sedikit
tampak cairan

Hasil laboratorium
HB : 14,5 g/dl
Lekosit : 29.600/mm3
Trombosit : 213.000/mm3
Ht : 30%
Ureum : 39 mg/dl
Kretinin : 1,3 mg/dl
Na : 133 mmol/L
K : 3,68 mmol/L
CL : 112 mmol/L

Status luka bakar :


a. tampak luka bakar di perut bagian bawah memanjang ukuran
15x3 cm ( derajat 3 ) = 9% derajat 2
b. Terdapat luka bakar menyeluruh pada bagian punggung . Warnanya merah,
keabu-abuan, sedikit tampak cairan. = 18% derajat 3
c. Tampak luka bakar pada leher sebelah kiri dengan ukuran
10x2 cm warna kulit merah pucat. = 4,5% derajat 2
Luas luka bakar = 31,5% dengan derajat kedalaman 2-3

Penatalaksanaan medis
 Rumus baxter : (% luka bakar)x (BB)x(4cc)
31,5%x60x 4= 7560/24jam
8 jam pertama : 3780 cc8 jam kedua : 1890cc
8 jam ke 3 : 1890
 Mendapat O2 2liter permenit nasal kanul
 Therapy obat :
a. Inj. Cefotaxin 1gr/12 jam : anti infeksi
b. Inj. Keterolac 1gr/8jam : anti nyeri
c. Tab. tramadol 50mg/8jam : anti nyeri
d. Mebo salep.
20
e. Supratul

2. ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah Keperawatan
1 DS: Klien merasa Luka Permeabilitas kapiler
lemasDO: bakar meningkat
 Turgor kulit menurun ↓
≥2 detik. Evaporasi / Penguapan
 Mukosa kering cairan
 TTV : TD 100/70 ↓
mmHg, Nadi Kehilangan cairan tubuh
:110x/mnt, regular, ↓
Suhu : 37,8ºC Defisit volume cairan
Pernapasan : 29x/m
 Rumus baxter : (%
luka bakar)x
(BB)x(4cc)
31,5%x60x 4=
7560/24jam
8 jam pertama : 3780
cc8 jam kedua :
1890cc
8 jam ke 3 : 1890
 Luas luka bakar =
31,5% dengan
derajat kedalaman
2-3.
2 DS: Pasien mengeluh sesak Luka Vasodilatasi PembuluhDarah
DO: bakar ↓
 Tampak Penyumbatan saluran
kesulitan nafas bagian atas
bernafas/sesak ↓
 Gerakan dada simetris Edema paru
 Pola napas cepat ↓
dandangkal, Hiperventilasi
irreguler ↓
 TTV : RR: 29x/menit Gangguan pertukaran
gas

21
3 DS: klien mengeluh panas Luka Kerusakan kulit/ jaringan
dansakit bakar dan edema
DO: ↓
 TTV: Nyeri akut
TD100/70mmHg,
Nadi: 110x/mnt,
S: 37,8ᵒC,
RR:
29x/menit
 Pasien nampak
meringiskesakitan
sambil memegang
dada yang sakit.
 P: trauma luka bakar
 Q : terasa panas
 R : sisi
trauma/cidera yang
sakit
 S : Skala nyeri 7
 T: Hilang timbul
dan meningkat jika
adanyaaktivitas
 Mendapatkan anti
nyeri:
- Inj. Keterolac
1gr/8jam : anti
nyeri.
-Tab. tramadol
50mg/8jam : anti
nyeri
4 DS: pasien mengeluh Luka bakar Kerusakan kulit/
perih, sakit jaringan
DO: ↓
 Kulit kemerahan Inflamasi, Lesi
hingga nekrosis Kerusakan integritaskulit
 Luas luka bakar = ↓
31,5% dengan Gangguan integritas
derajat kedalaman kulit
2-3.
 Kulit tidak utuh
 Akral dingin, lembab
 Suhu 37,8ºC
 Peningkatan
leukosit
(26.900mm3 )
22
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN:
a. Defisit volume cairan b.d banyaknya penguapan/cairan tubuh yang keluar
b. Gangguan pertukaran gas/oksigen b.d kerusakan jalan nafas
c. Nyeri akut b.d kerusakan kulit dan jaringan
d. Gangguan integritas kulit b.d kerusakan kulit dan jaringan yang terkena luka
Bakar

4. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan
1 Defisit volume  BP 100-140/60-90  Monitor dan catat intake, output
cairan b.d mmHg (urine 0,5 – 1 cc/kg.bb/jam)
banyaknya  Produksi urine >30  Beri cairan infus yang
penguapan/cairan ml/jam (minimal 1 mengandung elektrolit (pada 24
tubuh yang keluar ml/kg BB/jam) jam ke I), sesuai dengan rumus
(Setelah dilakukan  Ht 37-43 % formula yang dipakai
tindakan  Turgor elastic  Monitor vital sign
keperawatan dalam  Mucosa lembab  Monitor kadar Hb, Ht,
waktu 2 x 24 jam
 Akral hangat elektrolit, minimal setiap 12
pemulihan cairan jam.
 Rasa haus tidak
optimal dan
ada
keseimbangan
elektrolit serta
perfusi organ vital
tercapai)

2 Gangguan  Tidak ada tanda-  Mengkaji tanda-tanda distress


pertukaran tanda sianosis nafas, bunyi, frekuensi, irama,
gas/oksigen b.d  Frekuensinafas 12 kedalaman nafas.
kerusakan jalan - 24 x/mnt  Monitor tanda-tanda hypoxia
nafas(Setelah  SP O2 > 95 (agitsi,takhipnea,
dilakukan tindakan stupor,sianosis)
keperawatan dalam  Monitor hasil laboratorium,
waktu 2 x 24 jam AGD, kadar oksihemoglobin,
oksigenasi jaringan hasil oximetri nadi.
adekuat)  Kolaborasi dengan tim medis

23
untuk pemasangan endotracheal
tube atau tracheostomi tube bila
diperlukan.
 Kolabolarasi dengan tim medis
untuk pemasangan ventilator
bila diperlukan.
 Kolaborasi dengan tim medis
untuik pemberian inhalasi terapi
bila diperlukan
3 Nyeri akut b.d  Skala 1-2  Kaji rasa nyeri yang dirasakan
kerusakan kulit dan  Expresi wajah klien
jaringan(Setelah tenang  Atur posisi tidur dengan
dilakukan tindakan  Nadi 60-100x/mnt nyaman
keperawatan dalam  Klien tidak gelisah  Anjurkan klien untuk teknik
selama masa relaksasi
perawatan nyeri  Lakukan prosedur pencucian
berkurang) luka dengan hati-hati
 Anjurkan klien untuk
mengekspresikan rasa nyeri
yang dirasakan
 Beri tahu klien tentang
penyebab rasa sakit pada luka
bakar
 Kolaborasi dengan tinm medis
untuik pemberian analgesik
4 Gangguan  Luka sembuh  Kaji luka pada fase akut
integritaskulit b.d sesuai dengan fase (perubahan warna kulit)
kerusakan kulit  penyembuhan luka  Cegah adanya gesekan pada
dan jaringan yang kulit yang terdapat luka
terkena luka  Lakukan perawatan pada luka
bakar (Setelah Bakar
dilakukan tindakan
keperawatan selama
masa penyembuhan
luka bakar sembuh
dengan baik dan
integritas kulit)

5. EVALUASI
Dx1
S : Klien merasa tidak lemas
O : Turgor kulit baik, mukosa lembab, kadar Kalium= 4.0 mEq/L dan kadar
Natrium= 135 mEq/L, intake dan output seimbang
A : Masalah teratasi

P : Intervensi dihentikan

Dx 2
S : Klien mengatakan sesak berkurang

O : Klien kadang-kadang masih terlihat bernafas cepat, RR: 25 kali/menit, SaO2 = 95 %


24
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

Dx 4

S : Klien mengatakan nyeri berkurang dengan skala nyeri 4 O : Klien tidak meringis

dan nadi 95 kali/ detik


A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

Dx 5

S : Klien masih mengeluhkan perih pada luka


O : Masih ada luka terbuka
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

H. PENERAPAN TERAPI KOMPLEMENTER PADA PASIEN LUKA BAKAR

1. Perawatan Luka bakar / luka kronis menggunakan Madu topikal


Madu merupakan cairan manis yang di proses oleh lebah yang berasal dari sari pati atau tepung sari
bunga,yang dijadikan lebah sebagai bahan baku yang disebut nektral, yang didapat dari sel tumbuhan.
Madu dapat membantu mempercepat proses penyembuhan luka bakar dikarenkan antibiotikdn
antiviralnya yang menekan pertumbuhan kuman pada luka.
Kandungan madu asam amino ,karbohidrat,protein dan beberapa jenis mineral dan vitamin yang
terdapat dalam madu seperti magnesium ,kalium,potasium,sodium,klorin,sulfur,besi dan fosfat.madu
juga mengandung vitamin seperti vitamin E dan vitamin C serta Vitamin B1,B2 dan B6 membantu
nutrisi dalam proses penyembuhan luka bakar

2. Penyembuhan luka bakar menggunakan gel kolagen limbah sisik ikan bandeng untuk penyembuhan
luka bakar
Kolagen merupakan bagian utama jaringan ikat yang diperlukan pada keadaan-keadaan penyembuhan
luka, pembentukan jaringan parut, serta pembentukan matris tulang sehingga memberikan potensi untuk
mempercepat penyembuhan luka bakar. Setiap area diberikan perlakuan gel kolagen sisik ikan bandeng
konsentrasi 0,3%, 0,6%, 0,9% dan kontrol negative. Pengamatan dan pengukuran diameter dilakukan
setiap hari selama 7 hari. Hasil pengujian menunjukkan bahwa pemberiangel kolagensisik ikan bandeng
konsentrasi 0,9% lebih efektif dalam menyembuhkan luka bakar dengan diameter luka berkurang
sebanyak 4,9 mm atau sebesar 24,5% dibandingkan dengan perlakuan menggunakan basis gel dengan
diameter penurunan luka hanya berkurang 1.6mm atau sebesar 8%.

3. Hidrogel extrak bonggol pisang ,rumput laut dan extrak daun sirih untuk perawatan luka bakar grade II)
Tehnik terkini perawatan luka bakar adalah dengan menggunakan berbagai balutan (dreasing )sintetis
seperti calsium alginat ,hidrokoloid,foam,hidrogel dan transparan film ,salah satu pengganti balutan
(dresing) sintetis adalah penggunaan hidrogel berbahn dasar bahan alam seperti batang pisang ,rumput

25
laut dan daun sirih.ketiga bahan alam tersebut selanjutnya dibuat menjadi higrogel agar memenuhi
standar kelembaban balutan

4. Efektivitas Pemberian Aloevera Pada Proses Penyembuhan Luka Bakar:


Hasil penelitian bahwa penyembuhan luka bakar dengan mengunakan formulasi ekstrak kulit lidah
buaya. Menunjukan bahwa lidah buaya dapat mempercepat enyembuhan luka bakar dan membantu
pengeringan luka bakar ringan.
Tanaman lidah buaya terdiri dari turunan hidroksil antrasena termasuk aloin A dan B2dengan jumlah
25-40 % dari senyawa chromone dan turunannya seperti resin aloe A,B2, dan C .senyawa penting
lainnya pada tanaman lidah buaya meliputi beberapa gula seperti glokosa,manosa dan selulosa dan
berbagai enzim seperti oksidase,amilase dan katalase dan juga vitamin yang terdiri dari B1 ,B2,B6,C,E
dab asam folat dam nineral seperti kalsium ,natrium,magnesium seng,tembaga dan krom.lendir lidah
buaya juga terdiri dari beberapa glikoprotein yang mencegah inflasi rasa sakit dan mempercepat
perbaikan,demikian juga ,lidah buaya terdiri polisakarida ,yang merangsang penyembuhan luka dan
pertumbuhan kulit

5. Karakterisasi gel penyembuhan luka bakar yang dibuat dari selaput ketuban manusia dan ekstrak lidah
buaya
secara keseluruhan data in vitro dan in vivo, temuan kami dengan jelas menunjukkan bahwa membran
ketuban yang dikombinasikan dengan ekstrak lidah buaya secara signifikan meningkatkan
penyembuhan luka bakar, sehingga menunjukkan bahwa membran ketuban dan lidah buaya memiliki
aktivitas penyembuhan luka yang ampuh. Selaput ketuban merupakan biomaterial biologis yang
diterima secara global untuk luka bakar derajat dua dan tiga. Gel lidah buaya juga dilaporkan memiliki
kemampuan menyembuhkan luka bakar. Kombinasi AM dan AV telah terbukti mempunyai efek yang
menjanjikan dalam epitelisasi internal dengan pembentukan bekas luka yang lebih sedikit. Gel yang
mengandung ekstrak AM secara individual dan dikombinasikan dengan AV dapat digunakan sebagai
alternatif dalam pengobatan luka bakar. Namun, penyelidikan lebih lanjut diperlukan untuk menilai
konsentrasi optimal dari ekstrak yang digunakan dan faktor kunci yang ada pada AM dan AV untuk
mengetahui kombinasi terbaik untuk penyembuhan luka bakar. Selain itu, penting juga untuk
mengungkap mekanisme molekuler yang mendasarinya. Sebagai langkah penyelidikan lebih lanjut,
terapi berbasis sel menggunakan sel progenitor kulit yang dikombinasikan dengan gel yang diuji,
dapat menjadi cara lain untuk mempercepat penyembuhan.

26
I. ANATOMI FISIOLOGI KULIT

Gambar 1.2 (Sumber:jaringan-kulit-manusia.com,)

Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh, merupakan organ terberat
dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh, pada orang dewasa
sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9 meter persegi.
Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis
kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial
lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu
dan bokong.
Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang
merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal dari
mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat.
1. Epidermis

Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari epitel berlapis
gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan merkel. Tebal epidermis
berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal pada telapak tangan dan kaki.
Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh ketebalan kulit. Terjadi regenerasi setiap
4-6 minggu.
Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang
terdalam):

a. Stratum Korneum
Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti.
b. Stratum Lusidum
Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal telapak kaki dan telapak
tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.

c. Stratum Granulosum
Ditandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang intinya ditengah dan sitoplasma
terisi oleh granula basofilik kasar yang dinamakan granula keratohialin yang

27
mengandung protein kaya akan histidin. Terdapat sel Langerhans.

d. Stratum Spinosum
Terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan tonofibril, dianggap filament- filamen
tersebut memegang peranan penting untuk mempertahankan kohesi sel dan melindungi
terhadap efek abrasi. Epidermis pada tempat yang terus mengalami gesekan dan tekanan
mempunyai stratum spinosum dengan lebih banyak tonofibril. Stratum basale dan
stratum spinosum disebut sebagai lapisan Malfigi. Terdapat sel Langerhans.
e. Stratum Basale (Stratum Germinativum)

Terdapat aktifitas mitosis yang hebat dan bertanggung jawab dalam pembaharuan sel
epidermis secara konstan. Epidermis diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke
permukaan, hal ini tergantung letak, usia dan faktor lain. Merupakan satu lapis sel yang
mengandung melanosit.
Fungsi Epidermis : Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan sitokin,
pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan pengenalan alergen (sel
Langerhans).

2. Dermis

Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai “True
Skin”. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan menghubungkannya
dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling tebal pada telapak kaki
sekitar 3 mm. Dermis terdiri dari dua lapisan :
a. Lapisan papiler; tipis mengandung jaringan ikat jarang.
b. Lapisan retikuler; tebal terdiri dari jaringan ikat padat.

Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesa kolagen berkurang dengan bertambahnya


usia. Serabut elastin jumlahnya terus meningkat dan menebal, kandungan elastin kulit
manusia meningkat kira-kira 5 kali dari fetus sampai dewasa. Pada usia lanjut kolagen saling
bersilangan dalam jumlah besar dan serabut elastin berkurang
menyebabkan kulit terjadi kehilangan kelemasannya dan tampak mempunyai banyak
keriput.
Dermis mempunyai banyak jaringan pembuluh darah. Dermis juga mengandung beberapa
derivat epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat. Kualitas kulit
tergantung banyak tidaknya derivat epidermis di dalam dermis.
Fungsi Dermis : struktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi, menahan shearing
forces dan respon inflamasi.

3. Subkutis
Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari lapisan lemak. Lapisan
ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar dengan jaringan di
bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi
individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi. Fungsi Subkutis /
hipodermis : melekat ke struktur dasar, isolasi panas, cadangan kalori,kontrol bentuk
28
tubuh dan mechanical shock absorber. Luka dapat terjadi pada trauma, pembedahan,
neuropatik, vaskuler, penekanan dan keganasan.

J. STANDAR LUARAN KEPERAWATAN

29
30
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi.
Luka bakar dapat tejadi pada setiap orang dengan berbagai faktor penyebab
seperti :panas, sengatan listrik, zat kimia, maupun radiasi. Penderita luka bakar
memerluakn penanganan yang serius secara holistik/ menyeluruh dari berbagai aspek dan
disiplin ilmu. Pada penderita luka bakar yang luas dan dalam memerluakn perawatan
luka bakar yang lama dan mahal serta mempunyai efek resiko kematian yang tinggi.
Dampak luka bakar bagi penderita dapat menimbulkan berbagai masalah fisik,
psikis dan sosial bagi pasien dan juga keluarganya.Perawat sebagai tim yang paling
banyal berhubungan dengan asien dituntut untuk terus meningkatkan pengetahuan dan
keterampilannya sehingga mampu merawat pasien luka bakar secara komprehensif dan
optimal. Prinsip-prinsip penanganan pasien luka bakar selama perawatan dirumah sakit
termasuk :
1. Pemberian terapi cairan dan nutrisi yang adekuat
2. Pencegahan infeksi
3. Penanganan/penyembuahn luka
4. Pencegahan kontraktur/ deformitas
5. Rehabilitasi lanjut
Tingkat keberhasilan perawatan penderita luka bakar sanagt dipengaruhi oleh cara
penanganan, kerjasama dan kecekatan tim kesehatan yang merawat disamping faktor-
faktor lain (usia penderita, riwayat kesehatan, penyebab luka bakar,cedera lain yang
menyertai dan kebiasaan hidup)
Dengan makin berkembangnya ilmu pengetahuan dan tehnologi maka makin
berkembang pula tehnik/ cara penanganan luka bakar sehingga makin meningkatkan
kesempatan untuk sembuh bagi penderita luka bakar.

31
DAFTAR PUSTAKA

Borley R. Neil danGrase A. Pierce. 2007. At a glance IlmuBedah. Edisi 3. Jakarta Erlangga
Dewi, Yulia Ratna Sintia. 2013. Luka Bakar : Konsep Umum dan Investigasi Berbasis Klinis Luka
Antemortem dan Postmortem. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Di Maio, V.J.M. & Dana,
S.E. 1998. Fire and Thermal Injuries, in: Di Maio, V.J.M. & Dana, S.E.(eds) Hand Book of
Forensic Pathology. USA: Landes Bioscience
Grace, P.A & Borley, N.R. 2006. At a Glance Ilmu Bedah edisi ketiga. Jakarta: Penerbit Erlangga
Gurnida, Dida dan Melisa Lilisari. 2011. Dukungan Nutrisi pada Penderita Luka Bakar. Bagian
Ilmu Kesehatann Anak,Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, Rumah Sakit Hasan
Sadikin,Bandung.
Hardisman. 2014. Gawat Darurat Medis Praktis. Yogyakarta : Gosyen Publising. Hidayat, A Aziz
Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta. Salemba
Medika
Horne, M., Pamela L. 2000. Keseimbangan Cairan Elektrolit & Asam basa. EGC :Jakarta
Insley, J. 2000. Vade-Mecum Pediatri. EGC : Jakarta
Moenadjat Y. 2009. Luka bakar masalah dan tatalaksana. Jakarta : Balai penerbit FKUI Mohamad,
Kartono. 2005. Pertolongan Pertama. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Nina, R. 2008. Efek Penyembuhan Luka Bakar dalam Sediaan Gel Ekstrak Etanol 70% Daun Lidah
Buaya (Aloe Vera L) pada Kulit Punggung Kelinci New Zealand. Skripsi. Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.

Ortiz-Pujols SM, Thompson K, Sheldon GF, et al. 2011. Burn Care : Are There Sufficient
Prociders and Facilities?. Chapel Hill, North Carolina. American College ofSurgeons Health Policy
Research Institute
Rahayuningsih. 2012. Penatalaksanaan Luka Bakar
Etty,Yuliana syam ,saldy yusuf .2019.jurnal keperawatan
Yuyun Sri Wahyuni, Zakiah Thahir.2022.Jurnal Kesehatan Yamasi Makassar
Eko julianto ,sudiarto(2018) . jurnal keperawatan
Literature Review Mirza Alepandi1 , Joko Tri Wahyudi2 , Yulius Tiranda3 1, 2, 3 , Volume 2
Nomor 1, Mei 2022. Jurnal Keperawatan Merdeka (JKM),
MD Saifur Rahman ,Rashedul islam,Md masud rana,lucas sebastian spit zhorn,muhammad
sahedur rahman,james adjaye & skider M. Asaduzzaman.2019. pengobatan komplementer dan
alternatif BMC

32
33
34

Anda mungkin juga menyukai