APPENDISITIS AKUT
PEMBIMBING :
dr. I Gusti Nari Laksmi Dewi, Sp.B
DISUSUN OLEH:
Astri Andrini Paramitha
1261050233
1
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Referat yang berjudul “Appendisitis
Akut”. Penulisan referat ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
kelulusan Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah .
Penulis menyadari bahwa referat ini dapat terselesaikan dengan adanya bantuan
moril dari berbagai pihak, sehingga dengan hormat penulis menyampaikan terima
kasihsebesar-besarnya kepada dr. I Gusti Nari Laksmi Dewi, Sp.B selaku dokter
pembimbing.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan referat ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, segala kritik komentar yang bersifat membangun diharapkan dapat
dijadikan perbaikan di masa datang. Penulis berharap semoga referat ini memberikan
manfaat bagi semua pihak.
3 Juli 2017
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Apendiks disebut juga umbai cacing adalah sebuah organ berbentuk tabung, dengan
panjang kira-kira 10 cm (3-10 cm) dan berpangkan di sekum. Lumennya sempit di bagian
proksimal dan melebar di bagian distal.1
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI
Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, dengan panjang kira-kira 10 cm
(6-10cm), dan diameter luar 3-8 mm dan diameter lumen berkisar antara 1-3 mm.1,5
Dasar melekat pada caecum dan ujung lainnya bebas. Diliputi oleh peritoneum.
Mempunyai mesenterium sendiri yang disebut mesoappendix yang berisi vena, arteri
appendicularis dan saraf-saraf.1,5 Apendiks vermiformis diperdarahi oleh cabang
appendicular dari arteri ileocolica. Arteri ini berasal dari posterior dan memasuki ileum
terminal dan memasuki meso apendiks. 5
Secara histologis apendiks vermiformis terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan
serosa, yang merupakan ekstensi dari peritoneum, lapisan muscularis, dan lapisan
submukosa dan mukosa. Organ limfoid berasal dari lapisan submucosa dan dapat
sampai ke lapisan muscularis.5
2
Gambar 2.1 Variasi letak Apendiks Vermiformis1
B. FISIOLOGI
Apendiks menghasilkan lendir 1-2ml per hari. Lendir itu normalnya dicurahkan ke
dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke caecum. Hambatan aliran lendir di muara
tissue) yang terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk apendiks, ialah IgA.
jumlah jaringan limfe disini kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlahnya di saluran
3
C. ETIOLOGI
terjadi kongesti vaskuler, iskemik nekrosis dan akibatnya terjadi infeksi. Appendicitis
umumnya terjadi karena infeksi bakteri. Penyebab obstruksi yang paling sering adalah
fecalith. Fecalith ditemukan pada sekitar 20% anak dengan appendicitis. Penyebab lain
3. Kadang parasit
lain-lain. 1,5,6
melibatkan seluruh lapisan dinding apendiks dalam waktu 24-48 jam pertama. Upaya
pertahanan tubuh berusaha membatasi proses radang ini dengan menutup apendiks
dengan omentum, usus halus, atau adneksa sehingga terbentuk massa periapendikuler
Appendisitis dapat terjadi karena berbagai macam penyebab, akan tetapi paling
sering disebabkan obstruksi oleh fecalith dan kemudian diikuti oleh proses peradangan.
dalam hal ini apendiks tetap mensekresikan mukus yang dapat mengakibatkan distensi
4
apendiks. Distensi dari apendiks dapat menstimulasi nervus pada bagian viseral
mual dan muntah. Hal ini lama kelamaan dapat menyebabkan peningkatan tekanan di
dalam apendiks, tekanan vena meningkat dan menyebabkan oklusi kapiler dan vena,
visceral dan dipersepsikan sebagai nyeri di daerah periumbilical. Nyeri awal ini bersifat
nyeri dalam, tumpul, berlokasi di dermatom Th 10. Adanya distensi yang semakin
bertambah menyebabkan mual dan muntah, dalam beberapa jam setelah nyeri. Jika
mual muntah timbul lebih dulu sebelum nyeri, dapat dipikirkan diagnosis lain.5,6
nafsu makan, perubahan kebiasaan BAB yang minimal, Anoreksia berperan penting
pada diagnosis appendicitis, khususnya pada anak-anak. Selain itu pasien juga dapat
Appendiks yang obstruksi merupakan tempat yang baik bagi bakteri untuk
aliran limfe, terjadi edem yang lebih hebat. Akhirnya peningkatan tekanan
menyebabkan obstruksi vena, yang mengarah pada iskemik jaringan, infark, dan
gangrene. Setelah itu, terjadi invasi bakteri ke dinding appendiks; diikuti demam,
jaringan yang iskemik. Saat eksudat inflamasi dari dinding appendiks berhubungan
5
dengan peritoneum parietal, serabut saraf somatik akan teraktivasi dan nyeri akan
dirasakan lokal pada lokasi appendiks, khususnya di titik Mc Burney’s. Nyeri jarang
timbul hanya pada kuadran kanan bawah tanpa didahului nyeri visceral sebelumnya.
Pada appendiks retrocaecal atau pelvic, nyeri somatik biasanya tertunda karena eksudat
inflamasi tidak mengenai peritoneum parietal sampai saat terjadinya ruptur dan
penyebaran infeksi. Nyeri pada appendiks retrocaecal dapat muncul di punggung atau
pinggang.5,6
E. DIAGNOSIS
1. ANAMNESIS
Pada anamnesis apendisitis akut pasien akan mengeluh nyeri pada perut kanan
bawah yang dirasakan terus menerus tidak hilang dengan perubahan posisi, yang
diawali oleh nyeri perut epigastrium, pasien juga dapat mengeluh gejala-gejala
gastro intestinal seperti mual, anoreksia, muntah. Selain itu pasien juga mengeluh
Skor Alvarado
Semua penderita dengan suspek Appendicitis acuta dibuat skor Alvarado
dan diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu: skor <6 dan skor >6. Selanjutnya
6
Tabel Alvarado scale untuk membantu menegakkan diagnosis
Manifestasi Skor
Gejala Adanya migrasi nyeri 1
Anoreksia 1
Mual/muntah 1
Tanda Nyeriperut kanan bawah 2
Nyeri lepas 1
Peningkatan suhu 1
Laboratorium Leukositosis 2
Shift to the left 1
Total poin 10
Keterangan:
0-4 : kemungkinan Appendicitis kecil
5-6 : bukan diagnosis Appendicitis
7-8 : kemungkinan besar Appendicitis
9-10 : hampir pasti menderita Appendicitis
Bila skor 5-6 dianjurkan untuk diobservasi di rumah sakit, bila skor >6 maka tindakan
bedah sebaiknya dilakukan.
2. PEMERIKSAAN FISIK
peningkatan suhu tubuh lebih dari 1oC, dan peningkatan frekuensi nadi yang dapat
beberapa tanda-tanda khas yang dapat ditemukan pada apendisitis akut, yaitu
adalah: 1,2,5,6
7
a. Nyeri Tekan (Tenderness): Hal ini merupakan tanda yang paling
pada titik Mc. Burney. (1/3 distal antara umbilicus dan spina iliaka
apendiks.
kuadran kiri bawah, hal ini terjadi karena terjadi iritasi pada
d. Tanda Blumberg: Nyeri perut kanan bawah saat palpasi kuadran kiri
bawah di lepas.
sebelah kiri sendi pangkal kanan diekstensikan. Nyeri pada cara ini
8
Dasar anatomis terjadinya psoas sign adalah appendiks yang
atau perforasi.
9
3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
ektopik terganggu.2,6
(>6mm diameter)
ii. Apendikolith
v. Hiperekoik apendiks.
10
Gambar 6: Ultrasonografi Apendiks7
daerah apendiks.
11
klinis tidak khas pada apendisitis akut, dan pemeriksaan penunjang yang
Gambar 7: Kolonoskopi8
F. DIAGNOSIS BANDING
nyeri. Nyeri perut sifatnya lebih ringan dan tidak berbatas tegas. Sering
12
2. Demam Dengue, pada demam dengue gejala awal mirip dengan apendisitis
akut, hanya saja nyeri perut tidak sehebat pada apendisitis akut. Pada
peningkatan hematocrit.
3. Kehamilan Ektopik Terganggu, pada wanita usia produktif KET perlu dicurigai
pada pasien dengan keluhan nyeri perut kanan bawah, pada anamnesis dapat
ditemukan riwayat haid terakhir. Pada KET atau rupture tuba dapat terjadi nyeri
G. TATALAKSANA
Bila diagnosis klinis sudah jelas, tindakan yang paling tepat adalah dilakukan
apendektomi.1
A. Open Appendectomy
Horizontal Oblique
13
4. Dibuat sayatan otot, ada dua cara:
a. Pararectal/ Paramedian
medial. Fascia diklem sampai saat penutupan vagina M. rectus abdominis karena
14
Gambar 7. Lokasi insisi yang sering digunakan pada Appendectomy
B. Laparoscopic Appendectomy
Pertama kali dilakukan pada tahun 1983. Laparoscopic dapat dipakai sarana
diagnosis dan terapeutik untuk pasien dengan nyeri akut abdomen dan suspek Appendicitis
keluhan abdomen bagian bawah. Membedakan penyakit akut ginekologi dari Appendisitis
H. KOMPLIKASI
1. Masa Periapendikular, Masa apendiks terjadi bila apendisitis gangrenosa atau
mikroperforasi ditutupi atau dibungkus oleh omentum dana tau lekuk usus halus.
dapat terjadi penyebaran pus ke seluruh rongga peritoneum jika perforasi diikuti
15
oleh peritonitis purulenta generalisata. Oleh karena itu, masa periapendikular yang
Faktor yang mempengaruhi tingginya insidens perforasi pada orang tua adalah
peritonitis purulenta yang ditandai dengan demam tinggi, nyeri semakin hebat di
peristaltis usus dapat menurun hingga menghilang akibat adanya ileus paralitik.
Abses rongga peritoneum dapat terjadi bila pus yang menyebar terlokaliisasi di
suatu tempat, palong sering di region pelvis dan subdiagfragma. Adanya masa
subdiagfragma harus dibedakan dengan abses hati, pneumonia basal, atau efusi
pleura.1
16
BAB III
KESIMPULAN
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Jong Wim de. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Penerbit EGC. 2004: 755-762
2. Anindhita, A., Arifputra, A., Tanto, C., Apendisitis: eds. 2014. Kapita Selekta Kedokteran.
3. Dorland W.A. Newman. 2000. Dorland’s Illustrated Medical Dictionary. 29th ed.
p.142.
Surg.2016;8(10):693-699.
5. Brunicardi, FC. et al, 2015. Schwartz’s Principles of Surgery, 10th ed, Mc Graw Hill
6. Brunicardi, FC. et al, 2006. Schwartz’s Manual of Surgery, 10th ed, Mc Graw Hill
8. Chang, HS. Yang, SK. Myung, SJ. Jung, HY. Et al: The role of colonoscopy in
Endosc.2002;56:343-348.
18