OLEH :
KELOMPOK II
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
makalah pada Mata Kuliah KEPERAWATAN DEWASA SISTEM
ENDOKRIN,PENCERNAAN,PERKEMIHAN DAN IMUNOLOGI yang terkhusus
pada materi “ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN APENDISITIS”.
Salawat dan salam tidak lupa penulis kirimkan kepada baginda Rasulullah
Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kebodohan menuju
zaman yang serba modern ini dengan perkembangan ilmu pengetahuan seperti saat
sekarang ini. Penulis menyadari tidak ada manusia yang sempurna. Penyusunan
makalah ini masih banyak kekurangan serta masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
sebab itu, diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan. Akhir kata, penulis mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan
makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Apendisitis merupakan penyakit yang sangat sering sekali dijumpai di Rs maupun.Di
indonesia angka yang menderita apendisitis dan apendektomi sangat besar sekali
dibandingkan dengan jumlah yang menderita penyakit yang lainnya.Dari itulah penulis
ingin membahas seputar apendisitis dan asuhan keperawatan pada klien dengan pre dan
post apendektomi.
Di indonesia,apendisitis paling sering ditemukan pada usia 20 sampai 40
tahun.Penyakit ini jarang ditemukan pada usia yang sangat muda atau orang
tua,dikarenakan bentuk anatomis apendiks yang berbeda pada usia tersebut.
Apendiks disebut juga umbai cacing,istilah usus buntu yang dikenal di masyarakat
awam adalah kurang tepat karena usus buntu sebenarnya adalah sekum.Organ yang tidak
diketahui fungsinya ini sering menimbulkan masalah kesehatan.Peradangan akut
apendiks memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi yang
umumnya berbahaya (De Jong 2004).
Apendik adalah struktur kecil.berbentuk seperti tabung yang berkait menempel pada
bagian awal pada sekum.Lumenya sempit pada bagian dan melebar bagian
distal.Apendik terletak di kuadran kanan bawah abdomen.Apendik tidak diketahui
fungsinya,sehingga operasi pengangkatan apendik tidak menyebabkan gangguan fungsi
pencernaan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan apendisitis?
2. Bagaimana etiologi dan klasifikasi apendisistis?
3. Apa patofisiologi apendisitis?
4. Bagaimana manifestasi klinik apendisitis?
5. Apa pemeriksaan diagnostik apendisitis?
6. Apa penatalaksanaan medis apendisitis?
7. Apa komplikasi dari apendisitis?
8. Apa patoflowdiagram apendisitis?
9. Bagaimana pengkajian dari apendisitis?
10. Bagaimana analisa data dan diagnosa keperawatan dari apendisitis?
11. Bagaimana intervensi dari apendisitis?
12. Bagaimana discharga planning dari apendisitis?
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi dari apendisitis
2. Dapat mengetahui etiologi dan klasifikasi apendisistis
3. Dapat mengetahui patofisiologi apendisitis
4. Dapat mengetahui manifestasi klinik apendisitis
5. Dapat mengetahui pemeriksaan diagnostik apendisitis
6. Dapat mengetahui penatalaksanaan medis apendisitis
7. Dapat mengetahui komplikasi dari apendisitis
8. Dapat mengetahui patoflowdiagram apendisitis
9. Dapat mengetahui pengkajian dari apendisitis
10. Dapat mengetahui analisa data dan diagnosa keperawatan dari apendisitis
11. Dapat mengetahui intervensi dari apendisitis
12. Dapat mengetahui discharga planning dari apendisitis
BAB II
TINJAUAN TEORI
1.2 Etiologi
Appendicitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor-
faktor prediposisi yang menyertai. Factor tersering yang muncul adalah obtruksi
lumen
1. Pada umumnya obstruksi ini terjadi karena
a. Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak
b. Adanya faekolit dalam lumen appendiks.
c. Adanya benda asing seperti biji-bijian. Seperti biji Lombok, biji jeruk dll.
d. Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya
2. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan streptococcus
3. Laki-laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15-30 tahun
(remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limpoid pada
masa tersebut.
4. Tergantung pada bentuk appendiks
5. Appendik yang terlalu panjang
6. Messo appendiks yang pendek
7. Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks
8. Kelainan katup di pangkal appendiks.
1.3 Klasifikasi
Klasifikasi Apendisitis ada 2:
a. Apendisitis akut, dibagi atas: Apendisitis akut fokalis atau segmentalis, yaitu
setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Appendisitis purulenta difusi, yaitu
sudah bertumpuk nanah.
b. Apendisitis kronis, dibagi atas: Apendisitis kronis fokalis atau parsial, setelah
sembuh akan timbul striktur lokal. Apendisitis kronis obliteritiva yain appendiks
miring, biasanya ditemukan pada usia tua.
1.4 Patofisiologi
Appendisitis kemungkinan dimulai oleh obstruksi dari lumen yang disebabkan
oleh feses yang terlibat atau fekalit. Penjelasan ini sesuai dengan pengamatan
epidemiologi bahwa appendisitis berhubungan dengan asupan serat dalam makanan
yang rendah (Burkitt, 2017).
Pada stadium awal dari appendisitis, terlebih dahulu terjadi inflamasi mukosa.
Inflamasi ini kemudian berlanjut ke submukosa dan melibatkan lapisan muskular dan
serosa (peritoneal). Cairan eksudat fibrinopurulenta terbentuk pada permukaan serosa
dan berlanjut ke beberapa permukaan peritoneal yang bersebelahan, seperti usus atau
dinding abdomen, menyebabkan peritonitis lokal (Burkitt, 2017).
Dalam stadium ini mukosa glandular yang nekrosis terkelupas ke dalam
lumen, yang menjadi distensi dengan pus. Akhirnya, arteri yang menyuplai apendiks
menjadi bertrombosit dan apendiks yang kurang suplai darah menjadi nekrosis atau
gangren. Perforasi akan segera terjadi dan menyebar ke rongga peritoneal. Jika
perforasi yang terjadi dibungkus oleh omentum, abses lokal akan terjadi (Burkitt,
2017).
Apendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau
tersumbat kemungkinan oleh fekolit (massa keras dari faeces) atau benda asing.
Proses inflamasi meningkatkan tekanan intraluminal menimbulkan nyeri abdomen
atas atau menyebar hebat secara progresif, dalam beberapa jam terlokalisasi dalam
kuadran kanan bawah dari abdomen. Akhunya apendiks yang terinflamasi berisi pus.
d. CT Scan Abdomen
CT Scan tidak rutin dilakukan karena paparan radiasi yang lebih tinggi
dan meningkatkan beban biaya pada pasien. CT Scan abdomen memiliki
akurasi di atas 95% untuk mendiagnosis appendicitis. Kriteria appendicitis
pada CT Scan adalah apendiks yang memiliki ukuran diameter lebih dari 6
mm, penebalan dinding apendiks lebih dari 2 mm, dan adanya
appendikolith yang dapat ditemukan pada 25% pasien.
e. MRI Abdomen
MRI abdomen sangat jarang diperlukan untuk mendiagnosis
appendicitis. Pemeriksaan ini dapat dipertimbangkan jika nyeri perut yang
mengarah ke appendicitis dialami oleh wanita hamil.
1.8 Komplikasi
Komplikasi terjadi akibat keterlambatan penanganan appendisitis.Adapun jenis
komplikasi menurut (Sulekale, 2016) adalah :
a. Abses
Abses merupakan peradangan apendiks yang berisi pus. Teraba massa lunak di
kuadran kanan bawah atau daerah pelvis. Massa ini mulamula berupa flegmon
dan berkembang menjadi rongga yang mengandung pus. Hal ini terjadi apabila
appendisitis gangren atau mikroperforasi ditutupi oleh omentum. Operasi
appendektomi untuk kondisi abses apendiks dapat dilakukan secara dini
(appendektomi dini) maupun tertunda (appendektomi interval). Appendektomi
dini merupakan appendektomi yang dilakukan segera atau beberapa hari setelah
kedatangan klien di rumah sakit. Sedangkan appendektomi interval merupakan
appendektomi yang dilakukan setelah terapi konservatif awal, berupa pemberian
antibiotika intravena selama beberapa minggu.
b. Perforasi
Perforasi adalah pecahnya apendiks yang berisi pus sehingga bakteri
menyebar ke rongga perut. Perforasi jarang terjadi dalam 12 jam pertama sejak
awal sakit, tetapi meningkat tajam sesudah 24 jam.Perforasi dapat diketahui
praoperatif pada 70% kasus dengan gambaran klinis yang timbul lebih dari 36
jam sejak sakit, panas lebih dari 38,5° C, tampak toksik, nyeri tekan seluruh
perut, dan leukositosis terutama Polymorphonuclear (PMN). Perforasi baik
berupa perforasi bebas maupun mikroperforasi dapat menyebabkan terjadinya
peritonitis. Perforasi memerlukan pertolongan medis segera untuk membatasi
pergerakan lebih lanjut atau kebocoran dari isi lambung ke rongga perut.
Mengatasi peritonitis dapat dilakukan oprasi untuk memperbaiki perforasi,
mengatasi sumber infeksi, atau dalam beberapa kasus mengangkat bagian dari
organ yang terpengaruh .
c. Peritonitis
Peritonitis adalah peradangan pada peritoneum. Bila infeksi tersebar luas pada
permukaan peritoneum dapat menyebabkan timbulnya peritonitis umum.
Aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik, usus meregang, dan
hilangnya cairan elektrolit mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi,
dan oliguria. Peritonitis disertai rasa sakit perut yang semakin hebat, muntah,
nyeri abdomen, demam, dan leukositosis. Penderita peritonitis akan disarankan
untuk menjalani rawat inap di rumah sakit.
Beberapa penanganan bagi penderita peritonitis adalah :
1) Pemberian obat-obatan. Penderita akan diberikan antibiotik suntik atau obat
antijamur bila dicurigai penyebabnya adalah infeksi jamur, untuk mengobati serta
mencegah infeksi menyebar ke seluruh tubuh. Jangka waktu pengobatan akan
disesuaikan dengan tingkat keparahan yang dialami klien.
2) Pembedahan. Tindakan pembedahan dilakukan untuk membuang jaringan
yang terinfeksi atau menutup robekan yang terjadi pada organ dalam
Terapeutik :
1.4 Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
1.5 Fasilitasi istirahat
dan tidur.
1.6 Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri.
Edukasi :
1.7 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
1.8 Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri .
Kolaborasi :
1.9 Kolaborasi
pemberian analgetik jika
perlu
2. Hipertermia berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipertermia
dengan proses penyakit keperawatan diharapkan (I.15506).
(Infeksi pada appendicitis). termoregulasi (L.14134) Observasi :
(D.0130) membaik dengan 2.1 Identifikasi
Kriteria Hasil : penyebab hipertermia.
1. Menggigil menurun. 2.2 Monitor suhu tubuh.
2. Takikardi menurun. 2.3 Monitor haluaran
3. Suhu tubuh membaik. urine.
4. Suhu kulit membaik.
Terapeutik :
2.4 Sediakan lingkungan
yang dingin.
2.5 Longgarkan atau
lepaskan pakaian.
2.6 Berikan cairan oral
Edukasi :
2.7 Anjurkan tirah
baring
Kolaborasi :
2.8 Kolaborasi
pemberian cairan dan
elektrolit intravena, jika
perlu
3. Risiko Hipovolemia Setelah dilakukan tindakan Manajemen
berhubungan dengan keperawatan Status cairan hypovolemia (I.03116).
kehilangan cairan secara (L.0328) membaik dengan
aktif (muntah). (D.0034) Observasi :
Kriteria Hasil : 3.1 Periksa tanda dan
1. Kekuatan nadi gejala hipovolemia.
meningkat. 3.2 Monitor intake dan
2. Membrane mukosa output cairan.
lembap.
3. Frekuensi nadi Terapeutik :
membaik. 3.3 Berikan asupan
4. Tekanan darah cairan oral
membaik.
5. Turgor kulit Edukasi :
membaik 3.4 Anjurkan
memperbanyak asupan
cairan oral.
3.5 Anjurkan
menghindari perubahan
posisi mendadak.
Kolaborasi :
3.6 Kolaborasi peberian
cairan IV.
4. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan Reduksi ansietas
dengan kurang terpapar keperawatan tingkat ansietas (I.09314).
informasi (D.0080) (L.01006) menurun dengan
Observasi :
Kriteria Hasil : 4.1 Identivikasi saat
1. Verbalisasi kebingungan tingkat ansietas berubah.
menurun. 4.2 Monitor tanda tanda
2. Verbalisasi khawatir ansietas verbal non
akibat menurun. verbal.
3. Prilaku gelisah menurun. 4.3 Temani klien untuk
4. Prilaku tegang menurun. mengurangi kecemasan
jika perlu.
4.4 Dengarkan dengan
penuh perhatian.
4.5 Gunakan pendekatan
yang tenang dan
meyakinkan.
4.6 Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi yang
mungkin dialami.
4.7 Anjurkan keluarga
untuk tetap bersama
klien, jika perlu.
4.8 Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan persepsi.
4.9 Latih teknik
relaksasi.
4.10 Kolaborasi
pemberian obat
antiansietas jika perlu.
Penyedia Anda akan memberi Anda daftar obat-obatan Anda ketika Anda
meninggalkan rumah sakit.
Ketahui obat-obatan Anda. Ketahui seperti apa bentuknya, berapa banyak yang harus
Anda minum setiap kali, seberapa sering Anda harus meminumnya, dan mengapa Anda
meminumnya masing-masing.
Minumlah obat-obatan Anda persis seperti yang diperintahkan oleh penyedia Anda.
Bawalah daftar obat-obatan Anda di dompet atau tas Anda. Sertakan obat dan suplemen
tanpa resep apa pun dalam daftar.
Bicaralah dengan penyedia Anda sebelum Anda menggunakan obat-obatan lain, termasuk
obat-obatan tanpa resep.
A. Kesimpulan
Apendisitis merupakan inflamasi apendiks vermiformis, karenastruktur yang
terpuntir, apendiks merupakan tempat ideal bagi bakteri untuk berkumpul dan
multiplikasi. Penyebab dari apendisitis adalah adanyaobstruksi pada lumen apendikial
oleh apendikolit, hiperplasia folikellimfoid submukosa, fekalit, atau parasit. Gejala
apendisitis adalah nyeriviseral di daerah epigastrium di sekitar umbilikus dengan
keluhan mual danmuntah. Dalam beberapa jam nyeri akan berpindah ke kanan bawah.
Nyerikemudian dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya sehingga disebutnyeri
somatik. Komplikasi apendisitis adalah perforasi, peritonitis, absesapendiks.
B. Saran
Dengan dibuatnya makalah ini, kami berharap makalah ini dapat bermanfaat
bagi mahasiswa dan dapat menambah pengetahuan tentang Apendisitis. Semoga kita
juga dapat mencegah terjadinya apendisitis,dengan cara diet tinggi serat.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/7622698/Askep_APP
https://hhma.org/healthadvisor/ac-appendicitis-dc/
http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1053/1/KTI%20ERWIN%20HIDAYAT.pdf
http://ecampus.poltekkes-medan.ac.id/jspui/bitstream/123456789/2941/1/Belzasar
%20Sitompul.pdf
http://ecampus.poltekkes-medan.ac.id/jspui/bitstream/123456789/2941/1/Belzasar
%20Sitompul.pdf
Brodsky, J. (2013). Appendicitis. Retrieved 10/29/14 from
http://digestive.niddk.nih.gov/ddiseases/pubs/appendicitis/.