Oleh Kelompok 4 :
Almadila Tasya
Ronauli Sitompul
Andre Andika Putra
Gusti Mega Putri
Eva Susanti
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................3
A. Pengertian Apendisitis.................................................................................3
B. Penyebab Apendisitis...................................................................................3
C. Patofisiologi Apendisitis..............................................................................4
D. Gejala Apendisitis........................................................................................5
F. Pengobatan Apendisitis................................................................................6
G. Pencegahan Apendisitis...............................................................................7
H. Komplikasi Apendisitis................................................................................8
A. Kesimpulan..................................................................................................9
B. Saran.............................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Radang usus buntu atau appendictis adalah keadaan darurat medis yang
membutuhkan operasi yang cepat untuk mengangkat apendiks.
Tanpa diobati, usus buntu yang meradang akhirnya akan meledak, atau dalam
bahasa medis disebut perforasi, sehingga mengeluarkan isinya ke dalam rongga perut.
Hal ini dapat menyebabkan peritonitis, peradangan serius dari rongga lapisan perut
(peritoneum) yang bisa berakibat fatal kecuali jika ditangani dengan cepat dengan
antibiotik yang kuat.
Terkadang radang usus buntu berisi nanah abses yang dapat menuju keluar
usus buntu yang meradang dan jika abses pecah akan membentuk jaringan parut.
Jaringan parut dan abses inilah membuat apendiks menjadi bengkak dan tersumbat.
Maka, meskipun apendiks belum perforasi, semua kasus apendisitis diperlakukan
darurat, yang membutuhkan pembedahan sebagai bentuk penanganannya.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Apendisitis?
2. Apa Saja Penyebab Apendisitis?
3. Bagaimana Patofisiologi dari Apendisitis?
4. Apa Saja Gejala Apendisitis?
5. Apa Saja Pemeriksaan Diagnostik Apendisitis?
6. Bagaimana Cara Pengobatan Apendisitis?
7. Bagaimana Cara Mencegah Apendisitis?
8. Apa Saja Komplikasi dari Apendisitis?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Pengertian Apendisitis
2. Untuk mengetahui Penyebab Apendisitis
3. Untuk mengetahui Patofisiologi Apendisitis
4. Untuk mengetahui Gejala Apendisitis
5. Untuk mengetahui Pemeriksaan Diagnostik Apendisitis
6. Untuk mengetahui Pengobatan Apendisitis
7. Untuk mengetahui Pencegahan Apendisitis
8. Untuk mengetahui Komplikasi Apendisitis
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Apendisitis
Radang usus buntu atau apendisitis adalah peradangan usus buntu, sebuah
organ yang merupakan tabung sepanjang 1,5 cm membentang dari usus besar.
Tidak ada yang benar-benar yakin apa fungsi apendiks. Satu hal yang diketahui
bahwa kita bisa hidup tanpa apendiks.
B. Penyebab Apendisitis
Penyebab appendisitis dapat dibagi menjadi dua yaitu karena obstruksi dan
infeksi.
Obstruksi Apendiks
3
Infeksi
Appendicitis akibat infeksi lebih umum terjadi pada anak-anak dan dewasa
muda
Faktor Risiko
C. Patofisiologi Apendisitis
4
Dalam beberapa jam, situasi terlokalisir ini dapat memburuk, karena
bisa terjadi trombosis arteri dan vena, memungkinkan terjadinya perforasi dan
gangren. Apabila proses ini berlanjut, dapat terjadi abses, atau peritonitis
periapendikular. Appendicitis dapat menjadi kronis, apabila obstruksi hanya
parsial, transien, atau intermiten. Karenanya, penderita akan mengalami
appendicitis berulang, dengan gambaran klinis nyeri abdomen kuadran kanan
bawah yang hilang timbul. Hal ini dapat mengaburkan diagnosis sebenarnya,
dan membuat dokter mendiagnosis sebagai penyakit gastrointestinal yang lain.
D. Gejala Apendisitis
Nyeri dekat pusar atau perut bagian atas yang menjadi semakin tajam
ketika bergerak ke perut kanan bawah. Ini biasanya merupakan tanda
pertama.
Kehilangan selera makan
Mual atau muntah segera setelah sakit perut dimulai
Pembengkakan perut
Demam
Ketidakmampuan untuk kentut (flatus)
Selain itu seiring berjalannya waktu, gejala apendisitis lainnya dari usus buntu
muncul, meliputi:
Nyeri tajam di mana saja, diantaranya di perut bagian atas atau bawah,
punggung, atau rektum
Nyeri ketika buang air kecil
Muntah yang mendahului nyeri perut
5
Kram parah
Sembelit atau bahkan diare
Jika memiliki salah satu gejala apendisitis yang disebutkan di atas, segera cari
bantuan medis, karena diagnosis dan pengobatan sangat penting. Jangan
makan, minum, atau menggunakan obat nyeri, antasida, obat pencahar, atau
bantalan pemanas, yang dapat menyebabkan apendiks meradang dan pecah.
Mendiagnosis usus buntu bisa rumit. Gejala apendisitis biasanya samar atau
sangat mirip dengan penyakit lain seperti masalah infeksi kandung kemih, infeksi
saluran urine (ureter atau uretra), penyakit Crohn, gastritis, infeksi usus, dan
masalah ovarium.
F. Pengobatan Apendisitis
6
Antibiotik yang diberikan sebelum apendiktomi dapat digunakan untuk
melawan peritonitis. Anestesi umum biasanya diberikan, dan apendiks akan
diangkat melalui sayatan perut atau dengan laparoskopi. Jika Anda mengalami
peritonitis, perut juga perlu diirigasi dan nanah perlu dikeringkan.
Dalam waktu 12 jam operasi pasien dapat bangun dan bergerak. Pasien
biasanya dapat kembali ke kegiatan normal dalam 2-3 minggu. Jika operasi
dilakukan dengan laparoskop (instrumen teleskop untuk melihat isi perut),
sayatan yang dilakukan akan lebih kecil dan pemulihan lebih cepat.
Perlu diketahui, tidak ada cara untuk mencegah apendisitis atau radang usus
buntu. Namun, usus buntu kurang sering pada orang yang makan makanan tinggi
serat, seperti buah-buahan dan sayuran segar.
G. Pencegahan Apendisitis
Dilansir dari laman Everday Health, sampai saat ini para pakar kesehatan
belum dapat menentukan bagaimana cara mencegah usus buntu. Meski begitu,
bukan berarti Anda harus berpasrah diri begitu saja tanpa melakukan usaha apa
pun guna mencegah kondisi ini.
7
Anda bisa mulai dengan rutin makan makanan dengan kandungan serat yang
tinggi setiap hari. Pasalnya, asupan serat yang kurang dalam tubuh justru bisa
memicu penumpukan pada usus karena makanan menjadi lebih sulit dicerna
dengan baik.
Tidak perlu khawatir, sumber makanan berserat tinggi bisa dengan mudah
didapatkan dari kelompok sayur dan buah-buahan. Misalnya apel, pir, pisang,
mangga, semangka, tomat, wortel, brokoli, kacang-kacangan, mentimun, bayam,
sawi, serta sayur dan buah jenis lainnya.
H. Komplikasi Apendisitis
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi, Apendisitis adalah : Peradangan usus buntu. Penyebab appendisitis dapat
dibagi menjadi dua yaitu karena obstruksi dan infeksi. Patofisiologinya adalah
Obstruksi total dalam lumen apendiks akan menimbulkan peningkatan tekanan
sehingga terjadi sekresi cairan dan mukus yang terus-menerus dari mukosa apendik
dan stagnasi material yang menyebabkan obstruksi tersebut. Bersamaan dengan itu,
bakteri intestinal dalam apendiks akan berkembangbiak menjadi banyak, dan
mengundang leukosit, sehingga terbentuklah pus, mengakibatkan tekanan
intraluminal apendiks menjadi semakin tinggi.
Gejala-gejalanya Nyeri dekat pusar atau perut bagian atas yang menjadi
semakin tajam ketika bergerak ke perut kanan bawah. Ini biasanya merupakan tanda
pertama, Kehilangan selera makan, Mual atau muntah segera setelah sakit perut
dimulai, Pembengkakan perut, Demam dan Ketidakmampuan untuk kentut (flatus).
Mendiagnosis usus buntu bisa rumit. Operasi untuk mengangkat usus buntu, yang
disebut apendiktomi, adalah pengobatan standar untuk radang usus buntu. Sampai
saat ini para pakar kesehatan belum dapat menentukan bagaimana cara mencegah
usus buntu. Komplikasi yang mungkin timbul adalah peritonitis, abses subfrenikus,
infiltrat dan fokal sepsis intraabdominal lain.
B. Saran
Bagi mahasiswa jurusan keperawatan, hal ini sangat bermanfaat untuk kita
ketahui agar nantinya saat kita melihat ke lapangan kita bisa mengetahui bagaimana
Apendisitis yang ada di lingkup rumah sakit khususnya dalam bidang keperawatan.
9
DAFTAR PUSTAKA
https://doktersehat.com/apendisitis-radang-usus-buntu/
https://www.alomedika.com/penyakit/bedah-umum/apendisitis/etiologi
https://www.alomedika.com/penyakit/bedah-umum/apendisitis/patofisiologi
https://hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/cara-mencegah-usus-buntu/
https://www.moedjito.com/index.php/news/detail/175
(www.medicastore.com? 2006)