PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah kesehatan yang berpengaruh terhadap system kardiovaskuler
yang menuntut asuhan keperawatan dapat dialami oleh orang pada berbagai
tingkat usia. System kardiovaskuler mencakup jantung, sirkulasi atau peredaran
darah dan keadaan darah yang merupakan bagian tubuh yang sangat penting
karena merupakan pengaturan yang menyalurkan oksigen serta nutrisi keseluruh
tubuh.
Bila salah satu organ tersebut mengalami ganguan terutama jantung maka
akan mengganggu semua system tubuh. Aritmia atau Disritmia merupakan salah
satu ganguan dari system kardiovaskuler. Aritmia atau Disritmia adalah tidak
teraturnya irama jangtung. Aritmia atau disritmia disebabkan karena
terganggunya mekanisme pembentukan impuls dan konduksi.hal ini termasuk
tergangunya system syaraf. Perubahan ditandai dengan denyut atau irama yang
merupakan retensi dalam pengobatan. Salah satu terapi pada aritmia atau
disritmia adalah dengan menggunakan Terapi mekanis Pace Maker atau bisa di
sebut Alat pacu jantung.
1
7. Mengetahui persiapan pasien
BAB II
PEMBAHASAN
2
2.1 pacemaker
berulang ke otot jantung untuk mengontrol frekuensi jantung. Alat ini memulai
pacemaker dapat juga digunakan untuk mengontrol takikardi disritmia yang tidak
3
Gambar 2.2 komponen pacemaker
Pacemaker tersusun atas dua komponen:
1. Pembangkit pulsa listrik, yang mengandung sirkuit dan baterai yang
membangkitkan stimulus listrik.
2. Elektroda pacemaker juga disebut lead atau kabel, yang menghantarkan
impuls pacemaker ke jantung. Stimulus dari pacemaker berjalan melalui
elektroda kateter elastic yang dimasukan langsung melalui tusukan ke
dinding dada. Pembangkit pulsa biasanya ditanam di kantung bawah kulit
di daerah pectoral atau aksiler; kadang-kadang juga dipilih daerah
abdomen.
Pembangkit pacemaker diisolasi untuk melindungi dari kelembapan dan
panas tubuh. Pembangkit pulsa (atau pacemaker) mempunyai suplai tenaganya
sendiri, yang disediakan oleh sel baterai. Sumber tenaga utama yang sering
digunakan akhir-akhir ini adalah baterai merkuri-seng (bertahan selama 3 sampai
4 tahun), unit sel litium (bertahan sampai 10 tahun) dan pacemaker bertenaga
nuklir (sumber 238plutonium) yang bertahan 20 tahun sampai seumur hidup. Ada
juga pacemaker yang dapat diisi diluar. Karena pacemaker bergantung pada
baterai, maka kehabisan baterai tak dapat dihindari (kecuali yang bertenaga
muklir dan yang dapat diisi ulang). Dengan demikian, pembangkit yang
mengandung baterai harus diganti secara berkala.
4
Pacemaker yang sering digunakan adalah pacemaker demand (sinkronus,
nonkompetitif) yang diatur pada frekuensi tertentu dan menstimulasi jantung saat
tidak terjadi repolarisasi jantung normal. Jenis ini hanya berfungsi bila frekuensi
alami jantung berjalan di bawah ambang tertentu. Pacemaker fixed rate
(asinkronus, kompetitif) menstimulasi ventrikel pada frekuensi konstan yang
sudah diatur sebelumnya dan tidak tergantung irama pasien. Jenis ini jarang
dipakai, biasanya pada paien dengan penyekat jantung komplet atau stabil.
5
didalam tubuh di bawah kulit di daerah pectoral kiri atau kanan atau di
bawah klavikula. Hal ini disebut implant endokardial atau transvena.
Prosedur ini biasanya dilakukan dengan anastesia local. Metoda lain
cetusan permanen adalah memasang pembangkit pulsa ke dinding
abdomen. Elektroda dimasukkan secara transtorakal ke miokardium, dan
dijahit. Untuk metoda ini, yang dinamakan epikardial atau implant
miokardial, diperlukan torakotomi untuk mencapai jantung.
Pacemaker Atrioventrikel (cetusan Fisiologis). Teknologi
pacameker, malelui perkembangan pacemaker AV, telah membantu
perkembangan terapi pacemaker yang aman dan efektif untuk berbagai
masalah jantung yang kompleks. Pacemaker AV dianggap yang paling
disukai karena dapat diprogram agar menyerupai fungsi intrinsic jantung
pasien itu sendiri, sehingga dinamakan pacemaker fisiologis.
Karena kerja pacemaker yang memuaskan, maka telah dibentuk
suatu kode umum sebagai wahana komunikasi yang aman mengenai
fungsinya. Pengkodean tersebut didasarkan pada kode ICHD karena
sangsinya dijalankan oleh Inter Society Comission For Heart Disease.
Kode yang komplet terdiri atas lima pernyataan, tapi hanya tiga yang
digunakan dalam praktek sehari-hari.
Pernyataan pertama, selalu menyebutkan ruang yang akan
dicetuskan, yaitu ruang yang diisi electrode cetusan. Karakter huruf yang
mungkin pada kode ini adalah A (atrium), V (ventrikel), dan D (dual,
artinya A dan V).
Pernyataan kedua, menjelaskan ruang yang diindera oleh
pembangkit pacemaker, informasi yang diindera dihubungkan ke
pembangkit untuk diinterpretasi dan ditindaklanjuti. Karakter huruf yang
mungkin di isi adalah A (atrium) V (ventrikel) dan D (dual).
Pernyataan ketiga selalu menjelaskan tipe respons yang ditunjukan
oleh pacemaker. Adalima huruf untuk menerangkan respons tersebut, tetapi
dari kelima itu hanya dua yang biasa digunnakan: I (inhibitory) dan T
6
(Triggered). Respons penghambat (ihibitory) berarti respons pacemaker
dikontrol oleh aktivitas jantung pasien itu sendiri; artinya pacemaker tidak
akan berfungsi bila jantung pasien berdenyut. Sebaliknya respons triggered
berarti pacemaker akan mencetuskan respons yang berdasarkan pada
aktivitas jantung intrinsic.
7
ventrikel kanan dan kiri tidak memompa bersama-sama. Ketika kontraksi
jantung menjadi tidak sinkron, ventrikel kiri tidak mampu memompa
cukup darah ke tubuh. Dalam kasus seperti bi-ventrikel pacemaker juga
disebut jantung terapi sinkronisasi (CRT) diterapkan.
8
O : tidak ada
A : atrium
V : ventrikel
D : dual
S : single
Huruf keempat menunjukkan dapat diprogram atau tidak dengan kata lain
responsive atau tidak terhadap frekunsi denyut jantung
R : responsive terhadap frekuensi
Huruf kelima menunjukkan keberadaan fungsi antitakikardi
O : tidak ada
P : pacing antitakikardia
S : syok
D : pace + syok
9
Gambar 2.3 NBG : NASPE/BPEG Generic; NASPE : North American Society of
Pacing and Electrophysiology Group
10
ahli. Pada kondisi golongan III bukti atau bobot opini menunjukkan bahwa terapi
tidak efektif atau tidak berguna dan dapat membahayakan.
1. Indikasi pemasangan alat pacu jantung pada Disfungsi Nodus SA (DNS)
Golongan I
a. Disfungsi Nodus SA dengan bradikardi simpomatis
b. Disfungsi Nodus SA simtomatis akibat terapi obat jangka panjang
c. Inkompetensi kronotropik simtomatis
d. Fibrilasi atrium dengan bradikardi dan pause >5 detik
Golongan IIa
a. Disfungsi Nodus SA dengan frekuensi denyut jantung <40x/menit
tanpa hubungan yang jelas dan konsisten
b. Disfungsi Nodus SA dengan frekuensi denyut jantung <40x/menit
pada terapi obat jangka panjang
c. Sinkop dengan penyebab yang tidak diketahui bila diserta dengan
kelainan Disfungsi Nodus SA atau bila disfungsi tersebut
dicetuskan pada saat pemeriksaan elektrofisiologis
Golongan IIb
a. Pasien-pasien simtomatis ringan dengan frekuensi denyut jantung
kronis pada saar terjag <40x/menit
Golongan III
a. Disfungsi nodus SA pada pasien asimtomatis, walaupun frekuensi
denyut jantung <40x/menit
b. Disfungsi nodus SA yang gejala-gejala bradikardinya tidak
berhubungan dengan frekuensi denyut jantung yang rendah
c. Disfungsi nodus SA dengan bradikardi simtomatis akibat terapi obat
non esensial
2. Indikasi pemasangan alat pacu jantung pada AV Blok
Golongan I
a. AV Blok derajat III atau derajat tnggi pada semua level anatomis
yang berhubungan dengan :
- Bradikardi simtomatis
- Terapi obat esensial yang menyebabkan bradikardi simtomatis
- Periode asistole >3 detik atau semua frekuensi escape
<40x/menit saat terjaga
- AV Blok pasca operasi yang diduga tidak akan sembuh
- Ablasi kateter pada AV junction
- Penyakit neuromuscular
11
b. AV Blok derajat II dengan beradikardia simtomatis
c. AV Blok derajat II tipe 2 dengan kompleks QRS yang lebar dengan
atau tanpa gejala
d. AV Blok derajat II atau III yang diinduksi aktivitas fisik disertai
iskemia
e. Fibrilasi atrium dengan bradikardia dan pause >5 detik
Golongan IIa
a. AV Blok derajat III asimtomatis
b. AV Blok derajat II tipe 2 asimtomatis dengan kompleks QRS sempit
c. AV Blok derajat II tipe 2 asimtomatis dengan blok di dalam atau di
bawah His pada pemeriksaan elektrofisiologis
d. AV Blok derajat I atau II dengan gejala-gejala yang mirip dengan
sindrom pacemaker
Golongan IIb
a. AV Blok derajat I yang nyata (interval PR >300 ms) pada pasien
dengan disfungsi ventrikel kiri
b. Penyakit neuromuscular dengan AV Blok derajat berapa pun tanpa
memperhatikan gejala-gejala yang timbul
Golongan III
a. AV Blok derajat I asimtomatis
b. AV Blok derajat II tipe 1 asimtomatis
c. AV Blok yang diperkirakan dapat sembuh atau tidak
3. Indikasi pemasangan alat pacu jantung AV Blok pada Acute Myocardial
Infarction (AMI)
Golongan I
a. AV Blok derajat II persisten pada system His-Purkinje yang disertai
dengan bundle branch block bilateral atau blok derajat III di dalam
atau di bawah His setelah terjadi AMI
b. AV Blok infranodus tahap lanjut (derajat II atau III) transien dan
bundle branch block yang berkaitan. Jika lokasi blok tidak jelas
perlu dilakukan pemeriksaan elektrofisiologis
c. AV Blok derajat II atau III persisten dan simtomatis
Golongan IIb
a. AV Blok derajat II atau III pada level nodus AV
Golongan III
a. AV Blok transien tanpa dfek konduksi intraventrikular
12
b. AV Blok transien yang disertai dengan blok fasikular anterior kiri
saja
c. Blok fasikular anterior kiri didapat tanpa AV Blok
d. AV Blok derajat I persisten yang disertai dengan bundle branch
block lama atau yang tidak dapat ditentukan usianya
13
2. Disritmia– aktivitas ektopik ventrikel dapat terjadi akibat iritasi dinding
ventrikel oleh elektroda.
3. Dapat terjadi perforasi miokardium atau ventrikel kanan oleh kateter.
4. Bengkak, memar, atau perdarahan pada lokasi generator, terutama apabila
sedang mengkonsumsi pengencer darah.
5. Kerusakan pada pembuluh darah atau saraf yang berada di dekat alat pacu
jantung.
6. Kolaps paru.
7. Tusukan pada otot jantung, yang dapat menjadi sumber perdarahan dalam
selaput jantung dan mungkin dapat membutuhkan penanganan segera.
14
2.8 Contoh Kasus
Seorang pria warga negara India, dengan umur 52 tahun datang ke klinik rawat jalan untuk
pengecekan alat pacu jantung. Alat pacu jantung menetap kamar ganda (dual chambers)
dipasang satu tahun yang lalu di India atas indikasi blok AV total. Ini adalah kunjungan
pertama kalinya di klinik aritmia di Indonesia. Tidak ada keluhan sama sekali, pasien merasa
jauh lebih baik setelah pemasangan alat pacu jantung menetap. Pemeriksaan fisik tidak
didapatkan kelainan kecuali adanya obesitas. Rekaman EKG 12 sadapan di klinik
diperlihatkan pada gambar 4.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pacemaker adalah alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik
berulang ke otot jantung untuk mengontrol frekuensi jantung. Alat ini memulai
dan mempertahankan frekuensi jantung ketika pacemaker alamiah jantung tak
15
mampu lagi memenuhi fungsinya. Pacemaker biasanya digunakan bila pasien
mengalami gangguan hantaran atau loncatan gangguan hantaran yang
mengakibatkan kegagalan curah jantung. Alat pacu jantung memantau denyut
jantung dan apabila terlalu lambat, alat pacu jantung akan mempercepat
pengiriman sinyal listrik ke jantung.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. dr. Yunaidi Yoga,spJP. 2013. Jurnal kardiologi Indonesia. Single chamber pacing
but dual chambamber pacemaker, jakarta: J kardiol indonesia | | 420.
Chauhan A, Grace AA, Newell SA, Stone DL, Shapiro LM, Schofield PM, et al.
Early complications after dual chamber versus single chamber pacemaker
implantation. Pacing Clin Electrophysiol 1994;17(11 Pt 2):20125.
16
Bansal, S., & chakraborty, p. (n.d). 2014. jantung alat pacu jantung: indikasi,pilihan
dan follow up.
17