Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

APENDIKSITIS
D
I
S
U
S
U
N
OLEH
1. NURAINI M NIM: 1612210012
2. MUJIBURRAHMAN NIM: 1612210009
3. JULIA LAMKARUNA NIM: 1612210004

Dosen Pebimbing : Ns. Mahruri Saputra,S.Kep.,M.Kep

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
GETSEMPENA LHOKSUKON
TAHUN AJARAN 2017-2018

1
KATA PENGANTAR

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan

rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan yang

berjudul “Apendiksitis”Dan juga kami berterima kasih pada Dosen yang telah

memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah

wawasan serta pengetahuan kita semua. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik,

saran yang membangun bagi penulis. Semoga laporan sederhana ini dapat dipahami

bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya loporan yang telah disusun ini dapat

berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Dan mohon maaf apabila

terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.

3
DAFTAR ISI

JUDUL LUAR ..................................................................................... i


KATA PENGANTAR ......................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................... iii

1. PENDAHULUAN ..................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................. 2
1.3 Tujuan penelitian ................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................. 3

2. TINJAUAN TEORI ................................................................. 4


2.1 Pengertian apendisitis …....................................................... 4
2.2 Jenis- jenis dekubitus ............................................................ 5
2.3 Etiologi apendisitis ............................................................... 7
2.4 Tanda dan gejala …….......................................................... 11
2.5 Prognosis ……………........................................................... 12
2.6 Patway apendisitis ................................................................ 13
2.7 komlikasi ………………………………………………...… 13
2.8 pencegahan …………………………………………….…... 14
2.9 penatalaksanaan …………..................................................... 15
2.10 pemeriksaan penunjang …………...................................... 16
2.11 patofisiologi …………........................................................ 16

3. TINJAUAN KASUS ................................................................. 18


3.1 Asuhan keperawatan ............................................................. 18

4. PENUTUP .............................................................................. 28
4.1 Kesimpulan ............................................................................ 28
4.2 Saran ..................................................................................... 28

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakangMasalah

Apendisitis merupakan penyebab paling umum sakit perut akut yang

memerlukan intervensi bedah, Penyebab apendisitis tidak jelas dan mekanisme

pathogenesis terus diperdebatkan, dikarenakan apendisitis merupakan salah satu

masalah kesehatan yang terjadi pada masyarakat secara umum, yang

tatalaksananya dengan cara apendiktomi, sehingga penggunaan antibiotik

profilaksis pada pasien bedah apendisitis memerlukan perhatian khusus,karena

masih tingginya kemungkinan timbul infeksi paska bedah,yaitu5-15%

(Departemen/SMFilmubedah,2009).

Setiap pasien apendiktomi paska bedah diberikan antibiotic sebagai Profil

aksis, penanganan yang tidak tepat dan lingkungan yangtidakbersihbagi pasien

paska bedah akan beresiko besar untuk terkena infeksi, pemberian antibiotik

profilaksis yang kurang tepat pada pasien paska bedah dapat memperlama

penyembuhan luka dan memperlama hari rawatan sehingga biaya perawatan juga

semakin besar, pemberian antibiotic profil aksis yang tepat dapat mengurangi

jumlah bakteri, mencegah infeksi serta dapat mempersingkat lamanya rawatan

sehingga dapat mengefektivitaskan biaya.

Apendisitismasihmenempatiprevalensitertinggidari akutabdomenlain

dibidang bedah yang memerlukan operasi segera baik di negara berkembang

5
maupun dinegara maju untuk mengurangi angka kematian dan angka kesakitan

salah satu upaya adalah dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan

medis yaitu dengan membuat diagnosa yang tepat (Chidmat,2005).

Apendisitis akut timbul dalam sekitar 7% individu dinegara barat, dan

merupakan sebab terlazimakut abdomen yang memerlukan intervensi bedah.

Sekitar200.000 apendiktomi dilakukan tiap tahun di Amerika Serikat. Angka

mortalitas bervariasi dari kurang dari0,1% dalam kasus tak berkomplikasi sampai

sekitar5% dalam kasus dengan perforasi(Lallyetal.,2001)

1.1 Rumusan masalah

Berdasarkan uraian ringkas diatas, rumusan masalahnya: faktor-faktor

manakah yang berhubungan dengan penyebab terjadinya apendisitis

1.3 Tujuan makalah

1. Tujuan umum

bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan

tingkat penyebab apendisitis

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui tentang pengertian apendisitis

b. Untuk mengetahui etiologi apendisitis

c. Untuk mengetahui tanda dan gejala apendisitis

d. Untuk mengetahui patway apendisitis

e. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang

6
f. Untuk mengetahui penatalaksaan apendisitis

g. Untuk mengetahui pencegahan apendisitis

h. Untuk mengetahui komplikasi apendisitis

1.4 Manfaat makalah

1 Bagi institusi pendidikan

Hasil penelitian dapat dipakai sebagai data dasar penelitian lebih lanjut

tentang penyebab apendisitis dan juga sebagai informasi dan referensi untuk

peneliti ilmiah selanjutnya.

2 Bagi program studi kesehatan masyarakat

Menambah referensi tentang faktor-faktor yang mempengaru tingkat

komplikasi pada pasien apendisitis berkaitan dengan studi epidemiologi.

7
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian

Apendisitis (umbai cacing) merupakan perluasan sekum yang rata-rata

panjangnya adalah 10 cm. Ujung apendiks dapat terletak di berbagai lokasi,

terutama dibelakang sekum. Arteri apendisialis mengalirkan darah keapendiks dan

merupakan cabang dari arteri ileokolika (Gruendemann,2006).

Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan merupakan

penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai semua

umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebihs ering menyerang laki-laki

berusia 10-30 tahun (Mansjoer,2010).

Apendisitis adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran

kanan bawah rongga abdomen dan penyebab paling umum untuk bedah abdomen

darurat (Smeltzer,2005). Apendisitis adalah peradangan apendiks yang mengenai

semua lapisan dinding organ tersebut(Price,2005).

2.2 Etiologi

Apendisitis akut dapat disebabkan oleh beberapa sebab terjadinya proses

radang bakteria yang dicetuskan oleh beberapa faktor pencetus diantaranya

hiperplasia jaringan limfe, fekalith, tumor apendiks, dan cacing askaris yang

menyumbat. Ulserasi mukosa merupakan tahap awal dari kebanyakan penyakit

8
ini.namun ada beberapa faktor yang mempermudah terjadinya radang apendiks,

diantaranya:

1. Faktor sumbatan

Faktor obstruksi merupakan faktor terpenting terjadinya apendisitis

(90%) yang diikuti oleh infeksi. Sekitar 60% obstruksi disebabkan oleh

hiperplasia jaringan limfoid sub mukosa, 35% karena stasis fekal, 4% karena

benda asing dan sebab lainnya 1% diantaranya sumbatan oleh parasit dan

cacing. Obsrtruksi yang disebabkan oleh fekalith dapat ditemui pada

bermacam-macam apendisitis akut diantaranya; fekalith ditemukan 40% pada

kasus apendisitis kasus sederhana, 65% pada kasus apendisitis akut

ganggrenosa tanpa ruptur dan 90% pada kasus apendisitis akut dengan ruptur.

2. Faktor Bakteri

Infeksi enterogen merupakan faktor patogenesis primer pada apendisitis

akut. Adanya fekolith dalam lumen apendiks yang telah terinfeksi

memperburuk dan memperberat infeksi, karena terjadi peningkatan stagnasi

feses dalam lumen apendiks, pada kultur didapatkan terbanyak ditemukan

adalah kombinasi antara Bacteriodes fragililis dan E.coli, lalu Splanchicus,

lacto-bacilus, Pseudomonas, Bacteriodes splanicus. Sedangkan kuman yang

menyebabkan perforasi adalah kuman anaerob sebesar 96% dan aerob<10%.

3. Kecenderungan familiar

Hal ini dihubungkan dengan tedapatnya malformasi yang herediter dari

organ, apendiks yang terlalu panjang, vaskularisasi yang tidak baik dan

9
letaknya yang mudah terjadi apendisitis.Hal ini juga dihubungkan dengan

kebiasaan makanan dalam keluarga terutama dengan diet rendah serat dapat

memudahkan terjadinya fekalith dan mengakibatkan obstruksi lumen.

4. Faktor ras dan diet

Faktor ras berhubungan dengan kebiasaan dan pola makanan sehari-

hari.Bangsa kulit putih yang dulunya pola makan rendah serat mempunyai

risiko lebih tinggi dari Negara yang pola makannya banyak serat.Namun saat

sekarang, kejadiannya terbalik.Bangsa kulit putih telah merubah pola makan

mereka ke pola makan tinggi serat.Justru Negara berkembang yang dulunya

memiliki tinggi serat kini beralih ke pola makan rendah serat, memiliki risiko

apendisitis yang lebih tinggi.

5. Faktor infeksi saluran pernapasan

Setelah mendapat penyakit saluran pernapasan akut terutama epidemi

influenza dan pneumonitis, jumlah kasus apendisitis ini meningkat.Namun,

hati-hati karena penyakit infeksi saluran pernapasan dapat menimbulkan seperti

gejala permulaan apendisitis.

2.3 Tandadangejala

Nyeri terasa pada abdomen kuadran bawah dan biasanya disertai oleh

demam ringan, mual, muntah dan hilangnya nafsumakan. Nyeri tekan local

padatitik Mc. Burney bila dilakukan tekanan. Nyeri tekan lepas kemungkinan akan

dijumpai.

Derajat nyeri tekan, spasmeotot, dan apakah terdapat konstipasi atau diare

tidak tergantung pada beratnya infeksi dan lokasi appendiks. Bila appendiks

10
melingkar di belakang sekum, nyeri dan nyeri tekan dapat terasa di daerah lumbal

bila ujungnya ada pada pelvis, tanda-tanda ini hanya dapat diketahui pada

pemeriksaan rektal. Nyeri pada defekasi menunjukkan bahwa ujung appendiks

dekat dengan kandung kemihatau ureter.Adanya kekakuan pada bagian bawah otot

rectum kanan dapat terjadi.

TandRovsing dapat timbul dengan melakukan palpasi kuadran bawah kiri,

yang secara para doksial menyebabkan nyeri yang terasa pada kuadran bawah

kanan. Apabila appendiks telah ruptur, nyeri dan dapat lebih menyebar ;distensi

abdomen terjadi akibat ileus paralitik dan kondis iklien memburuk.

11
2.4 Patway

12
2.5 Prognosis

Angka kematian dipengaruhi oleh usia pasien, keadekuatan persiapan

prabedah, serta stadium penyakit pada waktu intervensi bedah. Apendisitis takber

komplikasi membawa mortalitas kurang dari0,1%, gambaran yang mencerminkan

perawatan prabedah, bedahdan pasca bedah yang tersedia saat ini. Angka

kematian pada apendisitis berkomplikasi telah berkurang dramatis menjadi 2

sampai 5 persen, tetapi tetap tinggi dan tak dapat diterima (10-15%) pada anak

kecil dan orang tua. Pengurangan mortalitas lebih lanjut harus dicapai dengan

intervensi bedah lebih dini(Grace, 2006).

2.6 Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan fisik.

 Inspeksi : akan tampak adanya pembengkakan (swelling) rongga perut

dimana dinding perut tampak mengencang ( distensi ).

 Palpasi : didaerah perut kanan bawah bila ditekan akan terasa nyeri dan bila

tekanan dilepas juga akan terasa nyeri (Blumberg sign) yang mana

merupakan kunci dari diagnosis apendisitis akut.

 Dengan tidakan tungkai kanan dan paha ditekuk kuat / tungkai di angkat

tinggi-tinggi, maka rasa nyeri di perut semakin parah ( psoas sign )

 Kecurigaan adanya peradangan usus buntu semakin bertambah bila

pemeriksaan dubur dan atau vagina menimbulkan rasa nyeri juga.

 Suhu dubur (rectal) yang lebih tinggi dari dari suhu ketiak (axilla), lebih

menunjang lagi adanya radang usus buntu.

13
 Pada apendiks terletak pada retro sekal maka uji psoas akan positif dan tanda

perangsangan peritoneum tidak begitu jelas, sedangkan bila apendiks terletak

di rongga pelvis maka obturator sign akan positif dan tanda perangsangan

peritoneum akan lebih menonjol.

2. Pemeriksaan Laboratorium

Kenaikan dari sel darah putih (leukosit) hingga sekitar 10.000 –

18.000/mm3.Jika terjadi peningkatan yang lebih dari kitu, maka

kemungkinan apendiks sudah mengalami perforasi (pecah).

3. Pemeriksaan radiologi

 Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit (jarang membantu ).

 Ultrasonografi (USG). CT scan.

 Kasus kronik dapat dilakukan rontgen foto abdomen, USG abdomen dan

apendikogram.

Pemeriksaan Normal Satuan

Hemoglobin 12,0 – 14,0 (P) g/dl

13,0 -16,0 (L)

Leukosit 5,0 – 10,0 10 /uL

Eitrosit 4,0 – 5,0 (P) Juta/ uL

4,5 – 5,5 (L)

Hematokrit 40 -50 (P) %

45 – 55 (L)

14
Trombosit 150 – 400 10 / uL

2.7 Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan medis.

1. Sebelum operasi

a) Observasi

Dalam 8-12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda dan gejala appendicitis

sering kali masih belum jelas. Dalam keadaan ini observasi tidak

perludilakukan. Pasien diminta melakukan tirah baring dan dipuasakan.

Laksatif tidak boleh diberikan bila dicurigai adanya appendicitis atau

bentuk peritonitis lainnya. Pemeriksaan abdomen dan rectal serta

pemeriksaan darah ( leukosit dan hitung jenis) diulang secara periodik.

Foto abdomen tegak dilakukan untuk mencari kemungkinan adanya

penyulit lain. Pada kebanyakan kasus, diagnosis dilakukan dengan lokasi

nyeri di daerah kanan bawah dalam 12 jam setelah timbulnya keluhan.

b) Intubasibila perlu

c) Anti biotik (ampisilin, gentamisin, metronidazol, atauklindomisin)

2. Operasia apendiktomi

Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan.

Antibiotik dan cairan IV diberikan setelah diagnosa ditegakkan. Apendiktomi

15
dapat dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi.

Apendiktomi dapat dilakukan dibawah anestesi umum atau spinal dengan sisi

abdomen bawah atau dengan laparoskopi yang merupakan metodete rbaru

yang sangat efektif.

3. Pasca operasi

Perlu dilakukan observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya

perdarahan didalam, syok, hipertermia, ataug angguan pernafasan. Angkat

sonde lambing bila pasien telah sadar, sehingga aspirasi cairan lambung dapat

dicegah. Baringkan pasien dalam posisi Fowler. Pasien dapat dikatakan baik

bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan. Selama itupasien dipuasakan. Bila

tindakan operasi lebih besar, misalnya pada perforasi atau peritonitis umum,

puasa diteruskan sampai fungsi usus kembali normal. Satu hari pasca operasi

pasien dianjurkan untuk duduk tegak ditempat tidur selama 2 x 30 menit.

Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk diluar kamar. Hari ketujuh

jahitan dapat diangkat dan pasien diperbolehkan pulang.

b. Penatalaksanaan keperawatan

Berdasarkan pengamatan dampen galaman yang pernah dialami dalam hal

appendiktomi tidak ada tatalaksana keperawatan khusus yang diberikan pada

pasien apendisitis. Adapun tindakan non medis yang diberikan adalah persiapan

pasien untuk apendiktomi diantaranya perawat memastikan kepada dokter

bahwa tesdarah, cekurin, rontgen, dan puasa sudah dilaksanakan.

16
Kemudian tindakan keperawatan yang dapat diberikan post-op adalah perawatan

luka jahitan dan mobilisasi pasien secara teratur untuk mencegah dekubitus

2.8 pencegahan

Karena belum diketahui secara pasti apa yang menyababkan hal ini, sebenarnya tak

ada ketentuan khusus bagaimana pencegah kondisi ini. Namun, anda bisa

melakukan beberapa hal berikut ini untuk menghindari komplikasi setelah

melakukan operasi usus buntu yang pertama kalinya.

a) Tetap mengkonsumsi makanan yang dianjurkan dokter dan menghindari makan

yang jadi pantangan.

b) Setelah operasi usus buntu berhasil, perbabyak makan serat untuk membantu

meperlancar pencernaan.

c) Pastikan tubuh anda tidak kekurangan cairan dengan caraminum air sebanyak 8-

10 gelas perhari.

d) Rawat bekas luka dengan baik. Jika memang anda sudah diperboleh untuk

pulang satu atau dua hari setelah operasi, maka anda harus pulang dengan

keadaan `basah`. Biasanya luka operasi usus buntu membutuhkan waktu 2-3

mingggu setelah operasi. Sering- sering berkonsultasi dan memeriksa luka anda

ke dokter.

2.9 Komplikasi

Komplikasi utama apendisitis adalah perforasi apendiks, yang dapat

berkembang menjadi peritonitis atau abses, insidens perforasi adalah 10% sampai

17
32%. Insiden lebih tinggi pada anak kecil dan lansia. Perforasi secara umum terjadi

24 jam setelah awitan nyeri. Gejala mencakup demam dengan suhu 37,70C atau

lebih tinggi, penampilan toksik, dan nyeri atau nyeri tekan abdomen yang kontinyu.

Komplikasi lain yang sering ditemukan adalah infeksi, perforasi, abses intra

abdominal/pelvis, sepsis, syok, dehisensi. Perforasi yang ditemukan baik perforasi

bebas maupun perforasi pada apendiks yang telah mengalami pendindingan,

sehingga membentuk massa yang terdiri dari kumpulan apendiks, sekum dan keluk

usus. Tujuan utama dari pencegahan tersier yaitu mencegah terjadinya komplikasi

yang lebih berat seperti komplikasi intra-abdomen.Komplikasi utama adalah infeksi

luka dan abses intraperitonium.Bila diperkirakan terjadi perforasi maka abdomen

dicuci dengan garam fisiologis atau antibiotik.Pasca appendektomi diperlukan

perawatan intensif dan pemberian antibiotik dengan lama terapi disesuaikan dengan

besar infeksi intra-abdomen.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Menurut pengertian diatas dapat simpulkan bahwa apendiks adalah

termasuk ke dalam salah satu organ sistem pencernaan yang terletak tepat dibawah

dan melekat pada sekum yang berfungsi sebagai imun. Apendisistis merupakan

inflamasi akut pada apendiks yang disebabkan oleh fekalit (massa keras dari feces),

tumor atau benda asing di dalam tubuh, namun ulserasi mukosa oleh parasit E.

Histolytica juga dapat menyebabkan apendisitis. Gaya hidup individu pun

dapat menyebabkan terjadinya apendisitis, kebiasaan individu mengkonsumsi

makanan rendah serat dapat menyebabkan konstipasi yang akan menyebabkan

meningkatnya tekanan intraluminal yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional

apendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa dan terjadilah

apendisitis

B. Saran

Bagi mahasiwa keperawatan diharapkan dapat memahami konsep dasar

penyakit apendisitis yang berguna bagi profesi dan orang sekitar kita. Bagi

masyarakat diharapkan dapat memanfaatkan makalah ini untuk menambah

pengetahuan tentang penyakit apendisitis.

19
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah, volume 2. Jakarta: EGC.Craig

Sandy, Lober Williams.Appendicitis, Acute.Diakses dari www.emedicine.com, tanggal

23 November 2010.

20

Anda mungkin juga menyukai