“ Ketoasidosis Diabetik ”
OLEH :
KELOMPOK III A
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karen atas limpahan
rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
“KEPERAWAN GAWAT DARURAT 2”ini dengan tepat waktu. Taklupa pula
hantarkan shalawat dan taslim kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW.
Namun, di samping itu kami menyadari bahwa laporan kami ini jauh dari
kesempurnaan serta masih banyak kekeliruan. Maka dari itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk makalah kami
selanjutnya agar menjadi lebih baik lagi.
Penyusun
MODUL 2
Scenario 1:
An. K 15 tahun ditemukan terjatuh dan tidak sadarkan diri di ruang tamu.
Kemudian keluargaya membawa ke IGD RS. Dr. Whidin ssudirohusodo
Makassar. Tidak diketahui penyebabnya di tiba-tiba tidak sadar, akan tetapi
sumber inforrmasi dari keluarganya An. K ada riwayat penyakit kencing manis
sebelumnya.
1. An. K 15 tahun
2. Tidak sadar
3. Riwayat penyakit kencing manis
1. An. K 15 tahun
2. Tidak sadar adalah suatu kejadian gawat darurat yang sering kita hadapi
dalam kehidupan sehari-hari. Penyebannya adalah berkurangnya aliran
darah ke otak
3. penyakit kencing manis adalah lebih dikenal diabetes. Diabetes aadalah
penyakit jangka panjanng atau kronis yang di tandai dengan kadar gula
darah (glukosa) yang jauh di atas normal.
Ketoasidosis Diabetik
Pertanyaan tambahan
A. Definisi
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari KAD adalah :
1. Hiperglikemi
2. Hiperglikemi pada ketoasidosis diabetik akan menimbulkan:
3. Poliuri dan polidipsi (peningktan rasa haus)
4. Penglihatan yang kabur
5. Kelemahan
6. Sakit kepala
7. Pasien dengan penurunan volume intravaskuler yang nyata mungkin akan
menderita hipotensi ortostatik (penurunan tekanan darah sistolik sebesar
20 mmHg atau lebih pada saat berdiri).
8. Penurunan volume dapat menimbulkan hipotensi yang nyata disertai
denyut nadi lemah dan cepat.
9. Anoreksia, mual, muntah dan nyeri abdomen.
10. Pernapasan Kussmaul ini menggambarkan upaya tubuh untuk mengurangi
asidosis guna melawan efek dari pembentukan badan keton.
11. Mengantuk (letargi) atau koma.
12. 10. Glukosuria berat.
13. Asidosis metabolik.
14. Diuresis osmotik, dengan hasil akhir dehidrasi dan penurunan elektrolit.
15. Hipotensi dan syok.
16. Koma atau penurunan kesadaran.
F. Pemeriksaan penunjang
a. Glukosa.
Kadar glukosa dapat bervariasi dari 300 hingga 800 mg/dl. Sebagian
pasien mungkin memperlihatkan kadar gula darah yang lebih rendah dan
sebagian lainnya mungkin memiliki kadar sampai setinggi 1000 mg/dl
atau lebih yang biasanya bergantung pada derajat dehidrasi.
Harus disadari bahwa ketoasidosis diabetik tidak selalu berhubungan
dengan kadar glukosa darah. Sebagian pasien dapat mengalami asidosis
berat disertai kadar glukosa yang berkisar dari 100 – 200 mg/dl,
sementara sebagian lainnya mungkin tidak memperlihatkan ketoasidosis
diabetikum sekalipun kadar glukosa darahnya mencapai 400-500 mg/dl.
b. Natrium.
Efek hiperglikemia ekstravaskuler bergerak air ke ruang intravaskuler.
Untuk setiap 100 mg / dL glukosa lebih dari 100 mg / dL, tingkat natrium
serum diturunkan oleh sekitar 1,6 mEq / L. Bila kadar glukosa turun,
tingkat natrium serum meningkat dengan jumlah yang sesuai.
c. Kalium.
Ini perlu diperiksa sering, sebagai nilai-nilai drop sangat cepat
dengan perawatan. EKG dapat digunakan untuk menilai efek jantung
ekstrem di tingkat potasium.
d. Bikarbonat.
Kadar bikarbonat serum adalah rendah, yaitu 0- 15 mEq/L dan pH
yang rendah (6,8-7,3). Tingkat pCO2 yang rendah ( 10- 30 mmHg)
mencerminkan kompensasi respiratorik (pernapasan kussmaul) terhadap
asidosisi metabolik. Akumulasi badan keton (yang mencetuskan asidosis)
dicerminkan oleh hasil pengukuran keton dalam darah dan urin. Gunakan
tingkat ini dalam hubungannya dengan kesenjangan anion untuk menilai
derajat asidosis.
e. Sel darah lengkap (CBC).
Tinggi sel darah putih (WBC) menghitung (> 15 X 109 / L) atau
ditandai pergeseran kiri mungkin menyarankan mendasari infeksi.
f. Gas darah arteri (ABG).
pH sering <7.3. Vena pH dapat digunakan untuk mengulang pH
measurements. Brandenburg dan Dire menemukan bahwa pH pada
tingkat gas darah vena pada pasien dengan KAD adalah lebih rendah dari
pH 0,03 pada ABG. Karena perbedaan ini relatif dapat diandalkan dan
bukan dari signifikansi klinis, hampir tidak ada alasan untuk melakukan
lebih menyakitkan ABG. Akhir CO2 pasang surut telah dilaporkan
sebagai cara untuk menilai asidosis juga.
g. Keton.
Diagnosis memadai ketonuria memerlukan fungsi ginjal. Selain itu,
ketonuria dapat berlangsung lebih lama dari asidosis jaringan yang
mendasarinya.
h. β-hidroksibutirat.
Serum atau hidroksibutirat β kapiler dapat digunakan untuk
mengikuti respons terhadap pengobatan. Tingkat yang lebih besar dari
0,5 mmol / L dianggap normal, dan tingkat dari 3 mmol / L berkorelasi
dengan kebutuhan untuk ketoasidosis diabetik (KAD).
i. Urinalisis (UA)
Cari glikosuria dan urin ketosis. Hal ini digunakan untuk mendeteksi
infeksi saluran kencing yang mendasari.
j. Osmolalitas
Diukur sebagai 2 (Na +) (mEq / L) + glukosa (mg / dL) / 18 + BUN
(mg / dL) / 2.8. Pasien dengan diabetes ketoasidosis yang berada dalam
keadaan koma biasanya memiliki osmolalitis > 330 mOsm / kg H2O. Jika
osmolalitas kurang dari > 330 mOsm / kg H2O ini, maka pasien jatuh
pada kondisi koma.
k. Fosfor
Jika pasien berisiko hipofosfatemia (misalnya, status gizi buruk,
alkoholisme kronis), maka tingkat fosfor serum harus ditentukan.
l. Tingkat BUN meningkat.
Anion gap yang lebih tinggi dari biasanya.
m. Kadar kreatinin
Kenaikan kadar kreatinin, urea nitrogen darah (BUN) dan Hb
juga dapat terjadi pada dehirasi. Setelah terapi rehidrasi dilakukan,
kenaikan kadar kreatinin dan BUN serum yang terus berlanjut akan
dijumpai pada pasien yang mengalami insufisiensi renal.
G. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik untuk ketoasidosis diabetik dapat dilakukan dengan
cara:
1. Tes toleransi Glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari 200mg/dl).
Biasanya tes ini dianjurkan untuk pasien yang menunjukkan kadar
glukosa meningkat dibawah kondisi stress.
2. Gula darah puasa normal atau diatas normal.
3. Essei hemoglobin glikolisat diatas rentang normal.
4. Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton.
5. Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat menandakan
ketidakadekuatan kontrol glikemik dan peningkatan propensitas pada
terjadinya aterosklerosis.
H. Penatalaksanaan
1. Cairan.
2. Insulin.
Input saline fisiologis awal yang tinggi yakni 0.9% akan pulih
kembali selama defisit cairan dan elektrolite pasien semakin baik. Insulin
intravena diberikan melalui infusi kontinu dengan menggunakan pompa
otomatis, dan suplemen potasium ditambahkan kedalam regimen cairan.
Bentuk penanganan yang baik atas seorang pasien penderita KAD
(ketoasidosis diabetikum) adalah melalui monitoring klinis dan biokimia
yang cermat.
I. Komplikasi
4. Kelainan Jantung.
5. Hipoglikemia.
6. Impotensi.
7. Hipertensi.
.
8. Komplikasi lainnya.
Defisiensi insulin
Hiperglikemi
Glukosa
Rentang infeksi
vol. sirkulasi
Invasi kuman
Hipotensi Devisit
KETOASIDOSIS DIABETIKUM takikardi cairan
B1 (Breath) B2 (Blood) B3 (Brain) B4 (Bladder) B5 (Bowel) B6 (Bone) Tidak
mengenal
Insulin Glukosa PK.Hiperglikemi Lipolisis Metabolisme sel sumber
meningkat informasi
Sel hungry Diuresis osmotik Ketosis ATP
Sumbatan Kesalahan
di N2 Kerja penginter-
Ulkus Kehilangan cairan Mual,
muntah metabolisme prestasian
Suplai O2 informasi
Invasi
turun
mikroorganisme
MK: Kelemahan
Nutrisi Pasien
MK: MK: Dehidrasi Poliuri kurang dari ansietas
Infeksi Perubahan MK:
kebutuhan
persepsi Intoleran aktivitas
sensori Pasien
MK:
Frek. napas penglihatan sering
Defisit vol. Cairan
dan elektrolit bertanya
Sesak
Perfusi jartingan Penurunan MK:
MK : Resiko
serebral kesadaran Kurang
MK: Cidera
Ketidakefektifan pengetahuan
pola napas
BAB 3
A. Primary Assesment
1. Airway
Pemerikasaan :
a. Periksa apakah jalan napas paten atau tidak
b. Periksa vokalisasi
c. Ada tidaknya aliran udara
d. Periksa adanya suara napas abnormal : stridor, snoring, gurgling
2. Breating
Pemeriksaan:
a. Pemeriksaan ada tidaknya pernafasan efektif degan 3 M (melihat naik
turunya dinding dada, mendengarkan suara nafas, dan merasakan
hembusan napas)
b. Warna kulit.
c. Identifikasi pola pernapasan abnormal.
d. Pemeriksaan adanya penggunaan otot bantu pernapasan, deviasi
trachea, gerakan dinding dada yang simetris.
e. Pemeriksa pola napas pasien: adanya tachipneal/bradipnea/tersengal-
sengal/ pasien bisa berbicara dalam satu kalimat penuh atau tidak,
adanya pernapasan cupin hidung.
3. Circulation
Pemeriksa:
a. Periksa denyut nadi, kualitas dan karakternya.
b. Periksa adanya gangguan irama jantung/ abnormalitas jantung dengan
atau tanpa EKG.
c. Periksa pengisian kapiler, wara kulit dan suhu tubuh, serta adanya
diaforresis.
4. Disability
Penilaian disability melibatkan evaluasi fungsi sistem saraf
pusat. Lakukan penilaian cepat pada tingkat kesadaran pasien dengan
menggunakan. GCS juga dapat dilakukan. Berbagi perubahan tingkat
kesadaran meluputi hipoksia, hiperkapmia,hipoperfusi serebra, baru
saja di berikan obat-obatan sedative/analgesic dan hipoglikemia.
5. Eksposure
Membuka baju pasien secara keseluruhan (eksposure) mungkin di
perlukan untuk pemeriksaan menyeluruh dan memastikan detail yang
penting tidak terlewatkan (smith 2003). Secara khusus pemeriksaan
hars di pusatkan pada bagian tubuh yang mungkin berkontribusi pda
status penyakit pasien, misalnya pada kecurigaan anafilaksi, periksa
kulit, harga diri pasien harus di hormati dan kehilangan panas harus
diminimalisasi
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengakajian
1. Identitas
Nama : An.K
Umur : 15 tahun.
c. Feel
Hembusan nafas : Terasa hembusan nafas
C. CIRKULATION
-
D. DISABILITY
GCS :0
Keadaan Umum : Koma
E. EXPOSURE
-
3. Pengkajian sekunder
a. Keadaan umum dan TTV
1) Keadaan umum ada tanda penurunan kesedaran
2) TD mengalami peningkatan dan nadi cepat dan lemah
3) Kadang suhu mengalami peningkatan
a. B1 (Breath)
Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum purulen
(tergantung adanya infeksi/tidak). Tanda : Lapar udara, batuk
dengan/tanpa sputum purulen Frekuensi pernapasan meningkat.
b. B2 (Blood)
1. Tachicardi
2. Disritmia
c. B3 (Bladder) :
Awalnya poliuri dapat diikuti oliguri dan anuri
d. B4 (Brain)
Gejala : Pusing/pening, sakit kepala
Kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parestesia.
Gangguan penglihatan
Tanda : Disorientasi, mengantuk, alergi, stupor/koma (tahap lanjut).
Gangguan memori (baru, masa lalu), kacau mental, aktifitas kejang (tahap
lanjut dari DKA)
e. B5 (Bowel)
1. Distensi abdomen
2. Bising usus menurun
f. B6 (Bone)
Penurunan kekuatan otot, Kram otot, tonus otot menurun, gangguan
istrahat/tidur.
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan
Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istrahat atau aktifitas
Pengelompokan data
Data subjektif Data objekctif
Analisa data
Data Masalah keperawatan
DS:
1. Pasien terjatuh
DO: Ketidakefektifan pola napas
1. pasien tidak sadarkan diri
2. kussmaul
3. kulit kering, dan membrane
mukosa kering
Intervensi
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
No. Diagnosa ( NIC )
( NOC )
1. Domain 4 aktivitas/istirahat Setelah di lakukan tindakan Terapi oksigen 3320
Kelas 4 respons keperawatan selama 1x8 1. Siapkan peralatan oksigen
kardiovaskuler/pulmonary menit dengan outcame : dan bberikan melalui
( 00032 ) ketidakefektifan Status pernafasan : 0415 system humidifier
pola napas berhubungan 1. 041501 frekuensi 2. Monitor aliran oksigen
dengan hiperventilasi perrnafasan 3. Monitor posisi perangkat
Batasan karakteristik : 2. 041503 kedalaman (alat) pemberian oksigen
1. penurunan tekanan inspirai 4. Monitor peralatan oksigen
ekspirasi 3. 041507 kapasitas untuk memastikan bahawa
2. penurunan tekanan vital alat tersebut tidak
inspirasi 4. 041510 penggunaan menggangu upaya pasien
3. penurunan kapasitas otot banntu untuk bernafas
vital pernaafasan 5. Sediakan oksigen ketika
4. penggunaan otot pasien dibawah/di
bantu pernafasan pindakan.
Diagnosa keperawatan
Intervensi Rasional
1. Kaji riwayat durasi/intensitas mual, Membantu memperkirakan pengurangan volume
muntah dan berkemih berlebihan total. Proses infeksi yang menyebabkan demam
dan status hipermetabolik meningkatkan
pengeluaran cairan insensibel.
7. Pertahankan cairan 2500 ml/hari jika Mempertahankan hidrasi dan sirkulasi volume
diindikasikan
Mengurangi peningkatan suhu yang
Kolaborasi:
Pemberian tergantung derajat kekurangan cairan
dan respons pasien secara individual
- Pemberian NS dengan atau tanpa dextrose
- Pasang NGT dan lakukan penghisapan Kalium terjadi pada awal asidosis dan
sesuai dengan indikasi selanjutnya hilang melalui urine, kadar absolut
dalam tubuh berkurang. Bila insulin diganti dan
asidosis teratasi kekurangan kalium terlihat
Mencegah hipokalemia
Intervensi Rasional
1. Pantau berat badan setiap hari atau Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat
sesua i indikasi termasuk absorpsi dan utilitasnya
Intervensi Rasional
1. Buat jadwal perencanaan dengan Dapat memberikan motifasi untuk meningkatkan
px dan identifikasi aktifitas yang aktifitas meskipun px masih lemah
menimbulkan kelelahan.
Mencegah kelelahan yang berlebihan
2. Berikan aktifitas alternative
dengan periode istireahat yang
cukup/tanpa diganggu.
Mengindikasikan tingkat aktifitas yang dapat
3. Pantau nadi frekuensi pernafasan
ditoleransi
dan tekanan darah
sebelum/sesudah aktifitas.
Pasien akan dapat melakukan lebih banyak kegiatan
4. Diskusikan cara menghemat kalori
dengan penurunan kebutuhan akan energy pada setiap
selama mandi, berpindah tempat
kegiatan
dan sebagainya.
5. Tingkatkan partisipasi px dalam Meningkatkan kepercayaan/harga diri yang positif
melakukan aktifitas sehari – sehari sesuai tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi px
sesui yang dapat ditoleransi.
Intervensi Rasional
1. Pertahankan pemberian oksigen Memaksimalkan untuk bernafas
Analisa data