Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN INFARK MIOKARDIUM

DISUSUN OLEH

AIP HAKIKI

(214201446149)
JAYATRI KURNIASIH (214201446037)
LILIS MUKHLISOH (214201446163)
MAWADAH T (214201446146)

PRODI KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NASIONAL
2021

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami mengucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas izinNya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Asuhan
Keperawatan pada Pasien dengan Infark Miokardium”, ini merupakan salah satu
pokok bahasan dalam mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat. Semoga dengan
adanya makalah ini, dapat menambah pengetahuan dan bisa mengaplikasikannya.

Kami menyadari dalam penulisan makalah ini, masih banyak kekurangan


maupun kesalahan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan masukan berupa
kritik dan saran yang sifatnya membangun.

Akhirnya penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang


telah membantu dalam penyusunan makalah ini, terutama pada dosen pengampu.

Jakarta, Oktober 2021

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .…………………………………………………………. i

KATA PENGANTAR ……………………………………………………… ii

DAFTAR ISI ……… ………………………………………………………… iii


BAB I PENDAHULUAN …………… ………………………………………..

1.1 Latar Belakang ………………………………………………………….


1.2 Tujuan …………………………………………………………………..
1.3 Sistematika Penulisan …………………………………………………

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………..

2.1 Anatomi Fisiologi ……………………………………………………….

2.2 Pengertian ……………………………………………………………….

2.3 Etiologi …………………………………………………………………..

2.4 Manifestasi Klinis ……………………………………………………..

2.5 Patofisiologi/ Patflowdiagram ………………………………………….

2.6 Pemeriksaan Penunjang …………………………………………………

2.7 Komplikasi ……………………………………………………………..

2.8 Penatalaksanaan ………………………………………………………….

2.9 Diagnosa Keperawatan ………………………………………………..

2.10 Nursing Care Plan & Rasionalisasi …………………………………….

BAB III PENUTUP ………………………………………………………….

3.1 Simpulan ……………………………………………………………..

3.2 Saran …………………………………………………………………

LAMPIRAN ………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Infark Miokard Akut (IMA) merupakan salah satu penyakit
kardiovaskuler yang sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari (Astuti
& Maulani, 2018).
Infark miokard akut (IMA) atau yang lebih dikenal serangan jantung
adalah keadaan dimana aliran darah ke jantung mengalami gangguan
sehingga menyebabkan sel otot jantung mati (Haryuni, 2015).
Penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang banyak menyebabkan
kematian di negara maju maupun negara berkembang (Susilo, 2015).
Data World Health Organization (WHO, 2017) penyakit
kardiovaskular menyebabkan kematian sebanyak 17,9 juta orang setiap
tahunnya, angka ini adalah 31% dari seluruh kematian di dunia. Penyakit
jantung merupakan penyebab utama kematian di Amerika Serikat.
Diperkirakan bahwa sekitar 715.000 orang di Amerika menderita infark
miokard pada tahun 2012 (Yulong et all., 2014).
Prevelensi tertinggi di Indonesia dengan penyakit kardiovaskuler
adalah PJK. Berdasarkan wawancara terdiagnosis sebesar 0,5% dan
berdasarkan terdiagnosis dokter sebesar 1,5% dengan angka kematian
120.447 jiwa. Prevelensi PJK di Yogyakarta (0,25%), Jawa Timur
(0,19%), Jawa Tengah (0,8%) ( Riskesdes, 2013). Berdasarkan laporan
Dinkes Jateng 2016 angka kejadian IMA di kabupaten magelang sebanyak
224 kejadian dalam setahun. Data kejadian IMA di RSUD Tidar magelang
dalam periode Januari – Mei 2017 didapatkan sebanyak 105 pasien yang
menjalani perawatan di ruang ICU/ICCU dengan diagnosa Infark Miokard
dengan gambaran EKG STEMI maupun NSTEMI (Dewi, 2017).
Penyakit jantung seperti Infark Miokard Akut (IMA) mempunyai
pengaruh yang cukup besar bagi penderita dalam melakukan kegiatan
sehari-hari. Penderita penyakit jantung yang telah melewati fase akut dan
sedang menjalani rawat jalan atau rawat inap harus melakukan perbaikan
dalam hal diet, kebiasaan merokok, pembatasan aktivitas, dan juga
pengendalian stress dan kecemasan. Perbaikan pada pasien jantung adalah
perubahan dalam hal-hal yang dapat menjadi sumber stress dan dapat
menimbulkan kondisi penderita penyakit jantung menjadi lebih buruk,
aspek yang harus di perhatikan pada pasien penyakit jantung antara lain
aspek biologi, psikologi, sosial dan spiritual penderita (Mirwanti &
Nuraeni, 2016).
Perubahan pada psikologis yang terjadi pada penderita penyakit
jantung seperti IMA dapat memberikan pengaruh buruk bagi status
kesehatan pasien. pada kondisi cemas, stress, dan depresi dapat
berpengaruh pada fisiologi jantung (Mirwanti & Nuraeni, 2016).
Pada keadaan spiritual seseorang yang rendah dapat menimbulkan
permasalahan psiko-sosial di bidang kesehatan. Dimensi spiritual sering
dilupakan karena perawat dan keluarga hanya berfokus pada mengatasi
masalah fisik pasien dan jarang menangani masalah spiritualitas (S &
Widyaningsih, 2015).
Manusia hidup dengan berbagai ragam makna dan tujuan. Ada
berbagai macam hal-hal yang biasanya dilakukan manusia dalam
memenuhi makna dan tujuan hidup (Fourianalistyawati, 2017). Jalan
spiritual biasanya ditempuh sebagai salah satu faktor dalam menemukan
makna dan tujuan hidup. Kesejahteraan spiritual merupakan aspek yang
sangat bermanfaat untuk penegasan kehidupan individu dengan tuhan, diri
sendiri, komunitas dan lngkungan (Moberg,2010 dalam Stanfill 2017).
Kesejahteraan spiritual dapat memotivasi individu terhadap apa yang
terjadi, dan apabila individu memiliki hal tersebut maka akan mendapatkan
kekuatan untuk menghadapi stress emosional, penyakit fisik atau kematian
(Kozier, 2004 dalam Hidayanti, dkk 2017). 3 Kesejahteraan spiritual dapat
ditentukan oleh perasan dimana seseorang memiliki rencana dalam hidup
(Salehi, Marzban, & Imanieh, 2016). Biasanya individu mengangap bahwa
spiritualitas berkaitan dengan daya batin manusia, filosofi kehidupan,
agama, dan dimensi supranatural (Moberg, 2010 dalam stanfill 2017).
Manusia mendapatkan kesejahteraan spiritual dengan menemukan
keseimbangan antara nilai-nilai, tujuan, kepercayaan dan hubungan dengan
diri dan orang lain (Jasper,et al, 2014). Agama dan spiritualitas memiliki
perbedaan tetapi saling memberikan pengaruh pada kesehatan manusia,
agama biasanya dikaitkan dengan kelakuan sehari-hari seperti
mengkonsumsi alkohol dan spiritualitas dikaitkan dengan pengaturan
emosi (Chirico, 2016). Penurunan kesejahteraan spiritual akan terjadi pada
pasien dengan diagnosis penyakit kritis, ini terjadi karena pasien
merasakan tidak ada harapan untuk sembuh dan merasakan hidup tidak
bermakna (Utama, 2015). Masalah spiritual memainkan peran penting
dalam kualitas hidup dan proses kepatuhan pasien, terutama mereka yang
menderita penyakit parah dan mengancam jiwa (Vargaeei et al, 2015).
Secara spiritual ketika seseorang diberikan suatu penyakit dan individu
tersebut memiliki keyakinan bahwa tuhan lah yang memberi penyakit
maka individu tersebut akan memiliki kepercayaan positif dan membuat
pasien bisa menerima dengan ikhlas sehingga pasien terhindar dari kondisi
yang tidak berdaya. Penderita penyakit jantung akan kesulitan untuk
menangani permasalahanpermasalahan yang dialami secara mandiri
(Delima, Sriati, & Nur’aeni, 2018). Kesejahteraan spiritual yang buruk
akan menyebabkan pasien dalam kondisi depresi. Kondisi ganguan seperti
ini akan mempengaruhi kualitas hidup dari pasien. Oleh karena itu
penanganan spiritualitas dan religiulitas sangat penting untuk di perhatikan
dalam management penyakit Salah satu faktor pendukung keberhasilan
kesejahteraan yakni melibatkan keluarga pasien ( Jafari et al, 2014).
Keluarga merupakan bagian yang terpenting untuk membentuk
kebudayaan yang sehat. 4 Keluarga dijadikan unit pelayanan karena
masalah kesehatan keluarga saling berkaitan satu sama lain mempengaruhi
antara sesama anggota keluarga dan juga akan mempengaruhi keluarga
yang ada di sekitarnya (Harnilawati, 2013) Keluarga merupakan orang
terdekat dari seseorang yang mengalami gangguan kesehatan atau dalam
keadaan sakit (Sentana, 2016). Keluarga mempunyai pengaruh utama
kesehatan fisik dan mental setiap anggota keluarganya (Siregar, 2014).
Masuknya pasien ke dalam keadaan sakit akan mengubah homeostatis
keluarga untuk beberapa alasan. Dukungan keluarga sangat dibutuhkan
selama proses perawatan, dimana keluarga memiliki fungsi-fungsi yang
seharusnya dilaksanakan. apabila dukungan keluarga berkurang hal ini
akan menyebabkan anggota keluarga yang sedang sakit dan di rawat di
rumah sakit proses penyembuhannya akan semakin lama (Sentana, 2016).
Apabila dukungan tersebut tidak ada maka tingkat keberhasilan
penyembuhan atau pemulihan(rehabilitasi) sangat berkurang (Friedman,
1998 dalam Sentana, 2016). Dukungan keluarga akan membuat individu
merasakan dipedulikan, diperhatikan, merasa tetap percaya diri, tidak
mudah putus asa, dan bisa menerima dengan ikhlas kondisinya sehingga
akan lebih tenang dalam menghadapi suatu masalah (Sefrina & Latipun,
2016). Dampak sakit dan hospitalisasi pada pasien gagal jantung
menyebabkan perubahan perilaku pada seseorang. Pasien dengan penyakit
gagal jantung cenderung merasa frustasi karena penyakit yang sedang dia
alami, karena baik secara langsung maupun tidak langsung pasien tersebut
merasa stress akan ancaman kematian akibat penyakitnya tersebut Apabila
kondisi tersebut tidak ditangani dan berlangsung terus menerus dapat
menyebabkan distress spiritual yang membuat pasien kehilangan kekuatan
dan harapan hidup (Saman & Kusuma, 2017). Dengan adanya dukungan
keluarga akan membuat pasien mengalami peningkatan rasa percaya diri
dalam proses pengobatan penyakitnya (Misgiyanto & Susilawati, 2014).
Penelitian (Cenen, Rondonuwu, & Undap, 2017) tentang hubungan 5
dukungan keluarga dengan mekanisme koping pasien penyakit jantung
koroner di lantai III pusat jantung dan pembuluh darah
RSUP.Prof.Dr.R.D.Kandou Manado mendapatkan hasil ada hubungan
dukungan keluarga dengan mekanisme koping pasien penyakit jantung
koroner. Dukungan keluarga mencakup sikap, tindakan dan penerimaan
keluarga terhadap penderita yang sakit. Angota keluarga memandang
bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap dalam memberikan
pertolongan dan bantuan yang diperlukan. Pasien yang mendapatkan
dukungan keluarga akan merasakan nyaman, aman, duperhatikan dan di
cintai sehingga akan mengurangi atau menghilangkan kecemasan
(Harnilawati, 2013). Penelitian (Mirwanti & Nuraeni, 2016) tentang
hubungan kesejahteraan spiritual dengan depresi pada pasien dengan
penyakit jantung koroner (PJK) didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara kesejahteraan spiritual dengan depresi dengan hasil
semakin tinggi tingkat kesejahteraan spiritual maka akan semakin rendah
tingkat depresinya. Penderita PJK dapat mengalami kecemasan, depresi,
kehilangan harapan dan merasa kosong. Hal ini disebabkan karena kondisi
penyakit maupun pengobatan yang dijalani pasien. Hal ini didukung
penelitian(sajuan, et all, 2016) bahwa depresi dapatditurunkan dengan cara
meningkatkan kesejahteraan spiritual pasien, banyak peneliti berpendapat
bahwa masalah spiritual merupakan masalah yang sangat penting bagi
pasien yang menderita penyakit kronik yang mengancam jiwa (Mailani,
Setiawan, & S, 2015). Studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 13
& 21 Maret 2019 di ICU/ICCU RSUD Tidar Magelang, angka kejadian
IMA pada bulan maret 2018 sampai maret 2019 di ICU/ICCU RSUD
Tidar Magelang yaitu 165. Diantaranya Stemi sebanyak 118 dan Nstemi
sebanyak 47 pasien, terdapat pasien laki-laki sebanyak 107 pasien dan
perempuan sebanyak 58 pasien dengan rentang usia 44-77 tahun. Hasil
wawancara dengan kepala ruangan mengatakan bahwa sebagian banyak 6
pasien di ICU/ICCU RSUD Tidar Magelang adalah pasien kardiovaskuler.
Hasil wawancara yang kedua mengenai dukungan keluarga dan
kesejahteraan spiritual terhadap tiga pasien dengan diagnosa infark
miokard baik dengan gambaran EKG STEMI maupun NSTEMI,
didapatkan data dukungan keluarga pasien yaitu pasien mengatakan
keluarga selalu mendukung baik dari keuangan, emosional, dan informasi
sehingga hal ini membuat pasien lebih kuat dalam menangani masalah ini,
sedangkan data kesejahteraan spiritual pasien yaitu pasien ketika di rumah
sering melakukan ibadah sholat dan berdo’a tetapi saat pasien dirawat di
rumah ICU/ICCU pasien mengatakan tidak sholat karena keterbatasan
fisik tetapi pasien masih terus berdo’a, perawat di ICU/ICCU juga selalu
mengigatkan agar pasien selalu berdoa agar cepat sembuh sehingga pasien
menyadaribahwa ini merupakan ujian dari Allah sehingga ibadahnya harus
diperkuat lagi. Hasil observasi pada pasien tersebut, dapat diidentifikasi
bahwa pasien mendapatkan dukungan keluarga yang baik dan memiliki
kesejahteraan spiritual yang baik. sejauh ini belum ada penelitian
mengenai hubungan antara dukungan keluarga dengan kesejahteraan
spiritual pada pasien IMA di indonesia, khususnya di Jawa Tengah
Penelitian sebelumnya yang sudah dilakukan adalah untuk mengetahui
kesejahteraan spiritual dengan depresi pada pasien dengan penyakit
jantung koroner sedangkan pada penelitian ini, peneliti berfokus untuk
meneliti tentang dukungan keluarga dengan kesejahteraan spiritual. Oleh
karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga
dengan kesejahteraan spiritual pada pasien IMA di RSUD Tidar Magelang.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Mahasiswa mampu memahami anatomi fisiologi Infark
Miokardium
1.2.2 Mahasiswa mampu memahami definisi Infark Miokardium
1.2.3 Mahasiswa mampu memahami etiologi Infark Miokardium
1.2.4 Mahasiswa mampu memahami manifestasi klinis Infark
Miokardium
1.2.5 Mahasiswa mampu memahami patofisiologi Infark Miokardium
1.2.6 Mahasiswa mampu memahami pemeriksaan penunjang Infark
Miokardium
1.2.7 Mahasiswa mampu memahami komplikasi Infark Miokardium
1.2.8 Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan Infark
Miokardium
1.2.9 Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan Infark
MIokardium

1.3 Tujuan
1.3.1 Melatih penulis agar mampu menyusun makalah yang benar.
1.3.2 Memperluas wawasan dan pengetahuan bagi penulis dan pembaca
mengenai Infark Miokardium.
1.3.3 Memberikan sumbangan pemikiran baik berupa konsep teoritis
maupun praktis.
1.3.4 Mendukung perkembangan konsep keilmuan maupun pemecahan
masalah
1.4 Sistematika Penulisan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Fisiologi


2.1.1 Anatomi
Jantung merupakan suatu organ yang terletak didalam rongga
mediastinum dari rongga dada (thorax) dan diantara kedua paru.
Selaput yang mengitari jantung disebut perikardium terdiri atas dua
lapisan yakni :
1. Perdikardium parietalis, yaitu lapisan luar yang melekat pada
tulang dan selaput paru.
2. Perikardium visceralis, yaitu merupakan lapisan permukaan dari
jantung itu sendiri yang juga disebut epikardium. Sumber :
Diantara kedua lapisan tersebut terdapat sedikit cairan pelumas
yang berfungsi mengurangi gesekan yang timbul akibat Gerakan
jantung saat memompa. Cairan ini disebut dengan cairan
perikardium. Sumber :
Jantung merupakan organ utama dalam sistem kardiovaskular.
Terdiri dari 4 ruang yang berfungsi sebagai pompa, yaitu atrium
kanan dan atrium kiri, ventrikel kanan dan ventrikel kiri. Jantung
adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut, berongga dan dengan
basisnya diatas dan puncaknya dibawah. Apeks-nya (puncak)
miring ke sebelah kiri jantung dibentuk oleh organ-organ muskular,
apeks dan basis kordis, atrium kanan dan kiri serta ventrikel kanan
dan kiri. Sumber :
Hubungan fungsional antara atrium dan ventrikel
diselenggarakan oleh jaringan susunan hantar khusus yang
menghantarkan impuls listrik dari atrium ke ventrikel. Sistem
tersebut terdiri dari Nodus SinoAtrial (SA Nodus). Nodus nodus
atrioventrikular (AV Nodus), berkas HIS (His Bundle) dan serabut-
serabut purkinje. Sumber :
SinoAtrial (SA Node) / pacemaker : sekumpulan masa kecil dari sel
khusus yang terbentang pada dinding atrium kanan dekat
pembukaan vena kava superior. Disebut pacemaker menginisiasi
impuls menyebabkan kontraksi atrium. Sumber :
Atrioventrikular (AV Node): terdapat pada dinding atrial
septum dekat katup atrioventrikular. Mengkonduksi ipuls yang tiba
melalui atria dan yang berasal dari SA Node. Disini terdapat
delayed signal elektrik butuh 0,1 secon untuk melewati ventrikel,
menyebabkan atrium selesai berkontraksi sebelum ventrikel mulai
berkontaksi. AV node juga memiliki fungsi secondary pacemaker,
mengambil alih fungsi SA Node bila terjadi masalah, namun
menjadi lebih lambat dari SA Node. Sumber :

Pembagian Ruang Jantung


1. Atrium kanan
Berfungsi sebagai penyalur darah dari vena-vena sirkulasi sistemik
yang mengalir ke ventrikel kanan. Darah yang berasal dari
pembuluh vena masuk ke dalam atrium kanan melalui vena kava
superior, vena kava superior dan sinus koronarius.
2. Ventrikel kanan
Darah dari atrium kanan mengalir menuju ke bentrikel kanan
melalui katup trikuspidalis. Ventrikel kanan menghasilkan
kontraksi bertekanan rendah yang cukup untuk mengalirkan darah
ke dalam arteri pulmonalis.
3. Atrium kiri
Atrium kiri menerima darah teroksigenasi dari paru melalui vena
pulmonalis. Darah mengalir dari atrium kiri ke dalam ventrikel kiri
melalui katup mitral.
4. Ventrikel kanan
Ventrikel kiri memompa darah menuju ke sistemik. Ventrikel kiri
harus menghasilkan tekanan yang cukup tinggi untuk mengatasi
tahanan sirkulasi sistemik. Sumber :

Pembagian pembuluh darah coroner


Arteri koroner dibagi menjadi cabang kanan dan cabang kiri,
keduanya keluar dari pangkal aorta. Cabang kiri disebut left main,
mempercabangkan left anterior descendens (LAD) dan left
circumflex (LCx) yang memperdarahi bagian jantung anterior dan
lateral. Cabang kanan disebut right coronary artery (RCA) yang
memperdarahi janntung bagian kanan, posterior dan inferior.
Sumber :

Sumber :

Elektrofisiologi Jantung
Didalam otot jantung, terdapat jaringan khusus yang
menghantarkan listrik. Jaringan tersebut memiliki sifat khusus,
yaitu:
1. Otomatisasi : kemampuan untuk menimbulkan secara spontan
2. Irama: pembentukan impuls yang teratur
3. Daya konduksi: kemampuan untuk menyalurkan impuls
4. Daya rangsang: kemampuan untuk bereaksi terhadap rangsang.
Berdasarkan sifat-sifat tersebut diatas, maka secara spontan
dan teratur jantung akan menghasilkan impuls-impuls yang
disalurkan melalui sistem hantar untuk merangsang otot jantung
dan dapat menimbulkan kontraksi otot. Perjalanan impuls dimulai
dari nodus SA, nodus AV sampai dengan serabut purkinje. Sumber
Gambar 1.1 Anatomi kelistrikan jantung
Sumber :

a) SA Node
SA node disebut pemacu alami karena secara teratur mengeluarkan
aliran listrik impuls yang kemudian menggerakkan jantung secara
otomatis. Pada keadaan normal, impuls yang dikeluarkan
frekuensinya 60-100 kali per menit. Respon dari impuls SA
memberikan dampak pada aktivitas atrium.
SA node dapat menghasilkan impuls karena danya sel-sel
pacemaker yang impuls secara otomatis. Sel ini dipengaruhi oleh
saraf simpatis dan parasimpatis.
Strimulasi SA menjalar melintasi permukaan atrium menuju nodus
AV memberikan respons terhadap adanya kontraksi dari dinding
atrium untuk melakukan kontraksi. Bachman bundle
menghantarkan impuls dari nodus SA ke atrium kiri. Waktu yang
diperlukan pada penyebaran impuls SA ke AV berkisar 0.05 atau
50 ml/detik. Sumber :
b) Traktur Internodal
Berfungsi sebagai penghantar impuls dari nodus SA ke nodus AV.
Yang terdiri dari anterior track, middle track dan posterior track.
c) Bachman bundle
Berfungsi menghantarkan impuls dari nodus SA ke atrium kiri.
d) AV Node
AV node terletak di dalam dinding septum (sekat) atrium sebelah
kanan, tepat diatas katup trikuspid dekat muara sinus koronaarius.
AV node mempunyai dua fungsi penting, yaitu:
1) Impuls jantung ditahan selama 0,1 atau 100 ml/detik, untuk
memungkinkan pengisian ventrikel selama atrium
berkontraksi.
2) Mengatur jumlah impuls atrium yang mencapai ventrikel,
3) AV node dapat menghasilkan impuls dengan frekuensi 40-60
kali permenit
Sumber :
e) Bundle His
Berfungsi untuk menghantarkan impuls dari nodus AV ke sistem
bundle branch. Terletak di distal dari nodus AV, menembus
septum interventrikel di bagian posterior. Di dalam septum, bundle
his bercabang menjadi cabang bundle kanan dan cabang bundle
kiri.
f) Bundle Branch
Merupakan lanjutan dari bundle his yang bercabang menjadi dua
bagian, yaitu Right Bundle Branch (RBB/cabang kanan), untuk
mengirim impuls ke otot jantung ventrikel kanan dan Left Bundle
Branch (LBB/cabang kiri) yang terbagi menjadi dua, yaitu deviasi
ke belakang (ekft posterior vesice), menghantarkan impuls ke
endokardium ventrikel kiri bagian posterior dan inferior, dan
deviasi ke depan (left anterior vesicle), menghantarkan impuls ke
endokardium ventrikel kiri bagian anterior dan superior.
g) Sistem Purkinje
Merupakan bagian ujung dari bundle branch. Berdungsi untuk
menghantarkan/mengirmkan impuls menuju lapisan sub-endokard
pada kedua ventrikel, sehingga terjadi depolarisasi yang diikuti
oleh kontraksi ventrikel. Sel-sel pacemaker di subendokardium
ventrikel dapat menghasilkan impuls dengan frekuensi 20-40 kali
per menit.
Sumber : (Pengantar Anatomi Fisiologi Manusia, 2016)

2.2 Pengertian
Infark Miokardium adalah suatu nekrosis miokardium yang
diakibatkan oleh ketidakadekuatan pasokan darah akibat dari sumbatan
akut pada arteri koroner. Sumbatan yang terjadi secara garis besar
dikarenakan oleh ruptur plak ateroma pada arteri koroner yang kemudian
disusul dengan terjadinya trombosis, vasokontriksi, reaksi inflamasi, dan
mikroembiolisasi distal. Kadang-kadang sumbatan akut ini terjadi
disebabkan karena adanya spasme arteri koroner, emboli, atau vasculitis
(Muttaqin, 2014).
Infark Miokardium adalah nekrosis miokardium yang disebabkan oleh
tidak adekuatnya pasokan darah akibat sumbatan akut pada arteri koroner.
Sumbatan ini sebagian besar disebabkan oleh ruptur plak ateroma pada
arteri koroner yang kemudian diikuti terjadinya, thrombosis,
vasokonstriksi, reaksi inflamasi, dan mikroemboli distal (PERKI, 2015)

Infark Miokard Akut (IMA) adalah kerusakan atau kematian jaringan


otot jantung yang disebabkan karena penurunan aliran darah menuju otot
jantung sebagai akibat adanya penyumbatan arteria koronaria baik sebagian
maupun total (A. Fauzi Yahya, 2011).

2.3 Etiologi
Menurut M.Black, Joyce 2014 Infark Miokard Akut memiliki beberapa
penyebab internal maupun external diantaranya adalah:
1. Adanya ruptur plak aterosklerosis yang rentan dan diikuti oleh
pembentukan trombus.
2. Penyumbatan total pada arteri oleh thrombus
3. Aktifitas fisik yang berat
4. Stress emosional yang berlebihan
5. Peningkatan respon system saraf simpatis dapat menyebabkan rupture
plak
6. Terpapar udara dingin pada waktu tertentu yang dapat menyebabkan
pasien mengalami rupture plak.

2.4 Manifestasi Klinis


Menurut (Fikriana, 2018) tanda dan gejala yang muncul pada IMA antara
lain:
1. Nyeri dada
Nyeri dada terasa sangat berat dan terjadi pada pertengahan pada
dinding dada, menyebar ke daerah leher, rahang bahu punggung
mapun lengan bagian kiri
2. Sesak nafas
Sesak nafas muncul akibat terjadinya iskemik ventrikel kiri atau
regurgitasi mitral sehingga akan terjadi gangguan aliran darah dari
vena pulmonalis
3. Nausea/vomiting
Terjadi akibat pengaruh sistem sarah otonom
4. Sinkop
Terkadang pasien mengalami sinkop atau penurunan kesadaran karena
aritmia atau hipotensi berat
5. Takikardi
Peningkatan denyut nadi terjadi karena peningkatan aktivitas saraf
simpatis
6. Bradikardia
Pasein dengan infark mmiokard akut inferior dapat mncul bradikardia
karena aktivitas saraf vagus
7. Syok kardiogenik
Gangguan fungsi miokard dapat menyebabkan jantung mengalami
kegagalan dalam memompa darah shingga menimbulkan syok
kardiogenik.

2.5 Patofisiologi/ Patflowdiagram


Infark miokard dibagi menjadi STEMI dan NSTEMI. Angina pectoris
yang tidak stabil juga dianggap sebagai sindromkoroner akut (ACS),
karena merukapakan prekursor yang akan menyebakakn terjadinya infark
miokard. Dalam banyak kasus infark miokard disebabkan karena
gangguan dari plak aterosklerotik yang rentan atau erosi dari endotel arteri
moroner (tipe 1). Infark miokard disebabkan oleh gangguan pada endotel
pembuluh darrah yang terkait dengan plak atero sklerotik yang tidak stabil
shingga merangsang pembentukan trombus intra koroner yang
menghasilkan koroner okluasi aliran darah arteri. Jika oklusi terus
menerus berlanjut selama lebih dari 20 menit, Kerusakan sel miokard
irreversibel dan kematian dapat terjadi. Perkembangan plak ateroskleorik
terjadi selama periode tahun ke tahun. Dua karakteristik utama dari plak
aterosklerotik secara gejala klinnis yaitu fibromuskular dan inti yang kaya
akan lipid. Erosi plak dapat terjadi karena tindakan matriks
metaloproteinase dan pelepasan kolagen lain dan protein dalam plak, yang
mengakibatkan penipisan fibromuskular. Tindakan protease, selain
pasukan hemodinamik diterapkan pada segmen arteri, dapat menyebabkan
gangguan endotel dan fissuring atau pecahnya ttup fibromuskular.
Hilangya stabilitas struktural dari sbuah plak sering terjadi pada
persimpangan tutup fibromuskular dan dinding pembuluh darah, sebuah
situs atau dikenal sebagai daerah bahu. Gangguan permukaan endotel
dapat menyebabkan pembentukan trombus melalui aktivasi platelet yang
dimediasi kaskade koagulasi. Jika trombus cukup besar untuk menutup
jalan aliran darah korooner, infark miokard dapat terjadi.
Infark miokard tidak selalu disebabkan oleh oklusi total pembuluhh
darah koroner. Obstruksi subtotal yang disertau vasokonstriksii yang
dinasmisi dapat menyebabkan terjadinya iskemia dan nekrosis jaringan
otot jantung (miokard). Akiabt dari iskekmia, selain nekrosis adalah
gangguan kontraktilitas miokardium karena proses hibernating dan
stunning (setelah iskemia menghilang, disritmia dan remodellign ventrikel
(perubahan bentuk, ukuran dan fungsi ventrikel (R.L & Jean, 2013).
2.6 Pemeriksaan Penunjang
2.6.1 Pemeriksaan Laboratorium
1. Proponin
Troponin merupakan protein yang ada didalam tubuh guna
mengontrol intraksi myosin dan aktin. Pada orang sehat tropin
I dan T dalam serum hamper tidak ada atau Negatif, sehingga
jika ada peningkatan sedikit saja dapat digunakan sebagai
penanda adanya kerusakan pada miosit. Perlu diingat
bahwsanya tropin yang ada dijantung dapat diketahui atau di
deteksi dalam serum pada kondisi lain yang akan
menyebabkan inflmasi jantungakut dengan contoh gagal
jantung, miokarditis, atau emboli paru. Pemeriksaan tropin
pada pasien inflak miokard akut didapatkan hasil adanya
peningkatan 3-4 jam setelah terjadinya gejala awal, dan
puncaknya antara 18 dan 36 jam setelah itu akan
menurunsecara perlahan, sedangkan pada inflak mikoard akut
yang luas akan bertahan hingga 10-14 hari (Liliy, 2011).
2. Creatine Kinase
Kreatinin kinase di temukan dijantung, otot rangka, otak
dan organ lainnya yang memiliki fungsi sebagai produsen
ATP, kadar serum enzim kreatinin kinase akan meningkat jika
pasien mengalami cidera pada salah satu jaringan tersebut.
Tetapi ada 3 komponon kreatinin kinase yang dapat meningkat
spesifik diagnostic misalnya yang ditemukan diotot rangka dan
otak, dan jantung. Kreatinin kinase MB (yang terlokalisasi di
jantung) ditemukan sedikit dalam jaringan yang ada diluar
jantung, Rahim,usus, prostat, diagfragma dan lidah. Pada
pasien mormal terdapat >2,5% kreatinin kinase yang berada
didalam tubuh.
Kadar kereatinin akan meingkat setelah 3-8 jam pasien
terkena serangan infark miokard, sehingga nilainya akan
normal pada pemeriksaan pertama (misalnya, di unit gawat
darurat) dan akan kembali normal pada 48-72 jam (Lily, 2011).

3. SGOT
Pemeriksaan SGOT akan meningkat dalam 6-12 jam, dan
puncaknya dalam 24 jam setelah terjadi serangan, dan akan
kembali normal dalam 3-4 jam. (Lily, 2011).

2.6.2 Pemeriksaan EKG


Terlihat adanya perubahan pada pemeriksaan EKG yaitu gelombang
Q yang nyata, elevasi segmen ST, serta adanya gelombang T terbaik.
1. Adanya perubahan dapat dilihat pada hantaran yang terletak
diatas didaerah miokardium yang dedang mengalami nekrosis.
2. Adanya ST semen dan terdapat gelombang T yang kembali
normal, hanya gelombang Q yang tetap bertahan sebagai bukti
bahwa elektrokardiograf adanya infark lama.
3. Pada 30% pasien yang didiagnosa dengan infark tidak
terbentuk gelombang Q
4. Kriteria EKG untuk infark miokard :
a) Elevasi ST . mm pada dua atau lebih leads atau .1 mm
pada dua atau lebih lead
b) Gelombang Q .0.004 detik (1 persegi kecil)
Keterangan :

1). Hiperakut (cedera akut) : elevasi ST mningkat,


gelombang T berpuncak runcing.

2). Akut (berkembang) : Elevasi ST meningkat, penurunan


gelombang R

3). Buruk (memecahkan) : inversi T, ST tetap meningkat,


namun lebih rendah dari pada akut, Gelombang Q lebih
dalam
4). Belum ditentukan (penyembuhan) : ST normal, inversi
T F, berumur (sembuh/bekas luka), gelombang ST
dalam T normal, gelombang Q berlanjut

2.6.3 Photo Thorax


Hasil dari photo thorak pada pasien inflak miokard akut ada 2
macam, yang pertama biasa normal dan yang kedua terdapat adanya
pembesaran pada jantung dan diduga adanya anurisma ventrikuler.

2.7 Komplikasi
2.7.1 Distritmia
Distritmia adalah komplikasi yang paling sering dari infark miokard
akut adalah adanya gangguan irama pada jantung dengan presentase
90%. Dengan factor predisiposisi:
1. Iskemia
2. Hipokesemia
3. Pengaruh system syaraf para simpatis dan simpatis
4. Asidosis laktat
5. Kelainan hemodinamik
6. Keracunan obat
7. Gangguan keseimbagan elektrolit
2.7.2 Gagal jantung
2.7.3 Tromboemboli
2.7.4 Pericarditis
2.7.5 Rupture Miokardium
Rupture dining yang bebas dari ventrikel kiri menimbulkan
kematian sebanyak 10% yang dikarenakan IMA. Rupture ini akan
menyebabkan temponade jantung dan kematian.
2.7.6 Aneurisma Ventrikel
Hal ini merupakan komplikasi yang lambat dari imfark
miokard akut yang meliputi penipisan dan hipokinesis dari dinding
infark transmural.( wijaya,Putri, 2013).
2.8 Penatalaksanaan
Menurut Bunner dan Suddart pada tahun 2005 tujuan pelaksanaan
medis adalah memperkecil kerusakan jantung sehingga mengurangi
kemungkinan terjadinya komplikasi. Kerusakan jantung diperkecil dengan
cara, segera mengembalikan keseimbanagan antara kebutuhan dan suplai
oksigen jantung. Terapi obat-obatan, pemberian oksigen, dan tirah baring
dilakukan secara bersamaan untuk mempertahankan jantung. Obat-obtan
dan oksigen digunakan untuk menigkatkan suplai oksigen, sementara tirah
baring dilakukan untuk mengurangi kebutuhan oksigen.
2.8.1 Istirahat total, tirah baring, posisi semi fowler
2.8.2 Monitor EKG
2.8.3 Diet rendah kalori dan mudah dicerna, makanan lunak atau salring
serta garam(bila gagal jantung)
2.8.4 Pasang infus dekstrosa 5% untuk persiapan pemberian obat
intravena
2.8.5 Atasi nyeri
2.8.6 Antikoagulan
2.8.7 Bowel care
2.8.8 Pengobatan ditunjukan sedapat mungkin memperbaiki kembali
aliran pembuluh darah coroner.
2.8.9 Psikotrapi untuk mengurangi cemas. (Suddarth, 2014)

2.9 Diagnosa Keperawatan


Berdasarkan patofisiologi dan data pengkajian, diagnose keperawatan
utama menurut (Suddarth, 2014) mencakup hal-hal sebagi berikut dengan
perumusan diagnose berdasarkan (Herdman & Kamitsuru, 2017):
2.9.1 Nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadapt
sumbatan arteri ditandai dengan nyeri dada dengan tanpa penyebaran
, wajah meringis, gelisah, perubahan nadi dan tekanan
darah(kode,00132)
2.9.2 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara
suplay oksigen miokard dan kebutuhan, adanya iskemik /nekrosis
jaringan miokard ditanda dengan gangguan frekuensi jantung, terjadi
disaritmia, kelemahan umum(kode 00092).
2.9.3 Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan preload,
perubahan afterload, perubahan volume sekuncup, perubahan
frekuensi jantung yang ditandai dengan perubahan pada
elektrokardiografik,takikardi, palpitasi jantung, distensi vena jugular,
edema, keletihan, dyspnea, kulit lembab (kode 00029)
2.9.4 Ketidak efektifan perifusi jaringan perifer berhubungan dengan
hipertensi, diabetes mellitus ditandai dengan edema, nyeri
ekstermitas, perubahan nadi perifer, CRT , 3 detik, warna kulit
pucat, perubahan eksterenitas kulit(kode 00204).

2.10 Nursing Care Plan & Rasionalisasi


Berdasarkan diagnose yang telah ditetapkan, maka intervensi yang akan
dilakukan :

2.10.1 Nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap


sumbatan arteri

NOC: tingkat nyeri kode :2101

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan, nyeri pasien


berkurang dengan kriteria hasi:

-Pasien mengatakan nyeri dada berkurang

-ekspresi wajah rileks

-tidak gelisah

-nadi 60-100x/m

-TD 120/80 mmHg

Intervensi : manajemen nyeri:


- Kaji nyeri secara komperhensif
- Observasi adanya petunjuk nonverbal dari ketidak nyamanan
- Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri segera
- Lakukan menejemn nyeri
- Berikan oksiegn tambahan
- Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
- Kolaborasi pemberian dengan dokter cara pemberian obat

2). Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan suplai


oksigen miokard dan lebutuhan, adanya iskemik/nekrosis miokard
NOC : tolerasi terhadap aktivitas
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien melakukan
aktivitas secara mandiri dengan kriteria hasi:
- Bernafas spontan sat beraktivitas
- Hasil EKG normal
- Kemudahan dalam melakukan ADL
- Frekuensi nafas setelah beraktifitas 12-20x/m

Intervensi : Perawatan jantung

- Pastikan tingkat aktivitas pasien yang tidak membahayakan curah


jantung atau memprovokasi serangan jantung
- Dorong peningkatan aktivitas
- Menganjurkan pasien untuk melaporkan jika nyer
- Monitor EKG
- Lakukan penilaian komperhensif pada sirkulasi perifer
- Monitor tanda-tanda vital
- Monitor nilai laboratorium yang tepat (enxim jantung dan nilai
eletrolit)
- Kolaborasi pemberian obat antiaritmia.
(Moorchead,Johnson, ,Maas, % Swanson, 2016).

BAB III

PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran

LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.um-surabaya.ac.id/3338/3/BAB_II_KTI.pdf
http://eprints.umm.ac.id/73733/3/BAB%20II.pdf

https://www.scribd.com/doc/40006468/Patofisiologi-IMA

(Herdman & Kamitsuru, 2017). (Suddarth, 2014). .( wijaya,Putri, 2013).


(Liliy, 2011). (Moorchead,Johnson, ,Maas, % Swanson, 2016).

Anda mungkin juga menyukai