Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

KEPERAWAAN LUKA DASAR


LUKA DEHISENSI DAN EVISERASI
Dosen Pembimbing : Ns Tutur kardiatun, M.Kep

Disusun Oleh Kelompok 1:


Hanafi SR162100010
Cici Ultari SR162100032
Elsi Suharni SR162100028
Sulastri Ningsih SR162100020
Gustina SR162100034

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN
MUHAMMADIYAH PONTIANAK
2019/2020

i
KATA PENGANTAR
Kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kelompok kami dapat
meneyelesaikan makalah Luka Bedah, Luka deshesendi serta Luka Eviserasi, di
dalam Mata Kuliah Keperawatan Luka Dasar dan dibimbing oleh dosen kami
yaitu bapak Ns Tutur Kardiatun, M.Kep dan Alhamdulillah kami dapat
menyelesaikan ini dalam waktu yang telah ditentukan.Makalah ini tidak akan
selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak
langsung. Untuk itu perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:
1. Allah SWT Yang telah meridhai pembuatan makalah Askep dengan baik.
2. Teman kelompok yang telah membantu menyusun makalah ini
3. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa Pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna.
Untuk itu, kritik dan saran yang membangun dalam perbaikan karya tulis ini
sangat penulis harapkan.

Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi


pembaca, khususnya guna mengetahui cara memberikan dan membuat Makalah
dengan baik dan benar.

Billahifii sabililhaq Fastabiqul khairot. Wassalamualaikum Wr.wb.

Penulis,10 September

ii
iii

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

A. Pendahuluan..................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................2

C. Tujuan...........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4

A. Pengertian Luka............................................................................................4

B. Klasifikasi Luka............................................................................................5

C. Proses Penyembuhan Luka...........................................................................5

D. Luka Dehisensi dan Luka Eviserasi..............................................................6

E. Patofisiologi..................................................................................................9

F. Prevelensi Dehisensi.....................................................................................9

BAB III..................................................................................................................12

ASUHAN KEPERAWATAN................................................................................12

A. Pengkajian...................................................................................................12

B. Diagnosa Keperawatan...............................................................................13

C. Intervensi.....................................................................................................13

BAB VI..................................................................................................................19

PENUTUP..............................................................................................................19

A. Kesimpulan.................................................................................................19

B. Saran............................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................20
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Pendahuluan
Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena
adanya cedera atau pembedahan (Agustina, 2009 dalam Suriadi 2015). Luka
dapat di klasifikasikan menjadi dua macam yaitu luka akut dan luka kronik,
Dehisensi luka operasi adalah pemisahan sebagian atau seluruh tepi luka
operasi.
Menurut data World Health Organization (WHO) (2013), jumlah
pasien dengan tindakan operasi mencapai angka peningkatan yang sangat
signifikan. Pada tahun 2011 terdapat 140 juta pasien di seluruh rumah sakit di
dunia, dan pada tahun 2012 diperkirakan meningkat menjadi 148 juta jiwa.
Pada tahun 2012 di Indonesia, tindakan operasi mencapai 1,2 juta jiwa dan
diperkirakan 32% diantaranya merupakan tindakan bedah laparatomi
(Kemenkes RI, 2013).
Selain itu angka kejadian dehisensi abdominal yang dilaporkan dari
penelitian sebelumnya bervariasi antara 0,4%-1,2% dengan angka kematian
8%-45%. Di Belanda, angka kejadian dehisensi abdominal pada anak
dilaporkan 0,6%, dengan angka kematian 11%.4 Angka kejadian dehisensi
pasca operasi bedah mayor di Indonesia dari tahun 2005-2010 adalah 2,7%,
dengan angka kematian 14,7% (Pravitasari, 2017), Dehisensi merupakan
komplikasi bedah sehingga proses penyembuhan luka mengalami kegagalan
dan sepanjang luka insisi operasi menjadi terbuka Berdasarkan hasil
penelitian (Pravitasari, 2017), angka kejadian dehisensi yang terjadi pada
neonatus dengan pembedahan abdominal selama 6 tahun terakhir adalah
24,5%.
Luka eviserasi adalah suatu komplikasi bedah yang mana sayatan
terbuka dan terdapat pengeluaran isi organ dalam, seperti usus,dan menonjol
ke luar.

1
2

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar bekang di atas makakelompok menyimpulkan
rumusan masalah dari makalah adalah bagaimana perawatan dehisensi dan
eviserasi.

C. Tujuan
1. Umum

Makalah ini kami buat untuk mengtahui konsep perawatan luka


dehisensi dan luka eviserasi

2. Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian luka dehisensi dan eviserasi.
b. Untuk mengetahui klasifikasi luka.
c. Untuk mengetahui proses penyembuhan luka.
d. Untuk mengetahui etiologi luka dehisensi dan eviserasi.
e. Patofisiologi Luka luka dehisensi dan eviserasi.
f. Prevelensi luka dehisensi dan eviserasi.
g. Asuhan Keperawatan luka luka dehisensi dan eviserasi.
3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Luka
Terdapat beberapa definisi dari luka, yaitu antara lain:
1. Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena adanya
cedera atau pembedahan (Agustina, 2009 dalam Suriadi 2015)
2. Luka adalah terputusnya kontinuitas jaringan akibat trauma (tajam atau
tumpul), kimia, termal (panas atau dingin), listrik, radiasi (Widhiastuti,
2008 dalam Suriadi 2015)
1. Luka adalah sebuah injuri pada jaringan yang mengganggu proses selular
normal, luka dapat dijabarkan dengan adanya kerusakan pada
kontinuitas/kesatuan jaringan tubuh yang biasanya disertai dengan
kehilangan substansi jaringan (InETNA,2008 dalam Suriadi 2015)
2. Luka adalah hilang/terputusnya kontinuitas jaringan (Manjoer, 2000)
3. Luka adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan keseimbangan
terhadap integritas kulit ( Kehilangan/kerusakan sebagai struktur jaringan
utuh), akibat trauma mekanik, termal, radiasi, fisik, pembedahan, zat
kimia (Sorensen, 1997)
4. Sejarah Perawatan Luka Jaman prasejarrah, penanganan luka
berdasarkan pengalaman dan kepercayaan yang dianut.Kedokteran Mesir
sudah menggunakan honey sebagai bahan aseptik, mengenal antiseptik
dan antibiotik. Kedokteran Yunani degna tokoh Hipocrates sebagai
tokoh utama yang mulai mengenalkan beberapa kosep luka diantaranya:
-Luka jangan diirigasi kecuali dgn air bersih yg dididihkan atau anggur -
Freshing tepi luka -prinsip rest & immobilisasi - Pemakaian dressing
Abad ke-17 lahirnya para scientist mendukung perkembangan ilmu
kedokteran dengan adanya penemuan mikroskop. Abad ke-18 lahirnya
teori baru seperti klasifikasi penyembuhan luka secara primer & sekunder
dan pada abad ke -19 mulainya perkembangan ilmu pengetahuan melalui

4
5

penelitian: lister tentang prinsip antiseptik pada pembedahan. Periode


modern adanya pengenalan faktor yang menstimulasi tissu repair.

B. Klasifikasi Luka

Ada banyak klasifikasi luka bisa bedasarkan penyebab, waktu dan


bentuk luka. Klasifikasi yang paling sering digunakan adalah berdasarkan
waktu kejadian yaitu:
1. Luka akut Luka akut adalah luka baru, mendadak dan penyembuhannya
sesuai dengan waktu yang diperkirakan. Luka ini biasanya segera
mendapatkan penanganan dan akan memberikan hasil penyembuhan
yang baik apabila tidak didapatkan komplikasi. Contoh dari luka ini
adalah luka tusuk, luka sayat, crush injury, Digital Repository Universitas
Jember, termasuk juga luka operasi yang dibuat ahli bedah.1 Berikut
contoh gambar luka akut crush injury akibat petasan .
2. Luka kronik Luka kronik adalah luka yang gagal sembuh sesuai waktu
yang diperkirakan. Luka ini berlangsung lama atau sering
rekuren/kambuh dan terjadi gangguan pada proses penyembuhan yang
biasanya disebabkan oleh masalah multifaktor dari penderita. Luka ini
juga sering tidak berespon baik terhadap terapi. Contohnya ulkus
dekubitus, ulkus diabetikum, ulkus varicosum dan juga luka bakar.

C. Proses Penyembuhan Luka

Menurut Elfiah 2018 ada beberapa proses penyembuhan luka yang


terdiri 3 macam fase yang terjadi yaitu:
1. Fase Inflamasi Segera sampai 2-5 hari Diawali dengan fase hemostasis :
vasokonstriksi dan agregasi platelet Bila hemostasis tercapai akan diikuti
oleh proses inflamasi yang ditandai dengan adanya vasodilatasi dan
fagositosis.
2. Fase Proliferasi Berlangsung selama 2 hari sampai 3 minggu Terjadi
proses granulasi yaitu fibroblas melakukan sintesis kolagen, untuk
mengisi defek dan disertai dengan terbentuk kapiler baru. Pada fase ini
6

juga terjadi kontraksi yaitu tarikan tepi luka yang akan mengurangi defek
serta proses epitelialisasi yaitu migrasi epitel dari tepi luka.
3. Fase Remodelling : pematangan parut Berlangsung selama 3 minggu
sampai 2 tahun Kolagen tipe 1 menggantikan kolagen tipe 3 dan akan
meningkatkan tensil strength luka Akhir proses terbentuk parut dengan
kekuatan 80% dari jaringan semula.

Adapun diantara jenis-jenis luka yaitu salah satunya luka dehisensi dan
eviserasi.

D. Luka Dehisensi dan Luka Eviserasi


1. Luka Dehisensi
a. Pengertian
Dehisensi dan eviserasi merupakan terpisahnya atau terbukanya
pada inisiasi kulit pada abdomen simtomatis baik dengan tanda dan
gejala infeksi atau tidak (Rasjidi, 2008). Luka Dehisensi adalah salah
satu komplikasi yang paling umum terjadi pada luka bedah , yang
melibatkan kerusakan sayatan pada kulit sepanjang jahitan dan
terbukanya luka dengan dinding atau tepi luka yang terpisah satu sama
lain. Biasanya pada luka ini akan tampak jaringan granulasi dan mulai
menyembuhkan luka.
Dehisensi luka adalah terbukanya kembali luka operasi yang telah
dijahit secara primer. Dehisensi luka menimbulkan dampak negatif baik
bagi penderita, keluarga, maupun ahli bedah beserta tim. Dampak bagi
penderita antara lain infeksi dan perluasan luka yang diikuti oleh
penyulit. Tidak jarang kematian dijumpai sehubungan dengan infeksi
berat atau penyulit yang terjadi.dehisensi luka operasi adalah pemisahan
sebagian atau seluruh tepi luka operasi. dehisensi merupakan
komplikasi bedah sehingga proses penyembuhan luka mengalami
kegagalan dan sepanjang luka insisi operasi menjadi terbuka .
7

2. Luka Eviserasi
a. Pengertian
Luka eviserasi adalah suatu komplikasi bedah yang mana
sayatan terbuka dan terdapat pengeluaran isi organ dalam, seperti
usus,dan menonjol ke luar. Pengeluaran organ dalam ini adalah
merupakan keadaan darurat yang memerlukan penanganan segera.
Pengeluaran isi dapat mulai dari keadaan ringan hingga parah, dengan
organ-organ dalam yang hanya terlihat hingga keluarnya organ dalam
yang bisa tumpah keluar dari sayatan.

b. Penyebab Luka Dehisensi


Luka Dehisensi dapat disebabkan oleh teknik bedah yang tidak
baik,seperti penjahitan yang kurang tepat, jahitan terlalu ketat, atau
benang yang digunakan kurang sesuai. Luka dehisensi juga dapat
disebabkan oleh stress yang meningkat di area, luka akibat latihan atau
angkat berat, batuk, tertawa, bersin, muntah, mengejan, dan lain
sebagainya. Dalam beberapa kasus, luks dehisensi bisa timbul sekunder,
seperti pada luka infeksi atau luka dengan penyembuhan yang
memburuk seperti yang terjadi pada pasien dengan penyakit kronis,
malnutrisi, atau pasien dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Luka dehisensi sekunder dapat juga terjadi pada pasien dengan AIDS,
Penyakit ginjal, diabetes mellitus dan pasien yang menjalani kemoterapi
atau radioterapi.
8

c. Jenis Luka dehisensi


Ada dua tipe dasar luka dehisensi, yaitu dehisensi sebagian atau parsial
dan dehisensi lengkap, tergantung pada tingkat pemisahan. Pada luka
dehisensi parsial, hanya lapisan dangkal atau bagian dari lapisan
jaringan yang membuka. Sedangkan pada luka dehisensi lengkap,
seluruh lapisan luka terpisahkan, bisa sampai pada jaringan di
bawahnya dan organ, yang dapat menonjol keluar dari luka. Hal ini
dapat dilihat dalam beberapa kasus luka dehisensi di perut.
d. Luka dehisensi tampak jelas dan mudah untuk diidentifikasi, tanda-
tandanya adalah :
1) Luka terbuka
2) Jahitan rusak (tanpa penyembuhan)
3) Nyeri pada lokasi luka
4) Dapat terjadi pendarahan
5) Nanah dan/atau drainase pada luka yang terinfeksi
6) Tampak granulasi
e. Pencegahan luka dehisensi
f. Luka dehisensi dapat dicegah dengan mengambil langkah-langkah
berikut:
1) Mematuhi semua prosedur tindakan operasi
2) Perawatan yang baik pada luka setelah operasi
3) Menjaga kebersihan area operasi
9

4) Mempertahankan hidrasi yang cukup baik dan diet yang ade kuat
untuk membantu penyembuhan luka lebih cepat
5) Pencegahan sembelit
6) Menghindari stress yang tidak perlu atau regangan area luka (seperti
angkat berat, latihan, muntah, batuk, mengejan, sembelit, dan
lainnya), menggunakan bantalan pada tangan atau di area luka dapat
membantu meringankan stress pada luka ketika beraktivitas.

E. Patofisiologi
Perlu diketahui bahwa semua kasus luka dehisensi dapat
dikategorikan ke dalam keadaan dararut bedah yang membutuhkan perhatian
segera. Luka dehisensi merupakan luka baru yang perlu mempertimbangkan
riwatan luka bedah. terapi antibiotik biasanya diberikan bila yang mungkin
mejadi penyebab dehisensi tersebut.

pada luka eviserasi, dilakukan pengompresan pada isi perit yang


keluar menggunakan kasa yang lembut dan normal salin, dengan teknik steril.
perhatikan pula tanda-tanda syok, tanda vital, lalu laporkan ke dokter bedah
dan persiapan untuk proseduk penutupan kembali.

F. Prevelensi Dehisensi
Angka kejadian dehisensi pasca operasi bedah mayor di Indonesia dari
tahun 2005-2010 adalah 2,7%, dengan angka kematian 14,7%.5 Angka
kejadian neonatus dengan pembedahan abdominal yang mengalami eviserasi
2,5% dengan angka kematian mencapai 50%

1. Pengkajian luka
setiap orang yang memiliki luka bedah dan juga berisiko terjadi dehisensi,
terutama pada dua minggu utama pasca operasi, dimana jaringan masih
lemah dan belum sepenuhnya sembuh. dua faktor yang paling penting
untuk mengendalikan resiko dehisensi luka adalah dengan mengkaji status
kesehatan pasien yang berisiko lebih tinggi. pasien dengan sistem
kekebalan tubuh yang lemah, kurang gizi,dan penyakit kronis. perlu dikaji
10

juga riwayat pembedahan atau proses penjahitan, risiko dehisensi


meningkat dengan jahitan yang terlalu ketat, tenik penjahitan tidak baik,
dan bahan penjahitan yang tidak sesuai. faktor-faktor lain pasien yang
mempunyai risiko tinggi adalah perokok, obesitas latihan pasca operasi
terlalu dini, angkat berat muntah berulang, batuk atau diet yang tidak tepat
yang mengarah kesembelit. pada awal pasca operasi, perhatikan area luka
dengan tanda seperti kemerahan, nyeri, tenderness, adanya drainase,
hangat dan demam. tanda-tanda ini akan muncul kadang dalam 3-5 hari
setelah pembedahan, bahkan ada yang lebih dari satu minggu.
2. Perawatan luka
luka dehisensi merupakan luka baru yang perlu mempertimbangkan
riwayat luka bedah. terpi antibiotic biasanya diberikan bila bersamaan
dengan timbulnya infeksi yang mungkin menjadi penyebab dehisensi
tersebut. pada luka eviserasi dilakukan pengompresan pada isis perut yang
keluar menggunakan kasa yang lembut dan normal salin, dengan teknik
steril. perhatikan pula tanda-tanda syok tanda vital, lalu laporkan ke dokter
bedah dan persiapan prosedur penutupan kembali.
3. pencucian luka dehisensi dan eviserasi
pencucian pada luka dehisensi sebaiknya tetap menggunakan normal salin
atau air biasa yang di sterilkan. penggunaan antiseptic harus di hindari jika
luka menembus sampai ke organ dalam atau luka dengan eviserasi.
4. Debridemang
Debridemang biasanya dilakukan untuk mengobati luka dehisensi dengan
menghilangkan jaringan mati atau terinfeksinuntuk mempercepat
penyembuhan yang lebih baik. debridemang dilakukan bila terdapat
jaringan mati atau slaf sesuai dengan kondisindasar luka. apabila
memungkinkan untuk dilakukan penjahitan, segera konsultasikan ke
dokter yang menangani.nluka harus ditutup dengan benar dengan teknik
bedah yang tepat, termasuk teknik penjahitan. luka pasien harus diamati
secara teliti untuk mencegah dehisensi berulang.
11

5. Dressing
jika tidak diperlukan penjahitan ulang, maka perawatan intensif dan
penggunaan dressing yang tepat merupakan sebuah keharusan.
penggantian dressing yang sering atau setiap 24 jam di anjurkan untuk
mengurangi risiko infeksi.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pengkuran Luka ( Panjang x lebar x dan kedalam luka)
Pengkajian panjang, lebar serta kedalaman luka sangat penting dilakukan
dalam proses keperawtan luka. Semua luka membutuhkan dua demensi
pengkajian dar luka terbuka dan 3 demensi sebuah rongga yaitu:
a. Ada tidaknya undermining / goa atau rongga pada luka.
b. Lokasi luka
c. Stadium Luka
2. Warna Dasar
a. Luka bersih dengan banyak vaskularisasi, misalnya luka pada fase
granulas. perawatan yang dilakuakan yang mempertahankan
lingkungan yang lembabdan mencegah terjadinya trauma atau
perdarahan serta infeksi.
b. Kuning
Merupakan luka yang telah terkontaminasi atau infeksi san biasanya
ada vaskularisasi. Warnanya mulai dari kuning, kecoklatan, kuning
kehijauan, atau pucat. Fokus perawatan yaitu meningkatkan autolysis
debridement atau mekanikal debridementuntuk mengurangi eksudat
serta mengurangi bahkan menghilangkan infeksi.
3. Eksudat
Penanganan eksudat merupakan hal yang sangat penting dalam
melakukan perawatan luka cara terbaik untuk melihat dasar luka yang
tidak sembuh pada luka kronik adalah dengan menilai jumlah eksudat pada
luka. Pengelolaan eksudat dapat dilakukan secara langsuang maupun tidak
langsung.

12
13

a. Langsung
Dilakukan balut tekan dengan desertai highly absorben gressing.
Tindakan ini tidak hanya dapat membuang eksudat dan seluler debris
tetapi juga dapat menurunkan jumlah bakteri pad luka.
4. Bau Luka
Bau pada luka dapat dibedakan karena adanya kumpulan bakteri yang
menghasilkan protein, produksi kelenjar apokrin (Apoccrine sweat glands)
serta cairan yang terdapat pada luka.
5. Tepi Luka
Pada umumnya tepi luka akan dipenuhi oleh jaringan epitel yang berwarna
merah muda, kegagalan penutupan terjadi jika tepi luka mengalami edema,
nekrosis, callus, infeksi dan eipibol (Epitel yang menutupi).
6. Kulit Sekiar Luka
Kulit sekitar luka harus dikaji terhadap adanya rasa gatal, maserasi, edema
tau hiperpigmentasi.
7. Nyeri
Penyebab nyeri pada luka secara umum atau local harus diperhatikan
dalam proses perawatan luka, Penantalaksanaan nyeri yang tidak adekuat
seperti ketanggan otot, keletihan, ansietas dan depresi yang dapt menajdi
faktor penyetus nyeri.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan integritas kulit b/d insisi operasi
2. Nyeri b/d Insisi operasi dan kerusakn integritas kulit
3. Intoleransi aktifitas b/d nyeri dan kelemahan fisik
4. Resiko Infeksi b/d luka terbuka
5. Ganguan citra tubuh b/d Prognosis luka yang buruk

C. Intervensi
1. Kerusakan integritas kulit b/d insisi operasi, penekanan yang lama, injury,
immobilisasi
14

kemungkinan di buktikan oleh:


a. keluhan gatal
b. tekanan pada area yang sakit/tertekan
c. gangguan permukaan kulit, invasi struktur tubuh, destruksi lapisan
kulit/jaringan
kriteria evaluasi
a. mempertahankan keutuhan kulit
b. menyatakan ketidaknyamanan hilang
c. mencapai kesembuhan lika sesuai waktu/penyembuhan lesi terjadi
d. menunjukkn prilaku untuk mencegah kerusakkan kulit/ memudahkan
penyembuhan sesuai indikasi
e. integritas kulit bebas dari luka tekan
intervensi:
a. kaji/ catat keadaan luka ( ukuran, warna, kedalaman luka ) perhatikan
jarinan nekrotik
R/ : memberikan informasi dasar adanya kemungkinan kebutuhan
tentang sirkulasi
b. kaji kulit luka terbuka, beda asing, kemerahan, perdarahan dan
perubahan warna
R/ : sebagai data dasar untuk intervensi selanjutnya
c. anjurkan pasien untuk merubah posisi miki/ miki setia 4 jam
R/ : meningkatkan sirkulasi dan perfusi jaringan dengan mencegah
tekanan yang lama
d. lakukan perawatan luka secara aseptic dan steril 2 kali sehari
R/ : mencegah terjadinya kerusakan kkulit lebih lanjut
e. pertahankan tempat tidur dalam keadaan bersih dan kering
R/ : menghindari kulit lecet dan terkontaminasi mikrooganisme
f. tempatkan bantalan air / bantalan lain di bawah siku/ tumit sesuai
dengan indikasi
15

R/ : menurunkan tekananpada area yang peka dan beresiko terjadinya


kerusakan kulit
g. Gunakan baby oil/krim kulit 2-3 kali dan setelah mandi
R/ : Melicinkan kulit dan menghindari gatal
h. Kolaborasi dengan dokter untuk therapy anti inflamasi
R/ : menghindari infeksi
2. Nyeri berhubungan dengan cedera termal, insisi operasi, kerusakan
jaringan, immobilisasi
Kemungkinan dibuktikan oleh :
a. Keluhan nyeri
b. Ekspresi wajah menahan nyeri
c. perubahan tonus otot
d. prilaku distraksi, melindungi, ansietas, ketakutan
hasil yan diharapkan:
a. melaporkan keadaan bebas dari nyeri
b. nyeri yang brtansur-ansur berkurang sampai dengan hilang
c. menunjukkan ekspresi wajah/ postur tubuh rileks
d. berpartipasi dalam aktivitas dan tidur/ istirahattanpa nyeri
rencana tindakan:
a. kaji keluhan nyeri (lokasi, intmsitas, lamanya serangan)
R/ : sebagai data daras untuk mengetuk intervensi selanjutnya
b. pertahankan tirah baring slama fase akut
R/: tirah baring dalam posisi yang nyaman memungkinkan pasien
untu menurunkan spasem otot, penekanan pada bagian tubuh
tertentu dan memfasilitas terjadinya reduksi.
c. anjurkan pasien untuk melakukan gergkan tubuh yang tepat dan
batasi aktifitas selama nyeri
R/ menghilangkan / mengurangi stress pada otot dan mencegah
trauma lebih lanjut.
d. anjurkan dan anjarkan klien untuk melakukan teknik visualisasi,
relaksasi
16

R/ : mengalihkan perhatian dan membantu menghilangkan nyeri


dan meningkatka proses penyembuhan
e. tinggikan dan dukung ekstermitas yang terkena
R/ : meningkatkan akan balik vena, meningkatkan edema dan
menurunkan nyeri
f. lakukan kompres dengin / es 24-48 jam pertama
R/ : menurunkan edema / pembantukan hematon, menurunkan
sensasi nyeri
g. letakan semua kebutuhan pasien dalam batas yang mudah di
jangkau oleh pasien
R/ : Menurunkan resiko pregangan saat meraih
h. kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapy analgetik
R/ : Analgetik dapat mengurangi nyeri
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan hilangkan sebagian
jaringan, luka terbuka, mainutrisi
kemungkinan di buktikan oleh :
a. Tidak dapat diterapkan : adanya tanda-tanda dan gejala membuat
diagnose actual

Kriteria evaluasi :

a. tidak menunjukan adanya tanda-tanda infeksi


b. luka tampak kering dan bersih
c. mencapai penyembuhan luka tepat waktu, bebas eksudat purulent
dan dendam
d. penyembuhan luka rapat dan balik

Intervensi :

a. Kaji kulit terhadap adanya iritasi, jika terbuka atau robekan kulit
R/ : mengindentifikasi adanya faktor pencentus masuknya kuman
penyebab infeksi
b. kaji tanda-tanda vital (suhu, nadi)
17

R/ : sebagai indicator untuk intervensi selanjutnya dari perubahan


tanda-tanda vital
c. tekankan pentingnya cud tangan yang baik untuk semua individu
yang datang kontak dengan pasien
R/ : mencegah kontaminasi silang, menekan resiko infeksi
d. Kalau perlu anjurkan pasien untuk diisolasi sesuai dengan indikasi
R/ : isolasi dapat dilihat dari luka sederhana / terbuka sampai
komplit untuk menumkan resiko kointaminasi silang
e. lakukan perawatan luka secara aseptic dan stertil 2 kali sehari
R/ : Menumkan resiko infeksi dan mendukung proses
penyembuhan
f. tmpung cairan sisa yang terkontaminasi pada tempat tertentu dalam
ruangan kemudian di buang pada pembuangan yang sudah
ditentukan oleh rumah sakit.
R/ : mencegah penyebaran infeksi dilingkungan rumah sakit
g. kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotic
R/ : antibiotic dapat pembunuhan kuman penyakit penyebab infeksi
dan mengurangi penyebaran infeksi.
4. Intoleransi dalam beraktifitas berhubungan dengan nyeri, imobilitas,
kelemahan fisik.
kemungkinan di buktikan oleh :
a. kelemahan fisik
b. terpapar luka pada anggota tubuh atau ekstremitas
c. laporan verbal kelemahan/kelelahan
kriteria evaluasi :
a. dapat melakukan aktifitas mandiri selama masa perawatan
b. tampak rileks
intervensi
a. kaji respon terhadap aktifitas pasien
R/ : sebagai parameter untuk menentukan tingkat kemampuan
pasien dalam beraktifitas
18

b. kaji tanda tanda vital


R/ : sebagai indicator terhadap perubahan TTV akibat aktivitas
c. observasi keluhan pasien selama beraktivitas
R/ : indicator untuk melakukan intervensi selanjutnya
d. jelaskan pada pasien tentang teknik penghematan energi
R/ : mengurangi dan menghemat penggunaan energi, juga
membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2
e. ubah posisi secara periodic dan dorong untuk latihan napas dalam
R/ : mengurangi tekanan pada salah satu area dengan
meningkatkan sirkulasi prifer
f. anjurkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi
R/ : mengurangi kelelahan otot dapat membantu mengurangi nyeri,
spame dan kejang.
5. Gangguan citra tubuh b/d Prognosis luka yang tidak bagus
Tujuan dan Kreteria Hasil
a. Gangguan citra tubuh.
b. Pasien dapat mengidentifikasi citra tubuhnya.
c. Klien dapat mengidentifikasi aspek postifnya.
Intervensi
a. Identifiksi presepsi tentang citra tubuh yang dulu dan saat ini
b. Diskusikan potensi bagian tubuh yang lain.
c. Bantu klien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang sedang
terganggu.
d. Bantu klien untuk mengoptimalkan bagian tubuh yang masih
normal.
e. Lakukan interaksi secara bertahap.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Luka Dehisensi adalah salah satu komplikasi yang paling umum
terjadi pada luka bedah , yang melibatkan kerusakan sayatan pada kulit
sepanjang jahitan dan terbukanya luka dengan dinding atau tepi luka yang
terpisah satu sama lain. Sedangkan luka eviserasi adalah suatu komplikasi
bedah yang mana sayatan terbuka dan terdapat pengeluaran isi organ dalam,
seperti usus,dan menonjol ke luar, ada beberapa tanda dan gejala yang bisa
dilihat dengan jelas pada luka dehisensi dan eviserasi seperti jahitan yang
rusak, terjadinya perdarah, serta bagi luka eviserasi terkeluarnya oragan dari
dalam tubuh, terdapat push atau nanah, untuk mengurangi resiko dari
kompliksi luka pembedahan tersebut maka seharusnya dilakukan
melaksanakan semue prosedur operasi, menjaga kebersihan luka, serta
melakukan perawatan dengan baik.

B. Saran
Penulis berharap makalah ini yang kami tulis ini dapat bermfaat bagi semua
elemen masyarakat terutama mashasiwa kesehatan dan tenaga kesehatan agar
dapat menambah pengetahuan tentang infeksi luka bedah sehingga dapat
meningkan pelayanan masyarakat, akan menyebabkan perbaikan status
kesehatan pada masyarakat Indonesia.

19
DAFTAR PUSTAKA
Pravitasari , Lucy, Setya Wandita, Endy P. Prawirohartono, 2017. Faktor
Prediktor Dehisensi pada Neonatus dengan Pembedahan Abdominal.
Yogyakarta; Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.

Ningrum , Tita Puspita, Henny Suzana Mediani, & Chandra Isabella H.P 2017.
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Wound
Dehiscence pada Pasien Post Laparatomi. Sumedang; Fakultas
Keperawatan Universitas Padjadjara

Rasjidi, Imam. 2008. Manual Iisterektomo. Jakarta; EGC

Restuningtyas, Aprilita. 2016. Pengaruh Kombinasi Perawatan Luka Modern


dengan Ozon Bagging Terhadap Proses Penyembuhan Ulkus Kaki
Diabetes Militus di Rumah Perawatan Luka Nirmala Jember. Jember:
Universitas Jember

Suruadi, 2015. Pengkajian Luka & Penanganannya. Jakarta;CV Sugeng Seto

20

Anda mungkin juga menyukai