Anda di halaman 1dari 21

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah kesehatan yang berpengaruh terhadap system kardiovaskuler
yang menuntut asuhan keperawatan dapat dialami oleh orang pada berbagai
tingkat usia. System kardiovaskuler mencakup jantung, sirkulasi atau peredaran
darah dan keadaan darah yang merupakan bagian tubuh yang sangat penting
karena merupakan pengaturan yang menyalurkan oksigen serta nutrisi keseluruh
tubuh.
Bila salah satu organ tersebut mengalami ganguan terutama jantung maka
akan mengganggu semua system tubuh. Aritmia atau Disritmia merupakan salah
satu ganguan dari system kardiovaskuler. Aritmia atau Disritmia adalah tidak
teraturnya irama jangtung. Aritmia atau disritmia disebabkan karena
terganggunya mekanisme pembentukan impuls dan konduksi.hal ini termasuk
tergangunya system syaraf. Perubahan ditandai dengan denyut atau irama yang
merupakan retensi dalam pengobatan. Salah satu terapi pada aritmia atau
disritmia adalah dengan menggunakan Terapi mekanis Pace Maker atau bisa di
sebut Alat pacu jantung.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi pacemaker?
2. Bagaimana rancangan pacemaker?
3. Apa jenis-jenis pacemaker?
4. Apa komplikasi dari pacemaker?
5. Mengapa perlu dipasang pacemaker?
6. Bagaimana cara kerja pacemaker?
7. Apa saja persiapan pasien?

1.3 Tujuan dan Manfaat


1. Mengetahui definisi pacemaker
2. Mengetahui rancangan pacemaker
3. Mengetahui jenis-jenis pacemaker
4. Mengetahui komplikasi pacemaker
5. Mengetahui perlunya dipasang pacemaker
6. Mengetahui cara kerja pacemaker

1
7. Mengetahui persiapan pasien

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Pacemaker

2
Pacemaker adalah alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik

berulang ke otot jantung untuk mengontrol frekuensi jantung. Alat ini memulai

dan mempertahankan frekuensi jantung ketika pacemaker alamiah jantung tak

mampu lagi memenuhi fungsinya. Pacemaker biasanya digunakan bila pasien

mengalami gangguan hantaran atau loncatan gangguan hantaran yang

mengakibatkan kegagalan curah jantung. Pacemaker bisa bersifat permanen atau

temporer. Pacemaker permanen biasanya digunakan pada penyakit jantung

ireversibel, sedang pacemaker temporer digunakan sebagai terapi tambahan

untuk menyokong pasien yang mengalami penyakit jantung akibat infark

miokard atau setelah pembedahan jantung terbuka. Pada beberapa kasus,

pacemaker dapat juga digunakan untuk mengontrol takikardi disritmia yang tidak

berespons terhadap terapi pengobatan(tsibulko, iliev, & Jekova, 2014).


2.2 Komponen Pacemaker

3
Pacemaker tersusun atas dua komponen:
1. Pembangkit pulsa listrik, yang mengandung sirkuit dan baterai yang
membangkitkan stimulus listrik.
2. Elektroda pacemaker juga disebut lead atau kabel, yang menghantarkan
impuls pacemaker ke jantung. Stimulus dari pacemaker berjalan melalui
elektroda kateter elastic yang dimasukan langsung melalui tusukan ke
dinding dada. Pembangkit pulsa biasanya ditanam di kantung bawah kulit
di daerah pectoral atau aksiler; kadang-kadang juga dipilih daerah
abdomen.
Pembangkit pacemaker diisolasi untuk melindungi dari kelembapan dan
panas tubuh. Pembangkit pulsa (atau pacemaker) mempunyai suplai tenaganya
sendiri, yang disediakan oleh sel baterai. Sumber tenaga utama yang sering
digunakan akhir-akhir ini adalah baterai merkuri-seng (bertahan selama 3 sampai
4 tahun), unit sel litium (bertahan sampai 10 tahun) dan pacemaker bertenaga
nuklir (sumber 238plutonium) yang bertahan 20 tahun sampai seumur hidup. Ada
juga pacemaker yang dapat diisi diluar. Karena pacemaker bergantung pada
baterai, maka kehabisan baterai tak dapat dihindari (kecuali yang bertenaga
muklir dan yang dapat diisi ulang). Dengan demikian, pembangkit yang
mengandung baterai harus diganti secara berkala.

2.3 Jenis – jenis Pacemaker


Pacemaker yang sering digunakan adalah pacemaker demand (sinkronus,
nonkompetitif) yang diatur pada frekuensi tertentu dan menstimulasi jantung saat

4
tidak terjadi repolarisasi jantung normal. Jenis ini hanya berfungsi bila frekuensi
alami jantung berjalan di bawah ambang tertentu. Pacemaker fixed rate
(asinkronus, kompetitif) menstimulasi ventrikel pada frekuensi konstan yang
sudah diatur sebelumnya dan tidak tergantung irama pasien. Jenis ini jarang
dipakai, biasanya pada paien dengan penyekat jantung komplet atau stabil.

Jenis Pacemaker berdasarkan lama waktu penggunaan


1. Sistem Pacemaker Sementara
Cetusan sementara biasanya merupakan prosedur gawat darurat dan
memungkinkan kita mengobservasi efek cetusan terhadap fungsi jantung
sehingga kecepatan cetusan optimum pasien dapat dipilih sebelum
pacemaker permanen dipasang. Jenis ini digunakan pada asien yang
mengalami infark miokard dengan komplikasi penyekat jantung, pada
pasien dengan henti jantung dengan bradikardia dan asistole, atau pada
pasien pasca operasi pembedahan jantung tertentu. Cetusan sementara
dapat digunakan selama berjam-jam, berhari-hari atau berminggu-minggu
dan diteruskan sampai kondisi pasien baik atau sampai pacemaker
permanen dipasang.
Cetusan sementara dapat dilakukan dengan pendekatan endokardial
(transvena) atau dengan pendekatan transtorakal ke miokardium. Elektroda
transvena dipasang dibawah pengawasan fluoroskopi melalui berbagai
vena perifer (antekubital, brachial, jugular, subklavia, femoral), dan ujung
kateter diletakkan di apeks ventrikel kanan. Komplikasi yang paling sering
terjadi selama pemasangan pacemaker adalah disritmia ventrikel. Jarang
terjadi perforasi jantung. Defibrilator harus selalu tersedia.

2. Sistem pacemaker permanen


Untuk cetusan permanen, lead endokardial dimasukkan secara
transvena kedalam ventrikel kanan, dan pembangkit pulsa dipasang
didalam tubuh di bawah kulit di daerah pectoral kiri atau kanan atau di
bawah klavikula. Hal ini disebut implant endokardial atau transvena.

5
Prosedur ini biasanya dilakukan dengan anastesia local. Metoda lain
cetusan permanen adalah memasang pembangkit pulsa ke dinding
abdomen. Elektroda dimasukkan secara transtorakal ke miokardium, dan
dijahit. Untuk metoda ini, yang dinamakan epikardial atau implant
miokardial, diperlukan torakotomi untuk mencapai jantung.
Pacemaker Atrioventrikel (cetusan Fisiologis). Teknologi
pacameker, malelui perkembangan pacemaker AV, telah membantu
perkembangan terapi pacemaker yang aman dan efektif untuk berbagai
masalah jantung yang kompleks. Pacemaker AV dianggap yang paling
disukai karena dapat diprogram agar menyerupai fungsi intrinsic jantung
pasien itu sendiri, sehingga dinamakan pacemaker fisiologis.
Karena kerja pacemaker yang memuaskan, maka telah dibentuk
suatu kode umum sebagai wahana komunikasi yang aman mengenai
fungsinya. Pengkodean tersebut didasarkan pada kode ICHD karena
sangsinya dijalankan oleh Inter Society Comission For Heart Disease.
Kode yang komplet terdiri atas lima pernyataan, tapi hanya tiga yang
digunakan dalam praktek sehari-hari.
Pernyataan pertama, selalu menyebutkan ruang yang akan
dicetuskan, yaitu ruang yang diisi electrode cetusan. Karakter huruf yang
mungkin pada kode ini adalah A (atrium), V (ventrikel), dan D (dual,
artinya A dan V).
Pernyataan kedua, menjelaskan ruang yang diindera oleh
pembangkit pacemaker, informasi yang diindera dihubungkan ke
pembangkit untuk diinterpretasi dan ditindaklanjuti. Karakter huruf yang
mungkin di isi adalah A (atrium) V (ventrikel) dan D (dual).
Pernyataan ketiga selalu menjelaskan tipe respons yang ditunjukan
oleh pacemaker. Adalima huruf untuk menerangkan respons tersebut, tetapi
dari kelima itu hanya dua yang biasa digunnakan: I (inhibitory) dan T
(Triggered). Respons penghambat (ihibitory) berarti respons pacemaker
dikontrol oleh aktivitas jantung pasien itu sendiri; artinya pacemaker tidak

6
akan berfungsi bila jantung pasien berdenyut. Sebaliknya respons triggered
berarti pacemaker akan mencetuskan respons yang berdasarkan pada
aktivitas jantung intrinsic.

Jenis Pacemaker berdasarkan jumlah lead


1. Single-chamber Pacemaker
Pacemaker ini menggunakan satu elektroda di atrium kanan atau
ventrikel kanan jantung. Elektroda ditempatkan di atrium kanan ketika
sinus node menghasilkan pulsa yang terlalu lambat atau tidak teratur
(bradikardia sinus, atrial bergetar). Namun, untuk menggunakan metode ini
sistem konduksi jantung harus berfungsi normal. Lebih umum, elektroda
tunggal ditempatkan di ventrikel kanan untuk membantu memperbaiki
detak jantung lambat atau tidak teratur. Hal ini paling sering terjadi ketika
aliran listrik diperlambat atau diblokir di wilayah nodus AV dan impuls
yang normal dari atrium tidak dapat mencapai ventrikel, sehingga
menghasilkan detak jantung terlalu lambat.
2. Dual-chamber Pacemaker
Pacemaker ini menggunakan satu elektroda ke ruang atas dan satu
elektroda di ruang bawah jantung. Jenis mondar-mandir paling erat meniru
pola konduksi normal jantung dengan mondar-mandir berurutan dari atrium
ke ventrikel sehingga memaksimalkan kemampuan memompa jantung.
Dengan memiliki elektroda di kedua atrium dan ventrikel, generator pulsa
mampu terus mengatur aktivitas listrik jantung di kedua ruang jantung. Ini
adalah alat pacu jantung yang paling umum digunakan saat ini.
3. Biventrikel Pacemaker
Pacemaker ini menggunakan tiga lead - pertama ke atrium kanan,
kedua ke ventrikel kanan dan ketiga ke dalam ventrikel kiri. Hal ini
diterapkan ketika kedua ventrikel tidak berkontraksi pada saat yang sama
dan tidak disinkronkan dengan atrium. Dalam kasus gagal jantung, sering
ventrikel kanan dan kiri tidak memompa bersama-sama. Ketika kontraksi
jantung menjadi tidak sinkron, ventrikel kiri tidak mampu memompa

7
cukup darah ke tubuh. Dalam kasus seperti bi-ventrikel pacemaker juga
disebut jantung terapi sinkronisasi (CRT) diterapkan.

2.4 Cara Kerja Pacemaker


Alat pacu jantung memantau denyut jantung dan apabila terlalu lambat,
alat pacu jantung akan mempercepat pengiriman sinyal listrik ke jantung.
Sebagai tambahan, sebagian besar alat pacu jantung memiliki sensor yang dapat
mendeteksi gerakan tubuh atau laju napas, yang memberikan sinyal pada alat
pacu jantung untuk meningkatkan denyut jantung selama berolahraga untuk
memenuhi kebutuhan tubuh akan darah dan oksigen.
Selain alat pacu jantung tradisional, alat pacu jantung biventrikular
merupakan terapi pilihan bagi penderita gagal jantung dengan kerusakan sistem
listrik jantung. Berbeda dengan alat pacu jantung biasa, alat pacu jantung
biventrikular memacu kedua ruang bawah jantung (ventrikel kiri dan kanan)
untuk membuat jantung berdetak lebih efisien. Alat pacu jantung biventrikular
memacu kedua ventrikel sehingga semua atau sebagian besar otot ventrikel
memompa secara bersamaan. Hal ini membantu jantung untuk memompa secara
efektif. Karena terapi ini mengatur ulang mekanisme pompa, seringkali disebut
juga sebagai terapi resinkronisasi jantung atau cardiac resynchronization therapy
(CRT).

2.5 Mode Pacemaker


Mode dan fungsi pacemaker dinamai menggunakan kode lima huruf.
Huruf pertama menunjukkan ruang jantung yang dipacu :
O : tidak ada
A : atrium
V : ventrikel
D : dual
S : single

Huruf kedua adalah ruang jantung tempat terjadinya proses pendeteksian :


O : tidak ada
A : atrium
V : ventrikel

8
D : dual
S : single

Huruf ketiga adalah respons terhadap peristiwa yang terdeteksi :


O : tidak ada
I : inhibisi
T : trigerred
D : inhibisi + trigerred

Huruf keempat menunjukkan dapat diprogram atau tidak dengan kata lain
responsive atau tidak terhadap frekunsi denyut jantung
R : responsive terhadap frekuensi
Huruf kelima menunjukkan keberadaan fungsi antitakikardi
O : tidak ada
P : pacing antitakikardia
S : syok
D : pace + syok

NBG : NASPE/BPEG Generic; NASPE : North American Society of Pacing and


Electrophysiology Group

9
2.6 Indikasi Pemasangan Pacemaker
Pedoman consensus yang diterbitkan oleh American Heart Association
(AHA)/American College of Cardiology/Heart Rhythm Society (ACC/HRS)
menggarisbawahi indikasi penggunaan alat pacu jantung dan menggolongkannya
berdasarkan level buktinya. Kondisi golongan I adalah kondisi yang memiliki
bukti atau kesamaan pendapat bahwa terapi pacu jantung akan berguna dan
efektif. Pada kondisi golongan II terdapat beragam bukti yang saling berlawanan
atau perbedaan pendapat mengenai efektivitas prosedur atau terapi tersebut, pada
golongan IIa bobot bukti atau opini mendukung mendukung terapi dan pada
kondisi golongan IIb efektivitas kurang didukung oleh bukti atau pendapat para
ahli. Pada kondisi golongan III bukti atau bobot opini menunjukkan bahwa terapi
tidak efektif atau tidak berguna dan dapat membahayakan.
1. Indikasi pemasangan alat pacu jantung pada Disfungsi Nodus SA (DNS)
Golongan I
a. Disfungsi Nodus SA dengan bradikardi simpomatis
b. Disfungsi Nodus SA simtomatis akibat terapi obat jangka panjang
c. Inkompetensi kronotropik simtomatis
d. Fibrilasi atrium dengan bradikardi dan pause >5 detik
Golongan IIa
a. Disfungsi Nodus SA dengan frekuensi denyut jantung <40x/menit
tanpa hubungan yang jelas dan konsisten
b. Disfungsi Nodus SA dengan frekuensi denyut jantung <40x/menit
pada terapi obat jangka panjang
c. Sinkop dengan penyebab yang tidak diketahui bila diserta dengan
kelainan Disfungsi Nodus SA atau bila disfungsi tersebut
dicetuskan pada saat pemeriksaan elektrofisiologis
Golongan IIb
a. Pasien-pasien simtomatis ringan dengan frekuensi denyut jantung
kronis pada saar terjag <40x/menit
Golongan III
a. Disfungsi nodus SA pada pasien asimtomatis, walaupun frekuensi
denyut jantung <40x/menit

10
b. Disfungsi nodus SA yang gejala-gejala bradikardinya tidak
berhubungan dengan frekuensi denyut jantung yang rendah
c. Disfungsi nodus SA dengan bradikardi simtomatis akibat terapi obat
non esensial
2. Indikasi pemasangan alat pacu jantung pada AV Blok
Golongan I
a. AV Blok derajat III atau derajat tnggi pada semua level anatomis
yang berhubungan dengan :
- Bradikardi simtomatis
- Terapi obat esensial yang menyebabkan bradikardi simtomatis
- Periode asistole >3 detik atau semua frekuensi escape
<40x/menit saat terjaga
- AV Blok pasca operasi yang diduga tidak akan sembuh
- Ablasi kateter pada AV junction
- Penyakit neuromuscular
b. AV Blok derajat II dengan beradikardia simtomatis
c. AV Blok derajat II tipe 2 dengan kompleks QRS yang lebar dengan
atau tanpa gejala
d. AV Blok derajat II atau III yang diinduksi aktivitas fisik disertai
iskemia
e. Fibrilasi atrium dengan bradikardia dan pause >5 detik
Golongan IIa
a. AV Blok derajat III asimtomatis
b. AV Blok derajat II tipe 2 asimtomatis dengan kompleks QRS sempit
c. AV Blok derajat II tipe 2 asimtomatis dengan blok di dalam atau di
bawah His pada pemeriksaan elektrofisiologis
d. AV Blok derajat I atau II dengan gejala-gejala yang mirip dengan
sindrom pacemaker
Golongan IIb
a. AV Blok derajat I yang nyata (interval PR >300 ms) pada pasien
dengan disfungsi ventrikel kiri
b. Penyakit neuromuscular dengan AV Blok derajat berapa pun tanpa
memperhatikan gejala-gejala yang timbul
Golongan III
a. AV Blok derajat I asimtomatis
b. AV Blok derajat II tipe 1 asimtomatis
c. AV Blok yang diperkirakan dapat sembuh atau tidak

11
3. Indikasi pemasangan alat pacu jantung AV Blok pada Acute Myocardial
Infarction (AMI)
Golongan I
a. AV Blok derajat II persisten pada system His-Purkinje yang disertai
dengan bundle branch block bilateral atau blok derajat III di dalam
atau di bawah His setelah terjadi AMI
b. AV Blok infranodus tahap lanjut (derajat II atau III) transien dan
bundle branch block yang berkaitan. Jika lokasi blok tidak jelas
perlu dilakukan pemeriksaan elektrofisiologis
c. AV Blok derajat II atau III persisten dan simtomatis
Golongan IIb
a. AV Blok derajat II atau III pada level nodus AV
Golongan III
a. AV Blok transien tanpa dfek konduksi intraventrikular
b. AV Blok transien yang disertai dengan blok fasikular anterior kiri
saja
c. Blok fasikular anterior kiri didapat tanpa AV Blok
d. AV Blok derajat I persisten yang disertai dengan bundle branch
block lama atau yang tidak dapat ditentukan usianya

4. Indikasi pemasangan alat pacu jantung pada Blok Bifaskular dan


Trifaskular Kronis
Golongan I
a. AV Blok derajat III intermiten
b. AV Blok derajat II tipe 2
c. Bundle branch block alternans
Golongan IIa
a. Sinkop yang tidak dapat dibuktikan terjadi akibat AV blok setelah
kemungkinan penyebab lainnya disingkirkan
b. Temuan pemanjangan interval HV yang nyata (>100 ms) secara
tidak sengaja pada pemeriksaan elektrofisiologis
c. Temuan blok infra-His diinduksi pacu jantung yang tidak fisiologis
secara tidak sengaja pada pemeriksaan elektrofisiologis
Golongan IIb
a. Penyakit neuromuscular yang disertai dengan blok fasikular derajat
berapapun tanpa memperhatikan gejala-gejala yang timbul karena

12
mungkin terjadi perkembangan penyakit konduksi AV yang tidak
dapat diprediksi
Golongan III
a. Blok fasikular tanpa blok AV atau gejalanya
b. Blok fasikular dengan blok AV derajat I tanpa gejala

2.7 Komplikasi Pemasangan Pacemaker


Komplikasi pacemaker berhubungan dengan :
1. Keberadaan dalam tubuh, dan
2. Fungsinya yang tidak sesuai.
Komplikasi berikut dapat timbul akibat adanya pacemaker:
1. Infeksi local (sepsis atau pembentukan hematoma) dapat terjadi di tempat
pemotongan vena atau pada penempatan pacemaker di bawah kulit.
2. Disritmia– aktivitas ektopik ventrikel dapat terjadi akibat iritasi dinding
ventrikel oleh elektroda.
3. Dapat terjadi perforasi miokardium atau ventrikel kanan oleh kateter.
4. Bengkak, memar, atau perdarahan pada lokasi generator, terutama apabila
sedang mengkonsumsi pengencer darah.
5. Kerusakan pada pembuluh darah atau saraf yang berada di dekat alat pacu
jantung.
6. Kolaps paru.
7. Tusukan pada otot jantung, yang dapat menjadi sumber perdarahan dalam
selaput jantung dan mungkin dapat membutuhkan penanganan segera.

Malfungsi pacemaker dapat terjadi akibat kegagalan satu atau beberapa


komponen system cetusan. Kebanyakan kegagalan pembangkit pulsa adalah
akibat habisnya baterai sumber tenaga (misal kegagalan baterai). Pasien harus
diberitahu bahwa baterai disegel dalam pembangkit pulsa. Bila saatnya tiba untuk
mengganti baterai, irisan baru akan dibuat pada irisan lama. Pembangkit lama
pulsa diangkat, dan unit baru dipasang serta disambungkan ke lead yang sama
kemudian dipasang di kantong yang sudah tersedia. Biasanya dilakukan di bawah
anastesia local. Komplikasi lain meliputi fraktur (pecah) atau dislokasi elektroda
atau kegagalan elektronika.

13
Malfungsi pacemaker dapat juga terjadi bila ada pajanan terhadap medan
peralatan teknologi seperti oven microwave, peralatan MRI dan detector logam
pada pos pemeriksaan keamanan seperti di bandara atau di gedung pemerintah.
Pasien harus diingatkan untuk menghindari situasi yang melibatkan pajanan
medan elektromagnetis. Pasien dianjurkan untuk memakai oengenal yang akan
mengingatkan personel tenaga kesehatan gawat darurat mengenai adanya
pacemaker.

Perubahan frekuensi dan irama jantung secara mendadak menunjukan


adanya komplikasi.Keparahan gejala yang timbul terhantung pada tingkat
ketergantungan pasien pada pacemaker.Diagnosis komplikasi ini ditegakkan
melalui analisa EKG.Manipulasi elektroda atau mengganti pembangkit
pacemaker mungkin diperlukan.(Bansal & chakraborty)

2.8 Contoh Kasus


Seorang pria warga negara India, 52 tahun datang ke klinik rawat jalan
untuk pengecekan alat pacu jantung. Alat pacu jantung menetap kamar ganda
(dual chambers) dipasang satu tahun yang lalu di India atas indikasi blok AV
total. Ini adalah kunjungan pertama kalinya di klinik aritmia di Indonesia. Tidak
ada keluhan sama sekali, pasien merasa jauh lebih baik setelah pemasangan alat
pacu jantung menetap. Pemeriksaan fisik tidak didapatkan kelainan kecuali
adanya obesitas. Rekaman EKG 12 sadapan di klinik diperlihatkan pada gambar
di bawah ini :

14
EKG 12 sadapan. Tampak irama pemacuan di ventrikel kanan dengan morfologi
LBBB dengan laju 60 kpm. Terlihat beberapa gelombang P yang bebas tanpa
diikuti oleh spike pemacuan ventrikel sebagaimana yang diharapkan pada suatu
alat pacu jantung kamar ganda (dual-chamber). Angka 1, 2, 3 dan 4
menunjukkan gelombang P yang terlihat jelas, sedangkan tanda ketupat padat
menunjukkan gelombang P yang terkubur dalam gelombang T sehingga
mengubah morfologi gelombang T.
Pada gambar diatas cukup mudah untuk melihat adanya disosiasi A-V
yaitu adanya gelombang P yang regular dengan laju 80 kpm, sementara laju
pemacuan ventrikel juga teratur dengan laju 60 kpm. Ini mudah dibuktikan
dengan memperhatikan gelombang P (1, 2, 3 dan 4) yang memiliki interval PR
yang berbeda-beda. Tidak terlihat hubungan antara gelombang P dan pemacuan
ventrikel yang sebetulnya diharapkan terjadi pada pemacuan kamar ganda.
Bukan saja tidak terlihat A-V sinkroni tetapi spike pemacuan ventrikel yang
seharusnya mengikuti gelombang P, pada jarak AV delay yang terprogram, juga
tidak terlihat (perhatikan gelombang P no 2 dan 4). Pada pasien dengan blok AV

15
total, spike ventrikel diharapkan terjadi pada jarak 120-150 mdet setelah
gelombang P. Mengapa hal ini terjadi? Bagaimana mekanismenya?
Boleh jadi kita berfikir bahwa alat pacu jantung menetap gagal melihat
gelombang P intrinsik yang dikenal dengan istilah undersensing. Undersensing
terjadi bila pengaturan sensitivitas gelombang P terlalu rendah sehingga
gelombang P intrinsik tidak berhasil dilihat (sensed) oleh alat pacu jantung
melalui lead atrium. Akan tetapi bila terjadi undersensing seharusnya terlihat
spike pemacuan di atrium yang dikuti oleh gelombang P pada laju pemacuan
yang telah diprogram dan hal ini tidak terjadi. Maka timbul kecurigaan terjadi
loss of output pemacuan atrium, yaitu gagalnya energi listrik yang dikeluarkan
oleh alat pacu jantung menetap tiba di atrium melalui lead atrium. Loss of output
biasanya terjadi akibat kerusakan lead. Kegagalan fungsi pacu dan fungsi
sensing lead atrium menyebabkan lead ventrikel tetap berfungsi memberikan
pemacuan pada laju pemacuan yang terprogram.
Masih adakah kemungkinan lain? Ya, kemungkinan lain adalah dislodge
atau berpindah tempatnya lead atrium ke ventrikel. Hal ini akan menimbulkan
pemacuan ventrikel oleh lead atrium dan inhibisi pemacuan oleh lead ventrikel
karena lead ventrikel melihat (sensed) aktivitas listrik di ventrikel yang
disebabkan oleh lead atrium. Sejauh ini hanya dengan melihat EKG telah sangat
membantu menentukan adanya malfungsi alat pacu jantung menetap dengan
beberapa kemungkinan mekanismenya. Dengan demikian seorang kardiologis
sudah dapat mendiagnosis dan menentukan rujukan sesuai dengan beratnya
masalah.
Untuk memastikan masalah sesungguhnya pada alat pacu jantung
menetap pasien ini maka diperlukan interogate alat pacu jantung memakai alat
programmer. Interogasi alat pacu jantung menetap memakai alat programmer
menampilkan gambaran EKG dan elektrogram seperti terlihat pada gambar di
bawah ini

16
Elektrogram atrium yang menunjukkan pemacuan di atrium (ditandai
dengan AP pada sadapan II) selalu bersamaan dengan awitan kompleks QRS,
elektrogram ventrikel hanya menunjukkan aktivitas sensing (ditandai dengan VS
pada sadapan II). Jarak AP ke VS kurang lebih 120 mdet. Sementara itu setiap
terjadi gelombang P sama sekali tidak dilihat (sensed) oleh elektrogram atrium
dan bukan juga hasil dari pemacuan atrium. Gambar diatas telah memberikan
jawaban terhadap dugaan mekanisme gambaran EKG yang diperlihatkan oleh
gambar sebelumnya, yaitu bukan loss of output atrium yang terjadi melainkan
lead atrium mengalami dislodge ke ventrikel sehingga memberikan pemacuan di
ventrikel, dengan demikian lead ventrikel yang diatur pada jarak AV delay 120
mdet hanya melakukan sensed depolarisasi ventrikel yang dihasilkan oleh
pemacuan lead atrium.
Sebetulnya, selain terjadi dislodge lead atrium ke ventrikel keadaan di
atas dapat juga terjadi karena lead atrium dan ventrikel tertukar yaitu lead atrium
dihubungkan dengan header ventrikel dan sebaliknya. Untuk membuktikannya
diperlukan foto toraks untuk melihat lokasi lead atrium. Foto thoraks (tidak
dilampirkan) memerlihatkan letak lead atrium yang mengalami dislodge ke basal
ventrikel kanan. Dengan demikian terjawab sudah permasalahan pasien ini yaitu
terjadi dislodgelead atrium ke ventrikel kanan. Maka diperlukan reposisi lead
atrium kembali ke apendiks atrium kanan agar didapatkan manfaat AV sinkroni
dari alat pacu jantung kamar ganda.

17
Displacement/dislodge lead alat pacu jantung menetap didefinisikan
sebagai perubahan posisi lead baik disertai atau tidak disertai malfungsi
pemacuan. Dislodge hanya mempunyai kemaknaan klinis bila disertai malfungsi
pemacuan. Dislodge dapat terjadi dini yaitu kurang dari 6 minggu pasca
implantasi atau lambat. Displacement dini lebih sering terjadi pada lead atrium
yaitu mencapai 3.8%, sedangkan pada lead ventrikel hanya 1%.
Umumnya malfungsi alat pacu jantung menetap akibat dislodge lead
diketahui saat pemeriksaan EKG. Bila pasien sangat tergantung pada fungsi
pemacuan alat pacu jantung maka tentu akan menimbulkan gejala yang jelas
mulai dari keleyengan hingga sinkop berulang bahkan stroke. Pada pasien di atas
tidak ada gejala karena yang mengalami dislodge adalah lead atrium yang jatuh
ke ventrikel dan menimbulkan pemacuan di ventrikel. Walaupun pasien ini
sangat tergantung pada alat pacu, tetapi lead atrium yang dislodge ke ventrikel
tetap memberikan frekuensi pemacuan yang memadai.
Tatalaksana dislodge lead berbeda tergatung pada kejadianya dini atau
lambat. Dislodge dini umumnya mudah direposisi, sedangkan dislodge lambat
kadang kala memerlukan implantasi lead baru karena lead lama sudah
mengalami fibrosis yang sulit dilepaskan.

18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pacemaker adalah alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik
berulang ke otot jantung untuk mengontrol frekuensi jantung. Alat ini memulai
dan mempertahankan frekuensi jantung ketika pacemaker alamiah jantung tak
mampu lagi memenuhi fungsinya. Pacemaker biasanya digunakan bila pasien
mengalami gangguan hantaran atau loncatan gangguan hantaran yang
mengakibatkan kegagalan curah jantung. Alat pacu jantung memantau denyut
jantung dan apabila terlalu lambat, alat pacu jantung akan mempercepat
pengiriman sinyal listrik ke jantung
3.2 Saran

19
Sempga makalah ini dapat bermanfat sebagaimana mestinya meskipun
masih terdapat anyak kekurangan didalamya baik dalam segi tata bahasa maupun
isi dari makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Yoga Yunaidi. 2013. Jurnal kardiologi Indonesia. Single chamber pacing but dual
chambamber pacemaker, Jakarta: Jurnal Kardiologi indonesia | | 420.

Fuertes B, Toquero J, ArroyoEspliguero R, Lozano IF. Pacemaker lead displacement:


mechanisms and management. Indian Pacing Electrophysiol J 2003;3(4):2318.

Chauhan A, Grace AA, Newell SA, Stone DL, Shapiro LM, Schofield PM, et al.
Early complications after dual chamber versus single chamber pacemaker
implantation. Pacing Clin Electrophysiol 1994;17(11 Pt 2):20125.

Bansal, S., & chakraborty, p. (n.d). 2014. jantung alat pacu jantung: indikasi,pilihan
dan follow up.

Nanda internasional. (2015). Diagnosis keperawatan : Defenisi & Klasifikasi 2015-


2017 edisi 10. Jakarta : EGC

20
Loscalzo, Joseph. 2015. Harrison:Kardiologi dan Pembuluh Darah. Edisi 2. Jakarta :
EGC

21

Anda mungkin juga menyukai