Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS DENGAN PASIEN

STROKE

OLEH :

Veni Vebianti (21212072)

Dosen Pembimbing : Ns. Maulida, M.kep

FAKULTAS SAINS TEKNOLOGI DAN ILMU KESEHATAN (FSTIK)

PROGRAM STUDI SARAJANA KEPERAWATAN

TAHUN 2022

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah.

Naskah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki naskah ini.

 Akhir kata kami berharap semoga pembelajaran dalam naskah ini dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Banda Aceh, 27 Mei 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i


KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Tujuan ............................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................. 3


A. Definisi .......................................................................................................... 3
B. Etiologi .......................................................................................................... 4
C. Patofisiologi ................................................................................................... 6
D. Tanda dan Gejala ........................................................................................... 7
E. Manifestasi Klinis .......................................................................................... 8
F. Pemeriksaan Diagnostik ................................................................................. 9
G. Penatalaksanaan Medik ................................................................................. 9

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ........................................................... 11


A. Pengkajian ..................................................................................................... 11
B. Diagnose Keperawatan .................................................................................. 12
C. Rencana Keperawatan ................................................................................... 13

BAB IV PENUTUP .......................................................................................... 21


A. Kesimpulan .................................................................................................... 21
B. Saran .............................................................................................................. 21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan
peredaran darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan di
otak sehingga mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau
kematian. Stroke masih merupakan masalah medis yang menjadi masalah
kesakitan dan kematian nomor 2 di Eropa serta nomor 3 di Amerika Serikat.
Sebanyak 10% penderita stroke mengalami kelemahan yang memerlukan
perawatan. (Batticaca, 2008)
Secara global, penyakit serebrovaskular (stroke) adalah penyebab
utama kedua kematian. Ini adalah penyakit yang dominan terjadi pada
pertengahan usia dan orang dewasa yang lebih tua. WHO memperkirakan
bahwa pada tahun 2005, stroke menyumbang 5,7 juta kematian di seluruh
dunia, setara dengan 9,9 % dari seluruh kematian. Lebih dari 85 % dari
kematian ini akan terjadi pada orang yang hidup di negara-negara
berpenghasilan rendah dan menengah dan sepertiga akan pada orang yang
berusia kurang dari 70 tahun. Stroke disebabkan oleh gangguan suplai darah
ke otak, biasanya karena pembuluh darah semburan atau diblokir oleh
gumpalan darah. Ini memotong pasokan oksigen dan nutrisi, menyebabkan
kerusakan pada jaringan otak. (Organization, 2015)
Kalimantan Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia dengan
penderita stroke cukup tinggi. Penderitanya melebihi prevalensi stroke di
daerah perkotaan secara nasional.  Singkawang merupakan kota di Kalimantan
Barat dengan prevalensi stroke yang terus meningkat dari tahun ke tahun.
Berdasarkan penelitian di lima rumah sakit yang ada di Kota Singkawang
menunjukkan, adanya peningkatan jumlah pasien stroke yang dirawat. Jumlah
tersebut belum termasuk pasien stroke yang dirujuk dan dirawat di rumah
sakit selain di Singkawang serta pasien yang berobat ke puskesmas. Jumlah
kekambuhan stroke juga menunjukkan angka yang tinggi. (Hutapea, 2015)

1
B. Tujuan
 untuk mengetahui serta memahami bagaimana Asuhan keperawatan yang
baik dilakukan pada klien dengan Stroke.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan
defisit neurologis mendadak sebagai akbat iskemia atau hemoragi sirkulasi
saraf otak. (Mansjoer, 2007)
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan
peredaran darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan di
otak sehingga mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau
kematian. (Batticaca, 2008)
stroke dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Serangan iskemik sepintas (TIA) : merupakan gangguan neurologis
fokal yang timbul mendadak dan menghilang dalam beberapa menit
sampai beberapa jam.
2. Progresif/inevolution (stroke yang sedang berkembang) : perjalanan
stroke berlangsung perlahan meskipun akut. Stoke dimana deficit
neurologisnya terus bertambah berat.
3. Stroke lengkap/completed : gangguan neurologis maksimal sejak awal
serangan dengan sedikit perbaikan. Stroke dimana deficit
neurologisnya pada saat onset lebih berat, bisa kemudian
membaik/menetap

Klasifikasi berdasarkan patologi:
1. Stroke hemoragi: stroke yang terjadi karena pembuluh darah di otak
pecah sehingga timbul iskhemik dan hipoksia di hilir. Penyebab stroke
hemoragi antara lain: hipertensi, pecahnya aneurisma, malformasi arteri
venosa,
2. stroke non hemoragi: stroke yang disebabkan embolus dan thrombus.

B. Etiologi

3
Penyebab stroke menurut (Arif, 2010):
1.      Thrombosis Cerebral
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi
sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan
oedema dan kongesti di sekitarnya. Thrombosis biasanya terjadi pada orang
tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena
penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat
menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan gejala neurologis memburuk pada
48 jam setelah trombosis.
Beberapa keadaan di bawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak:
a. Aterosklerosis
Aterosklerosis merupakan suatu proses dimana terdapat suatu penebalan
dan pengerasan arteri besar dan menengah seperti koronaria, basilar,
aorta dan arteri iliaka (Hutapea, 2015). Aterosklerosis adalah
mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan atau
elastisitas dinding pembuluh darah.
b. Hyperkoagulasi pada polysitemia
Darah bertambah kental, peningkatan viskositas/ hematokrit meningkat
dapat melambatkan aliran darah serebral.
c.  Arteritis( radang pada arteri )
d.  Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh
bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari
thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral.
Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30
detik.
2. Haemorhagi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam ruang
subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi
karena atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak
menyebabkan perembesan darah kedalam parenkim otak yang dapat

4
mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang
berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga
terjadi infark otak, oedema, dan mungkin herniasi otak.
3. Hipoksia Umum
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum adalah:
a. Hipertensi yang parah.
b. Cardiac Pulmonary Arrest
c. Cardiac output turun akibat aritmia

4.  Hipoksia Setempat
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat adalah:
A. arteri serebral, yang disertai Spasme perdarahan subarachnoid.
B. Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain.

C. Patofisiologi
Setiap kondisi yang meyebabkan perubahan perfusi darah pada otak
yang menyebabkan keadaan hipoksia. Hipoksia yang berlangsung lama dapat
menyebakan iskemik otak. Iskemik yang terjadi dalam waktu yang singkat
kurang dari 10-15 menit dapat menyebabkan defisit sementara dan bukan
defisit permanen. Sedangkan iskemik yang terjadi dalam waktu lama dapat
menyebabkan sel mati permanen dan mengakibatkan infark pada otak.
Setiap defisit fokal permanen akan bergantung pada daerah otak mana
yang terkena. Daerah otak yang terkena akan menggambarkan pembuluh
darah otak yang terkena. Pembuluh darah yang paling sering mengalami
iskemik adalah arteri serebral tengah dan arteri karotis interna. Defisit fokal
permanen dapat diketahui jika klien pertama kali mengalami iskemik otak
total yang dapat teratasi.
Jika aliran darah ke tiap bagian otak terhambat karena trombus atau
emboli, maka mulai terjadi kekurangan suplai oksigen ke jaringan otak.
Kekurangan okigen dalam satu menit dapat menunjukan gejala yang dapat
pulih seperti kehilangan kesadaran. Sedangkan kekurangan oksigen dalam

5
waktu yang lebih lama menyebabkan nekrosis mikroskopik neuron-neuron.
Area yang mengalami nekrosis disebut infark.
Gangguan peredaran darah otak akan menimbulkan gangguan pada
metabolisme sel-sel neuron, dimana sel-sel neuron tidak mampu menyimpan
glikogen sehingga kebutuhan metabolisme tergantung dari glukosa  dan
oksigen yang terdapat pada arteri-arteri menuju otak.
Perdarahan intrakranial termasuk perdarahan ke dalam ruang
subaraknoid atau ke dalam jaringan otak sendiri. Hipertensi mengakibatkan
timbulnya penebalan dan degeneratif pembuluh darah yang menyebabkan
rupturnya arteri serebral sehingga perdarahan menyebar dengan cepat dan
menimbulkan perubahan setempat serta iritasi pada pembuluh darah otak.
Perdarahan biasanya berhenti karena pembentukan trombus oleh fibrin
trombosit dan oleh tekanan jaringan. Setelah 3 minggu, darah mulai
direabsorbsi. Ruptur ulangan merupakan resiko serius yang terjadi sekitar  7-
10 hari setelah perdarahan pertama.
Ruptur ulangan mengakibatkan terhentinya aliran darah kebagian
tertentu, menimbulkan gegar otak dan kehilagan kesadaran, peningkatan
tekanan cairan serebrospinal (CSS), dan menyebabkan gesekan otak (otak
terbelah sepanjang serabut). Perdarahan mengisi ventrikel atau hematoma
yang merusak jaringan otak.
Perubahan sirkulasi CSS, obstruksi vena, adanya edema dapat
meningkatkan tekanan intrakranial yang membahayakan jiwa dengan cepat.
Peningkatan tekanan intrakranial yang tidak diobati mengakibatkan herniasi
unkus atau serebellum. Disamping itu, terjadi bradikardia, hipertensi sistemik,
dan gangguan pernafasan.
Darah merupakan bagian yang merusak dan bila terjadi hemodialisa,
darah dapat mengiritasi pembuluh darah, menigen, dan otak. Darah dan
vasoaktif yang dilepas mendorong spasme arteri yang berakibat menurunnya
perfusi serebral. Spasme serebri atau vasospasme biasa terjadi pada hari ke-4
sampai ke-10 setelah terjadinya perdarahan dan menyebabkan vasokonstriksi

6
arteri otak. Vasospasme merupakan kompikasi yang mengakibatkan terjadinya
penurunan fokal neurologis, iskmik otak dan infark. (Batticaca, 2008)

D. Tanda dan Gejala


Stoke menyebabkan defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi
(pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak
adequat dan jumlah aliran darah kolateral. Stroke akan meninggalkan gejala
sisa karena fungsi otak tidak akan membaik sepenuhnya.
a. Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh (hemiparese atau hemiplegia)
b. Lumpuh pada salah satu sisi wajah “Bell’s Palsy”
c. Tonus otot lemah atau kaku
d. Menurun atau hilangnya rasa
e. Gangguan lapang pandang “Homonimus Hemianopsia”
f. Gangguan bahasa (Disatria: kesulitan dalam membentuk kata; afhasia
atau disfasia: bicara defeksif/kehilangan bicara)
g. Gangguan persepsi
h. Gangguan status mental

E. Manifestasi Klinis
Gejala klinis yang timbul tergantung dari jenis stroke.
1. Gejala klinis pada stroke hemoragik, berupa:
a. Defisit neurologis mendadak,
b. Kadang-kadang tidak terjadi penurunan kesadaran,
c. Terjadi terutama pada usia >50 tahun,
d. Gejala neurologis yang timbul tergantung pada berat ringannya
gangguan pembuluh darah dan lokasinya.
2. Gejala klinis pada stroke akut berupa:
a. Kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya hemiparesis) yang
timbul mendadak,
b. Gangguan sensibilitas pada satu anggota badan (gangguan
hemisensorik),

7
c. Perubahan mendadak pada status mental (kesadaran menurun),
d. Mulut mencong atau tidak simetris ketika menyeringai,
e. Gangguan penglihatan,
f. Gangguan daya ingat,
g. Bicara pelo atau cadel,
h. Mual dan muntah,
i. Nyeri kepala hebat,
j. Vertigo,
k. Gangguan fungsi otak. (Smeltzer, 2002)

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Angiografi serebral
Membantu menunjukkan penyebab stroke secara spesifik, misalnya
pertahanan atau sumbatan arteri.
2. Skan Tomografi Komputer (Computer Tomography scan – CT-scan)
Mengetahui adamya tekanan normal dan adanya trombosis, emboli
serebral, dan tekanan intrakranial (TIK). Peningkatan TIK dan cairan yang
mengandung darah menunjukan adanya perdarahan subarakhnoid dan
perdarahan intrakranial. Kadar protein total meningkat, beberapa kasus
trombosis disertai proses inflamasi.
3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Menunjukan daerah infark, perdarahan, malformasi arteriovena (MAV).
4. Ultrasonografi doppler (USG doppler)
Mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah sistem arteri karotis
[aliran darah atau timbulnya plak]) dan arteriosklerosis.
5. Elektroensefalogram (Electroencephalogram-EEG)
Mengidentifikasi masalah pada otak dan memperlihatkan daerah lesi yang
spesifik.
6. Sinar X tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pienal daerah yang
berlawanan dari massa yang meluas, klasifikasi karotis interna terdapat

8
pada trombosis serebral; klasifikasi parsial  dinding aneurisma ada
perdarahan subarakhnoid.
7. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan cara memeriksakan darah
rutin, gula darah, urine rutin, cairan serebrospinal, analisa gas darah
(AGD), biokimia darah, dan elektrolit. (Batticaca, 2008)

G. Penatalaksanaan Medik
Penatalaksaan medik pada klien dengan stroke meliputi:
1. Non pembedahan
a. Terapi antikoagulan. Kontraindikasi pemberian terapi antikoagulan
pada klien dengan riwayat ulkus, eremia dan kegagalan hepar. Sodium
heparin diberikan secara subkutan atau melalui IV drip.
b. Phenytonin (Dilantin) dapat digunakan untuk mencegah kejang.
c. Enteris-coated, misalnya aspirin dapat digunakan untuk lebih dulu
menghancurkan trombotik dan embolik.
d. Epsilon-aminocaproic acid (Amicar) dapat digunakan untuk
menstabilkan bekuan diatas anuarisma yang ruptur.
e. Calcium channel blocker (Nimodipine) dapat diberika untuk
mengatasi vasospasme pembuluh darah.
2. Pembedahan
a. Karotid  endarteretomi untuk mengangkat plaque atherosclerosis.
b. Superior temporal arteri-middle serebra arteri  anatomisis dengan
melalui daerah yang tersumbat dan menetapkan kembali aliran darah
pada daerah yang dipengaruhi. (Mansjoer, 2007)

9
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS,
nomor register, diagnose medis.
2. Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo,
dan tidak dapat berkomunikasi.
3. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak, pada
saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual,
muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan
separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
4. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia,
riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat
anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.
5. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes
militus.

Pengumpulan data:
A. Aktivitas/istirahat
Klien akan mengalami kesulitan aktivitas akibat kelemahan, hilangnya rasa,
paralisis, hemiplegi, mudah lelah, dan susah tidur.
B. Sirkulasi
Adanya riwayat penyakit jantung, katup jantung, disritmia, CHF, polisitemia.
Dan hipertensi arterial.

10
C. Integritas Ego.
Emosi labil, respon yang tak tepat, mudah marah, kesulitan untuk
mengekspresikan diri.
D. Eliminasi
Perubahan kebiasaan Bab. dan Bak. Misalnya inkoontinentia urine, anuria,
distensi kandung kemih, distensi abdomen, suara usus menghilang.
E. Makanan/caitan :
Nausea, vomiting, daya sensori hilang, di lidah, pipi, tenggorokan, dysfagia
F. Neuro Sensori
Pusing, sinkope, sakit kepala, perdarahan sub arachnoid, dan intrakranial.
Kelemahan dengan berbagai tingkatan, gangguan penglihatan, kabur,
dyspalopia, lapang pandang menyempit. Hilangnya daya sensori pada bagian
yang berlawanan dibagian ekstremitas dan kadang-kadang pada sisi yang sama
di muka.
G. Nyaman/nyeri
Sakit kepala, perubahan tingkah laku kelemahan, tegang pada otak/muka
H. Respirasi
Ketidakmampuan menelan, batuk, melindungi jalan nafas. Suara nafas,
whezing, ronchi.
I. Keamanan
Sensorik motorik menurun atau hilang mudah terjadi injury. Perubahan
persepsi dan orientasi Tidak mampu menelan sampai ketidakmampuan
mengatur kebutuhan nutrisi. Tidak mampu mengambil keputusan.
J. Interaksi sosial
Gangguan dalam bicara, Ketidakmampuan berkomunikasi. (Santosa, 2007)

B. Diagnose Keperawatan
1. Ketidakefektifan Perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran
darah ke otak terhambat
2. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi ke
otak

11
3. Kerusakan mobilitas fisik  berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler
4. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kesadaran

C. Rencana Keperawatan

Diagnosa
N Implementasi
Keperawata Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
o Keperawatan
n
1. Ketidak Setelah dilakukan NIC : 1. Memantau
efektifan tindakan keperawatan Intrakranial adanya tanda-
Perfusi selama 3 x 24 jam, Pressure (ICP) tanda
jaringan diharapkan suplai Monitoring penurunan
serebral  b.d aliran darah keotak (Monitor tekanan perfusi serebral
aliran darah lancar dengan kriteria intrakranial) :GCS, memori,
ke otak hasil: - Berikan bahasa respon  
terhambat. NOC : informasi kepada pupil.
Circulation status keluarga 2.
Tissue Prefusion : - Monitor tekanan Mengobservasi
cerebral perfusi serebral tanda-tanda
Kriteria Hasil : - Catat respon vital (tiap jam
1. mendemonstrasikan pasien terhadap sesuai kondisi
status sirkulasi yang stimuli pasien)
ditandai dengan : - Monitor tekanan 3. Memantau
-Tekanan systole intrakranial pasien intake-output
dandiastole dalam dan respon cairan, balance
rentang yang neurology tiap 24 jam
diharapkan terhadap aktivitas 4.
 -Tidak ada - Monitor jumlah Mempertahank
ortostatikhipertensi drainage cairan an posisi tirah
-Tidk ada tanda tanda serebrospinal baring pada
peningkatan tekanan - Monitor intake posisi anatomis

12
intrakranial (tidak lebih dan output cairan atau posisi
dari 15 mmHg) - Restrain pasien kepala tempat
2.      mendemonstrasik jika perlu tidur 15-30
an kemampuan - Monitor suhu derajat
kognitif yang ditandai dan angka WBC 5. Menghindari
dengan: - Kolaborasi valsava
-  berkomunikasi pemberian maneuver
dengan jelas dan sesuai antibiotik seperti batuk,
dengan kemampuan - Posisikan pasien mengejang dan
-  menunjukkan pada posisi sebagainya.
perhatian, konsentrasi semifowler 6.
dan orientasi - Minimalkan Mempertahank
-  memproses stimuli dari an ligkungan
informasi lingkungan yang nyaman
- membuat keputusan Terapi oksigen 7. Menghindari
dengan benar 1.    Bersihkan fleksi leher
3.      menunjukkan jalan nafas dari untuk
fungsi sensori motori sekret mengurangi
cranial yang utuh : 2.    Pertahankan resiko jugular
tingkat kesadaran jalan nafas tetap
mambaik, tidak ada efektif
gerakan gerakan 3.    Berikan
involunter oksigen sesuai
intruksi
4.    Monitor
aliran oksigen,
kanul oksigen dan
sistem humidifier
5.    Beri
penjelasan kepada
klien tentang

13
pentingnya
pemberian
oksigen
6.    Observasi
tanda-tanda hipo-
ventilasi
7.    Monitor
respon klien
terhadap
pemberian
oksigen
8.    Anjurkan
klien untuk tetap
memakai oksigen
selama aktifitas
dan tidur
2 Kerusakan Setelah dilakukan 1.      Libatkan 1.
komunikasi tindakan keperawatan keluarga untuk Mengevaluasi
verbal b.d selama  3 x 24 jam, membantu sifat dan
penurunan diharapkan klien memahami / beratnya afasia
sirkulasi ke mampu untuk memahamkan pasien, jika
otak berkomunikasi lagi informasi dari / ke berat hindari
dengan kriteria hasil: klien memberi
- dapat menjawab 2.      Dengarkan isyarat non
pertanyaan yang setiap ucapan verbal
diajukan perawat klien dengan 2. Melakukan
- dapat mengerti dan penuh perhatian komunikasi
memahami pesan- 3.      Gunakan dengan wajar,
pesan melalui gambar kata-kata bahasa jelas,
- dapat sederhana dan sederhana dan
mengekspresikan pendek dalam bila perlu

14
perasaannya secara komunikasi diulang
verbal maupun dengan klien 3.
nonverbal 4.      Dorong Mendengarkan
klien untuk dengan tekun
mengulang kata- jika pasien
kata mulai berbicara
5.      Berikan 4. Berdiri di
arahan / perintah dalam lapang
yang sederhana pandang pasien
setiap interaksi pada saat
dengan klien bicara
6.      Programkan 5. Melatih otot
speech-language bicara secara
teraphy optimal
7.      Lakukan 6. Melibatkan
speech-language keluarga dalam
teraphy setiap melatih
interaksi dengan komunikasi
klien verbal pada
pasien
7.
Mengkolaboras
i dengan ahli
terapi wicara
3 Kerusakan           joint Movement : NIC : Memantau
mobilitas Active Exercise therapy : tingkat
fisik b.d            Mobility Level ambulation kemampuan
kerusakan           Self care : ADLs           Monitoring mobilisasi klien
neurovaskul          Transfer vital sign 2. Memantau
er performance sebelm/sesudah kekuatan otot
Kriteria Hasil : latihan dan lihat 3. Merubah

15
          Klien meningkat respon pasien saat posisi tiap 2 jan
dalam aktivitas fisik latihan 4. Memasang
          Mengerti tujuan           Konsultasikan trochanter roll
dari peningkatan dengan terapi fisik pada daerah
mobilitas tentang rencana yang lemah
          Memverbalisasikan ambulasi sesuai 5. Melakukan
perasaan dalam dengan kebutuhan ROM pasif
meningkatkan            Bantu klien atau aktif
kekuatan dan untuk sesuai
kemampuan berpindah menggunakan kemampuan
          Memperagakan tongkat saat dan jika TTV
penggunaan alat Bantu berjalan dan cegah stabil
untuk mobilisasi terhadap cedera 6. Melibatkan
(walker)           Ajarkan pasien keluarga dalam
atau tenaga memobilisasi
kesehatan lain klien
tentang teknik 7.
ambulasi Mengkolaboras
          Kaji i: fisioterapi
kemampuan 8. Melatih
pasien dalam pasien dalam
mobilisasi pemenuhan
          Latih pasien kebutuhan
dalam pemenuhan ADLs secara
kebutuhan ADLs mandiri sesuai
secara mandiri kemapuan
sesuai
kemampuan
          Dampingi dan
Bantu pasien saat
mobilisasi dan

16
bantu penuhi
kebutuhan ADLs
ps.
          Berikan alat
Bantu jika klien
memerlukan.
1.        Ajarkan pasien
bagaimana
merubah posisi
dan berikan
bantuan jika
diperlukan
4 Pola nafas Setelah dilakukan 1.
tidak efektif tindakan perawatan NIC : Mengauskultasi
berhubunga selama 3 x 24 jam, Airway bunyi nafas
n dengan diharapkan pola nafas Management 2. Mengukur
penurunan pasien efektif dengan ·  Buka jalan tanda-tanda
kesadaran kriteria hasil : nafas, guanakan vital
- Menujukkan jalan teknik chin lift 3. Memberikan
nafas paten ( tidak atau jaw thrust posisi semi
merasa tercekik, irama bila perlu fowler sesuai
nafas normal, frekuensi ·  Posisikan pasien dengan
nafas normal,tidak ada untuk kebutuhan
suara nafas tambahan memaksimalkan (tidak
- NOC : ventilasi bertentangan
v  Respiratory status : · Identifikasi dgn masalah
Ventilation pasien perlunya keperawatan
v  Respiratory status : pemasangan alat lain)
Airway patency jalan nafas buatan 4. Melakukan
v  Vital sign Status · Pasang mayo penghisapan
Kriteria Hasil : bila perlu lendir dan

17
-Mendemonstrasikan · Lakukan pasang OPA
batuk efektif dan suara fisioterapi dada jika kesadaran
nafas yang bersih, jika perlu menurun
tidak ada sianosis dan · Keluarkan sekret 5. Melakukan
dyspneu (mampu dengan batuk atau fisioterapi dada
mengeluarkan sputum, suction dan latihan
mampu bernafas · Auskultasi suara nafas dalam
dengan mudah, tidak nafas, catat 6. melakukan
ada pursed lips) adanya suara suction pada
-Menunjukkan jalan tambahan mayo
nafas yang paten (klien · Lakukan suction 7. Mengatur
tidak merasa tercekik, pada mayo intake cairan
irama nafas, frekuensi · Berikan untuk
pernafasan dalam bronkodilator bila meoptimalkan
rentang normal, tidak perlu keseimbangan
ada suara nafas · Berikan 8. Memantau
abnormal) pelembab udara respirasi dan
Tanda Tanda vital Kassa basah NaCl status O2
dalam rentang normal Lembab 9. Memberikan
(tekanan darah, nadi, · Atur intake bronkodilator
pernafasan untuk cairan bila diperlulan
mengoptimalkan 10.
keseimbangan. Memberikan
· Monitor respirasi pelembab udara
dan status O2 kassa basah
Oxygen Therapy NaCl lembab
          Bersihkan
mulut, hidung dan
secret trakea
          Pertahankan
jalan nafas yang

18
paten
          Atur peralatan
oksigenasi
          Monitor aliran
oksigen
          Pertahankan
posisi pasien
           Onservasi
adanya tanda
tanda
hipoventilasi
          Monitor
adanya kecemasan
pasien terhadap
oksigenasi

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan
peredaran darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan di
otak sehingga mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau

19
kematian. Stroke masih merupakan masalah medis yang menjadi masalah
kesakitan dan kematian nomor 2 di Eropa serta nomor 3 di Amerika Serikat.
Sebanyak 10% penderita stroke mengalami kelemahan yang memerlukan
perawatan. Pengkajian yang sangat diperhatikan dalam asuhan keperawatan
stroke ini adalah pemeriksaan fisik 12 saraf kranial. Diagnosa yang dapat
diangkat pada asuhan keperawatan pasien dengan stroke ini adalahGangguan
perfusi jaringan serebral berhubungan dengan tidak adekuatnya sirkulasi darah
serebral, Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
neuromuskular, Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan
neuromuskular, Defisit pengetahuan: keluarga berhubungan dengan
keterbatasan kognitif, Kerusakan komunikasi verbal behubungan dengan
kerusakan neuromuskular, Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan
trauma neurologis, Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan
psikososial dan Resiko tinggi terhadap menelan behubungan dengan
kerusakan neuromuskular.

DAFTAR PUSTAKA

Arif, M. (2010). Pengkajian Keperawatan Pada Praktik Klinik. . Jakarta: Salemba


Medika.

Batticaca, F. B. (2008). Asuhan Keperawatan Dengan Sistem Persarafan. Jakarta:


Salemba Medika.

Hutapea, R. (2015). Kalimantan Barat, Penderita Stroke Tertinggi. Depok: tersedia


dalam www.sinarharapan.co/news/read/150513024/kalimantan-barat-penderita-
stroke-tertinggi%20o (diunggah pada tanggal 13 Mei 2015 pukul 14:15 WIB,
diakses pada tanggal 23 September 2018.

20
Mansjoer, A. d. (2007). Kapita Selekta Kedokteran, Jilid Kedua. . Jakarta: Media
Aesculapius FKUI.

Organization, W. H. (2015). STEPwise approach to stroke surveillance. Geneva: tersedia


dalam www.who.int/chp/steps/stroke/en/ (diakses pada tanggal 23 September
2018, pukul 19.31 WIB).

Santosa, B. (2007). Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima


Medika.

Smeltzer, d. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8
Vol 2. alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih.
Jakarta: EGC.

21

Anda mungkin juga menyukai