Anda di halaman 1dari 21

REFERAT

APPENDISITIS AKUT

PEMBIMBING :
dr. I Gusti Nari Laksmi Dewi, Sp.B

DISUSUN OLEH:
Astri Andrini Paramitha
1261050233

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


PERIODE 8 MEI 2017 - 22 JULI 2017
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2017

1
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Referat yang berjudul “Appendisitis
Akut”. Penulisan referat ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
kelulusan Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah .
Penulis menyadari bahwa referat ini dapat terselesaikan dengan adanya bantuan
moril dari berbagai pihak, sehingga dengan hormat penulis menyampaikan terima
kasihsebesar-besarnya kepada dr. I Gusti Nari Laksmi Dewi, Sp.B selaku dokter
pembimbing.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan referat ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, segala kritik komentar yang bersifat membangun diharapkan dapat
dijadikan perbaikan di masa datang. Penulis berharap semoga referat ini memberikan
manfaat bagi semua pihak.

3 Juli 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 2
A. ANATOMI ............................................................................... 2
B. FISIOLOGI .............................................................................. 2
C. ETIOLOGI ............................................................................... 4
D. PATOGENESIS DAN MANIFESTASI KLINIS .................... 4
E. DIAGNOSIS ............................................................................ 6
F. DIAGNOSIS BANDING ......................................................... 12
G. TATALAKSANA .................................................................... 13
H. KOMPLIKASI ......................................................................... 15
BAB III KESIMPULAN ............................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Apendiks disebut juga umbai cacing adalah sebuah organ berbentuk tabung, dengan
panjang kira-kira 10 cm (3-10 cm) dan berpangkan di sekum. Lumennya sempit di bagian
proksimal dan melebar di bagian distal.1

Appendisitis adalah peradangan pada appendicitis vermiformis dan merupakan


penyebab akut abdomen paling sering.2 sedangkan batasan appendicitis akut adalah
appendicitis yang terjadi dengan onset akut yang memerlukan intervensi bedah ditandai
dengan nyeri abdomen kuadran kanan bawah dengan nyeri tekan lokal dan nyeri alih,
spasme otot yang ada di atasnya, dan demam dan disertai dengan leukositosis.3

Apendisitis akut membutuhkan tindakan operasi secara emergensi. Menurut


penelitian yang dilakukan pada tahun 1997-2013 di Bergamo terdapat 16544 kasus
apendisitis akut dengan rata rata kasus 89/100000 setiap tahunnya. Appendisitis akut dapat
mengenai di berbagai usia. 4

Berdasarkan pendahuluan diatas penulis tertarik untuk membuat referat tentang


Apendisitis Akut.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI
Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, dengan panjang kira-kira 10 cm
(6-10cm), dan diameter luar 3-8 mm dan diameter lumen berkisar antara 1-3 mm.1,5
Dasar melekat pada caecum dan ujung lainnya bebas. Diliputi oleh peritoneum.
Mempunyai mesenterium sendiri yang disebut mesoappendix yang berisi vena, arteri
appendicularis dan saraf-saraf.1,5 Apendiks vermiformis diperdarahi oleh cabang
appendicular dari arteri ileocolica. Arteri ini berasal dari posterior dan memasuki ileum
terminal dan memasuki meso apendiks. 5
Secara histologis apendiks vermiformis terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan
serosa, yang merupakan ekstensi dari peritoneum, lapisan muscularis, dan lapisan
submukosa dan mukosa. Organ limfoid berasal dari lapisan submucosa dan dapat
sampai ke lapisan muscularis.5

Lokasi di region iliaca dextra dan pangkal diproyeksikan ke dinding anterior


pada titik sepertiga bawah garis yang menghubungkan spina iliaca anterior superior
dan umbilicus yang disebut titik McBurney. Posisi ujung apendiks vermiformis yang
umum.1
1. tergantung ke bawah ke dalam pelvis berhadapan dengan dinding pelvis
dekstra.(tersering)
2. melengkung di belakang caecum. (tersering)
3. menonjol ke atas sepanjang pinggir lateral caecum.
4. di depan atau dibelakang pars terminalis ileum.

2
Gambar 2.1 Variasi letak Apendiks Vermiformis1
B. FISIOLOGI
Apendiks menghasilkan lendir 1-2ml per hari. Lendir itu normalnya dicurahkan ke

dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke caecum. Hambatan aliran lendir di muara

apendiks tampaknya berperan pada patogenesis appendisitis.1

Immunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT (gut associated lymphoid

tissue) yang terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk apendiks, ialah IgA.

Immunoglobulin itu sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi. Namun

demikian, pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi sistem imun tubuh karena

jumlah jaringan limfe disini kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlahnya di saluran

cerna dan di seluruh tubuh.1

3
C. ETIOLOGI

Appendisitis disebabkan karena adanya obstruksi pada lumen appendix sehingga

terjadi kongesti vaskuler, iskemik nekrosis dan akibatnya terjadi infeksi. Appendicitis

umumnya terjadi karena infeksi bakteri. Penyebab obstruksi yang paling sering adalah

fecalith. Fecalith ditemukan pada sekitar 20% anak dengan appendicitis. Penyebab lain

dari obstruksi appendiks meliputi:

1. Hiperplasia folikel limfoid

2. Carcinoid atau tumor lainnya

3. Kadang parasit

Penyebab lain yang diduga menimbulkan Appendicitis adalah ulserasi mukosa

appendix oleh parasit E. histolytica. Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, dan

lain-lain. 1,5,6

D. PATOGENESIS DAN MANIFESTASI KLINIS

Appendisitis terjadi dari proses inflamasi ringan di mukosa dan kemudian

melibatkan seluruh lapisan dinding apendiks dalam waktu 24-48 jam pertama. Upaya

pertahanan tubuh berusaha membatasi proses radang ini dengan menutup apendiks

dengan omentum, usus halus, atau adneksa sehingga terbentuk massa periapendikuler

atau yang dikenal dengan istilah infiltrat apendiks.1

Appendisitis dapat terjadi karena berbagai macam penyebab, akan tetapi paling

sering disebabkan obstruksi oleh fecalith dan kemudian diikuti oleh proses peradangan.

Obstruksi proksimal pada lumen apendiks dapat menyebabkan obstruksi closed-loop ,

dalam hal ini apendiks tetap mensekresikan mukus yang dapat mengakibatkan distensi

4
apendiks. Distensi dari apendiks dapat menstimulasi nervus pada bagian viseral

sehingga menyebabkan nyeri pada bagian epigastrium. Distensi juga dapat

mengakibatkan bertambahnya peristaltik yang dapat menyebabkan perut terasa nyeri,

mual dan muntah. Hal ini lama kelamaan dapat menyebabkan peningkatan tekanan di

dalam apendiks, tekanan vena meningkat dan menyebabkan oklusi kapiler dan vena,

tetapi sirkulasi di arteriol tetap berlangsung, sehingga menyebabkan engorgasi dan

vaskular kongesti.5,6 Distensi appendiks menyebabkan perangsangan serabut saraf

visceral dan dipersepsikan sebagai nyeri di daerah periumbilical. Nyeri awal ini bersifat

nyeri dalam, tumpul, berlokasi di dermatom Th 10. Adanya distensi yang semakin

bertambah menyebabkan mual dan muntah, dalam beberapa jam setelah nyeri. Jika

mual muntah timbul lebih dulu sebelum nyeri, dapat dipikirkan diagnosis lain.5,6

Awalnya, pasien akan merasa gejala gastrointestinal ringan seperti berkurangnya

nafsu makan, perubahan kebiasaan BAB yang minimal, Anoreksia berperan penting

pada diagnosis appendicitis, khususnya pada anak-anak. Selain itu pasien juga dapat

terjadi peningkatan suhu tubuh, malaise.2

Appendiks yang obstruksi merupakan tempat yang baik bagi bakteri untuk

berkembang biak. Seiring dengan peningkatan tekanan intraluminal, terjadi gangguan

aliran limfe, terjadi edem yang lebih hebat. Akhirnya peningkatan tekanan

menyebabkan obstruksi vena, yang mengarah pada iskemik jaringan, infark, dan

gangrene. Setelah itu, terjadi invasi bakteri ke dinding appendiks; diikuti demam,

takikardi, dan leukositosis akibat konsekuensi pelepasan mediator inflamasi dari

jaringan yang iskemik. Saat eksudat inflamasi dari dinding appendiks berhubungan

5
dengan peritoneum parietal, serabut saraf somatik akan teraktivasi dan nyeri akan

dirasakan lokal pada lokasi appendiks, khususnya di titik Mc Burney’s. Nyeri jarang

timbul hanya pada kuadran kanan bawah tanpa didahului nyeri visceral sebelumnya.

Pada appendiks retrocaecal atau pelvic, nyeri somatik biasanya tertunda karena eksudat

inflamasi tidak mengenai peritoneum parietal sampai saat terjadinya ruptur dan

penyebaran infeksi. Nyeri pada appendiks retrocaecal dapat muncul di punggung atau

pinggang.5,6

E. DIAGNOSIS

1. ANAMNESIS

Pada anamnesis apendisitis akut pasien akan mengeluh nyeri pada perut kanan

bawah yang dirasakan terus menerus tidak hilang dengan perubahan posisi, yang

diawali oleh nyeri perut epigastrium, pasien juga dapat mengeluh gejala-gejala

gastro intestinal seperti mual, anoreksia, muntah. Selain itu pasien juga mengeluh

demam yang disebabkan oleh proses peradangan. 1,2,5,6

Skor Alvarado
Semua penderita dengan suspek Appendicitis acuta dibuat skor Alvarado

dan diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu: skor <6 dan skor >6. Selanjutnya

dilakukan Appendectomy, setelah operasi dilakukan pemeriksaan PA terhadap

jaringan Appendix dan hasilnya diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu:

radang akut dan bukan radang akut.

6
Tabel Alvarado scale untuk membantu menegakkan diagnosis
Manifestasi Skor
Gejala Adanya migrasi nyeri 1
Anoreksia 1
Mual/muntah 1
Tanda Nyeriperut kanan bawah 2
Nyeri lepas 1
Peningkatan suhu 1
Laboratorium Leukositosis 2
Shift to the left 1
Total poin 10
Keterangan:
0-4 : kemungkinan Appendicitis kecil
5-6 : bukan diagnosis Appendicitis
7-8 : kemungkinan besar Appendicitis
9-10 : hampir pasti menderita Appendicitis
Bila skor 5-6 dianjurkan untuk diobservasi di rumah sakit, bila skor >6 maka tindakan
bedah sebaiknya dilakukan.
2. PEMERIKSAAN FISIK

Pasien dengan apendisitis akut pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan

peningkatan suhu tubuh lebih dari 1oC, dan peningkatan frekuensi nadi yang dapat

ditemukan atau tidak ditemukan. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan

beberapa tanda-tanda khas yang dapat ditemukan pada apendisitis akut, yaitu

adalah: 1,2,5,6

7
a. Nyeri Tekan (Tenderness): Hal ini merupakan tanda yang paling

sering ditemukan pada pasien apendisitis akut. Nyeri tekan berada

pada titik Mc. Burney. (1/3 distal antara umbilicus dan spina iliaka

anterior superior kanan.)

b. Nyeri Lepas (Rebound Tenderness): hal ini disebabkan oleh

terjadinya iritasi atau peradangan pada peritonitis di sekitar

apendiks.

c. Tanda Rovsing: Nyeri perut kuadran kanan bawah saat palpasi

kuadran kiri bawah, hal ini terjadi karena terjadi iritasi pada

peritoneum. Tetapi tanda ini tidak spesifik terjadi.

d. Tanda Blumberg: Nyeri perut kanan bawah saat palpasi kuadran kiri

bawah di lepas.

e. Psoas sign: dilakukan dengan posisi pasien berbaring pada sisi

sebelah kiri sendi pangkal kanan diekstensikan. Nyeri pada cara ini

menggambarkan iritasi pada otot psoas kanan dan indikasi iritasi

retrocaecal dan retroperitoneal dari phlegmon atau abscess.

Gambar 3 . Cara melakukan Psoas sign

8
Dasar anatomis terjadinya psoas sign adalah appendiks yang

terinflamasi yang terletak retroperitoneal akan kontak dengan otot

psoas pada saat dilakukan manuver ini.

f. Obturator sign: dilakukan dengan posisi pasien terlentang,

kemudian gerakan endorotasi tungkai kanan dari lateral ke medial.

Nyeri pada cara ini menunjukkan peradangan pada M. obturatorius

di rongga pelvis. Perlu diketahui bahwa masing-masing tanda ini

untuk menegakkan lokasi Appendiks yang telah mengalami radang

atau perforasi.

Gambar 5. Cara melakukan Obturator sign

Dasar anatomis terjadinya psoas sign adalah appendiks yang

terinflamasi yang terletak retroperitoneal akan kontak dengan otot

obturator internus pada saat dilakukan manuver ini.

g. Tanda Dunphy: peningkatan nyeri yang dirasakan saat pasien batuk.

h. Colok Dubur (Rectal Toucher): Pada Rectal Toucher ditemukan

nyeri pada jam 11. 1,2,5,6

9
3. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Laboratorium: Pada apendisitis akut dapat ditemukan leukositosis

dengan kisaran (11.000-18.000/uL), dan dapat disetai dengan

peningkatan neutrophil. Selain itu urinalisis juga dapat dilakukan,

untuk mengetahui ada tidaknya infeksi pada saluran kemih. Pada

pasien wanita produktif pemeriksaan tes kehamilan juga harus

dilakukan untuk menyingkirkan diagnosis banding kehamilan

ektopik terganggu.2,6

b. Ultrasonografi: Pemeriksaan ultrasonografi pada pasien apendisitis

bukan menjadi gold standar, tetapi dapat menjadi suatu pilihan

pemeriksaan. Pada USG yang dapat ditemukan adalah

i. Aperistaltik, nonkompresibel dan apendiks yang berdilatasi

(>6mm diameter)

ii. Apendikolith

iii. Distensi Dinding apendiks

iv. Gambaran echogenic pericaecal

v. Hiperekoik apendiks.

vi. Cairan periapendicecal7

10
Gambar 6: Ultrasonografi Apendiks7

c. Apendikogram: Menrupakan salah satu pemeriksaan yang dapat

dilakukan pada apendisitis akut, pemeriksaan ini dilakukan dengan

kontras barium sulfat, pada apendisitis kontras barium tidak dapat

mengisi apendiks sehingga tampak gambaran radio lusen pada

daerah apendiks.

d. Kolonoskopi: pemeriksaan ini dapat menjadi salah satu pilihan untuk

mendiagnosis apendisitis apabila manifestasi klinis tidak khas pada

apendisitis akut, dan pemeriksaan penunjang yang lain juga tidak

menggambarkan gambaran apendisitispemeriksaan ini dapat menjadi

salah satu pilihan untuk mendiagnosis apendisitis apabila manifestasi

11
klinis tidak khas pada apendisitis akut, dan pemeriksaan penunjang yang

lain juga tidak menggambarkan gambaran Apendisitis8

Gambar 7: Kolonoskopi8

e. CT-Scan: Merupakan pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan

pada apendisitis, selain dapat mendeteksi apendisitis ct-scan

abdomen juga dapat memperlihatkan gambaran kelainan lain yang

terjadi pada abdomen.

F. DIAGNOSIS BANDING

1. Gastroenteritis, pada gastroenteritis mual, muntah dan diare mendahului rasa

nyeri. Nyeri perut sifatnya lebih ringan dan tidak berbatas tegas. Sering

dijumpai hiperperistaltis. Panas dan leukositosis kurang menonjol

dibandingkan dengan apendisitis akut.1

12
2. Demam Dengue, pada demam dengue gejala awal mirip dengan apendisitis

akut, hanya saja nyeri perut tidak sehebat pada apendisitis akut. Pada

pemeriksaan fisik juga ditemukan rumple leede positif, trombositopenia, dan

peningkatan hematocrit.

3. Kehamilan Ektopik Terganggu, pada wanita usia produktif KET perlu dicurigai

pada pasien dengan keluhan nyeri perut kanan bawah, pada anamnesis dapat

ditemukan riwayat haid terakhir. Pada KET atau rupture tuba dapat terjadi nyeri

difus di daerah pelvis dan mungkin terjadi syok hipovolemik.1

G. TATALAKSANA
Bila diagnosis klinis sudah jelas, tindakan yang paling tepat adalah dilakukan
apendektomi.1

Teknik operasi Appendectomy

A. Open Appendectomy

2. Dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik.

3. Dibuat sayatan kulit:

Horizontal Oblique

13
4. Dibuat sayatan otot, ada dua cara:

a. Pararectal/ Paramedian

Sayatan pada vaginae tendinae M. rectus abdominis lalu otot disisihkan ke

medial. Fascia diklem sampai saat penutupan vagina M. rectus abdominis karena

fascia ada 2 supaya jangan tertinggal pada waktu penjahitan.5,6

sayatan M.rectus abd.


M.rectus abd. ditarik ke
medial
2 lapis

b. Mc Burney/ Wechselschnitt/ muscle splitting

Sayatan berubah-ubah sesuai serabut otot.

14
Gambar 7. Lokasi insisi yang sering digunakan pada Appendectomy

B. Laparoscopic Appendectomy

Pertama kali dilakukan pada tahun 1983. Laparoscopic dapat dipakai sarana

diagnosis dan terapeutik untuk pasien dengan nyeri akut abdomen dan suspek Appendicitis

acuta. Laparoscopic kemungkinan sangat berguna untuk pemeriksaan wanita dengan

keluhan abdomen bagian bawah. Membedakan penyakit akut ginekologi dari Appendisitis

akut sangat mudah dengan menggunakan laparoskop. 5,6

H. KOMPLIKASI
1. Masa Periapendikular, Masa apendiks terjadi bila apendisitis gangrenosa atau

mikroperforasi ditutupi atau dibungkus oleh omentum dana tau lekuk usus halus.

Pada masa periapendikuler dengan pembentukan dinding yang belum sempurna,

dapat terjadi penyebaran pus ke seluruh rongga peritoneum jika perforasi diikuti

15
oleh peritonitis purulenta generalisata. Oleh karena itu, masa periapendikular yang

masih bebas sebaiknya segera dioperasi.1

2. Apendisitis Perforata, adanya fekalit dalam lumen usus dan keterlambatan

diagnosis, merupakan factor yang berperan dalam terjadinya perforasi apendiks.

Faktor yang mempengaruhi tingginya insidens perforasi pada orang tua adalah

gejalanya yang samar, keterlambatan berobat, adanya perubahan anatomi berupa

penyempitan lumen, dan arteriosclerosis. Perforasi apendiks akan mengakibatkan

peritonitis purulenta yang ditandai dengan demam tinggi, nyeri semakin hebat di

seluruh perut, disertai dengan pungtum maksimum di daerah iliaka kanan,

peristaltis usus dapat menurun hingga menghilang akibat adanya ileus paralitik.

Abses rongga peritoneum dapat terjadi bila pus yang menyebar terlokaliisasi di

suatu tempat, palong sering di region pelvis dan subdiagfragma. Adanya masa

intraabdomen yang nyeri disertai demam harus dicurigai sebagai abses.

Ultrasonografi dapat membantu mendeteksi adanya kantung nanah. Abses

subdiagfragma harus dibedakan dengan abses hati, pneumonia basal, atau efusi

pleura.1

16
BAB III
KESIMPULAN

Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, dengan panjang kira-kira 10 cm (6-


10cm), dan diameter luar 3-8 mm dan diameter lumen berkisar antara 1-3 mm. Dasar
melekat pada caecum dan ujung lainnya bebas. Secara histologis apendiks vermiformis
terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan serosa, yang merupakan ekstensi dari peritoneum,
lapisan muscularis, dan lapisan submukosa dan mukosa.
Apendiks menghasilkan lendir 1-2ml per hari. Lendir itu normalnya dicurahkan ke
dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke caecum. Hambatan aliran lendir di muara
apendiks tampaknya berperan pada patogenesis appendisitis.
Appendisitis disebabkan karena adanya obstruksi pada lumen appendiks sehingga
terjadi kongesti vaskuler, iskemik nekrosis dan akibatnya terjadi infeksi. Appendicitis
umumnya terjadi karena infeksi bakteri. Penyebab obstruksi yang paling sering adalah
fecalith.
Terdpat 2 teknik operasi pada appendicitis yaitu: Laparoscopic Appendectomy dan
Open Appendectomy. Pada umumnya dengan tindakan operasi yang segera appendicitis
mempunyai pronosis yang baik

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Jong Wim de. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Penerbit EGC. 2004: 755-762

2. Anindhita, A., Arifputra, A., Tanto, C., Apendisitis: eds. 2014. Kapita Selekta Kedokteran.

Edisi 4 Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius, 213.

3. Dorland W.A. Newman. 2000. Dorland’s Illustrated Medical Dictionary. 29th ed.

Terjemahan : Huriawati Hartanto. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

p.142.

4. Ceresoli, M. Zucchi, A. Allievi, N. Harbi, A. Acute Appendicitis: Epidemiology,

treatment and outcomes of 16544 consecutive cases. World J Gastrointest

Surg.2016;8(10):693-699.

5. Brunicardi, FC. et al, 2015. Schwartz’s Principles of Surgery, 10th ed, Mc Graw Hill

education, New York, United Stated, 1241-59

6. Brunicardi, FC. et al, 2006. Schwartz’s Manual of Surgery, 10th ed, Mc Graw Hill

education, New York, United Stated, 784-799

7. https://radiopaedia.org/articles/appendicitis diunduh 1 Juli 2017

8. Chang, HS. Yang, SK. Myung, SJ. Jung, HY. Et al: The role of colonoscopy in

the diagnosis of appendicitis in patients with atypical presentations. Gasrointest

Endosc.2002;56:343-348.

18

Anda mungkin juga menyukai