Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH APENDISITIS

Oleh Kelompok 4 :

Almadila Tasya
Ronauli Sitompul
Andre Andika Putra
Gusti Mega Putri
Eva Susanti

Dosen Pengampu : Ns. Yenny Safitri, M.Kep.

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan


makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun
tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik seperti ini.
  Makalah ini disusun untuk menyelesaikan tugas kuliah Apendisits dengan
Mata Kuliah “ Keperawatan Medikal Bedah II” Penulis mengucapkan terima kasih
kepada guru atau dosen pembimbing yang telah banyak memberikan ilmu sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca pada umumnya terkhusus dari kalangan Mahasiswa maupun Pelajar.
Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Karena dalam penulisan
ini tidak luput dari kejanggalan dan kesalahan. Oleh karena itu, Penyusun memohon
para pembaca dapat memberikan saran dan kritiknya agar tulisan ini dapat kita
perbaiki untuk kedepannya yang lebih baik lagi.

Bangkinang, 09 Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................1

B. Rumusan Masalah........................................................................................2

C. Tujuan Penulisan..........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................3

A. Pengertian Apendisitis.................................................................................3

B. Penyebab Apendisitis...................................................................................3

C. Patofisiologi Apendisitis..............................................................................4

D. Gejala Apendisitis........................................................................................5

E. Pemeriksaan Disgnostik Apendisitis............................................................6

F. Pengobatan Apendisitis................................................................................6

G. Pencegahan Apendisitis...............................................................................7

H. Komplikasi Apendisitis................................................................................8

BAB III PENUTUP....................................................................................................9

A. Kesimpulan..................................................................................................9

B. Saran.............................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Radang usus buntu atau appendictis adalah keadaan darurat medis yang
membutuhkan operasi yang cepat untuk mengangkat apendiks.

Tanpa diobati, usus buntu yang meradang akhirnya akan meledak, atau dalam
bahasa medis disebut perforasi, sehingga mengeluarkan isinya ke dalam rongga perut.
Hal ini dapat menyebabkan peritonitis, peradangan serius dari rongga lapisan perut
(peritoneum) yang bisa berakibat fatal kecuali jika ditangani dengan cepat dengan
antibiotik yang kuat.

Terkadang radang usus buntu berisi nanah abses yang dapat menuju keluar
usus buntu yang meradang dan jika abses pecah akan membentuk jaringan parut.
Jaringan parut dan abses inilah membuat apendiks menjadi bengkak dan tersumbat.
Maka, meskipun apendiks belum perforasi, semua kasus apendisitis diperlakukan
darurat, yang membutuhkan pembedahan sebagai bentuk penanganannya.

Di Amerika Serikat, 1 dari 15 orang mengalami usus buntu. Meskipun bisa


menyerang pada usia berapa pun, apendisitis jarang terjadi di bawah usia 2 tahun dan
paling sering antara usia 10-30 tahun.

1
B. Rumusan Masalah
1.  Apa Pengertian Apendisitis?
2.  Apa Saja Penyebab Apendisitis?
3. Bagaimana Patofisiologi dari Apendisitis?
4. Apa Saja Gejala Apendisitis?
5. Apa Saja Pemeriksaan Diagnostik Apendisitis?
6. Bagaimana Cara Pengobatan Apendisitis?
7. Bagaimana Cara Mencegah Apendisitis?
8. Apa Saja Komplikasi dari Apendisitis?

C. Tujuan Penulisan
1.  Untuk mengetahui Pengertian Apendisitis
2.  Untuk mengetahui Penyebab Apendisitis
3.  Untuk mengetahui Patofisiologi Apendisitis
4.  Untuk mengetahui Gejala Apendisitis
5. Untuk mengetahui Pemeriksaan Diagnostik Apendisitis
6. Untuk mengetahui Pengobatan Apendisitis
7. Untuk mengetahui Pencegahan Apendisitis
8. Untuk mengetahui Komplikasi Apendisitis

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Apendisitis

Radang usus buntu atau apendisitis adalah peradangan usus buntu, sebuah
organ yang merupakan tabung sepanjang 1,5 cm membentang dari usus besar.
Tidak ada yang benar-benar yakin apa fungsi apendiks. Satu hal yang diketahui
bahwa kita bisa hidup tanpa apendiks.

B. Penyebab Apendisitis

Penyebab appendisitis dapat dibagi menjadi dua yaitu karena obstruksi dan
infeksi.

Obstruksi Apendiks

Obstruksi dalam lumen apendiks dapat diakibatkan oleh hal-hal berikut:

 Hiperplasia limfoid, etiologi yang paling umum


 Stasis fekal
 Fekalit, lebih umum pada orang lanjut usia
 Parasit
 Benda asing, sangat jarang
 Neoplasma, sangat jarang

3
Infeksi

Appendicitis akibat infeksi lebih umum terjadi pada anak-anak dan dewasa
muda

Faktor Risiko

Beberapa hal yang meningkatkan risiko terkena appendicitis adalah jenis


kelamin dan kebiasaan diet.

Wanita memiliki risiko mendapatkan appendicitis 25% dalam hidupnya,


sedangkan pria 12%. Sedangkan pada kebiasaan diet rendah atau tidak berserat
akan meninggikan viskositas feses, dan waktu transit, sehingga memudahkan
pembentukan fekalit.

C. Patofisiologi Apendisitis

Obstruksi total dalam lumen apendiks akan menimbulkan peningkatan


tekanan sehingga terjadi sekresi cairan dan mukus yang terus-menerus dari
mukosa apendik dan stagnasi material yang menyebabkan obstruksi tersebut.
Bersamaan dengan itu, bakteri intestinal dalam apendiks akan berkembangbiak
menjadi banyak, dan mengundang leukosit, sehingga terbentuklah pus,
mengakibatkan tekanan intraluminal apendiks menjadi semakin tinggi.

Obstruksi yang berkelanjutan terus akan meningkatkan tekanan


intraluminal di atas kapasitas yang dapat ditahan oleh vena-vena apendiks,
sehingga aliran darah dalam pembuluh darah ini ikut terobstruksi. Sebagai
konsekuensinya, terjadi iskemia pada dinding apendiks, lalu kekuatan epitelial
akan menurun, dan mengundang invasi bakteri ke dalam dinding apendiks.

4
Dalam beberapa jam, situasi terlokalisir ini dapat memburuk, karena
bisa terjadi trombosis arteri dan vena, memungkinkan terjadinya perforasi dan
gangren. Apabila proses ini berlanjut, dapat terjadi abses, atau peritonitis
periapendikular. Appendicitis dapat menjadi kronis, apabila obstruksi hanya
parsial, transien, atau intermiten. Karenanya, penderita akan mengalami
appendicitis berulang, dengan gambaran klinis nyeri abdomen kuadran kanan
bawah yang hilang timbul. Hal ini dapat mengaburkan diagnosis sebenarnya,
dan membuat dokter mendiagnosis sebagai penyakit gastrointestinal yang lain.

D. Gejala Apendisitis

Ada beberapa gejala apendisitis klasik yang muncul, meliputi:

 Nyeri dekat pusar atau perut bagian atas yang menjadi semakin tajam
ketika bergerak ke perut kanan bawah. Ini biasanya merupakan tanda
pertama.
 Kehilangan selera makan
 Mual atau muntah segera setelah sakit perut dimulai
 Pembengkakan perut
 Demam
 Ketidakmampuan untuk kentut (flatus)

Selain itu seiring berjalannya waktu, gejala apendisitis lainnya dari usus buntu
muncul, meliputi:

 Nyeri tajam di mana saja, diantaranya di perut bagian atas atau bawah,
punggung, atau rektum
 Nyeri ketika buang air kecil
 Muntah yang mendahului nyeri perut

5
 Kram parah
 Sembelit atau bahkan diare

Jika memiliki salah satu gejala apendisitis yang disebutkan di atas, segera cari
bantuan medis, karena diagnosis dan pengobatan sangat penting. Jangan
makan, minum, atau menggunakan obat nyeri, antasida, obat pencahar, atau
bantalan pemanas, yang dapat menyebabkan apendiks meradang dan pecah.

E. Pemeriksaan Diagnostik Apendisitis

Mendiagnosis usus buntu bisa rumit. Gejala apendisitis biasanya samar atau
sangat mirip dengan penyakit lain seperti masalah infeksi kandung kemih, infeksi
saluran urine (ureter atau uretra), penyakit Crohn, gastritis, infeksi usus, dan
masalah ovarium.

Tes berikut ini biasanya digunakan untuk diagnosis:

 Tes perut untuk mendeteksi peradangan


 Tes urine untuk menyingkirkan infeksi saluran kemih
 Tes rektum
 Tes darah untuk melihat apakah ada tanda leukositosis yang artinya ada
suatu peradangan/infeksi
 CT scan atau USG.

F. Pengobatan Apendisitis

Operasi untuk mengangkat usus buntu, yang disebut apendiktomi, adalah


pengobatan standar untuk radang usus buntu. Secara umum, jika dicurigai usus
buntu, dokter cenderung segera mengambil apendiks sehingga perforasi dapat
dicegah. Jika usus buntu telah membentuk abses, pasien dapat menjalani dua
prosedur: satu untuk mengeringkan abses nanah dan cairan, dan prosedur
selanjutnya untuk mengangkat apendiks. Namun, ada beberapa penelitian yang
menunjukkan bahwa pengobatan apendisitis akut dengan antibiotik dapat
menghilangkan kebutuhan untuk operasi.

6
Antibiotik yang diberikan sebelum apendiktomi dapat digunakan untuk
melawan peritonitis. Anestesi umum biasanya diberikan, dan apendiks akan
diangkat melalui sayatan perut atau dengan laparoskopi. Jika Anda mengalami
peritonitis, perut juga perlu diirigasi dan nanah perlu dikeringkan.

Dalam waktu 12 jam operasi pasien dapat bangun dan bergerak. Pasien
biasanya dapat kembali ke kegiatan normal dalam 2-3 minggu. Jika operasi
dilakukan dengan laparoskop (instrumen teleskop untuk melihat isi perut),
sayatan yang dilakukan akan lebih kecil dan pemulihan lebih cepat.

Setelah operasi usus buntu, hubungi dokter jika Anda mengalami:

 Muntah yang tidak terkontrol


 Sakit perut yang meningkat
 Pusing/ pingsan
 Muntahan atau kencing yang disertai darah
 Peningkatan rasa sakit dan kemerahan di bekas sayatan
 Demam
 Nanah dalam luka

Perlu diketahui, tidak ada cara untuk mencegah apendisitis atau radang usus
buntu. Namun, usus buntu kurang sering pada orang yang makan makanan tinggi
serat, seperti buah-buahan dan sayuran segar.

G. Pencegahan Apendisitis

Dilansir dari laman Everday Health, sampai saat ini para pakar kesehatan
belum dapat menentukan bagaimana cara mencegah usus buntu. Meski begitu,
bukan berarti Anda harus berpasrah diri begitu saja tanpa melakukan usaha apa
pun guna mencegah kondisi ini.

7
Anda bisa mulai dengan rutin makan makanan dengan kandungan serat yang
tinggi setiap hari. Pasalnya, asupan serat yang kurang dalam tubuh justru bisa
memicu penumpukan pada usus karena makanan menjadi lebih sulit dicerna
dengan baik.

Tidak hanya sampai di situ, sebuah penelitian yang dimuat dalam Biochemical


Journal memperoleh hasil bahwa makanan yang kaya akan serat bisa membantu
memberikan asupan sehat bagi bakteri baik yang ada dalam tubuh, termasuk di
sistem pencernaan.

Tidak perlu khawatir, sumber makanan berserat tinggi bisa dengan mudah
didapatkan dari kelompok sayur dan buah-buahan. Misalnya apel, pir, pisang,
mangga, semangka, tomat, wortel, brokoli, kacang-kacangan, mentimun, bayam,
sawi, serta sayur dan buah jenis lainnya.

H. Komplikasi Apendisitis

Komplikasi yang mungkin timbul adalah peritonitis, abses subfrenikus,


infiltrat dan fokal sepsis intraabdominal lain.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Jadi, Apendisitis adalah : Peradangan usus buntu. Penyebab appendisitis dapat
dibagi menjadi dua yaitu karena obstruksi dan infeksi. Patofisiologinya adalah
Obstruksi total dalam lumen apendiks akan menimbulkan peningkatan tekanan
sehingga terjadi sekresi cairan dan mukus yang terus-menerus dari mukosa apendik
dan stagnasi material yang menyebabkan obstruksi tersebut. Bersamaan dengan itu,
bakteri intestinal dalam apendiks akan berkembangbiak menjadi banyak, dan
mengundang leukosit, sehingga terbentuklah pus, mengakibatkan tekanan
intraluminal apendiks menjadi semakin tinggi.
Gejala-gejalanya Nyeri dekat pusar atau perut bagian atas yang menjadi
semakin tajam ketika bergerak ke perut kanan bawah. Ini biasanya merupakan tanda
pertama, Kehilangan selera makan, Mual atau muntah segera setelah sakit perut
dimulai, Pembengkakan perut, Demam dan Ketidakmampuan untuk kentut (flatus).
Mendiagnosis usus buntu bisa rumit. Operasi untuk mengangkat usus buntu, yang
disebut apendiktomi, adalah pengobatan standar untuk radang usus buntu. Sampai
saat ini para pakar kesehatan belum dapat menentukan bagaimana cara mencegah
usus buntu. Komplikasi yang mungkin timbul adalah peritonitis, abses subfrenikus,
infiltrat dan fokal sepsis intraabdominal lain.

B. Saran
Bagi mahasiswa jurusan keperawatan, hal ini sangat bermanfaat untuk kita
ketahui agar nantinya saat kita melihat ke lapangan kita bisa mengetahui bagaimana
Apendisitis yang ada di lingkup rumah sakit khususnya dalam bidang keperawatan.

9
DAFTAR PUSTAKA

https://doktersehat.com/apendisitis-radang-usus-buntu/

https://www.alomedika.com/penyakit/bedah-umum/apendisitis/etiologi

https://www.alomedika.com/penyakit/bedah-umum/apendisitis/patofisiologi

https://hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/cara-mencegah-usus-buntu/

https://www.moedjito.com/index.php/news/detail/175

(www.medicastore.com? 2006)

Anda mungkin juga menyukai