Dosen Pengajar
DISUSUN OLEH
Kelompok 1
T.A 2022/2023
KATAPENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Konsep Dasar Luka”.
Makalah ini disusununtuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Luka Modern
Kami menyampaikan rasa terima kasih kepada Dosen yang telah memberikan tugas ini, kepada teman-
teman mahasiswa yang juga sudah memberi kontribusibaik langsung maupun tidak
langsung dalam pembuatan makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit
hambatan yang penulis hadapi. Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam
penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua,
sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi. Semoga makalah ini dapat
memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada
pembaca khususnya para mahasiswa Skolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah
tanjungpinang. Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari sempurna. Untuk itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat
kami harapkan.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………. 1
A. Latar Belakang…………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah………………………………………………... 3
C. Tujuan Penulisan Makalah……………………………………….. 3
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………… 4
BAB IVPENUTUP……………………………………………………… 11
A. Kesimpulan………………………………………………………. 11
B. Saran……………………………………………………………… 11
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan karena adanya cedera
atau pembedahan (Agustina, 2009). Luka adalah rusaknya kesatuan atau komponen
jaringan dimana secara spesifik terdapat subtansi jaringan yang rusak atau hilang
(Widhiastuti, 2008).
Berdasarkan sifat kejadian, luka dibagi menjadi dua yaitu luka disengaja dan
luka tidak disengaja. Luka disengaja misalnya luka terkena radiasi atau bedah,
sedangkan luka tidak disengaja contohnya adalah luka terkena trauma. Luka yang
tidak disengaja (trauma) juga dapat dibagi menjadi luka tertutup dan luka terbuka.
Disebut luka tertutup jika tidak ada robekan, sedangkan luka terbuka jika terjadi
robekan dan keliatan seperti luka abrasio (luka akibat gesekan), luka puncture (luka
akibat tusukan), dan hautration (luka akibat alat perawatan luka) (Hidayat, 2006).
Berdasarkan pembagian luka operasi, tindakan bedah laparatomi merupakan
jenis luka operasi bersih terkontaminasi, yaitu jenis operasi yang membutuhkan
proses penyembuhan yang lebih lama (Hidayat, 2006).
Proses penyembuhan luka adalah salah satu hal terpenting dalam
pelaksanaan pasien pasca pembedahan yakni meyatukan kedua tepi luka berdekatan
dan saling berhadapan, jaringan yang dihasilkan sangat sedikit biasanya dalam
waktu 10 sampai 14 hari, repitalisasi secara normal sudah sempurna dan biasanya
hanya menyisahkan jaringan paruh tipis yang dengan cepat memudar dengan warna
merah muda menjadi putih (Morison, 2004).
Penyembuhan luka adalah suatu proses yang terjadi secara normal. Artinya,
tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi dan memulihkan
dirinya. Peningkatkan aliran darah ke daerah yang rusak, membersihkan sel dan
benda asing dan perkembangan awal proses penyembuhan. Meskipun demikian,
terdapat beberapa perawatan yang dapat membantu untuk mendukung proses
penyembuhan luka. Seperti melindungi area yang luka terbebas dari kotoran dengan
menjaga kebersihan untuk membantu meningkatkan penyembuhan jaringan
(Maryunani, 2013)
Lama penyembuhan luka berdasarkan fase penyembuhan luka adalah fase
inflamasi (berlangsung sampai hari ke-3 atau hari ke-4), fase proliferasi
(berlangsung 3-24 hari), fase maturasi dimulai pada minggu ke-3 setelah perlukaan
dan memerlukan waktu lebih dari 1 tahun (Perry & Potter, 2006).
Jika lama hari rawatan pasien post laparatomi memanjang, maka akan
timbul berbagai komplikasi yang paling serius adalah infeksi dan dehiscence luka.
Infeksi luka bedah merupakan bentuk infeksi nosokomial yang besar, dan paling
diperhatikan karena dapat meningkatkan angka kematian. Dari beberapa laporan
menunjukkan angka kematian setinggi 44% (Abbot, 2007).
Lama penyembuhan luka laparatomi dipengaruhi oleh beberapa faktor,
seperti nutrisi, sirkulasi, oksigenasi, obesitas, iskemia, benda asing, penyakit kronis,
kebiasaan merokok, dan obat-obatan (Sjamsuhidayat, 2005).
Lubin (2010) juga menjelaskan bahwa lama rawat pasca laparatomi
diharapkan 5 sampai 7 hari. Selain itu, lama penyembuhan luka yang menyebabkan
hari rawatan memanjang juga sangat membebani pasien, keluarga, dan pasien
lainnya (kontaminasi silang dan akibat kontaminasi silang), staf rumah sakit
(peningkatan perawatan dan kebutuhan hospitalisasi), serta masyarakat secara
keseluruhan (peningkatan hospitalisasi, biaya asuransi dan dapat kehilangan
pekerjaan) (Brunner & Suddarth, 2002).
Morizon (2004) juga menjabarkan faktor-faktor yang mempengaruhi
penyembuhan luka yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik
terdiri dari faktor yang merugikan pada tempat luka ( kurangnya suplai darah dan
pengaruh hipoksia, berlebihan, benda asing, hematoma, dan trauma berulang),
faktor-faktor patofisiologi umum (status nutrisi, gangguan kardiovaskuler, anemia,
penurunan daya tahan terhadap infeksi, gangguan metabolik dan endokrin), dan
faktor usia. Sementara itu faktor ekstrinsik terdiri dari penatalaksanaan luka
(perawatan luka) yang tidak tepat (pengkajian luka yang tidak akurat, penggunaan
agens topikal dan produk balutan luka primer yang tidak sesuai, teknik penggantian
balutan yang ceroboh (cuci tangan, pemakaian sarung tangan, penggunaan masker,
teknik ganti balutan, dan peralatan steril), sikap negatif staf terhadap pengobatan
dan penyembuhan), efek merugikan dari terapi lain (kemoterapikanker, dosis steroid
tinggi yang berkepanjangan, dan terapi radiasi), serta faktor lain yang
mempengaruhi penyembuhan luka yaitu mobilisasi, pekerjaan atau aktivitas dan
keadaan sosial yang buruk.
Wong (1995) dalam Mahyunani (2013) menyebutkan beberapa faktor yang
menghambat penyembuhan luka, yaitu : defesiensi nutrisi, gangguan sirkulasi,
stress, radiasi. Menurut Suriadi (2007), faktor umum yang dapat mengganggu
penyembuhan luka adalah usia, perfusi oksigen, malnutrisi, meningkatnya bakteri
mikroba, jaringan luka yang tua karena tertekan, stres psikologis, efek samping dari
terapi, dan kebiasaan merokok. Terkait dengan faktor-faktor penyembuhan luka
menurut Suriadi (2007) pada pasien menderita luka untuk mempercepat
penyembuhan luka adalah masukan nutrisi yang adekuat. (Morison, 2004).
Perawatan luka yang tepat dapat mencegah terjadinya infeksi silang dan
dapat mempercepat proses penyembuhan luka, dengan demikian hari rawat akan
lebih pendek. Dalam perawatan luka, frekuensi perawatan luka perlu diperhatikan
untuk meminimalkan kejadian infeksi, kasa penutup luka harus diganti lebih awal
jika basah, karena kasa basah meningkatkan kemungkinan kontaminasi bakteri pada
luka operasi (Sjamsuhidajat dan Jong, 2011).
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Luka
2. Klasifikasi Luka
3. Proses Penyembuhan Luka
4. Tipe Penyembuhan Luka
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Penyembuhan Luka
PEMBAHASAN
A. Pengertian Luka
Luka adalah suatu kondisi yang menyebabkan kerusakan atau hilangnya
sebagian jaringan tubuh yang bisa disebabkan oleh berbagai kemungkinan penyebab
seperti trauma benda tajam, benda tumpul, akibat perubahan suhu baik panas
maupun dingin, akibat paparan zat kimia tertentu, akibat ledakan, gigitan hewan,
sengatan listrik maupun penyebab lainnya.
B. Jenis Luka
1. Berdasarkan Tingkat Kontaminasi Luka
a. Luka Bersih (Clean Wounds)
Luka bersih adalah luka bedah tidak terinfeksi yang mana luka tersebut tidak
terjadi proses peradangan (inflamasi) dan juga infeksi pada sistem
pernafasan, pencernaan, genital dan urinaria tidak terjadi.
b. Luka bersih terkontaminasi (Clean-contamined Wounds)
Jenis luka ini adalah luka pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan,
genital atau perkemihan dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu
terjadi.
c. Luka terkontaminasi (Contamined Wounds)
Luka terkontaminasi adalah luka terbuka, fresh, luka akibat kecelakaan dan
operasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari
saluran cerna.
d. Luka kotor atau infeksi (Dirty or Infected Wounds)
Luka kotor atau infeksi adalah terdapatnya mikroorganisme pada luka. Dan
tentunya kemungkinan terjadinya infeksi pada luka jenis ini akan semakin
besar dengan adanya mikroorganisme tersebut.
2. Berdasarkan Kedalaman dan Luasnya Luka
a. Stadium I
Luka Supersial (Non-Blanching Erithema). Luka jenis ini adalah luka yang
terjadi pada lapisan epidermis kulit.
b. Stadium II
Luka “Partial Thickness”. Luka jenis ini adalah hilangnya lapisan kulit pada
lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis merupakan luka superficial
dan adanya tanda klinis seperti halnya abrasi, blister atau lubangnya yang
dangkal.
c. Stadium III
Luka "Full Thickness". Luka jenis ini adalah hilangnya kulit keseluruhan
meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas
sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Luka ini
timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa
merusak jaringan di sekitarnya.
d. Stadium IV
Luka "Full Thickness". Luka jenis ini adalah luka yang telah mencapai
lapisan otot, tendon dan tulang dengan adanya destruksi / kerusakan yang
luas.
3. Berdasarkan Waktu Penyembuhan Luka
1. Luka Akut
Luka akut adalah jenis luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan
konsep penyembuhan yang telah disepakati. Kriteria luka akut adalah luka
baru, mendadak dan penyembuhannya sesuai dengan waktu yang
diperkirakan. Contoh : Luka sayat, luka bakar, luka tusuk. Luka operasi
dapat dianggap sebagai luka akut yang dibuat oleh ahli bedah. Contoh : luka
jahit, skin grafting.
2. Luka Kronis
Luka kronis adalah jenis luka yang yang mengalami kegagalan dalam proses
penyembuhan, dapat karena faktor eksogen dan endogen. Pada luka kronik
luka gagal sembuh pada waktu yang diperkirakan, tidak berespon baik
terhadap terapi dan punya tendensi untuk timbul kembali. Contoh : Ulkus
dekubitus, ulkus diabetik, ulkus venous, luka bakar dll.
f. Diabetes
Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula
darah, nuri tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan
terjadi penurunan protein-kalori tubuh.
g. Pengobatan
Steroid : Menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh t
erhadap cedera.
Antikoagulan : Mengakibatkan pendarahan.
Antibiotik : Efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk
bakteri penyebab kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah luka
pembedahan tertutup, tidak akan efektif akibat koagulasi intravaskular.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan karena adanya cedera
atau pembedahan (Agustina, 2009). Luka adalah rusaknya kesatuan atau komponen
jaringan dimana secara spesifik terdapat subtansi jaringan yang rusak atau hilang).
Berdasarkan sifat kejadian, luka dibagi menjadi dua yaitu luka disengaja dan
luka tidak disengaja. Luka disengaja misalnya luka terkena radiasi atau bedah,
sedangkan luka tidak disengaja contohnya adalah luka terkena trauma. Luka yang
tidak disengaja (trauma) juga dapat dibagi menjadi luka tertutup dan luka terbuka.
Disebut luka tertutup jika tidak ada robekan, sedangkan luka terbuka jika terjadi
robekan dan keliatan seperti luka abrasio (luka akibat gesekan), luka puncture (luka
akibat tusukan), dan hautration (luka akibat alat perawatan luka).
Berdasarkan pembagian luka operasi, tindakan bedah laparatomi merupakan
jenis luka operasi bersih terkontaminasi, yaitu jenis operasi yang membutuhkan
proses penyembuhan yang lebih lama.
Proses penyembuhan luka adalah salah satu hal terpenting dalam
pelaksanaan pasien pasca pembedahan yakni meyatukan kedua tepi luka berdekatan
dan saling berhadapan, jaringan yang dihasilkan sangat sedikit biasanya dalam
waktu 10 sampai 14 hari, repitalisasi secara normal sudah sempurna dan biasanya
hanya menyisahkan jaringan paruh tipis yang dengan cepat memudar dengan warna
merah muda menjadi putih.
B. Saran
Dengan adanya pembuatan makalah ini yang berjudul, “Konsep
Dasar Luka” ini, kelompok mengharapkan dapat menambah wawasan
pembaca khususnya bagi para perawat pemula yang sedang kiat-kiatnya
dalam menambah wawasan untuk menuju perawat yang ahli, professional
dan berwawasan luas dalan menangani kesehatan yang ada di masyarakat.
BAB IV
PENUTUP