Anda di halaman 1dari 28

Tugas : Keperawatan Anak II

Dosen : Indra Dewi, S.Kep.Ns.,M.Kes

KEPERAWATAN ANAK II
STEANOSIS AORTA

OLEH KELOMPOK 6
1. NURASISA NH0117105
2. NURSINDI NH0117112
3. NURUL KHALISA NH0117116
4. RAHMANIAR NH0117119
5. SUCI SUGIARTI NH0117145

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah senantiasa kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena atas rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Makalah dengan judul ” STEANOSIS AORTA”. Makalah ini
bertujuan untuk memenuhi tugas keperawatan Anak II.
Dalam pembuatan makalah ini, kami tidak lepas dari bantuan dan dukungan
dari pihak-pihak terkait serta kecanggihan teknologi untuk memperoleh
informasinya. Oleh karenaitu,kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang
telah membantu kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari bahwa sebagai manusia yang memiliki keterbatasan, tentu
hasil makalah kami ini mungkin tidak luput dari kekurangan. Kami senantiasa
mengharapkan konstribusi pemikiran anda sehingga makalah ini bermanfaat bagi
kita semua.

PENULIS

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR iii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR ISTILAH v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Penulisan 2
1.3 Manfaat Penulisan 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit
2.1.1 Definisi 3
2.1.2 Anatomi & Fisiologi 3
2.1.3 Penyebab 7
2.1.4 Patofisiologi 8
2.1.5 Riwayat Kesehatan dan Pemeriksaan Fisik 10
2.1.6 Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik 11
2.2 Konsep Keperawatan tindakan keperawatan yang diberikan 12
2.3 Cara mengedukasi anak dan keluarga 18
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 19
3.2 Saran 19
DAFTAR REFERENSI 20

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Struktur Jantung ............................................................................................ 4


Gambar 1.2 Posisi Stenosis Aorta .................................................................................... 5
Gambar 1.3 Aorta Normal ................................................................................................ 6
Gambar 1.4 Aorta Abnormal ............................................................................................ 6

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Intervensi Keperawatan .................................................................................. 16


Tabel 1.2 Intervensi Keperawatan .................................................................................. 17
Tabel 1.3 Intervensi Keperawatan .................................................................................. 18

iv
DAFTAR ISTILAH

Anatomi : ilmu yang mengkaji struktur organisme hewan, tumbuhan, dan


manusia. Atau definisi lainnya, anatomi adalah ilmu yang
mempelajari struktur atau susunan dari tubuh organisme dan
hubungan antar bagian yang satu dengan yang lainnya.
Angina : nyeri dada atau rasa tidak nyaman yang biasanya disebabkan oleh
kurangnya aliran darah ke jantung.
Anterior : istilah anatomi yang berarti struktur bagian depan sebagai lawan
posterior, bagian belakang.
Atrio Ventrikuler : kombinasi dari beberapa kelainan di jantung yang merupakan
kelainan bawaan saat lahir. Kondisi ini disebut juga cacat bantal
endokardium, yakni adanya lubang antara bilik jantung dan
gangguan dengan katup yang mengatur aliran darah di jantung.
Aortic Stenosi : gangguan pada pembukaan katup aorta jantung yang tidak terbuka
secara penuh atau menyempit, sehingga membuat aliran darah dari
jantung tidak lancar.
Artery posterior decendens (PDA) : arteri yang berjalan di sulkus interventricular
posterior ke apeks jantung tempat bertemu
dengan anterior arteri interventrikular
Arteri Koroner : arteri pada sirkulasi koroner (jantung), yang mengantarkan darah
menuju otot jantung.
Cardiac Catheterization : prosedur medis yang bertujuan untuk mendeteksi kondisi
jantung, serta mengatasi berbagai penyakit jantung
dengan menggunakan kateter, yaitu sebuah alat
menyerupai selang tipis berukuran panjang yang
dimasukkan ke dalam pembuluh darah, kemudian
diarahkan menuju jantung.
Chest X-Ray : suatu proyeksi radiografi dari thorax untuk mendiagnosis kondisi-
kondisi yang mempengaruhi thorax, isi dan struktur-struktur di
dekatnya.
Degenerative : kondisi kesehatan di mana organ atau jaringan terkait keadaannya
yang terus menurun seiring waktu. Penyakit ini terjadi karena

v
adanya perubahan pada sel-sel tubuh yang akhirnya memengaruhi
fungsi organ secara menyeluruh
Defek Sekat Ventrikel : terdapatnya defek pada sekat yang memisahkan ventrikel
kiri dan kanan, serta merupakan salah satu penyakit
jantung bawaan (PJB). Salah satu komplikasi DSV
adalah gangguan status gizi.
Dekomposisi Jantung : kondisi saat pompa jantung melemah, sehingga tidak
mampu mengalirkan darah yang cukup ke seluruh tubuh.
Kondisi ini juga dikenal dengan istilah gagal jantung
kongestif
Endocarditis Reumatik : infeksi pada endokardium, yaitu lapisan bagian dalam
jantung. Kondisi ini umumnya disebabkan oleh
masuknya bakteri ke aliran darah, yang kemudian
menginfeksi bagian jantung yang rusak
Eferen : membawa sinyal dari sistem saraf pusat ke otot-otot dan kelenjar-
kelanjar. Sinyal tersebut seringkali disebut impuls saraf, atau
disebut potensial akson
EKG(Elektrokardiogram : grafik yang dibuat oleh sebuah elektrokardiograf, yang
merekam aktivitas kelistrikan jantung dalam waktu
tertentu
Ekokardiografi : sebuah metode pemeriksaan dengan menggunakan gelombang
suara berfrekuensi tinggi untuk menangkap gambar struktur organ
jantung. Ekokardiografi biasanya dibantu oleh teknologi Doppler
di mana teknologi ini dapat membantu mengukur kecepatan dan
arah aliran darah
Fibrosis : kondisi di mana terjadi pembentukan jaringan ikat fibrosa yang
berlebihan pada suatu organ atau jaringan akibat proses
peradangan atau penyembuhan. Saat kulit atau organ dalam tubuh
mengalami luka, maka akan terjadi proses penyembuhan
Fisiologi : salah satu dari cabang-cabang biologi yang mempelajari
berlangsungnya sistem kehidupan. .
Hemodinamik : Dinamika dari aliran darah

vi
Hiperatrofi Ventrikel Kiri : Pembesaran bilik (ventrikel) kiri jantung
Katup : struktur tubuh yang memungkinkan cairan mengalir dalam tubuh,
Klep Aortic : penyakit yang muncul akibat adanya kelainan atau gangguan pada
salah satu atau lebih dari keempat katup jantung
Kongesti : (pembendungan darah) adalah berlimpahnya darah di dalam
pembuluh darah di regio tertentu.
Kongenital : kondisi kelainan bawaan.
Sirkumfleks : melengkung atau membengkok
Sinus Koronarius : kumpulan pembuluh darah yang bergabung bersama untuk
membentuk pembuluh besar yang mengumpulkan darah dari otot
jantung ( miokardium ).
Serabut Post Ganglion : serabut saraf yang keluar dari ganglion
Simpatis : saraf yang berpangkal di medula spinalis (sumsum tulang belakang)
yang berada di daerah dada dan pinggang yang terletak didepan
ruas tulang belakang
Sinus Aorta Anterior : salah satu dilatasi anatomis dari aorta asendens, yang
terjadi tepat di atas katup aorta
Superior : Tubuh bagian atas
Trunkus Pulmonalis : Pembuluh darah besar yang membawa darah kotor dari
ventrikel kanan ke arteri Pulmonalis
VCS (Vena Cava Superior ) : (Pembuluh balik Besar atas) adalah pembuluh darah yang
menerima darah dari kepala dan kedua tangan
VCI( Vena Cava Inferior ) : (pembuluh balik besar bawah) adalah pembuluh darah
yang menerima darah dari badan dan kedua kaki
Ventrikel Kiri : bagian jantung yang akan memompa darah ke seluruh
tubuh untuk mengalirkan oksigen, dengan sebelumnya
melewati katup jantung yang dinamakan aorta

vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Insidensi penyakit jantung bawaan di Amerika Serikat dan Eropa berkisar
antara 7 hingga 9 kasus tiap 1.000 kelahiran hidup. Dua puluh lima hingga 30%
diantaranya merupakan penyakit jantung bawaan kritis. Penyakit jantung bawaan
merupakan penyebab kematian terbanyak pada tahun pertama kehidupan, dengan
prevalensi 3% dari total kematian pada bayi dan lebih dari 40% total kematian
akibat malformasi kongenital. (Wahab, 2012)
Angka kelahiran di Indonesia menurut profil kependudukan dan
pembangunan BKKBN tahun 2013 adalah 4.242.300 jiwa, dengan insidensi PJB
sebesar 8−10% kelahiran hidup maka jumlah penderita PJB Indonesia tahun 2013
diperkirakan sekitar 339.384 hingga 424.230 kasus. Angka kelahiran di Jawa Barat
pada tahun 2013 menurut Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat adalah sebesar
850.000 kelahiran tiap tahun, sehingga diperkirakan terdapat 68.000 hingga 85.000
kasus PJB tiap tahunnya di Jawa Barat. Dengan perkiraan prevalensi PJB kritis
sebesar 25% dari seluruh PJB maka dapat diperkirakan pevalensi PJB kritis di
Indonesia adalah sebesar 84.846 hingga 106.057 kasus pada tahun 2013, sementara
di Jawa Barat sekitar 17.000−21.250 kasus tiap tahunnya. (Wahab, 2012)
Angka kematian akibat PJB kritis di Amerika Serikat mencapai 29% dari
seluruh kematian akibat kelainan kongenital dan sekitar 5,7% seluruh kematian
pada bayi. Di Eropa Barat prevalensinya 45% dari seluruh kematian yang
disebabkan oleh kelainan kongenital, sementara di Amerika Latin, Amerika Utara,
Eropa Timur, dan Asia Pasifik (termasuk Jepang) proporsinya sekitar 35%, 37%,
42%, dan 48%. Sebagai suatu kelompok, stenosis aorta terjadi pada 3-8% pasien
dengan kelainan jantung bawaan. Penyakit ini menempati urutan ke- 4 atau ke-5
penyakit jantung bawaan yang paling sering terjadi. Peningkatan insiden setara
dengan usia. Kelainan ini menempati urutan ke-2 penyakit jantung kongenital
tersering pada dekade ke tiga setelah defek sekat ventrikel. Banyak yang
mengaitkan tingkat keparahan stenosis dengan gradient katup. (Wahab, 2012)

1
1.2 Tujuan Penulisan
Memahami konsep penyakit dan keperawatan pada klien dengan stienosis
aorta.
1.3 Manfaat Penulisan
Memahami konsep penyakit dan konsep keperawatan pada klien dengan.
stenosis aorta

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit
2.1.1 Definisi
Stenosis katup merupakan suatu penyempitan celah antara ventrikel
kiri dan aorta. Pada orang dewasa, stenosis sering terjadi akibat klasifikasi
degenerative , atau dapat pula di sebabkan oleh endocarditis reumatik atau
klasifikasi yang penyebabnya tidak di ketahui. Terdapat penyempitan yang
progresif yang pada katup berlangsung selama beberapa tahun atau beberapa
decade . otot jantung mengalami peningkatan ukuran (hipertropi) sebagai
respon terhadap obstruksi tanda-tanda klinis gagal jantung akan muncul
ketika mekanisme kompensasi jantung mengalami kegagalan. (Susan,
2013).
Stenosis Katup Aorta (Aortic Stenosi) adalah penyempitan pada
lubang katup aorta, yang menyebabkan meningkatnya tahanan terhadap
aliran darah dari Ventrikel kiri ke Aorta. Stenosis Katup Aortik adalah
penyempitan orifisium antara ventrikel kanan dan aorta. Pada orang dewasa
stenosis tersebut mungkin kongenital, atau mungkin diakibatkan oleh
endocarditis reumatik atau klasifikasi kuspid yang tidak diketahui
penyebabnya. Terjadi penyempitan orifisium katup secara progresif selama
periode bebrapa tahun sampai beberapa decade. Ukuran otot jantung
meningkat (hipertrofi) dalam berespons terhadap semua tingkat obstruksi;
gagal jantung terjadi obstruksi menghebat. (Karson, 2012)

2.1.2 Anatomi & Fisiologi


1. Anatomi Jantung
Jantung adalah organ otot yang berongga dan berukuran sebesar
kepalan tangan. Fungsi utama jantung adalah memompa darah ke
pembuluh darah dengan kontraksi ritmik dan berulang. Jantung normal
terdiri dari empat ruang, 2 ruang jantung atas dinamakan atrium dan 2
ruang jantung di bawahnya dinamakan ventrikel, yang berfungsi sebagai
pompa. Dinding yang memisahkan kedua atrium dan ventrikel menjadi
bagian kanan dan kiri dinamakan septum. Batas-batas jantung:

3
a. Kanan : vena cava superior (VCS), atrium kanan, vena cava inferior
(VCI)
b. Kiri : ujung ventrikel kiri
c. Anterior : atrium kanan, ventrikel kanan, sebagian kecil ventrikel kiri
d. Posterior : atrium kiri, 4 vena pulmonalis
e. Inferior : ventrikel kanan yang terletak hampir horizontal sepanjang
diafragma sampai apeks jantung
f. Superior : apendiks atrium kiri

Gambar 1.1 Struktur Jantung

Darah dipompakan melalui semua ruang jantung dengan bantuan


keempat katup yang mencegah agar darah tidak kembali ke belakang dan
menjaga agar darah tersebut mengalir ke tempat yang dituju. Keempat
katup ini adalah katup trikuspid yang terletak di antara atrium kanan dan
ventrikel kanan, katup pulmonal, terletak di antara ventrikel kanan dan
arteri pulmonal, katup mitral yang terletak di antara atrium kiri dan
ventrikel kiri dan katup aorta, terletak di antara ventrikel kiri dan aorta.
Katup mitral memiliki 2 daun (leaflet), yaitu leaflet anterior dan posterior.
Katup lainnya memiliki tiga daun (leaflet) . Jantung dipersarafi aferen dan
eferen yang keduanya sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Saraf
parasimpatis berasal dari saraf vagus melalui preksus jantung. Serabut post

4
ganglion pendek melewati nodus SA dan AV, serta hanya sedikit
menyebar pada ventrikel. Saraf simpatis berasal dari trunkus toraksik dan
servikal atas, mensuplai kedua atrium dan ventrikel. Walaupun jantung
tidak mempunyai persarafan somatik, stimulasi aferen vagal dapat
mencapai tingkat kesadaran dan dipersepsi sebagai nyeri. (Syaifuddin,
2013)

Gambar 1.2 Posisi Stenosis Aorta

Suplai darah jantung berasal dari arteri koronaria. Arteri koroner


kanan berasal dari sinus aorta anterior, melewati diantara trunkus
pulmonalis dan apendiks atrium kanan, turun ke lekukan A-V kanan
sampai mencapai lekukan interventrikuler posterior. Pada 85% pasien
arteri berlanjut sebagai arteri posterior desenden/ posterior decendens
artery (PDA) disebut dominan kanan. Arteri koroner kiri berasal dari sinus
aorta posterior kiri dan terbagi menjadi arteri anterior desenden kiri/ left
anterior descenden (LAD) interventrikuler dan sirkumfleks. LAD turun di
anterior dan inferior ke apeks jantung. Mayoritas darah vena terdrainase
melalui sinus koronarius ke atrium kanan. Sinus koronarius bermuara ke
sinus venosus sistemik pada atrium kanan, secara morfologi berhubungan
dengna atrium kiri, berjalan dalam celah atrioventrikuler. (Syaifuddin,
2013)

5
2. Fisiologi Jantung
Jantung dapat dianggap sebagai 2 bagian pompa yang terpisah
terkait fungsinya sebagai pompa darah. Masing-masing terdiri dari satu
atrium-ventrikel kiri dan kanan. Berdasarkan sirkulasi dari kedua bagian
pompa jantung tersebut, pompa kanan berfungsi untuk sirkulasi paru
sedangkan bagian pompa jantung yang kiri berperan dalam sirkulasi
sistemik untuk seluruh tubuh. Kedua jenis sirkulasi yang dilakukan oleh
jantung ini adalah suatu proses yang berkesinambungan dan berkaitan
sangat erat untuk asupan oksigen manusia demi kelangsungan hidupnya.
Ada 5 pembuluh darah mayor yang mengalirkan darah dari dan ke jantung.
Vena cava inferior dan vena cava superior mengumpulkan darah dari
sirkulasi vena (disebut darah biru) dan mengalirkan darah biru tersebut ke
jantung sebelah kanan. Darah masuk ke atrium kanan, dan melalui katup
trikuspid menuju ventrikel kanan, kemudian ke paru-paru melalui katup
pulmonal. Darah yang biru tersebut melepaskan karbondioksida,
mengalami oksigenasi di paru-paru, selanjutnya darah ini menjadi
berwarna merah. Darah merah ini kemudian menuju atrium kiri melalui
keempat vena pulmonalis. Dari atrium kiri, darah mengalir ke ventrikel
kiri melalui katup mitral dan selanjutnya dipompakan ke aorta.
(Syaifuddin, 2013)

Gambar 1.3 Aorta Normal Gambar 1.4 Aorta Abnormal

6
Tekanan arteri yang dihasilkan dari kontraksi ventrikel kiri,
dinamakan tekanan darah sistolik. Setelah ventrikel kiri berkontraksi
maksimal, ventrikel ini mulai mengalami relaksasi dan darah dari atrium
kiri akan mengalir ke ventrikel ini. Tekanan dalam arteri akan segera turun
saat ventrikel terisi darah. Tekanan ini selanjutnya dinamakan tekanan
darah diastolik. Kedua atrium berkontraksi secara bersamaan, begitu pula
dengan kedua ventrikel.

2.1.3 Penyebab
a. Kelainan kogenital (berupa katup yang bicuspid\unikuspid) pada klien
dengan usia <30 tahun
b. Rheumatic Heart Disease
c. Aterosklerotik dan klasifikasi degenaratif pada klien berusia >70 tahun
(Wajan, 2010)
Di Amerika Utara dan Eropa barat, steonosis merupakan penyakit
utama pada orang tua, merupakan akibat dari pembentukan jaringan
parut dan penimbunan kalsium di dalam daun katup. Steonosis katup
aorta seperti ini timbul setelah usia 60 tahun, tetapi biasanya gejalanya
baru muncul setelah usia 70-80 tahun. Steonosis katup aorta juga bisa
disebabkan oleh demam reumatik pada masa kanak-kanak. Pada keadaan
ini biasanya disertai dengan kelainan pada katup mitral baik berupa
steonosis, regurgitasi maupun keduanya. Pada orang yang lebih muda,
penyebab yang paling sering adalah kelainan bawaan, pada masa bayi,
katup aorta yang menyempit mungkin tidak menyebabkan masalah,
masalah baru muncul pada masa pertumbuhan anak. Ukuran katup tidak
berubah, sementara jantung melebar dan mencoba untuk memompa
sejumlah besar darah melalui katup yang kecil. Katup mungkin hanya
memiliki dua daun yang seharusnya tiga, atau memiliki bentuk abnormal
seperti corong. Lama-lama lubang/pembukaan katup tersebut, sering
menjadi kaku dan menyempit karena terkumpulnya endapan kalsium.
(Karson, 2012)

7
2.1.4 Patofisiologi
a. Fibrosis dan klasifikasi jaringan katup, yang mempersempit lubang katup
dan menghambat aliran darah
b. Tekanan ventrikel kiri meningkat, yang menyebabkan hipertrofi ventrikel
kiri dan menurunkan curah jantung
c. Kongesti paru semakin berat, yang mengakibatkan gagal jantung sisi
kanan (Lyndon, 2014)

8
Malformasi katup Bakteri Streptococcus
Poses penuaan
stenosis hemoliticus Grup A
konginetal

Inflamasi rematik Kalsium mengendap


pada katup dalam pada kelopak-kelopak
waktu yang lama katup

Stenosis Aorta Calcification


mengeras karena
proses pengapuran

MK : perubahan Menghalangi aliran darah


perfusi jaringan dari ventrikel kiri ke aorta
pada waktu sistolik

Efek semprot

Curah jantung ↓ Tekanan vertikel kiri naik


dilatasi dan kontraktilitas
naik hipertrofi vertikel kiri
Hipotensi
kebutuhan oksigen naik
Vasodilatasi saat sistemis tekanan
hipoksia miokardium
aktivitas fisik darah menurun

Persaan lelah dan sinkop


lemah
MK : Nyeri
Hipertensi vertikel dada
Gangguan aktivitas tekanan arteri
sehari-hari koronermmenurun,
alran darah koroner
menurun
MK : Intoleransi infark
aktivitas miokardium

Gagal jantung kiri

9
Annulus atau lubang pada katup aorta menyempit ,
mengakibatkan hambatan aliran darah yang keluar dari ventrikal kiri ke
aorta selama fase sistolik. Keadaan ini mengakibatkan terakumulasinya
darah pada ventrikel kiri atau menghasilkan afterload dalam ventrikel
kiri yang hipertrofi. Akibat lain yang timbul adalah menurunya curah
jantung.Perkembangan lebih lanjut adalah terjadinya dekonfensasi pada
atrium kiri dan berlanjut pada kongesti \ edema paru dan berkembang
menjadi gagal jantung kanan. (Wajan, 2010)
2.1.5 Riwayat Kesehatan dan Pemeriksaan Fisik
1. Riwayat Kesehatan
Dalam pengkajian riwayat kesehatan yang perlu di kaji dalam
menentukan asuhan keperawatan pada pasien menurut (Iwan & Boestan,
2014) terbagi atas :
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada riwayat kesehatan sekarang hal yang perlu di kaji yaitu
apakah pasien mengalami salah satu atau beberapa keluhan utama saat
ini, dan kaji tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak apakah
sempurna atau tidak .
b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Pada riwayat kesehatan masa lalu yang perlu di kaji adalah
apakah ada penyakit penyerta lain yang pernah di alami oleh klien.
c. Riwayat Penyakit Keluarga :
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita
penyakit yang sama dengan klien atau penyakit-penyakit yang disinyalir
sebagai penyebab stenosis aorta .
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada stenosis aorta yang berat di dapatkan
tekanan nadi menyempit dan lonjakan denyut arteri melambat. Amplitudo
yang mengurang disertai puncak nadi yang terlambat disebut sebagai
pulsus parous et tardus. Pada auskultasi, suara jantung 1 normal dan suara
jantung 4 prominen suara jantung 2 mungkin tunggal karena katup aorta
tidak mobil dan terdapat klasifikasi. Adanya paradoxical splitting suara

10
jantung 2 menandakan disfungsi ventrikel kiri. Bising sistolik pada
stenosis aorta paling baik didengar pada daerah basis jantung, tetapi sering
kali menjalar ke karotis dan apeks jantung. (Iwan & Boestan, 2014)

2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik


Menurut (Saputra, 2014) pemeriksaan diagnostik ataupun kriteria
seseorang di diagnosis menginap stenosis aaorta yaitu :
a. Ekokardiografi
Echocardiography menggunakan gelombang-gelombang ultrasound
untuk memperoleh gambar-gambar (images) dari ruang-ruang jantung,
klep-klep, dan struktur-struktur yang mengelilinginya. Ii adalah suatu alat
non-invasive yang berguna, yang membntu dokter-dokter mendiagnosa
penyakit klep aortic. Suatu echocardiogram dapat menunjukan suatu klep
aortic yang menebal dan kalsifikasi yang membuka dengan buruk. Ia dapat
juga menunjukan ukuran dan kefungsian dari ruang-ruang jantung. Suatu
teknik yang disebut Doppler dapat digunakan untuk menentukan
perbedaan tekanan pada setiap sisi dari klep aortic dan untuk menaksir
area klep aortic ; Terjadi Penebalan dinding ventrikel kiri; jika pasien
mengalami kalsifikasi katup, mungkin tampak ECHO multiple dari dalam
pangkal aorta, dan daun katup aorta yang kurang terpisah selama sistole.
Gradien dari katup dapat diperkirakan, tetapi diperoleh hasil yang kurang
tepat jika dibandingkan dengan hasil yang diperoleh melalui kateterisasi
jantung.
b. EKG
EKG adalah suatu perekaman dari aktivitas elektrik jantung. Pola-
pola abnormal pada EKG dapat mencerminkan suatu otot jantung yang
menebal dan menyarankan diagnosis dari aortic stenosis. Pada kejadian-
kejadian yang jarang, kelainan konduksi elektrik dapat juga terlihat.
1. Hiperatrofi ventrikel kiri (ditemukan pada 80% orang)
2. Perubahan gelombang
3. Sering didapatkan fibrilasi atrial

11
c. Chest x-ray
Chest x-ray (x-ray dada) biasanya menunjukan suatu bayangan
jantung yang normal. Aorta diatas klep aortic seringkali membesar. Jika
gagal jantung hadir, cairan di jaringan paru dan pembuluh-pembuluh darah
yang lebih besar di daerah-daerah paru bagian atas seringkali terlihat.
d. Cardiac catheterization
Cardiac catheterization adalah standar emas dalam mengevaluasi
aortic stenosis. Tabung-tabung plastik berongga yang kecil (catheters)
dimasukan dibawah tuntunan x-ray ke klep aortic dan kedalam ventricle
kiri. Bersama tekanan-tekanan diukur pada kedua sisi dari klep aortic.
Kecepatan dari aliran darah diseluruh klep aortic dapat juga diukur
menggunakan suatu kateter khusus.
Foto toraks pada tahap awal penyakit masih normal, walaupun pada
keadaan lanjut dapat membesar. Elektrokardiogram menunjukkan tanda-
tanda hipertrofi ventrikel kiri dan dapat disertai kelainan atrium kiri
ekokardiografi akan lebih memperjelas diagnosis stenosis aorta dengan
mengevaluasi morfologi dan mobilitas katup, menentukan dimensi dan
fungal ventrikel kiri Gradien tekanan trans-aortik dapat pula ditentukan
secara kuantitatif dengan teknik Doppler, walaupun lebih tidak akurat
dibanding kateterisasi jantung. (Iwan & Boestan, 2014)

2.2 Konsep Keperawatan Tindakan Keperawatan yang diberikan


a. Proses Keperawatan Klien dengan Stenosis Aorta
Steonosis aorta menghalangi aliran darah dari ventrikel kiri ke aorta pada
waktu sistolik ventrikel. Dengan meningkatnya resistensi terhadap ejeksi
ventrikel, maka beban tekanan ventrikel kiri meningkat. Sebagai akibatnya,
ventrikel kiri menjadi hipertrofi agar dapat menghasilkan tekanan yang lebih
tinggi untuk mempertahankan perfusi Perifer, sehingga timbul selisih tekanan
antara ventrikel kiri dan aorta yang mencolok. Hipertrofi mengurangi daya
regang dinding ventrikel dan dinding relatif menjadi kaku. Jadi, meskipun curah
jantung dan volume ventrikel dapat dipertahankan dalam batas-batas normal,
namun tekanan akhir diastolik ventrikel akan sedikit meningkat. (Arif, 2012)

12
b. Pengkajian
Tiga gejala khas yang berkaitan dengan steonosis aorta, meliputi sinkop,
angina, dan gagal ventrikel kiri. Bila diabaikan, maka gejala-gejala ini
menandakan prognosis yang buruk dengan kemungkinan hidup tidak lebih dari
lima tahun. Timbulnya gagal ventrikel kiri merupakan indikasi dekomposisi
jantung. Angina ditimbulkan oleh ketidakseimbangan antara suplai oksigen
dengan kebutuhan oksigen miokardrium. Kebutuhan akan oksigen meningkat
karena hipertrofi dan peningkatan kerja miokardrium. Sedangkan suplai oksigen
kemungkinan besar berkurang karena penekanan sistolik yang kuat pada arteri
koronaria oleh otat hipertrofi. Selain itu, pada hipertrofi miokardrium,
perbandingan kapiler terhadap serabut otot berkurang. Maka, jarak difusi
oksigen bertambah dan hal ini agaknya mengurangi oksigen miokardrium.
Lapisan subendokardial ventrikel kiri adalah yang paling rentan. Sinkop terjadi
terutama pada waktu beraktivitas akibat Aritmia atau kegagalan untuk
meningkatkan curah jantung yang memadai guna mempertahankan perfusi otak.
(Arif, 2012)
Gagal ventrikel progresif gangguan pengosongan ventrikel. Curah
jantung menurun dan volume ventrikel bertambah. Akibatnya, ventrikel
mengalami dilatasi dan kadang-kadang disertai regurgitasi fungsional katup
mitralis. Steonosis aorta lanjut dapat disertai kongesti paru-paru berat. Gagal
ventrikel kanan dan kongesti sistemik merupakan petunjuk stadium akhir
penyakit. Steonosis aorta biasanya tidak berkembang sampai stadium ini.
Jarangnya terjadi kegagalan jantung kanan pada keadaan ini kemungkinan
adalah akibat tingginya angka kematian akibat gagal jantung kiri yang terjadi
lebih awal dalam perjalanan penyakit. Selain itu, insiden kematian mendadak
tinggi pada penderita steonosis aorta simtomik. Patogenesis kematian mendadak
ini masih kontroversial, tetapi biasanya dicetuskan oleh kerja berat. (Arif, 2012)
Tanda-tanda yang menonjol pada steonosis aorta berat adalah sebagai
berikut.
1) Auskultasi: bising ejeksi sistolik; spiliting bunyi jantung kedua yang
paradoksal.

13
2) Elektrokardiogram: hipertrofi ventrikel kiri.
3) Radioram dada: dilatasi pascastenosis pada aorta desendensi (akibat
trauma lokal ejeksi darah bertekanan tinggi yang mengenai dinding aorta),
klasifikasi katup.
4) Temuan hemodinamik: perbedaan tekanan aorta yang bermakna (50
sampai 100 mmHg), peningkatan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri, dan
pengisian karotis yang tertunda. (Arif, 2012)
c. Diagnosis keperawatan
1) Nyeri dada yang berhubungan dengan ketidakseimbangan kebutuhan O2
dengan suplai darah ke miokardrium sekunder dari aliran darah yang
menurun pada arteri koroner.
2) Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan ketidak mampuan
ventrikel kiri memompa darah.
3) Gangguan aktivitas sehari-hari yang berhubungan dengan penurunan curah
jantung ke jaringan. (Arif, 2012)
d. Rencana Intervensi
Tujuan dari intervensi keperawatan pada klien ini adalah agar tidak
terdapat penurunan respons nyeri dada, tidak terjadi penurunan curah jantung,
dan meningkatnya kemampuan beraktivitas klien.

INTERVENSI RASIONAL
Catat karakteristik nyeri, lokasi Variasi penampilan dan fariasi
intensitas,dan penyebaranya klienkarena nyeri terjadi sebagai temuan
pengkajian
Anjurkan kepada klien untuk melaporkan Nyeri berat dapat menyebabkan
adanya nyeri dengan segera syokkardogenik yang berdampak pada
kematian mendadak
Lakukan manajemen nyeri keperawatan Posisi fisiologis akan meningkatkan
 Atur posisi fisiologis asupan O2 kejaringan yang
mengalamiiskenia
 Istirahatkan klien Istirahat akan menurunkan kebutuhan
O2,jaringan farifer,sehingga akan

14
menurunkan kebutuhanmickardium serta
meningkatkan suplin darah dan oksigen
ke miodium yang membutuhkan O2
untuk mengurangi iskenia
 Berikan oksigen tambahan Meningkatkan jumlah oksigen yang ada
dengan nasal kanul atau masker untuk pemakaian miokardium sekaligus
sesuai dengan indikasi mengurangi ketidak nyamanan karena
inskemia
 Manajemen lingkungan: Lingkungan tenang akan menurunkan
lingkungan tenang dan batasi stimulus nyeri eksternal dan pembatasan
pengunjung pengunjung akan membantu
meningkatkan kondisi O2 ruang akan
berkurang apabila banyak pengunjung
yang berada di ruangan
 Ajarkan teknik relaksasi nafas Meningkatkan asupan O2 sehingga akan
dalam menurunkan nyeri sekunder dan iskemia
jaringan otot
 Ajarkan teknik distraksi pada Distraksi (pengalihan perhatian) dapat
nyeri menimbulkan stimulus internal dengan
mekanisme peningkatan produksi
sehingga menurunkan persepsi nyeri.
 Lakukan manajemen sentuhan Obat-obat antiangina bertujuan untuk
menigkatkan aliran darah, baik untuk
menambah suplai oksigen maupun
dengan mengurangi kebutuhan
miokardium akan oksigen
Kalaborasi penerimaan terapi Niral berguna untuk mengontol nyeri
farmakologis antiangina denga efek vasodilatasi coroner
 Antiangina (nitrogeliserin) Menurunkan nyeri hebat, memberikan
sedasi dan mengurangi kerja miokard
 Analgenetik,morlin 2-5 mg Penatalaksanaan untuk stenosis aorta
adalah pengantian katup aorta secara

15
bedah
Kalaborasi operatif pengantian katup Terdapat resiko kematian mendadak pada
aorta pasien yang diabeti saja tanpa tindakan
bedah, keadan yang tak dikoreksi tersebut
dapat menyebabkan gagal jantung
permanen yang tidak berespons terhadap
terapi medis.
Tabel 1.1 Intervensi Keperawatan

INTERVENSI RASIONAL
Auskultasi TD bandingkan kedua Hipotensi dapat terjadi karena desfungsi
lengan,ukur dalam keadaan fentrikel , hiportensi juga fenomena
terbaring,duduk,atau berdiri,bila umum, nyeri membuat cemas, dan
memungkinkan menjadi pengeluaran katekolemin
Evaluasi kualitas dan kesamaan nadi Penurunan curah jantung mengakibatkan
menurunnya cura nadi
Catat terjadinya S3\S4 S3 berhubungan dengan gagal jantung
kanan atau mitral yang di sertai infark
berat.
S4 berhubungan ekskemia dengan
kekakuan ventrikel, atau hipertensi
pulmonal
Catat murmur Menurunkan ganggun aliran drah dalam
jantung, kelainan katup kerusakan
septum , atau vibrasi otot papiler
Pantau frekuensi jantung dan irama Perubahan frekuensi dan irama dan
jantung menunjukkan komplikasi
distrismia
Berikan makan kecil\mudah di Makanan besar dapat meningkatkan kerja
kunyah,batasi asupan katein. miokard kafein dapat merangsang
lansung ke jantung, sehingga
meningkatkan frekuensi jantung

16
Kolaborasi Jalur yang paten penting untuk
 Pertahankan cara masuk heparin pemberian obat darurat
(IV) sesuai indikasi
 Pantau data laboratorium enzim Emzin membantu perluasan infak,
jantung, GDA, dan elektrolit. elektrolit berpengaruh terhadap irama
jantung
Tabel 2 Intervensi Keperawatan

INTERVENSI RASIONAL
Catat frekuensi jantung ,irama dan Respon klien terhadap aktifitas dapat
perubahan tekanan darah dan selama dan mengidentifikasi penurunan oksigen
sesudah aktifitas miokard
Tingkat istirahat , batasi aktifitas,dan Menurunkan kerja miokard\komsumsi
berikan aktifitas senggan yang tidak berat oksigen
anjurkan klien unruk menghindari Dengan mengejang dapat mengakibatka
peningkatan tekanan abdomen ,misalnya bradikardi, menurunkan cura jantung dan
mengejang saat detejasi takikardie , serta peningkatan TD
Jelaskan pola ningkatan terhadap dari Aktifitas yang maju memberikan control
tngkat aktifitas , contoh bangun dari kurai jantung, meningkatkan regangan , dan
bila taka da nyeri, ambulasi, dan istirhat mencegah aktifitas berlebihan
selama 1 jam setelah makan.
Pertahankan klien tira baring sementara Untuk mengurangi beban jantung
sakit akut
Tingkatkan klien duduk di kuris dan Untuk meningkatkan aliran vena balik
tinggikan kaki klien
Pertahankan tentang gerak pasif selama Meningkatkan kontraksi otot sehingga
sakit kritis membantu aliran vena balik
Evaluasi tanda vital saat kemajuan Mengetahui funsi jantung bila di kaitkan
aktifitas terjadi dengan aktifitas
Berikan waktu istirahat diantara waktu Mendapatkan cukup waktu revolusi bagi
aktifitas tubuh dan tidak terlalu memaksa kerja
jantung

17
Pertahankan penambahan O2 sesuai Untuk meningkatkan oksigen jaringan
kebutuhan
Selama aktifitas kaji EKG , Melihat dampak dari aktifitas terhadap
disnea,sianosis, kerja dan frekuensi fungsi jantung
napas, serta keluhan subjektif.
Berikan diet sesuai kebutuhan Untuk mencegah retensi cairan dan
(pembatasan air dan Na) adema akibat penurunan kontraaktifitas
jantung
Rujuk ke program rehabiliras jantung Meningkatkan jumlah oksigen yang ada
untuk pemakaian miokardium sekaligus
mengurangi ketidak nyamanan karena
leukimia
Tabel 3 Intervensi Keperawatan

(Muttaqin, 2012)
2.3 Cara mengedukasi anak dan Keluarga

Jika anak mengeluh pusing supaya segera istirahat (berbaring). Jika anak
mengeluh sering rasa nyeri di dada dan pusing supaya dibawa berobat walaupun
belum waktunya harus control. Selain harus control teratur ke dokter jantung
anak pemeliharaan kesehatannya perlu diperhatikan (orang tua harus diberi tahu
bahwa anak dapat meninggal mendadak jika ia menderita sakit di dada dan
pusing). (Ngastiyah, 2014)

18
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

2.3 KESIMPULAN
Stenosis Katup Aorta (Aortic Stenosi) adalah penyempitan pada lubang
katup aorta, yang menyebabkan meningkatnya tahanan terhadap aliran darah dari
Ventrikel kiri ke Aorta. Jika anak mengeluh pusing supaya segera istirahat
(berbaring).
Jika anak mengeluh sering rasa nyeri di dada dan pusing supaya dibawa
berobat walaupun belum waktunya harus control. Selain harus control teratur ke
dokter jantung anak pemeliharaan kesehatannya perlu diperhatikan (orang tua
harus diberi tahu bahwa anak dapat meninggal mendadak jika ia menderita sakit
di dada dan pusing).

2.4 SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan
jaauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggung jawabkan. Maka dari
penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam
kesimpulan diatas.

19
DAFTAR REFERENSI

Arif, M. (2012). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular.


Jakarta: Salemba Medika.
Iwan, & Boestan. (2014). Penyakit Jantung Katup. Surabaya: Airlangga University
Press.

Karson. (2012). BUKU AJAR : GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Lyndon, S. (2014). Buku Saku Keperawatan Pasien dengan Gangguan Fungsi


Kardiovaskular. Tangerang Selatan: BINARUPA AKSARA.

Muttaqin, A. (2012). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.

Ngastiyah. (2014). PERAWATAN ANAK SAKIT, Ed. 2. Jakarta: EGC.

Saputra, L. (2014). Intisari Ilmu Penyakit Dalam. Tangerang: Binarupa Aksara


Publisher.

Susan, S. C. (2013). Keperawatan Medikal Bedah Brunner-Suddarth, Ed.12. Jakarta:


EGC.

Syaifuddin. (2013). Anatimi Fisiologi : Kurikulum Berbasis Kompetensi Untuk


Keperawatan & Kebidanan. Jakarta: EGC.

Wahab, S. (2012). Kardiologi Anak : Penyakit Jantung Kongenital yang Tidak Sianotik.
Jakarta: EGC.

Wajan, U. J. (2010). Keperawatan kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.

20

Anda mungkin juga menyukai