i
KATA PENGANTAR
Kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kelompok kami dapat
meneyelesaikan makalah Luka Bedah, Luka deshesendi serta Luka Eviserasi, di
dalam Mata Kuliah Keperawatan Luka Dasar dan dibimbing oleh dosen kami
yaitu bapak Ns Tutur Kardiatun, M.Kep dan Alhamdulillah kami dapat
menyelesaikan ini dalam waktu yang telah ditentukan.Makalah ini tidak akan
selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak
langsung. Untuk itu perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:
1. Allah SWT Yang telah meridhai pembuatan makalah Askep dengan baik.
2. Teman kelompok yang telah membantu menyusun makalah ini
3. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa Pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna.
Untuk itu, kritik dan saran yang membangun dalam perbaikan karya tulis ini
sangat penulis harapkan.
Penulis,10 September
ii
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
A. Pendahuluan..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4
A. Pengertian Luka............................................................................................4
B. Klasifikasi Luka............................................................................................5
E. Patofisiologi..................................................................................................9
F. Prevelensi Dehisensi.....................................................................................9
BAB III..................................................................................................................12
ASUHAN KEPERAWATAN................................................................................12
A. Pengkajian...................................................................................................12
B. Diagnosa Keperawatan...............................................................................13
C. Intervensi.....................................................................................................13
BAB VI..................................................................................................................19
PENUTUP..............................................................................................................19
A. Kesimpulan.................................................................................................19
B. Saran............................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................20
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena
adanya cedera atau pembedahan (Agustina, 2009 dalam Suriadi 2015). Luka
dapat di klasifikasikan menjadi dua macam yaitu luka akut dan luka kronik,
Dehisensi luka operasi adalah pemisahan sebagian atau seluruh tepi luka
operasi.
Menurut data World Health Organization (WHO) (2013), jumlah
pasien dengan tindakan operasi mencapai angka peningkatan yang sangat
signifikan. Pada tahun 2011 terdapat 140 juta pasien di seluruh rumah sakit di
dunia, dan pada tahun 2012 diperkirakan meningkat menjadi 148 juta jiwa.
Pada tahun 2012 di Indonesia, tindakan operasi mencapai 1,2 juta jiwa dan
diperkirakan 32% diantaranya merupakan tindakan bedah laparatomi
(Kemenkes RI, 2013).
Selain itu angka kejadian dehisensi abdominal yang dilaporkan dari
penelitian sebelumnya bervariasi antara 0,4%-1,2% dengan angka kematian
8%-45%. Di Belanda, angka kejadian dehisensi abdominal pada anak
dilaporkan 0,6%, dengan angka kematian 11%.4 Angka kejadian dehisensi
pasca operasi bedah mayor di Indonesia dari tahun 2005-2010 adalah 2,7%,
dengan angka kematian 14,7% (Pravitasari, 2017), Dehisensi merupakan
komplikasi bedah sehingga proses penyembuhan luka mengalami kegagalan
dan sepanjang luka insisi operasi menjadi terbuka Berdasarkan hasil
penelitian (Pravitasari, 2017), angka kejadian dehisensi yang terjadi pada
neonatus dengan pembedahan abdominal selama 6 tahun terakhir adalah
24,5%.
Luka eviserasi adalah suatu komplikasi bedah yang mana sayatan
terbuka dan terdapat pengeluaran isi organ dalam, seperti usus,dan menonjol
ke luar.
1
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar bekang di atas makakelompok menyimpulkan
rumusan masalah dari makalah adalah bagaimana perawatan dehisensi dan
eviserasi.
C. Tujuan
1. Umum
2. Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian luka dehisensi dan eviserasi.
b. Untuk mengetahui klasifikasi luka.
c. Untuk mengetahui proses penyembuhan luka.
d. Untuk mengetahui etiologi luka dehisensi dan eviserasi.
e. Patofisiologi Luka luka dehisensi dan eviserasi.
f. Prevelensi luka dehisensi dan eviserasi.
g. Asuhan Keperawatan luka luka dehisensi dan eviserasi.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Luka
Terdapat beberapa definisi dari luka, yaitu antara lain:
1. Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena adanya
cedera atau pembedahan (Agustina, 2009 dalam Suriadi 2015)
2. Luka adalah terputusnya kontinuitas jaringan akibat trauma (tajam atau
tumpul), kimia, termal (panas atau dingin), listrik, radiasi (Widhiastuti,
2008 dalam Suriadi 2015)
1. Luka adalah sebuah injuri pada jaringan yang mengganggu proses selular
normal, luka dapat dijabarkan dengan adanya kerusakan pada
kontinuitas/kesatuan jaringan tubuh yang biasanya disertai dengan
kehilangan substansi jaringan (InETNA,2008 dalam Suriadi 2015)
2. Luka adalah hilang/terputusnya kontinuitas jaringan (Manjoer, 2000)
3. Luka adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan keseimbangan
terhadap integritas kulit ( Kehilangan/kerusakan sebagai struktur jaringan
utuh), akibat trauma mekanik, termal, radiasi, fisik, pembedahan, zat
kimia (Sorensen, 1997)
4. Sejarah Perawatan Luka Jaman prasejarrah, penanganan luka
berdasarkan pengalaman dan kepercayaan yang dianut.Kedokteran Mesir
sudah menggunakan honey sebagai bahan aseptik, mengenal antiseptik
dan antibiotik. Kedokteran Yunani degna tokoh Hipocrates sebagai
tokoh utama yang mulai mengenalkan beberapa kosep luka diantaranya:
-Luka jangan diirigasi kecuali dgn air bersih yg dididihkan atau anggur -
Freshing tepi luka -prinsip rest & immobilisasi - Pemakaian dressing
Abad ke-17 lahirnya para scientist mendukung perkembangan ilmu
kedokteran dengan adanya penemuan mikroskop. Abad ke-18 lahirnya
teori baru seperti klasifikasi penyembuhan luka secara primer & sekunder
dan pada abad ke -19 mulainya perkembangan ilmu pengetahuan melalui
4
5
B. Klasifikasi Luka
juga terjadi kontraksi yaitu tarikan tepi luka yang akan mengurangi defek
serta proses epitelialisasi yaitu migrasi epitel dari tepi luka.
3. Fase Remodelling : pematangan parut Berlangsung selama 3 minggu
sampai 2 tahun Kolagen tipe 1 menggantikan kolagen tipe 3 dan akan
meningkatkan tensil strength luka Akhir proses terbentuk parut dengan
kekuatan 80% dari jaringan semula.
Adapun diantara jenis-jenis luka yaitu salah satunya luka dehisensi dan
eviserasi.
2. Luka Eviserasi
a. Pengertian
Luka eviserasi adalah suatu komplikasi bedah yang mana
sayatan terbuka dan terdapat pengeluaran isi organ dalam, seperti
usus,dan menonjol ke luar. Pengeluaran organ dalam ini adalah
merupakan keadaan darurat yang memerlukan penanganan segera.
Pengeluaran isi dapat mulai dari keadaan ringan hingga parah, dengan
organ-organ dalam yang hanya terlihat hingga keluarnya organ dalam
yang bisa tumpah keluar dari sayatan.
4) Mempertahankan hidrasi yang cukup baik dan diet yang ade kuat
untuk membantu penyembuhan luka lebih cepat
5) Pencegahan sembelit
6) Menghindari stress yang tidak perlu atau regangan area luka (seperti
angkat berat, latihan, muntah, batuk, mengejan, sembelit, dan
lainnya), menggunakan bantalan pada tangan atau di area luka dapat
membantu meringankan stress pada luka ketika beraktivitas.
E. Patofisiologi
Perlu diketahui bahwa semua kasus luka dehisensi dapat
dikategorikan ke dalam keadaan dararut bedah yang membutuhkan perhatian
segera. Luka dehisensi merupakan luka baru yang perlu mempertimbangkan
riwatan luka bedah. terapi antibiotik biasanya diberikan bila yang mungkin
mejadi penyebab dehisensi tersebut.
F. Prevelensi Dehisensi
Angka kejadian dehisensi pasca operasi bedah mayor di Indonesia dari
tahun 2005-2010 adalah 2,7%, dengan angka kematian 14,7%.5 Angka
kejadian neonatus dengan pembedahan abdominal yang mengalami eviserasi
2,5% dengan angka kematian mencapai 50%
1. Pengkajian luka
setiap orang yang memiliki luka bedah dan juga berisiko terjadi dehisensi,
terutama pada dua minggu utama pasca operasi, dimana jaringan masih
lemah dan belum sepenuhnya sembuh. dua faktor yang paling penting
untuk mengendalikan resiko dehisensi luka adalah dengan mengkaji status
kesehatan pasien yang berisiko lebih tinggi. pasien dengan sistem
kekebalan tubuh yang lemah, kurang gizi,dan penyakit kronis. perlu dikaji
10
5. Dressing
jika tidak diperlukan penjahitan ulang, maka perawatan intensif dan
penggunaan dressing yang tepat merupakan sebuah keharusan.
penggantian dressing yang sering atau setiap 24 jam di anjurkan untuk
mengurangi risiko infeksi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pengkuran Luka ( Panjang x lebar x dan kedalam luka)
Pengkajian panjang, lebar serta kedalaman luka sangat penting dilakukan
dalam proses keperawtan luka. Semua luka membutuhkan dua demensi
pengkajian dar luka terbuka dan 3 demensi sebuah rongga yaitu:
a. Ada tidaknya undermining / goa atau rongga pada luka.
b. Lokasi luka
c. Stadium Luka
2. Warna Dasar
a. Luka bersih dengan banyak vaskularisasi, misalnya luka pada fase
granulas. perawatan yang dilakuakan yang mempertahankan
lingkungan yang lembabdan mencegah terjadinya trauma atau
perdarahan serta infeksi.
b. Kuning
Merupakan luka yang telah terkontaminasi atau infeksi san biasanya
ada vaskularisasi. Warnanya mulai dari kuning, kecoklatan, kuning
kehijauan, atau pucat. Fokus perawatan yaitu meningkatkan autolysis
debridement atau mekanikal debridementuntuk mengurangi eksudat
serta mengurangi bahkan menghilangkan infeksi.
3. Eksudat
Penanganan eksudat merupakan hal yang sangat penting dalam
melakukan perawatan luka cara terbaik untuk melihat dasar luka yang
tidak sembuh pada luka kronik adalah dengan menilai jumlah eksudat pada
luka. Pengelolaan eksudat dapat dilakukan secara langsuang maupun tidak
langsung.
12
13
a. Langsung
Dilakukan balut tekan dengan desertai highly absorben gressing.
Tindakan ini tidak hanya dapat membuang eksudat dan seluler debris
tetapi juga dapat menurunkan jumlah bakteri pad luka.
4. Bau Luka
Bau pada luka dapat dibedakan karena adanya kumpulan bakteri yang
menghasilkan protein, produksi kelenjar apokrin (Apoccrine sweat glands)
serta cairan yang terdapat pada luka.
5. Tepi Luka
Pada umumnya tepi luka akan dipenuhi oleh jaringan epitel yang berwarna
merah muda, kegagalan penutupan terjadi jika tepi luka mengalami edema,
nekrosis, callus, infeksi dan eipibol (Epitel yang menutupi).
6. Kulit Sekiar Luka
Kulit sekitar luka harus dikaji terhadap adanya rasa gatal, maserasi, edema
tau hiperpigmentasi.
7. Nyeri
Penyebab nyeri pada luka secara umum atau local harus diperhatikan
dalam proses perawatan luka, Penantalaksanaan nyeri yang tidak adekuat
seperti ketanggan otot, keletihan, ansietas dan depresi yang dapt menajdi
faktor penyetus nyeri.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan integritas kulit b/d insisi operasi
2. Nyeri b/d Insisi operasi dan kerusakn integritas kulit
3. Intoleransi aktifitas b/d nyeri dan kelemahan fisik
4. Resiko Infeksi b/d luka terbuka
5. Ganguan citra tubuh b/d Prognosis luka yang buruk
C. Intervensi
1. Kerusakan integritas kulit b/d insisi operasi, penekanan yang lama, injury,
immobilisasi
14
Kriteria evaluasi :
Intervensi :
a. Kaji kulit terhadap adanya iritasi, jika terbuka atau robekan kulit
R/ : mengindentifikasi adanya faktor pencentus masuknya kuman
penyebab infeksi
b. kaji tanda-tanda vital (suhu, nadi)
17
PENUTUP
A. Kesimpulan
Luka Dehisensi adalah salah satu komplikasi yang paling umum
terjadi pada luka bedah , yang melibatkan kerusakan sayatan pada kulit
sepanjang jahitan dan terbukanya luka dengan dinding atau tepi luka yang
terpisah satu sama lain. Sedangkan luka eviserasi adalah suatu komplikasi
bedah yang mana sayatan terbuka dan terdapat pengeluaran isi organ dalam,
seperti usus,dan menonjol ke luar, ada beberapa tanda dan gejala yang bisa
dilihat dengan jelas pada luka dehisensi dan eviserasi seperti jahitan yang
rusak, terjadinya perdarah, serta bagi luka eviserasi terkeluarnya oragan dari
dalam tubuh, terdapat push atau nanah, untuk mengurangi resiko dari
kompliksi luka pembedahan tersebut maka seharusnya dilakukan
melaksanakan semue prosedur operasi, menjaga kebersihan luka, serta
melakukan perawatan dengan baik.
B. Saran
Penulis berharap makalah ini yang kami tulis ini dapat bermfaat bagi semua
elemen masyarakat terutama mashasiwa kesehatan dan tenaga kesehatan agar
dapat menambah pengetahuan tentang infeksi luka bedah sehingga dapat
meningkan pelayanan masyarakat, akan menyebabkan perbaikan status
kesehatan pada masyarakat Indonesia.
19
DAFTAR PUSTAKA
Pravitasari , Lucy, Setya Wandita, Endy P. Prawirohartono, 2017. Faktor
Prediktor Dehisensi pada Neonatus dengan Pembedahan Abdominal.
Yogyakarta; Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.
Ningrum , Tita Puspita, Henny Suzana Mediani, & Chandra Isabella H.P 2017.
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Wound
Dehiscence pada Pasien Post Laparatomi. Sumedang; Fakultas
Keperawatan Universitas Padjadjara
20