Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KESEHATAN & KESELAMATAN KERJA

MANAJEMEN RESIKO DI RUANG ICU

Dosen Pengampu: Eko Ari Bowo,S. KMM.KKK

Disusun Oleh:

Resti Khoirotun Niswah – 2102013342


3C Keperawatan

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmad dan
hidayah- Nya sehingga penulis dapat Menyusun makalah “MANAJEMEN RESIKO DI
RUANG ICU”. Makalah ini penulis susun untuk memenuhi tugas matakuliah Kesehtan &
Keselamatan Kerja
.

Dalam penyusunan makalah ini penulis mendapatkan banyak pengarahan dan bantuan
dari berbagai pihak untuk itu penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada yang
terhormat Bapak / Ibu

1. Dr. Abdul Aziz Alimul Hidayat, S.Kep.Ns,M.Kes selaku Rektor Universitas


Muhammadiyah Lamongan.
2. Arifal Aris, S.Kep, Ns, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Lamongan.
3. Suratmi, S.Kep, Ns, M.Kes, selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Lamongan.
4. Bapak Eko Ari Bowo, S. KKM. KKK selaku dosen pengajar mata kuliah
Kesehatan & Keselamatan Kerja, yang telah banyak memberikan petunjuk, saran,
dorongan moril selama penyusunan makalah ini.
5. Semua pihak yang telah memberikan dukungan moril dan materil dalam penulisan
makalah ini.

Semoga Allah SWT memberi balasan pahala atas semua amal kebaikan yang di
berikan. Penulis menyadari makalah ini masih banyak kekurangan untuk itu segala kritik dan
saran bersifat membangun sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap semoga
makalah ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi semua pembaca pada
umumnya.

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
Latar Belakang............................................................................................................................1
Tujuan Penulisan.........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
Definisi Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit.....................................................3
Pengertian Manajemen Resiko di Rumah Sakit......................................................................3
Konsep Ruang ICU.....................................................................................................................3
Risiko Bahaya Di Ruang ICU.....................................................................................................5
BAB III PENUTUP................................................................................................................59
Kesimpulan11
Saran 11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................12
LAMPIRAN............................................................................................................................13

ii
Latar Belakang BAB I
PENDAHULUAN
Meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh masyarakat
menuntut pengelolaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
di rumah sakit agar menjadi lebih baik. Tenaga kerja di rumah sakit, pasien,
pengunjung, pengantar pasien, peserta didik dan masyarakat disekitar rumah sakit
ingin mendapatkan perlindungan dari gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja, baik
karena dampak kegiatan pemberian pelayanan maupun karena kondisi sarana dan
prasarana di rumah sakit.
Terwujudnya sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang baik
membutuhkan sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi yang baik pula
terutama untuk mendeteksi dan menangani risiko bahaya yang ada di lingkungan
rumah sakit. Hal tersebut dapat dicapai bilamana karyawan rumah sakit mengetahui
jenis-jenis risiko bahaya di rumah sakit dan metode pengendaliannya, sehingga rumah
sakit dapat menjadi tempat yang aman bagi petugas, pasien, pengunjung, pengantar
pasien, peserta didik dan masyarakat di sekitar rumah sakit. Risiko bahaya di rumah
sakit dapat menyebabkan penyakit dan kecelakaan akibat kerja bagi petugas,
pengunjung, pasien dan masyarakat disekitar lingkungan rumah sakit. Salah satu
ruangan yang tidak luput dari resiko bahaya kerja di rumah sakit adalah ruang ICU
(Intensive Care Unit).
Terdapat berbagai risiko bahaya yang perlu dikenali oleh petugas ICU.
Dengan mengenal risiko bahaya kerja diharapkan petugas mampu mengidentifikasi
risiko dan mengetahui upaya pengendalian serta pengelolaan bahaya kerja.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis berinisiatif untuk menganalisis
dengan mencari informasi dan menyusun laporan dengan judul “MANAJEMEN
RESIKO DI RUANG ICU”. Laporan ini merupakan salah satu upaya pemenuhan tugas
mata kuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

1
Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami tentang bahaya kerja di ruang ICU.
Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu mengenal risiko bahaya yang ada di ruang ICU;
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi risiko bahaya yang ada di ruang ICU;
3. Mahasiswa mampu memahami pengendalian dan pengelolaan risiko bahaya
yang ada di ruang ICU.

2
BAB II
PEMBAHASAN

Definisi Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit


Pasal 1 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 66 Tahun 2016 tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit mendefinisikan keselamatan kerja sebagai upaya yang
dilakukan untuk mengurangi terjadinya kecelakaan, kerusakan dan segala bentuk
kerugian baik terhadap manusia, maupun yang berhubungan dengan peralatan, obyek
kerja, tempat bekerja, dan lingkungan kerja, secara langsung dan tidak langsung.
Selanjutnya pasal 2 menyebutkan definisi kesehatan kerja sebagai upaya peningkatan
dan pemeliharaan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua
jabatan, pencegahan penyimpangan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan,
perlindungan pekerja dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan, penempatan
dan pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang mengadaptasi antara
pekerjaan dengan manusia dan manusia dengan jabatannya.
Definisi selanjutnya yang tertera dalam pasal 3 terkait Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Rumah Sakit yang selanjutnya disingkat K3RS yaitu segala kegiatan untuk
menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan bagi sumber daya manusia rumah
sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan rumah sakit melalui
upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja di rumah sakit.
Pengertian Manajemen Resiko di Rumah Sakit
Manajemen sendiri ialah suatu proses perencanaan,pengorganisasian,pengarahan dan
pengawasan Manajemen resiko dirumah sakit merupakan aktivitas klinik yang dan
administratif yang dilakukan oleh rumah sakit untuk melakukan identifikasi , evaluasi
serta pengendalian resiko terjadinya cedera atau kerugian pada pasien terjadinya
kerugian yang dapat timbul dari proses kegiatan saat sekarang atau kejadian dimasa
datang. (ERM, Risk Management Handbook for Health Care organization)
Konsep Ruang Icu
Definisi
Unit Perawatan Intensif atau Intensive Care Unit (ICU) merupakan salah satu unit
pelayanan rawat inap di rumah sakit yang memberikan perawatan khusus pada
penderita yang memerlukan perawatan yang lebih intensif, yang mengalami gangguan
kesadaran, gangguan pernafasan, dan mengalami serangan penyakit akut.

3
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1778/MENKES/SK/XII/2010 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan ICU di
rumah sakit, Intensive Care Unit (ICU) merupakan ruang perawatan yang digunakan
untuk memenuhi kebutuhan pelayanan observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien
yang menderita penyakit, cedera atau penyulit-penyulit yang mengancam nyawa atau
potensial mengancam nyawa dengan prognosis dubia yang diharapkan masih
reversible (Kemenkes RI, 2010).
Fungsi
Intensive Care Unit (ICU) mempunyai 2 fungsi utama menurut Kemenkes RI,
2010, yaitu:
a. Melakukan perawatan pada pasien-pasien gawat darurat dengan potensi
“reversible life threatening organ dysfunction”;
b. Mendukung organ vital pada pasien-pasien yang menjalani operasi elektif yang
kompleks atau prosedur intervensi dan resiko tinggi untuk fungsi vital.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelayanan di ICU meliputi hal -hal sebagai berikut:
a. Diagnosis dan penatalaksanaan spesifik penyakit-penyakit akut yang
mengancam nyawa dan dapat menimbulkan kematian dalam beberapa menit
sampai beberapa hari;
b. Pemberian bantuan dan mengambil alih fungsi vital tubuh sekaligus
melakukan penatalaksanaan spesifik problema dasar;
c. Pemantauan fungsi vital tubuh dan penatalaksanaan terhadap komplikasi yang
ditimbulkan oleh penyakit;
d. Pemberian bantuan psikologis pada pasien yang kehidupannya sangat
tergantung pada alat/mesin dan orang lain.
Pengertian Manajemen ICU
Perawatan intensif care unit merupakan pelayanankeperawatan yang saat ini
sangat perlu untuk dikembangkan yang bertujuan memberikan asuhan bagi pasien
dengan penyakit beratyang potensial reversibel, memberikan asuhan pada pasien
yang memerlukan obesrvasi ketat dengan atau tanpa pengobatan yang tidak dapat
diberikan diruang perawatan umum, memberikan pelayanan kesehatan bagi pasien
dengan potensial atau adanya kerusakan organ umumnya paru, mengurangi
kesakitan dan kematian yang dapat dihindari pada pasien-pasien dengan penyakit
kritis (Adam & Oshon,1997).

4
Intensive Care Unit (ICU) merupakan ruangan khusus yang disediakan rumah
sakit untuk merawat pasien dengan keadaan yang membutuhkan pengawasan ketat.
Ruang Icu dibedakan antara lain adalah; Ruang ICU Bedah Dewasa,ICU Pediatrik,
dan ICVCU (Intensive Cardiovascular Care Unit). (Hernawati Lestari,2021)

Risiko Bahaya Di Ruang ICU


Ada berbagai risiko bahaya kerja yang dapat menyebabkan petugas ICU
memiliki masalah kesehatan yang perlu dikenali oleh petugas ICU. Masalah
kesehatan kerja di ruang ICU tidak hanya menyebabkan penurunan produktivitas
dan kepuasan kerja petugas tetapi juga meningkatkan jumlah ketidakhadiran dan
kelelahan yang berdampak buruk pada perawatan pasien dan peningkatan biaya
pengobatannya. Mengenali bahaya kerja dan risiko yang timbul dari lingkungan
kerja membantu dalam perencanaan strategi untuk melindungi dan mempromosikan
program kesehatan untuk petugas ICU. Pemahaman tentang keselamatan dan
kesehatan kerja merupakan faktor kunci untuk meningkatkan kualitas hidup,
efisiensi kerja dan kepuasan kerja dari petugas ICU.
Petugas ICU menghadapi banyak bahaya di tempat kerjanya karena
lingkungan kerja yang sangat komplek. Perawat merupakan profesi yang banyak
terlibat dalam tugas pekerjaan yang kompleks di ICU seperti manajemen obat-
obatan, pengorganisasian lingkungan ICU, mengkoordinir tugas-tugas diantara staf
keperawatan dan memberikan perawatan langsung pada pasien. Berikut faktor-faktor
yang dapat menyebabkan bahaya kerja pada petugas ICU.

Bahaya Kerja terkait Lingkungan Kerja ICU.


Lingkungan kerja dianggap sebagai faktor penting yang mempengaruhi
motivasi dan kepuasan kerja karyawan. Pengaturan lingkungan kerja di ruang
ICU yang tidak tepat dapat menimbulkan banyak bahaya kerja. Lingkungan
kerja harus dipertimbangkan dengan hati-hati karena hasil negatif untuk tenaga
kerja ICU yang berhubungan dengan kepuasan kerja dan kelelahan berdampak
negatif untuk pasien seperti keselamatan yang kurang memadai, gangguan
kualitas perawatan, kesalahan medis dan peningkatan angka kematian.
Lingkungan kerja di ICU tidak hanya berkaitan dengan lingkungan
fisik, tetapi juga terkait dengan manajemen psikososial. Sifat buruk lingkungan
kerja dikaitkan dengan sejumlah bahaya dan risiko. Lingkungan ICU dapat
menyebabkan sejumlah risiko kesehatan dalam kaitannya dengan bahaya kerja.

5
Bahaya kerja tersebut meliputi lingkungan fisik ICU, kondisi kerja, faktor-
faktor psikososial, faktor ergonomi, faktor biologis dan faktor kimia.
1. Lingkungan fisik
Lingkungan fisik ICU mungkin mengandung berbagai bahaya yang
dapat menyebabkan cedera bagi petugas ICU. Bahaya tersebut
berhubungan dengan faktor mekanik, peralatan, kebisingan, cahaya, panas
dan kelembaban. Dalam kondisi di mana karakteristik fisik tempat kerja
tidak dirancang dengan mempertimbangkan kebutuhan dan harapan
petugas, maka dapat mengakibatkan penurunan prestasi kerja petugas dan
peningkatan jumlah kehilangan hari kerja. Faktor-faktor lingkungan fisik
yang mengandung risiko bahaya di ICU antara lain:

a. Faktor mekanik.

Terdapat beberapa risiko bahaya karena faktor mekanik, yaitu:


1) Tertusuk jarum suntik bekas pasien;
2) Terbentur benda-benda bergerak yang dapat membentur seperti
brankart untuk mengangkut pasien, pasien jatuh dari brankart/
tempat tidur, kejatuhan barang-barang dari trolley emergency
(terutama saat kondisi emergency);
3) Risiko jatuh, terpeleset karena lantai licin dan tersandung.
b. Faktor peralatan.
ICU adalah salah satu unit perawatan dengan peralatan canggih
dalam sebuah setting rumah sakit. Peralatan-peralatan tersebut
seyogyanya dapat digunakan secara efektif, bilamana dalam pengaturan
ruangan ICU mempertimbangkan prinsip-prinsip arsitektur untuk standar
ICU. Hal-hal yang perlu diperhatikan misalnya meliputi jarak setiap bed
dan ketinggian monitor sehingga petugas kesehatan dapat memiliki
ruang yang cukup untuk merawat pasien mereka.
Lingkungan ICU membutuhkan tata letak fisik dan desain
workstation yang tepat. Desain arsitektur ICU mempengaruhi kepuasan
kerja, tingkat stres dan kesejahteraan para profesional perawatan
kesehatan yang bekerja di ruang ICU. Pengalaman dan pendapat anggota
ICU harus diminta sebelum desain arsitektur ICU dibuat.

6
e. Kebisingan.
Desain ruang ICU harus mencegah gangguan yang disebabkan
oleh tingkat kebisingan yang tinggi di ICU, karena hasil penelitian
menunjukkan bahwa kebisingan dapat menyebabkan peningkatan tingkat
stres bagi pekerja.
f. Pencahayaan.
Pencahayaan yang buruk di ICU dapat menyebabkan
ketidaknyamanan petugas ICU saat melakukan tugas sehari-hari mereka.
Pencahayaan yang sesuai harus mempertimbangkan tingkat pencahayaan
yang ideal di berbagai bagian ICU. Pencahayaan yang sesuai di ICU
berdasarkan standar yang ditetapkan oleh Kemenkes RI adalah sebagai
berikut:
Tingkat Kelompok Temperatur Warna
Fungsi Ruangan Pencahayaa Renderasi Warm White Cool White Daylight
n (lux) Warna <3300 K 3300 K-5300 K >5300 K
Ruang Rawat Pasien 250 1 atau 2 X
Ruang Istirahat Dokter
250 1 X
dan Perawat
Ruang Administrasi 350 1 atau 2 X X
Ruang Sterilisasi 250 1 atau 2 X
Gudang 150 1 atau 2 X X
Pantry 200 1 X
Toilet 250 1 atau 2 X X
Ruang Pertemuan 250 1 atau 2 X X
Ruang Tunggu 200 1 X X
Spoelhok 250 1 atau 2 X
Tabel 1. Rekomendasi Tingkat Pencahayaan Rata-rata, Renderensi danTemperatur Warna di ICU
Sumber: Kementerian Kesehatan RI, 2012

g. Panas dan kelembaban


Suhu panas dan AC di ruang ICU adalah kondisi fisik penting yang
mempengaruhi suhu tubuh dan menyebabkan tekanan panas pada petugas
ICU. Perubahan suhu tubuh dan detak jantung bersamaan dengan kondisi
berkeringat yang dikenal sebagai gejala regangan panas (heat strain)
merupakan jenis strain fisiologis yang menunjukkan respons
kardiovaskular terhadap kebutuhan aliran darah.
Dalam kondisi dimana panas dan ventilasi di lingkungan ICU tidak
dalam batas yang ideal maka tubuh mengeluarkan panas dengan
berevaporasi (mengeluarkan keringat), tingkatannya bervariasi tergantung
pada dengan gerakan udara, kelembaban dan jenis pakaian yang
dikenakan

7
petugas. Heat strain terutama dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan
menginduksi gangguan terkait suhu yang panas (dehidrasi). Suhu ideal
untuk tempat kerja yang direkomendasikan antara 19° dan 23° C.
Kelembaban adalah faktor lain di lingkungan kerja yang
mempengaruhi kesehatan petugas. Dalam kondisi ketika kelembaban
rendah (udara kering) dapat menyebabkan hidung tersumbat, kulit kering
dan gatal, mata sakit, sakit tenggorokan dan gejala seperti flu dalam kasus
lebih lanjut. Kelembaban relatif yang dinyatakan untuk dipertahankan
antara 40 dan 70%.
2. Kondisi Pekerjaan
Pasien di ICU menerima perawatan medis berkelanjutan 24 jam sehari
dari petugas ICU melalui sistem shift. Ada banyak tugas pekerjaan dan beban
kerja yang berbeda terkait dalam pengaturan ICU. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pengaruh beban kerja yang berlebihan dalam
pengaturan ICU dapat mengakibatkan tingkat stres yang tinggi serta
ketidakpuasan kerja dan cedera fisik. Ada korelasi langsung antara shift
panjang dan kelelahan karena beban kerja yang berlebihan.
Terdapat standar yang mempertimbangkan jumlah petugas di ICU. Rasio
intensivis-ke-pasien adalah idealnya tidak lebih tinggi dari 1:14 karena
mempengaruhi kesejahteraan staf dan perawatan pasien. Menurut American
College of Critical Care Medicine, tingkat intensivitas perawat-ke-pasien
yang direkomendasikan adalah 1:1 untuk pasien kritis dengan ventilasi
mekanik, dan jumlah maksimum pasien yang akan dibebankan ke perawat
adalah 2. Namun standar itu mungkin saja tidak berlaku di beberapa rumah
sakit terkait dengan kurangnya petugas.
3. Faktor Psikososial
Terdapat berbagai faktor risiko psikososial dalam pengaturan ICU,
seperti tuntutan kualitatif dan kuantitatif yang tinggi, tuntutan emosional,
kontrol pekerjaan yang rendah, konflik peran, ambiguitas, mobbing dan
kekerasan fisik, yang mempengaruhi kesejahteraan petugas ICU. Manajemen
stres perlu dilakukan karena petugas sering berkomunikasi dengan pasien dan
keluarga saat mereka menghadapi proses kematian dan kehilangan,
mengatasi tugas kerja yang rumit dan beradaptasi dengan kondisi kerja yang
sibuk. Kondisi negatif petugas ICU terkait dengan gejala tingkat stres yang

8
tinggi

9
dapat menyebabkan beban psikososial, seperti pergeseran suasana hati,
kesedihan, pandangan negatif terhadap kehidupan secara umum, kehilangan
kepercayaan diri dan citra diri negatif. Konsekuensi tingkat stres yang tinggi
ini dapat menyebabkan tidak adanya peningkatan kinerja, penurunan
produktivitas, lebih banyak terjadi kecelakaan dan cedera fisik serta
berdampak pada peningkatan biaya.
4. Faktor Ergonomis.
Petugas ICU selalu berhadapan dengan faktor lingkungan fisik selama
bertugas yang dapat menyebabkan risiko bahaya karena faktor ergonomis
dan berdampak pada sistem muskuloskeletal petugas. Beberapa kondisi
seperti trauma yang berlebihan dan berulang karena mendorong dan menarik
alat berat, berdiri untuk jangka waktu yang lama, tidak memiliki istirahat
yang cukup, mengangkat dan memindahkan pasien yang memiliki
ketergantungan penuh secara manual, terkilir atau posisi yang sangat
membungkuk dan membutuhkan tenaga yang besar harus dianggap sebagai
faktor utama untuk gangguan muskuloskeletal.
5. Faktor biologis
Petugas ICU berisiko terkena bahaya biologis karena mereka terpapar pada
organisme infeksius selama prosedur invasif dan non-invasif. Penularan dapat
terjadi melalui darah dan cairan tubuh, dapat melalui kontak langsung atau
tidak langsung.
Seperti di banyak unit perawatan kesehatan lainnya, ICU memiliki tingkat
tertinggi cedera jarum suntik oleh petugas keperawatan seperti Hepatitis B dan
C serta HIV. Selain itu infeksi lain dapat menular ke petugas ICU dengan
penyebaran melalui kontak langsung dan dengan droplet, seperti pada
tuberkulosis.
6. Faktor Kimia
Efek paparan bahan kimia pada petugas ICU dapat bervariasi
tergantung pada beberapa faktor misalnya jenis kelamin, umur, genetik, sistem
kekebalan tubuh, status nutrisi, serta riwayat penyakit dan pekerjaan
sebelumnya. Tim K3RS harus memiliki dokumentasi semua bahan bahan
kimia yang digunakan di ICU dan menyiapkan rencana aksi darurat dalam
kasus paparan akut dan kronis.

10
Bahaya Kerja terkait Petugas ICU.
1. Faktor pribadi petugas.
Terdapat beberapa faktor pribadi yang berpengaruh terhadap risiko
terjadinya bahaya kerja pada petugas ICU. Faktor-faktor tersebut antara lain
seperti petugas yang sudah memasuki masa senja, kondisi fisik tidak
memadai, merokok dan kegemukan. Petugas ICU yang berusia 50 tahun ke
atas mungkin menghadapi peningkatan risiko cedera fisik dan gangguan
muskuloskeletal karena penurunan daya tahan otot dan kekuatan fisik.
Petugas ICU yang mengalami obesitas berisiko mengalami peningkatan
risiko cedera musculoskeletal.
2. Kebiasaan petugas
Beban kerja di ruang ICU membutuhkan aktivitas fisik yang intens
selama shift. Ada beberapa kebiasaan pribadi yang mempengaruhi level
kelelahan fisik atau mental dari tenaga kerja ICU. Petugas di ruang ICU
mungkin menghadapi gangguan tidur karena shift kerja malam. Tingkat
stres yang tinggi dan kelelahan fisik setelah bekerja selama berjam-jam
dapat menyebabkan gangguan tidur. Selain itu, istirahat dan tidur yang
tidak memadai meningkatkan risiko praktik yang tidak aman dan
kecelakaan kerja. Stres dan keseimbangan yang buruk antara pekerjaan
dan kehidupan sosial dapat menyebabkan meningkatnya kecelakaan
kerja di ruang ICU. Gaya hidup petugas yang buruk terkait pola makan
yang buruk (makan terlalu banyak atau sedikit, makan makanan
berkualitas rendah seperti makanan cepat saji dan makanan beku)
merupakan pola hidup yang tidak
sehat dan berdampak menjadi penurunan daya tahan fisik.
3. Kognitif Petugas
Kognitif seorang petugas ICU turut berkontribusi dalam
meminimalkan resiko bahaya kerja. Riset membuktikan bahwa kognitif
seseorang menentukan ketepatan keputusan yang diambil dalam sebuah
kejadian yang berdampak pada keberhasilan pencegahan resiko bahaya di
tempat kerja.

11
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Lingkungan kerja ICU dapat menyebabkan sejumlah risiko kesehatan dalam


kaitannya dengan bahaya kerja. Bahaya tempat kerja termasuk lingkungan fisik ICU,
kondisi kerja, faktor psikososial, faktor ergonomis, faktor biologis dan faktor kimia.
Resiko yang berhubungan dengan pekerja meliputi faktor personal dan perilaku petugas
ICU.
Kejadian masalah kesehatan kerja di ICU tidak hanya menyebabkan kelelahan dan
penurunan kepuasan kerja, tetapi juga mempengaruhi perawatan pasien dan
meningkatkan biaya perawatan. Penetapan komitmen oleh pemimpin, intervensi terhadap
lingkungantempat kerja dan intervensi pada personal petugas ICU harus dilakukan dalam
hal mengurangi risiko dan bahaya kerja di ruang ICU. Peningkatan partisipasi petugas
harus dipertimbangkan dalam semua program manajemen resiko meliputi pemantauan
dan pencegahan. Kontribusi petugas ICU dalam program-program ini akan meningkatkan
efektivitas intervensi yang terkait dengan pengurangan risiko bahaya kerja di ruang ICU.
Saran
1. Bagi Mahasiswa
Agar lebih meningkatkan pengetahuan tentang standar Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dan menjalankannya dengan disiplin ketika melakukan praktek di
ruang ICU.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Agar meningkatkan pembelajaran tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
sesuai perkembangan teraktual di lapangan (isu – isu terkait pengelolaan bahaya kerja
di ruang ICU) dengan metode pembelajaran yang menarik.
3. Bagi Institusi Rumah Sakit
Agar menekan kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja dengan penerapan
sistem K3RS yang terstandar dan disiplin melakukan surveilans secara berkala.

12
DAFTAR PUSTAKA

Esin MN, Zezgin D. Intensive Care Unit Workforce: Occupational Health and Safety
[Internet].
2017; Avalaible from:
http://www.intechopen.com/books/intensive-care-unit-workforce-occupational-health-
and-safety

Gorman T, Dropkin J, Kamen. 2013. Controlling Health Hazards to Hospital Workers. A


Journal of Environment Occupational Health Policy [Internet]. 2013;23:1 – 6. Avalaible
from: http://baywood.com

ILO. Keselamatan dan Kesehatan Kereja: Sarana untuk Produktivitas [Internet]. 2013.
Avalaible from: http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/publik/---asia/---ro-bangkok/---ilo-
jakarta/documents/publication/wcms_237650.pdf

Kementerian Kesehatan RI. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1778/MENKES/SK/XII/2010 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan ICU di
Rumah Sakit. 2010

Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Ruang Perawatan
Intensif. Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan. 2012

Management Leadership: Recommended Practises for Safety and Health Programs Worker
Participation Find and Fix Hazard. 2016;(October). Avalaible from:
www.osha.gov/shpguidelinesOSHA3885

13
DAFTAR RISIKO DI RUMAH SAKIT X
Unit Kerja/Area : ICU/ HCU Dewasa/ Anak
Tanggal Penilaian : 06 November 2022

Pelaksanaan Identifikasi Risiko dilakukan dengan melihat potensi adanya suatu kejadian yang berdampak negatif dan mempengaruhi pencapaian tujuan yang ingin
Keterangan dicapai . Kemudian ditentukan prioritas risiko untuk membantu proses pengambilan keputusan berdasar

IDENTIFIKASI BAHAYA PENILAIAN RISIKO PENETAPAN PENGENDALIAN RISIKO


Penilaian Risiko

Kriteria
No. Unit kerja/Area Risiko Dampak Keterangan
P F A NR Risiko

Contoh

Tindakan perbaikan dapat dijadwalkan


Insiden kesalahan identifikasi Mereview SPO yang sudah ada kemudian
1 Rawat Inap Perawatan pasien 3 2 7 42 Menengah kemudian dan penanganan cukup dilakukan
pasien melakukan prosedur sesuai dengan SPO
dengan prosedur yang ada

Lanjutkan buat 5 contoh / Risiko asuhan pasien

Menurunya tingkat
Intensive Care Sarana dan prasaran Tindakan melengkapi serta memperbaiki pada Menganalisis dan mendokumentasi serta
1 Kepercayaan pasien pada 6 7 8 84 Substansial
Unit (ICU) yang kurang mewadai sarana prasana merencanakan pemenuhan sarana dan prasana
Rumah Sakit
Menurunya tingkat
Suhu ruangan yang kenyamanan pasien dan
Intensive Care Memperbaiki dan menambah alat pendingin Selalau mengontrol penggunaan pendingin ruangan
2 tidak sesuai standrat mengakibatkan pada alat- 3 2 5 20 Menengah
Unit (ICU) di ruang ICU sesuai dengan kebutuhan pasien
(kurang dingin) alat Rumah sakit yang
cepat rusak

Diperlukan upgrade dan monitoring suhu


Menghambat proses
Intensive Care Resiko ruangan yang ruangan yang stabil agar meningkatkan Petugas diminta untuk memonitoring suhu
3 pemeriksaan dan 3 3 3 27 Menengah
Unit (ICU) lembab kualitas proses pemeriksaan dan diruangan ICU
pengobatan pada pasien
pengobatan pada pasien

Resiko penangganan
yang lambat dan
Diperlukan pelatihan agar tenaga kesehatan
Intensive Care waktu tunggu yang Mengahambat proses Melatih tenaga kesehatan untuk bertindak dan
4 3 3 7 63 Menengah lebih selekttif dan dapat berfikir kritis dalam
Unit (ICU) lama pada pasien pelayanan dan adaptasi berfikir kritis
bertindak
karena tenaga
kesehatan yang kurang
cekatan

Menurunkan tingkat
Memberikan pengertian kepada tenaga
Intensive Care Petugas bersikap acuh kenyamanan pasien dan memberikan edukasi kepada tenaga
5 6 1 3 18 Rendah kesehatan agar selalu bersikap ramah sesuai SOP
Unit (ICU) dan tidak ramah citra rumah sakit yang kesehatan tentang pentingnya bersikap ramah
yang berlaku
rendah

Peluang ( P ) Pajanan ( F) Konsekuensi ( K ) Nilai Risiko (NR) Di buat oleh :


10 - Hampir pasti 10- Terus menerus 100 - Malapetaka >400 - Sangat tinggi
6 - Mungkin terjadi 6 - Sering 40 - Bencana 200-400- Tinnggi MIFTAQUL BILKA SUBIANTORO
3 - Tidak biasa namun dapat terjadi 3 - Kadang-kadang 15 - Sangat serius 70-199 - Substantial 2002013024
1 - Kecil kemungkinanya 2 - Tidak sering 7 - Serius 20-69 - Menengah Disetujui oleh :
0,5 - Sangat kecil kemungkinanya 1 - Jarang 3 - Ringan <20 - Rendah
0,1 - Secara praktek tidak mungkin terjadi 0,5 - Sangat jarang 1 - Sangat Ringan
0 - Tidak terpapar

14
DAFTAR RISIKO DI RUMAH SAKIT X
Unit Kerja/Area : Intensive Care Unit (ICU)
Tanggal Penilaian : 06 November 2022

Pelaksanaan Identifikasi Risiko dilakukan dengan melihat potensi adanya suatu kejadian yang berdampak negatif dan mempengaruhi pencapaian tujuan yang ingin
Keterangan dicapai . Kemudian ditentukan prioritas risiko untuk membantu proses pengambilan keputusan berdasar

IDENTIFIKASI BAHAYA PENILAIAN RISIKO PENETAPAN PENGENDALIAN RISIKO


Penilaian Risiko

Kriteria
No. Unit kerja/Area Risiko Dampak Keterangan
P F A NR Risiko

Contoh

Needle stick Perlu mendapat perhatian dari manjemen Melengkapi SPO dan Kebijakan yang diperlukan,
1 Rawat Jalan injury/ tertusuk terkena Hepatitis 6 6 7 252 Tinnggi puncak dan tindakan perbaikan segera di Pengadan alat pelindung diri, Sosialisasi dan
alat tajam lainnya lakukan. pelatihan prosedur kerja yang aman.

Lanjutkan buat 5 contoh / Risiko staff medis (perawat)

Terkonmtaminasi Lebih berhati hati dalam menggunian alat medis,


Intensive Care Tertusuk jarum suntik Pengobatan dan sterilisasi dilakukan dengan
1 bakteri, kuman dan 3 2 7 42 menengah terutama yang bisa terkontaminasi dengan darah
Unit (ICU) non steril segera
tertular penyakit pasien

Pasien mengalami infeksi


Intensive Care selalu mengadakan pemantauan dan pembersihan
2 Adanya jamur pad ac sehingga masa 3 3 3 27 menengah Dilkukan pembersihan terdahap AC
Unit (ICU) lingkungan sekitar
perawatan bertambah

resiko infeksi pada pasien


Intensive Care Kepatuhan cuci tangan Memberikan pemahaman tentang bahaya resiiko
3 : bertambahnya hari 3 4 12 144 substansial edukasi penerapan hygiene
Unit (ICU) para medis terkontaminasi bakteri
rawat

Pasien mengalami cedera


dan masa perawatn Untuk mencegah terjadinya cedera yang lebih
Intensive Care segera dilakukan penanganan dan
4 resiko pasien jatuh bertambah, 6 3 15 270 Tinggi serius serta melakukan peananganan secara
Unit (ICU) pertolongan dengan cepat dan tepat
sertatimbulnya diagnosis intensive
baru

Sakah dalam Psien memperoleh efek


Intensive Care Segera dilakukan penanganan yang lebih Untuk mencegah terjadinya kematian maka
5 pemberian obat pada toxin dari obat yang 3 2 15 90 substansial
Unit (ICU) lanjut s=diperlukan penetralisir obat yang telah dimunum
pasien telah diminum

Peluang ( P ) Pajanan ( F) Konsekuensi ( K ) Nilai Risiko (NR) Di buat oleh :


10 - Hampir pasti 10- Terus menerus 100 - Malapetaka >400 - Sangat tinggi
6 - Mungkin terjadi 6 - Sering 40 - Bencana 200-400- Tinnggi Miftaqul Bilka Subiantoro
3 - Tidak biasa namun dapat terjadi 3 - Kadang-kadang 15 - Sangat serius 70-199 - Substantial 2002013024
1 - Kecil kemungkinanya 2 - Tidak sering 7 - Serius 20-69 - Menengah Disetujui oleh :
0,5 - Sangat kecil kemungkinanya 1 - Jarang 3 - Ringan <20 - Rendah
0,1 - Secara praktek tidak mungkin terjadi 0,5 - Sangat jarang 1 - Sangat Ringan
0 - Tidak terpapar

15

Anda mungkin juga menyukai