Anda di halaman 1dari 56

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DENGAN POST OP

APENDIKSITIS PADA NY. R DI RUMAH SAKIT UMUM


MAHKOTA BIDADARI LANGKAT

DISUSUN OLEH:

NAMA : INTAN AISSWARA


NIM : 21.081.119.014

PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS DARMA AGUNG
MEDAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Rahmat dan

karunia-Nya kami dapat menyelesaikan ASKEP GADAR yang berjudul “Asuhan

Keperawatan Gawat Darurat Dengan Post Op Apendiksitis Pada Ny. R Di Rumah Sakit

Umum Mahkota Bidadari Langkat

Pertama-tama.kami mengucapkan Terimaksih kepada Bapak / Ibu Dosen yang

telah memberikan dukungan membimbing kami dalam penyelesaian asuhan keperawatan

ini. Tak lupa juga kami mengucapkan terimakasih kepada seluruh teman-teman semua

yang telah ikut membantu dan mendukung dalam pembuatan ASKEP ini

Saya juga berharap, semoga ASKEP ini dapat bermanfaat bagi kita seluruh

Mahasiswa Keperawatan untuk menambah pengetahuan kita . Tak ada gading yang tak

retak dengan itu kami sadar bahwa ASKEP ini masih jauh dari kesempurnaan, Oleh karena

itu sangat kami harapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif demi perbaikan ASKEP

ini ke depan. Terimakasih.

Langkat , 16 Juni 2022

Penulis
Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Dengan Apendisitis

1. Pengertian

Appendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm (94

inci), melekat pada sekum tepat di bawah katup ileosekal. Appendiks berisi makanan

dan mengosongkan diri secara teratur ke dalam sekum. Karena pengosongannya tidak

efektif dan lumennya kecil, appendiks cenderung menjadi tersumbat dan rentan terhadap

infeksi. (Brunner dan Sudarth, 2002).

Apendisitis adalah peradangan dari apendiks vermivormis, dan merupakan

penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai semua umur

baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia antara

10 sampai 30 tahun (Mansjoer, Arief,dkk, 2007).

Apendisitis merupakan inflamasi di apendiks yang dapat terjadi tanpa penyebab

yang jelas, setelah obstruksi apendiks oleh feses atau akibat terpuntirnya apendiks atau

pembuluh darahya (Corwin, 2009).

2. Etiologi

Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor prediposisi

yaitu:

1. Factor yang tersering adalah obstruksi lumen. Pada umumnya obstruksi ini terjadi

karena:

a. Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak.

b. Adanya faekolit dalam lumen appendiks

c. Adanya benda asing seperti biji-bijian

d. Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya.


2. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan Streptococcus.

3. Laki-laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15-30 tahun (remaja

dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limpoid pada masa

tersebut.

4. Tergantung pada bentuk apendiks:

a. Appendik yang terlalu panjang

b. Massa appendiks yang pendek

c. Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks

d. Kelainan katup di pangkal appendiks (Nuzulul, 2009)

3. Klasifikasi

1. Apendisitis akut

Apendisitis akut adalah : radang pada jaringan apendiks. Apendisitis akut pada

dasarnya adalah obstruksi lumen yang selanjutnya akan diikuti oleh proses infeksi

dari apendiks. Penyebab obstruksi dapat berupa :

a. Hiperplasi limfonodi sub mukosa dinding apendiks.

b. Fekalit

c. Benda asing

d. Tumor.

2. Apendisitis Purulenta (Supurative Appendicitis)

Tekanan dalam lumen yang terus bertambah disertai edema menyebabkan

terbendungnya aliran vena pada dinding appendiks dan menimbulkan trombosis.

Keadaan ini memperberat iskemia dan edema pada apendiks. Mikroorganisme

yang ada di usus besar berinvasi ke dalam dinding appendiks menimbulkan infeksi

serosa sehingga serosa menjadi suram karena dilapisi eksudat dan fibrin. Pada
appendiks dan mesoappendiks terjadi edema, hiperemia, dan di dalam lumen

terdapat eksudat fibrinopurulen. Ditandai dengan rangsangan peritoneum lokal

seperti nyeri tekan, nyeri lepas di titik Mc Burney, defans muskuler, dan nyeri pada

gerak aktif dan pasif. Nyeri dan defans muskuler dapat terjadi pada seluruh perut

disertai dengan tanda-tanda peritonitis umum.

3. Apendisitis kronik

Diagnosis apendisitis kronik baru dapat ditegakkan jika dipenuhi semua syarat :

riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari dua minggu, radang kronik apendiks

secara makroskopikdan mikroskopik, dan keluhan menghilang satelah apendektomi.

Kriteria mikroskopik apendiksitis kronik adalah fibrosis menyeluruh dinding

apendiks, sumbatan parsial atau total lumen apendiks, adanya jaringan parut dan

ulkus lama dimukosa, dan infiltrasi sel inflamasi kronik. Insidens apendisitis kronik

antara 1-5 persen.

4. Apendissitis rekurens

Diagnosis rekuren baru dapat dipikirkan jika ada riwayat serangan nyeri berulang di

perut kanan bawah yang mendorong dilakukan apeomi dan hasil patologi

menunjukan peradangan akut. Kelainan ini terjadi bila serangn apendisitis akut

pertama kali sembuh spontan. Namun, apendisitis tidak perna kembali ke bentuk

aslinya karena terjadi fribosis dan jaringan parut. Resiko untuk terjadinya serangn

lagi sekitar 50 persen. Insidens apendisitis rekurens biasanya dilakukan

apendektomi yang diperiksa secara patologik. Pada apendiktitis rekurensi biasanya

dilakukan apendektomi karena sering penderita datang dalam serangan akut.

5. Mukokel Apendiks

Mukokel apendiks adalah dilatasi kistik dari apendiks yang berisi musin akibat
adanya obstruksi kronik pangkal apendiks, yang biasanya berupa jaringan fibrosa.

Jika isi lumen steril, musin akan tertimbun tanpa infeksi. Walaupun jarang,mukokel

dapat disebabkan oleh suatu kistadenoma yang dicurigai bisa menjadi ganas.

Penderita sering datang dengan eluhan ringan berupa rasa tidak enak di perut kanan

bawah. Kadang teraba massa memanjang di regio iliaka kanan. Suatu saat bila

terjadi infeksi, akan timbul tanda apendisitis akut. Pengobatannya adalah

apendiktomi.

6. Tumor Apendiks

Adenokarsinoma apendiks Penyakit ini jarang ditemukan, biasa ditemukan

kebetulan sewaktu apendektomi atas indikasi apendisitis akut. Karena bisa

metastasis ke limfonodi regional, dianjurkan hemikolektomi kanan yang akan

memberi harapan hidup yang jauh lebih baik dibanding hanya apendektomi.

4. Manifestasi Klinik

1. Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya disertai dengan demam ringan, mual,

muntah dan hilangnya nafsu makan.

2. Nyeri tekan local pada titik McBurney bila dilakukan tekanan.

3. Nyeri tekan lepas dijumpai.

4. Terdapat konstipasi atau diare.

5. Nyeri lumbal, bila appendiks melingkar di belakang sekum.

6. Nyeri defekasi, bila appendiks berada dekat rektal.

7. Nyeri kemih, jika ujung appendiks berada di dekat kandung kemih atau ureter.

8. Pemeriksaan rektal positif jika ujung appendiks berada di ujung pelvis.

9. Tanda Rovsing dengan melakukan palpasi kuadran kiri bawah yang secara

paradoksial menyebabkan nyeri kuadran kanan.


10. Apabila appendiks sudah ruptur, nyeri menjadi menyebar, disertai abdomen

terjadi akibat ileus paralitik.

11. Pada pasien lansia tanda dan gejala appendiks sangat bervariasi.

5. Patofisiologi

Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh

hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat

peradangan sebelumnya, atau neoplasma. Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang

diproduksi mukosa mengalami bendungan. Makin lama mukus tersebut makin banyak,

namun elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan

penekanan tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat

aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada

saat inilah terjadi terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium.

Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut

akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus

dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga

menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis

supuratif akut.

Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang

diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding

yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi.

Bila semua proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan

akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang disebut infiltrat

apendikularis. Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang. Pada

anak-anak, karena omentum lebih pendek dan apediks lebih panjang, dinding apendiks
lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang

memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua perforasi mudah terjadi

karena telah ada gangguan pembuluh darah (Mansjoer, 2007) .

6. Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium

Terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan C-reactive protein (CRP). Pada

pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah leukosit antara 10.000-18.000/mm3

(leukositosis) dan neutrofil diatas 75%, sedangkan pada CRP ditemukan jumlah

serum yang meningkat. CRP adalah salah satu komponen protein fase akut yang akan

meningkat 4- 6 jam setelah terjadinya proses inflamasi, dapat dilihat melalui proses

elektroforesis serum protein. Angka sensitivitas dan spesifisitas CRP yaitu 80% dan

90%.

2. Radiologi

Terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi (USG) dan Computed Tomography Scanning

(CT-scan). Pada pemeriksaan USG ditemukan bagian memanjang pada tempat yang

terjadi inflamasi pada appendiks, sedangkan pada pemeriksaan CT-scan ditemukan

bagian yang menyilang dengan fekalith dan perluasan dari appendiks yang

mengalami inflamasi serta adanya pelebaran sekum. Tingkat akurasi USG 90-94%

dengan angka sensitivitas dan spesifisitas yaitu 85% dan 92%, sedangkan CT-

Scan mempunyai tingkat akurasi 94-100% dengan sensitivitas dan spesifisitas yang

tinggi yaitu 90-100% dan 96- 97%.

3. Analisa urin bertujuan untuk mendiagnosa batu ureter dan kemungkinan infeksi

saluran kemih sebagai akibat dari nyeri perut bawah.

Pengukuran enzim hati dan tingkatan amilase membantu mendiagnosa peradangan


hai, kandung empedu, dan pankreas.

4. Serum Beta Human Chorionic Gonadotrophin (B-HCG) untuk memeriksa adanya

kemungkinan kehamilan.

5. Pemeriksaan barium enema untuk menentukan lokasi sekum.

Pemeriksaan Barium enema dan Colonoscopy merupakan pemeriksaan awal untuk

kemungkinan karsinoma colon.

6. Pemeriksaan foto polos abdomen tidak menunjukkan tanda pasti Apendisitis,

tetapi mempunyai arti penting dalam membedakan Apendisitis dengan obstruksi

usus halus atau batu ureter kanan.

7. Penatalaksanaan

1. Medis

Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita Apendisitis meliputi

penanggulangan konservatif dan operasi.

a. Penanggulangan konservatif

Penanggulangan konservatif terutama diberikan pada penderita yang tidak

mempunyai akses ke pelayanan bedah berupa pemberian antibiotik. Pemberian

antibiotik berguna untuk mencegah infeksi. Pada penderita Apendisitis perforasi,

sebelum operasi dilakukan penggantian cairan dan elektrolit, serta pemberian

antibiotik sistemik

b. Operasi

Bila diagnosa sudah tepat dan jelas ditemukan Apendisitis maka tindakan yang

dilakukan adalah operasi membuang appendiks (appendektomi). Penundaan

appendektomi dengan pemberian antibiotik dapat mengakibatkan abses dan

perforasi. Pada abses appendiks dilakukan drainage (mengeluarkan nanah).


c. Pencegahan Tersier

Tujuan utama dari pencegahan tersier yaitu mencegah terjadinya komplikasi

yang lebih berat seperti komplikasi intra-abdomen. Komplikasi utama adalah

infeksi luka dan abses intraperitonium. Bila diperkirakan terjadi perforasi maka

abdomen dicuci dengan garam fisiologis atau antibiotik. Pasca appendektomi

diperlukan perawatan intensif dan pemberian antibiotik dengan lama terapi

disesuaikan dengan besar infeksi intra-abdomen.

2. Keperawatan

Tidak ada penatalaksanaan appendisitis, sampai pembedahan dapat di lakukan.

Cairan intra vena dan antibiotik diberikan intervensi bedah meliputi pengangkatan

appendics dalam 24 jam sampai 48 jam awitan manifestasi. Pembedahan dapat

dilakukan melalui insisi kecil/laparoskop. Bila operasi dilakukan pada waktunya laju

mortalitas kurang dari 0,5%. Penundaan selalu menyebabkan ruptur organ dan

akhirnya peritonitis. Pembedahan sering ditunda namun karena dianggap sulit dibuat

dan klien sering mencari bantuan medis tapi lambat. Bila terjadi perforasi klien

memerlukan antibiotik dan drainase. Komplikasi yang dapat terjadi akibat apendisitis

yang tak tertangani yakni:

a. Perforasi dengan pembentukan abses

b. Peritonitis generalisata

c. Pieloflebitis dan abses hati, tapi jarang.

8. Komplikasi

Komplikasi terjadi akibat keterlambatan penanganan Apendisitis. Faktor keterlambatan

dapat berasal dari penderita dan tenaga medis. Faktor penderita meliputi pengetahuan

dan biaya, sedangkan tenaga medis meliputi kesalahan diagnosa, menunda diagnosa,
terlambat merujuk ke rumah sakit, dan terlambat melakukan penanggulangan. Kondisi

ini menyebabkan peningkatan angka morbiditas dan mortalitas. Proporsi komplikasi

Apendisitis 10-32%, paling sering pada anak kecil dan orang tua. Komplikasi 93%

terjadi pada anak-anak di bawah 2 tahun dan 40- 75% pada orang tua. CFR komplikasi

2-5%, 10-15% terjadi pada anak- anak dan orang tua.43 Anak-anak memiliki dinding

appendiks yang masih tipis, omentum lebih pendek dan belum berkembang sempurna

memudahkan terjadinya perforasi, sedangkan pada orang tua terjadi gangguan pembuluh

darah. Adapun jenis komplikasi diantaranya:

1. Abses

Abses merupakan peradangan appendiks yang berisi pus. Teraba massa lunak di

kuadran kanan bawah atau daerah pelvis. Massa ini mula-mula berupa flegmon dan

berkembang menjadi rongga yang mengandung pus. Hal ini terjadi bila Apendisitis

gangren atau mikroperforasi ditutupi oleh omentum

2. Perforasi

Perforasi adalah pecahnya appendiks yang berisi pus sehingga bakteri menyebar ke

rongga perut. Perforasi jarang terjadi dalam 12 jam pertama sejak awal sakit, tetapi

meningkat tajam sesudah 24 jam. Perforasi dapat diketahui praoperatif pada 70%

kasus dengan gambaran klinis yang timbul lebih dari 36 jam sejak sakit, panas lebih

dari 38,50C, tampak toksik, nyeri tekan seluruh perut, dan leukositosis terutama

polymorphonuclear (PMN). Perforasi, baik berupa perforasi bebas maupun

mikroperforasi dapat menyebabkan peritonitis.

3. Peritononitis

Peritonitis adalah peradangan peritoneum, merupakan komplikasi berbahaya yang

dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Bila infeksi tersebar luas pada
permukaan peritoneum menyebabkan timbulnya peritonitis umum. Aktivitas

peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik, usus meregang, dan hilangnya

cairan elektrolit mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi, dan oligouria.

Peritonitis disertai rasa sakit perut yang semakin hebat, muntah, nyeri abdomen,

demam, dan leukositosis.


Konsep Asuhan Keperawatan

Pengkajian

1. Identitas Klien

klien Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa,

pendidikan, pekerjaan, pendapatan, alamat, dan nomor register. Identitas penanggung

jawab.

2. Riwayat Kesehatan

- Keluhan utama Klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke

perut kanan bawah.

- Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa jam kemudian setelah

nyeri di pusat atau di epigastrium dirasakan dalam beberapa waktu lalu.

- Sifat keluhan Nyeri dirasakan terus-menerus, dapat hilang atau timbul nyeri dalam

waktu yang lama.

- Keluhan yang menyertai Biasanya klien mengeluh rasa mual dan muntah, panas.

- RKD: Riwayat nyeri abdomen tidak terlokalisir, riwayat penyakit askariasis,

kebiasaan mengkonsumsi diet rendah serat, konstipasi.

- RKK: riwayat neoplasma pada keluarga, pola makan dan diet keluarga, riwayat

penyakit DM, penyakit jantung.

3. Pemeriksaan Fisik

Dilakukan secara head to toe meliputi system dan dikhusus kan pada system

pencernaan :

a. Tanda-tanda vital (TD, nadi, suhu, pernafasan) normal/tidak

b. Keadaan klien biasanya CMC


c. Kepala:

 Rambut : uraikan bentuk rambut seperti hitam, pedek, lurus, alopsia

 Kulit kepala : kotor/tidak kotor

d. Mata :

- Kesimetrisan : biasanya simetris ki dan ka

- Konjungtiva : anemis/tidak anemis

- Sclera : ikterik/ tdk ikterik

- Mulut dan gigi

- Rongga mulut : kotor/tdk

- Lidah : kotor/tdk

e. Dada dan thorak

I : simetris kiri dan kanan

P: tidak adanya pembengkakan dan nyeri tekan P: normal/tdk

A: normal/tdk

f. Abdomen

I : perut tidak membuncit, tanpak bekas luka operasi post apendiktomi

P : nyeri tekan, dan nyeri lepas, dikuadaran kanan bawah P : tympani

A: bising usus (+) n: 5-35x/i

g. Genetalia

Observasi adanya lesi, eritema, fisura, leukoplakia. Inspeksi skrotum untuk

mengetahui ukuran, warna dan bentuk kesimetrisan

h. Rectum dan anus

I: adanya hemoroid, lesi, kemerahan P: merasakan adanya massa


i. Kulit/ intagumen

I: amati adanya perubhan dan pengurangan pigmentasi, pucat, kemerahan,

sianosis, lesi kulit, ikterik.

4. Aktivitas sehari-hari

Makan, minum : biasanya klien mengalamin gangguan pada pemenuhan kebutuhan

makan dan minum karena mual, muntah dan anorexia.

a. Eliminasi

Biasanya terjadi gangguan eliminasi terutama pada awitan awal dengan gejala

konstipasi

b. Istirahat dan tidur

Biasanya klien mengalami gangguan istirahat dan tidur karena rasa nyeri atau

ketidaknyamanan pada daerah abdomen.

c. Data psikologis

Biasanya klien dan keluarga kakn merasa cemas dan khawatir dengan

keadaannya

d. Data penunjang/laboratorium

- Leukosit : peningkatan > 10. 000/mm3

- Pada pemeriksaan USG/X-Ray ditemukan densitas

pada kuadran kanan bawah.

Diagnosa Keperawatan Menurut NANDA

Berdasarkan data-data hasil pengkajian, diagnose keperawatan yang biasanya

muncul pada klien dengan appendicitis adalah :

1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cidera fisik (mis, Abses, amputasi,

lukabakar, terpotong, mengangkat berat, trauma, prosedur pembedahan, olah raga


berlebihah).Domain : 12 Kenyamanan ,Kelas : 1 kenyamanan fisik, Halaman:

469 NANDA

2. Pelambatan pemulihan pasca-bedah berhubungan hambatan mobilitas

(1998,2006,2013 ;LOE 2.1) Domain : 11 Keamanan /perlindungan, Kelas : 2

Cedera fisik, Halaman :429

3. Ketidak seimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

ketidak mampuan mencerna makanan. (1975,2000) Domain :2 Nutrisi, Kelas : 1

Makan, Halaman : 177

4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan Imobilisasi. (1980, 1998, 2006, LOE

2.1)Domain : 4 Aktivitas /Istirahat ,Kelas : 1 Tidur /istirahat, Halaman : 229

5. Risiko Infesksi (1986, 2010, 2013; LOE 2.1) Domain: 11 Keamanan

Perlindungan,Kelas:1Infeksi,Halaman:405
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens Setelah dilakukan tindakan
INTERVENSI 1. Pain Management
cidera fisik (mis, Abses, amputasi, keperawatan selama 3 x 24 jam  Lakukan pengkajian nyeri
luka bakar, terpotong, mengangkat maka diharapkan nyeri secara komprehensif termasuk
berat, trauma, prosedur pembedahan, berkurang. lokasi, karakteristik, durasi
olah raga berlebihah. Domain : 12 Tujuan : frekuensi, kualitas dan faktor
Kenyamanan  Pain Level, presipitasi.
Kelas : 1 kenyamanan fisik  Pain control  Observasi reaksi
Halaman: 469 NANDA  Comfort level nonverbal dan
Batas Krakteristik KH : ketidaknyamanan.
1. Ekspresi wajah nyeri (mata  Mampu mengontrol  Gunakan teknik
kurang pencahayaan, tanpak nyeri (tahu penyebab komunikasi terapeutik untuk
kacau, gerakan mata berpencar nyeri, mampu mengetahui pengalaman nyeri
atau berada pada satu focus, menggunakan tehnik pasien
meringgis.) nonfarmakologi untuk  Kaji kultur yang
2. Mengekspresikan perilaku(mis, mengurangi nyeri, mempengaruhi respon nyeri
gelisah, merengek, menagis, mencari bantuan)  Evaluasi pengalaman nyeri
waspada)  Melaporkan bahwa masa lampau
nyeri berkurang  Evaluasi bersama pasien
dengan menggunakan dan tim kesehatan lain tentang
manajemen nyeri. ketidakefektifan kontrol nyeri
 Mampu mengenali masa Iampau
nyeri (skala, intensitas,  Bantu pasien dan keluarga
frekuensi dan tanda untuk mencari dan
nyeri) menemukan dukungan
 Menyatakan rasa  Kontrol lingkungan yang
nyaman setelah nyeri dapat mempengaruhi nyeri
berkurang seperti suhu ruangan,
pencahayan dan kebisingan.
 Kurangi faktor presipitasi
nyeri.
 Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi,nonfarmakologi
dan inter personal)
 Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan intervensi
 Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
 Berikan anaIgetik untuk
mengurangi nyeri
 Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
 Tingkatkan istirahat
 Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil
 Monitor penerimaan
pasien tentang manajemen nyeri
2. Analgesic
Administration
 Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum pemberian
obat
 Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis, dan
frekuensi
 Cek riwayat alergi
 Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi dari
analgesik ketika pemberian lebih
dari satu
 Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
 Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian, dan
dosis optimal
 Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk pengobatan
nyeri secara teratur
 Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
 Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri hebat
 Evaluasi efektivitas
Pelambatan pemulihan pasca- bedah Setelah dilakukan tindakan 1. Perawatan area syatan
berhubungan hambatan mobilitas keperawatan selama 1x 24 jam  Control infeksi
(1998,2006,2013 ;LOE 2.1) :  Pemberian obat
Domain : 11 Keamanan Tujuan : 2. Manajemen nutrisi
/perlindungan  Pemuliahan  Terapi nutrisi
Kelas : 2 Cedera fisik pembedahan : 3. Manajemen nyeri
Halaman :429 Penyembuhan  Bantuan perawatan diri
Batasan Karakteristik KH :  Monitor tanda-tanda vital
1. Hambatan mobilitas  Mencapai kembali  Perawatan tirah baring
2. ketidaknyamanan tingkat energi para  Bantuan perawatan diri
3. Tidak mampu melakukan pembedahan yang  Perawatan luka :Drainase
aktivitas ditandai dengan klien tertutup.
tanpak mampu
beristirahat.
 Menujukan pemulihan
insisi pembedahan
Ketidak seimbangan nutrisi : kurang Setelah dilakukan tindakan Nutrition Monitoring
dari kebutuhan tubuh berhubungan keperawatan selam 3 x 24 jam:  BB pasien dalam batas
dengan ketidak mampuan mencerna Tujuan : normal
makanan. (1975,2000)  Monutrional status :  Monitor adanya penurunan
Domain :2 Nutrisi Food and fluid Intake berat badan
Kelas : 1 Makan KH :  Monitor tipe dan jumlah
Halaman : 177 1. Mampu mengontrol nyeri aktivitas yang biasa
pada klien dilakukan
2. Melaporkan bahwa nyeri  Monitor interaksi anak atau
berkurang orangtua selama makan
3. Mengatakan rasa nyaman  Monitor lingkungan selama
setelah nyeri berkurang makan
 Jadwalkan pengobatan dan
perubahan pigmentasi
 Monitor turgor kulit
 Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
 Monitor mual dan muntah
 Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, dan kadar
Ht
 Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
 Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
 Monitor kalori dan intake
nutrisi
 Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oral.
 Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet
Gangguan pola tidur berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Manjemen lingkungan
denganImobilisasi.(1980,1998,2006,L keperawatan selama 3 x 24 jam 2. pemberian obat
OE 2.1) : 3. Terapi relaksasi
Domain : 4 Aktivitas /Istirahat Tujuan : Tarik nafas dalam
Kelas : 1 Tidur /istirahat  Anxiety reduction 4. Memandikan klien
Halaman : 229  Comfort level 5. memijat klien
Batasan karakteristik  Rest :Extent and patten 6. menajemen nutrisi
1. Ketidak puasan tidur  Sleep :Extentan patten 7. manajemen nyeri
2. sering terjaga tanpa jelas
penyebab KH :
3. Menyatakan tidak mersa  Jumlah jam tidur dalam
cukup istirahat. batas normal 6-8 jam
/hari
 Pola tidur ,kualitas
dalam batas normal .
 Mampu
mengidentifikasi hal-
hal yang meningkan
tidur.
Risiko Infesksi Setelah dilakukan tindakan 1. Kontrol infeksi
(1986,2010,2013;LOE 2.1) keperawatan selama 3 x 24 jam  Kontol\infeksi: intraoperasi
Domain:11 Keamanan : 2. Perlinndungan infeksi
/Perlindungan Tujuan :  perawatan luka
Kelas : 1 Infeksi  Keparahan infeksi  monitor tanda –tanda vital
Halaman : 405 KH :  perawatan luka :tidak sembuh
 Kontrol Risiko :Proses irigasi
infeksi  manajemen pengobatan
Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana

keperawatan. Tindakan mencakup tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi. (Tarwoto &

Wartonah, 2011).

Pada tahap ini perawat menggunakan semua kemampuan yang dimiliki dalam

melaksanakan tindakan keperawatan terhadap klien baik secara umum maupun secara

khusus pada klien post appendictomy pada pelaksanaan ini perawat melakukan fungsinya

secara independen. Interdependen dan dependen.

Evaluasi
Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana perawatan dapat dicapai

dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang diberikan. (Tarwoto &

Wartonah, 2011).

Untuk menentukan masalah teratasi, teratasi sebagian, tidak teratasi atau muncul

masalah baru adalah dengan cara membandingkan antara SOAP dengan tujuan, kriteria

hasil yang telah di tetapkan. Format evaluasi mengguanakan :

S : subjective adalah informasi yang berupa ungkapan yang didapat dari klien setelah

tindakan diperbaiki

O : objective adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian,

pengukuran, yang dilakukan oleh perawat setelah dilakukan tindakan

A : analisa adalah membandingkan antara inormasi subjektif dan objektif dengan

tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi,

masalah belum teratasi, masalah teratasi sebagian, atau muncul masalah baru.

P : planning adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan

hasil analisa, baik itu rencana diteruskan, dimodifikasi.


TINJAUAN KASUS

PENGKAJIAN

Identitas Klien

Nama : Ny.R

Umur : 33 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Status : Nikah

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan : SMA

Alamat : Desa Paya Bengkuang kec Gebang, Langkat

Penanggung Jawab
Nama : Tn.A

Pekerjaan : Wiraswasta

Umur : 41 Tahun

Hub .Keluarga : Suami

No.MR 499078

Ruangan Rawat : lantai 2

Tgl Pengkajian : 15 Juni 2022

Tgl Operasi : 16 Juni 2022

Diagnosa Medis : Post Op Apendiksitis


Alasan Masuk
Klien masuk ke IGD pada tanggal 15 Juni 2022 hari rabu pukul 10.00 Wib,dengan

alasan masuk perut sakit pada bagian kanan bawah sejak 5 hari yang lalu, sebelumnya

pasien berobat ke puskesmas lalu setelah memakan obat dari puskesmas pasien merasa

mual dan muntah. Klien mengatakan pusing dan lemas,pasien juga mengatakan tidak

pernah BAB selama 5 hari setelah itu pasien juga merasakan perutnya padat dan sakit.

Riwayat Kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

Saat dilakukan pengkajian pada Tanggal 15 Juni 2022 pukul 13.00 wib klien

mengatakan nyeri pada bagian kanan bawah perut pasien karena akibat post appendiks,

klien merasakan pusing, klien juga mengatakan susah bergerak karena insisi pebedahan,

Skala nyeri 5 dengan penilaian PQRST yaitu :

P (Provokatif ) : Klien mengatakan timbul nyeri pada saat mau bergerak.

Q (qualiti ): Klien mengatan nyeri terasa seperti diiris-iris setiap ingin melakukan

aktivitas bergerak.

R (radiation ) : Klien mengatakan nyeri disekitar area abdomen

S (severity) : Klien tanpak meringis, skala nyeri 5, nyeri yang dirasakan klien

disertai nadi dan nafas cepat, klien merasa tidak nyaman ketika nyeri datang.

T (Time ) : Klien mengatakan nyeri terasa hilang timbul, nyeri dirasakan saat mau

bergerak. Klien mengatakan sulit untuk tidur karena nyeri yang dirasakanya sangat

mengganggu, klien merasakan gelisah karena cuaca yang panas dan pasien tidak bisa

bergerak dengan bebas, klien haya tidur 2-3 jam di malam hari, klien merasakan kuatir

dengan kondisinya sekarang ini, karena klien memikirkan anaknya yang tinggal
dirumah yang memerlukan ASI eklusif sehari-hari.

b. Riwayat Kesehatan Dahulu


Klien mengatakan dahulunya pernah mengalami penyakit magh tetapi hanya

berobat di puskesmas saja, kebiasaan klien suka memakan yang pedas –pedas,

sebelumnya pasen tidak pernah mengalami penyakit yang sama seperti sekarang,

tetapi pasien sebulan ini babnya sangat sulit dan sering kesakitan. Klien tidak

pernah mengalami operasi pada bagian abdomen atau bagian tubuh lainya.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga


Keluarga klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang sama dengan

klien, tetapi dalam pihak keluarga tepatnya pada ayah pasien mengalami penyakit

asma, tetapi keluarga tidak pernah atau tidak ada mengalami penyakit hipertensi,

Genogram

Keterangan:

: Laki - Laki

: Perempuan

: Laki – Laki meninggal

: Perempuan meninggal
Pemeriksaan Fisik

Kesadaran : Composmetis E :4 V:5 M:6

Berat badan sehat : 54 kg

Berat badan sakit : 54 kg

Tinggi Badan :155 cm

Tanda Vital
TD :130/90 mmHg

Nadi :120 x/menit

Suhu :36,7·C

Pernafasan : 22x/menit

1. Kepala

 Rambut

Inspeksi: Klien memiliki rambut berminyak, berbentuk agak ikal, kusam, terlihat

agak kotor, terlihat ada ketombe.

Palpasi : Klien tidak ada teraba benjolan, maupun luka jahitan.

 Mata

Inspeksi: Mata klien tanpak seperti mata panda, terlihat simetris kiri dan kanan.

Palpasi : Mata klien tidak ada nyeri tekan ,konjungtiva anemis, sclera ikterik,

reflek cahaya (+/+).

 Telinga

Inspeksi : Telinga klien terlihat simetris kiri dan kanan, tidak terlihat luka lecet,

ada sedikit serumen di dalam telinga pasien, tidak ada terlihat lecet dan
pendarahan.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada terlihat pembengkakan.

 Hidung

Inspeksi:Hidung klien terlihat bersih, tidak ada pembekakan, tidak ada luka lecet,

terlihat tidak terpasang NGT.

Palpasi : Hidung klien tidak ada nyeri tekan .

 Mulut dan Gigi

Inspeksi: Mulut klien terlihat agak kotor, ada terlihat karies, tidak ada stomatitis

2. Leher

Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak ada bekas luka atau jahitan .

Palpasi: Tidak ada pembengkakan pada leher pasien, tidak ada teraba kelenjar

getah bening, dan vena jugularis.

3. Thorak

 Paru-paru

Inspeksi: Dada klien terlihat simetris kiri dan kanan, pengerakan dada normal,

frekuensi nafas 22x/i, tidak ada terliahat bekas luka atau lecet.

Palpasi : Tidak ada pembengkakan pada sekitar dada, pergerakan dada sama

ketika klien mengucapkan 7777, getaran dinding dada sama.

Perkusi : Terdengar bunyi sonor pada kedua lapang paru.

Auskultrasi :Bunyi nafas vesikuler /normal, whezing(- ), rhonki(-).

 Jantung

Inspeksi: Ictus kordis tidak terlihat ,tidak terdapat sianosis.

Palpasi: Ictus kordis teraba di ICS 4 linea medio clavicularis sinistra.


Perkusi: Terdengar bunyi redup ketika di perkusi. Auskultrasi : Bunyi jantung

klien regular (I lup II dup), tidak ada murmur (suara gemuruh, berdesir).

4. Abdomen

Inspeksi : Perut terlihat buncit, terlihat strechmark , terlihat luka jahitan, dan

panjang luka 20 cm, kondisi jahitan terlihat bersih.

Auskultrasi : Di dengar kan dengan stetoskop bising usus klien 9x/i.

Perkusi : Ada terdengar suara timpani ketika di perkusi.

Palpasi : Nyeri tekan pada bagian abdomen kanan

bawah bekas operasi.

5. Punggung

Punggung klien terlihat datar ,tidak ada bekas luka lecet atau luka jahit,tidak ada

ciri dekubitus pada klien.

6. Ekstremitas

Atas : Pada tangan sebelah kiri terlihat terpasang infuse. Bawah: Pada kaki tidak

ada ngangguan berjalan, tidak terlihat adanya luka lecet atau parises, stremart.

7. Genetalia

Pada genetalia tidak terpasang kateter dan tidak ada melakukan pemeriksaan

pada area tersebut.

8. Intergumen

Pada kulit pasien warnanya sawo matang, tugor kulit bagus atau lembab,ada

luka laparatomi sebesar 20 cm.


Data Biologis

AKTIVITAS SEHAT SAKIT

MAKANAN

 Menu Nasi biasa MS

 Porsi porsi 3x sehari porsi 3x sehari

 Makanan kesukaan Tidak ada Tidak ada

 Pantangan Tidak ada Tidak ada pantangan


pantangan
MINUMAN 1 gelas/hari
 Jumlah 5-7 gelas /hari
Tidak ada
 Minuman kesukaan Tidak ada Tidak ada
 Pantangan Tidak ada
pantangan
ELIMINASI
BAB
1x dalam 3 hari 1x/hari
 Frekuensi
Kecoklatan Kuning
 Warna
Khas Khas
 Bau
Padat Lembek
 Kesulitan

BAK
 Frekuensi 4-5 x/hari
5-6 x/hari
 Warna Putih bening
Kuning pucat
 Bau Pesing Pesing

 Konsistensi Cair Cair

 Kesulitan Tidak ada Tidak ada kesulitan


kesulitan
ISTIRAHAT DAN
TIDUR 2-3 jam /hari
 Lama tidur 8 jam / hari malam
 Waktu tidur Pagi dan malam
 Hal yang Keadaan tenang
mempermudah tidur Keadaan tenang Suara
 Kesulitan tidur
berisik,sesak saat
Suara berisik tidur
PERSONAL
HYGINE
Hanya di lap
2x1/hari 1 x selama di rawat
 Mandi
2-1x/hari
 Cuci rambut
Tidak ada
 Gosok gigi Selama dirawat
2x sehari belum pernah
 Potong kuku 2x1/minggu potong kuku

Riwayat Alergi

Klien mengatakan ada riwayat alergi debu pada saat dia sudah

melahirkan anak yang paling terakir.

Data Psikologis
1. Prilaku Verbal

 Cara Menjawab : Klien tanpak nyambung saat dilakukan

pengkajian.
 Cara Memberikan Informasi : Klien memberikan informasi

sangat jelas dan tidak bertele-tele.

2. Emosi

Klien sangat bisa dalam mengontrol emosinya, klien termasuk

orang yang bisa berfikir dengan rasional.

3. Persepsi penyakit

Klien berfikir penyakit yang dideritanya itu suatu pelajaran bagi

klien supaya tidak mau memakan makanan yang pedas –pedas.

4. Konsep Diri

Klien memiliki konsep diri yang sangat bagus .

5. Adaptasi

Klien sangat murah bergaul dengan masyarakat contohnya saja

pada klien yang berada satu ruangan dengan klien.

6. Mekanisme pertahanan diri

Klien memiliki pertahan diri kurang bagus Karen dia kurang

mempertahan kan kondisi tubuhnya sendiri agar supaya sehat.

Data Sosial
1. Pola komunikasi

Klien mengatakan sangat jelas, dengan bahasa Indonesia

2. Orang yang dapat membuat nyaman

Klien mengatakan dia sangat nyaman apabila berkumpul keluarga

atau ketika pergi jalan-jan sama keluarga.


3. Orang yang paling berharga bagi pasien

Klien mengatakan dia sangat mencintai anak dan suaminya

4. Hubungan dengan keluarga dan masyarakat

Klien mengatakan suka bergaul dengan masyarakat, klien salah

satu ibuk PKK, dan juga rumah klien berada di lingkungan

perumahan.

Data Spritual
1. Keyakinan

Klien mengatakan dia lebih yakin kepada agama islam yaitu

kepada allah

2. Ketaatan beribadah

Selama dirumah sakit pasien tidak pernah melakukan ibadah

seperti puasa ,sholat ,mengaji.

3. Keyakinan terhadap penyembuhan

Klien mengatakan sangat yankin bahwa sakitnya itu akan

disembuhkan oleh allah.

Data penunjang
1. Pemeriksaan darah lengkap

NO Parameter Hasil Nilai normal

HGB 12.2 (g/dl) Pria(13-16)wanita(12-14)

RBC 4.38(10ᶺ6/ul) Pria(4.5-5.5)wanita(4.0-5.0)

HTC 36.8 (%) Pria(40.0-48.0)wanita(37.0-43.0)


WBC 26.82(10ᶺ3/ul) (5.0-10.0)
PT 10.2 Sec (9,5 -11,7)
APTT 32,5 Sec (28-42)
INR 0,94%

HBG 10.3 (g/dl)

RBC 3.62 (10ᶺ6/ul)

HTC 32.7(%)

WBC 22.80 (10ᶺ3/ul)

PLT 631+ (10ᶺ3/ul) (150-400)

PCT 0,57 + (%)

Data Pengobatan
a. Ceftiaxon 2 x 1 hari /mg

b. Metronidazole 3 x 1 hari /mg

c. Ranitidin 2 x 1 hari /mg

d. Keterolak 3 x 30 mg

e. Infus RL 500 cc 20 tts

Data Fokus
a. Data Subjektif

1) Klien mengatakan nyeri pada bagian perut kanan bawah klien

karena insisi pembedahan sudah hari ke enam.

2) Klien mengatakan nyeri seperti ditusu-tusuk

3) Klien mengatakan nyeri saat mau bergerak

4) Klien mengatakan tidak nyaman saat nyeri terasa

5) Klien mengatan merasakan pusing saat nyeri terasa

6) Klien mengatakan sulit bergerak karena sakit diarea luka jahitan.


7) Klien mengatakan gelisah dengan kondisi area pembedahan

8) Klien mengatakan luka berdarah saat mau bergerak

9) Klien mengatakan lingkungan tidak nyaman ,karena kodisi cuaca

lagi panas .

10) Klien mengatakan sudah 7 hari gelisah untuk tidur dari pertama

dirawat sampai sudah operasi.

11) Klien mengatakan hanya tidur 2-3 jam pada malam hari

b. Data Objektif

1) Klien tanpak meringis kesakitan ketika bergerak

2) Klien tanpak memengang abdomen yang sakit disertai menutup

mata rapat-rapat dan mengigit bibir bawah saat nyeri

3) Klien tanpak nafas cepat

4) Klien tanpak lemas

5) Klien tanpak gelisah karena takut lukanya akan menimbulkan

nyeri
6) Klien tanpak malas untuk mobilisasi

7) Klien tanpak kurang ceria karena kepanasan disebabkan oleh

kondisi cuaca

8) klien tanpak matanya seperti mata panda karena kurang tidur

9) Kekuatan otot pasien


55555555

55555555
10) Klien tanpak skala nyeri 6

11) TTV

TD :130/90 mmHg

N :120 x/i

RR :24 x/i

S :36,7 ˚C

12) Klien tanpak lukanya ada bekas berdarah terlihat diperban karena

dipaksa untuk bergerak.

13) luka klien laparatomi 20 cm

Analisa Data

NO DATA MASALAH ETIOLOGI

1. DS : Nyeri Akut Agens cedera


1.Klien mengatakan nyeri
fisik
pada bagian perut kanan
(pembedahan)
bawah klien karena insisi

pembedahan sudah hari ke

enam.

2.Klien mengatakan nyeri

seperti ditusu-tusuk

3.Klien mengatakan nyeri

saat mau bergerak

4.Klien mengatakan tidak

nyaman saat nyeri terasa


5.Klien mengatan merasakan

pusing saat nyeri terasa

DO :
1.Klien tanpak meringis

kesakitan ketika bergerak

2.Klien tanpak memengang

abdomen yang sakit disertai

menutup mata rapat-rapat dan

mengigit bibir bawah saat

nyeri

3. Klien tanpak nafas cepat

4. Skala nyeri (6)


5.TTV :
TD :130/90 mmHg
N :120 x/i
RR :24 x/i
S :36,7˚C
2 DS : Pelambatan Trauma pada
1. Klien mengatakan
. gelisah dengan kondisi area pemulihan pasca sisi bedah
pembedahan
bedah
2. Klien mengatakan
luka berdarah saat mau
bergerak
DO :
1.Klien tanpak meringis
kesakitan ketika bergerak
2.Klien tanpak malas untuk
mobilisasi.
3. Klien tanpak lukanya ada
bekas berdarah terlihat
diperbanya.
4. klien sudah hari ke 6
setelah operasi
5. Kekuatan otot klien

5 5

5 5
3 DS: Gangguan pola Halangan
1. Klienmengatakanlingkun
gan tidak nyaman ,karena tidur lingkungan
kodisi cuaca lagi panas .
2. Klien mengatakan belum
mandi sejak 5 hari yang
lalu,hanya dilap oleh
keluarganya.
3. Klien mengatakan sudah
7 hari gelisah untuk tidur
dari pertama dirawat sampai
sudah operasi.
DO :
1. Klien tanpak kurang
ceria karena kepanasan
disebabkan oleh kondisi
cuaca.
2. klien tanpak matanya
seperti mata panda karena
kurang tidur

Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri Akut berhubungan dengan agens cidera fisik (pembedahan).

2. Pelambatan pemuliah pasca bedah berhubungan dengan trauma pada

sisi bedah.

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan imobilisasi


INTERVENSI

NO DIAGNOSA NOC NIC

1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen Setelah dilakukan tindakan 1. Pain Management

cidera fisik (pembedahan). keperawatan selama 1x24 jam :  Lakukan pengkajian nyeri

Tujuan : secara komprehensif termasuk


Domain : 12 Kenyamanan
 Pain Level lokasi, karakteristik, durasi
Kelas : 1 kenyamanan fisik
 Pain Control frekuensi, kualitas dan faktor
Halaman: 469 NANDA
 Comfrot Level presipitasi.
Batas Krakteristik
KH :  Observasi reaksi nonverbal
1. Ekspresi wajah nyeri(mata kurang
 Mampu mengontrol nyeri dan ketidaknyamanan.
pencahayaan,tanpak kacau,gerakan
 Mampu melaporkan  Gunakan teknik komunikasi
mata berpencar atau berada pada
bahwa nyeri berkurang terapeutik untuk mengetahui
satu focus ,meringgis.)
 Menyatakan rasa nyaman pengalaman nyeri pasien.
2. Mengekspresikan
setelah nyeri berkurang  Kaji kultur yang
perilaku(mis,gelisah,merengek,men
 Mampu mengenali nyeri mempengaruhi respon nyeri.
agis ,waspada)
(skala nyeri ,tanda-tanda  Ajarkan tentang teknik non
nyeri) farmakologi

 Tingkatkan istirahat

 Kolaborasikan dengan

dokter jika ada keluhan dan

tindakan nyeri tidak berhasil

2. Analgesic Administration

 Tentukan lokasi,

karakteristik, kualitas, dan derajat

nyeri sebelum pemberian obat

 Cek instruksi dokter tentang

jenis obat, dosis, dan frekuensi

 Cek riwayat alergi

 Pilih analgesik yang

diperlukan atau kombinasi dari

analgesik ketika pemberian lebih

dari satu
 Tentukan pilihan analgesik

tergantung tipe dan beratnya

nyeri

 Tentukan analgesik pilihan,

rute pemberian, dan dosis optimal

 Pilih rute pemberian secara

IV, IM untuk pengobatan nyeri

secara teratur

 Monitor vital sign sebelum

dan sesudah pemberian analgesik

pertama kali

 Berikan analgesik tepat

waktu terutama saat nyeri hebat

 Evaluasi efektivitas

analgesik, tanda dan gejala


2. Pelambatan pemulihan pasca bedah Setelah dilakukan tindakan 1. Perawatan area syatan

berhubungan dengan hambatan mobilitas keperawatan selama 1x 24 jam :  Control infeksi

(1998,2006,2013 ;LOE 2.1) Tujuan :  Pemberian obat

Domain : 11 Keamanan /perlindungan  Pemuliahan pembedahan : 2. Manajemen nutrisi

Kelas : 2 Cedera fisik Penyembuhan  Terapi nutrisi

Halaman :429 KH : 3. Manajemen nyeri

Batasan Karakteristik  Mencapai kembali tingkat  Bantuan perawatan


1. Hambatan mobilitas energi para pembedahan diri

2. ketidaknyamanan yang ditandai dengan klien  Monitor tanda-


3. Tidak mampu melakukan tanpak mampu tanda vital

aktivitas beristirahat.  Perawatan tirah

 Menujukan pemulihan baring

insisi pembedahan  Bantuan perawatan

diri

 Perawatan luka

:Drainase tertutup.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Sleep Enhancement

halangan lingkungan. keperawatan selama 1 x 24 jam :  Determinasi efek-efek

.(1980,1998,2006,LOE 2.1) Tujuan : medikasi terhadap pola tidur

Domain : 4 Aktivitas /Istirahat  Anxiety reduction  Jelaskan pentingnya tidur

Kelas : 1 Tidur /istirahat  Comfort level yang adekuat

Halaman : 229  Rest :Extent and patten  Fasilitasiuntuk

Batasan karakteristik  Sleep :Extentan patten mempertahankan aktivitas

1. Ketidak puasan tidur KH : sebelum tidur (membaca,atau

2. sering terjaga tanpa jelas penyebab  Jumlah jam tidur dalam apa kebiasaan sebelum tidur).

3. Menyatakan tidak mersa cukup batas normal 6-8 jam /hari  Ciptakan lingkungan yang

istirahat.  Pola tidur ,kualitas dalam nyaman

batas normal .  Kolaborasi pemberian obat

 Mampu mengidentifikasi tidur

hal-hal yang meningkan

tidur.
IMPLEMENTASI

NO TGL/HARI WAKTU DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI

1. 16 Juni 2022 12.30 Nyeri Akut 1. Pain Management DS:

Kamis Wib berhubungan  Melakukan pengkajian 1. Klien mengatakan nyeri

dengan agen nyeri secara komprehensif pada bagian perut kanan

cidera fisik termasuk lokasi, bawah klien karena insisi

(pembedahan). karakteristik, durasi pembedahan sudah hari ke

frekuensi, kualitas dan faktor enam.

presipitasi. 2. Klien mengatakan sulit

 Mengunakan teknik bergerak karena sakit diarea

komunikasi terapeutik untuk luka jahitan.

mengetahui pengalaman 3. Klien mengatakan gelisah

nyeri pasien. dengan kondisi area

 Mengajarkan tentang pembedahan

teknik non farmakologi. DO :

2. Analgesic 1. Klien tanpak meringis


Administration kesakitan ketika bergerak

 Mentukan lokasi, 2. Klien tanpak lemas

karakteristik, kualitas, dan 3. Klien tanpak gelisah

derajat nyeri sebelum karena takut lukanya akan

pemberian obat menimbulkan nyeri.

 Mencek instruksi 4.Skala nyeri (5) area nyeri

dokter tentang jenis obat, di bagian luka laparatomi di

dosis, dan frekuensi bagian bawah kanan

 Mecek riwayat alergi abdomen

5.TTV :

TD :130/90 mmHg

N :120 x/i

RR :24 x/i

S :36,7˚C

Terapi yang diberikan oleh

farmasi :
 Ceftiaxon 2 x 1 hari

/mg

 Metronidazole 3 x 1

hari /mg

 Ranitidin 2 x 1 hari

/mg

 Keterolak 3 x 30 mg

 Infus RL 500 cc 20

tts

A :Masalah sudah sebagian

teratasi karena

1.klien sudah diajarkan

bagaimana cara teknik

nonfarmakologi (teknik

relaksai yaitu dengan tarik

nafas dalam).
2.klien sudah diberikan

analgesic.

P:Intervensi dilanjutkan

2. 16 Juni 2022 13.00 Pelambatan 1. Melakukan Perawatan DS :

Kamis WIB pemulihan pasca area syatan 1. Klien mengatakan gelisah

bedah  Control infeksi dengan kondisi area

 Pemberian obat pembedahan .

 Perawatan luka(Tuka 2. Klien mengatakan luka

verban). berdarah saat mau bergerak.

2. Memanajemen nyeri DO :

 melakukan teknik 1.Klien tanpak meringis

relaksasi. kesakitan ketika bergerak

2.Klien tanpak malas untuk

mobilisasi.

3. Klien tanpak lukanya ada

bekas berdarah terlihat


diperbanya

Kekuatan otot pasien

5555 5555

5555 5555

A : Masalah sudah mulai

teratasi

1. klien sudah mulai

mengerakan tubuhnya

ditempat tidur.

2. klien sudah bisa

melakukan teknik relaksasi

ketika saat mau bergerak.

P : Intervensi dilanjutkan
3. 16 Juni 2022 14.30 Gangguan pola Sleep Enhancement DS:

Kamis WIB tidur berhubungan  Mendeterminasi efek-efek 1. Klien mengatakan

dengan halangan medikasi terhadap pola gelisah dengan kondisi area

lingkungan tidur pembedahan

 Menjelaskan pentingnya 2. Klien mengatakan

tidur yang adekuat susah tidur sejak 7 hari .

 Memfasilitasi untuk 3. Klien mengatakan

mempertahankan aktivitas lingkungan tidak nyaman

sebelum tidur karena kondisi cuaca panas

(membaca,atau apa DO :

kebiasaan sebelum tidur). 1. Klien tanpak gelisah

 Ciptakan lingkungan yang 2. Klien tanpak sulit

nyaman tidur

3. Klien tanpak kurang

ceria karena kepanasan

A: Masalah sebagian tersasi


P : Intervensi dilanjutkan

1. 17 Juni 2022 09.50 Nyeri Akut 1. Pain Management DS :

Jum’at WIB berhubungan  Melakukan pengkajian 1. Klien mengatakan nyeri

dengan agen nyeri secara komprehensif pada bagian perut sebelah

cidera fisik termasuk lokasi, kanan agak sudah mulai

(pembedahan). karakteristik, durasi berkurang

frekuensi, kualitas dan faktor 2. Klien mengatakan sudah

presipitasi. mencoba berjalan tetapi

 Mengunakan teknik masih agak sakit

komunikasi terapeutik untuk DO :

mengetahui pengalaman 1. Klien tanpak meringis

nyeri pasien. kesakitan

 Mengajarkan tentang 2. Klien tanpak sudah

teknik non farmakologi. mulai berjalan untuk

3. Analgesic imobilisasi

Administration 3. Skala nyeri sudah


 Mentukan lokasi, berkurang (3)

karakteristik, kualitas, dan 4. klien masuk hari ke

derajat nyeri sebelum 7 pasca operasi

pemberian obat 5.TTV :

 Mencek instruksi TD :90/60 mmHg

dokter tentang jenis obat, N :120 x/i

dosis, dan frekuensi RR :24 x/i

 Mecek riwayat alergi S :36,7˚C

Terapi yang diberikan oleh

farmasi :

 Ceftiaxon 2 x 1 hari

/mg

 Metronidazole 3 x 1

hari /mg

 Ranitidin 2 x 1 hari

/mg
 Keterolak 3 x 30 mg

 Infus RL 500 cc 20

tts

A :Masalah sudah teratasi

P:Intervensi dihentikan

pasien pulang

2. 17 Juni 2022 11.50 Resiko pelambatan 1. Melakukan Perawatan area 1.Klien mengatakan
Jum’at
WIB pemulihan pasca syatan lukanya sudah tidak

bedah  Control infeksi berdarah lagi

 Pemberian obat DO :

2. Memanajemen nutrisi 1. klien sudah mulai

 Terapi nutrisi berjalan.

3. Memanajemen nyeri 2. luka klien dibersihkan

 Bantuan perawatan diri untuk mau siap pulang.

 Monitor tanda-tanda 3.luka klien tanpak sudah

vital tidak ada berdarah lagi.


 Perawatan tirah baring A : Masalah teratasi

 Bantuan perawatan diri P : Intervensi intervensi

 Perawatan luka dihentikan klien pulang.

:Drainase tertutup.

3. 17 Juni 2022 11.50 Gangguan pola Sleep Enhancement DS:

Jum’at WIB tidur berhubungan  Mendeterminasi efek-efek 1.Klien mengatakan sudah

dengan imobilisasi medikasi terhadap pola mulai tidur malam

tidur tadi,tetapi masih terbagun-

 Menjelaskan pentingnya bangun .

tidur yang adekuat DO :

 Memfasilitasi untuk 1. Mata klien seperti mata

mempertahankan aktivitas panda.

sebelum tidur 2. Klien sudah mulai

(membaca,atau apa tampak bersemangat .

kebiasaan sebelum tidur). A: Masalah teratasi

P : Intervensi dihentikan
DAFTAR PUSTAKA

Elizabeth, J, Corwin. (2009). Biku saku Fatofisiologi, EGC, Jakarta.

Johnson, M.,et all, 2002, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition,
IOWA Intervention Project, Mosby.

Mansjoer, A. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media


Aesculapius FKUI

Mc Closkey, C.J., Iet all, 2002, Nursing Interventions Classification (NIC) second
Edition, IOWA Intervention Project, Mosby.

NANDA, 2012, Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi.

Smeltzer, Bare (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner & suddart.
Edisi 8. Volume 2. Jakarta, EGC

Anda mungkin juga menyukai