Anda di halaman 1dari 22

ROLEPLAY OPERAN (HANDOVER)

Disusun untuk Memenuhi Tugas Profesi Stase Manajemen Keperawatan

Pembimbing Akademik :
Dr. Luky Dwiantoro, S.Kp., M.Kep

Disusun oleh:
Dicky Zulfikar 22020120210089
Anis Dwi Prakasiwi 22020120210088
Sartika Rohmah 22020120210049
Isnanda Feby Nur Aini 22020120210055
Rizky Puspitasari 22020120210057
Nadilla Oktavia Nur Aini 22020120210008
Rizqi Amalia 22020120210051
Verren Ilma Khairunnisa 22020120210060
Winda Odera Sinaga 22020120210068

Kelompok 8

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS XXXVI


DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2020
KASUS 1

Ny. K berusia 30 tahun di rawat di bed nomor 1. Pasien dirawat sejak 12 November 2020 jam
09:00 WIB. Diagnosa medis pasien adalah anemia dengan DPJP adalah dr. Alfa Andeera,
Sp.PD. Semalam mengeluh pusing dan lemas. Diagnosa keperawatan utama adalah defisit
nutrisi. Pasien mengatakan ia tidak mampu menghabiskan makan malam karena merasa
sangat mual dan muntah 1 kali berwarna kekuningan. Pemeriksaan tanda-tanda vital pagi hari
jam 05:00 WIB didapatkan hasil TD 120/90 mmHg, HR 100 kali/menit, RR 28 kali/menit,
dan suhu 36,6oC, pasien juga terlihat pucat. Pasien mendapatkan terapi infus NaCl 0,9% 20
tpm, injeksi ranitidine 50 mg (2x25mg) setiap 12 jam sekali dan cefotaxime 2x1 gr. Tanggal
12 November 2020 sudah diberikan PRC 2 kolf jam 14:00 sama jam 21:00 WIB, hasil lab
pagi ini jam 06:00 WIB Hb 8.8gr/dL. Pagi ini pasien dijadwalkan mendapatkan transfusi
PRC 2 kolf dan asam folat 1x5mg (PO) serta lab darah (Hb). Rencana keperawatan anjurkan
pasien makan sedikit tapi sering, berikan makanan tinggi nutrisi, pantau ttv, konsultasikan
dengan dokter jaga terkait efek samping tranfusi.

S (Situation)
Pasien semalam mengeluh pusing, tidak dapat menghabiskan makanan karena mual, dan
tidak dapat tidur semalaman.
B (Background)
Diagnosa medis anemia dengan DPJP dr. Alfa Andeera, Sp.PD, diagnosa keperawatan defisit
nutrisi.
A (Assesment)
TD 120/90 mmHg, HR 100 kali/menit, RR 28 kali/menit, dan suhu 36,6oC, Hb 8,8 gr/dL.
R (Recommendation)
Transfusi PRC 2 kolf, asam folat 1x5mg (PO), lab darah (Hb), anjurkan pasien makan sedikit
tapi sering, diet tinggi nutrisi, pantau TTV, dan konsul dengan dokter jaga terkait
transfusinya. Lanjutkan NaCl 0,9% 20 tpm, injeksi ranitidine 50 mg (2x25mg) setiap 12 jam
sekali dan cefotaxime 2x1 gr.
KASUS 2

Pasien Ny.A, berusia 45 tahun post op mastektomi mamae dekstra 3 hari yang lalu. Keluhan
sekarang klien mengatakan nyeri di bagian post op, nyeri seperti ditusuk tusuk, hilang timbul,
bertambah saat bergerak, dan saat ganti balut dan hilang saat istirahat, skala nyeri 3. Kondisi
luka post op sekarang bersih, tidak ada rembes, tidak ada pus, tidak bau. TTV TD 120/80
mmhg, N 84x/mnt, RR 18 x/mnt, T 36 C. Advis post operasi, ganti balut post op hari ke 3,
terapi Rl 20 tpm, ranitidin 50 mg/12 jam, ketorolac 30mg/8 jam,vit K 10mg/24 jam diet
TKTP. Rencana pulang dari DPJP hari ke 4, persiapan pulang edukasi nyeri,edukasi ganti
balut, edukasi konsumsi obat dan kapan kontrol.

S (Situation)
Pasien Ny.A, berusia 45 tahun. Klien mengeluh nyeri di area post operasi, nyeri seperti
ditusuk tusuk, hilang timbul, bertambah saat bergerak dan saat diganti balut,berkurang saat
istirahat, skala 3.
B (Background)
Post mastektomi mamae dextra hari ke 3.
A (Assesment)
Ganti balut post op, kondisi luka bersih, tidak ada rembes, tidak ada pus, tidak bau. TTV TD
120/80mmhg, N 84 x/mnt, RR 18x/mnt, T 36 C
R (Recommendation)
Ganti balut 2 hari sekali, lanjut terapi Rl 20 tpm, ranitidin 50 mg/12 jam IV, ketorolac 30
mg/8jam IV, vitK 10mg/24 jam IV. Persiapan pulang hari ke4 edukasi manajemen nyeri
dengan nafas dalam, edukasi ganti balut luka bersih di fasyankes terdekat 2 hari sekali,
edukasi konsumsi obat 7 benar (benar obat, dosis, pasien, rute, waktu, informasi, respon, dan
dokumentasi. Serta edukasi waktu kontrol 1 minggu post pasien pulang, cara pendaftaran,
jadwal dokter, persyaratan yg perlu dibawa. Edukasi konsumsi gizi tinggi kalori dan tinggi
protein
KASUS 3

Pasien bernama Ny. Y berusia 23 tahun, masuk ke RS dengan keluhan utama nyeri diperut
bagian kanan bawah. Setelah dilakukan pemeriksaan, didapatkan hasil pengkajian Nyeri: P
(Nyeri saat banyak bergerak), Q (Nyeri seperti tertusuk-tusuk), R (Perut bagian kanan
bawah), S (7), dan T (Hilang timbul). Hasil pemeriksaan tanda – tanda vital meliputi TD
(120/80 mmHg), HR (92x/mnt), RR (21x/menit), dan suhu (36,7℃). Hasil pemeriksaan fisik
abdomen: tidak ada kemerahan, bising usus 16x/menit, nyeri tekan di perut kanan bawah,
Perkusi : timpani. Terapi yang sudah dilakukan yaitu terapi RL (Ringer Laktat) 20 tpm,
ranitidin 20 mg inj. 2x1 (IV), ketorolac 30 mg inj. 2x1 (IV). Pasien sudah diberikan edukasi
preoperative, sudah puasa tadi mulai jam 4 pagi. Direncanakan operasi pagi ini pukul 10.00
WIB.
S (Situation)
Pasien bed no. 3, bernama Ny. Y. Pasien masuk hari kemarin tanggal 12 November 2020
pukul 15.00 WIB dengan keluhan nyeri pada abdomen bagian kanan bawah. Dokter yang
merawat yaitu DR.dr. Warsinggih, Sp.B-KBD, dengan diagnosa medis appendicitis kronis.
Masalah keperawatan yang muncul:
1. Nyeri
2. Ansietas
B (Background)
Pasien masuk dari UGD RSND, pasien mengalami nyeri dengan skala 7. Terapi yang sudah
dilakukan yaitu terapi RL (Ringer Laktat) 20 tpm, ranitidin 20 mg inj. 2x1 (IV), ketorolac 30
mg inj. 2x1 (IV). Pasien sudah diberikan edukasi preoperative, sudah puasa tadi mulai jam 4
pagi.
A (Assesment)
.Setelah dilakukan pemeriksaan, didapatkan hasil pengkajian Nyeri: P (Nyeri saat banyak
bergerak), Q (Nyeri seperti tertusuk-tusuk), R (Perut bagian kanan bawah), S (7), dan T
(Hilang timbul). Hasil pemeriksaan tanda – tanda vital meliputi TD (120/80 mmHg), HR
(92x/mnt), RR (21x/menit), dan suhu (36,7℃). Hasil pemeriksaan fisik abdomen: tidak ada
kemerahan, bising usus 16x/menit, nyeri tekan di perut kanan bawah, Perkusi : timpani.
R (Recommendation)
Ajarkan pengendalian nyeri post-operasi, edukasi teknik mobilisasi dan pengaturan posisi di
tempat tidur.
KASUS 4

Tn. D usia 50 Tahun dengan diagnosa medis Fraktur femur dekstra, Post ORIF H+2. Pasien
mengeluh nyeri di area pembedahan, dengan skala 5 seperti ditusuk-tusuk. Nyeri bersifat
hilang-timbul dan bertambah saat pasien bergerak atau beraktivitas. Saat dilakukan tindakan
ganti balut kondisi luka insisi bersih, tidak ada rembesan, tidak berbau. Kesadaran:
composmentis, GCS: E4V5M6, TD: 110/80 mmHg, Nadi: 75 x/menit, Suhu: 36,5 oC, RR: 18
x/menit. Pasien telah diberikan ketorolac (IV) dan ondansetron (IV). Terpasang infus RL
20tpm. Intervensi yang dilakukan mengajarkan teknik nafas dalam, nyeri belum berkurang.
Anjuran untuk menambah dosis analgetik sesuai advice dokter dan melakukan teknik
nonfarmakologi lain untuk menurunkan nyerinya.
S (Situation)
Pasien Tn. D usia 50 tahun mengeluh nyeri di area pembedahan
B (Background)
Post ORIF femur dextra H+2
A (Assesment)
Skala nyeri 5 seperti ditusuk-tusuk. Nyeri bersifat hilang-timbul dan bertambah saat pasien
bergerak atau beraktivitas. kondisi luka insisi bersih, tidak ada rembesan, tidak berbau.
Kesadaran: composmentis, GCS: E4V5M6, TD: 110/80 mmHg, Nadi: 75 x/menit, Suhu:
36,5oC, RR: 18 x/menit. Pasien telah diberikan ketorolac (IV) dan ondansetron (IV).
Terpasang infus RL 20tpm. Intervensi yang dilakukan mengajarkan teknik nafas dalam, nyeri
belum berkurang.
R (Recommendation)
Lanjutkan terapi RL 20 tpm. Berikan ketorolac 30 mg/8jam IV, Berikan teknik
nonfarmakologi kompres dingin. Ganti balut 2 hari sekali.
KASUS 5

Tn. H (32 Tahun) dengan diagnosa medis Illeus Paralitik dan diagnosa keperawatan utama
nyeri akut. Keluhan: Klien mengeluh nyeri perut dengan skala nyeri perut sejak 2 hari lalu,
mual muntah dan sesak nafas. Pengkajian nyeri P: klien tidak bisa kentut dan BAB seja 2 hari
yang lalu, Q: seperti diremas-remas, R: pada abdomen kuadran IV, S: skala nyeri 7, T: hilang
timbul. Saat ini Tn H terpasang NGT dengan sekret keluar berwarna hijau, Cateter keluar
urine berwarna kuning dan Nasal canul 5mL/m. TD: 122/75 mmHg, Nadi 56 x/menit, RR 16
x/menit, Suhu 36 ˚C, Keadaan umum: lemah, composmentis GCS 15, mukosa bibir kering,
turgor kuit berkurang. Terapi yang sudah dilakukan yaitu terapi RL (Ringer Laktat) 30 tpm
dan ketorolac 30 mg inj. 2x1 (IV). Berikan tambahan analgetik untuk mengurangi nyeri
sesuai advis dokter, lanjutkan teknik manajemen nyeri kompres air hangat pada abdomen,
monitor nyeri, pantau TTV dan monitor pengeluaran cairan pada NGT.

Berdasarkan konsep SBAR perawat melaporkan kejadian sebagai berikut,


S (Situation)
Nama : Tn. H
Tgl dan jam masuk : 10 Oktober 2019 jam 14.20 WIB
Diagnosa Medis : Illeus Paralitik
Masalah keperawatan : Nyeri akut dan kekurangan volume cairan

B (Background)
- Tn. H dengan keluhan nyeri perut sejak 2 hari
- Pasien terlihat menahan nyeri dan memegangi area perut
- Pasien terlihat lemah, mukosa bibir kering dan turgor kulit berkurang
- Pasien terpasang infus RL 30 tpm, NGT dengan pengeluaran secret berwarna hijau, cateter
urin dan Nasal canul 5 mL/m.
- Pasien sudah diberikan obat analgetik ketorolac 30 mg inj. 2x1 (IV)

A (Assesment)
TD : 122/75 mmHg
Nadi : 56 x/menit
RR : 16 x/menit
Suhu : 36 ˚C
Keadaan umum : Lemah, composmentis GCS 15, mukosa bibir kering, turgor kuit
berkurang

R (Recomendation)
Berikan obat analgetik ketorolac sesuai advis dokter
Ajarkan teknik manajemen nyeri kompres air hangat pada abdomen
Monitor nyeri
Monitor tanda-tanda vital
Monitor pengeluaran sekret pada NGT
Anjurkan pasien untuk perbanyak minum
KASUS 6

Tn. N berusia 35 tahun dengan diagnosa medis post op osteomyelitis femur sinistra hari ke-2.
Diagnose keperawatan utama nyeri. Klien mengeluh klien mengalami nyeri seperti tertekan
pada lutut kirinya dan mengeluarkan nanah, saat dilakukan pengkajian nyeri klien di
kategorikan pada skala 7. Pemeriksaan TTV TD: 120/70 mmHg, Suhu : 36,3ºC, Nadi:
70x/menit, dan RR: 20x/menit. Pengkajian tingkat ketergantungan klien termasuk dalam
ketergantungan sedang dengan nilai 60. Kekuatan otot ekstermitas bawah: 5-5-5-5/2-2- 2-2.
Klien terpasang drainage pada area bekas pembedahan dan terpasang balutan luka. Klien
telah mendapat intervensi keperawatan berupa latihan relaksasi napas dalam, reposisi setiap 2
jam. Terapi injeksi Ranitidine 25 mg/12 jam, Ceftriaxone 1 gr/24 jam, Torasic 30 mg/8 jam,
dan Gentamicin 2 mg/12 jam. Intervensi lanjutan berupa mengajarkan teknik ditraksi sesuai
keinginan klien, mengajarkan ROM, mengedukasi pasien mengenai tanda dan gejala infeksi.

S (Situation)

Tn. N berusia 35 tahun dengan diagnosa medis post op osteomyelitis femur sinistra. Diagnose
keperawatan utama nyeri. Klien mengeluh klien mengalami nyeri seperti tertekan pada lutut
kirinya dan mengeluarkan nanah.

B (Background)

Post op osteomyelitis femur sinistra hari ke-2.

A (Assesment)

Pengkajian nyeri pada skala 7. Pemeriksaan TTV TD: 120/70 mmHg, Suhu : 36,3ºC, Nadi:
70x/menit, dan RR: 20x/menit. Pengkajian tingkat ketergantungan klien termasuk dalam
ketergantungan sedang dengan nilai 60. Kekuatan otot ekstermitas bawah: 5-5-5-5/2-2- 2-2.
Klien terpasang drainage pada area bekas pembedahan dan terpasang balutan luka.

R (Recommendation)

Lanjutkan terapi injeksi Ranitidine 25 mg/12 jam, Ceftriaxone 1 gr/24 jam, Torasic 30 mg/8
jam, dan Gentamicin 2 mg/12 jam. Ganti balut 2 hari sekali. Reposisi pasien setiap 2 jam.
Ajarkan teknik distraksi sesuai keinginan klien, ajarkan ROM, dan edukasi pasien mengenai
tanda dan gejala infeksi
KASUS 7

Ny. P (52 tahun) dengan diagnosa medis diare. Dengan diagnosa keperawatan utama adalah
risiko kekurangan cairan. Keluhan: Klien mengeluh BAB encer/cair berlendir sejak dua hari
yang lalu dengan frekuensi 4-5 kali setiap harinya. Saat ini Ny. P terpasang infus RL 30tpm,
TD: 120/70 mmHg, Nadi: 75 x/menit, RR: 20x/menit, Suhu: 37,7 0C. Keadaan umum: lemah,
mukosa bibir kering, turgor kulit berkurang. Anjurkan pasien untuk perbanyak minum,
perhatikan intake cairan, berikan obat antidiare (loparmide) dengan dosis lanjutan 2 mg
setelah BAB, dan tidak lebih dari 16 mg dalam 24 jam.

S (Situation)

Ny. P (52 tahun) dengan diagnosa medis diare. Dengan diagnosa keperawatan utama adalah
risiko kekurangan cairan. Klien mengeluh BAB cair sejak 2 hari yang lalu.

B (Background)

Pasien masuk ke RS pada tanggal 12 Oktober 2020 dengan keluhan BAB encer/ cair
berlendir sejak 2 hari yang lalu dengan frekuensi 4-5 kali setiap harinya. Klien telah
terpasang infus RL 30tpm. Pasien telah diberikan obat antidiare (loparmide) dengan dosis 2
mg setelah BAB dan tidak lebih dri 16 mg dalam 24 jam

A (Assasment)

Setelah dilakukan pemeriksaan didapatkan hasil yaitu TD: 120/70 mmHg, Nadi: 75 x/menit,
RR: 20x/menit, Suhu: 37,70C. Keadaan umum: lemah, mukosa bibir kering, turgor kulit
berkurang.

R (Recomendation)

- Anjurkan pasien untuk perbanyak minum


- Perhatikan intake cairan
- Berikan obat antidiare (loparmide) dengan dosis lanjutan 2 mg setelah BAB dan tidak
lebih dari 16 mg dalam 24 jam.
KASUS 8

Tn. X berusia 60 tahun dengan diagnosa medis post transurethral resection of prostat hari
ke-2. Diagnose keperawatan utama nyeri. Klien mengeluh nyeri seperti tertusuk-tusuk pada
bagian perut bawah diatas simpisis pubis dan anus. Saat dilakukan pengkajian nyeri klien di
kategorikan pada skala 6, nyeri menetap dan semakin terasa nyeri saat bergerak. Pemeriksaan
Ku: sedang, TTV TD: 140/80 mmHg, Suhu : 37,3ºC, Nadi: 90x/menit, dan RR: 24x/menit.
Terpasang Foley cateter, cairan irigasi berwarna kemerahan sebanyak 1200 ml, irigasi lancer
dan terdapat gumpalan darah. Hasil lab tanggal 12 November 2020 menunjukan Hb 14,1
gr/dL, leukosit 11,3 103/uL, eritrosit 4,8 103/uL, hematokrit 40.8%, trombosit 300
103/uL, masa pembekuan darah/CT 5,5 , masa perdarahan 2,3 menit dengan nilai normal 2-
7, ureum 20,6 mg/dL, kreatini 0,78 mg/dL. Terapi Infus RL 20tpm, injeksi cinam 3x1 g,
cernevit 1x1, kalnex 3x1, ketorolac 3x1, diet TKTP.
S (Situation)
Tn. X berusia 60 tahun dengan diagnosa medis post transurethral resection of prostat hari
ke-2. Diagnose keperawatan utama nyeri. Klien mengeluh klien mengalami nyeri seperti
tertusuk pada perut bagian bawah, skala nyeri 6, nyeri meningkat saat bergerak.
B (Background)
Post transurethral resection of prostat hari ke-2
A (Assesment)
Pemeriksaan Ku: sedang, TTV TD: 140/80 mmHg, Suhu : 37,3ºC, Nadi: 90x/menit, dan RR:
24x/menit. Terpasang Foley cateter, cairan irigasi berwarna kemerahan sebanyak 1200 ml,
irigasi lancer dan terdapat gumpalan darah. Hasil lab tanggal 12 November 2020
menunjukan Hb 14,1 gr/dL, leukosit 11,3 103/uL, eritrosit 4,8 103/uL, hematokrit 40.8%,
trombosit 300 103/uL, masa pembekuan darah/CT 5,5 , masa perdarahan 2,3 menit, ureum
20,6 mg/dL, kreatini 0,78 mg/dL.
R (Recommendation)
Lanjutkan terapi Terapi Infus RL 20tpm, injeksi cinam 3x1 g, cernevit 1x1, kalnex 3x1,
ketorolac 3x1, diet TKTP. Monitor warna cairan irigasi. Cek ulang darah lengkap, laju
endapan darah, ureum, kreatinin, elektrolit. Monitor nyeri yang diraskan, Ajarkan klien untuk
ambulasi sederhana, Ajarkan teknik distraksi yang sesuai dengan klien.
KASUS 9

Tn. X umur 36 tahun masuk pukul 17.00 dengan diagnosa medis ca mammae sinistra,
payudara tampak bernanah dan mengeluarkan darah, ukuran 9x5 cm, mengeluh nyeri skala 3.
Teraba massa keras di sekitar payudara kiri dekat kelenjar limfe. Kondisi Compos mentis.
Pemeriksaan TTV TD: 130/80 mmHg, Suhu : 36,5ºC, Nadi: 70x/menit, dan RR: 20x/menit.

Tn. X harus segera operasi. Tindakan yang akan dilakukan adalah pemeriksaan lanjutan
namun Tn.X masih tidak mau melakukan pemeriksaan lanjutan: biopsy. Klien mengaakan
cemas dan takut saat akan dilakukan operasi dan tidak mau melakukan pemeriksaan biopsy.
Saat dikaji pengetahuan tentang biopsy, klien tidak tahu apa itu biopsy. Intervensi lanjutan
berupa relaksasi untuk mengurangi kecemasan dan pemberian edukasi tentang biopsy.
Medikasi diprazolam 0.5mg/6 jam. IV Nacl 0,9%, bolus kiri, injeksi tidak ada

S (Situation)

Tn. N berusia 36 tahun dengan diagnosa medis ca mammae sinistra. Diagnose keperawatan
utama nyeri dan cemas. Klien mengeluh klien mengalami nyeri skla 3 dan cemas tidak mau
dilakukan tindakan penunjang byopsi

B (Background)

Pindahan dari IGD. Ditemukan nanah pada payudara kiri

A (Assesment)

Pengkajian nyeri pada skala 3. Pemeriksaan TTV TD: 130/80 mmHg, Suhu : 36,5ºC, Nadi:
70x/menit, dan RR: 20x/menit. Klien menunjukan rasa cemas dan tidak tau apa itu byopsi

R (Recommendation)

Lanjutkan terapi injeksi diprazolam 0.5mg/6 jam. IV Nacl 0,9%. Relaksasi pasien untuk
pengurangan kecemasan dan edukasi byopsi
Skenario Handover/Operan Jaga

Pemeran

Dicky Zulfikar (Perawat jaga malam )


Anis Dwi Prakasiwi (Kepala ruang)
Sartika Rohmah (Perawat penanggung jawab pagi)
Isnanda Feby Nur Aini (Perawat jaga malam)
Rizky Puspitasari (Pasien 3 dan 7)
Nadilla Oktavia Nur Aini (Perawat jaga malam)
Rizqi Amalia (DPJP dan keluarga pasien)
Verren Ilma Khairunnisa (Perawat jaga pagi)
Winda Odera Sinaga (Perawat Malam)

Pada suatu pagi di ruang gladiol RSND, pukul 06.45 WIB. Dua tim jaga berkumpul untuk
mempersiapkan handover. Handover rutin dilakukan oleh perawat RSND, dengan tujuan
menghindari terjadinya miskomunikasi yang dapat berujuang kejadian yang tidak diharapkan
di rumah sakit.

Di Nurse Station
Kepala Ruangan (Karu), membuka pelaksanaan handover
Karu : Assalamuallaikum Wr.Wb. Selamat pagi semua. Sebelum operan ini kita
(Anis) lakukan, marilah kita berdoa sesuai dengan agama dan keyakinan masing-
masing, semoga pasien yang kita rawat hari ini mendapatkan kesembuhan
dan kita diberikan kekuatan untuk melaksanakan semua tugas hari ini.
Berdoa mulai…. Berdoa selesai…
Apakah semua sudah hadir lengkap?
Semua : “Sudah Bu.”
Karu : “Baik, sepertinya sudah lengkap, mari kita mulai. Silahkan Mbak Isnanda
(Anis) selaku PJ Shift malam memulai menyampaikan operannya.”
PJ Malam : “Terimakasih Bu Anis. Jumlah pasien saat ini semuanya ada 9 pasien
(Isnanda) dengan tingkat ketergantungan yang berbeda (1 diantaranya adalah anak-
anak). Dari 9 itu, 3 total care, 2 partial care, dan sisanya 4 orang minimal
care. Bed yang tersisa ada 2, yaitu bed di ruang B, itu bisa untuk
menerima pasien laki- laki semua, atau perempuan semua ya teman-
teman. Untuk rincian pasien bed 1 dan 2 silahkan disampaikan Mas
Dicky.”
P. Malam : Pasien 1
(Dicky) : Ny. K berusia 30 tahun di rawat di bed nomor 1. Pasien dirawat sejak 12
November 2020 jam 09:00 WIB. Diagnosa medis pasien adalah anemia
dengan DPJP adalah dr. Alfa Andeera, Sp.PD. Semalam mengeluh pusing
dan lemas. Diagnosa keperawatan utama adalah defisit nutrisi. Pasien
mengatakan ia tidak mampu menghabiskan makan malam karena merasa
sangat mual dan muntah 1 kali berwarna kekuningan. Pemeriksaan tanda-
tanda vital pagi hari jam 05:00 WIB didapatkan hasil TD 120/90 mmHg,
HR 100 kali/menit, RR 28 kali/menit, dan suhu 36,6oC, pasien juga
terlihat pucat. Pasien mendapatkan terapi infus NaCl 0,9% 20 tpm, injeksi
ranitidine 50 mg (2x25mg) setiap 12 jam sekali dan cefotaxime 2x1 gr.
Tanggal 12 November 2020 sudah diberikan PRC 2 kolf jam 14:00 sama
jam 21:00 WIB, hasil lab pagi ini jam 06:00 WIB Hb 8.8gr/dL. Pagi ini
pasien dijadwalkan mendapatkan transfusi PRC 2 kolf dan asam folat
1x5mg (PO) serta lab darah (Hb). Rencana keperawatan anjurkan pasien
makan sedikit tapi sering, berikan makanan tinggi nutrisi, pantau ttv,
konsultasikan dengan dokter jaga terkait efek samping tranfusi.

S (Situation)
Pasien semalam mengeluh pusing, tidak dapat menghabiskan makanan
karena mual, dan tidak dapat tidur semalaman.
B (Background)
Diagnosa medis anemia dengan DPJP dr. Alfa Andeera, Sp.PD, diagnosa
keperawatan defisit nutrisi.
A (Assesment)
TD 120/90 mmHg, HR 100 kali/menit, RR 28 kali/menit, dan suhu
36,6oC, Hb 8,8 gr/dL.
R (Recommendation)
Transfusi PRC 2 kolf, asam folat 1x5mg (PO), lab darah (Hb), anjurkan
pasien makan sedikit tapi sering, diet tinggi nutrisi, pantau TTV, dan
konsul dengan dokter jaga terkait transfusinya. Lanjutkan NaCl 0,9% 20
tpm, injeksi ranitidine 50 mg (2x25mg) setiap 12 jam sekali dan
cefotaxime 2x1 gr.
Pasien 2
S (Situation)
Ny. A, berusia 45 tahun. Mengeluhkan mengeluh nyeri di area post
operasi, nyeri seperti ditusuk tusuk, hilang timbul, bertambah saat
bergerak dan saat diganti balut,berkurang saat istirahat, skala 3.

B (Background)
Post mastektomi mamae dextra hari ke 3.
A (Assesment)
Ganti balut post op, kondisi luka bersih, tidak ada rembes, tidak ada pus,
tidak bau. TTV TD 120/80mmhg, N 84 x/mnt, RR 18x/mnt, T 36 C
R (Recommendation)
Ganti balut 2 hari sekali, lanjut terapi Rl 20 tpm, ranitidin 50 mg/12 jam
IV, ketorolac 30 mg/8jam IV, vitK 10mg/24 jam IV. Persiapan pulang
hari ke4 edukasi manajemen nyeri dengan nafas dalam, edukasi ganti
balut luka bersih di fasyankes terdekat 2 hari sekali, edukasi konsumsi
obat 7 benar (benar obat, dosis, pasien, rute, waktu, informasi, respon, dan
dokumentasi. Serta edukasi waktu kontrol 1 minggu post pasien pulang,
cara pendaftaran, jadwal dokter, persyaratan yg perlu dibawa. Edukasi
konsumsi gizi tinggi kalori dan tinggi protein
P. Malam : “Untuk pasien Bed.3 dan Bed.4 ini biar saya mengoperkan, karena
(Nadilla) kebetulan saya yang terus menerus merawatnya.”
Pasien 3
S (Situation)
Pasien bed no. 3, bernama Ny. Y. Pasien masuk hari kemarin tanggal 12
November 2020 pukul 15.00 WIB dengan keluhan nyeri pada abdomen
bagian kanan bawah. Dokter yang merawat yaitu DR.dr. Warsinggih,
Sp.B-KBD, dengan diagnosa medis appendicitis kronis. Masalah
keperawatan yang muncul:
1. Nyeri
2. Ansietas
B (Background)
Pasien masuk dari UGD RSND, pasien mengalami nyeri dengan skala 7.
Terapi yang sudah dilakukan yaitu terapi RL (Ringer Laktat) 20 tpm,
ranitidin 20 mg inj. 2x1 (IV), ketorolac 30 mg inj. 2x1 (IV). Pasien sudah
diberikan edukasi preoperative, sudah puasa tadi mulai jam 4 pagi.
A (Assesment)
.Setelah dilakukan pemeriksaan, didapatkan hasil pengkajian Nyeri: P
(Nyeri saat banyak bergerak), Q (Nyeri seperti tertusuk-tusuk), R (Perut
bagian kanan bawah), S (7), dan T (Hilang timbul). Hasil pemeriksaan
tanda – tanda vital meliputi TD (120/80 mmHg), HR (92x/mnt), RR
(21x/menit), dan suhu (36,7℃). Hasil pemeriksaan fisik abdomen: tidak
ada kemerahan, bising usus 16x/menit, nyeri tekan di perut kanan bawah,
Perkusi : timpani.
R (Recommendation)
Ajarkan pengendalian nyeri post-operasi, edukasi teknik mobilisasi dan
pengaturan posisi di tempat tidur
Pasien 4
S (Situation)
Pasien Tn. D usia 50 tahun mengeluh nyeri di area pembedahan
B (Background)
Post ORIF femur dextra H+2
A (Assesment)
Skala nyeri 5 seperti ditusuk-tusuk. Nyeri bersifat hilang-timbul dan
bertambah saat pasien bergerak atau beraktivitas. kondisi luka insisi
bersih, tidak ada rembesan, tidak berbau. Kesadaran: composmentis,
GCS: E4V5M6, TD: 110/80 mmHg, Nadi: 75 x/menit, Suhu: 36,5 oC, RR:
18 x/menit. Pasien telah diberikan ketorolac (IV) dan ondansetron (IV).
Terpasang infus RL 20tpm. Intervensi yang dilakukan mengajarkan teknik
nafas dalam, nyeri belum berkurang.
R (Recommendation)
Lanjutkan terapi RL 20 tpm. Berikan ketorolac 30 mg/8jam IV, Berikan
teknik nonfarmakologi kompres dingin. Ganti balut 2 hari sekali.
PJ Malam : “Terimakasih Mas Dicky dan Mbak sudah menyampaikan, dilanjutkan
(Isnanda) pasien bed 5-bed 7, silahkan Mbak Winda.”
P. Malam : Pasien 5
(Winda) S (Situation)
Nama : Tn. H
Tgl dan jam masuk : 10 Oktober 2019 jam 14.20 WIB
Diagnosa Medis : Illeus Paralitik
Masalah keperawatan : Nyeri akut dan kekurangan volume cairan

B (Background)
- Tn. H dengan keluhan nyeri perut sejak 2 hari
- Pasien terlihat menahan nyeri dan memegangi area perut
- Pasien terlihat lemah, mukosa bibir kering dan turgor kulit berkurang
- Pasien terpasang infus RL 30 tpm, NGT dengan pengeluaran secret
berwarna hijau, cateter urin dan Nasal canul 5 mL/m.
- Pasien sudah diberikan obat analgetik ketorolac 30 mg inj. 2x1 (IV)
A (Assesment)
TD : 122/75 mmHg
Nadi : 56 x/menit
RR : 16 x/menit
Suhu : 36 ˚C
Keadaan umum : Lemah, composmentis GCS 15, mukosa bibir
kering, turgor kuit berkurang

R (Recomendation)
Berikan obat analgetik ketorolac sesuai advis dokter
Ajarkan teknik manajemen nyeri kompres air hangat pada abdomen
Monitor nyeri
Monitor tanda-tanda vital
Monitor pengeluaran sekret pada NGT
Anjurkan pasien untuk perbanyak minum
Pasien 6
S (Situation)
Tn. N berusia 35 tahun dengan diagnosa medis post op osteomyelitis
femur sinistra. Diagnose keperawatan utama nyeri. Klien mengeluh klien
mengalami nyeri seperti tertekan pada lutut kirinya dan mengeluarkan
nanah.
B (Background)
Post op osteomyelitis femur sinistra hari ke-2.
A (Assesment)
Pengkajian nyeri pada skala 7. Pemeriksaan TTV TD: 120/70 mmHg,
Suhu : 36,3ºC, Nadi: 70x/menit, dan RR: 20x/menit. Pengkajian tingkat
ketergantungan klien termasuk dalam ketergantungan sedang dengan nilai
60. Kekuatan otot ekstermitas bawah: 5-5-5-5/2-2- 2-2. Klien terpasang
drainage pada area bekas pembedahan dan terpasang balutan luka.
R (Recommendation)
Lanjutkan terapi injeksi Ranitidine 25 mg/12 jam, Ceftriaxone 1 gr/24
jam, Torasic 30 mg/8 jam, dan Gentamicin 2 mg/12 jam. Ganti balut 2
hari sekali. Reposisi pasien setiap 2 jam. Ajarkan teknik distraksi sesuai
keinginan klien, ajarkan ROM, dan edukasi pasien mengenai tanda dan
gejala infeksi
Pasien 7
S (Situation)
Ny. P (52 tahun) dengan diagnosa medis diare. Dengan diagnosa
keperawatan utama adalah risiko kekurangan cairan. Klien mengeluh
BAB cair sejak 2 hari yang lalu.
B (Background)
Pasien masuk ke RS pada tanggal 12 Oktober 2020 dengan keluhan BAB
encer/ cair berlendir sejak 2 hari yang lalu dengan frekuensi 4-5 kali
setiap harinya. Klien telah terpasang infus RL 30tpm. Pasien telah
diberikan obat antidiare (loparmide) dengan dosis 2 mg setelah BAB dan
tidak lebih dri 16 mg dalam 24 jam
A (Assasment)
Setelah dilakukan pemeriksaan didapatkan hasil yaitu TD: 120/70 mmHg,
Nadi: 75 x/menit, RR: 20x/menit, Suhu: 37,70C. Keadaan umum: lemah,
mukosa bibir kering, turgor kulit berkurang.
R (Recomendation)
- Anjurkan pasien untuk perbanyak minum
- Perhatikan intake cairan
- Berikan obat antidiare (loparmide) dengan dosis lanjutan 2 mg
setelah BAB dan tidak lebih dari 16 mg dalam 24 jam.
PJ Malam : “Terimakasih Mbak Winda. Untuk pasien bed 8 dan 9 akan saya
(Isnanda) sampaikan sendiri.”
Pasien 8
S (Situation)
Tn. X berusia 60 tahun dengan diagnosa medis post transurethral
resection of prostat hari ke-2. Diagnose keperawatan utama nyeri. Klien
mengeluh klien mengalami nyeri seperti tertusuk pada perut bagian
bawah, skala nyeri 6, nyeri meningkat saat bergerak.
B (Background)
Post transurethral resection of prostat hari ke-2
A (Assesment)
Pemeriksaan Ku: sedang, TTV TD: 140/80 mmHg, Suhu : 37,3ºC, Nadi:
90x/menit, dan RR: 24x/menit. Terpasang Foley cateter, cairan irigasi
berwarna kemerahan sebanyak 1200 ml, irigasi lancer dan terdapat
gumpalan darah. Hasil lab tanggal 12 November 2020 menunjukan Hb
14,1 gr/dL, leukosit 11,3 103/uL, eritrosit 4,8 103/uL, hematokrit
40.8%, trombosit 300 103/uL, masa pembekuan darah/CT 5,5 , masa
perdarahan 2,3 menit, ureum 20,6 mg/dL, kreatini 0,78 mg/dL.
R (Recommendation)
Lanjutkan terapi Terapi Infus RL 20tpm, injeksi cinam 3x1 g, cernevit
1x1, kalnex 3x1, ketorolac 3x1, diet TKTP. Monitor warna cairan irigasi.
Cek ulang darah lengkap, laju endapan darah, ureum, kreatinin, elektrolit.
Monitor nyeri yang diraskan, Ajarkan klien untuk ambulasi sederhana,
Ajarkan teknik distraksi yang sesuai dengan klien.
Pasien 9
S (Situation)
Tn. N berusia 36 tahun dengan diagnosa medis ca mammae sinistra.
Diagnose keperawatan utama nyeri dan cemas. Klien mengeluh klien
mengalami nyeri skla 3 dan cemas tidak mau dilakukan tindakan
penunjang byopsi
B (Background)
Pindahan dari IGD. Ditemukan nanah pada payudara kiri
A (Assesment)
Pengkajian nyeri pada skala 3. Pemeriksaan TTV TD: 130/80 mmHg,
Suhu : 36,5ºC, Nadi: 70x/menit, dan RR: 20x/menit. Klien menunjukan
rasa cemas dan tidak tau apa itu byopsi
R (Recommendation)
Lanjutkan terapi injeksi diprazolam 0.5mg/6 jam. IV Nacl 0,9%.
Relaksasi pasien untuk pengurangan kecemasan dan edukasi byopsi

Karu : “Baik, Terimakasih banyak untuk tim jaga malam. Kemudian untuk
(Anis) perawat yang berjaga pagi, apakah sudah mencatat? Sampai sini ada yang
ditanyakan?”
Perawat : “Sudah Bu.”
pagi
(Sartika dan
Verren)
Karu : “Baik. Sekali lagi terima kasih untuk perawat yang berjaga malam,
(Anis) mungkin ada yang ditanyakan atau ada tambahan, monggo silahkan?”
PJ Pagi : “Baik, saya mau konfirmasi, untuk pasien Bed 3 atas nama Ny. Y apakah
(Sartika) semua persiapan operasi sudah lengkap?”
P. Malam : “Untuk puasa, konsultasi anestesi, persetujuan tindakan operasi dan daftar
(Nadilla) ruang operasi sudah lengkap, nanti tinggal follow up lebih lanjut saja
tanda- tanda vital terakhir pasien sebelum operasi dan mengganti baju
pasien dengan baju operasi.”
PJ Pagi : “Baik, terimakasih Mbak.”
(Sartika)
P. Pagi : “Tadi yang bed 5 lembar SBAR nya apakah sudah dimintakan ttd Mbak?”
(Verren)
P. Malam : “Belum mbak, nanti semisal dokternya visite tolong dimintakan ya
(Winda) mbak.”
P. Pagi : “Siap Mbak.”
(Verren)
Karu : “Baik, karena yang berdinas malam sudah mengoperkan ke perawat yang
(Anis) berdinas pagi dan sudah mencatat. Mari kita ke ruangan pasien.”
Selanjutnya KARU, KATIM, dan perawat pelaksana menuju ruangan pasien untuk
melakukan validasi.
Karu : “Selamat pagi Ibu dan Bapak. Saya perawat Anis, kepala ruang perawatan
(Anis) di sini. Ini kami sedang operan jaga. Nanti tim yang dinas malam Mbak
Isnanda, Mbak Winda, Mbak Nadilla, dan Mas Dicky akan pulang dan
akan digantikan sama yang dinas pagi, ada Mbak Sartika, dan Mbak
Verren. Kalau ada sesuatu, bisa menghubungi mereka.”
: Kemudian masing – masing perawat yang akan dinas pagi melakukan
validasi
P. Pagi : “Assalamu’alaikum wr wb/Selamat pagi, perkenalkan nama saya perawat
(Verren) Verren yang berjaga dipagi hari ini, benar ini dengan Ny. M?”
Pasien 7 : “Masih sus, BAB masih encer dan saya juga masih lemes ini sus.”
(Rizky P)
P. Pagi : “Sudah berapa kali BAB nya pagi ini ?”
(Verren)
P. Pagi : “Kalau pagi ini tadi 2x sus dan masih encer.”
(Verren)
P. Pagi : “Dari perawat yang berjaga malam sudah diberi obat ?”
(Verren)
: “Baik Ny.M tidak perlu khawatir yaa karena obat juga sudah diberikan,
yang perlu diperhatikan oleh Ny.M jangan lupa untuk perbanyak minum,
Nah kebetulan dokter penanggung jawabnya sudah datang. Ny.M bisa
langsung konsultasi dengan dokternya yaa.”
DPJP visit ke pasien
Pasien 7 : “Dokter kebetulan sudah datang, saya mau Tanya dok, kok saya masih
(Rizky P) lemes ajaa yaa dok, sama BAB tadi pagi sudah 2 kali dan masih encer?”
DPJP : “Baik, untuk Ny.M terapi obat sudah kami lakukan ya bu, tinggal tunggu
(Rizqi A) dulu perkembangan dari reaksi obat yaa bu, kami juga akan pantau terus
bu, jadi jangan khawatir ya bu, apabila memang kondisinya masih lemas
dan BAB masih encer akan kami tindaklanjuti segera ya bu.”
Pasien 7 : “Baik kalau begitu terima kasih dok, sus.”
(Rizky P)
DPJP : “Nggih Bu, sama-sama)
(Rizqi A)
Di tempat tidur yang lain perawat sartika melakukan validasi terhadap pasien
PJ Pagi : “Assalamu’alaikum wr wb. Selamat pagi, perkenalkan nama saya perawat
(Sartika) Sartika yang berjaga dipagi hari ini, benar ini dengan Ny. Y ?”
Pasien 3 : “Iya benar sus.”
(Rizky P)
PJ Pagi : “Ny. Y benar yaa mau melakukan operasi pagi ini? Sudah puasa juga yaa
(Sartika) berarti ya?”
Pasien 3 : “Sudah Sus.”
(Rizky P)
PJ Pagi : “Gimana Ny. Y sudah siap untuk dioperasi yaa nanti ?”
(Sartika)
Pasien 3 : “Yahh gimana yaa sus, siap ga siap harus siap, tapi perasaan saya takut
(Rizky P) sus, karena memang saya belum pernah menjalani operasi sebelumnya.”
PJ Pagi : “Begitu yaa Ny. Y, Nah untuk mengurangi rasa takut Ny. Y selama akan
(Sartika) menjalani operasi ini Ny. Y bisa sambil dibantu dengan Tarik nafas dalam
sambil dzikir ya agar membantu perasaan Ny. Y lebih tenang.”
Pasien 3 : “Oh begitu yaa, baik akan saya coba sus.”
(Rizky P)
Setelah selesai melakukan validasi di ruangB, kemudian pindah ke ruang A.
PJ Malam : “Selamat pagi.”
(Isnanda)
Keluarga : “Selamat pagi Mas dan Mbak perawat, saya mau bertanya mengenai
pasien kondisi ibu saya ini. Beliau masih mengeluh pusing terus itu bagaimana
(Rizqi A) ya? Ibu saya malah minta pulang terus, saya jadi bingung.”
PJ Pagi : “Ny. M ibu sekarang lagi dilakukan perawatan di rumah sakit agar
(Sartika) kondisi ibu membaik dan bisa beraktivitas kembali. Ibu mau sehat cepat
dan bermain dnegan cucu ibu dirumah kan.”
P Pagi : “Kalau ibu masih pusing dibuat istirahat dulu nggih bu, ini efek dari
(Verren) obatnya yang sedang bekerja. Benar kata Nerrs Rizqi bu, kalau ibu di
rawat disini dan dipantau oleh kami ibu M akan cepat membaik
kondisinya.”
Keluarga : “Tuh bu dengerin kata perawatnya. Makasih ya Mbak.”
pasien
(Rizqi A)
Validasi operan ruangan A telah selesai dilakukan, mari kita kembali ke ruangan.
Karu : “Operan hari ini sudah selesai, apakah masih ada yang perlu divalidasi
(Anis) atau ditanyakan?”
Semua : “Tidak Bu.”
perawat
Karu : “Baik jika tidak ada, saya perlu menyampaikan sedikit informasi untuk
(Anis) teman-teman disini, bahwa kita ini akan melaksanakan akreditasi.
Sebelum akreditasi kita sering di sidak terkait dokumen-dokumen di
ruangan. Jadi mohon untuk temanteman dimaksimalkan untuk
melengkapi dokumen-dokumen karena ini nilai penting ketika nanti
akreditasi. Gitu ya? Ada yang ingin ditanyakan? Jika tidak kita tutup
dengan berdo’a terlebih dahulu. …. Baik berdo’a selesai. Nah setelah
berdo’a kita bisa yel – yel dulu yaa agar bisa lebih semangat. RSND…..”
Semua : SIAP, SIGAP, SEMANGAT !!!!
Karu : “Baik karena sudah kompak semua, saya tutup, Wassalamu’alaikum
(Anis) wr.wb. Silahkan beristirahat bagi yang dinas malam semoga selamat
sampai rumah dan bagi yang dinas pagi selamat bekerja, semoga lancar
sampai akhir shift nanti.Aamiin.”
Jam 07.15 WIB, akhirnya operan jaga pagi itu selesai dilaksanakan

Anda mungkin juga menyukai