PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Aritmia merupakan kelainan irama jantung yang sering
dijumpai.Aritmia adalah irama jantung diluar irama sinus normal.Istilah
aritmia sebenarnya tidak tepat karena aritmiaberarti tidak ada
irama.Oleh akrena itu sekarang lebih sering dipakai istilah disritmia atau
irama tidak normal.
B. TUJUAN
Untuk mengetahui bagaimana definisi, etiologi, patofisiologi,
manifestasi klinik, komplikasi, pemeriksaan penunjang,
penatalaksanaan, pencegahan dari supraventrikular takikardi, serta
nama alat dan prinsip kerja alat yang digunakan dalam prosedur
pemeriksaan EP dengan diagnosa supraventrikular takikardi serta
teknik-teknik pemeriksaan dasarnya.
1
C. MANFAAT
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah agar mahasiswa dapat
lebih memahami bagaimana definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasy
klinik, komplikasi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan,
pencegahan dari supraventrikular takikardi, dan bagaimana nama alat
serta prinsip kerja yang digunakan dalam prosedur pemeriksaan EP
dengan diagnosa supraventrikular takikardi serta teknik-teknik
pemeriksaannya.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Takikardi supraventrikular (TSV) adalah satu jenis
takidisritmia yang ditandai dengan perubahan laju jantung yang
mendadak bertambah cepat menjadi berkisar antara 150 kali/menit
sampai 250 kali/menit. Kelainan pada TSV mencakup komponen
sistem konduksi dan terjadi di bagian atas bundel HIS. Pada
kebanyakan TSV mempunyai kompleks QRS normal. Kelainan ini
sering terjadi pada demam, emosi, aktivitas fisik dan gagal jantung
(Aslinar, 2010).
B. ETIOLOGI
3
2. Sindrom Wolf Parkinson White (WPW) terdapat pada 10-20%
kasus dan terjadi hanya setelah konversi menjadi sinus aritmia.
Sindrom WPW adalah suatu sindrom dengan interval PR yang
pendek daninterval QRS yang lebar; yang disebabkan oleh
hubungan langsung antara atrium dan ventrikel melalui jaras
tambahan.
C. PATOFISIOLOGI
D. MANIFESTASI KLINIK
Pada sebagian besar pasien terdapat disfungsi miocard
akibat TSV pada saat serangan atau pada saat TSV
4
sebelumnya.Gejala klinis lain TSV dapat berupa palpitasi,
lighteadness, mudah lelah, nyeri dada, nafas pendek dan bahkan
penurunan kesadaran.Pasien juga mengeluh lemah, nyeri kepala
dan rasa tidak enak di tenggorokan. Risiko terjadinya gagal jantung
sangat rendah pada anak dan remaja denga TSV tapi risikonya
meningkat pada neonatus dengan TSV, neonatus dengan WPW
dan pada anak dengan penyakit jantung.
E. KOMPLIKASI
a. VF (Ventrikel Fibrilasi)
b. Gagal jantung
c. Kematian mendadak
d. Terbentuknya trombo-emboli yang dapat menyebabkan stroke
dan gangguan pada pembuluh darah lainnya.
(Zagoto, R.R. 2012).
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. EKG : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan
konduksi. Menyatakan tipe/sumber disritmia dan efek
ketidakseimbangan elektrolit dan obat jantung.
2. Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan
untuk menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala
khusus bila pasien aktif (di rumah/kerja). Juga dapat digunakan
untuk mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat antidisritmia.
3. Foto dada : Dapat menunjukkanpembesaran bayangan jantung
sehubungan dengan disfungsi ventrikel atau katup.
4. Skan pencitraan miokardia : dapat menunjukkan aea
iskemik/kerusakan miokard yang dapat mempengaruhi konduksi
normal atau mengganggu gerakan dinding dan kemampuan
pompa.
5. Tes stres latihan : dapat dilakukan untuk mendemonstrasikan
latihan yang menyebabkan disritmia.
5
6. Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan
magnesium dapat mnenyebabkan disritmia.
7. Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung,
adanya obat jalanan atau dugaan interaksi obat contoh digitalis,
quinidin.
8. Pemeriksaan tiroid : peningkatan atau penururnan kadar tiroid
serum dapat menyebabkan.meningkatkan disritmia.
9. Laju sedimentasi : Penignggian dapat menunukkan proses
inflamasi akut contoh endokarditis sebagai faktor pencetus
disritmia.
10. GDA/nadi oksimetri : Hipoksemia dapat
menyebabkan/mengeksaserbasi disritmia.
G. PENATALAKSANA
a. Penatalaksanaan segera
Pemberian adenosin.Adenosin merupakan nukleotida endogen yang
bersifat kronotropik negatif, dromotropik, inotropik.Efeknya sangat
cepat dan berlangsung sangat singkat dengan konsekuensi pada
hemodinamik sangat minimal.Adenosin dengan cepat dibersihkan
dari aliran darah (sekitar 10 detik) dengan cellular uptake oleh sel
enditel dan eritrosit. Obat ini akan menyebabkan blok segera pada
nodus AV sehingga akan meutuskan sirkuit pada mekanisme
reentry. Adenosisn mempunyai efek yang minimal terhadap
kontrktilitas jantung.
Adenosin merupakan obat pilihan karen dapat menghilangkan
TSV. Efektifitasnya dilaporkan pada sekitas 90% kasus. Adenosis
diberikan secara bolus intravena diikuti dengan flush saline, mulai
dengan dosis 50 mg/kg dan dinaikkan 50 mg/kg setiap 1 sampai 2
menit (maksimal 250 mg/kg. Dosis yang efektif pada anak yaitu 100-
150 mg/kg.Pada sebagian pasien diberikan digitalisasi untuk
mencegah takikardi berulang. Efek samping adenosisn dapat
berupa nyeri dada, dispnea, dan terjadinya AV blok, bradikardi
dapat terjadi pada pasien dengan disfungsi sinus node, gangguan
konduksi A-V atau pemberian obat lain yang mempengaruhi AV
node (seperti beta bloker, calsium chanel blocker, amidaron)
b. Penatalaksanaan jangka panjang
6
Umur pasien dengan TSV digunakan sebagai penentu terapi jangka
panjang TSV. Diantara bayi-bayi yang menunjukan tanda dan gejala
TSV, kurang lebih sepertiganya akan membaik sendiri dan paling
tidak setengah dari jumlah pasien dengan takikardi atrial automatic
akan mengalami resolusi sendiri. Berat ringan gejala takikardi
berlangsung dan kekerapan serangan merupakan pertimbangan
penting untuk pengobatan.
Pada sebgian besar pasien tidak diperlukan terapi jangka
panjang karena umumnya tanda yang menonjol adalah takikardi
dengan gejala klinis ringan dan serangat yang sering dan
simptomatik akan membutuhkan obat-obatan seperti propanolol,
setalol, amiodaron, terutama untuk tahun pertama kehidupan. Pada
psien TSV dengan sindroma WPW sebaiknya diberikan terapi
propanolol jangka panjang, sedangkan pada pasien dengan
takikardi resisten digunakan procainamid, quinidin, flecainidine,
propafenone, sotalol, dan amiodarone.
H. PENCEGAHAN
Adapun Pencegahan pada pencegahan yang dapat dilakukan:
1. Makan diet jantung sehat
2. Meningkatkan aktivitas fisik Anda
3. Menghindari merokok
4. Menjaga berat badan yang sehat
5. Membatasi atau menghindari alkohol
6. Mengurangi stres
7. Banyak istirahat
8. Menggunakan obat yang dijual bebas dengan hati-hati,
karena beberapa obat pilek dan batuk mengandung stimulan
yang dapat memicu detak jantung yang cepat
9. Menghindari obat stimulan seperti kokain dan metamfetamin
7
BAB III
PEMBAHASAN
8
Gambar 1. Pulse oxymetry
9
Gambar 5. Non invasif blood pressure
2. Alat Ablasi
a. Rf generator :
Watt, temperatur, impedance, time
b. Cool flow irrigating pump
c. Electroanatomical navigation system/pemetaan 3d
d. Niobe magnetic navigation system/robotic
10
Gambar 7. RF Generator
Gambar 8. Konektor
11
Gambar 9. Kateter Quadripolar
12
Gambar 12. Kateter Lasso
13
memasukkan kateter ke dalam jantung sehingga gelombang
frekuensi radio dapat dikirimkan dengan ketepatan yang akurat ke
daerah dimana aktivitas listrik abnormal tersebut ditemukan.Area
yang dihasilkan memiliki kode warna sesuai dengan voltase
elektrogram dan menggunakan frekuensi radio berenergi
tinggi.Energi yang diberikan dalam bentuk gelombang sinusoid
dengan frekuensi 500.000 siklus per detik (hertz) kemudian
dihantarkan lewat ujung kateter selama 30-60 detik untuk merusak
atau membakar jaringan abnormal dengan suhu 60-70°c.Setelah
sudah dilakukan ablasi atau pembakaran, operator menunggu 15-
30 menit untuk memastikan bahwa ablasi berhasil.
14
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Supraventrikular takikardi (SVT) adalah satu jenis takidisritmia yang
ditandai dengan perubahan denyut jantung yang mendadak
bertambah cepat. Perubahan denyut jantung pada bayi dengan
SVT umumnya menjadi berkisar antara 220 kali/menit sampai 280
kali/menit, sedangkan denyut jantung pada anak yang berusia lebih
dari satu tahun umumnya lebih lambat, yaitu berkisar 180 kali/menit
sampai dengan 240 kali/menit. Penyebab supraventrikular takikardi
yaitu idiopatik, sindrrom wolf parkinson white (WPW), dan beberapa
penyakit jantung bawaan. terdapat dua mekanisme terjadinya
takikardi supraventrikular yaitu otomatisasi (automaticity) dan
reentry. Pada sebagian besar pasien terdapat disfungsi miocard
akibat TSV pada saat serangan atau pada saat TSV
sebelumnya.Gejala klinis lain TSV dapat berupa palpitasi,
lighteadness, mudah lelah, nyeri dada, nafas pendek dan bahkan
penurunan kesadaran. SVT dapat menyebabkan gagal jantung
dengan akibatnya terjadi edema paru pada pasien dengan patologi
ventrikel kiri (LV) yang telah ada sebelumnya, karena penurunan
pengisian diastolik tidak dapat ditoleransi dalam kombinasi dengan
penurunan curah jantung. Pemeriksaan penunjang pada
supraventrikuler adalah dengan pemeriksaan elektrokardiografi, tes
labolatorium, hoter monitoring dan lain-lain, pencegahan
supraventrikular takikardi dengan tidak minum alkohol, tidak
merokok, hindari over-the counter dekongestan, obat herbal, pil
diet, jangan menggunakan obat-obatan terlarang seperti kokain,
ekstasi, atau methamphetamine.
15
DAFTAR PUSTAKA
http://mantrinews.blogspot.com/2012/02/takikardi-
supraventrikular.html (Diakses 6 Juni 2018)
Wikipedia.2018.Supraventriculartachycardia
https://en.wikipedia.org/wiki/Supraventricular-tachycardia.
Wikipedia. 2018. Supraventricular tachycardia.
https://en.wikipedia.org/wiki/Supraventricular_tachycardia. Di akses
pada tanggal 14 Juli 2018 (Diakses tanggal 10 Juli 2018)
16
LAMPIRAN 1
RESUME KASUS
A. DESKRIPSI PASIEN
1. Identitas
Nama : Tn.”K”
Umur : 09-11-1970
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen
Alamat :-
Status Perkawinan : Menikah
2. Riwayat Penyakit: Sesak Nafas dari sejak satu minggu yang lalu
dan memberat satu hari sebelum masuk rumah sakit
3. Data fokus
a. Data Subjektif: Sesak Nafas dari sejak satu minggu yang lalu
dan memberat satu hari sebelum masuk rumah sakit
b. Data Objektif: Tekanan Darah: 110/60 Nadi: 60x/m
4. Pemeriksaan penunjang
Elektrocardiogram
17
GAMBAR 14. HASIL EKG
2. Laboratory test
-GDS: 89 mg/dl
-Ureum:36mg/dl
-Kreatinin: 0.91 mg/dl
-Natrium:131 mmol/l
-Kalium:4.0 mmol/l
-Klorida:99 mmol/l
-PT: 145 detik
-INR:141 detik
-APTT:30.8 detik
18
c. Tanda-Tanda Vital:
Td:110/60 mmHg
N: 60x/m
P: 20x/m
S: 36ºC
d. Kesadaran: Composmentis
E. INTERVENSI KETEKNISIAN
DEFINISI: Ablasi merupakan suatu tindakan operasi untuk
mengatasi gangguanirama jantung atau aritmia dengan
menggunakan kateter yang di masukkan ke dalam ruang dalam
jantung. Dan kateter dihubungkan dengan mesin khusus yang
memberikan energi listrik untuk memutus atau membakar jalur
konduksi tambahan ataupun fokus-fokus aritmia yang
menyebabkan ketidaknormalan irama jantung.
Tujuan :
1. Untuk memutus atau membakar jalur konduksi aritmia yang
menyebabkan ketidaknormalan irama jantung
2. EP Ablasi dilakukan untuk pasien dengan irama jantung
mungkin beresiko terkena serangan jantung.
19
1. Pre
20
3. Post
21
Gambar 17. Hasil EP Ablasi
22
Lampiran 2
A. Pengkajian
1. Identitas pasien:
Nama : Tn.”K”
Tanggal Lahir : 09-11-1970
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen
Alamat :-
2. Keluhan Utama: Sesak Nafas
3. Riwayat Penyakit Sekarang: Sesak Nafas dari sejak satu
minggu yang lalu dan memberat satu hari sebelum masuk
rumah sakit
4. Pemeriksaan Fisik:
a. Anemia : Tidak ada
b. Bunyi paru : Tidak ada
c. Banyi jantung S1S2 : Reguler
d. Tanda-tanda vital :
TD : 110/60mmHg
N : 60x/menit
P : 20x/menit
S : 36oC
B. ANALISI DATA
1. Data fokus :
a. Data Subjektif : Sesak Nafas dari sejak satu minggu yang
lalu dan memberat satu hari sebelum masuk rumah sakit
b. Data Objektif : BP:110/60mmHg N: 60x/menit
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Elektrocardiogram
23
GAMBAR 18. Hasil EKG Sebelum Di Ablasi
b. Laboratory Test
-GDS: 89 mg/dl
-Ureum:36mg/dl
-Kreatinin: 0.91 mg/dl
-Natrium:131 mmol/l
-Kalium:4.0 mmol/l
-Klorida:99 mmol/l
-PT: 145 detik
-INR:141 detik
-APTT:30.8 detik
24
C. Web Of Caution
Otomalisasi Reentry
yayang berhubungan
Hipoksia, hipokalemia,
Terjadi jalur konduksi
hipomagnesia, asidosis
reyrograd
SVT
E. Rencana Terapi:
1. Merencanakan Pemeriksaan EKG
2. Merencanakan Tindakan Terapi EP Ablasi
F. Implementasi
1. Melakukan Pemeriksaan EKG
2. Melakukan Tindakan Terapi EP Ablasi
G. Evaluasi
Hasil Tindakan Ablasi:
1. AVNRT lambat cepat
2. Ablasi Sukses
25
26