Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA

DISUSUN OLEH
ANNISA STATIRA 11202067
HARIS SUTRIO W 11202084
LENI WATI NAINGGOLAN 11202094
RIFA MUSTIKA 11202113
YUNEIKA ARIFANI 11202132
WENNY WIJAYANTI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN NON REGULER
BALIKPAPAN TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan Makalah ini yang tepat pada waktunya yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pneumonia “

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal
sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberkati segala usaha
kita. Amin

Balikpapan, 27 September 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

BAB I

A. Latar Belakang ........................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
C. Tujuan ........................................................................................................ 2
D. Manfaat ...................................................................................................... 2

BAB II

A. Pengertian ................................................................................................... 3
B. Anatomi dan Fisiologi ................................................................................ 4
C. Etiologi ....................................................................................................... 9
D. Patofisiologi .............................................................................................. 12
E. Manifestasi Klinik ..................................................................................... 16
F. Penatalaksanaan ........................................................................................ 17
G. Pemeriksaan Penunjang ............................................................................ 21

BAB III

A. Pengkajian ................................................................................................. 23
B. Diagnosa Keperawatan.............................................................................. 26
C. Intervensi .................................................................................................. 26

BAB IV

A. Kesimpulan .............................................................................................. 28
B. Saran ........................................................................................................ 28
C. Daftar Pustaka ......................................................................................... 29
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi saluran nafas bawah masih menjadi masalah utama dalam bidang
kesehatan. World Health Organization(WHO) melaporkan infeksi saluran nafas
bawah sebagai infeksi penyebab kematian paling sering di dunia dengan hampir3,5
juta kematian per tahun.
Pneumonia dan influenza didapatkan sebagai penyebab kematian sekitar 50.000
estimasi kematian pada tahun 2010.
Pneumonia didefinisikan sebagai peradangan yang mengenai parenkim paru, distal
dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.
Pneumonia berdasarkan tempat didapatkannya dibagi dalam dua kelompok
utama yakni, pneumonia komunitas (community aqquired pneumonia, CAP) yang
didapat di masyarakat dan pneumonia nosokomial (hospital aqquiredpneumonia,
HAP).3,4Pneumonia komunitas (PK) atau community-acquired pneumonia(CAP)
masih menjadi suatu masalah kesehatan utama tidak hanya di negara yang sedang
berkembang, tetapi juga di seluruh dunia. PK merupakan salah satu penyebab utama
kematian di dunia dan merupakan penyebab kematian terbesar ke-6 di Amerika
Serikat.
Di Indonesia, Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 mencatat
kematian akibat pneumonia dan infeksi saluran nafas sebanyak 34 per 100.000
penduduk pada pria dan 28 per 100.000 penduduk pada wanita. Sementara itu,
menurut Riskesdas 2013, pneumonia menduduki urutan ke-9 dari 10 penyebab
kematian utama di Indonesia, yaitu sebesar 2,1%.5,6,7.
Pneumonia tentunya perlu mendapat perhatian dan penanganan yang tepat,
mengingat penyakit ini masih menjadi permasalahan kesehatan utama di Indonesia.
Untuk itu, diagnosis yang tepat, pemberian terapi antibiotika yang efektif, perawatan
yang baik, serta usaha preventif yang bermakna terhadap penyakit ini perlu dilakukan
agar berkurangnya morbiditas dan mortalitas pada pneumonia.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang kelompok angkat dalam makalah ini, antara lain :
1. Bagaimana konsep kolelitiasis?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan pneumonia
C. Tujuan

1. Tujuan Umum
a. Menjelaskan Konsep Pneumonia
b. Menjelaskan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Pneumonia
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan Pengertian Pneumonia
b. Menjelaskan Anatomi Fisiologis Pneumonia
c. Menjelaskan Etiologi Pneumonia
d. Menjelaskan Patofisiologi Pneumonia
e. Menjelaskan Manifestasi Pneumonia
f. Menjelaskan Penatalaksanaan Pneumonia
g. Menjelaskan Pemeriksaan Penunjang pasien Pneumonia
h. Menjelaskan Asuhan Keperawatan pada klien dengan Pneumonia

D. Manfaat
Menambah pengetahuan mahasiswa tentang konsep teori dan asuhan
keperawatan pada klien dengan Pneumonia

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Pnemonia adalah salah satu penyakit peradangan akut parenkim paru yang
biasanya dari suatu infeksi saluran pernafasan bawah akut (ISNBA) (Silvia A.
Prince). Dengan gejala batuk dan disertai dengan sesak nafas yang disebabkan agen
infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspiri substansi asing, berupa
radang paru-paru yang disertai eksudasi dan konsilidasi dan dapat dilihat melalui
gambaran radiologis (NANDA NIC-NOC, 2015)
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari
bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.
(Dahlan, Zuh 2006).

B. ETIOLOGI
Menurut Nanda Nic-Noc (2015) peenyebaran infeksi terjadi melalui droplet
dan sering disebabkan oleh streptoccus pnemonia, melalui slang infus oleh
staphylococcus aureus sedangkan pada oemakaian ventilatr oleh P. Aeruginosa dan
enterobacter. Dan masa kini terjadi karena perubahan keadan pasien seperti kekebalan
tubuh dan penyakit kronis, polusi ligkungan, penggunaan antibiotic yang tidak tepat.
Setelah masuk paru-paru organism bermultiplikasi dan jika telah berhasil
mengahlahkan mekanisme pertahanan paru, terjadi pnemonia. Selan di atas penyebab
terjadinya pnemonia sesuai penggolongannya yaitu:

a. Bacteria: diplococcus pnemonia, pnemococcus, streptokokus hemolyticus,


streptokoccus aureus, hemophilus influinzae, mycobacterium tuberkolusis,
bacillus friedlander.
b. Virus: repiratory syncytial virus, adeno virus, V. Sitomegalik, V. Influenza.
c. Mycoplasma pnemonia
d. Jamur: histoplasma capsulatum cryptococcus neuroformans, blastomyces
dermatitides, coccidodies immitis, aspergilus species, candida albicans.
e. Aspirasi: makanan, kerosene (bensin, minyak tanah), cairan amnion, benda
asing
f. Pnemonia hipostatik
g. Sindrom loefflet

C. PATOFISIOLOGI
Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja, dari anak
sampai usia lanjut. Pecandu alcohol, pasien pasca operasi, orang-orang dengan
gangguan penyakit pernapasan, sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalan
tubuhnya , adalah yang paling berisiko. Sebenarnya bakteri pneumonia itu ada dan
hidup normal pada tenggorokan yang sehat. Pada saat pertahanan tubuh menurun,
misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan
cepat berkembang biak dan merusak organ paru-paru. Kerusakan jaringan paru
setelah kolonisasi suatu mikroorganisme paru banyak disebabkan oleh reaksi imun
dan peradangan yang dilakukan oleh pejamu. Selain itu, toksin-toksin yang
dikeluarkan oleh bakteri pada pneumonia bakterialis dapat secara langsung merusak
sel-sel system pernapasan bawah. Pneumonia bakterialis menimbulkan respon imun
dan peradangan yang paling mencolok. Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari
lobus paru-paru, ataupun seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-
paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari
jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui
peredaran darah. Bakteri pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai
penyebab pneumonia (Sipahutar, 2007).
Proses pneumonia mempengaruhi ventilasi. Setelah agen penyebab mencapai
alveoli, reaksi inflamasi akan terjadi dan mengakibatkan ektravasasi cairan serosa ke
dalam alveoli. Adanya eksudat tersebut memberikan media bagi pertumbuhan bakteri.
Membran kapiler alveoli menjadi tersumbat sehingga menghambat aliran oksigen ke
dalam perialveolar kapiler di bagian paru yang terkena dan akhirnya terjadi
hipoksemia (Engram 1998).
Setelah mencapai alveoli, maka pneumokokus menimbulkan respon yang khas
terdiri dari empat tahap yang berurutan (Price, 1995 : 711) :
1. Kongesti (24 jam pertama) : Merupakan stadium pertama, eksudat yang kaya
protein keluar masuk ke dalam alveolar melalui pembuluh darah yang
berdilatasi dan bocor, disertai kongesti vena. Paru menjadi berat, edematosa
dan berwarna merah.
2. Hepatisasi merah (48 jam berikutnya) : Terjadi pada stadium kedua, yang
berakhir setelah beberapa hari. Ditemukan akumulasi yang masif dalam ruang
alveolar, bersama-sama dengan limfosit dan magkrofag. Banyak sel darah
merah juga dikeluarkan dari kapiler yang meregang. Pleura yang menutupi
diselimuti eksudat fibrinosa, paru-paru tampak berwarna kemerahan, padat
tanpa mengandung udara, disertai konsistensi mirip hati yang masih segar dan
bergranula (hepatisasi = seperti hepar).
3. Hepatisasi kelabu (3-8 hari) : Pada stadium ketiga menunjukkan akumulasi
fibrin yang berlanjut disertai penghancuran sel darah putih dan sel darah merah.
Paru-paru tampak kelabu coklat dan padat karena leukosit dan fibrin
mengalami konsolidasi di dalam alveoli yang terserang.
4. Resolusi (8-11 hari) : Pada stadium keempat ini, eksudat mengalami lisis dan
direabsorbsi oleh makrofag dan pencernaan kotoran inflamasi, dengan
mempertahankan arsitektur dinding alveolus di bawahnya, sehingga jaringan
kembali pada strukturnya semula. (Underwood, 2000 : 392).
Organisme

sistem pertahanan Sel nafas bagian bawah stapilokokus


pneumokokus
terganggu

Trombus
Virus
Eksudat masuk ke alveoli

Toksin, coagulase
Kuman patogen Alveoli
mencapai bronkioli
terminalis merusak sel
epitel bersilis, sel Sel darah merah, Permukaan lapisan pleura
goblet leukosit, pneumokokus tertutup tebal eksudat trombus
mengisi alveoli vena pulmonalis

Cairan
edema+leukosit ke
alveoli Leukosit + fibrin Nekrosis hemoragik
mengalami konsolidasi
Konsilidasi
paru Leukositosis

Suhu tubuh meningkat


Kapasitasital,
compliance menurun
Risiko kekurangan volume cairan
hipertermi
Intoleransi aktivitas

Defisiensi pengetahuan

Produksi sputum Abses pneumatocele


meningkat (kerusakan jaringan
paurt)

Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas Ketidak efektifan pola nafas
D. KLASIFIKASI

Dalam buku NANDA NIC NOC 2015 klasifikasi pneumonia dapat dibagi menjadi :

A. Klasifikasi berdasarkan anatomi. (IKA FKUI)

1. Pneumonia Lobaris, melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu atau
lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai pneumonia
bilateral atau “ganda”.
2. Penumonia Lobularis (Bronkopneumonia) terjadi pada ujung akhir bronkiolus,
yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak
konsolidasi dalam lobus yang berada didekatnya, disebut juga pneumonia
loburalis.
3. Pneumonia Interstitial (Bronkiolitis) proses iflamasi yang terjadi di dalam
dinding alveolar (interstisium) dan jaringan peribronkial serta interlobural.

B. Klasifikasi Pneumonia berdasarkaninang dan lingkungan:

1. Pneumonia Komunitas
Dijumpai pada H. Influenza pada pasien perokok, pathogen atipikal pada
lansia, gram negative pada pasien dari rumah jompo, dengan adanya PPOK,
penyakit penyerta kardiopolmonal/jamak, atau paska terapi antibiotika
spectrum luas.
2. Pneumonia Nosokomial
Tergantung pada 3 faktor yaitu: tingkat bert sakit, adanya resiko untukjenis
pathogen tertentu, dan masa menjelang timbul onset pneumonia.
3. Pneumonia Aspirasi
Disebabkan oleh infeksi kuman, pneumonitis kimia akibat aspirasi bahan
tosik, akibat aspirasi cairan inert misalnya cairan makanan atau lambung
edema paru, dan obstruksi mekanik simple oleh bahan padat.
4. Pneumonia pada Gangguan Imun
Terjadi karena akibat proses penyakit dan akibat terapi. Penyebab infeksi
dapat disebabkan oleh kuman pathogen atau mikroorganisme yang biasanya
nonvirulen, berupa bakteri, protozoa, parasit, virus, jamur dan cacing.
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Demam, sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama. Paling sering terjadi
pada usia 6 bulan – 3 tahun dengan suhu mencapai 39,5-40,5 bahkan dengan
infeksi ringan. Mungkin malas dan peka rangsang atau terkadang euphoria dan
lebih aktif dari normal, beberapa anak bicara dengan kecepatan yang tidak biasa.
2. Meningismus, yaitu tanda-tanda mengingeal tanpa infeksi meninges. Terjadi
dengan awitan demam yang tiba-tiba dengan disertai sakit kepala, nyeri dan
kekakuan pada punggung dan leher, adanya tanda kernig dan brudzinski, dan akan
berkurang saat suhu turun,
3. Anoreksia, merupakan hal yang umum disertai dengan penyakit masa kanak-
kanak. Seringkali merupakan bukti awal dari penyakit. Menetap sampai derajat
yang lebioh besar atau lebih sedikit melalui tahap demam dari penyakit, seringkali
memanjang sampai tahap pemulihan.
4. Muntah, anak kecil mudah muntah bersamaan dengan penyakit yang merupakan
petunjuk untuk awitan infeksi. Biasanya berlangsung singkat, tetapi dpat
mementap selama sakit.
5. Diare, biasanya ringan, diare sementara tetapi dapat menjadi berat. Sering
menyertai infeksi pernafasan. Khususnya karena virus.
6. Nyeri abdomen, merupakan keluhan umum. Kadang tidak bisa dibedakan dari
nyeri apendiksitis.
7. Sumbatan nasal, pasase nasal kecil dari bayi mudah tersumbat oleh
pembengklakan mukosa dan eksudasi, dapat mempengaruhi pernafasan dan
menyusu pada bayi.
8. Keluhan nasal, sering menyertai infeksi pernafasan. Mungkin encer dan sedikit
(rinorea) atau kental dan purulen, bergantung pada tipe dan atau tahap infeksi.
9. Batuk, merupakan gambaran umum dari penyakit pernafasan. Dapat menjadi bukti
hanya selama fase akut.
10. Bunyi pernafasan, seperti batuk, mengi, mengorok. Auskultasi terdengar mengi,
krekels.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan penunjang menurut Nanda Nic – Noc (2015) antara lain :

1. Sinar X: mengidentifikasi distributor struktural (misal: lobar, bronchail); dapat


juga menyatakan abses)
2. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis
3. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis organisme
khusus
4. Pemeriksaan gram/kultur, sputum darah: untuk dapat mengidentifikasi semua
orgaisme yang ada
5. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-pru, menetapkan luas berat
penyakit dan membantu diagnosis keadaan
6. Spimetrik static untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi

G. DIAGNOSA / KRITERIA DIAGNOSA (Nanda Nic Noc 2015)


a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d inflamasi dan obstruksi jalan nafas
b. Ketidakefektifan pola nafas
c. Nyeri b.d proses inflamasi
d. Kekurangan volume cairan b.d intake oral tidak adekuat, takipnea, demam
e. Intoleransi aktivitas b.d isolasi respiratory
f. Defisiensi pengetahuan b.d perawatan anak pulang

H. PENATALAKSANAAN
Menurut Nanda Nic Noc (2015) kepada penderita yang penyakitnya tidak
terlalu berat, bisa diberikan antibiotic per-oral dan tetap tinggal di rumah. Penderita
yang lebih tua dan penderita dengan sesak nafas atau dengan penyakit jantung atau
penyakit paru lainnya, harus dirawat dan antibiotic diberikan melalui infus. Mungkin
perlu diberikan oksigen tambahan, cairan intervena dan alat bantu nafas mekanik.
Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap pengobatan dan keadaannya
membaik dalam waktu 2 minggu. Penatalaksanaan umum yang dapat diberikan antara
lain:
 Oksigen 1-2L/menit.
 IVFD dekstrose 10%:NACl 0,9% = 3:1, + KCl 10 mEq/500 ml cairan. Jumlah
cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.
 Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan eternal bertahap melalui
selang nasogastrik dengan feeding drip.
 Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan
beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier. Koreksi gangguan
kesimbangan asam basa dan elektrolit.
Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab, antibiotic diberikan
sesuai hasil kultur.
Untuk kasus pneumonia community based:
 Ampasilin 100mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.
 Kloramfenikol 75mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.
Untuk kasus pneumonia hospital based:
 Sefatoksim 100mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.
 Amikasin 10-15mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.
I. KOMPLIKASI
a. Demam menetap / kambuhan akibat alergi obat
b. Atelektasis (pengembangan paru yang tidak sempurna) terjadi karena obstruksi
bronkus oleh penumukan sekresi
c. Efusi pleura (terjadi pengumpulan cairan di rongga pleura)
d. Empiema (efusi pleura yang berisi nanah)
e. Delirium terjadi karena hipoksia
f. Super infeksi terjadi karena pemberian dosis antibiotic yang besar. Ex: penisilin
g. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
h. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
i. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Identitas
Nama, Usia, Jenis kelamin, Tempat/Tanggal lahir, Alamat
b. Keluhan Utama
c. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Penyakit Sekarang
2. Riwayat Penyakit Dahulu
d. Riwayat Kehamilan Dan Kelahiran
e. Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
f. Sirkulasi
Gejala : riwayat adanya
Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat
g. Makanan/cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes mellitus
Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan
kakeksia
(malnutrisi)
h. Neurosensori
Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)
Tanda : perusakan mental (bingung)
i. Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia, artralgia.
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk
membatasi gerakan)
j. Pernafasan
Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea.
Tanda : sputum:merah muda, berkarat
perpusi: pekak datar area yang konsolidasi
premikus: taksil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi
Bunyi nafas menurun
Warna: pucat/sianosis bibir dan kuku
k. Keamanan
Gejala : riwayat gangguan sistem imun misal: AIDS, penggunaan steroid,
demam.
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar
l. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis
Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat 6-8 hari
Rencana pemulangan: bantuan dengan perawatan diri, tugas pemeliharaan
rumah
m. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
Perlu diperhatikan adanya takipnea dispne, sianosis sirkumoral,
pernapasan cuping hidung, distensi abdomen, batuk semula nonproduktif
menjadi produktif, serta nyeri dada pada waktu menarik napas.Batasan
takipnea pada anak berusia 12 bulan – 5 tahun adalah 40 kali / menit atau
lebih.Perlu diperhatikan adanya tarikan dinding dada ke dalam pada fase
inspirasi. Pada pneumonia berat, tarikan dinding dada kedalam akan
tampak jelas.
2. Palpasi
Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar, fremitus raba
mungkin meningkat pada sisi yang sakit, dan nadi mungkin mengalami
peningkatan atau tachycardia.
3. Perkusi
Suara redup pada sisi yang sakit.
4. Auskultasi
Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan telinga
ke hidung / mulut anak. Pada anak yang pneumonia akan terdengar
stridor. Sementara dengan stetoskop, akan terdengar suara napas
berkurang, ronkhi halus pada sisi yang sakit, dan ronkhi basah pada masa
resolusi. Pernapasan bronchial, egotomi, bronkofoni, kadang terdengar
bising gesek pleura (Mansjoer,2000).
2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d inflamasi dan obstruksi jalan
nafas
b. Ketidakefektifan pola nafas
c. Nyeri b.d proses inflamasi
d. Kekurangan volume cairan b.d intake oral tidak adekuat, takipnea, demam
e. Intoleransi aktivitas b.d isolasi respiratory
f. Defisiensi pengetahuan b.d perawatan anak pulang
3. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan dan kreteria hasil Intervensi Rasional


1. Ketidak Setelah dilakukan tindakan NIC label
efektifan bersihan keperawatan selama ..x .. Respiratory Monitoring
jalan nafas b.d jam diharapkan jalan nafas
1. Untuk mengetahui
inflamasi dan pasien bersih 1. Monitor vital sign
keadaan umum klien.
obstruksi jalan nafas NOC (suhu, RR, Nadi)
 Respiratory status: 2. Monitor respirasi dan
2. Penurunan bunyi napas
ventilation oksigenasi
dapat menunjukkan
 Respiratory status: 3. Auskultasi bunyi napas
atelektasis
airway patency 4. Anjurkan keluarga
Kriteria hasil: pasien memberikan 3. Untuk mencatat adanya
 Mendemonstrasikan minuman hangat atau suara napas tambahan.
batuk efektif dan suara susu hangat
4. Berguna untuk
nafas bersih, tidak ada 5. Kolaborasi dalam
melunakan secret
sianosis dan dyspneu pemberian terapi

 Menunjukkan jalan nebulizer sesuai


5. Untuk melancarkan
nafas yang paten indikasi
mengencerkan dahak dan
 Mampu 6. Berikan O2 dengan
melancarkan jalan nafas.
mengidentifikasi dan menggunakan nasal

mencegah faktor yang 7. Penghisapan (suction) 6. Untuk membantu pasien


sesuai indikasi. bernafas lebih
dapat menghambat
jalan nafas
baik/mengurangi sesak
nafas

7. Merangsang batuk atau


pembersihan jalan nafas
suara mekanik pada faktor
yang tidak mampu
melakukan karena batuk
efektif atau penurunan
tingkat kesadaran.

2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan NIC 1. Untuk memastikan ada


pola nafas keperawatan selama ..x .. atau tidaknya sumbatan
1. Buka jalan nafas
jam diharapkan pola nafas pada jalan nafas
2. Pastikan posisi untuk
pasien normal 2. Agar pasien dapat
memaksimalkan
NOC: bernafas dengan
ventilasi
optimal/lebih baik
 Respiratory status: 3. Auskultasi suara nafas,
3. Untuk mengetahui
ventilasi catat adanya suara
adanya suara nafas
 Respiratory status:
airway patency tambahan tambahan
 Vital sign status 4. Monitor vital sign 4. Untuk mengetahui
(pernafasan) dan status kondisi pernafasan
Kriteria hasil:
O2 pasien dan status O2
 Mendemonstrasikan 5. Keluarkan secret 5. Untuk mengeluarkan
batuk efektif, suara dengan batuk atau secret yang
nafas yang bersih, suction menghambat jalan
tidak ada cyanosis, nafas
dyspneu
 Menunjukkan jalan
nafas yang paten
(irama nafas, tidak
tercekik, tidak ada
nsuara nafas
abnormal)
 Tanda-tanda vital
dalam rentang
normal

3. Kekurangan Setelah dilakukan tindakan NIC


volume cairan b.d keperawatan selama ..x.. 1. Monitoring status 1. Untuk mengetahui status
intake oral tidak jam diharapkan kebutuhan hidrasi (kelembaban hidrasi pasien
adekuat, takipnea, volume cairan pasien membrane mukosa, nadi
demam terpenuhi. yang adekuat) secara tepat 2. Untuk memastikan jumlah
NOC 2. Atur catatan intake dan cairan yang masuk dan
 Fluid balance output cairan secara akurat keluar
 Hydration 3. Beri cairan yang sesuai 3. Untuk memenuhi

 Nutritional status: kebutuhan cairan pasien

food and fluid intake Fluid monitoring:

Kriteria hasil: 4. Identifikasi factor 4. Untuk mengetahui factor

 Mempertahankan risiko ketidakseimbangan risiko ketidakseimbangan

urine output sesuai cairan (hipertermi, infeksi, cairan dan mencegah

dengan usia, dn BB, muntah dan diare) secara dini factor tersebut

BJ, urien normal, HT 5. Monitoring tekanan 5. Komplikasi letal dapat

normal darah, nadi dan RR terjadi selama awal

 Tekanan darah, nadi, periode pengobatan

suhu tubuh dalam antimikroba. Kurva suhu

batas normal tubuh memberikan indeks


respon pasien terhadap
 Tidak ada tanda-
terapi. Hipotensi yang
tanda dehidrasi,
terjadi dini pada
elestisitas turgor
perjalanan penyakit dapat
kulit baik, membran mengindikasikan hipoksia
mukosa lembab, atau bakterimia.
tidak ada rasa haus Antipiretik diberikan
yang berlebihan dengan kewaspadaan,
karena antipiretik dapat
mengakibatkan penurunan
suhu dan dengan demikian
IV teraphy: mengganggu evalusasi
6. Lakukan 5 benar kurva suhu
pemberian terapi infuse 6. Untuk memastikan terapi
(benar obat, dosis, pasien, diberikan secara benar
rute, frekuensi)
7. Monitoring tetesan dan 7. Untuk memastikan
tempat IV selama pemberian pemberian terapi diberikan
secara tepat

4. Intoleransi Setelah dilakukan tindakan NIC Activity Therapy 1. Untuk dapat memberikan
aktivitas b.d isolasi keperawatan selama ..x.. 1. Kaloborasikan dengan program yang sesuai dan
respiratory jam diharapkan energi tenaga rehabilitasi medik tepat.
psikologis maupun fisiologi dalam merencanakan 2. Untuk mengetahui
pasien terpenuhi program terapi yang tepat kemampuan pasien dalam
NOC 2. Bantu pasien melakukan suatu aktivitas
 Energy conervation mengidentifikasikan 3. Untuk membantu pasien
 Activity tolerrance aktivitas yang mampu dalam beraktivitas

 Self care: Adls dilakukan 4. Untuk dapat mengetahui

Kriteria hasil: 3. Bantu untuk mendapatkan kekurangan pasien dalam

 Berpartisipasi dalam alat bantuan aktivitas beraktivitas dan

aktifitas fisik tanpa seperti kursi roda memberikan penanganan

disertai peningkatan 4. Bantu pasien dan keluarga yang tepat

tekanan darah, nadi, untuk mengidentifikasi 5. Untuk bisa membuat

RR kekurangan dalam pasien selalu termotivsi

 Mempu melakukan aktivitas dan besemangat

aktivitas sehari-hari 5. Bantu pasien 6. Untuk mengetahui

secara mandiri mengembangkan motivasi kesanggupan dan


dan peguatan keinginan pasien dalam
 Tanda tanda vital
6. Monitor respon fisik, melakukan aktivitas
normal
emosi, sosial, dan spiritual
 Energy psikomotor
 Level kelemahan
 Mampu berpindah:
dengan atau tanpa
bantuan
 Status
kardiopulmonari
adekuat
 Sirkulasi status baik
 Status respirasi:
pertukaran gas dan
ventilasi adekuat
5. Defisiensi Setelah dilakukan tindakan 1. Berikan penilaian tentang 1. Untuk bisa mengukur
pengetahuan b.d keperawatan selama ..x.. tingkat pengetahuan pasien tingkat pengetahuan
perawatan anak jam diharapkan pengetahuan tentang proses penyakit keluarga pasien
pulang keluarga pasien bertambah. yang spesifik 2. Untuk mempermudah
NIC 2. Gambarkan tanda dan gejala keluarga pasien
yang biasa muncul pada mengerti tentang
 Knowlwdge: disease
penyakit, dengan cara yang penyakit pasien dan
process
tepat dapat mengetahui tanda
 Knowledge: health
3. Identifikasi kemungkinan dan gejalanya
Behavior
penyebab dengan cara yang 3. Untuk mengetahui
Kriteria Hasil: tepat penyebab yang dapat

 Keluarga pasien 4. Diskusikan pilihan terapi menimbulkan penyakit

menyatakan paham atau penanganan pasien menjadi semakin

tentang penyakit, memburuk

kondisi, prognosis, 4. Untuk bisa memberikan

dan program terapi yang tepat pada

pengobatan pasien
 Keluarga pasien
mampu melakukan
prosedur yang
dijelaskan secara
benar
 Keluarga pasien
mampu menjelaskan
kembali apa yang
dijelaskan
perawat/tim
kesehatan lainnya

6. Nyeri berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Tentukan karakteristik nyeri, 1. untuk mengetahui nyeri dada
dengan inflamasi parenkim keperawatan selama ..x.. misalnya : tajam, konstan, biasanya ada dalam beberapa
paru, reaksi seluler jam diharapkan dispenea selidiki perubahan karakter / derajat pada peneumonia,juga
terhadap sirkulasi toksin dan takipnea tidak ada lokasi nyeri dan ditusuk. dapat timbul komplikasi
dan batuk menetap. pneumonia seperti perikarditis
Kriteria hasil :
dan indokarditis.
 Kesulitan bernafas
tidak ada 2. Pantau tanda vital. 2. perubahan frekuensi jantung
 Akral hangat
sianosis atau TD menunjukkan bahwa
 Kapilari refile pasien mengalami nyeri,
kembali dalam 2-3 khususnya bila alasan lain
detik untuk perubahan tanda vital
 Gelisah tidak ada telah terlihat.
 Penurunan kesadaran
tidak ada
3. Berikan tindakan nyaman
 Pucat dan sianosis 3. tindakan non analgesik
misalnya, pijatan punggung,
tidak ada diberikan dengan sentuhan
perubahan posisi, musik
lembut dapat menghilangkan
tenang, relaksasi atau latihan
ketidak nyamanan dan
napas.
memperbesar efek terapi
analgesik.

4. Tawarkan pembersihan
4. Pernapasan mulut dan terapi
mulut dengan sering. oksigen dapat mengiritasi dan
mengeringkan membran
mukosa, potensial ketidak
nyamanan umum.
Kolaborasi : 5. Obat ini digunakan untuk
5. Berikan analgesic sesuai menekan batuk non produktif
indikasi. atau proksismal atau
menurunkan mukosa
berlebihan, meningkatkan
kenyamanan atau istirahat
imun.
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer,Suzanne C.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &Suddarth


volume 1.Jakarta:EGC
Nurarif, Amin Huda. 2015. Nanda. Nic Noc Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC
Dochterman, Joanne McCloskey et al.2004.Nursing Interventions Classification
(NIC).Missouri : Mosby
Moorhead, Sue et al. 2008.Nursing Outcome Classification (NOC).Missouri : Mosby
Dahlan, Zul. 2006. Buku Ajar Ilmu Pernyakit Dalam. Jakarta: balai penerbit FKUI

Anda mungkin juga menyukai