Anda di halaman 1dari 27

TUGAS MAKALAH

SISTEM INTEGUMEN

ASUHAN KEPERAWATAN PRURITUS

Disusun Oleh:

(Kelompok 1)

1. Sofia Erfiani (10215002)


2. MeyNur F. (10215003)
3. M.Robieth A. Wafa (10215008)
4. SelvianaHanif (10215012)
5. OktaviaEka (10215013)
6. IitRetnaning (10215023)
7. FatinAfizah (10215034)
8. HarisTirta (10215052)
9. Leander Yulis (102150)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang atas izin dan kuasaNya makalah
dengan judul ”Asuhan Keperawatan Pruritus” dapat diselesaikan.

Penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah sistem
perkemihan program studi ilmu keperawatan. Penyusunan makalah terlaksana dengan baik
berkat dukungan dari banyak pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini kami mengucapkan terima
kasih kepada pihak yang bersangkutan.

Kesalahan bukan untuk dibiarkan tetapi kesalahan untuk diperbaiki. Walaupun demikian,
dalam makalah ini kami menyadari masih belum sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan
saran dan kritik demi kesempurnaan tugas makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat bagi
kami dan dapat dijadikan acuan bagi pembaca terutama bagi ilmu keperawatan.

Kediri, 06 November 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................. i


Daftar Isi ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan........................................................................... 1
D. Manfaat Penulisan ......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. DefinisiPruritus ............................................................................. 3
B. Klasifikasi Klinis Pruritus ............................................................. 3
C. Etiologi Pruritus ............................................................................ 3
D. Patofisiologi Pruritus..................................................................... 5
E. ManifestasiPruritus ....................................................................... 5
F. Pemeriksaan DiagnostikPruritus ................................................... 6
G. Komplikasi Pruritus ...................................................................... 7
H. Penatalaksanaan Pruritus............................................................... 7
I. Pathway Pruritus ........................................................................... 7
J. Asuhan Keperawatan Pruritus....................................................... 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 21
B. Saran.............................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 22
BAB I
PENDAHULUAN

A. LatarBelakang
Pruritus (gatal – gatal) merupakan salah satu dari sejumlah keluhan yang paling sering
dijumpai pada gangguan dermatologik yang menimbulkan gangguan rasa nyaman dan
perubahan integritas kulit jika pasien meresponnya dengan garukan. Reseptor rasa gatal
tidak bermielin, mempunyai ujung saraf mirip sikat (penicillate) yang hanya ditemukan
dalam kulit, membran mukosa dan kornea (Brunner & Suddarth, 2001 : 1854).
Pruritus adalah iritasi kulit yang hebat merupakan ciri khas pada beberapa tipe ikterus,
kelainan alergi dan keganasan (Hinchliff, 1998).
Pruritus ialah sensasi kulit yang iritatif dan menimbulkan rangsangan untuk menggaruk
(Djuandha, Adhi, 1993 : 268).

B. RumusanMasalah
1. Apa definisi dari Pruritus?
2. ApasajaklasifikasidariPruritus ?
3. Apa etiologi Pruritus?
4. Bagaimana patofisiologidari Pruritus?
5. Bagaimana manifestasiklinisdari Pruritus?
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostik dari Pruritus ?
7. ApakomplikasidariPruritus ?
8. Bagaimana Penatalaksanaan Pruritus?
9. Bagaimana pathways Pruritus?
10. Bagaimana Asuhan Keperawatan dari Pruritus?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa definisi dari Pruritus.
2. Untukmengetahuiklasifikasi pruritus.
3. Untuk mengetahui apa etiologi Pruritus.
4. Untuk mengetahuibagaimana patofisiologi dari Pruritus.

1
5. Untuk mengetahui bagaimana manifestasi klinis dari Pruritus.
6. Untuk mengetahuibagaimana pemeriksaan diagnostik dari Pruritus.
7. Untuk mengetahui bagaimana komplikasi dari Pruritus.
8. Untuk mengetahuibagaimana penatalaksanaan dari Pruritus.
9. Untuk mengetahui bagaimana pathways Pruritus.
10. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan dari Pruritus.

D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat teoritis
Dalam penyusunan makalah ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam
memperkaya wawasan bagi dunia pendidikan khususnya dunia pendidikan ilmu
keperawatan dan sebagai sumber informasi dalam menjawab permasalahan-
permasalahan yang terjadi dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.
2. Manfaat praktis
1) Bagi mahasiswa
Dapat menambah wawasan ilmu bagi mahasiswa yang lain, dan dapat
menambah pertimbangan referensi.
2) Bagi insititusi
Sebagai masukan yang membangun guna meningkatkan kualitas lembaga
pendidikan yang ada, termasuk para pendidik yang ada di dalamnya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Pruritus (gatal – gatal) merupakan salah satu dari sejumlah keluhan yang paling sering
dijumpai pada gangguan dermatologik yang menimbulkan gangguan rasa nyaman dan
perubahan integritas kulit jika pasien meresponnya dengan garukan. Reseptor rasa gatal
tidak bermielin, mempunyai ujung saraf mirip sikat (penicillate) yang hanya ditemukan
dalam kulit, membran mukosa dan kornea (Brunner & Suddarth, 2001 : 1854).
Pruritus adalah iritasi kulit yang hebat merupakan ciri khas pada beberapa tipe ikterus,
kelainan alergi dan keganasan (Hinchliff, 1998)
Pruritus ialah sensasi kulit yang iritatif dan menimbulkan rangsangan untuk menggaruk
(Djuandha, Adhi, 1993 : 268).

B. Klasifikasi
1. Pruritoceptive itch : akibat gangguan yang berasal dari kulit. Misalnya,
inflamasi, kering, dan kerusakan kulit.
2. Neuropathic itch : akibat gangguan pada jalur aferen saraf perifer atau sentral.
Misalnya, pada herpes dan tumor.
3. Neurogenic itch : tidak ada gangguan pada saraf maupun kulit, namun terdapat
transmitter yang merangsang gatal. Misalnya, morphin dan penyakit sistemik
(ginjal kronis, jaundice).
4. Psikogenic itch : akibat gangguan psikologi. Misalnya, parasitophobia

C. Etiologi
Pruritus dapatdisebabkanolehberbagaimacamgangguan.Secaraumum, penyebab pruritus
dapatdiklasifikasikanmenjadilimagolongan, yaitu:
1. Pruritus local
Pruritus lokaladalah pruritus yang terbataspada area tertentu di
tubuh.Penyebabnyaberagam, BeberapaPenyebab Pruritus Lokal:
· Kulitkepala : Seborrhoeic dermatitis, kuturambut.
· Punggung : Notalgiaparaesthetica
· Lengan : Brachioradial pruritus
· Tangan : Dermatitis tangan,dll.

2. Gangguansistemik
BeberapaGangguanSistemikPenyebab Pruritus.
· GangguanginjalsepertiGagalginjalkronik.
· GangguanhatisepertiObstruksibiliarisintrahepatikaatauekstrahepatika.
· Endokrin/Metabolikseperti Diabetes, hipertiroidisme, Hipoparatiroidisme, dan
Myxoedema.
· GangguanpadaDarahDefisiensiseng (anemia),
Polycythaemia, Leukimialimfatik, dan Hodgkin's disease.

3. Gangguanpadakulit
Penyebab pruritus yang
berasaldarigangguankulitsangatberagam.Beberapadiantaranya, yaitu dermatitis
kontak, kulitkering, prurigonodularis, urtikaria, psoriasis, dermatitis atopic,
folikulitis, kutu, scabies, miliaria, dan sunburn.

4. Pajananterhadapfaktortertentu
Pajanankulitterhadapbeberapafaktor,
baikberasaldariluarmaupundalamdapatmenyebabkan pruritus.Faktor yang
dimaksudadalah allergen ataubentukiritanlainnya, urtikariafisikal, awuagenic
pruritus, serangga, danobat-obatantertentu (topical maupunsistemik; contoh:
opioid, aspirin).

5. Hormonal
2% dariwanitahamilmenderita pruritus tanpaadanyagangguan
dermatologic.Pruritus
gravidarumdiinduksiolehestrogendanterkadangterdapathubungandengankolestasi
s.Pruritus terutamaterjadipada trimester ketigakehamilan, dimulaipada abdomen
ataubadan, kemudianmenjadigeneralisata.Ada kalanya pruritus
disertaidengananoreksi, nausea, danmuntah. Pruritus
akanmenghilangsetelahpenderitamelahirkan.
Ikteruskolestasistimbulsetelahpenderitamengalami pruritus 2-4
minggu.Ikterusdan pruritus disebabkanolehkarenaterdapatgaramempedu di
dalamkulit.Selainitu, pruritus jugamenjadigejalaumumterjadi
menopause.Setidaknya 50% orang berumur 70 tahunataulebihmengalami
pruritus.Kelainankulit yang menyebabkan pruritus, seperti scabies,
pemphigoidnodularis, atau eczema grade
rendahperludipertimbangkanselaingangguansistemiksepertikolestasisataupungaga
lginjal.Padasebagianbesarkasus pruritus spontan, penyebab pruritus
padalansiaadalahkekeringankulitakibatpenuaankulit.Pruritus
padalansiaberesponbaikterhadappengobatan emollient.

D. Patofisiologi
Pruritus merupakan salah satu dari sejumlah keluhan yang paling sering dijumpai pada
gangguan dermatologic yang menimbulkan gangguan dermatologic yang menimbulkan
gangguan rasa nyaman dan perubahan integritas kulit jika pasien meresponnya dengan
garukan. Reseptor rasa gatal tidak bermielin, mempunyai ujung saraf mirip sikat (peniciate)
yang hanya ditemukan dalam kuit, membrane mukosa dan kornea (Sher, 1992).
Garukan menyebabkan terjadinya inflamasi sel dan pelepasan histamine oleh ujung saraf
yang memperberat gejala pruritus yang selanjutnya menghasilkan lingkaran setan rasa gatal
dan menggaruk. Meskipun pruritus biasanya disebabkan oleh penyakit kulit yang primer
dengan terjadinya ruam atau lesi sebagai akibatnya, namun keadaan ini bisa timbul tanpa
manifestasi kulit apapun. Keadaan ini disebut sebagai esensial yang umumnya memiliki
awitan yang cepat, bias berat dan menganggu aktivitas hidup sehari-hari yang normal.

E. ManifestasiKlinis
a. Pruritus secara khas akan menyebabkan pasien menggaruk yang bias anya dilakukan
semakin intensif pada malam hari. Pruritus tidak sering dilaporkan pada saat terjaga
karena perhatian pasien teralih pada aktifitas sehari-hari. Pada malam hari dimana hal-
hal yang bias mengalihkan perhatian hanya sedikit, keadaan priritus yang ringan sekali
pun tidak mudah diabaikan.
b. Efek sekunder mencakup ekskorisi, kemerahan bagian kulit yang menonjol (bidur),
infeksi dan perubahan pigmentasi.Rasa gatal yang hebat akan menganggu penampilan
pasien. Efek sekunder pruritus adalah ekskoriasi, kemerahan, bidur (kulit menonjol),
infeksi, dan perubahan pigmentasi. Pruritus pada malam lebih intensif dari pruritus pada
siang hari, akibatnya minimnya distraktor pada malam hari. Sebaliknya pada siang hari
banyak distraktor yang mengalihkan perasaan gatal, seperti pekerjaan, hiburan dan
sebagainya.
c. Plak psoriasis pada daerah anal dan genital secara klasik ditandai khas oleh adanya
simetri dan lesi yang eritem. Vulva, mons pubis, dan celah gluteal adalah lokasi yang
sering terserang. Pada pria, lesi dapat timbul pada glans, skrotum, dan penis. Pada
psoriasis genital, morfologi dapat dikaburkan oleh kelembaban pada lipatan genital
yang menyebabkan lesi kurang bersisik dan lebih menunjukkan adanya maserasi.
d. Liken sklerosus (LS) merupakan dermatosa inflamasi kronik di daerah anogenital yang
mengganggu quality of life karena rasa gatal yang hebat yang dapat dsertai dispareunia,
disuria dan defekasi yang nyeri. Lesi kulit bisa juga ekstra anogenital, namun biasanya
tidak gatal.
e. Liken planus merupakan dermatosa inflamasi kronik yang dapat juga menimbulkan
kelainan pada mukosa, rambut dan kuku. Lesi dapat terjadi pada daerah genital dengan
gambaran yang bervariasi. Lesi klasik berupa papul ungu berbentuk poligonal dengan
permukaan rata yang terasa gatal dan dapat ditemukan pada wanita pada mons pubis
dan labia majora, sedang pada pria pada
f. glans dan korpus penis. Parut retikuler yang berwarna putih dapat timbul pada labia
minora. Liken planus erosif pada genital, lebih terasa sakit dari pada gatal.

F. PemeriksaanDiagnostik
A. Tes darah wajib menentukan jumlah leukosit, laju endap darah
B. Urinalisis dengan nomor protein yang mengikat identifikasi, gula, curah hujan,
mikroorganisme
C. Tes darah biokimia( tes fungsi hati, termasuk indikator glukosa, ALT, bilirubin,
alkali dan asam fosfatase, kolesterol, kreatinin, urea, asam urat, dan penentuan
status metabolisme protein dan protein fraksi, jumlah besi dalam serum, eritrosit);
( parameter pembekuan darah) koagulasi
D. Analisis kotoran di atasnya isi darah cacing dan telurnya
E. Radiografi, ultrasonografi hati dan jantung, tiroid, pankreas, limpa, kandung
empedu
F. Analisis dari tingkat tiroksin.

G. Komplikasi
Bila skabies tidak diobati selama beberapa minggu atau bulan, dapat timbul dermatitis
akibat garukan. Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima, sellulitis, limfangitis, dan
furunkel. Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil yang diserang scabies dapat menimbulkan
komplikasi pada ginjal. Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan preparat anti
skabies yang berlebihan, baik pada terapi awal ataupun pemakaian yang terlalu sering.

H. Penatalaksaan
Penatalaksanaan pruritus sangat bergantung pada penyebab rasa gatal itu sendiri.
Sementara pemeriksaan untuk mencari penyebab pruritus dilakukan, terdapat beberapa cara
untuk mengatasi rasa gatal sehingga menimbulkan perasaan lega pada penderita, yaitu:
1. Pengobatan topical:
a. Dinginkan kulit dengan kain basah atau air hangat
b. Losion calamine. Losion ini tidak dapat digunakan pada kulit yang kering dan
memiliki batasan waktu dalam pemakaiannya karena mengandung phenols.
c. Losion menthol/camphor yang berfungsi untuk memberikan sensasi dingin.
d. Pemakaian emmolient yang teratur, terutama jika kulit kering.
e. Kortikosteroid topical sedang untuk periode waktu yang pendek.
Antihistamin topical sebaiknya tidak digunakan karena dapat mensensitisasi kulit dan
menimbulkan alergi dermatitis kontak.
2. Pengobatan oral
Pengobatan dengan medikasi oral mungkin diperlukan, jika rasa gatal cukup
parah dan menyebabkan tidur terganggu:
a. Aspirin: efektif pada pruritus yang disebabkan oleh mediator kinin atau
prostaglandin, tapi dapat memperburuk rasa gatal pada beberapa pasien.
b. Doxepin atau amitriptyline: antidepresan trisiklik dengan antipruritus yang
efektif. Antidepresan tetrasiklik dapat membantu rasa gatal yang lebih parah.
c. Antihistamin: antihistamin yang tidak mengandung penenang memiliki
antipruritus. Antihistamin penenang dapat digunakan karena efek
penenangnya tersebut.
d. Thalidomide terbukti ampuh mengatasi prurigo nodular dan beberapa jenis
pruritus kronik.

Upaya lain yang berguna untuk menghindari pruritus, diantaranya mencegah


factor pengendap, seperti pakaian yang kasar, terlalu panas, dan yang
menyebabkan vasodilatasi jika dapat menimbulkan rasa gatal (mis. Kafein,
alcohol, makanan pedas). Jika kebutuhan untuk menggaruk tidak tertahankan,
maka gosok atau garuk area yang bersangkutan dengan telapak tangan.Untuk
gatal ringan dengan penyebab yang tidak membahayakan seperti kulit kering,
dapat dilakukan penanganan sendiri berupa:
a. Mengoleskan pelembab kulit berulang kali sepanjang hari dan segera setelah
mandi.
b. Tidak mandi terlalu sering dengan air berkadar kaporit tinggi.
c. Memasang alat pelembab udara, terutama di ruangan ber-AC.
d. Mengenakan pakaian yang tidak mengiritasi kulit seperti katun dan sutra,
menghindari bahan wol serta bahan sintesis yang tidak menyerap keringat.
e. Menghindari konsumsi kafein, alkohol, rempah-rempah, air panas dan
keringat berlebihan.
f. Menghindari hal-hal yang telah diketahui merupakan penyebab gatal.
g. Menjaga higiene pribadi dan lingkungan.
I. Pahtway Pruritus

Faktor Eksogen Faktor Endogen

Rangsangan ekstroparasit : Reaksi obat / penyakit


serangga,faktor lingkungan yang
membuat kulit lembab atau
kering

Menyebabkan iritasi/inflamasi
Kontak langsung
dengan kulit

Kulit terjadi ekskrerasi linier,adanya papila papila dan vesikel


Pelepasan histamin selama inflamasi

Mengenai jari jari,siku pergelangan tangan,alat kelamin,jaringan mukosa

timbul rasa gatal

Memicu syaraf
motorik untuk
menggaruk

Kerusakan kulit akibat kuku

Kerusakan Perlindungankulit terjadi ulserasi pada mukosa hidung


9
Kerusakan
jaringan kulit

kecacatan kulit

Penurunan imunitas terhadap miroorganisme Edema mukosa dan


J. Pengkajian hilangnya kerja silia

MK : Nyeri Akut MK : GG.citra


MK : Ketidakefektifan tubuh
1. MK : Resti Infeksi
jalan nafas
2.

10
ASUHAN KEPERAWATAN PRURITUS
1. Pengumpulan Data
a. Identitas
1) Identitas Klien : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, tanggal
masuk RS, dan lain-lain yang dianggap perlu
2) Identitas Penanngung Jawab : nama, umur, pendidikan, perkerjaan, hubungan
dengan klien, alamat.

b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Biasanya klien datang ke tempat pelayanan kesehatan dengan keluhan gatal
pada kulitnya, intensitas gatal lebih sering terasa pada malam hari.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Factor pencetus timbulnya pruritus dapat disebabkan oleh adanya kelainan
sistemik internal seperti diabetes melitus, kelainan darah atau kanker, penggunaan
preperat oral seperti aspirin , terapi antibiotic, hormone. Adanya alergi, baru saja
minum obat yang baru, pergantian kosmetik dapat menjadi factor pencetus adanya
pruritus. Tanda-tanda infeksi dan bukti lingkungan seperti udara yang panas,
kering, atau seprei/selimut yang menyebabkan iritasi, harus dikenal.
3) Riwayat Kesehatan dahulu
Pruritus merupakan penyakit yang hilang/ timbul, sehingga pada riwayat
penyakit dahulu sebagian besar klien pernah menderita penyakit yang sama dengan
kondisi yang dirasa sekarang.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Diduga factor genetic tidak mempengaruhi timbulnya pruritus. Kecuali dalam
keluarga ada kelainan sistemik internal yang bersifat herediter mungkin juga
mengalami pruritus.

c. Keadaan umum
1) Berat badan dan tinggi badan
Meliputi berat badan dan tinggi badan klien sebelum sakit dan sesudah sakit.
2) Tanda-tanda vital
Empat pemeriksaan
:
a) Tekanan darah
b) Pemeriksaan denyut nadi
c) Pemeriksaan respirasi
d) Pemeriksaan suhu
3) Pemeriksaan fisik
4) Pola aktivitas
5) Data penunjang
data penunjang adalah sebagai berikut
a) Data psikologi
b) Data social
c) Data spiritual
d) Data ekonomi

K. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidak efektifan jalan nafas b.d edema mukosa.
2. Nyeri akut b.d kerusakan jaringan kulit.
3. Resti infeksi b.d penurunan imunitas terhadap microorganisme.
4. Gangguan citra tubuh b.d kecacatan kulit

L. Analisis Data
Data Etiologi MK
DS : Faktor Eksogen MK : Ketidakefektifan
- Klien mengatakan nyeri pada ↓ jalan nafas
kaki kiri bila digerakkan, Rangsangan ekstroparasit :
Klien mengatakan skala nyeri serangga,faktor lingkungan yang
5 seperti ditusuk-tusuk membuat kulit lembab atau
DO : kering
- Ekspresi wajah klien ↓
meringis saat kakinya Kontak langsung dengan kulit
digerakkan atau diam ↓
- Klien post op amputasi atas Kulit terjadi ekskrerasi
indikasi osteosarkoma linier,adanya papila papila dan
proximal tibia sinistra vesikel
- TTV : ↓
1. TD : 110/70 mmHg mengenai jari jari,siku
2. N : 104 x/menit pergelangan tangan,alat
3. S : 36 O C kelamin,jaringan mukosa
4. RR : 20 x/ menit ↓
- Pengkajian nyeri : timbul rasa gatal
1. P : sakit saat digerakkan ↓
dan diam Memicu syaraf motorik untuk
2. Q : seperti ditusuk-tusuk menggaruk
3. R : kaki kiri ↓
4. S : 5 (sedang) Kerusakan kulit akibat kuku
5. T : 3-5 menit ↓
terjadi ulserasi pada mukosa
hidung

Edema mukosa dan hilangnya
kerja silia

Ketidakefektifan jalan nafas

DS : Faktor Eksogen MK : Nyeri Akut


- Klien mengatakan nyeri pada ↓
area luka amputasi Rangsangan ekstroparasit :
- Klien mengatakan panas pada serangga,faktor lingkungan yang
area luka amputasi membuat kulit lembab atau
kering
DO : ↓
- Terdapat luka post op Kontak langsung dengan kulit
- Tanda-tanda infeksi pada area ↓
luka Kulit terjadi ekskrerasi
1. Kalor : + linier,adanya papila papila dan
2. Tumor : + vesikel
- Leukosit 11.000 /ul (N ↓
: 5000-10.000/ul) mengenai jari jari,siku
- Skala nyeri : 5 pergelangan tangan,alat
- Tanda-tanda Vital : kelamin,jaringan mukosa
1. TD : 110/70 mmHg ↓
2. N : 104 x/menit timbul rasa gatal
3. S : 36,2 O C ↓
4. RR : 20 x/ menit Memicu syaraf motorik untuk
menggaruk

Kerusakan kulit akibat kuku

Kerusakan jaringan kulit

Nyeri Akut

DS : Faktor Eksogen Mk: Resti Infeksi


- klien mengatakan kalau ↓
mengalami kelaianan tulang Rangsangan ekstroparasit :
semenjak kecil yaitu rapuh serangga,faktor lingkungan yang
dan mudah patah. membuat kulit lembab atau
- Klien mengatakan kalau ia kering
merasa nyeri jika ada anggota ↓
tubuh bergerak. Kontak langsung dengan kulit

DO: Kulit terjadi ekskrerasi
- Hasil rontgen menunjukan linier,adanya papila papila dan
ada kelainan tulang dan vesikel
fraktur di berbagai anggota ↓
tubuh. mengenai jari jari,siku
- Klien tampak meringis pergelangan tangan,alat
bahkan menangis jika ada kelamin,jaringan mukosa
anggota badanya bergerak ↓
timbul rasa gatal

Memicu syaraf motorik untuk
menggaruk

Kerusakan kulit akibat kuku

Kerusakan Perlindungan kulit

Penurunan imunitas terhadap
miroorganisme

Resti Infeksi

DS : Faktor Eksogen MK : GG.citra tubuh


- klien mengatakan sangat ↓
lemas. Rangsangan ekstroparasit :
- Klien mengatakan susah serangga,faktor lingkungan yang
bergerak. membuat kulit lembab atau
- klien mengatakan terjadi kering
kekauan pada sendi ↓
Kontak langsung dengan kulit

DO : Kulit terjadi ekskrerasi
- klien nampak lemas. linier,adanya papila papila dan
- Keterbatasan mobilitas. vesikel
- Klien malu dengan ↓
keadaanya. mengenai jari jari,siku
- Klien menutupi kulitnya. pergelangan tangan,alat
kelamin,jaringan mukosa

timbul rasa gatal

Memicu syaraf motorik untuk
menggaruk

Kerusakan kulit akibat kuku

kecacatan kulit

GG.citra tubuh

M. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria
No. Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil

1. Ketidak Tujuan: 1. Auskultasi 1. Adanya bunyi


efektifan Setelah dilakukan bunyi nafas ronchi
bersihan jalan tindakan keperawatan tambahan; menandakan
nafas b.d selama 1x24 jam, ronchi, terdapat
edema diharapkan bersihan wheezing. penumpukan
mukosa. jalan nafas pasien 2. Berikan posisi sekret atau sekret
kembali efektif dengan yang nyaman berlebih di jalan
kriteria hasil : untuk nafas.
mengurangi 2. posisi
- Frekuensi
dispnea. memaksimalkan
pernapasan dalam
3. Bersihkan ekspansi paru dan
batas (16-20x/mnt)
sekret dari menurunkan
- Irama pernafasan
mulut dan upaya
normal
trakea; lakukan pernapasan.
- Klien mampu
penghisapan Ventilasi
mengeluargan
sesuai maksimal
sputum secara
keperluan. membuka area
efektif
4. Anjurkan atelektasis dan
- Tidak ada akumulasi
asupan cairan meningkatkan
sputum
adekuat. gerakan sekret ke
5. Ajarkan batuk jalan nafas besar
efektif untuk
6. Kolaborasi dikeluarkan.
pemberian 3. Mencegah
oksigen obstruksi atau
7. Kolaborasi aspirasi.
pemberian Penghisapan
broncodilator dapat diperlukan
sesuai indikasi. bia klien tak
mampu
mengeluarkan
sekret sendiri.
4. Mengoptimalkan
keseimbangan
cairan dan
membantu
mengencerkan
sekret sehingga
mudah
dikeluarkan
5. Fisioterapi dada/
back massage
dapat membantu
menjatuhkan
secret yang ada
dijalan nafas.
6. Meringankan
kerja paru untuk
memenuhi
kebutuhan
oksigen serta
memenuhi
kebutuhan
oksigen dalam
tubuh.
7. Broncodilator
meningkatkan
ukuran lumen
percabangan
trakeobronkial
sehingga
menurunkan
tahanan terhadap
aliran udara.

2. Nyeri akut b.d Tujuan : 1. Observasi TTV 1. untuk mengetahui


kerusakan Setelah dilakukan setiap 8 jam perubahan akibat
jaringan kulit. tindakan keperawatan 3 2. Evaluasi status nyeri.
x 24 jam nyeri dapat nyeri, 2. membantu dalam
berkurang atau karakteristik dan evaluasi
terkontrol. lokasi kebutuhan dan
Kriteria hasil : 3. Atur posisi kaki keefektifan
- Nyeri kiri yang sakit intervensi.
berkurang/hilang (abduksi) dengan Perubahan dapat
- Skala nyeri 0-1 bantal mengindikasikan
- Klien menunjukkan 4. Ajarkan teknik terjadinya
sikap santai dan relaksasi nafas komplikasi.
rileks dalam 3. mengurangi
- Klien dapat 5. Kolaborasi : terbentuknya
mendemonstrasikan Berikan obat edema dengan
teknik relaksasi sesuai program peningkatan aliran
nafas dalam ketorolac 3 x 30 balik vena,
- Klien dapapt mg. menurunkan
mengontrol nyeri kelelahan otot dan
- TTV dalam batas tekanan
normal: kulit/jaringan.
TD : 110/70 – 120/80 4. memfokuskan
mmHg, N : 60 – 80 kembali perhatian,
kali / menit meningkatkan
RR : 16 – 20 kali / relaksasi, dapat
menit meningkatkan
S : 36,2º C – 37ºC kemampuan
koping dan dapat
menurunkan
terjadinya nyeri
fantom tungkai.
5. menurunkan
nyeri/spasme otot.
3. Resti infeksi Setelah dilakukan 1. Jaga 1. pasien merasa
b.d penurunan tindakan keperawatan kebersihan nyaman dengan
imunitas 1x24 jam masalah lingkungan lingkungannya
terhadap infeksi dan imunitas sekitar pasien
2. pasien terjaga
microorganism teratasi. 2. Lakukan
selama prosedur
e Kriteria hasil: perawatan
dilakukan.
pasien sesuai
- Demam pasien
dengan prosedur 3. pasien
teratasi
safety yang mempunyai waktu
- Nyeri pasien
berlaku untuk istirahat.
teratasi
3. Batasi 4. terhindar dari
- Leukosit pasien
pengunjung/atau penyakit pasien.
teratasi
keluar masuk
5. agar tidak
keluarga
terjadi kesalahan
terhadap pasien
saat merawat
4. Lakukan
pasien.
cuci tangan
sebelum dan 6. penurunan
sesudah imunitas teratasi.
kontak/merawat
pasien dengan
menggunakan
antiseptic
5. Terapkan
universal
precaution
dalam perawatan
pasien
6. Kolaborasi
pemberian
antibiotik
dengan medis.
8. Gangguan citra Tujuan: 1. Kaji konsep diri 1. Dapat mengetahui
tubuh b.d Setelah dilakukan pasien. pasien .
kecacatan kulit tindakan keperawatan 2. Kembangkan 2. Menjalin saling
selama 5x24 jam pasien BHSP dengan percaya pada
bisa mengatasi citra pasien. pasien.
tubuhnya 3. Bantu pasien 3. Menjadi tempat
Kriteria Hasil : mengungkapkan bertanya pasien
masalahnya. untuk
- Pasien mau
mengungkapkan
berbicara dengan
masalah nya.
menatap mata lawan
bicaranya.
- Pasien sudah bisa
menerima
kenyataan, dan
mulai bersosialisasi
dengan
lingkungannya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pruritus (gatal – gatal) merupakan salah satu dari sejumlah keluhan yang paling sering
dijumpai pada gangguan dermatologik yang menimbulkan gangguan rasa nyaman dan
perubahan integritas kulit jika pasien meresponnya dengan garukan. Reseptor rasa gatal
tidak bermielin, mempunyai ujung saraf mirip sikat (penicillate) yang hanya ditemukan
dalam kulit, membran mukosa dan kornea

B. Saran
Sebagai tenaga profesional tindakan perawat dalam penanganan masalah keperawatan
khususnya Pruritus harus dibekali dengan pengetahuan yang luas dan tindakan yang
dilakukan harus rasional sesuai gejala penyakit.
DAFTAR PUSTAKA

Djuanda, Adhi. 2005. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Penerbit : Balai Penerbit FK UI,
Jakarta.

Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. EGC: Jakarta.

Ester L, Meyers SA. Pruritus in systemic disease : mechanism and management.


DermatolClin 2002;20:249-272

NANDA International. 2015. Diagnosis Keperawatan :DefinisidanKlasifikasi 2015-2017.


Jakarta : EGC.

Yosipovitch G, Dawn AG, Greaves MW. Pathophysiology and clinical aspects of pruritus.
Dalam: Wolff, Goldsmith L, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, penyunting.
Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. Edisi ke-7. New York:McGraw Hill;
2008.hlm.902-11

Torgerson RR, Edwards L. Genital dermatosis. Dalam: Wolff, Goldsmith L, Katz SI,
Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, penyunting. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine.
Edisi ke-7. New York:McGraw Hill; 2008.hlm.1209-26

Wilkinson Judith M, 2007. BukusakuDiagnosaKeperawatan. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai