Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Aritmia merupakan kelainan irama jantung yang sering
dijumpai.Aritmia adalah irama jantung diluar irama sinus normal.Istilah
aritmia sebenarnya tidak tepat karena aritmiaberarti tidak ada
irama.Oleh akrena itu sekarang lebih sering dipakai istilah disritmia atau
irama tidak normal.

Pengenalan secara dini jenis takidisritmia ini sangat penting,


terutama pada bayi karena sifatnya yang gawat darurat.Diagnosis awal
dan tatalaksana SVT memberikan hasil yang memuaskan.
Keterlambatan dalam menegakkan diagnosis dan memberikan terapi
akan memperburuk prognosis, mengingat kemungkinan terjadinya
gagal jantung bila TSV berlangsung lebih dari 24-36 jam, baik dengan
kelainan struktural maupun tidak.

Takikardi supraventrikular (TSV) adalah satu jenis takidisritmia


yang ditandai dengan perubahan frekuensi jantung yang mendadak
bertambah menjadi berkisar anatar 150 sampai 280 kali per menit. TSV
merupakan jenis disritmia yang paling sering ditemuakan pada usia
bayi dan anak. Prevalensi TSV kurang lebih 1 diantara 25.000 anak
lebih. Serangan pertama sering terjadi sebelum usia 4 bulan dan lebih
sering terjadi pada anak laki-laki dari pada perempuan sedangkan pada
anak yang lebih besar prevalensi diantara kedua jenis kelamin tidak
berbeda.

B. TUJUAN
Untuk mengetahui bagaimana definisi, etiologi, patofisiologi,
manifestasi klinik, komplikasi, pemeriksaan penunjang,
penatalaksanaan, pencegahan dari supraventrikular takikardi, serta
nama alat dan prinsip kerja alat yang digunakan dalam prosedur
pemeriksaan EP dengan diagnosa supraventrikular takikardi serta
teknik-teknik pemeriksaan dasarnya.

1
C. MANFAAT
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah agar mahasiswa dapat
lebih memahami bagaimana definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasy
klinik, komplikasi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan,
pencegahan dari supraventrikular takikardi, dan bagaimana nama alat
serta prinsip kerja yang digunakan dalam prosedur pemeriksaan EP
dengan diagnosa supraventrikular takikardi serta teknik-teknik
pemeriksaannya.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI
Takikardi supraventrikular (TSV) adalah satu jenis
takidisritmia yang ditandai dengan perubahan laju jantung yang
mendadak bertambah cepat menjadi berkisar antara 150 kali/menit
sampai 250 kali/menit. Kelainan pada TSV mencakup komponen
sistem konduksi dan terjadi di bagian atas bundel HIS. Pada
kebanyakan TSV mempunyai kompleks QRS normal. Kelainan ini
sering terjadi pada demam, emosi, aktivitas fisik dan gagal jantung
(Aslinar, 2010).

Supraventrikular takikardi (SVT) adalah detak jantung yang


cepat dan reguler berkisar antara 150-250 denyut per menit. SVT
sering juga disebut Paroxysmal Supraventrikular Takikardi (PSVT).
Paroksismal disini artinya adalah gangguan tiba-tiba dari denyut
jantung yang menjadi cepat.

Takikardi supraventrikular (SVT) adalah meningkatnya


kecepatan denyut jantung karena aktivitas listrik yang tidak
semestinya pada bagian atas jantung. Detak jantung yang cepat
(takikardia atau detak jantung di atas 100 denyut per menit)
disebabkan oleh implus listrik yang berasal di atas ventrikel
jantung.

B. ETIOLOGI

1. Idiopatik, ditemukan pada hampir setengah jumlah pasien. Tipe


idiopatik ini biasanya terjadi lebih sering pada bayi daripada
anak.

3
2. Sindrom Wolf Parkinson White (WPW) terdapat pada 10-20%
kasus dan terjadi hanya setelah konversi menjadi sinus aritmia.
Sindrom WPW adalah suatu sindrom dengan interval PR yang
pendek daninterval QRS yang lebar; yang disebabkan oleh
hubungan langsung antara atrium dan ventrikel melalui jaras
tambahan.

3. Beberapa penyakit jantung bawaan (anomali Ebstein’s, single


ventricle, L-TGA)

C. PATOFISIOLOGI

Berdasarkan pemeriksaan elektrofisiologi intrakardiak,


terdapat dua mekanisme terjadinya takikardi supraventrikular yaitu
Otomatisasi (automaticity) dan Reentry. Irama ektopik yang terjadi
akibat otomatisasi sebagai akibat adanya sel yang mengalami
percepatan (akselerasi) pada fase 4 dan sel ini dapat terjadi di
atrium, A-V junction, bundel HIS, dan ventrikel. Struktur lain yang
dapat menjadi sumber/fokus otomatisasi adalah vena pulmonalis
dan vena kava superior. Contoh takikardi otomatis adalah sinus
takikardi. Ciri peningkatan laju nadi secara perlahan sebelum
akhirnya takiaritmia berhenti. Takiaritmia karena otomatisasi sering
berkaitan dengan gangguan metabolik seperti hipoksia,
hipokalemia, hipomagnesemia, dan asidosis. Ini adalah mekanisme
yang terbanyak sebagai penyebab takiaritmia dan paling mudah
dibuktikan pada pemeriksaan elektrofisiologi. Syarat mutlak untuk
timbulnya reentry adalah Adanya dua jalur konduksi yang saling
berhubungan baik pada bagian distal maupun proksimal hingga
membentuk suatu rangkaian konduksi tertutup. Salah satu jalur
tersebut harus memiliki blok searah. Aliran listrik antegrad secara
lambat pada jalur konduksi yang tidak mengalami blok
memungkinkan terangsangnya bagian distal jalur konduksi yang
mengalami blok searah untuk kemudian menimbulkan aliran listrik
secara retrograd secara cepat pada jalur konduksi tersebut.

D. MANIFESTASI KLINIK
Pada sebagian besar pasien terdapat disfungsi miocard
akibat TSV pada saat serangan atau pada saat TSV

4
sebelumnya.Gejala klinis lain TSV dapat berupa palpitasi,
lighteadness, mudah lelah, nyeri dada, nafas pendek dan bahkan
penurunan kesadaran.Pasien juga mengeluh lemah, nyeri kepala
dan rasa tidak enak di tenggorokan. Risiko terjadinya gagal jantung
sangat rendah pada anak dan remaja denga TSV tapi risikonya
meningkat pada neonatus dengan TSV, neonatus dengan WPW
dan pada anak dengan penyakit jantung.

E. KOMPLIKASI
a. VF (Ventrikel Fibrilasi)
b. Gagal jantung
c. Kematian mendadak
d. Terbentuknya trombo-emboli yang dapat menyebabkan stroke
dan gangguan pada pembuluh darah lainnya.
(Zagoto, R.R. 2012).

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. EKG : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan
konduksi. Menyatakan tipe/sumber disritmia dan efek
ketidakseimbangan elektrolit dan obat jantung.
2. Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan
untuk menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala
khusus bila pasien aktif (di rumah/kerja). Juga dapat digunakan
untuk mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat antidisritmia.
3. Foto dada : Dapat menunjukkanpembesaran bayangan jantung
sehubungan dengan disfungsi ventrikel atau katup.
4. Skan pencitraan miokardia : dapat menunjukkan aea
iskemik/kerusakan miokard yang dapat mempengaruhi konduksi
normal atau mengganggu gerakan dinding dan kemampuan
pompa.
5. Tes stres latihan : dapat dilakukan untuk mendemonstrasikan
latihan yang menyebabkan disritmia.

5
6. Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan
magnesium dapat mnenyebabkan disritmia.
7. Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung,
adanya obat jalanan atau dugaan interaksi obat contoh digitalis,
quinidin.
8. Pemeriksaan tiroid : peningkatan atau penururnan kadar tiroid
serum dapat menyebabkan.meningkatkan disritmia.
9. Laju sedimentasi : Penignggian dapat menunukkan proses
inflamasi akut contoh endokarditis sebagai faktor pencetus
disritmia.
10. GDA/nadi oksimetri : Hipoksemia dapat
menyebabkan/mengeksaserbasi disritmia.

G. PENATALAKSANA
a. Penatalaksanaan segera
Pemberian adenosin.Adenosin merupakan nukleotida endogen yang
bersifat kronotropik negatif, dromotropik, inotropik.Efeknya sangat
cepat dan berlangsung sangat singkat dengan konsekuensi pada
hemodinamik sangat minimal.Adenosin dengan cepat dibersihkan
dari aliran darah (sekitar 10 detik) dengan cellular uptake oleh sel
enditel dan eritrosit. Obat ini akan menyebabkan blok segera pada
nodus AV sehingga akan meutuskan sirkuit pada mekanisme
reentry. Adenosisn mempunyai efek yang minimal terhadap
kontrktilitas jantung.
Adenosin merupakan obat pilihan karen dapat menghilangkan
TSV. Efektifitasnya dilaporkan pada sekitas 90% kasus. Adenosis
diberikan secara bolus intravena diikuti dengan flush saline, mulai
dengan dosis 50 mg/kg dan dinaikkan 50 mg/kg setiap 1 sampai 2
menit (maksimal 250 mg/kg. Dosis yang efektif pada anak yaitu 100-
150 mg/kg.Pada sebagian pasien diberikan digitalisasi untuk
mencegah takikardi berulang. Efek samping adenosisn dapat
berupa nyeri dada, dispnea, dan terjadinya AV blok, bradikardi
dapat terjadi pada pasien dengan disfungsi sinus node, gangguan
konduksi A-V atau pemberian obat lain yang mempengaruhi AV
node (seperti beta bloker, calsium chanel blocker, amidaron)
b. Penatalaksanaan jangka panjang

6
Umur pasien dengan TSV digunakan sebagai penentu terapi jangka
panjang TSV. Diantara bayi-bayi yang menunjukan tanda dan gejala
TSV, kurang lebih sepertiganya akan membaik sendiri dan paling
tidak setengah dari jumlah pasien dengan takikardi atrial automatic
akan mengalami resolusi sendiri. Berat ringan gejala takikardi
berlangsung dan kekerapan serangan merupakan pertimbangan
penting untuk pengobatan.
Pada sebgian besar pasien tidak diperlukan terapi jangka
panjang karena umumnya tanda yang menonjol adalah takikardi
dengan gejala klinis ringan dan serangat yang sering dan
simptomatik akan membutuhkan obat-obatan seperti propanolol,
setalol, amiodaron, terutama untuk tahun pertama kehidupan. Pada
psien TSV dengan sindroma WPW sebaiknya diberikan terapi
propanolol jangka panjang, sedangkan pada pasien dengan
takikardi resisten digunakan procainamid, quinidin, flecainidine,
propafenone, sotalol, dan amiodarone.

H. PENCEGAHAN
Adapun Pencegahan pada pencegahan yang dapat dilakukan:
1. Makan diet jantung sehat
2. Meningkatkan aktivitas fisik Anda
3. Menghindari merokok
4. Menjaga berat badan yang sehat
5. Membatasi atau menghindari alkohol
6. Mengurangi stres
7. Banyak istirahat
8. Menggunakan obat yang dijual bebas dengan hati-hati,
karena beberapa obat pilek dan batuk mengandung stimulan
yang dapat memicu detak jantung yang cepat
9. Menghindari obat stimulan seperti kokain dan metamfetamin

7
BAB III

PEMBAHASAN

A. ALAT ELEKTROFISIOLOGI STUDY DAN ABLASI


1. Alat EP
a. Mesin ep :
1. Computer set
2. Junction box
3. Server: mod, dvd
b. Defibrillator
c. Stimulator
d. Electrode catheter set
e. Mesin angiografi
f. Pulse oximetry
g. Syringe pump
h. Temporary pacemaker set
i. Peralatan resusitasi
j. Hemodinamic monitoring :
a) Non invasif blood pressure
b) And/or invasif blood pressur

8
Gambar 1. Pulse oxymetry

Gambar 2. Syringe pump

Gambar 3. Generator & Lead (Temporary pacemaker set)

Gambar 4. Trolley emergency (Peralatan Resusitasi)

9
Gambar 5. Non invasif blood pressure

Gambar 6. Non invasif blood pressure

2. Alat Ablasi
a. Rf generator :
Watt, temperatur, impedance, time
b. Cool flow irrigating pump
c. Electroanatomical navigation system/pemetaan 3d
d. Niobe magnetic navigation system/robotic

10
Gambar 7. RF Generator

Elektroda kateter ep study (steril) :


a) Bipolar for tpm
b) Quadripolar
c) Hexapolar
d) Octapolar
e) Decapoar
f) Duo-decapolar / halo
g) Lasso
h) Introducer sheath
i) Conector cable ( not steril )

Gambar 8. Konektor

11
Gambar 9. Kateter Quadripolar

Gambar 10. Kateter Hexapolar

Gambar 11.Kateter Decapoar

12
Gambar 12. Kateter Lasso

Gambar 13. Kateter Duo-decapolar / halo

B. PRINSIP KERJA DARI ALAT ELEKTROFISIOLOGI

Sebuah prosedur yang memeriksa sinyal dan juga jalur


elektrik jantung. Study ini digunakan untuk menginvestigasi
penyebab dan lokasi dari aktivitas elektrik abnormal yang
menyebabkan ritme jantung menjadi tidak normal. Teknologi
bantuan komputer yang membuat pencitraan 3 dimensi dari struktur
jantung dan sinyal elektrik.Hal ini dapat dicapai dengan

13
memasukkan kateter ke dalam jantung sehingga gelombang
frekuensi radio dapat dikirimkan dengan ketepatan yang akurat ke
daerah dimana aktivitas listrik abnormal tersebut ditemukan.Area
yang dihasilkan memiliki kode warna sesuai dengan voltase
elektrogram dan menggunakan frekuensi radio berenergi
tinggi.Energi yang diberikan dalam bentuk gelombang sinusoid
dengan frekuensi 500.000 siklus per detik (hertz) kemudian
dihantarkan lewat ujung kateter selama 30-60 detik untuk merusak
atau membakar jaringan abnormal dengan suhu 60-70°c.Setelah
sudah dilakukan ablasi atau pembakaran, operator menunggu 15-
30 menit untuk memastikan bahwa ablasi berhasil.

C. TEKNIK-TEKNIK PEMERIKSAAN ELEKTROFISIOLOGI

Sebelum kateter dimasukkan (kawat elektrik khusus


terinsulasi), injeksi intravena penenang diberikan mengikuti injeksi
obat bius lokal.kateterukuran 4-8 mm secara intravaskuler
dimasukkan lewat vena subklavia atau vena femoral. Kateter
masuk ke dalam atrium, his, ventrikel, dan sinus
koronarius.selanjutnya kateter ablasi diletakkan pada sirkuit atau
daerah yang penting dan mempertahankan kelangsungan aritmia
tersebut diluar jaringan konduksi normal. Bila lokasi yang tepat
sudah ditemukan maka energi radiofrekuensi diberikan melalui
kateter ablasi kemudian dipacu atau diberikan rangsangan listrik.

14
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Supraventrikular takikardi (SVT) adalah satu jenis takidisritmia yang
ditandai dengan perubahan denyut jantung yang mendadak
bertambah cepat. Perubahan denyut jantung pada bayi dengan
SVT umumnya menjadi berkisar antara 220 kali/menit sampai 280
kali/menit, sedangkan denyut jantung pada anak yang berusia lebih
dari satu tahun umumnya lebih lambat, yaitu berkisar 180 kali/menit
sampai dengan 240 kali/menit. Penyebab supraventrikular takikardi
yaitu idiopatik, sindrrom wolf parkinson white (WPW), dan beberapa
penyakit jantung bawaan. terdapat dua mekanisme terjadinya
takikardi supraventrikular yaitu otomatisasi (automaticity) dan
reentry. Pada sebagian besar pasien terdapat disfungsi miocard
akibat TSV pada saat serangan atau pada saat TSV
sebelumnya.Gejala klinis lain TSV dapat berupa palpitasi,
lighteadness, mudah lelah, nyeri dada, nafas pendek dan bahkan
penurunan kesadaran. SVT dapat menyebabkan gagal jantung
dengan akibatnya terjadi edema paru pada pasien dengan patologi
ventrikel kiri (LV) yang telah ada sebelumnya, karena penurunan
pengisian diastolik tidak dapat ditoleransi dalam kombinasi dengan
penurunan curah jantung. Pemeriksaan penunjang pada
supraventrikuler adalah dengan pemeriksaan elektrokardiografi, tes
labolatorium, hoter monitoring dan lain-lain, pencegahan
supraventrikular takikardi dengan tidak minum alkohol, tidak
merokok, hindari over-the counter dekongestan, obat herbal, pil
diet, jangan menggunakan obat-obatan terlarang seperti kokain,
ekstasi, atau methamphetamine.

15
DAFTAR PUSTAKA

Bambang Sumantri.27 Januari 2012 Takikardi Supraventrikular

http://mantrinews.blogspot.com/2012/02/takikardi-
supraventrikular.html (Diakses 6 Juni 2018)

Dokter Sehat. Takikardi Supraventrikuler


http://doktersehat.com/perawatan-mandiri-takikardi-
supraventrikular/. (Diakses 8 Juni 2018)

Mayo Clinik.2016. Supraventrucular Tachycardi


https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/supraventricular-
tachycardia/diagnosis-treatment/drc-20355249. (Diakses 26 Juni
2018)

Nur Hidaya.Klinik Nyeri. 09 April 2011 Supraventrikular Takikardi


http://kliniknyeri.blogspot.com/2011/04/supraventrikular-takikardi.html
(Diakses26 Juni 2018)

Wikipedia.2018.Supraventriculartachycardia
https://en.wikipedia.org/wiki/Supraventricular-tachycardia.
Wikipedia. 2018. Supraventricular tachycardia.
https://en.wikipedia.org/wiki/Supraventricular_tachycardia. Di akses
pada tanggal 14 Juli 2018 (Diakses tanggal 10 Juli 2018)

16
LAMPIRAN 1

RESUME KASUS

A. DESKRIPSI PASIEN

1. Identitas
Nama : Tn.”K”
Umur : 09-11-1970
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen
Alamat :-
Status Perkawinan : Menikah

2. Riwayat Penyakit: Sesak Nafas dari sejak satu minggu yang lalu
dan memberat satu hari sebelum masuk rumah sakit

3. Data fokus
a. Data Subjektif: Sesak Nafas dari sejak satu minggu yang lalu
dan memberat satu hari sebelum masuk rumah sakit
b. Data Objektif: Tekanan Darah: 110/60 Nadi: 60x/m

4. Pemeriksaan penunjang
 Elektrocardiogram

17
GAMBAR 14. HASIL EKG

2. Laboratory test
-GDS: 89 mg/dl
-Ureum:36mg/dl
-Kreatinin: 0.91 mg/dl
-Natrium:131 mmol/l
-Kalium:4.0 mmol/l
-Klorida:99 mmol/l
-PT: 145 detik
-INR:141 detik
-APTT:30.8 detik

B. ANALISIS DATA FOKUS DAN ETIOLOGI


1. Keluhan Utama: Sesak Nafas
2. Riwayat Penyakit Sekarang: Sesak Nafas dari sejak satu
minggu yang lalu dan memberat satu hari sebelum masuk
rumah sakit
3. Pemeriksaan fisik
a. Anemia: Tidak ada
b. Bunyi Paru: Tidak ada

18
c. Tanda-Tanda Vital:
Td:110/60 mmHg
N: 60x/m
P: 20x/m
S: 36ºC
d. Kesadaran: Composmentis

C. DIAGNOSIS HASIL PEMERIKSAAN DAN TINDAK LANJUT


DiagnosisMedis :Supraventrikuler Takikardi
Tindak Lanjut : Ablasi

D. MENENTUKAN TUJUAN OUT COME KETEKNISIAN


1. Electrocardiogram untuk melihat bagian otot jantung yang
mengalami iskemik atau infark
2. EP Ablasi merupakan tindakan operasi untuk mengatasi
gangguan irama jantung atau aritmia.

E. INTERVENSI KETEKNISIAN
DEFINISI: Ablasi merupakan suatu tindakan operasi untuk
mengatasi gangguanirama jantung atau aritmia dengan
menggunakan kateter yang di masukkan ke dalam ruang dalam
jantung. Dan kateter dihubungkan dengan mesin khusus yang
memberikan energi listrik untuk memutus atau membakar jalur
konduksi tambahan ataupun fokus-fokus aritmia yang
menyebabkan ketidaknormalan irama jantung.

Tujuan :
1. Untuk memutus atau membakar jalur konduksi aritmia yang
menyebabkan ketidaknormalan irama jantung
2. EP Ablasi dilakukan untuk pasien dengan irama jantung
mungkin beresiko terkena serangan jantung.

19
1. Pre

Gambar 15. HASIL EKG


2. Ruang Tindakan:
a. Satu kateter elektroda quadripolar dimasukkan sheath 6F,
melalui femoral kanan di tempatkan di RV apex, satu kateter
elektroda quadripolar dimasukkan sheath 6F melalui femoral
kanan di tempatkan di RA High, satu kateter ablasi di
masukkan sheath 7F melalui vena femoral kanan di
tempatkan right His.
b. Mapping Geometry dengan kateter ablasi 3D menunjukkan
focus pada isthmus cavotricuspid
c. Kateter ablasi di tempatkan di cavotricuspid isthmus dan
beberapa frequency ablasi di lakukan, Gambar EKG
menunjukkan atrial flutter

20
3. Post

GAMBAR 16. EKG POST

21
Gambar 17. Hasil EP Ablasi

4. Kesimpulan: AVNRT lambat cepat, Ablasi sukses


ALAT-ALAT
1. Kateter Ablasi 3D
2. Kateter elektroda quadripolar
3. Sheath 6F
4. Sheathn 7F

22
Lampiran 2

Asuhan Praktek Keteknisian Kardiovaskuler

A. Pengkajian
1. Identitas pasien:
Nama : Tn.”K”
Tanggal Lahir : 09-11-1970
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen
Alamat :-
2. Keluhan Utama: Sesak Nafas
3. Riwayat Penyakit Sekarang: Sesak Nafas dari sejak satu
minggu yang lalu dan memberat satu hari sebelum masuk
rumah sakit
4. Pemeriksaan Fisik:
a. Anemia : Tidak ada
b. Bunyi paru : Tidak ada
c. Banyi jantung S1S2 : Reguler
d. Tanda-tanda vital :
TD : 110/60mmHg
N : 60x/menit
P : 20x/menit
S : 36oC

e. Keadaan Umum: Baik

B. ANALISI DATA
1. Data fokus :
a. Data Subjektif : Sesak Nafas dari sejak satu minggu yang
lalu dan memberat satu hari sebelum masuk rumah sakit
b. Data Objektif : BP:110/60mmHg N: 60x/menit

2. Pemeriksaan Penunjang
a. Elektrocardiogram

23
GAMBAR 18. Hasil EKG Sebelum Di Ablasi

b. Laboratory Test
-GDS: 89 mg/dl
-Ureum:36mg/dl
-Kreatinin: 0.91 mg/dl
-Natrium:131 mmol/l
-Kalium:4.0 mmol/l
-Klorida:99 mmol/l
-PT: 145 detik
-INR:141 detik
-APTT:30.8 detik

24
C. Web Of Caution

Otomalisasi Reentry

Percepatan jalur konduksi yang


akselerasi berhubungan

yayang berhubungan

Sinus Takikardi Jalur konduksi


tertutup

Hipoksia, hipokalemia,
Terjadi jalur konduksi
hipomagnesia, asidosis
reyrograd

SVT

Gambar 19. Bagan WOC Supraventrikuler Takikardi

D. Diagnosa Medis: Supraventrikel Takikardi

E. Rencana Terapi:
1. Merencanakan Pemeriksaan EKG
2. Merencanakan Tindakan Terapi EP Ablasi

F. Implementasi
1. Melakukan Pemeriksaan EKG
2. Melakukan Tindakan Terapi EP Ablasi

G. Evaluasi
Hasil Tindakan Ablasi:
1. AVNRT lambat cepat
2. Ablasi Sukses

25
26

Anda mungkin juga menyukai