DISUSUN OLEH:
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Rahmat dan
Keperawatan Gawat Darurat Dengan Post Op Apendiksitis Pada Ny. R Di Rumah Sakit
ini. Tak lupa juga kami mengucapkan terimakasih kepada seluruh teman-teman semua
yang telah ikut membantu dan mendukung dalam pembuatan ASKEP ini
Saya juga berharap, semoga ASKEP ini dapat bermanfaat bagi kita seluruh
Mahasiswa Keperawatan untuk menambah pengetahuan kita . Tak ada gading yang tak
retak dengan itu kami sadar bahwa ASKEP ini masih jauh dari kesempurnaan, Oleh karena
itu sangat kami harapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif demi perbaikan ASKEP
Penulis
Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Dengan Apendisitis
1. Pengertian
Appendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm (94
inci), melekat pada sekum tepat di bawah katup ileosekal. Appendiks berisi makanan
dan mengosongkan diri secara teratur ke dalam sekum. Karena pengosongannya tidak
efektif dan lumennya kecil, appendiks cenderung menjadi tersumbat dan rentan terhadap
penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai semua umur
baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia antara
yang jelas, setelah obstruksi apendiks oleh feses atau akibat terpuntirnya apendiks atau
2. Etiologi
Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor prediposisi
yaitu:
1. Factor yang tersering adalah obstruksi lumen. Pada umumnya obstruksi ini terjadi
karena:
3. Laki-laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15-30 tahun (remaja
dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limpoid pada masa
tersebut.
3. Klasifikasi
1. Apendisitis akut
Apendisitis akut adalah : radang pada jaringan apendiks. Apendisitis akut pada
dasarnya adalah obstruksi lumen yang selanjutnya akan diikuti oleh proses infeksi
b. Fekalit
c. Benda asing
d. Tumor.
yang ada di usus besar berinvasi ke dalam dinding appendiks menimbulkan infeksi
serosa sehingga serosa menjadi suram karena dilapisi eksudat dan fibrin. Pada
appendiks dan mesoappendiks terjadi edema, hiperemia, dan di dalam lumen
seperti nyeri tekan, nyeri lepas di titik Mc Burney, defans muskuler, dan nyeri pada
gerak aktif dan pasif. Nyeri dan defans muskuler dapat terjadi pada seluruh perut
3. Apendisitis kronik
Diagnosis apendisitis kronik baru dapat ditegakkan jika dipenuhi semua syarat :
riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari dua minggu, radang kronik apendiks
apendiks, sumbatan parsial atau total lumen apendiks, adanya jaringan parut dan
ulkus lama dimukosa, dan infiltrasi sel inflamasi kronik. Insidens apendisitis kronik
4. Apendissitis rekurens
Diagnosis rekuren baru dapat dipikirkan jika ada riwayat serangan nyeri berulang di
perut kanan bawah yang mendorong dilakukan apeomi dan hasil patologi
menunjukan peradangan akut. Kelainan ini terjadi bila serangn apendisitis akut
pertama kali sembuh spontan. Namun, apendisitis tidak perna kembali ke bentuk
aslinya karena terjadi fribosis dan jaringan parut. Resiko untuk terjadinya serangn
5. Mukokel Apendiks
Mukokel apendiks adalah dilatasi kistik dari apendiks yang berisi musin akibat
adanya obstruksi kronik pangkal apendiks, yang biasanya berupa jaringan fibrosa.
Jika isi lumen steril, musin akan tertimbun tanpa infeksi. Walaupun jarang,mukokel
dapat disebabkan oleh suatu kistadenoma yang dicurigai bisa menjadi ganas.
Penderita sering datang dengan eluhan ringan berupa rasa tidak enak di perut kanan
bawah. Kadang teraba massa memanjang di regio iliaka kanan. Suatu saat bila
apendiktomi.
6. Tumor Apendiks
memberi harapan hidup yang jauh lebih baik dibanding hanya apendektomi.
4. Manifestasi Klinik
1. Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya disertai dengan demam ringan, mual,
7. Nyeri kemih, jika ujung appendiks berada di dekat kandung kemih atau ureter.
9. Tanda Rovsing dengan melakukan palpasi kuadran kiri bawah yang secara
11. Pada pasien lansia tanda dan gejala appendiks sangat bervariasi.
5. Patofisiologi
hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat
diproduksi mukosa mengalami bendungan. Makin lama mukus tersebut makin banyak,
aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada
saat inilah terjadi terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium.
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut
akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus
dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga
menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis
supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang
diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding
Bila semua proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan
akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang disebut infiltrat
apendikularis. Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang. Pada
anak-anak, karena omentum lebih pendek dan apediks lebih panjang, dinding apendiks
lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang
memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua perforasi mudah terjadi
6. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan C-reactive protein (CRP). Pada
(leukositosis) dan neutrofil diatas 75%, sedangkan pada CRP ditemukan jumlah
serum yang meningkat. CRP adalah salah satu komponen protein fase akut yang akan
meningkat 4- 6 jam setelah terjadinya proses inflamasi, dapat dilihat melalui proses
elektroforesis serum protein. Angka sensitivitas dan spesifisitas CRP yaitu 80% dan
90%.
2. Radiologi
(CT-scan). Pada pemeriksaan USG ditemukan bagian memanjang pada tempat yang
bagian yang menyilang dengan fekalith dan perluasan dari appendiks yang
mengalami inflamasi serta adanya pelebaran sekum. Tingkat akurasi USG 90-94%
dengan angka sensitivitas dan spesifisitas yaitu 85% dan 92%, sedangkan CT-
Scan mempunyai tingkat akurasi 94-100% dengan sensitivitas dan spesifisitas yang
3. Analisa urin bertujuan untuk mendiagnosa batu ureter dan kemungkinan infeksi
kemungkinan kehamilan.
7. Penatalaksanaan
1. Medis
a. Penanggulangan konservatif
antibiotik sistemik
b. Operasi
Bila diagnosa sudah tepat dan jelas ditemukan Apendisitis maka tindakan yang
infeksi luka dan abses intraperitonium. Bila diperkirakan terjadi perforasi maka
2. Keperawatan
Cairan intra vena dan antibiotik diberikan intervensi bedah meliputi pengangkatan
dilakukan melalui insisi kecil/laparoskop. Bila operasi dilakukan pada waktunya laju
mortalitas kurang dari 0,5%. Penundaan selalu menyebabkan ruptur organ dan
akhirnya peritonitis. Pembedahan sering ditunda namun karena dianggap sulit dibuat
dan klien sering mencari bantuan medis tapi lambat. Bila terjadi perforasi klien
memerlukan antibiotik dan drainase. Komplikasi yang dapat terjadi akibat apendisitis
b. Peritonitis generalisata
8. Komplikasi
dapat berasal dari penderita dan tenaga medis. Faktor penderita meliputi pengetahuan
dan biaya, sedangkan tenaga medis meliputi kesalahan diagnosa, menunda diagnosa,
terlambat merujuk ke rumah sakit, dan terlambat melakukan penanggulangan. Kondisi
Apendisitis 10-32%, paling sering pada anak kecil dan orang tua. Komplikasi 93%
terjadi pada anak-anak di bawah 2 tahun dan 40- 75% pada orang tua. CFR komplikasi
2-5%, 10-15% terjadi pada anak- anak dan orang tua.43 Anak-anak memiliki dinding
appendiks yang masih tipis, omentum lebih pendek dan belum berkembang sempurna
memudahkan terjadinya perforasi, sedangkan pada orang tua terjadi gangguan pembuluh
1. Abses
Abses merupakan peradangan appendiks yang berisi pus. Teraba massa lunak di
kuadran kanan bawah atau daerah pelvis. Massa ini mula-mula berupa flegmon dan
berkembang menjadi rongga yang mengandung pus. Hal ini terjadi bila Apendisitis
2. Perforasi
Perforasi adalah pecahnya appendiks yang berisi pus sehingga bakteri menyebar ke
rongga perut. Perforasi jarang terjadi dalam 12 jam pertama sejak awal sakit, tetapi
meningkat tajam sesudah 24 jam. Perforasi dapat diketahui praoperatif pada 70%
kasus dengan gambaran klinis yang timbul lebih dari 36 jam sejak sakit, panas lebih
dari 38,50C, tampak toksik, nyeri tekan seluruh perut, dan leukositosis terutama
3. Peritononitis
dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Bila infeksi tersebar luas pada
permukaan peritoneum menyebabkan timbulnya peritonitis umum. Aktivitas
peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik, usus meregang, dan hilangnya
Peritonitis disertai rasa sakit perut yang semakin hebat, muntah, nyeri abdomen,
Pengkajian
1. Identitas Klien
jawab.
2. Riwayat Kesehatan
- Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa jam kemudian setelah
- Sifat keluhan Nyeri dirasakan terus-menerus, dapat hilang atau timbul nyeri dalam
- Keluhan yang menyertai Biasanya klien mengeluh rasa mual dan muntah, panas.
- RKK: riwayat neoplasma pada keluarga, pola makan dan diet keluarga, riwayat
3. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan secara head to toe meliputi system dan dikhusus kan pada system
pencernaan :
d. Mata :
- Lidah : kotor/tdk
A: normal/tdk
f. Abdomen
g. Genetalia
4. Aktivitas sehari-hari
a. Eliminasi
Biasanya terjadi gangguan eliminasi terutama pada awitan awal dengan gejala
konstipasi
Biasanya klien mengalami gangguan istirahat dan tidur karena rasa nyeri atau
c. Data psikologis
Biasanya klien dan keluarga kakn merasa cemas dan khawatir dengan
keadaannya
d. Data penunjang/laboratorium
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cidera fisik (mis, Abses, amputasi,
469 NANDA
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan Imobilisasi. (1980, 1998, 2006, LOE
Perlindungan,Kelas:1Infeksi,Halaman:405
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens Setelah dilakukan tindakan
INTERVENSI 1. Pain Management
cidera fisik (mis, Abses, amputasi, keperawatan selama 3 x 24 jam Lakukan pengkajian nyeri
luka bakar, terpotong, mengangkat maka diharapkan nyeri secara komprehensif termasuk
berat, trauma, prosedur pembedahan, berkurang. lokasi, karakteristik, durasi
olah raga berlebihah. Domain : 12 Tujuan : frekuensi, kualitas dan faktor
Kenyamanan Pain Level, presipitasi.
Kelas : 1 kenyamanan fisik Pain control Observasi reaksi
Halaman: 469 NANDA Comfort level nonverbal dan
Batas Krakteristik KH : ketidaknyamanan.
1. Ekspresi wajah nyeri (mata Mampu mengontrol Gunakan teknik
kurang pencahayaan, tanpak nyeri (tahu penyebab komunikasi terapeutik untuk
kacau, gerakan mata berpencar nyeri, mampu mengetahui pengalaman nyeri
atau berada pada satu focus, menggunakan tehnik pasien
meringgis.) nonfarmakologi untuk Kaji kultur yang
2. Mengekspresikan perilaku(mis, mengurangi nyeri, mempengaruhi respon nyeri
gelisah, merengek, menagis, mencari bantuan) Evaluasi pengalaman nyeri
waspada) Melaporkan bahwa masa lampau
nyeri berkurang Evaluasi bersama pasien
dengan menggunakan dan tim kesehatan lain tentang
manajemen nyeri. ketidakefektifan kontrol nyeri
Mampu mengenali masa Iampau
nyeri (skala, intensitas, Bantu pasien dan keluarga
frekuensi dan tanda untuk mencari dan
nyeri) menemukan dukungan
Menyatakan rasa Kontrol lingkungan yang
nyaman setelah nyeri dapat mempengaruhi nyeri
berkurang seperti suhu ruangan,
pencahayan dan kebisingan.
Kurangi faktor presipitasi
nyeri.
Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi,nonfarmakologi
dan inter personal)
Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan intervensi
Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
Berikan anaIgetik untuk
mengurangi nyeri
Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil
Monitor penerimaan
pasien tentang manajemen nyeri
2. Analgesic
Administration
Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum pemberian
obat
Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis, dan
frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi dari
analgesik ketika pemberian lebih
dari satu
Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian, dan
dosis optimal
Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk pengobatan
nyeri secara teratur
Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri hebat
Evaluasi efektivitas
Pelambatan pemulihan pasca- bedah Setelah dilakukan tindakan 1. Perawatan area syatan
berhubungan hambatan mobilitas keperawatan selama 1x 24 jam Control infeksi
(1998,2006,2013 ;LOE 2.1) : Pemberian obat
Domain : 11 Keamanan Tujuan : 2. Manajemen nutrisi
/perlindungan Pemuliahan Terapi nutrisi
Kelas : 2 Cedera fisik pembedahan : 3. Manajemen nyeri
Halaman :429 Penyembuhan Bantuan perawatan diri
Batasan Karakteristik KH : Monitor tanda-tanda vital
1. Hambatan mobilitas Mencapai kembali Perawatan tirah baring
2. ketidaknyamanan tingkat energi para Bantuan perawatan diri
3. Tidak mampu melakukan pembedahan yang Perawatan luka :Drainase
aktivitas ditandai dengan klien tertutup.
tanpak mampu
beristirahat.
Menujukan pemulihan
insisi pembedahan
Ketidak seimbangan nutrisi : kurang Setelah dilakukan tindakan Nutrition Monitoring
dari kebutuhan tubuh berhubungan keperawatan selam 3 x 24 jam: BB pasien dalam batas
dengan ketidak mampuan mencerna Tujuan : normal
makanan. (1975,2000) Monutrional status : Monitor adanya penurunan
Domain :2 Nutrisi Food and fluid Intake berat badan
Kelas : 1 Makan KH : Monitor tipe dan jumlah
Halaman : 177 1. Mampu mengontrol nyeri aktivitas yang biasa
pada klien dilakukan
2. Melaporkan bahwa nyeri Monitor interaksi anak atau
berkurang orangtua selama makan
3. Mengatakan rasa nyaman Monitor lingkungan selama
setelah nyeri berkurang makan
Jadwalkan pengobatan dan
perubahan pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
Monitor mual dan muntah
Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, dan kadar
Ht
Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
Monitor kalori dan intake
nutrisi
Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oral.
Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet
Gangguan pola tidur berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Manjemen lingkungan
denganImobilisasi.(1980,1998,2006,L keperawatan selama 3 x 24 jam 2. pemberian obat
OE 2.1) : 3. Terapi relaksasi
Domain : 4 Aktivitas /Istirahat Tujuan : Tarik nafas dalam
Kelas : 1 Tidur /istirahat Anxiety reduction 4. Memandikan klien
Halaman : 229 Comfort level 5. memijat klien
Batasan karakteristik Rest :Extent and patten 6. menajemen nutrisi
1. Ketidak puasan tidur Sleep :Extentan patten 7. manajemen nyeri
2. sering terjaga tanpa jelas
penyebab KH :
3. Menyatakan tidak mersa Jumlah jam tidur dalam
cukup istirahat. batas normal 6-8 jam
/hari
Pola tidur ,kualitas
dalam batas normal .
Mampu
mengidentifikasi hal-
hal yang meningkan
tidur.
Risiko Infesksi Setelah dilakukan tindakan 1. Kontrol infeksi
(1986,2010,2013;LOE 2.1) keperawatan selama 3 x 24 jam Kontol\infeksi: intraoperasi
Domain:11 Keamanan : 2. Perlinndungan infeksi
/Perlindungan Tujuan : perawatan luka
Kelas : 1 Infeksi Keparahan infeksi monitor tanda –tanda vital
Halaman : 405 KH : perawatan luka :tidak sembuh
Kontrol Risiko :Proses irigasi
infeksi manajemen pengobatan
Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana
keperawatan. Tindakan mencakup tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi. (Tarwoto &
Wartonah, 2011).
Pada tahap ini perawat menggunakan semua kemampuan yang dimiliki dalam
melaksanakan tindakan keperawatan terhadap klien baik secara umum maupun secara
khusus pada klien post appendictomy pada pelaksanaan ini perawat melakukan fungsinya
Evaluasi
Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana perawatan dapat dicapai
dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang diberikan. (Tarwoto &
Wartonah, 2011).
Untuk menentukan masalah teratasi, teratasi sebagian, tidak teratasi atau muncul
masalah baru adalah dengan cara membandingkan antara SOAP dengan tujuan, kriteria
S : subjective adalah informasi yang berupa ungkapan yang didapat dari klien setelah
tindakan diperbaiki
tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi,
masalah belum teratasi, masalah teratasi sebagian, atau muncul masalah baru.
PENGKAJIAN
Identitas Klien
Nama : Ny.R
Umur : 33 Tahun
Status : Nikah
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Penanggung Jawab
Nama : Tn.A
Pekerjaan : Wiraswasta
Umur : 41 Tahun
No.MR 499078
alasan masuk perut sakit pada bagian kanan bawah sejak 5 hari yang lalu, sebelumnya
pasien berobat ke puskesmas lalu setelah memakan obat dari puskesmas pasien merasa
mual dan muntah. Klien mengatakan pusing dan lemas,pasien juga mengatakan tidak
pernah BAB selama 5 hari setelah itu pasien juga merasakan perutnya padat dan sakit.
Riwayat Kesehatan
Saat dilakukan pengkajian pada Tanggal 15 Juni 2022 pukul 13.00 wib klien
mengatakan nyeri pada bagian kanan bawah perut pasien karena akibat post appendiks,
klien merasakan pusing, klien juga mengatakan susah bergerak karena insisi pebedahan,
Q (qualiti ): Klien mengatan nyeri terasa seperti diiris-iris setiap ingin melakukan
aktivitas bergerak.
S (severity) : Klien tanpak meringis, skala nyeri 5, nyeri yang dirasakan klien
disertai nadi dan nafas cepat, klien merasa tidak nyaman ketika nyeri datang.
T (Time ) : Klien mengatakan nyeri terasa hilang timbul, nyeri dirasakan saat mau
bergerak. Klien mengatakan sulit untuk tidur karena nyeri yang dirasakanya sangat
mengganggu, klien merasakan gelisah karena cuaca yang panas dan pasien tidak bisa
bergerak dengan bebas, klien haya tidur 2-3 jam di malam hari, klien merasakan kuatir
dengan kondisinya sekarang ini, karena klien memikirkan anaknya yang tinggal
dirumah yang memerlukan ASI eklusif sehari-hari.
berobat di puskesmas saja, kebiasaan klien suka memakan yang pedas –pedas,
sebelumnya pasen tidak pernah mengalami penyakit yang sama seperti sekarang,
tetapi pasien sebulan ini babnya sangat sulit dan sering kesakitan. Klien tidak
pernah mengalami operasi pada bagian abdomen atau bagian tubuh lainya.
klien, tetapi dalam pihak keluarga tepatnya pada ayah pasien mengalami penyakit
asma, tetapi keluarga tidak pernah atau tidak ada mengalami penyakit hipertensi,
Genogram
Keterangan:
: Laki - Laki
: Perempuan
: Perempuan meninggal
Pemeriksaan Fisik
Tanda Vital
TD :130/90 mmHg
Suhu :36,7·C
Pernafasan : 22x/menit
1. Kepala
Rambut
Inspeksi: Klien memiliki rambut berminyak, berbentuk agak ikal, kusam, terlihat
Mata
Inspeksi: Mata klien tanpak seperti mata panda, terlihat simetris kiri dan kanan.
Palpasi : Mata klien tidak ada nyeri tekan ,konjungtiva anemis, sclera ikterik,
Telinga
Inspeksi : Telinga klien terlihat simetris kiri dan kanan, tidak terlihat luka lecet,
ada sedikit serumen di dalam telinga pasien, tidak ada terlihat lecet dan
pendarahan.
Hidung
Inspeksi:Hidung klien terlihat bersih, tidak ada pembekakan, tidak ada luka lecet,
Inspeksi: Mulut klien terlihat agak kotor, ada terlihat karies, tidak ada stomatitis
2. Leher
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak ada bekas luka atau jahitan .
Palpasi: Tidak ada pembengkakan pada leher pasien, tidak ada teraba kelenjar
3. Thorak
Paru-paru
Inspeksi: Dada klien terlihat simetris kiri dan kanan, pengerakan dada normal,
frekuensi nafas 22x/i, tidak ada terliahat bekas luka atau lecet.
Palpasi : Tidak ada pembengkakan pada sekitar dada, pergerakan dada sama
Jantung
klien regular (I lup II dup), tidak ada murmur (suara gemuruh, berdesir).
4. Abdomen
Inspeksi : Perut terlihat buncit, terlihat strechmark , terlihat luka jahitan, dan
5. Punggung
Punggung klien terlihat datar ,tidak ada bekas luka lecet atau luka jahit,tidak ada
6. Ekstremitas
Atas : Pada tangan sebelah kiri terlihat terpasang infuse. Bawah: Pada kaki tidak
ada ngangguan berjalan, tidak terlihat adanya luka lecet atau parises, stremart.
7. Genetalia
Pada genetalia tidak terpasang kateter dan tidak ada melakukan pemeriksaan
8. Intergumen
Pada kulit pasien warnanya sawo matang, tugor kulit bagus atau lembab,ada
MAKANAN
BAK
Frekuensi 4-5 x/hari
5-6 x/hari
Warna Putih bening
Kuning pucat
Bau Pesing Pesing
Riwayat Alergi
Klien mengatakan ada riwayat alergi debu pada saat dia sudah
Data Psikologis
1. Prilaku Verbal
pengkajian.
Cara Memberikan Informasi : Klien memberikan informasi
2. Emosi
3. Persepsi penyakit
4. Konsep Diri
5. Adaptasi
Data Sosial
1. Pola komunikasi
perumahan.
Data Spritual
1. Keyakinan
kepada allah
2. Ketaatan beribadah
Data penunjang
1. Pemeriksaan darah lengkap
HTC 32.7(%)
Data Pengobatan
a. Ceftiaxon 2 x 1 hari /mg
d. Keterolak 3 x 30 mg
Data Fokus
a. Data Subjektif
lagi panas .
10) Klien mengatakan sudah 7 hari gelisah untuk tidur dari pertama
11) Klien mengatakan hanya tidur 2-3 jam pada malam hari
b. Data Objektif
nyeri
6) Klien tanpak malas untuk mobilisasi
kondisi cuaca
55555555
10) Klien tanpak skala nyeri 6
11) TTV
TD :130/90 mmHg
N :120 x/i
RR :24 x/i
S :36,7 ˚C
12) Klien tanpak lukanya ada bekas berdarah terlihat diperban karena
Analisa Data
enam.
seperti ditusu-tusuk
DO :
1.Klien tanpak meringis
nyeri
5 5
5 5
3 DS: Gangguan pola Halangan
1. Klienmengatakanlingkun
gan tidak nyaman ,karena tidur lingkungan
kodisi cuaca lagi panas .
2. Klien mengatakan belum
mandi sejak 5 hari yang
lalu,hanya dilap oleh
keluarganya.
3. Klien mengatakan sudah
7 hari gelisah untuk tidur
dari pertama dirawat sampai
sudah operasi.
DO :
1. Klien tanpak kurang
ceria karena kepanasan
disebabkan oleh kondisi
cuaca.
2. klien tanpak matanya
seperti mata panda karena
kurang tidur
Diagnosa Keperawatan
sisi bedah.
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen Setelah dilakukan tindakan 1. Pain Management
cidera fisik (pembedahan). keperawatan selama 1x24 jam : Lakukan pengkajian nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan
2. Analgesic Administration
Tentukan lokasi,
dari satu
Tentukan pilihan analgesik
nyeri
secara teratur
pertama kali
Evaluasi efektivitas
diri
Perawatan luka
:Drainase tertutup.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Sleep Enhancement
2. sering terjaga tanpa jelas penyebab Jumlah jam tidur dalam apa kebiasaan sebelum tidur).
3. Menyatakan tidak mersa cukup batas normal 6-8 jam /hari Ciptakan lingkungan yang
tidur.
IMPLEMENTASI
5.TTV :
TD :130/90 mmHg
N :120 x/i
RR :24 x/i
S :36,7˚C
farmasi :
Ceftiaxon 2 x 1 hari
/mg
Metronidazole 3 x 1
hari /mg
Ranitidin 2 x 1 hari
/mg
Keterolak 3 x 30 mg
Infus RL 500 cc 20
tts
teratasi karena
nonfarmakologi (teknik
nafas dalam).
2.klien sudah diberikan
analgesic.
P:Intervensi dilanjutkan
2. Memanajemen nyeri DO :
mobilisasi.
5555 5555
5555 5555
teratasi
mengerakan tubuhnya
ditempat tidur.
P : Intervensi dilanjutkan
3. 16 Juni 2022 14.30 Gangguan pola Sleep Enhancement DS:
(membaca,atau apa DO :
nyaman tidur
3. Analgesic imobilisasi
farmasi :
Ceftiaxon 2 x 1 hari
/mg
Metronidazole 3 x 1
hari /mg
Ranitidin 2 x 1 hari
/mg
Keterolak 3 x 30 mg
Infus RL 500 cc 20
tts
P:Intervensi dihentikan
pasien pulang
2. 17 Juni 2022 11.50 Resiko pelambatan 1. Melakukan Perawatan area 1.Klien mengatakan
Jum’at
WIB pemulihan pasca syatan lukanya sudah tidak
Pemberian obat DO :
:Drainase tertutup.
P : Intervensi dihentikan
DAFTAR PUSTAKA
Johnson, M.,et all, 2002, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition,
IOWA Intervention Project, Mosby.
Mc Closkey, C.J., Iet all, 2002, Nursing Interventions Classification (NIC) second
Edition, IOWA Intervention Project, Mosby.
Smeltzer, Bare (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner & suddart.
Edisi 8. Volume 2. Jakarta, EGC