Disusun Oleh:
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmad dan
hidayah- Nya sehingga penulis dapat Menyusun makalah “MANAJEMEN RESIKO DI
RUANG ICU”. Makalah ini penulis susun untuk memenuhi tugas matakuliah Kesehtan &
Keselamatan Kerja
.
Dalam penyusunan makalah ini penulis mendapatkan banyak pengarahan dan bantuan
dari berbagai pihak untuk itu penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada yang
terhormat Bapak / Ibu
Semoga Allah SWT memberi balasan pahala atas semua amal kebaikan yang di
berikan. Penulis menyadari makalah ini masih banyak kekurangan untuk itu segala kritik dan
saran bersifat membangun sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap semoga
makalah ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi semua pembaca pada
umumnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
Latar Belakang............................................................................................................................1
Tujuan Penulisan.........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
Definisi Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit.....................................................3
Pengertian Manajemen Resiko di Rumah Sakit......................................................................3
Konsep Ruang ICU.....................................................................................................................3
Risiko Bahaya Di Ruang ICU.....................................................................................................5
BAB III PENUTUP................................................................................................................59
Kesimpulan11
Saran 11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................12
LAMPIRAN............................................................................................................................13
ii
Latar Belakang BAB I
PENDAHULUAN
Meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh masyarakat
menuntut pengelolaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
di rumah sakit agar menjadi lebih baik. Tenaga kerja di rumah sakit, pasien,
pengunjung, pengantar pasien, peserta didik dan masyarakat disekitar rumah sakit
ingin mendapatkan perlindungan dari gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja, baik
karena dampak kegiatan pemberian pelayanan maupun karena kondisi sarana dan
prasarana di rumah sakit.
Terwujudnya sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang baik
membutuhkan sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi yang baik pula
terutama untuk mendeteksi dan menangani risiko bahaya yang ada di lingkungan
rumah sakit. Hal tersebut dapat dicapai bilamana karyawan rumah sakit mengetahui
jenis-jenis risiko bahaya di rumah sakit dan metode pengendaliannya, sehingga rumah
sakit dapat menjadi tempat yang aman bagi petugas, pasien, pengunjung, pengantar
pasien, peserta didik dan masyarakat di sekitar rumah sakit. Risiko bahaya di rumah
sakit dapat menyebabkan penyakit dan kecelakaan akibat kerja bagi petugas,
pengunjung, pasien dan masyarakat disekitar lingkungan rumah sakit. Salah satu
ruangan yang tidak luput dari resiko bahaya kerja di rumah sakit adalah ruang ICU
(Intensive Care Unit).
Terdapat berbagai risiko bahaya yang perlu dikenali oleh petugas ICU.
Dengan mengenal risiko bahaya kerja diharapkan petugas mampu mengidentifikasi
risiko dan mengetahui upaya pengendalian serta pengelolaan bahaya kerja.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis berinisiatif untuk menganalisis
dengan mencari informasi dan menyusun laporan dengan judul “MANAJEMEN
RESIKO DI RUANG ICU”. Laporan ini merupakan salah satu upaya pemenuhan tugas
mata kuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
1
Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami tentang bahaya kerja di ruang ICU.
Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu mengenal risiko bahaya yang ada di ruang ICU;
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi risiko bahaya yang ada di ruang ICU;
3. Mahasiswa mampu memahami pengendalian dan pengelolaan risiko bahaya
yang ada di ruang ICU.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1778/MENKES/SK/XII/2010 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan ICU di
rumah sakit, Intensive Care Unit (ICU) merupakan ruang perawatan yang digunakan
untuk memenuhi kebutuhan pelayanan observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien
yang menderita penyakit, cedera atau penyulit-penyulit yang mengancam nyawa atau
potensial mengancam nyawa dengan prognosis dubia yang diharapkan masih
reversible (Kemenkes RI, 2010).
Fungsi
Intensive Care Unit (ICU) mempunyai 2 fungsi utama menurut Kemenkes RI,
2010, yaitu:
a. Melakukan perawatan pada pasien-pasien gawat darurat dengan potensi
“reversible life threatening organ dysfunction”;
b. Mendukung organ vital pada pasien-pasien yang menjalani operasi elektif yang
kompleks atau prosedur intervensi dan resiko tinggi untuk fungsi vital.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelayanan di ICU meliputi hal -hal sebagai berikut:
a. Diagnosis dan penatalaksanaan spesifik penyakit-penyakit akut yang
mengancam nyawa dan dapat menimbulkan kematian dalam beberapa menit
sampai beberapa hari;
b. Pemberian bantuan dan mengambil alih fungsi vital tubuh sekaligus
melakukan penatalaksanaan spesifik problema dasar;
c. Pemantauan fungsi vital tubuh dan penatalaksanaan terhadap komplikasi yang
ditimbulkan oleh penyakit;
d. Pemberian bantuan psikologis pada pasien yang kehidupannya sangat
tergantung pada alat/mesin dan orang lain.
Pengertian Manajemen ICU
Perawatan intensif care unit merupakan pelayanankeperawatan yang saat ini
sangat perlu untuk dikembangkan yang bertujuan memberikan asuhan bagi pasien
dengan penyakit beratyang potensial reversibel, memberikan asuhan pada pasien
yang memerlukan obesrvasi ketat dengan atau tanpa pengobatan yang tidak dapat
diberikan diruang perawatan umum, memberikan pelayanan kesehatan bagi pasien
dengan potensial atau adanya kerusakan organ umumnya paru, mengurangi
kesakitan dan kematian yang dapat dihindari pada pasien-pasien dengan penyakit
kritis (Adam & Oshon,1997).
4
Intensive Care Unit (ICU) merupakan ruangan khusus yang disediakan rumah
sakit untuk merawat pasien dengan keadaan yang membutuhkan pengawasan ketat.
Ruang Icu dibedakan antara lain adalah; Ruang ICU Bedah Dewasa,ICU Pediatrik,
dan ICVCU (Intensive Cardiovascular Care Unit). (Hernawati Lestari,2021)
5
Bahaya kerja tersebut meliputi lingkungan fisik ICU, kondisi kerja, faktor-
faktor psikososial, faktor ergonomi, faktor biologis dan faktor kimia.
1. Lingkungan fisik
Lingkungan fisik ICU mungkin mengandung berbagai bahaya yang
dapat menyebabkan cedera bagi petugas ICU. Bahaya tersebut
berhubungan dengan faktor mekanik, peralatan, kebisingan, cahaya, panas
dan kelembaban. Dalam kondisi di mana karakteristik fisik tempat kerja
tidak dirancang dengan mempertimbangkan kebutuhan dan harapan
petugas, maka dapat mengakibatkan penurunan prestasi kerja petugas dan
peningkatan jumlah kehilangan hari kerja. Faktor-faktor lingkungan fisik
yang mengandung risiko bahaya di ICU antara lain:
a. Faktor mekanik.
6
e. Kebisingan.
Desain ruang ICU harus mencegah gangguan yang disebabkan
oleh tingkat kebisingan yang tinggi di ICU, karena hasil penelitian
menunjukkan bahwa kebisingan dapat menyebabkan peningkatan tingkat
stres bagi pekerja.
f. Pencahayaan.
Pencahayaan yang buruk di ICU dapat menyebabkan
ketidaknyamanan petugas ICU saat melakukan tugas sehari-hari mereka.
Pencahayaan yang sesuai harus mempertimbangkan tingkat pencahayaan
yang ideal di berbagai bagian ICU. Pencahayaan yang sesuai di ICU
berdasarkan standar yang ditetapkan oleh Kemenkes RI adalah sebagai
berikut:
Tingkat Kelompok Temperatur Warna
Fungsi Ruangan Pencahayaa Renderasi Warm White Cool White Daylight
n (lux) Warna <3300 K 3300 K-5300 K >5300 K
Ruang Rawat Pasien 250 1 atau 2 X
Ruang Istirahat Dokter
250 1 X
dan Perawat
Ruang Administrasi 350 1 atau 2 X X
Ruang Sterilisasi 250 1 atau 2 X
Gudang 150 1 atau 2 X X
Pantry 200 1 X
Toilet 250 1 atau 2 X X
Ruang Pertemuan 250 1 atau 2 X X
Ruang Tunggu 200 1 X X
Spoelhok 250 1 atau 2 X
Tabel 1. Rekomendasi Tingkat Pencahayaan Rata-rata, Renderensi danTemperatur Warna di ICU
Sumber: Kementerian Kesehatan RI, 2012
7
petugas. Heat strain terutama dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan
menginduksi gangguan terkait suhu yang panas (dehidrasi). Suhu ideal
untuk tempat kerja yang direkomendasikan antara 19° dan 23° C.
Kelembaban adalah faktor lain di lingkungan kerja yang
mempengaruhi kesehatan petugas. Dalam kondisi ketika kelembaban
rendah (udara kering) dapat menyebabkan hidung tersumbat, kulit kering
dan gatal, mata sakit, sakit tenggorokan dan gejala seperti flu dalam kasus
lebih lanjut. Kelembaban relatif yang dinyatakan untuk dipertahankan
antara 40 dan 70%.
2. Kondisi Pekerjaan
Pasien di ICU menerima perawatan medis berkelanjutan 24 jam sehari
dari petugas ICU melalui sistem shift. Ada banyak tugas pekerjaan dan beban
kerja yang berbeda terkait dalam pengaturan ICU. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pengaruh beban kerja yang berlebihan dalam
pengaturan ICU dapat mengakibatkan tingkat stres yang tinggi serta
ketidakpuasan kerja dan cedera fisik. Ada korelasi langsung antara shift
panjang dan kelelahan karena beban kerja yang berlebihan.
Terdapat standar yang mempertimbangkan jumlah petugas di ICU. Rasio
intensivis-ke-pasien adalah idealnya tidak lebih tinggi dari 1:14 karena
mempengaruhi kesejahteraan staf dan perawatan pasien. Menurut American
College of Critical Care Medicine, tingkat intensivitas perawat-ke-pasien
yang direkomendasikan adalah 1:1 untuk pasien kritis dengan ventilasi
mekanik, dan jumlah maksimum pasien yang akan dibebankan ke perawat
adalah 2. Namun standar itu mungkin saja tidak berlaku di beberapa rumah
sakit terkait dengan kurangnya petugas.
3. Faktor Psikososial
Terdapat berbagai faktor risiko psikososial dalam pengaturan ICU,
seperti tuntutan kualitatif dan kuantitatif yang tinggi, tuntutan emosional,
kontrol pekerjaan yang rendah, konflik peran, ambiguitas, mobbing dan
kekerasan fisik, yang mempengaruhi kesejahteraan petugas ICU. Manajemen
stres perlu dilakukan karena petugas sering berkomunikasi dengan pasien dan
keluarga saat mereka menghadapi proses kematian dan kehilangan,
mengatasi tugas kerja yang rumit dan beradaptasi dengan kondisi kerja yang
sibuk. Kondisi negatif petugas ICU terkait dengan gejala tingkat stres yang
8
tinggi
9
dapat menyebabkan beban psikososial, seperti pergeseran suasana hati,
kesedihan, pandangan negatif terhadap kehidupan secara umum, kehilangan
kepercayaan diri dan citra diri negatif. Konsekuensi tingkat stres yang tinggi
ini dapat menyebabkan tidak adanya peningkatan kinerja, penurunan
produktivitas, lebih banyak terjadi kecelakaan dan cedera fisik serta
berdampak pada peningkatan biaya.
4. Faktor Ergonomis.
Petugas ICU selalu berhadapan dengan faktor lingkungan fisik selama
bertugas yang dapat menyebabkan risiko bahaya karena faktor ergonomis
dan berdampak pada sistem muskuloskeletal petugas. Beberapa kondisi
seperti trauma yang berlebihan dan berulang karena mendorong dan menarik
alat berat, berdiri untuk jangka waktu yang lama, tidak memiliki istirahat
yang cukup, mengangkat dan memindahkan pasien yang memiliki
ketergantungan penuh secara manual, terkilir atau posisi yang sangat
membungkuk dan membutuhkan tenaga yang besar harus dianggap sebagai
faktor utama untuk gangguan muskuloskeletal.
5. Faktor biologis
Petugas ICU berisiko terkena bahaya biologis karena mereka terpapar pada
organisme infeksius selama prosedur invasif dan non-invasif. Penularan dapat
terjadi melalui darah dan cairan tubuh, dapat melalui kontak langsung atau
tidak langsung.
Seperti di banyak unit perawatan kesehatan lainnya, ICU memiliki tingkat
tertinggi cedera jarum suntik oleh petugas keperawatan seperti Hepatitis B dan
C serta HIV. Selain itu infeksi lain dapat menular ke petugas ICU dengan
penyebaran melalui kontak langsung dan dengan droplet, seperti pada
tuberkulosis.
6. Faktor Kimia
Efek paparan bahan kimia pada petugas ICU dapat bervariasi
tergantung pada beberapa faktor misalnya jenis kelamin, umur, genetik, sistem
kekebalan tubuh, status nutrisi, serta riwayat penyakit dan pekerjaan
sebelumnya. Tim K3RS harus memiliki dokumentasi semua bahan bahan
kimia yang digunakan di ICU dan menyiapkan rencana aksi darurat dalam
kasus paparan akut dan kronis.
10
Bahaya Kerja terkait Petugas ICU.
1. Faktor pribadi petugas.
Terdapat beberapa faktor pribadi yang berpengaruh terhadap risiko
terjadinya bahaya kerja pada petugas ICU. Faktor-faktor tersebut antara lain
seperti petugas yang sudah memasuki masa senja, kondisi fisik tidak
memadai, merokok dan kegemukan. Petugas ICU yang berusia 50 tahun ke
atas mungkin menghadapi peningkatan risiko cedera fisik dan gangguan
muskuloskeletal karena penurunan daya tahan otot dan kekuatan fisik.
Petugas ICU yang mengalami obesitas berisiko mengalami peningkatan
risiko cedera musculoskeletal.
2. Kebiasaan petugas
Beban kerja di ruang ICU membutuhkan aktivitas fisik yang intens
selama shift. Ada beberapa kebiasaan pribadi yang mempengaruhi level
kelelahan fisik atau mental dari tenaga kerja ICU. Petugas di ruang ICU
mungkin menghadapi gangguan tidur karena shift kerja malam. Tingkat
stres yang tinggi dan kelelahan fisik setelah bekerja selama berjam-jam
dapat menyebabkan gangguan tidur. Selain itu, istirahat dan tidur yang
tidak memadai meningkatkan risiko praktik yang tidak aman dan
kecelakaan kerja. Stres dan keseimbangan yang buruk antara pekerjaan
dan kehidupan sosial dapat menyebabkan meningkatnya kecelakaan
kerja di ruang ICU. Gaya hidup petugas yang buruk terkait pola makan
yang buruk (makan terlalu banyak atau sedikit, makan makanan
berkualitas rendah seperti makanan cepat saji dan makanan beku)
merupakan pola hidup yang tidak
sehat dan berdampak menjadi penurunan daya tahan fisik.
3. Kognitif Petugas
Kognitif seorang petugas ICU turut berkontribusi dalam
meminimalkan resiko bahaya kerja. Riset membuktikan bahwa kognitif
seseorang menentukan ketepatan keputusan yang diambil dalam sebuah
kejadian yang berdampak pada keberhasilan pencegahan resiko bahaya di
tempat kerja.
11
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
12
DAFTAR PUSTAKA
Esin MN, Zezgin D. Intensive Care Unit Workforce: Occupational Health and Safety
[Internet].
2017; Avalaible from:
http://www.intechopen.com/books/intensive-care-unit-workforce-occupational-health-
and-safety
ILO. Keselamatan dan Kesehatan Kereja: Sarana untuk Produktivitas [Internet]. 2013.
Avalaible from: http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/publik/---asia/---ro-bangkok/---ilo-
jakarta/documents/publication/wcms_237650.pdf
Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Ruang Perawatan
Intensif. Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan. 2012
Management Leadership: Recommended Practises for Safety and Health Programs Worker
Participation Find and Fix Hazard. 2016;(October). Avalaible from:
www.osha.gov/shpguidelinesOSHA3885
13
DAFTAR RISIKO DI RUMAH SAKIT X
Unit Kerja/Area : ICU/ HCU Dewasa/ Anak
Tanggal Penilaian : 06 November 2022
Pelaksanaan Identifikasi Risiko dilakukan dengan melihat potensi adanya suatu kejadian yang berdampak negatif dan mempengaruhi pencapaian tujuan yang ingin
Keterangan dicapai . Kemudian ditentukan prioritas risiko untuk membantu proses pengambilan keputusan berdasar
Kriteria
No. Unit kerja/Area Risiko Dampak Keterangan
P F A NR Risiko
Contoh
Menurunya tingkat
Intensive Care Sarana dan prasaran Tindakan melengkapi serta memperbaiki pada Menganalisis dan mendokumentasi serta
1 Kepercayaan pasien pada 6 7 8 84 Substansial
Unit (ICU) yang kurang mewadai sarana prasana merencanakan pemenuhan sarana dan prasana
Rumah Sakit
Menurunya tingkat
Suhu ruangan yang kenyamanan pasien dan
Intensive Care Memperbaiki dan menambah alat pendingin Selalau mengontrol penggunaan pendingin ruangan
2 tidak sesuai standrat mengakibatkan pada alat- 3 2 5 20 Menengah
Unit (ICU) di ruang ICU sesuai dengan kebutuhan pasien
(kurang dingin) alat Rumah sakit yang
cepat rusak
Resiko penangganan
yang lambat dan
Diperlukan pelatihan agar tenaga kesehatan
Intensive Care waktu tunggu yang Mengahambat proses Melatih tenaga kesehatan untuk bertindak dan
4 3 3 7 63 Menengah lebih selekttif dan dapat berfikir kritis dalam
Unit (ICU) lama pada pasien pelayanan dan adaptasi berfikir kritis
bertindak
karena tenaga
kesehatan yang kurang
cekatan
Menurunkan tingkat
Memberikan pengertian kepada tenaga
Intensive Care Petugas bersikap acuh kenyamanan pasien dan memberikan edukasi kepada tenaga
5 6 1 3 18 Rendah kesehatan agar selalu bersikap ramah sesuai SOP
Unit (ICU) dan tidak ramah citra rumah sakit yang kesehatan tentang pentingnya bersikap ramah
yang berlaku
rendah
14
DAFTAR RISIKO DI RUMAH SAKIT X
Unit Kerja/Area : Intensive Care Unit (ICU)
Tanggal Penilaian : 06 November 2022
Pelaksanaan Identifikasi Risiko dilakukan dengan melihat potensi adanya suatu kejadian yang berdampak negatif dan mempengaruhi pencapaian tujuan yang ingin
Keterangan dicapai . Kemudian ditentukan prioritas risiko untuk membantu proses pengambilan keputusan berdasar
Kriteria
No. Unit kerja/Area Risiko Dampak Keterangan
P F A NR Risiko
Contoh
Needle stick Perlu mendapat perhatian dari manjemen Melengkapi SPO dan Kebijakan yang diperlukan,
1 Rawat Jalan injury/ tertusuk terkena Hepatitis 6 6 7 252 Tinnggi puncak dan tindakan perbaikan segera di Pengadan alat pelindung diri, Sosialisasi dan
alat tajam lainnya lakukan. pelatihan prosedur kerja yang aman.
15