Anda di halaman 1dari 15

KONSEP DASAR LUKA

Dosen Pengajar

ZAKIA RAHMAN, S.Kep, Ns, M.Kep

DISUSUN OLEH

Kelompok 1

1. Sofia Kartika 162212034


2. Asmarita 162212033
3. Siti Zaharah 162212034
4. Juniyati 162212015
5. Maisyarah 162212017
6. Winda Angesia 162212040

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN NON REGULER

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH TANJUGPINANG

T.A 2022/2023
KATAPENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Konsep Dasar Luka”.
Makalah ini disusununtuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Luka Modern
Kami menyampaikan rasa terima kasih kepada Dosen yang telah memberikan tugas ini, kepada teman-
teman mahasiswa yang juga sudah memberi kontribusibaik langsung maupun tidak
langsung dalam pembuatan makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit
hambatan yang penulis hadapi. Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam
penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua,
sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi. Semoga makalah ini dapat
memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada
pembaca khususnya para mahasiswa Skolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah
tanjungpinang. Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari sempurna. Untuk itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat
kami harapkan.

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………. 1

A. Latar Belakang…………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah………………………………………………... 3
C. Tujuan Penulisan Makalah……………………………………….. 3

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………… 4

A. Pengertian Luka ............................................................................. 4


B. Jenis Luka ...................................................................................... 4
C. Macam-macam Luka dan Penanganannya .................................... 5
D. Proses Penyembuhan Luka (Secara Umum) ........................ …… 8
E. Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka ........................... 9

BAB IVPENUTUP……………………………………………………… 11

A. Kesimpulan………………………………………………………. 11
B. Saran……………………………………………………………… 11

REFRENSI ............................................................................................... iii


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan karena adanya cedera
atau pembedahan (Agustina, 2009). Luka adalah rusaknya kesatuan atau komponen
jaringan dimana secara spesifik terdapat subtansi jaringan yang rusak atau hilang
(Widhiastuti, 2008).
Berdasarkan sifat kejadian, luka dibagi menjadi dua yaitu luka disengaja dan
luka tidak disengaja. Luka disengaja misalnya luka terkena radiasi atau bedah,
sedangkan luka tidak disengaja contohnya adalah luka terkena trauma. Luka yang
tidak disengaja (trauma) juga dapat dibagi menjadi luka tertutup dan luka terbuka.
Disebut luka tertutup jika tidak ada robekan, sedangkan luka terbuka jika terjadi
robekan dan keliatan seperti luka abrasio (luka akibat gesekan), luka puncture (luka
akibat tusukan), dan hautration (luka akibat alat perawatan luka) (Hidayat, 2006).
Berdasarkan pembagian luka operasi, tindakan bedah laparatomi merupakan
jenis luka operasi bersih terkontaminasi, yaitu jenis operasi yang membutuhkan
proses penyembuhan yang lebih lama (Hidayat, 2006).
Proses penyembuhan luka adalah salah satu hal terpenting dalam
pelaksanaan pasien pasca pembedahan yakni meyatukan kedua tepi luka berdekatan
dan saling berhadapan, jaringan yang dihasilkan sangat sedikit biasanya dalam
waktu 10 sampai 14 hari, repitalisasi secara normal sudah sempurna dan biasanya
hanya menyisahkan jaringan paruh tipis yang dengan cepat memudar dengan warna
merah muda menjadi putih (Morison, 2004).
Penyembuhan luka adalah suatu proses yang terjadi secara normal. Artinya,
tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi dan memulihkan
dirinya. Peningkatkan aliran darah ke daerah yang rusak, membersihkan sel dan
benda asing dan perkembangan awal proses penyembuhan. Meskipun demikian,
terdapat beberapa perawatan yang dapat membantu untuk mendukung proses
penyembuhan luka. Seperti melindungi area yang luka terbebas dari kotoran dengan
menjaga kebersihan untuk membantu meningkatkan penyembuhan jaringan
(Maryunani, 2013)
Lama penyembuhan luka berdasarkan fase penyembuhan luka adalah fase
inflamasi (berlangsung sampai hari ke-3 atau hari ke-4), fase proliferasi
(berlangsung 3-24 hari), fase maturasi dimulai pada minggu ke-3 setelah perlukaan
dan memerlukan waktu lebih dari 1 tahun (Perry & Potter, 2006).
Jika lama hari rawatan pasien post laparatomi memanjang, maka akan
timbul berbagai komplikasi yang paling serius adalah infeksi dan dehiscence luka.
Infeksi luka bedah merupakan bentuk infeksi nosokomial yang besar, dan paling
diperhatikan karena dapat meningkatkan angka kematian. Dari beberapa laporan
menunjukkan angka kematian setinggi 44% (Abbot, 2007).
Lama penyembuhan luka laparatomi dipengaruhi oleh beberapa faktor,
seperti nutrisi, sirkulasi, oksigenasi, obesitas, iskemia, benda asing, penyakit kronis,
kebiasaan merokok, dan obat-obatan (Sjamsuhidayat, 2005).
Lubin (2010) juga menjelaskan bahwa lama rawat pasca laparatomi
diharapkan 5 sampai 7 hari. Selain itu, lama penyembuhan luka yang menyebabkan
hari rawatan memanjang juga sangat membebani pasien, keluarga, dan pasien
lainnya (kontaminasi silang dan akibat kontaminasi silang), staf rumah sakit
(peningkatan perawatan dan kebutuhan hospitalisasi), serta masyarakat secara
keseluruhan (peningkatan hospitalisasi, biaya asuransi dan dapat kehilangan
pekerjaan) (Brunner & Suddarth, 2002).
Morizon (2004) juga menjabarkan faktor-faktor yang mempengaruhi
penyembuhan luka yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik
terdiri dari faktor yang merugikan pada tempat luka ( kurangnya suplai darah dan
pengaruh hipoksia, berlebihan, benda asing, hematoma, dan trauma berulang),
faktor-faktor patofisiologi umum (status nutrisi, gangguan kardiovaskuler, anemia,
penurunan daya tahan terhadap infeksi, gangguan metabolik dan endokrin), dan
faktor usia. Sementara itu faktor ekstrinsik terdiri dari penatalaksanaan luka
(perawatan luka) yang tidak tepat (pengkajian luka yang tidak akurat, penggunaan
agens topikal dan produk balutan luka primer yang tidak sesuai, teknik penggantian
balutan yang ceroboh (cuci tangan, pemakaian sarung tangan, penggunaan masker,
teknik ganti balutan, dan peralatan steril), sikap negatif staf terhadap pengobatan
dan penyembuhan), efek merugikan dari terapi lain (kemoterapikanker, dosis steroid
tinggi yang berkepanjangan, dan terapi radiasi), serta faktor lain yang
mempengaruhi penyembuhan luka yaitu mobilisasi, pekerjaan atau aktivitas dan
keadaan sosial yang buruk.
Wong (1995) dalam Mahyunani (2013) menyebutkan beberapa faktor yang
menghambat penyembuhan luka, yaitu : defesiensi nutrisi, gangguan sirkulasi,
stress, radiasi. Menurut Suriadi (2007), faktor umum yang dapat mengganggu
penyembuhan luka adalah usia, perfusi oksigen, malnutrisi, meningkatnya bakteri
mikroba, jaringan luka yang tua karena tertekan, stres psikologis, efek samping dari
terapi, dan kebiasaan merokok. Terkait dengan faktor-faktor penyembuhan luka
menurut Suriadi (2007) pada pasien menderita luka untuk mempercepat
penyembuhan luka adalah masukan nutrisi yang adekuat. (Morison, 2004).
Perawatan luka yang tepat dapat mencegah terjadinya infeksi silang dan
dapat mempercepat proses penyembuhan luka, dengan demikian hari rawat akan
lebih pendek. Dalam perawatan luka, frekuensi perawatan luka perlu diperhatikan
untuk meminimalkan kejadian infeksi, kasa penutup luka harus diganti lebih awal
jika basah, karena kasa basah meningkatkan kemungkinan kontaminasi bakteri pada
luka operasi (Sjamsuhidajat dan Jong, 2011).
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Luka
2. Klasifikasi Luka
3. Proses Penyembuhan Luka
4. Tipe Penyembuhan Luka
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Penyembuhan Luka

C. Tujuan Penulisan Makalah


1. Menjelaskan Pengertian Luka
2. Menejelaskan Klasifikasi Luka
3. Menjelaskan Proses Penyembuhan Luka
4. Menjelaskan Tipe Penyembuhan Luka
5. Menjelaskan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Penyembuhan Luka
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Luka
Luka adalah suatu kondisi yang menyebabkan kerusakan atau hilangnya
sebagian jaringan tubuh yang bisa disebabkan oleh berbagai kemungkinan penyebab
seperti trauma benda tajam, benda tumpul, akibat perubahan suhu baik panas
maupun dingin, akibat paparan zat kimia tertentu, akibat ledakan, gigitan hewan,
sengatan listrik maupun penyebab lainnya.

Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul :


1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2. Respon stres simpatis
3. Pendarahan dan pembekuan darah
4. Kontaminasi bakteri
5. Kematian sel

B. Jenis Luka
1. Berdasarkan Tingkat Kontaminasi Luka
a. Luka Bersih (Clean Wounds)
Luka bersih adalah luka bedah tidak terinfeksi yang mana luka tersebut tidak
terjadi proses peradangan (inflamasi) dan juga infeksi pada sistem
pernafasan, pencernaan, genital dan urinaria tidak terjadi.
b. Luka bersih terkontaminasi (Clean-contamined Wounds)
Jenis luka ini adalah luka pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan,
genital atau perkemihan dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu
terjadi.
c. Luka terkontaminasi (Contamined Wounds)
Luka terkontaminasi adalah luka terbuka, fresh, luka akibat kecelakaan dan
operasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari
saluran cerna.
d. Luka kotor atau infeksi (Dirty or Infected Wounds)
Luka kotor atau infeksi adalah terdapatnya mikroorganisme pada luka. Dan
tentunya kemungkinan terjadinya infeksi pada luka jenis ini akan semakin
besar dengan adanya mikroorganisme tersebut.
2. Berdasarkan Kedalaman dan Luasnya Luka
a. Stadium I
Luka Supersial (Non-Blanching Erithema). Luka jenis ini adalah luka yang
terjadi pada lapisan epidermis kulit.
b. Stadium II
Luka “Partial Thickness”. Luka jenis ini adalah hilangnya lapisan kulit pada
lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis merupakan luka superficial
dan adanya tanda klinis seperti halnya abrasi, blister atau lubangnya yang
dangkal.
c. Stadium III
Luka "Full Thickness". Luka jenis ini adalah hilangnya kulit keseluruhan
meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas
sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Luka ini
timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa
merusak jaringan di sekitarnya.
d. Stadium IV
Luka "Full Thickness". Luka jenis ini adalah luka yang telah mencapai
lapisan otot, tendon dan tulang dengan adanya destruksi / kerusakan yang
luas.
3. Berdasarkan Waktu Penyembuhan Luka
1. Luka Akut
Luka akut adalah jenis luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan
konsep penyembuhan yang telah disepakati. Kriteria luka akut adalah luka
baru, mendadak dan penyembuhannya sesuai dengan waktu yang
diperkirakan. Contoh : Luka sayat, luka bakar, luka tusuk. Luka operasi
dapat dianggap sebagai luka akut yang dibuat oleh ahli bedah. Contoh : luka
jahit, skin grafting.
2. Luka Kronis
Luka kronis adalah jenis luka yang yang mengalami kegagalan dalam proses
penyembuhan, dapat karena faktor eksogen dan endogen. Pada luka kronik
luka gagal sembuh pada waktu yang diperkirakan, tidak berespon baik
terhadap terapi dan punya tendensi untuk timbul kembali. Contoh : Ulkus
dekubitus, ulkus diabetik, ulkus venous, luka bakar dll.

C. Macam-macam Luka dan Penanganannya


1. Vulnus Excoriasi (Luka Lecet)
Jenis luka yang satu ini derajat nyerinya biasanya lebih tinggi dibanding luka
robek, mengingat luka jenis ini biasanya terletak di ujung-ujung syaraf nyeri di
kulit.
Cara penanganan : Pertama yang harus dilakukan adalah membersihkan luka
terlebih dahulu menggunakan NaCl 0,9%, dan bersiaplah mendengar teriakan
pasien, karena jenis luka ini tidak memungkinkan kita melakukan anastesi,
namun analgetik boleh diberikan. Setelah bersih, berikan desinfektan. Perawatan
jenis luka ini adalah perawatan luka terbuka, namun harus tetap bersih, hindari
penggunaan IODINE salep pada luka jenis ini, karena hanya akan menjadi
sarang kuman, dan pemberian IODINE juga tidak perlu dilakukan tiap hari,
karena akan melukai jaringan yang baru terbentuk.
2. Vulnus Punctum (Luka tusuk)
Luka tusuk biasanya adalah luka akibat logam, yang harus di ingat maka kita
harus curiga adanya bakteri clostridium tetani dalam logam tersebut.
Cara penanganan : Hal pertama ketika melihat pasien luka tusuk adalah jangan
asal menarik benda yang menusuk, karena bisa mengakibatkan perlukaan tempat
lain ataupun mengenai pembuluh darah. Bila benda yang menusuk sudah
dicabut, maka yang harus kita lakukan adalah membersihkan luka dengan cara
menggunakan H2O2, kemudian didesinfktan. Lubang luka ditutup
menggunakan kasa, namun dimodifikasi sehingga ada aliran udara yang terjadi.
3. Vulnus Contussum (Luka memar)
Luka kontussum adalah luka memar, tentunya jangan diurut ataupun ditekan-
tekan, karena hanya aka mengakibatkan robek pembuluh darah semakin lebar
saja.
Cara penanganan : Yang perlu dilakukan adalah kompres dengan air dingin,
karena akan mengakibatkan vasokontriksi pembuluh darah, sehingga
memampatkan pembuluh-pembuluh darah yang robek.
4. Vulnus Insivum (Luka sayat)
Luka sayat adalah jenis luka yang disebabkan karena sayatan dari benda tajam,
bisa logam maupun kayu dan lain sebagainya. Jenis luka ini biasanya tipis.
Cara penanganan : yang perlu dilakukan adalah membersihkan dan
memberikan desinfektan.
5. Vulnus Schlopetorum (Luka Tembak)
Jenis luka ini disebabkan karena peluru tembakan, maka harus segera
dikeluarkan tembakanya.
Cara penanganan : Jangan langsung mengeluarkan pelurunya, namun yang
harus dilakukan adalah membersihkan luka dengan H2O2, berikan desinfektan
dan tutup luka. Biarkan luka selama setidaknya seminggu baru pasien dibawa ke
ruang operasi untuk dikeluarkan pelurunya. Diharapkan dalam waktu seminggu
posisi peluru sudah mantap dan tak bergeser karena setidaknya sudah terbentuk
jaringan disekitar peluru.
6. Vulnus combustion (Luka bakar)
Luka bakar adalah luka yang disebabkan akibat kontaksi antara kulit dengan zat
panas seperti air panas(air mendidih), api, dll.
Cara penanganan : Penanganan paling awal luka ini adalah alirkan dibawah air
mengalir, bukan menggunakan odol apalagi minyak tanah. Alirkan dibawah air
mengalir untuk perpindahan kalornya. Bila terbentuk bula boleh dipecahkan,
perawatan luka jenis ini adalah perawatan luka terbuka dengan tetap menjaga
sterilitas mengingat luka jenis ini sangat mudah terinfeksi. Dan ingat kebutuhan
cairan pada pasien luka bakar.
7. Luka gigitan
Luka jenis ini disebabkan dari luka gigitan binatang, seperti serangga, ular, dan
binatang buas lainya. Kali ini luka gigitan yang dibahas adalah jenis luka gigitan
dari ular berbisa yang berbahaya.
Cara penanganan : Mengeluarkan racun yang sempat masuk ke dalam tubuh
korban dengan menekan sekitar luka sehingga darah yang sudah tercemar
sebagian besar dapat dikeluarkan dari luka tersebut. Tidak dianjurkan mengisap
tempat gigitan, hal ini dapat membahayakan bagi pengisapnya, apalagi yang
memiliki luka walaupun kecil di bagian mukosa mulutnya. Sambil menekan
agar racunnya keluar juga dapat dilakukan pembebatan( ikat) pada bagian
proksimal dari gigitan, ini bertujuan untuk mencegah semakin tersebarnya racun
ke dalam tubuh yang lain. Selanjutnya segera mungkin dibawa ke pusat
kesehatan yang lebih maju untuk perawatan lanjut.
8. Laserasi atau Luka Parut
Luka parut disebabkan karena benda keras yang merusak permukaan kulit,
misalnya karena jatuh saat berlari.
Cara penanganan : Cara mengatasi luka parut, bila ada perdarahan dihentikan
terlebih dahulu dengan cara menekan bagian yang mengeluarkan darah dengan
kasa steril atau saputangan/kain bersih. Kemudian cuci dan bersihkan sekitar
luka dengan air dan sabun. Luka dibersihkan dengan kasa steril atau benda lain
yang cukup bersih. Perhatikan pada luka, bila dijumpai benda asing (kerikil,
kayu, atau benda lain) keluarkan. Bila ternyata luka terlalu dalam, rujuk ke
rumah sakit. Setelah bersih dapat diberikan anti-infeksi lokal seperti povidon
iodine atau kasa anti-infeksi.
9. Terpotong atau Teriris
Terpotong adalah bentuk lain dari perlukaan yang disebabkan oleh benda tajam,
bentuk lukanya teratur dan dalam, perdarahan cukup banyak, apalagi kalau ada
pembuluh darah arteri yang putus terpotong.
Cara penanganan : Menangani perdarahan terlebih dahulu yakni dilakukan
dengan menekan bagian yang mengeluarkan darah dengan menggunakan kasa
steril atau kain yang bersih. Bila ada pembuluh nadi yang ikut terpotong, dan
cukup besar, dilakukan pembalutan torniquet.
Pembalutan dilakukan dengan menempatkan tali/ikat pinggang saputangan
pada bagian antara luka dan jantung secara melingkar, kemudian dengan
menggunakan sepotong kayu/ballpoint tali/ikat pinggang/saputangan tadi
diputar sampai lilitannya benar-benar kencang. Tujuan cara ini untuk
menghentikan aliran darah yang keluar dari luka. Setelah itu, luka ditutup dan
dirujuk kerumah sakit. Pembebatan torniquet dilakukan pada lengan atas atau
paha. Pembebatan di tempat lain tidak akan efektif. Pada luka yang teriris dioles
anti infeksi kemudian ditutup kasa steril.

D. Proses Penyembuhan Luka (Secara Umum)


Dalam penanganan luka, sudah umum diketahui bahwa salah satu yang
harus dilakukan adalah tindakan debridement. Debridement bertujuan untuk
membuat luka menjadi bersih sehingga mengurangi kontaminasi pada luka dan
mencegah terjadinya infeksi. Proses penyembuhan mencakup beberapa fase, yaitu :
1. Fase Inflamasi
Fase inflamasi adalah adanya respon vaskuler dan seluler yang terjadi akibat
perlukaan yang terjadi pada jaringan lunak. Tujuan yang hendak dicapai adalah
menghentikan perdarahan dan membersihkan area luka dari benda asing, sel-sel
mati dan bakteri untuk mempersiapkan dimulainya proses penyembuhan. Secara
klinis fase inflamasi ini ditandai dengan eritema, hangat pada kulit, oedema dan
rasa sakit yang berlangsung sampai hari ke-3 atau hari ke-4.
2. Fase Proliferatif
Fase proliferatif adalah memperbaiki dan menyembuhkan luka dan ditandai
dengan proliferasi sel. Peran fibroblas sangat besar pada proses perbaikan yaitu
bertanggung jawab pada persiapan menghasilkan produk struktur protein yang
akan digunakan selama proses reonstruksi jaringan.
Jaringan vaskuler yang melakukan invasi kedalam luka merupakan suatu
respons untuk memberikan oksigen dan nutrisi yang cukup di daerah luka
karena biasanya pada daerah luka terdapat keadaan hipoksik dan turunnya
tekanan oksigen. Pada fase ini merupakan proses terintegrasi dan dipengaruhi
oleh substansi yang dikeluarkan oleh platelet dan makrofag (growth factors).
Sejumlah sel dan pembuluh darah baru yang tertanam didalam jarigan baru
disebut sebagai jaringan “granulasi”.
Fase proliferasi akan berakhir jika epitel dermis dan lapisan kolagen telah
terbentuk, terlihat proses kontraksi dan akan dipercepat oleh berbagai growth
faktor yang dibetntuk oleh markofag dan platelet.
3. Fase Maturasi
Fase ini dimulai pada minggu ke-3 setelah perlukaan dan berakhir sampai
kurang lebih 12 bulan. Tujuan dari fase maturasi adalah menyempurnakan
terbentuknya jaringan baru menjadi jaringan penyembuhan yang kuat dan
bermutu. Fibroblas sudah mulai meninggalkan jaringan granulasi, warna
kemerahan dari jaringan mulai berkurang karena pembuluh mulai regresi dan
serat fibrin dari kolagen bertambah banyak untuk memperkuat jaringan parut.
Kekuatan dari jaringan parut akan mencapai puncaknya pada minggu ke-10
setelah perlukaan. Untuk mencapai penyembuhan yang optimal diperlukan
keseimbangan antara kolagen yang diproduksi dengan yang dipecahkan.
Kolagen yang berlebihan akan terjadi penebalan jaringan parut atau
hypertrophic scar, sebaliknya produksi yang berkurang akan menurunkan
kekuatan jaringan parut dan luka akan selalu terbuka.
Luka dikatakan sembuh jika terjadi kontinuitas lapisan kulit dan kekuatan
jaringan kulit mampu atau tidak mengganggu untuk melakukan aktivitas yang
normal. Meskipun proses penyembuhan luka sama bagi setiap penderita, namun
outcome atau hasil yang dicapai sangat tergantung dari kondisi biologik masing-
masing individu, lokasi serta luasnya luka. Penderita muda dan sehat akan
mencapai proses yang cepat dibandingkan dengan kurang gizi, disertai dengan
penyakit sistemik (diabetes melitus).

E. Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka


1. Usia
Semakin tua seseorang maka akan menurunkan kemampuan penyembuhan
jaringan.
a. Infeksi
Infeksi tidak hanya menghambat proses penyembuhan luka tetapi dapat juga
menyebabkan kerusakan pada jaringan sel penunjang, sehingga akan
menambah ukuran dari luka itu sendiri, baik panjang maupun kedalaman
luka.
b. Hipovolemia
Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan
menurunnya ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.
c. Hematoma
Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara
bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat
bekuan yang besar hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi
tubuh, sehingga menghambat proses penyembuhan luka.
d. Benda Asing
Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan
terbentuknya suatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul
dari serum, fibrin, jaringan sel mati dan lekosit (sel darah merah), yang
membentuk suatu cairan yang kental yang disebut dengan nanah (Pus).
e. Iskemia
Iskemi merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah
pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat
terjadi akibat dari balutan pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat
faktor internal yaitu adanya obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri.

f. Diabetes
Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula
darah, nuri tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan
terjadi penurunan protein-kalori tubuh.
g. Pengobatan
Steroid : Menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh t
erhadap cedera.
Antikoagulan : Mengakibatkan pendarahan.
Antibiotik : Efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk
bakteri penyebab kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah luka
pembedahan tertutup, tidak akan efektif akibat koagulasi intravaskular.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan karena adanya cedera
atau pembedahan (Agustina, 2009). Luka adalah rusaknya kesatuan atau komponen
jaringan dimana secara spesifik terdapat subtansi jaringan yang rusak atau hilang).
Berdasarkan sifat kejadian, luka dibagi menjadi dua yaitu luka disengaja dan
luka tidak disengaja. Luka disengaja misalnya luka terkena radiasi atau bedah,
sedangkan luka tidak disengaja contohnya adalah luka terkena trauma. Luka yang
tidak disengaja (trauma) juga dapat dibagi menjadi luka tertutup dan luka terbuka.
Disebut luka tertutup jika tidak ada robekan, sedangkan luka terbuka jika terjadi
robekan dan keliatan seperti luka abrasio (luka akibat gesekan), luka puncture (luka
akibat tusukan), dan hautration (luka akibat alat perawatan luka).
Berdasarkan pembagian luka operasi, tindakan bedah laparatomi merupakan
jenis luka operasi bersih terkontaminasi, yaitu jenis operasi yang membutuhkan
proses penyembuhan yang lebih lama.
Proses penyembuhan luka adalah salah satu hal terpenting dalam
pelaksanaan pasien pasca pembedahan yakni meyatukan kedua tepi luka berdekatan
dan saling berhadapan, jaringan yang dihasilkan sangat sedikit biasanya dalam
waktu 10 sampai 14 hari, repitalisasi secara normal sudah sempurna dan biasanya
hanya menyisahkan jaringan paruh tipis yang dengan cepat memudar dengan warna
merah muda menjadi putih.

B. Saran
Dengan adanya pembuatan makalah ini yang berjudul, “Konsep
Dasar Luka” ini, kelompok mengharapkan dapat menambah wawasan
pembaca khususnya bagi para perawat pemula yang sedang kiat-kiatnya
dalam menambah wawasan untuk menuju perawat yang ahli, professional
dan berwawasan luas dalan menangani kesehatan yang ada di masyarakat. 
BAB IV
PENUTUP

Dudley HAF, Eckersley JRT, Paterson-Brown S. 2000. Pedoman Tindakan Medik dan


Bedah. Jakarta: EGC.
Penyakit Tetanus – penyebab, Gejala, dan Pengobatan | Mediskus.com
Soeparman, 1990 , Ilmu Penyakit Dalam , Universitas Indonesia : Jakarta
www.fkep.unpad.ac.id/2007/07/perawatan-luka/
ID Medis Website kesehatan

Anda mungkin juga menyukai