Anda di halaman 1dari 17

TUGAS ELEKTRONIKA BIOMEDIK

DEFIBRILLATOR

Oleh Kelompok 2:
Muhammad Fauzan Azis Mangkunegara 195060307111017
Hendry Rama Sethiawan 195060307111035

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................................ 1
1.3. Tujuan dan Manfaat ......................................................................................................... 1
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................................................... 1
2.1. Fibrilasi .............................................................................................................................. 1
2.2. Defibrilasi.......................................................................................................................... 2
2.3. Defibrillator ...................................................................................................................... 2
2.3.1. Mode pemberian energi defibrillator: ...................................................................... 2
2.3.2. Jenis-Jenis ................................................................................................................... 2
2.3.2.1. DC Defibrilator .................................................................................................... 2
2.3.2.2. Advisory Defibrilasi............................................................................................. 3
2.3.2.3. Implan Defibrillator ............................................................................................ 3
2.3.2.4. Automatic External Defibrillator ....................................................................... 3
2.3.4. Prinsip Prosedur Pemberian Energi Defribilator ke Jantung ............................... 4
2.3.4.1. Prinsip Dasar Defribilator .................................................................................. 4
2.3.4.2. Prosedur Pemberian Energi Defibrilasi ............................................................ 5
2.3.4.3. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Penggunaan defibrilator ............... 5
BAB III PEMBAHASAN .......................................................................................................... 7
3.1. Komponen Defibrillator ................................................................................................... 7
3.1.1. Sumber Tegangan ...................................................................................................... 7
3.1.2. Kapasitor ..................................................................................................................... 8
3.1.3. Switch .......................................................................................................................... 8
3.2. Jenis-Jenis Defibrillator ................................................................................................... 8
3.2.1. Defibrillator AC.......................................................................................................... 8
3.2.2. Defibrillator DC Lown ............................................................................................... 9
3.2.3. Defibrillator DC Monopulsa ................................................................................... 11
3.2.4. Defibrillator DC Delay-Line.................................................................................... 11
3.2.5. Defibrillator DC Trapezoidal .................................................................................. 12
3.3. Analisis Defibrillator ...................................................................................................... 13
3.4. Prinsip Kerja Defibrillator Secara Umum ................................................................... 14
BAB IV PENUTUP ................................................................................................................. 15
4.1. Kesimpulan ..................................................................................................................... 15
4.2. Saran ............................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 15

ii
1

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Elektronika adalah cabang ilmu yang mempelajari aliran dan kontrol elektron (listrik)
dan studi tentang perilaku dan efeknya dalam ruang hampa, gas, dan semikonduktor, dan
dengan perangkat yang menggunakan elektron tersebut. Perkembangan elektronika
memiliki potensi yang sangat banyak, salah satunya di bidang medis. Penerapan
elektronika dalam dunia medis secara umum memanfaatkan kemampuan tubuh dalam
menghasilkan sinyal biopotensial. Dengan adanya sinyal biopotensial sebagai variabel
yang diamati, alat elektronik dapat membaca, mengamati, dan juga membantu jalannya
sistem tubuh manusia.
Jantung merupakan salah satu organ tubuh yang sangat penting dalam kehidupan
manusia, apabila jantung berhenti berdetak hanya dalam beberapa detik, maka tubuh sudah
mati dan bisa menyebabkan kematian. Ada berbagai macam penyakit yang dapat
menyerang jantung, salah satu contohnya adalah fibrilasi. Fibrilasi adalah berdetaknya
jantung secara tidak normal antara atrium dan ventrikel. Untuk mengobati fibrilasi
tersebut, dapat menggunakan alat yang disebut defibrilator. Oleh karena itu, makalah ini
akan membahas tentang defibrillator dan karakteristiknya.
1.2. Rumusan Masalah
Pokok permasalahan yang akan dibahas adalah:
1. Bagaimana prinsip kerja sinyal biopotensial?
2. Apa yang dimaksud dengan fibrilasi?
3. Bagaimana prinsip kerja defibrillator?
1.3. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah:
1. Menjelaskan prinsip kerja sinyal biopotensial
2. Menjelaskan maksud dari fibrilasi
3. Menjelaskan prinsip kerja defibrilator
Manfaat dibuatnya makalah ini adalah:
1. Dapat memahami prinsip kerja sinyal biopotensial
2. Dapat memahami penggunaan sinyal biopotensial pada alat elektronik
3. Dapat memahami prinsip kerja defibrillator
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Fibrilasi
Fibrilasi merupakan masalah pada jantung yang terjadi ketika organ tersebut berdetak
terlalu cepat sehingga frekuensinya tidak dapat dihitung. Hal ini disebabkan oleh impuls
listrik yang cepat dan tidak teratur.
Ada 2 jenis fibrilasi:
1. Fibrilasi atrium, fibrilasi yang terjadi di serambi jantung yaitu suatu kondisi
yang terjadi ketika detak jantung menjadi tidak teratur dan tingkat kontraksi
organ tersebut sangat tinggi.
2. Fibrilasi ventrikel, fibrilasi yang terjadi di bilik jantung yaitu keadaan dimana
denyut ventrikel sangat kacau sehingga jantung tidak dapat memompakan
darahnya keluar dan tekanan darah menjadi nol sehingga dapat menyebabkan
kematian mendadak.
2

2.2. Defibrilasi
Untuk mengatasi gangguan fibrilasi tersebut maka diperlukan suatu tindakan yang
seharusnya dilakukan hal ini disebut dengan defibrilasi dimana detak jantung normal dapat
dikembalikan dengan pengiriman kejutan listrik yang dikendalikan. Kecepatan dalam
melakukan defibrilasi/ kardioversi merupakan elemen penting untuk resusitasi yang
berhasil. Tindakan defibrilasi harus segera dilakukan sebelum intubasi dan pemasangan
selang infus. Defibrilasi dilakukan dengan cara satu electrode diletakkan pada sisi kanan
dada, di bawah klavikula dan yang lain pada sisi kiri dada sebelah lateral papilla mammae.

2.3. Defibrillator
Defibrillator adalah piranti elektronik yang mengalirkan sinyal listrik kejut (pulsa) ke
otot jantung untuk mempertahankan depolarisasi myocardial yang sedang mengalami
fibrilasi kardiak (ventricular fibrillation atau atrial fibrillation).
2.3.1. Mode pemberian energi defibrillator:
Asinkron: pemberian shock listrik jika jantung sudah tidak berkontraksi lagi, secara
manual setelah pulsa R.
Sinkron: pemberian shock listrik harus disinkronkan dengan sinyal ECG dalam
keadaan bervibrasi, jadi bila tombol discharge ditekan kapanpun maka akan
membuang pulsa R secara otomatis.

2.3.2. Jenis-Jenis
Defibrilator yang umum digunakan di rumah sakit adalah M-series monophasic
dan defibrilator biphasic. Unit portable menggabungkan Defibrillator, ECG, Non-
Invasive Transcutaneous Pacing (NTP) dan fungsi pemantauan pasien yang
lainnya. Berbagai jenis defibrilator adalah:

2.3.2.1. DC Defibrilator
DC defibrilator selalu dikalibrasi dalam satuan watt-detik atau joule
sebagai ukuran dari energi listrik yang tersimpan dalam kapasitor. Energi
dalam detik-watt sama dengan satu setengah kapasitansi dalam farad
dikalikan dengan tegangan di yaitu volt kuadrat
3

Jumlah energi (E) yang diberikan merupakan faktor bagi keberhasilan


defibrilator. Energi yang diberikan kepada pasien dapat diperkirakan
dengan mengasumsikan nilai resistansi yang ditempatkan antara elektroda
yang seterusnya mensimulasi resistansi dari pasien. Kebanyakan
defibrilator akan memberikan 60 - 80% dari energi mereka untuk
disimpan ke resistansi sebanyak 50 Ω.
Pada defibrilasi eksternal, piringan logam berdiameter 3-5 cm yang
melekat pada pegangan yang sangat terisolasi. Menghasilkan arus besar
untuk menstimulasi kontraksi yang seragam & simultan dari serat otot
jantung. Kapasitor hanya akan menyalurkan energi listrik yang tersimpan
apabila kontak defibrilator dengan tubuh yang baik sudah tercapai.
Sedangkan pada defibrilasi internal, berukuran besar dan berbentuk
sendok elektroda.
2.3.2.2. Advisory Defibrilasi
Mampu dengan akurat menganalisis ECG dan membuat keputusan
menyalurkan kejutan dengan handal. Dirancang untuk mendeteksi
fibrilasi ventrikel atau ventricular fibrillation dengan sensitivitas dan
spesifisitas sebanding dengan paramedis terlatih, kemudian memberikan
atau merekomendasikan seberapa banyak energi sesuai dengan kejutan
defibrilasi tersebut.

2.3.2.3. Implan Defibrillator


Biasa digunakan oleh pasien yang berisiko tinggi mengalami
ventricular fibrillation. Implan defibrilator menyimpan rekaman sinyal
jantung pasien, sejarah terapi pasien dan data diagnostik pasien. Implan
defibrilator mempunyai volume kurang dari 70 cc, ia juga mempunyai
lebih dari 30 juta transistor dan menyalurkan kurang dari 20 micro ampere
selama beroperasi sebagai pemantauan konstan. Implan defibrilator sangat
tertutup rapat dari lingkungan sekeliling di dalam tubuh maka ianya sangat
bio-kompatible dan mampu bertahan pada rentang suhu 30 oC hingga 60
oC. Sumber energi untuk menjalankan implan defibrilator berasal dari
baterai Lithium Perak Vanadium Oksida (LiSVO).

2.3.2.4. Automatic External Defibrillator


Jenis defibrillator berikutnya yaitu defibrillator External Otomatis atau
sering disebut dengan istilah AED (Automatic External Defibrillator).
Alat ini memiliki fungsi yang sama sebagai alat kejut jantung. Namun ada
beberapa fitur yang berbeda yang dilakukan secara otomatis. Defibrillator
jenis ini memang dirancang untuk dapat digunakan oleh orang biasa yang
tidak perlu menjadi tenaga medis
4

AED dilengkapi dengan protokol bersuara yang akan memandu


penggunanya bagaimana cara menggunakan alat tersebut. Selain itu, analisa
ritma jantung dan impedansi pasien dilakukan secara otomatis oleh alat
tersebut. Pengguna akan diperintahkan untuk menekan tombol “kejut” oleh
protokol apabila memang diperlukan.
2.3.4. Prinsip Prosedur Pemberian Energi Defribilator ke Jantung
Berikut merupakan Prinsip Prosedur Pemberian Energi Defribilator ke Jantung:
1. Pemilihan besarya energi dan mode
2. Pengisian energi pada kapasitor
3. Pembuangan energi dari kapasitor ke pasien
Maka dari itu terdapat beberapa parameter yang harus ditentukan dalam defibrilasi.
Beberapa parameter tersebut adalah sebagai berikut:
Energi : energy dalam defibrillasi dinyatakan dalam joule. Satu joule merupakan
unit kerja terkait dengan satu ampere arus saat melewati satu ohm hambatan selama
satu detik.
Tegangan: Tegangan yang dibutuhkan untuk defibrilasi biasanya menggunakan
tegangan tinggi. Ini diperlukan supaya energi dari defibrilator dapat menembus
sampai sasaran. Dalam hal ini adalah jantung.
Arus : arus merupakan apa yang sebenarnya mendefibrilasi jantung. Dapat juga
dinyatakan dengan Tegangan/Impedansi.
Impedansi : Resistensi terhadap Arus; ada resistensi di sirkuit listrik itu sendiri
serta pada pasien. Jumlah impedansi pada pasien sulit untuk menentukan yang
berhubungan dengan massa tubuh, suhu, kualitas diaphoresis dari kontak dengan
alat kejut atau bantalan defibrillator. Tetapi berdasarkan tes klinik bahwa 95%
impedansi manusia adalah sekitar 30-90 ohm.
2.3.4.1. Prinsip Dasar Defribilator
Rangkaian dasar Defribilator

1. Pemilihan besarnya energi dengan memtar selector pada R3,


maka saat tegangannya diatur maka akan timbul pengisian di
kapasitor C1.
2. Jika tombol Charge ditekan maka akan terjadi pengisian di
kapasitor C1, dan tegangan yang timbul dideteksi oleh detector
A1, melalui pembagi tegangan R1 dan R2 yang bersesuaian
dengan tegangan C1.
5

3. Bila tegangan pada pembagi tegangan telah lebih besar dari


tegangan R3, maka A1 keluarannya akan menyebabkan High
Voltage DC supply yang tidak lagi mensuplai tegangan ke
kapasitor C1.
4. Bila ditekan tombol discharge maka tegangan pada kapasitor
C1 akan berpindah sehingga jantung akan mendapatkan energi
dari kapasitor C1 .
2.3.4.2. Prosedur Pemberian Energi Defibrilasi
Berikut adalah langkah langkah dalam pemberian energi defribrilasi:
1. Hidupkan defibrilasi
2. Pilih energi yang diperlukan
3. Pilih paddles (atau lead I, II, III) melalui tombol lead select
4. Oleskan jeli pada paddle
5. Letakan paddle pada apeks dan sternum sesuai petunjuk pada
paddle
6. Nilai kembali irama pada monitor apakah masih VF/VT tanpa
nadi
7. Tekan tombol pengisi energi (charge) pada paddle apeks atau
pada unit defibrilator. Setelah energi yang diharapkan tercapai,
berikan abaaba dengan suara yang jelas agar tidak ada orang lain
yang masih menyentuh pasien, tempat tidur maupun peralatan
lain.
8. Beri tekanan kurang lebih 10-12 kg pada kedua paddle
9. Nilai kembali irama pada monitor, apabila tetap VF/VT tanpa
nadi tekan tombol discharge pada kedua padlle 10. Nilai kembali
irama pada monitor apabila masih VF/VT tanpa nadi isi kembali
defibrilator. Apabila gambaran EKG pada monitor meragukan
periksa nadi dan sensor/elektroda EKG 11. Apabila gambaran
masihg tetap VF/VT tanpa nadi ulangi tahapan diatas dengan
energi 200 – 300 Joule dan kemudian 360 Joule jika gambaran
EKG tidak berubah. 12. Apabila setelah tindakan defibrilasi
terakhir (360 Joule) irama masih VF/VT tanpa nadi lakukan
tahapan ACLS berikutnya yaitu kardioversi.
2.3.4.3. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Penggunaan defibrilator
Pada prinsipnya Defibrilasi memberikan energi dalam jumlah banyak
dalam waktu yang sangat singkat (beberapa detik) melalui pedal positif
dan negatif yang ditekankan pas dinding dada atau melalui adhesive pads
yang ditempelkan pada sensing dada pasien. Arus listrik yang mengalir
sangat singkat ini bukan merupakan loncatan awal bagi jantung untuk
berdetak, tetapi mekanismenya adalah aliran listrik yang sangat singkat
ini akan mendepolarisasi semua miokard, menyebabkan berhentinya
aktivitas listrik jantung atau biasa disebut asistole. Beberapa saat setelah
berhentinya aktivitas listrik ini, sel-sel pacemaker akan berdepolarisasi
secara spontan dan memungkinkan jantung untuk pulih kembali. Siklus
6

depolarisasi secara spontan dan repolarisasi sel-sel pacemaker yang


reguler ini memungkinkan jantung untuk mengkoordinasi miokard untuk
memulai aktivitas kontraksi kembali. Faktor-faktor yang menentukan
keberhasilan defibrilasi :
1. Lamanya VF Kesuksesan defibrilasi tergantung dari status
metabolisme miokards dan jumlah miokard yang rusak selama
periode hipoksia karena arrest. Semakin lama waktu yang
digunakan untuk memulai defibrilasi maka semakin banyak
persediaan ATP yang digunakan miokard untuk bergetar
sehingga menyebabkan jantung memakai semua tenaga sampai
habis dan keadan ini akan membuat jantung menjadi kelelahan.
2. Keadaan dan kondisi miokard Hipoksia, asidosis, gangguan
elektrik, hipotermi dan penyakit dasar jantung yang berat
menjadi penyulit bagi pemulihan aktivitas kontraksi jantung.
3. Makin besar jantung, makin besar energi yang dibutuhkan untuk
defibrilasi.
4. Ukuran pedal Ukuran diameter pedal dewasa yang dianjurkan
adalah 8,5-12 cm dan untuk anak-anak berkisar 4,5-4,8 cm.
ukuran pedal terlalu besar membuat tidak semua permukaan
pedal menempel pada dinding dada dan menyebabkan banyak
arus yang tidak sampai ke jantung. Untuk itu, penggunaan pedal
pada anak-anak bisa disesuaikan dengan ukuran tubuhnya
5. Letak pedal Hal yang sangat penting tetapi sering kali diabaikan
adalah peletakan pedal pada dinding dada saat dilakukan
defibrilasi. Pedal atau pad harus diletakkan pada posisi yang
tepat yang memungkinkan penyebaran arus listrik ke semua arah
jantung. - posisi sternal, pedal diletakkan dibagian kanan atas
sternum di bawah klavikula - pedal apeks diletakkan disebelah
kiri papilla mammae di garis midaksilaris. Pada wanita, posisi
pedal apeks ada di spasi intercosta 5-6 pada posisi midaxillaris.
Pada pasien yang terpasang pacemaker permanent, harus
dihindari peletakan paddle diatas generator pacemaker, geser
pedal setidaknya 1 inchi dari tempat itu. Defibrilasi langsung ke
generator pacemaker dapat menyebabkan malfungsi pacemaker
secara temporer atau permanent. Setelah dilakukan defibrilasi
atau kardioversi, PPM harus dicek ambang pacing dan
resensinya serta dilihat apakah alat masih bekerja sesuai dengan
setting program. Hal yang harus diperhatikan pada saat
melakukan defibrilasi adalah posisi pedal atau pads, keduanya
tidak boleh saling menyentuh atau harus benar-benar terpisah.
6. Untuk indikasi tertentu diberikan tingkat energi yang berbeda
pula, berikut adalah indikasi dan tingkat energi yang diberikan
a. Ventrikel Fibrilasi (:100 J, 200 J, 300 J, 360 J. )
b. Ventrikel Takikardi : 50 J, 100 J.
7

c. Atrial Flutter : 25 J – 50 J.
d. Atrial Fibrilasi : 100 – 200 J.
e. Supra Ventrikel Takikardi : 75 – 100 J.
f. Torsade de Pointes 50 – 200 J.
g. Energi tidak tergantung berat badan, kecuali anak-anak 2
J/kg.
h. Pasien digitalis , energi 10-50 J.
7. Jelly/Gel saat menggunakan pedal, jangan lupa memberikan
jelly khusus untuk defibrilasi atau kardioversi pada pedal. Jelli
berfungsi sebagai media konduksi untuk penghantar arus listrik.
Tujuan dari pemberian gel adalah untuk mengurangi resistensi
transtorakal dan mencegah luka bakar pasien. Yang harus
diperhatikan juga adalah jangan sampai gel tersebut teroles di
kulit di antara sternum dan apeks, atau jelly dari salah satu atau
dua pedal mengalir menghubungkan keduanya pada saat ditekan
ke dada pasien. Jika ini terjadi akan mengakibatkan arus hanya
mengalir di permukaan dinding dada, aliran arus ke jantung akan
missing memancarkan bunga api yang menyebabkan sengatan
listrik pasien pada pasien dan alat-alat operator.
BAB III PEMBAHASAN
Pada umumnya secara singkat prinsip kerja defibrillator adalah berawal dari arus listrik
masuk ke rangkaian catu daya yang kemudian arus tersebut diserahkan menggunakan dioda.
Saat tombol charge pada alat ditekan, maka arus akan mengisi kapasitor. Setelah kapasitor terisi
penuh, tombol shock pada alat ditekan akan melepaskan muatan listrik yang ada di kapasitor
ke pasien melalui media paddle sternum (tulang dada) dan paddle apex (puncak/jantung). Pada
dasarnya sirkuit shock dalam defibrillator memiliki tiga komponen utama: sumber tegangan
tinggi, kapasitor dan switch.
3.1. Komponen Defibrillator
3.1.1. Sumber Tegangan
Defibrillator modern menggunakan arus searah (dc) daripada arus bolak (ac) yang
model sebelumnya digunakan. Hal ini menimbulkan masalah bagi desainer
perangkat yang dioperasikan dengan baterai. Transformer tidak dapat meningkatkan
arus searah. Masalah ini dipecahkan sebagai berikut.

Konversi Tegangan Defibrilator DC


Sebuah baterai menyuplai rangkaian osilator; Dihasilkan arus yang on dan off
pada frekuensi tinggi (misalnya 1000 kali per detik), meskipun masih akan dalam
8

satu arah saja (DC). Jika pulsa DC ini dimasukkan ke sebuah transformator yang
cocok, dapat dihasilkan tegangan output sesuai yang diperlukan. Rasio tegangan
input dan output sebanding dengan rasio jumlah lilitan primer dan sekunder trafo.
Untuk Misalnya, jika kumparan input ('primer') memiliki 200 lilitan dan kumparan
output ('sekunder') memiliki 20.000 maka tegangan dinaikan dengan factor 100.
Sebuah masukan 5 V maka akan menghasilkan 500 V output. Tegangan output bolak
balik diperbaiki dengan dioda dan dimasukkan ke dalam kapasitor yang menyimpan
muatan tegangan tinggi.
3.1.2. Kapasitor
Sebuah kapasitor terdiri dari dua konduktor datar atau 'piring' (biasanya dari
aluminium foil) dengan isolator diantaranya. Sebuah kutub konduktor melekat pada
setiap piring. Dalam prakteknya seluruh kapasitor perakitan sering digulung dan
dimasukkan dalam 'kaleng' dengan dua koneksi. Tegangan maksimal pada kapasitor
adalah sebesar 5.300VDC dengan umur pemakaian sebanyak 100.000 kali discharge.
3.1.3. Switch
Gambar rangkaian pada gambar 16 menjelaskan secara singkat prinsip kerja
switch pada defibrillator. Ketika seluruh switch pada kondisi open maka paddle
ditempelkan kepada pasien. Kemudian Switch S1 ditutup guna untuk mengisi
kapasitor, ini disebut kondisi charged. Selanjutnya, S1 akan terbuka dan S2 akan
menutup, dimana menyebabkan kapasitor akan berada pada kondisi discharged dan
tegangan akan dikirimkan ke tubuh pasien, dimana cara ini digunakan untuk
mengembalikan ritme jantung pasien.
3.2. Jenis-Jenis Defibrillator
Pada dasarnya Jenis defibrilator terbagi menjadi 2, yaitu Defibrillator AC dan
Defibrilator DC. Defibrillator DC memiliki beberapa jenis lagi, yaitu Defibrillator DC
Lown, Monopulse, Delay-line, dan Trapezoidal.
3.2.1. Defibrillator AC
AC Defibrillator AC merupakan defibrillator pertama yang dikenal sejak sebelum
tahun 1960. Defibrillator ini menggunakan arus listrik 5 sampai 6 Ampere, dengan
frekuensi 60 Hz yang dipasangkan di dada pasien selama 250 sampai 1000 ms.
Tingkat keberhasilan defibrillator ac ini agak rendah, sehingga tak dapat menangani
fibrilasi atrial secara baik. Bahkan dalam kenyataan, pada saat mencoba mengatasi
fibrilasi atrial dengan defibrillator ac seringkali malah menghasilkan fibrilasi
ventrikel yang merupakan aritmia yang lebih serius. Distribusi energi pada
defibrillator AC sangatlah sederhana karena hanya menggunakan tegangan jala-jala
(110-240V) yang dinaikkan dengan transformator step up (menjadi 300-2000 V).
Sehingga sinyal yang dihasilkan oleh defibrillator AC akan sama dengan sinyal
tegangan jala-jala.
9

3.2.2. Defibrillator DC Lown


Muatan yang dikenakan pada pasien disimpan dalam sebuah kapasitor yang
dihasilkan oleh power supply DC tegangan tinggi. Operator dapat mengatur level
muatan yang akan digunakan pada panel depan dengan tombol “set energy”. Tombol
tersebut mengendalikan tegangan DC yang dihasilkan oleh power supply tegangan
tinggi dan juga dapat mengatur muatan maksimum pada kapasitor. Energi yang
tersimpan dalam kapasitor diberikan oleh persamaan: U = ½ CV2 U adalah energi
dalam satuan Joule (J), C adalah kapasitansi C1 dalam satuan Farad (F) serta V
adalah tegangan pada kapasitor C1 dalam satuan volt. Arus akan meningkat dengan
cepat hingga 20A dengan tegangan hingga 3 KV

Gelombang kemudian meluruh kembali ke nol dalam waktu 5 ms dan kemudian


menghasilkan sebuah pulsa negatif yang lebih kecil juga sekitar 5 ms. Pada respon
ini defibrilator bersifat underdamped
10

Energi yang tersimpan ditunjukkan oleh sebuah voltmeter yang dihubungkan


paralel dengan kapasitor C1. Skala voltmeter dikalibrasi dalam satuan energi. Satuan
yang sering digunakan secara praktis adalah watt-second yang setara dengan Joule
(1 w-s = 1 J). Sejumlah energi akan hilang pada kontak “relay switching” dan pada
resistansi ohmik induktor L1. Muatan kapasitor dikendalikan oleh sebuah kontak
relay (relay switch) K1. Pada model terdahulu digunakan relay jenis SPDT (Single
Pole Double Throw), sedangkan model yang sekarang digunakan relay jenis DPDT
(Double Pole Double Throw) agar isolasi pada rangkaian pasien terhadap ground
tetap terjaga. Walaupun ada beberapa defibrillator yang portable yang menggunakan
relay tegangan tinggi udara terbuka (open-air high voltage relay), tetapi umumnya
menggunakan special sealed vacuum relay seperti Torr Laboratories TMR-10. Relay
vakum merupakan relay yang telah mendapat pengakuan sebab adanya penggunaan
tegangan tinggi untuk kapasitor C1. Rangkaian pasien untuk defibrillator Lown
terdiri dari induktor 100mH (L1), resistansi ohmik L1 (R1) dan resistansi ohmik
pasien (R2). Energi yang tersimpan dalam medan magnetik kumparan L1
menghasilkan Bentuk gelombang Lown negatif selama 5 ms. Bila kapasitor dalam
keadaan discharge, medan pada kumparan akan habis/hilang, energi terbuang
kembali ke rangkaian. Urutan kerjanya sebagai berikut:
1. Operator mengatur “set energy” (yang mengontrol level yang diinginkan)
dan menekan tombol “charge” (yaitu menutup S2)
2. Kapasitor C1 mulai termuati dan akan tetap dimuati hingga tegangan pada
kapasitor sama dengan tegangan sumber (supply).
3. Operator memasang “paddle electrode” pada dada pasien dan menekan
tombol “discharge” (yaitu S1)
4. Relay K1 memutus hubungan kapasitor dari power supply dan kemudian
menghubungkannya ke rangkaian keluar.
5. Kapasitor C1 mengalami discharge (membuang energi) ke pasien melalui
L1, R1 dan paddle electrode. Keadaan ini berlangsung pada awal 4 sampai
6 ms dan membangkitkan tegangan tinggi simpangan positif pada bentuk
gelombang (Gambar 18). Medan magnet terbentuk pada L1 dan
menghasilkan Bentuk gelombang simpangan negatif dan hilang/habis
dalam 5 ms kemudian.
11

3.2.3. Defibrillator DC Monopulsa

Defibrillator DC monopulsa merupakan hasil modifikasi Defibrillator DC Lown


untuk menghasilkan bentuk gelombang tanpa fase negatif. Defibrillator jenis ini
sering dijumpai dalam defibrillator portable. Bentuk rangkaian defibrillator ini sama
dengan defibrillator Lown (Gambar 20), tetapi tanpa induktor L1 (Gambar 22) untuk
menghilangkan pulsa kedua yang negatif. Akibatnya, Bentuk gelombang akan
kembali ke nol dengan cara eksponensial karena hanya ada rangkaian RC saja, dan
respon bersifat critically damp.

3.2.4. Defibrillator DC Delay-Line


Defibrillator ini biasa juga dikenal dengan defibrillator Tapered. Berbeda dengan
dua defibrillator DC sebelumnya, yaitu defibrillator DC Delay Line mempunyai
amplitudo rendah (1.2 KV) dan durasi panjang (15 ms) untuk mencapai level energi
yang ditetapkan. Dibuat dengan meletakan dua bagian L-C. Energi yang ditransfer
adalah sebanding dengan luas daerah di bawah kurva persegi empat, yang juga dapat
diperoleh energi yang sama seperti Bentuk gelombang lainnya. Bentuk rangkaian
12

defibrillator DC delay-line sama dengan gambar, hanya saja pada defibrillator DC


delay-line ditambahkan L2 dan C2.

3.2.5. Defibrillator DC Trapezoidal

Defibrillator DC Trapezoidal merupakan defibrillator yang memiliki bentuk


gelombang yang menyerupai trapesium. Ciri defibrillator ini adalah tegangan
keluarannya rendah (500V sampai 800 V) dan durasinya panjang (20 ms).
13

Kapasitor membuang muatan (discharge) ke tubuh pasien dikendalikan oleh


rangkaian SCR (Silicon-Controlled Rectifier). Bila energi yang diberikan pada
pasien telah cukup, maka shunt SCR bekerja untuk menghubung-singkat (short
circuit) kapasitor dan memutuskan pulsa. Rangkaian ini mengeliminasi/mengurangi
ekor pulsa discharge yang panjang. Keluaran dapat dikontrol dengan mengubah
tegangan pada kapasitor atau durasi \pulsa discharge. Desain ini memberikan
beberapa keuntungan:
1. Arus puncak yang diperlukan lebih kecil
2. Tidak diperlukan inductor
3. Dapat menggunakan kapasitor elektrolit (yang secara fisik kecil)
4. Tidak diperlukan relay.

3.3. Analisis Defibrillator


Besar Energi dalam unit Joule dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:

dengan C adalah nilai kapasitansi diukur dalam satuan farad dan V adalah tegangan
kapasitor. Jika yang dibutuhkan adalah tegangan 3 KV, energy 400 J, maka besar nilai
kapasitor yaitu:

Energi yang dikeluarkan defibrillator pada umumnya adalah kisaran 50-400 J. Tidak
semua energi yang dikeluarkan defibrillator sampai kepada pasien. Beberapa diserap oleh
resistansi dalam (RD) defibrillator, beberapa diserap oleh paddle defibrillator, dan
beberapa diserap oleh resistansi kulit (RE). Untuk menghitung berapa banyak energy yang
diperoleh pasien, resistansi RT dipertinbangkan sebagai sirkuit ekivalen. Terdapat empat
resistor dalam rangkaian ekuivalen.
14

Oleh karena itu, arus pada masing-masing resistor adalah sama. Dan energy yang
diserap oleh masing-masing resistor sebanding dengan energy total, sesuai dengan hukum
pembagi tegangan. Energi yang diserap oleh thorak dinyatakan dengan rumus sebagai
berikut:

3.4. Prinsip Kerja Defibrillator Secara Umum


Untuk pengisian kapasitor, selector atau switch diarahkan ke charge, maka arus dari
battery akan masuk ke oscillator sehingga dapat menimbulkan frekwensi, frekwensi
tersebut dimanfaatkan untuk memberi input ke transformator step UP, output dari
transformator step UP tersebut berupa voltage yang akan dilipat gandakan dan disearahkan
menggunakan multiplier. Multiplier disini selain digunakan untuk penyearah juga
digunakan untuk pelipat ganda tegangan yang akan dimasukkan ke kapasitor, setelah
kapasitor terisi penuh, maka luapan kapasitor akan dimanfaatkan untuk menonaktifkan
osilator sehingga pengisian berhenti.
Untuk pengurangan muatan kapasitor, selector diarahkan ke discharge, maka supply
battery akan masuk ke rangkaian discharge, rangkaian tersebut akan memberikan beban
pada kapasitor sehingga muatan kapasitor akan berkurang secara perlahan lahan, setelah
tampilan menunjukkan dosis yang diinginkan tercapai, selector langsung dipindah secara
manual ke posisi normal.
Pastikan kedua elektroda terhubung pada pasien tanpa ada celah sedikitpun, karena
dapat menimbulkan aliran energi kurang maksimal, set duration berfungsi sebagai
pengatur lamanya saat trigger. Jika trigger button keduanya ditekan secara bersamaan,
maka muatan dalam kapasitor akan diteruskan ke elektroda melalui kontaktor relay yang
terdapat pada rangkaian set duration.
15

BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Defibrillator adalah alat yang digunakan oleh paramedis di bagian perawatan jantung
untuk mengatasi kelainan jantung (cardioarrhythymia), Pada pengisian muatan kapasitor
tergantung dari besar tegangan yang mengisi pada pengisian muatan kapasitor selain juga
tergantung pada waktu pengisian. Namun pada defibrillator karena tegangan yang
dihasilkan konstan, jadi besar muatan tergantung pada waktu pengisian, Untuk
mengkalibrasi yang presisi sebaiknya digunakandefianalyzer yang berguna untuk
mengetahui akan meter muatan defibrillator dengan penunjukkan meter
4.2. Saran
Penggunaan defibrillator harus diawali dengan pelatihan dan keahlian khusus, agar alat
yang digunakan dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2014.Proposal penelitian alat defibrillator. URL:
http://pemelihaaran.blogspot.co.id/2014/05/tentang-alat-defibilator.html. Diakses tanggal 9
Oktober 2021.
Anonim. 2021. MEDICAL ELECTRONICS. URL:
https://www.myklassroom.com/Engineering-branches/80/MEDICAL-ELECTRONICS.
Diakses tanggal 8 Oktober 2021.
Guyton dan Hall. 2008. Fisiologi Kedokteran Edisi ke-11. EGC. Jakarta. Indonesia.
Khandpur, R. S. 2005. Biomedical Instrumentation: Technology and Applications. McGraw-
Hill. New Delhi. India.
Novlifiani, Yorinda. 2012. DEFIBRILATOR. URL:
http://liveisflow.blogspot.co.id/2012/04/defibrillator.html. Diakses tanggal 9 Oktober 2021.
Price, A. Sylvia. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Ed.6 Vol.1. EGC.
Jakarta. Indonesia.
Sherwood, Lauralee. 2012. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. EGC. Jakarta. Indonesia.
Sumantri, Bambang. 2011. DEFIBRILASI DAN KARDIOVERSI. URL:
http://mantrinews.blogspot.co.id/2011/10/defibrilasi-dan-kardioversi.html. Diakses tanggal 9
Oktober 2021.

Anda mungkin juga menyukai