USNADI
2018727094
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayah- Nya,
makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan sebuah pengetahuan bagi para
mahasiswa/i keperawatan maupun bagi para pembaca dibidang lainnya.Tidak lupa kami
ucapkan terima kasih kepada, Tuhan Yang Maha Esa, dan Bapak Kamil selaku dosen
pembimbing mata kuliah Neurovaskuler
Makalah ini di buat guna memenuhi salah satu tugas kuliah dari dosen mata kuliah
Neurovaskuler dengan judul “stroke dengan gangguan mobilisasi”. Dalam penulisan
makalah ini penulis menyajikan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh para
pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan dan masih banyak
kekurangan. Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang membangun dari
rekan-rekan pembaca. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan
yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.
Aamiin.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran
merupakan masalah medis yang menjadi masalah kesakitan dan kematian nomor 2 di
Eropa serta nomor 3 di Amerika Serikat. Sebanyak 10% penderita stroke mengalami
kedua kematian. Ini adalah penyakit yang dominan terjadi pada pertengahan usia dan
orang dewasa yang lebih tua. WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2005, stroke
menyumbang 5,7 juta kematian di seluruh dunia, setara dengan 9,9 % dari seluruh
kematian. Lebih dari 85 % dari kematian ini akan terjadi pada orang yang hidup di
negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah dan sepertiga akan pada orang
yang berusia kurang dari 70 tahun. Stroke disebabkan oleh gangguan suplai darah ke
otak, biasanya karena pembuluh darah semburan atau diblokir oleh gumpalan darah.
Ini memotong pasokan oksigen dan nutrisi, menyebabkan kerusakan pada jaringan
prevalensi stroke yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan penelitian di
lima rumah sakit yang ada di Kota Singkawang menunjukkan, adanya peningkatan
jumlah pasien stroke yang dirawat. Jumlah tersebut belum termasuk pasien stroke
yang dirujuk dan dirawat di rumah sakit selain di Singkawang serta pasien yang
B. Rumusan masalah
Dengan melihat latar belakang yang dikemukakan sebelumnya maka beberapa
1. Pengertian Stroke
3. Faktor Resiko
C. Tujuan
untuk mengetahui serta memahami bagaimana Asuhan keperawatan stroke dengan
gangguan mobilisasai.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan defisit
neurologis mendadak sebagai akbat iskemia atau hemoragi sirkulasi saraf otak.
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran
1033 ]
Stroke dapat juga diartikan sebagai gangguan fungsional otak yang bersifat:
b. akut
Stroke dapat digolongkan sesuai dengan etiologi atau dasar perjalanan penyakit.
Sesuai dengan perjalanan penyakit, stroke dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
jam.
Klasifikasi berdasarkan patologi:
B. Etiologi
a. Thrombosis Cerebral
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti
di sekitarnya. Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau
bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan
penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan
1. Aterosklerosis
pengerasan arteri besar dan menengah seperti koronaria, basilar, aorta dan
d) Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek dan
terjadi perdarahan.
d. Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah,
lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang
terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat
dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik. Beberapa keadaan dibawah ini dapat
menimbulkan emboli:
b) Myokard infark
e. Haemorhagi
subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi
penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang berdekatan, sehingga otak
akan membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga terjadi infark otak, oedema, dan
f. Hipoksia Umum
g. Hipoksia Setempat
C. Patofisiologi
Setiap kondisi yang meyebabkan perubahan perfusi darah pada otak yang
iskemik otak. Iskemik yang terjadi dalam waktu yang singkat kurang dari 10-15 menit
dapat menyebabkan defisit sementara dan bukan defisit permanen. Sedangkan
iskemik yang terjadi dalam waktu lama dapat menyebabkan sel mati permanen dan
Setiap defisit fokal permanen akan bergantung pada daerah otak mana yang terkena.
Daerah otak yang terkena akan menggambarkan pembuluh darah otak yang terkena.
Pembuluh darah yang paling sering mengalami iskemik adalah arteri serebral tengah
dan arteri karotis interna. Defisit fokal permanen dapat diketahui jika klien pertama
Jika aliran darah ke tiap bagian otak terhambat karena trombus atau emboli, maka
mulai terjadi kekurangan suplai oksigen ke jaringan otak. Kekurangan okigen dalam
satu menit dapat menunjukan gejala yang dapat pulih seperti kehilangan kesadaran.
Sedangkan kekurangan oksigen dalam waktu yang lebih lama menyebabkan nekrosis
Gangguan peredaran darah otak akan menimbulkan gangguan pada metabolisme sel-
sel neuron, dimana sel-sel neuron tidak mampu menyimpan glikogen sehingga
perdarahan menyebar dengan cepat dan menimbulkan perubahan setempat serta iritasi
oleh tekanan jaringan. Setelah 3 minggu, darah mulai direabsorbsi. Ruptur ulangan
merupakan resiko serius yang terjadi sekitar 7-10 hari setelah perdarahan pertama.
serabut). Perdarahan mengisi ventrikel atau hematoma yang merusak jaringan otak.
Perubahan sirkulasi CSS, obstruksi vena, adanya edema dapat meningkatkan tekanan
yang tidak diobati mengakibatkan herniasi unkus atau serebellum. Disamping itu,
Darah merupakan bagian yang merusak dan bila terjadi hemodialisa, darah dapat
mengiritasi pembuluh darah, menigen, dan otak. Darah dan vasoaktif yang dilepas
serebri atau vasospasme biasa terjadi pada hari ke-4 sampai ke-10 setelah terjadinya
darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adequat dan jumlah
aliran darah kolateral. Stroke akan meninggalkan gejala sisa karena fungsi otak tidak
g. Gangguan persepsi
E. Manifestasi Klinis
mendadak,
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Angiografi serebral
Mengetahui adamya tekanan normal dan adanya trombosis, emboli serebral, dan
proses inflamasi.
5. Elektroensefalogram (Electroencephalogram-EEG)
spesifik.
6. Sinar X tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pienal daerah yang berlawanan
dari massa yang meluas, klasifikasi karotis interna terdapat pada trombosis
7. Pemeriksaan laboratorium
gula darah, urine rutin, cairan serebrospinal, analisa gas darah (AGD), biokimia
G. Penatalaksanaan Medik
1. Non pembedahan
dengan riwayat ulkus, eremia dan kegagalan hepar. Sodium heparin diberikan
2. pembedahan
daerah yang tersumbat dan menetapkan kembali aliran darah pada daerah
H. Pengertian mobilitas
mudah, bebas dan teratur untuk mencapai suatu tujuan, yaitu untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya baik secara mandiri maupun dengan bantuan orang lain dan
Mobilitas adalah proses yang kompleks yang membutuhkan adanya koordinasi antara
sistem muskuloskeletal dan sistem saraf (P. Potter, 2010) Mobilisasi adalah suatu
kondisi dimana tubuh dapat melakukan kegiatan dengan bebas (Kozier, 2010). Jadi
mobilitas atau mobilisasi adalah kemampuan individu untuk bergerak secara bebas,
mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna
mandiri.
I. Jenis mobilitas
a. Imobilitas fisik, merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan tujuan
tekanan.
b. Imobilitas intelektual, merupakan keadaan ketika seseorang mengalami
keterbatasan daya pikir, seperti pada pasien yang mengalami kerusakan otak
Sebagai contoh, keadaan stres berat dapat disebabkan karena bedah amputasi
J. Etiologi
d. Kekakuan sendi
e. Kontraktur
f. Gangguan muskuloskletal
g. Gangguan neuromuskular
pergerakan, Merasa cemas saat bergerak. Objektif Sendi kaku 12, Gerakan
tidak terkoordinasi, Gerak terbatas, Fisik lemah (Tim Pokja DPP PPNI, 2017).
Range of motion atau ROM merupakan latihan gerakan sendi yang memungkinkan
persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif. Latihan range of
normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter & Perry,
2006)
Tabel 1
Gerakan Range of Motion (ROM )
1 2 3
Leher
Gerakan Penjelasan Rentang
Lutut
Fleksi Merakkan tumit kearah belakang Rentang 120-130°
paha.
Ekstensi Mengembalikan tungkai kelantai. Rentang 120-130°
Mata Kaki
Dorsi fleksi Menggerakkan kaki sehingga jari – Rentang 20-30°
jari kaki menekuk keatas.
Plantar fleksi Menggerakkan kaki sehingga jari – Rentang 45-50°
jari kaki menekuk ke bawah.
Inversi Memutar telapak kaki kesamping Rentang 10°
dalam.
Eversi Memutar telapak kaki kesamping Rentang 10°
Luar
Jari – Jari Kaki
Fleksi Menekukkan jari- jari ke bawah. Rentang 30-60°
Ekstensi Meluruskan jari – jari kaki. Rentang 30-60°
Sumber : Potter & Perry, Fundamental Keperawatan, 2006
BAB III
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah bagian dari setiap aktifitas yang dilakukan oleh perawat dengan
Pada tahap ini, perawat wajib melakukan pengkajian atas permasalahan yang ada.
Yaitu tahapan di mana seorang perawat harus menggali informasi secara terus
menerus dari pasien maupun anggota keluarga yang dibina (Murwani, Setyowati,
& Riwidikdo, 2008). Menurut Bakri (2016) dalam proses pengkajian dibutuhkan
pendekatan agar pasien dan keluarga dapat secara terbuka memberikan data-data
pasien dan sosial budayanya. Selain itu, diperlukan metode yang tepat bagi
perawat untuk mendapatkan data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan
keadaan pasien.
a. Pengumpulan data
kesehatan klien. Proses ini harus sistematis dan kontinu untuk mencegah
pemeriksaan.
1) Observasi
2) Wawancara
3) Pemeriksaan
merupakan suatu proses inspeksi tubuh dan sistem tubuh untuk menentukan ada
atau rontgen. Pemeriksaan fiik terdiri dari empat prosedur yang digunakan yaitu
inspeksi, palpasi dan auskultasi pemeriksaan fisik dalat dilakukan secara head to
diinginkan. Terdapat dua tipe data pada saat pengkajian yaitu data subjektif dan
data objektif. Data subjektif adalah data yang didapatkan dari pasien sebagai suatu
pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak dapat
ditentukan oleh perawat secara independen, tetapi melalui suatu interaksi atau
persepsi pasien, perasaan, dan ide tentang status kesehatannya. Informasi yang
kesehatan lainnya juga dapat sebagai data subjektif jika didasarkan pada pendapat
Sedangkan data objetif adalah data yang diobservasi dan diukur. Informasi
tersebut biasanya diperoleh melalui “sense”: 2S (sight atau pengelihatan dan smell
atau penciuman) dan HT (hearing atau pendengaran dan touch atau taste ) selama
meliputi:
1) Anamnesis
utama yang dilaksanakan perawat karena 80% diagnosis masalah pasien dapat
memperoleh data subjektif dari pasien mengenai awitan masalhnya dan bagimana
penangan yang sudah dilakukan. Persepsi dan harapan pasien sehubungan dengan
2010).
a) Informasi Biografi
Informasi biografi meliputi tanggal lahir, alamat, jenis kelamin, usia, status
pekerjaan, status perkawinan, nama anggota keluarga terdekat atau orang terdekat
lainnya, agama, dan sumber asuransi kesehatan. Usia pasien dapat menunjukkan
tahap perkembangan baik pasien secara fisik maupun psikologis. Jenis kelamin
dan pekerjaan perlu dikaji untuk mengetahui hubungan dan pengaruhnya terhadap
b) Keluhan Utama
Pengkajian anamnesis keluhan utama didapat dengan menanyakan tentang
Muttaqin, 2010).
semuanya dituliskan pada riwayat penyakit sekarang. Pada umunya, beberapa hal
yang harus diungkapkan pada setiap gejala adalah lama timbulnya (surasi), lokasi
sebelumnya. Menurut (Arif Muttaqin, 2010) hal-hal yang perlu dikaji meliputi:
Ada beberapa obat yang diminum oleh pasien pada masa lalu yang masih
relevan, seperti pemakaian obat kortikosteroid. Catat adanya efek samping yang
terjadi di masa lalu. Selain itu juga harus menanyakan alergi obat dan reaksi alergi
Apabila ada anggota keluarga yang meninggal, maka penyebab kematian juga
ditanyakan. Hal ini ditanyakan karena banyak penyakit menurun dalam keluarga.
kesehatan.
rencana kehidupan pasien adalah penting terutama untuk penyakit kronis, di mana
pasien harus mengetahui bantuan sosial apa yang tersedia dan apakah pasien dapat
mecapai rumah).
seorang pasien. Setiap pola merupakan suatu rangkaian perilaku yang membantu
Potter, 1996).
a) Persepsi-kesehatan-pola manajemen-kesehatan
suplai gizi, meliputi pola konsumsi makanan dan cairan, keadaan kulit, rambut,
kuku, dan membrane mukosa, suhu tubuh, tinggi dan berat badan.
c) Pola eliminasi
rekreasi, termasuk aktivitas kehidupan sehari-hari, tipe dan kualitas olahraga, dan
sirkulasi).
dan penghidu).
g) Pola persepsi-diri-konsep-diri
terhadap peran utama dan tanggung jawab dalam situasi kehidupan saat ini.
2) Pemeriksaan fisik
dimulai dari kepala ke ujung kaki atau head to toe dapat lebih mudah dilakukan
pada kondisi klinik. Pada pemeriksaan fisik diperlukan empat modalitas dasar
pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengkaji tingkat kesehatan umum
seseorang dan pengukuran tanda-tanda vital (tekanan darah, suhu, respirasi, nadi)
pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik
situasi yang berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja DPP PPNI, 2016).
hemoragik:
hipoglosus.
c. Nyeri akut
penurunan mobilitas.
facial/oral
3. Intervensi Keperawatan
dan pengetahuan, yang perawat lakukan untuk meningkatkan hasil pada pasien
1 2 3 4
No. Diagnosa Tujuan Intervensi
1 Gangguan NOC NIC
menelan 1. Pencegahan aspirasi Aspiration precaution
Batasan 2. Status menelan : 1. Memantau tingakat
karakteristik: tindakan pribadi kesadaran, refleks
1. Gangguan fase untuk mencegah batuk, refleks muntah,
esofagus pengeluaran cairan dan kemampuan
2. Abnormalitas dan partikel padat ke menelan
pada fase dalam paru 2. Monitor status paru
esofagus pada 3. Status menelan : fase menjaga atau
pemeriksaan esofagus: penyaluran mempertahankan jalan
menelan cairan atau partikel Nafas
3. Pernafasan bau padat dari faring ke 3. Posisi tegak 90 derajat
asam lambung atau sejauh mungkin
4. Bruksisme 4. Status menelan: fase 4. Jauhan manset trakea
5. Nyeri oral : persiapan, meningkat
epigastrik, nyeri penahanan, dan 5. Menyuapkan makanan
ulu hati pergerakan cairan dalam jumlah kecil
6. Menolak atau partikel padat ke 6. Hindari makan, jika
makan arah posterior mulut. residu tinggi tempat
7. Hematemesis 5. Status menelan : fase “pewarna” dalam
8. Hiperekstensi faring: penyaluran tabung pengisi NG
kepala cairan atau partikel 7. Penawaran makanan
(misalnya padat dari mulut ke atau caiaran yang dapat
membukuk esofagus dibentuk menjadi bolus
pada saat atau Kriteria Hasil: sebelum menelan
setelah makan) 1. Dapat 8. Potong makanan
9. Bangun malam mempertahankan menjadi potongan-
karena mimpi makanan dalam mulut potongan kecil
buruk 2. Kemampuan menelan
10.Batuk malam adekuat
hari 3. Pengirim bolus ke
11.Terlihat bukti hipofaring selaras
kesulitan dengan refleks
menelan menelan
(misalnya 4. Kemampuan untuk
statis makanan mengosongkan
pada rongga rongga mulut
mulut, 5. Mampu mengontrol
batuk/tersedak) mual muntah
Faktor yang 6. Imobilisasi
berhubungan: konsekuensi :
1. Akalsia Fisiologis
2. Defek anatomi
didapat
3. Paralisis
serebral
4. Gangguan saraf
kranial
5. Keterlambatan
perkembangan
6. Abnormalitas
orofaring
7. Prematuritas
8. Trauma, cedera
kepala
traumatik
2 Ketidakseimbang NOC NIC
an Nutrisi kurang 1. Nutritional status Nutrition Management
dari kebutuhan : food and fluid 1. Kaji adanya alergi
tubuh 2. Intake makanan
Batasan 3. Nutritional 2. Kolaborasi dengan ahli
karakteristik: status: nutrient gizi untuk menentukan
1. Ketidak intake jumlah kalor dan nutrisi
mampuan 4. Weight control yang dibutuhkan pasien
memakan Kriteria hasil: 3. Anjurkan pasien untuk
makanan 1. Adanya peningkatan meningkatkan intake Fe
2. Tonus otot berat badan 4. Anjurkan pasien untuk
menurun 2. Berat badan ideal meningkatkan protein
3. Mengeluh sesuai dengan tinggi dan vitamin C
gangguan badan 5. Berikan substansi gula
sensasi rasa 3. Mampu 6. Yakinkan diet yang
4. Kelemahan mengidentifikasi dimakan mengandung
otot kebutuhan nutrisi tingg serat untuk
4. Tidak adan tanda-
pengunyah tanda malnutrisi mencegah konstipasi
5. Kelemahan 5. Menunjukkan 7. Berikan makanan yang
otot untuk peningkatan fungsi terpilih ( yang sudah
menelan pengecap dari dikonsultasikan dengan
Faktor-faktor menelan ahli gizi)
yang 6. Tidak terjadi 8. Ajarkan pasien
berhubungan penurunan berat bagaimana membuat
1. Faktor badan yang berarti catatan makanan harian
biologis 9. Monitor jumlah nutrisi
2. Faktor dan kandungan kalori
ekonomi 10.Berikan informasi
3. Ketidakmamp tentang kebutuhan
uan untuk nutrisi
mengabsorbsi 11.Kaji kemampuan pasien
nutrien untuk mendapatkan
4. Ketidak nutrisi yang dibutuhkan
mampuan Nutrition Monitoring
untuk 1. BB pasien dalam batas
mencerna normal
makanan 2. Monitor adanya
5. Ketidak penurunan berat badan
mampuan 3. Monitor tipe dan jumlah
menelan aktivitas yang biasa
makanan dilakukan
6. Faktor 4. Monitor interaksi anak
psikologis atau orang tua selama
makan
5. Monitor lingkungan
selama makan
6. Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak
selama jam makan
7. Monitor kulit kering
dan perubahan
pigmentasi
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor mual dan
muntah
10. Monitor kadar
albumin, total
protein,Hb dan kadar Ht
11. Monitor pertumbungan
dan perkembangan
12. Monitor pucat,
kemerahan dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
13. Monitor kalori dan
intae nutrisi
14. Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral.
15. Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet.
3 Nyeri akut NOC NIC
Batasan 1. Pain level Pain Management
karakteristik 2. Pain control 1. Lakukan pengkajian
1. Perubahan 3. Comfort level nyeri secara komperhensif
selera makan Kriteria hasil: termasuk
2. Perubahan 1. Mampu mengontrol lokasi, karakteristik,
tekanan darah nyeri (tahu penyebab durasi, frekuensi,
3. Perubahan nyeri, mampu kualitas dan faktor
frekuensi menggunakan tehnik presipitasi
jantung nonfarmakologi untuk 2. Observasi reaksi
4. Perubahan mengurangi nyeri, nonverbal dari
frekuensi mencari bantuan) ketidaknyamanan
pernafasan 2. Melaporkan bahwa 3. Gunakan tenik
5. Laporan nyeri berkurang komunikasi terapeutik
isyarat dengan manajemen untuk mengetahui
6. Diaforesis nyeri pengalaman nyeri
7. Perilaku 3. Mampu mengenali pasien
distraksi nyeri ( skala, 4. Kaji kultur yang
(misalnya intensitas, frekuensi mempengaruhi respon
berjalan dan tanda nyeri) 5. Evaluasi pengalaman
mondar-mandi 4. Menyatakan rasa nyeri masa lampau
mencari orang nyaman setelah nyeri 6. Evaluasi bersama pasien
lain dan atau berkurang dan tim kesehatan lain
aktivitas lain, tentang ketidakefektifan
aktivitas yang kontrol nyeri asa
berulang lampau
8. Mengekspresi 7. Bantu pasien dan
kan perilaku keluarga untuk mencari
9. Masker wajah dan menemukan
10.Sikap dukungan
melindungi 8. Kontrol lingkungan
area nyeri yang dapat
11.Fokus mempengaruhi nyeri
menyempit seperti suhu ruangan,
12.Indikasi nyeri pencahayaan dan
yang dapat kebisingan
diamati 9. Kurangi faktor
13.Perubahann presipitasi nyeri
posisi untuk 10.Pilih dan lakukan
menghindari penanganan nyeri
nyeri (farmakologi, non
14.Sikap tubuh farmakologi dan
melindungi interpersonal)
15.Dilatasi pupil 11.Kaji tipe dan sumber
16.Melaporkan nyeri untuk menentukan
nyeri secara intervensi
verbal 12.Ajarkan tentang teknik
17.Gangguan non farmakologi
tidur 13.Berikan analgetik untuk
Faktor yang mengurangi nyeri
berhubungan 14.Evaluasi keefektifan
1. Agen cedera kontrol nyeri
(misalnya 15.Tingkatkan istirahat
biologis, kimia, 16.Kolaborasikan dengan
fisik, psikologis) dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak
Berhasil
4. Gangguan NOC: NIC :
mobilitas fisik 1. Joint Movement Exercise therapy :
Batasan : Active ambulation
Karakteristik: 2. Mobility level 1. Monitoring vital sign
1.Kesulitan 3. Self care : ADLs sebelum atau sesudah
membolak balik 4. Transfer performance latihan dan lihat respon
posisi Kreteria Hasil : pasien saat latihan
2.Perubahan cara 1. Klien meningkat 2. Konsultasikan dengan
berjalan dalam aktivitas fisik terapi fisik tentang
3.Keterbatasan 2. Mengerti tujuan dari rencana ambulasi sesuai
kemampuan peningkatan mobilitas dengan kebutuhan
1 2 3 4
melakukan 3. Membervalisasikan 3. Bantu klien untuk
keterampilan perasaan dalam menggunakan tongkat
motorik halus peningkatan kekuatan saat berjalan dan cegah
4.Keterbatasan dan kemmapuan terhadap cedera
kemampuan berpindah 4. Ajarkan pasien atau
melakukan 4.Memperagakan tenaga kesehatan lain
keterampian penggunaan akat tentang teknik ambulasi.
motorik kasar 5.Bantu untuk mobilisasi 5. Kaji kemampuan pasien
5.Keterbatasan dalam mobilisasi
rentang 6. Latihan pasien dalam
pergerakan pemenuhan kebutuhan
sendi adls secara mandiri
Faktor yang sesuai kemampuan
berhubungan 7. Dampingi dan bantu
1. Penurunan pasien saat mobilisasi
kendali otot dan bantu penuhi
2. Gangguan kebutuhan adls
neuromoskular 8. Berikan alat bantu jika
3. Penurunan klien memerlukan
kekuatan otot 9. Ajarkan pasien
4. Kurang bagaimana merubah
pengetahuan posisi dan berikan
tentang aktivitas bantuan jika diperlukan
fisik
5. Keengganan
memulai
pergerakan
5. Defisit perawatan Noc : Nic :
diri 1. Sefl care status Self care assistance :
2. Self care : dressing dressing / grooming
3. Activity tolerance 1. Pantau tingkat kekuatan
1 2 3 4
4. Fatigue level dan toleransi aktivitas
Kriteria hasil: 2. Pantau peningkatan dan
1. Mampu melakukan penurunan kemampuan
tugas fisik yang untuk berpakaian dan
paling mendasar dan melakukan perawatan
aktivitas perawatan rambut
diri secara mandiri 3. Pertimbangkan usia
dengan atau tanpa alat pasien ketika
bantu mempromosikan
2. Mampu menganakan aktivitas perawatan diri
pakaian dengan atau 4. Sediakan pakaian pasien
tanpa alat bantu pada tempat yang
3. Mampu mudah di jangkau
mempertahankan 5. Dukung kemandirian
kebersihan pribadi dan dalam berpakaian,
penampilan yang rapih berhias, bantu pasien
secara mandiri dengan jika diperlukan
atau tanpa alat bantu 6. Perawatan diri
4. Perawatan diri eliminasi:
eliminasi: mampu Membantu pasien ke
melakukan aktivitas toilet
eliminasi 7. Menyediakan privasi
5. Mampu duduk dan selama eliminasi
turun dari kloset 8. Perawatan diri makan:
6. Membersihkan diri Memonitor pasien
setelah eliminasi kemampuan untuk
7. Perawatan diri makan menelan
: kemampuan 9. Identifikasi diet yang
menyiapkan makan diresepkan
padat atau cairan 10. Mengatur nampan
makanan dan meja
secara aman dari Menarik
mulut ke lambung 11.Ciptakan lingkungan
8. Mampu makan secara yang menyenangkan
mandiri selama waktu makan
9. Perawatan diri mandi 12.Pastikan posisi pasien
: mampu untuk yang tepat untuk
membersihkan tubuh memfasilitas
secara mandiri dengan mengunyah dan
atau tanpa alat bantu menelan
10.Mampu untuk 13.Memberikan bantuan
mempertahankan fisik, sesuai kebutuhan
kebersihan dan 14.Perawatan diri mandi :
penampilan yang rapi Menyediakan artikel
secara mandiri dengan pribadi yang diinginkan
atau tanpa alat bantu ( sikat gigi, sabun,
11.Mampu untuk sampo, lotion, dan
merawat mulut dan produk aromaterapi)
gigi secara mandiri 15.Memfasilitasi mandi
dengan atau tanpa alat pasien
bantu 16.Memantau integritas
12.Mampu kulit pasien
mempertahankan 17.Menjaga kebersihan
mobilitas yang ritual
diperlukan untuk
kamar mandi dan
menyediakan
perlengkapan mandi
13.Mengungkapkan
secara verbal
kepuasan tentang
kebersihan tubuh dan
6. Resiko kerusakan NOC NIC:
intagritas kulit 1. Tissue integrity : Pressure Management
skin and muccous 1. Anjurkan pasien untuk
2. Membranes menggunakan pakaian
3. Hemodyalis akses longgar
Kriteria hasil : 2. Hindari kerutan pada
1. Integritas kulit bisa tempat tidur
dipertahankan 3. Jaga kebersihan kulit
2. Perfusi jaringan baik agar tetap bersih dan
3. Mampu melindungi kering
kulit dan 4. Mobilisasi pasien (ubah
mempertahankan posisi pasien setiap 2
kelembaban kulit dan jam sekali)
perawatan alami 5. Oleskan lotion atau
minyak/baby oil pada
daerah yang tertekan
6. Monitor aktivitas dan
mobilisasi pasien.
7 Resiko Jatuh NOC NIC
Faktor resiko: 1. Trauma Risk For Fall prevention
Fisiologis 2. Injury risk for 1. Mengidentifikasi defisit
1. Gangguan Kriteria Hasil : kognitif atau fisik
keseimbangan 1. Keseimbangan : pasien yang dapat
2. Gangguan kemampuan untuk meningkatkan potensi
mobilitas fisik mempertahankan jatuhdalam lingkungan
ekulibrium tertentu
2. Gerakan terkoordinasi 2. Mengidentifikasi
kemampuan otot perilaku dan faktor yang
untuk bekerja sama mempengaruhi risiko
secara volunter untuk Jatuh
melakukan gerakan yang 3. Mengidentifikasi
bertujuan karakteristik lingkungan
3. Perilaku pencegahan yang dapat
jatuh : tindakan meningkatkan potensi
individu atau pemberi untuk jatuh
asuhan untuk 4. Sarankan perubhana
meminimalkan faktor dalam gaya berjalan
resiko yang dapat kepada pasien
memicu jatuh 5. Mendorong pasien
dilingkungan individu untuk menggunakan
4. Kejadian jatuh : tidak tongkat atau alat
ada kejadian jatuh pembantu berjalan
5. pengetahuan : 6. Kunci roda dari kursi
keamanan pribadi. roda, tempat tidur atau
6. Pelanggaran brankar selama transfer
perlindungan tingkat pasien
kebingungan akut 7. Tempat artikel mudah
7. Tingkat agitasi dijangkau dari pasien
8. Komunitas 8. Ajarkan pasien
pengendalian risiko : bagaimana jatuh untuk
kekerasan meminimalkan cedera
9. Komunitas tingkat
kekerasan
10.Gerakan
terkoordinasi
11. Kecenderungan
12. risiko pelarian untuk
kawin
13.Kejadian terjun
Keparahan cedera
Fisik
1 2 3 4
4. Kerusakan NOC NIC
komunikasi 1. Komunikasi ekspresif 1. Beri satu kalimat
verbal ( kesulitan bicara) simpel setiap bertemu,
Batasan ekspresi pesan verbal jika diperlukan
karakteristik dan atau non verbal
2. Konsultasikan dengan
1. Tidak dapat yang bermakna
dokter kebutuhan
bicara
2. Mampu terapi wicara
2. Kesulitan memanajemen
3. Dorong pasien untuk
mengekspresik kemampuan fisik
berkomunikasi secara
an pikiran yang dimiliki
perlahan dan untuk
secara verbal
3. Mampu mengulangi
3. Pelo mengkomunikasikan permintaan
kebutuhan dengan
4. Sulit bicara 4. Dengarkan dengan
lingkungan sosial
penuh perhatian
5. Bicara dengan
kesulitan 5. Beri anjuran kepada
pasien dan keluarga
Faktor yang
tentang penggunaan
berhubungan:
alat bantu bicara
1. Perubahan
sistem saraf 6. Berikan pujian positif,
pusat jika diperlukan
4. Pelemahan
sistem
muskuloskelet
1 2 3 4
al
Implementasi adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah
serta menilai data yang baru. Pada proses keperawatan, implementasi adalah fase
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah fase kelima dan fase terakhir proses keperawatan. Evaluasi adalah
aspek penting proses keperawatan karena kesimpulan yang ditarik dari evaluasi
atau diubah. Evaluasi berjalan kontinu, evaluasi yang dilakukan ketika atau segera
satu kali seminggu untuk klien perawatan dirumah) menunjukan tingkat kemajuan
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mobilitas adalah proses yang kompleks yang membutuhkan adanya koordinasi antara
sistem muskuloskeletal dan sistem saraf (P. Potter, 2010) Mobilisasi adalah suatu
kondisi dimana tubuh dapat melakukan kegiatan dengan bebas (Kozier, 2010). Jadi
mobilitas atau mobilisasi adalah kemampuan individu untuk bergerak secara bebas,
mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna
mandiri
B. Saran
fakta menunjukkan bahwa sampai saat ini, Stroke masih merupakan masalah utama
krusial ini diperlukan strategi penangulangan Stroke yang mencakup aspek preventif,