Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Menurut data dari World Health Organization (WHO) masalah gangguan
kesehatan jiwa diseluruh dunia memang sudah menjadi masalah yang sangat
serius. WHO menyatakan tahun 2001 paling tidak ada satu dari empat orang
didunia mengalami masalah mental. WHO memperkirakan ada sekitar 450
juta orang didunia yang mengalami gangguan kesehatan jiwa (Yosep, 2009)
Menurut data Departemen Kesehatan (2009) jumlah penderita gangguan
jiwa saat ini, mencapai lebih dari 28 juta orang, dengan kategori gangguan
jiwa ringan 11,6% dan 0,46% menderita gangguan jiwa berat. Hasil penelitian
WHO di Jawa Tengah menyebutkan dari 1000 warga Jawa Tengah terdapat 3
orang yang mengalami gangguan jiwa sementara 19 orang dari 1000 warga
Jawa Tengah mengalami stress. Pada penderita gangguan jiwa hanya 30% -
40% pasien gangguan jiwa bisa sembuh total, 30% harus berobat jalan dan
30% lainnya harus menjalani perawatan. Disbanding ratio dunia yang hanya
satu permil, masyarakat Indonesia yang telah mengalami gangguan kejiwaan
ringan sampai berat telah mencapai 18,5% (Depkes RI, 2009)
Salah satu gangguan jiwa yang berat adalah skizofrenia. Skizofrenia
adalah diagnosis psikiatri yang menggambarkan gangguan mental yang
ditandai oleh kelainan dalam persepsi atau ungkapan realitas. Salah satu gejala
umum dari skizofrenia yang banyak dijumpai adalah halusinasi. Halusinasi
adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan
persepsi sensori, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan, atau penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang
sebenranya tidak ada (Keliat dan Akemat, 2002).
Asuhan keperawatan jiwa merupakan asuhan keperawatan spesialistik,
namun tetap dilakukan secara holistic pada saat melakukan asuhan kepada
klien. Tindakan keperawatan yang tepat untuk mengatasi halusinasi mulai

1
dengan melakukan hubungan saling percaya dengan pasien. Selanjutnya
membantu pasien mengenal halusinasi dan membantu mengontrol halusinasi.
Pelaksanaan dan pengontrolan halusinasi dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu
secara kelompok dan secara individu. Secara kelompok dikenal dengan Terapi
Aktivitas Kelompok (TAK) dan secara individu secara face to face (Bahrudin,
2010).
Pengontrolan halusinasi dapat dilakukan dengan empat cara yaitu
menghardik halusinasi, bercakap-cakap dengan orang lain, melakukan
aktivitas terjadwal dan mengkonsumsi obat dengan teratur. Pada jurnal
penelitian ini menggunakan menghardik sebagai salah satu acuan penelitian
ini. Menghardik merupakan salah satu upaya untuk mengendalikan halusinasi
dengan menolak halusinasi yang muncul.
Pada jurnal, menghardik merupakan salah satu upaya untuk
mengendalikan halusinasi dengan cara menghardik tanpa menutup telinga dan
menghardik dengan menutup telinga untuk menolak halusinasi yang muncul,
dan fenomena pada pasien kelompok atas nama Tn. S yang mengalami
halusianasi pendengaran diterapkan pula cara mengatasi haluisnasi
pendengaran dengan cara menghardik tanpa menutup telinga dan menghardik
dengan menutup telinga

B. TUJUAN
1. Menggambarkan tingkat halusinasi dengar sebelum dan sesudah terapi
menghardik dengan menutup telinga
2. Menggambarkan tingkat halusinasi dengar sebelum dan sesudah terapi
menghardik dengan tanpa menutup telinga
3. Menganalisis perbedaan halusinasi dengar sebelum dan sesudah terapi
menghardik dengan menutup telinga
4. Menganalisis perbedaan halusinasi dengar sebelum dan sesudah terapi
menghardik dengan tanpa menutup telinga

2
C. MANFAAT
1. Bagi perawat agar dapat menggunakan terapi menghardik dengan menutup
telinga atau tanpa menutup telinga pada pasien dengan halusinasi
pendengaran
2. Bagi pasien agar dapat menerapkan yang sudah diajarkan oleh perawat
agar dapat mengurangi frekuensi halusinasi
D. RUMUSAN MASALAH

Adakah efektifitas terapi individu menghardik dalam meningkatkan


kemampuan mengontrol halusinasi di RSJD Dr. Arif Zainudin Surakarta

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Skizofrenia
a. Pengertian Skizofrenia
Skizofrenia adalah gangguan jiwa dengan gejala utama berupa
waham (kenyakinan salah dan tidak dapat dikoreksi) dan halusinasi
(seperti mendengar dan melihat sesuatu yang sebenernya tidakada).
Skizofrenia adalah penyakit yang mempengaruhi wicara serta
prilaku.
b. Penyebab
1) Faktor genetik
Apabila salah satu orang tua menderita skizofrenia maka
kemungkinan anaknya menderita skizofrenia adalah 10%.
Sedangkan bila kedua orang tua menderita skizofrenia
kemungkinannya naik menjadi 40 %. Bahkan bila tidak ada
kerabat yang menderita skizofrenia seorang secara genetis
masih mungkin menderita skizofrenia karena potensi dalam
populasi untuk menderita skizofrenia adalah 1%
2) Faktor neurokimiawi
Teori yang paling terkenal adalah hipotesis dopamin. Dopamin
adalah salah satu neurotransmiter (zat yang menyampaikan
pesan dari satu sel syaraf ke sel syaraf yang lain) yang berperan
dalam mengaatur respon emosi. Pada penderita skizofrenia,
dopamin ini dilepaskan secara berlebihan didalam otak
sehingga timbullah gejala seperti waham dan halusinasi.
c. Gejala
Salah satu pendekatan untuk menyederhanakan gejala skizofrenia
adalah para peneliti membaginya menjadi gejala positif dan grjala
negatif.

4
1) Gejala positif
Gejala positif dapat didefinisikan sebagai fungsi yang berlebih
atau terdistorsi dari fungsi normal.
Gejala positif meliputi waham, halusinasi, kekecauan wicara
dan kekecauan prilaku seperti mendengar sesuatu yang tidak
didengar oleh orang lain dan memakai pakaian yang tidak
cocok dengan suasana.
2) Gejala negatif
Dapat didefinisikan sebagai fungsi yang kurang atau hilang bila
dibandingkan dengan fungsi normal. Gejala negatif terdiri dari:
 Perasaan yang datar (ekspresi emosi yang terbatas)
 Alogia (keterbatasan pembicaraan dan pikiran dalam
hal kelancaran dan produktifitas)
 Avolition (keterbatasan prilaku dalam menentukan
tujuan)
 Anhedonia (berkurangnya minat dan menarik diri dari
seluruh aktifitas yang menyenangkan yang semula biasa
dilakukan oleh penderita)
 Gangguan perhatian (berkurangnya konsentrasi
terhadap sesuatu hal)
 Stereotipik (kesulitan dalam berpikir secara abstrak dan
memiliki pikiran yang khas)
 Kurangnya spontanitas
 Perawatan diri dan fungsi sosialyang menurun
d. Klasifikasi Skizofrenia Skizofrenia dibagi dalam tiga kategori,
yaitu:
1) Skizofrenia Hebefrenik.
Artinya mental atau jiwanya menjadi tumpul. Kesadarannya
masih jernih, akan tetapi kesadaran akunya sangat terganggu.

5
Ciri-cirinya:
a. Orang yang mengalami derealisasi dan depersonalisasi
berat.
b. Dihinggapi macam-macam ilusi dan delusi, sebab
fikirannya kacau,melantur.
c. Banyak tersenyum-senyum dengan muka yang selalu perat
perot tanpa ada perangsang sedikit pun.
2) Skizofrenia katatonik.

Ciri-cirinya sebagai berikut:

a. Urat-uratnya menjadi kaku dan mengalami chorea


flexibility yaitu badan jadi kaku seperti malam atau was.
b. Ada pola tingkah laku yang stereothypes, aneh-aneh atau
gerak-gerak otomatis dan tingkatah laku yang aneh-aneh
yang tidak terkendalikan oleh kemauan.
c. Ada gejala-gejala stupor.
d. Kadang-kadang disertai catatonic excitement.
e. Mengalami regresi total.
3) Skizofrenia paranoid.

Ciri-ciri nya sebagai berikut :

a. Penderita diliputi macam-macam delusi dan halusinasi


yang terus berganti-ganti coraknya dan tidak teratur serta
kacau balau.
b. Pasien tampak lebih waras dan tidak sangat ganjil dan
aneh jika dibandingkan dengan penderita skizofrenia jenis
lainnya.
c. Akan tetapi pada umumnya dia bersikap sangat
bermusuhan terhadap siapapun juga.
d. Merasa dirinya penting, besar grandieus.

6
e. Sering sangat fanatik religious secara berlebihan
f. Kadang-kadang bersifat hipokondris.
4) Skizofrenia sederhana (simple Schizophrenia)
Dengan ciri bersikap apatis, tidak peduli terhadap lingkungan,
menarik diri dari pergaulan sosial, dan sama sekali tidak
perduli terhadap dunia sekitar
5) Skizofrenia residual
Memperlihatkan gejala sisa
2. Halusinasi Pendengaran
a. Pengertian

Halusinasi merupakan salah satu respon neurobiologik (orientasi


realitas) yang maladaptif. Halusinasi adalah persepsi klien terhadap
lingkungan tanpa stimulus yang nyata, artinya klien
menginterpretasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus/rangsangan
dari luar/ eksternal (Maramis,2005).

Halusinasi merupakan penyerapan tanpa adanya rangsangan


apapun pada panca indra seseorang yang terjadi dalam keadaan
sadar atau bangun (Maramis, 2005).

Halusinasi merupakan keadaan dimana individu/kelompok


beresiko mengalami suatu perubahan dalam jumlah dan pola
stimulasi yang dating. (Carpenito, 2006).

Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien


mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.

b. Penyebab

Halusinasi dapat terjadi pada klien dengan gangguan jiwa seperti


skizoprenia, depresi atau keadaan delirium, demensia dan kondisi
yang berhubungan dengan penggunaan alkohol dan substansi
lainnya. Halusinasi dapat juga terjadi dengan epilepsi, kondisi
infeksi sistemik dengan gangguan metabolik. Halusinasi juga dapat

7
dialami sebagai efek samping dari berbagai pengobatan yang
meliputi anti depresi, anti kolinergik, anti inflamasi dan antibiotik,
sedangkan obat-obatan halusinogenik dapat membuat terjadinya
halusinasi sama seperti pemberian obat diatas. Halusinasi dapat
juga terjadi pada saat keadaan individu normal yaitu pada individu
yang mengalami isolasi, perubahan sensorik seperti kebutaan,
kurangnya pendengaran atau adanya permasalahan pada
pembicaraan. Penyebab halusinasi pendengaran secara spesifik
tidak diketahui namun banyak faktor yang mempengaruhinya
seperti faktor biologis, psikologis, sosial budaya,dan stressor
pencetusnya adalah stress lingkungan, biologis, pemicu masalah
sumber-sumber koping dan mekanisme koping.

c. Tanda dan Gejala

Pasien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering


didapatkan duduk terpaku dengan pandangan mata pada satu arah
tertentu, tersenyum atau berbicara sendiri, secara tiba-tiba marah
atau menyerang orang lain, gelisah, melakukan gerakan seperti
sedang menikmati sesuatu. Juga keterangan dari pasien sendiri
tentang halusinasi yang dialaminya (apa yang dilihat, didengar atau
dirasakan).

Tanda dan gejala pada beberapa aspek yang ditemui seperti:

1. Aspek fisik
- Makan dan minum kurang
- Tidur kurang atau terganggu
- Penampilan diri kurang
- Keberanian kurang
2. Aspek emosi
- Bicara tidak jelas, merengek, menangis seperti anak kecil
- Merasa malu, bersalah
- Mudah panik dan tiba-tiba marah

8
3. Aspek sosial
- Duduk menyendiri
- Selalu tunduk
- Tampak melamun
- Tidak peduli lingkungan
- Menghindar dari orang lain
- Tergantung dari orang lain
4. Aspek intelektual
- Putus asa
- Merasa sendiri, tidak ada sokongan
- Kurang percaya diri

d. Klasifikasi Halusinasi

Menurut Erlinafsiah (2010) pada klien dengan gangguan jiwa ada


beberapa jenis halusinasi dengan karakteristik tertentu, diantaranya:
1. Halusinasi Pendengaran: ditandai dengan mendengar suara,
terutama suarasuara orang, biasanya klien mendengar suara
orang yang sedang membicarakan apa yang sedang
dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
2. Halusinasi Penglihatan: ditandai dengan adanya stimulus
pengelihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambaran
geometric, gambar kartun atau panorama yang luas dan
kompleks. Pengelihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
3. Halusinasi Penghidung: ditandai dengan adanya bau busuk,
amis dan bau yang menjijikan seperti darah, urine atau feses.
Kadang-kadang terhirup bau harum. Biasanya berhubungan
dengan stroke, tumor, kejang dan demensia.

9
4. Halusinasi Peraba: ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak
enak tanpa stimulus yang terlihat. Contoh: merasakan sensasi
listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
5. Halusinasi Pengecap: ditandai dengan merasakan sesuatu yang
busuk, amis dan menjijikkan.
6. Halusinasi Sinestetik: ditandai dengan merasakan fungsi tubuh
seperti darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan
dicerna atau pembentukkan urine.
e. Akibat
Klien yang mengalami halusinasi sukar untuk mengontrol diri dan
sukar untuk berhubungan dengan orang lain. Apabila perilaku
halusinasinya berupa hal yang tidak menyenangkan maka akan
mengakibatkan individu tersebut melakukan atau mencederai orang
lain dan lingkungan.

Tanda dan gejala yang ditemui seperti:

- Muka merah
- Pandangan tajam
- Otot tegang
- Nada suara tinggi
- Berdebat
- Sering pula tampak klien memaksakan kehendak : merampas
makanan, memukul jika tidak senang.
3. Menghardik
a. Pengertian
- Menghardik adalah mengata-ngatai dengan kata yang keras ;
membentak –bentak. (KBBI,2013).
- Menghardik adalah melabrak, memaki, memarahi, membentak,
memekik, memengking, mencaci, mencerca, mendamprat,
mengata-ngatai, mengumpat, menyekak, menyemprot,
menyergah.

10
- Menghardik halusinasi adalah cara mengendalikan diri terhadap
halusinasi dengan cara menolak halusinasi yang muncul. Pasien
dilatih untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi yang muncul
atau tidak memedulikan halusinasinya. (KBBI, 2013).
b. Tindakan keperawatan menghardik halusinasi :
1. Membantu klien mengenali halusinasi
Perawat mencoba menanyakan pada klien tentang isi
halusinasi (apa yang didengar/dilihat), waktu terjadi halusinasi,
frekuensi terjadi halusinasi, situasi yang menyebabkan
halusinasi muncul dan perasaan pasien saat halusinasi muncul.
2. Melatih pasien mengontrol halusinasi
Untuk membantu klien agar mampu mengontrol halusinasi,
perawat dapat mendiskusikan empat cara mengontrol
halusinasi pada klien. Keempat cara tersebut meliputi:
a. Menghardik Halusinasi
Menghardik halusinasi adalah upaya mengendalikan diri
terhadap halusinasi. Pasien dilatih untuk mengatakan tidak
terhadap halusinasinya atau tidak memperdulikan
halusinasinya.
Tahapan tindakan meliputi:
1) Menjelaskan cara menghardik halusinasi
2) Memperagakan cara menghardik halusinasi
3) Meminta pasien memperagakan ulang
4) Memantau penerapan ini, menguatkan perilaku pasien
b. Melatih bercakap-cakap dengan orang lain
Untuk mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakap-
cakap dengan orang lain. Ketika pasien bercakap-cakap
dengan orang lain maka terjadi distraksi, fokus perhatian
pasien akan beralih dari halusinasi ke percakapan yang
dilakukan dengan orang lain.

11
c. Melatih klien beraktivitas secara terjadwal
Libatkan pasien dalam terapi modalitas, untuk mengurangi
resiko halusinasi muncul lagi adalah dengan menyibukkan
diri dengan membimbing klien membuat jadwal teratur.
Dengan beraktivitas secara terjadwal, klien tidak akan
mengalami banyak waktu luang yang seringkali mencetuskan
halusinasi. Klien beraktivitas secara teratur dari bangun pagi
sampai tidur malam, tujuh hari dalam seminggu.
Tahapan tindakan meliputi:
1. Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk
mengatasi halusinasi
2. Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh
pasien
3. Melatih pasien melakukan aktivitas
4. Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan
aktivitas yang sudah dilatih
5. Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan, memberi
penguatan pada pasien yang positif
d. Melatih pasien menggunakan obat secara teratur
Agar klien mampu mengontrol halusinasi maka perlu dilatih
menggunakan obat secara teratur sesuai dengan program.
Klien gangguan jiwa yang dirawat di rumah sering kali
mengalami putus obat sehingga klien mengalami
kekambuhan.
Tindakan keperawatan agar klien patuh menggunakan obat:
1. Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada gangguan
jiwa
2. Jelaskan akibat bila obat tidak digunakan sesuai program
3. Jelaskan akibat putus obat
4. Jelaskan cara berobat

12
5. Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5 benar
(benar obat, benar pasien, benar cara, benar waktu,
benar dosis)
e. Memantau efek samping obat
Perawat perlu memahami efek samping yang sering
ditimbulkan oleh obatobat psikotik seperti: mengantuk, tremor,
mata melihat ke atas, kaku-kaku otot, otot bahu tertarik
sebelah, hipersalivasi, pergerakan otot tak terkendali. Untuk
mengatasi ini biasanya dokter memberikan obat anti
parkinsonisme yaitu Trihexyphenidile 3 x 2 mg. Apabila
terjadi gejala-gejala yang dialami oleh klien tidak berkurang
maka perlu diteliti apakah obat betul-betuldiminum atau tidak.
Untuk itu keluarga juga perlu dijelaskan tentang pentingnya
melakukan observasi dan pengawasan minum obat klien.
f. Melibatkan keluarga dalam tindakan
Keluarga adalah support system terdekat dan 24 jam bersama-
sama dengan klien. Keluarga yang mendukung klien secara
konsisten akan membuat klien mandiri dan patuh mengikuti
program pengobatan.

13
BAB III

METODE PENELITIAN

A. KERANGKA KONSEP

Frekuensi Terapi Frekuensi


B.
halusinasi menghardik halusinasi
C.
sebelum dengan menutup sesudah
dilakukan telinga dan tanpa dilakukan
terapi menutup telinga terapi
D.
menghardik menghardik

B. HIPOTESA
Ho : Terapi menghardik tidak ada efekti dalam meningkatkan kemampuan
mengontrol halusinasi di RSJD dr. Arif Zainudin Surakarta
Ha : Terapi menghardik efektif dalam meningkatkan kemampuan mengontrol
halusinasi di RSJD dr. Arif Zainudin Surakarta

C. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN


1. Jenis
Jenis penelitian kuntitatif
2. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian quasi eksperimen dengan
mengunakan pendekatan one group pretest-posttest with control.
D. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN
1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien skizofrenia yang mengalami
halusinasi pendengaran
2. Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 responden

14
E. TEMPAT PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di RSJD Dr. Arif Zainudin Surakarta

F. VARIABEL PENELITIAN
Variable yang digunakan pada penelitian ini:
1. Variable bebas yaitu: Efektifitas menghardik
2. Variable terikat yaitu: Kemampuan mengontrol halusinasi

G. ALAT PENELITIAN DAN PENGUMPULAN DATA


Alat penelitian dan pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah lembar observasi.

H. ANALISA DATA
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis bivariat
dimana untuk mengetahui hubungan antara variable bebas dan variable terikat

15
BAB IV

HASIL PENELITIAN

Hasil analisis bivariat dengan uji wilcoxon menunjukkan bahwa dari 15


responden pada kelompok perlakuaan di dapatkan sebanyak 10 orang responden
mampu mengontrol halusinasi pendengaran setelah diberikan terapi menghardik
dengan menutup telinga dengan nilai p-value 0,014. Maka Ho diterima dan Ha
ditolak artinya terapi menghardik dengan menutup telinga efektif dalam
meningkatkan kemampuan mengontrol halusinasi di RSJD dr. Arif Zainudin
Surakarta. Hasil penelitian ini mempunyai implikasi yang bermanfaat bagi
pelayanan kesehatan khususnya dibidang kesehatan jiwa untuk pasien skizofrenia
yang mengalami halusinasi dengar.

Dari hasil analisis tersebut diatas menunjukkan bahwa setelah diberi terapi
menghardik dengan menutup telinga responden mengalami penurunan tingkat
halusinasi dengar, hal ini dikarenakan pada saat responden menutup telinga saat
melakukan terapi menghardik responden menjadi lebih focus dan berkonsentrasi
pada halusinasi. Sehingga memungkinkan zat kimia diotak seperti dopamine
neurotransmitter tidak berlebihan.

Pada kelompok kontrol hasil ditemukan bahwa responden 6 responden


mengalami perubahan halusinasi dengar setelah diberikan terapi menghardik
tanpa menutup telinga. Hasil uji di peroleh nilai p-value 0,083. Maka Ho ditolak
dan Ha diterima artinya terapi menghardik efektif dalam meningkatkan
kemampuan mengontrol halusinasi di RSJD dr. Arif Zainudin Surakarta.
Responden yang tidak mampu mengontrol halusinasi tanpa dilakukan menghardik
tanpa menutup telinga sebanyak 1 responden.

Kedua hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa kedua cara terapi


menghardik yaitu menghardik dengan menutup telinga lebih efektif dari pas
menghardik tanpa menutup telinga dimana 0,014 < 0,083. Hal ini dibuktikan pada
hasil bivariat bahwa responden mampu mengontrol tingkat halusinasi dengar

16
menutup telinga yaitu sebanyak 10 (33,3%) dan yang tidak mampu sebanyak 5
orang (16,7%). Kemudian hasil dari bivariat setelah dilakukan terapi menghardik
tanpa menutup telinga adalah dengan sebanyak 6 orang (20,0%) dan yang tidak
dapat melakukan sebannyak 9 0rang (30,0 %). Kedua teknik menghardik tersebut
boleh dilakukan perawat di rumah sakit karena dapat menurunkan frekuensi
halusinasi. Akan tetapi pengaruh terapi menghardik dengan menutup telinga lebih
efektif penurunan tingkat halusinasi dengar, sehingga dianjurkan untuk perawat
dirumah sakit agar menggunakan terapi menghardik dengan menutup telinga
karena hasilnya akan lebih baik.

17
BAB V

PEMBAHASAN

Pada bagian ini akan dibahas tentang kesenjangan antara jurnal Pengaruh
Menghardik Terhadap Penurunan Tingkat Halusinasi Dengar Pada Pasien
Skizofrenia Di RSJD DR. Aminogondohutomo Semarang dengan klien yang
mengalami gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran

A. PENGKAJIAN
1. Biodata Klien
Nama : Tn. S
Umur : 36 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Status : menikah
Agama : islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : RT 1 RW 2 kelurahan gumunggung
2. Keluhan Utama
Klien mengatakan mendengar suara yang berbisk menyuruh dia untuk
pergi jauh. Dalam sehari klien mendengar suara itu 2 kali pada sore dan
malam hari. Setelah mendengar suara itu klien mengikuti. Klien tampak
tenang, kooperatif
3. Riwayat Sebelumnya
Klien mendengar suara-suara itu sejak tahun 2004. Lamanya klien sakit
sampai sekarang 12 tahun. Di rawat di RSJ Surakarta 2-3 kali. Alasan
masuk rumah sakit klien sering mendengar suara dan mengamuk
4. Masalah Keperawatan
Gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran

18
5. Implementasi

Hari/tanggal Masalah Implementasi Respon


Keperawatan
Jumat/ 19 Gangguan 1. Membina hubungan S: klien
Agustus persepsi saling percaya mengatakan
2016 sensori (memperkenalkan “selamat siang”
halusinasi diri, menjelaskan nama saya S” klien
pendengaran maksud dan tujuan, mengatakan
kontrak waktu) mendengar suara
yang berbisk
menyuruh dia untuk
pergi jauh. Dalam
sehari klien
mendengar suara
itu 2 kali. Setelah
mendengar suara
itu klien mengikuti.
O: klien tampak
tersenyum
menerima
kehadiran perawat
dan setuju untuk di
wawancarai
S: klien
2. Mengajarkan cara
mengatakan akan
mengatasi
mengikuti saran
halusinasi dengan
perawat
cara menghardik
O: klien tampak
dengan menutup
mengikuti cara
telinga
yang diajarkan

19
3. Menganjurkan klien perawat
mengulangi S: klien
tindakan yang mengatakan bisa
sudah dilakukan O: klien mengikuti
perawat saran perawat
dengan melakukan
tindakan mengatasi
halusinasi dengan
cara menghardik
dengan menutup
4. Menganjurkan klien
telinga
untuk menggunakan
S: klien
terapi yang telah
mengatakan iya
diajarkan perawat
akan melakukan
saat mengalami
O: klien tampak
halusinasi
tersenyum
pendengaran
5. Melakukan kontrak
waktu untuk
S: klien
pertemuan
mengatakan hari
selanjutnya
senin jam 10 pagi
bisa bertemu lagi
O: klien tampak
senang
1. Menyapa klien,
mengevaluasi
Senin/ 22 S: klien
perasaan klien hari
Agustus mengatakan
ini
2016 “selamat pagi” dan
hari ini sangat
senang
O: klien tampak

20
tersenyum, dan
2. Melakukan kontrak ekspresi senang
waktu untuk S: klien
kegiatan hari ini mengatakan bisa
dalam waktu 15
menit
O: klien tampak
3. Melakukan evaluasi senang
tindakan S: klien
menghardik dengan mengatakan jumlah
cara menutup suara-suara yang
telinga didengar mulai
menurun sehari
sekali
O: klien tampak
4. Mengajarkan klien
senang
tindakan
S: klien
menghardik dengan
mengatakan akan
cara tanpa menutup
melakukan tindakan
telinga
yang diajarkan
perawat
O: klien tampak
menerima yang
5. Menganjurkan klien
diajarkan
mengulangi
S: klien
tindakan yang
mengatakan bisa
sudah dilakukan
O: klien mengikuti
perawat
saran perawat
dengan melakukan
tindakan mengatasi
halusinasi dengan

21
cara menghardik

6. Menganjurkan klien tanpa menutup

untuk menggunakan telinga


telah S: klien
terapi yang
perawat mengatakan iya
diajarkan
saat mengalami akan melakukan
O: klien tampak
halusinasi
tersenyum
pendengaran
7. Melakukan kontrak
waktu untuk
S: klien
pertemuan
mengatakan hari
selanjutnya
kamis jam 10 pagi
bisa bertemu lagi
O: klien tampak
senang
8. Berpamitan
S: klien
mengatakan
selamat siang
O: klien tampak
tersenyum dan
senang
Kamis/ 25 1. Menyapa klien dan

Agustus mengevaluasi S: klien


2016 perasaan klien hari mengatakan
ini “selamat pagi” dan
hari ini sangat
senang
O: klien tampak
tersenyum, dan
2. Melakukan kontrak ekspresi senang

22
waktu untuk S: klien
kegiatan hari ini mengatakan bisa
dalam waktu 15
menit
O: klien tampak
3. Melakukan evaluasi senang
tindakan S: klien
menghardik dengan mengatakan jumlah
cara tanpa menutup suara-suara yang
telinga didengar mulai
menurun sehari
sekali
O: klien tampak
4. Menganjurkan klien
senang
untuk menggunakan
S: klien
terapi yang telah
mengatakan iya
diajarkan perawat
akan melakukan
saat mengalami
O: klien tampak
halusinasi
tersenyum
pendengaran
5. Berpamitan

S: klien
mengatakan
selamat siang dan
merasa senang
karena ada yang
menemani
O: ekspresi wajah
tersenyum

23
B. KESENJANGAN ANTARA JURNAL DAN IMPLEMENTASI PADA
KLIEN Tn. S
Pada jurnal diperoleh hasil analisis bivariat dengan uji wilcoxon
menunjukkan bahwa semua responden (40) mengalami perubahan halusinasi
dengar setelah diberikan terapi menghardik dengan menutup telinga dengan
nilai p-value 0,000. Maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya ada perbedaan
bermakna halusinasi dengar sebelum dan sesudah diberikan terapi menghardik
dengan menutup telinga responden (32) mengalami perubahan halusinasi
dengar setelah diberikan terapi menghardik tanpa menutup telinga dan hasil
uji Wilcoxon menunjukkan bahwa semua responden (40) mengalami
perubahan halusinasi dengar setelah diberikan terapi menghardik tanpa
menutup telinga dengan nilai p-value 0,000. Maka Ho ditolak dan Ha diterima
artinya ada perbedaan bermakna halusinasi dengar sebelum dan sesudah
diberikan terapi menghardik tanpa menutup telinga. Kedua hasil penelitian
tersebut membuktikan bahwa kedua cara terapi menghardik yaitu menghardik
dengan menutup telinga dan menghardik tanpa menutup telinga sama-sama
memperoleh hasil yang diharapkan peneliti yaitu ada pengaruh terhadap
penurunan tingkat halusinasi dengar
Pada jurnal dilakukan tehnik menghardik dengan menutup telinga dan
tanpa menutup telinga pada 40 responden. Pada klien Tn. S juga diterapkan
hal yang sama seperti pada jurnal yaitu dilakukan terapi menghardik tanpa
menutup telinga sebanyak 1 kali sehari selama 2 hari dan terapi menghardik
dengan menutup telinga sebanyak 1 kali sehari selama 2 hari dan dilakukan
rencana tindak lanjut (RTL). Hasil bahwa frekuensi halusinasi dengar
menurun dari 2 kali sehari menjadi 1 kali sehari. Jadi terapi menghardik
dengan 2 cara tersebut efektif bisa dilakukan pada klien dengan halusinasi
pendengaran.

24
Antara jurnal dan implementasi pada Tn. S tidak ada perbedaan. Karena
tindakan menghardik dengan menggunakan cara menutup telinga dan tanpa
menutup telinga sama-sama dapat mengurangi frekuensi halusinasi
pendengaran pada klien dengan gangguan persepsi sensori halusinasi
pendengaran

25
BAB VI

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Salah satu gangguan jiwa yang berat adalah skizofrenia. Skizofrenia
adalah diagnosis psikiatri yang menggambarkan gangguan mental yang
ditandai oleh kelainan dalam persepsi atau ungkapan realitas. Salah satu gejala
umum dari skizofrenia yang banyak dijumpai adalah halusinasi. Halusinasi
adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan
persepsi sensori, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan, atau penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang
sebenranya tidak ada (Keliat dan Akemat, 2002).
Asuhan keperawatan jiwa merupakan asuhan keperawatan spesialistik,
namun tetap dilakukan secara holistic pada saat melakukan asuhan kepada
klien. Tindakan keperawatan yang tepat untuk mengatasi halusinasi mulai
dengan melakukan hubungan saling percaya dengan pasien. Selanjutnya
membantu pasien mengenal halusinasi dan membantu mengontrol halusinasi.
Pelaksanaan dan pengontrolan halusinasi dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu
secara kelompok dan secara individu. Secara kelompok dikenal dengan Terapi
Aktivitas Kelompok (TAK) dan secara individu secara face to face (Bahrudin,
2010).
Pengontrolan halusinasi dapat dilakukan dengan empat cara yaitu
menghardik halusinasi, bercakap-cakap dengan orang lain, melakukan
aktivitas terjadwal dan mengkonsumsi obat dengan teratur. Pada jurnal
penelitian ini menggunakan menghardik sebagai salah satu acuan penelitian
ini. Menghardik merupakan salah satu upaya untuk mengendalikan halusinasi
dengan menolak halusinasi yang muncul.
Pada jurnal tidak dilampirkan tool menghardik. Tool menghardik yang
akan dilampirkan kelompok diambil dari tool ners Stikes Kusuma Husada
Surakarta sebagai berikut:

26
Strategi Pelaksanaan Menghardik Pasien Halusinasi
1. Fase Orientasi
a. Memberikan salam terapeutik dan kenalan
1) Memberi salam
2) Mengingatkan nama perawat dan pasien
3) Memanggil nama panggilan yang disukai
4) Menyampaikan tujuan interaksi
b. Melakukan evaluasi dan validasi data
1) Menanyakan perasaan pasien hari ini
2) Memvalidasi/ evaluasi masalah pasien
c. Melakukan kontrak
1) Waktu
2) Tempat
3) Topic
2. Fase Kerja
a. Membantu pasien memilih dan melatih cara mengontrol halusinasi:
menghardik
b. Memberikan kesempatan untuk mempraktekkan cara menghardik
ada 2 cara yaitu: mentup telinga dan tanpa menutup telinga
c. Memberikan reinforcement positif
3. Fase Terminasi
a. Mengevaluasi respon pasien terhadap tindakan:
1) Data subyektif
2) Data obyektif
b. Melakukan rencana tindak lanjut
c. Melakukan kontrak untuk pertemuan berikutnya:
1) Waktu
2) Tempat
3) Topic

27
B. SARAN
1. Bagi Perawat
Agar dapat mengaplikasikan tindakan keperawatan jiwa yaitu menghardik
dengan cara menutup telinga dan tanpa menutup telinga pada klien
dengan gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran
2. Bagi Puskesmas
Agar dapat mengembangkan kegiatan yang mengarah pada kesehatan jiwa
lebih focus lagi pada masyarakat yang mengalami gangguan jiwa
3. Bagi Institusi Pendidikan
Agar dapat memberikan materi keperawatan jiwa yang bisa langsung
diaplikasikan pada klien dengan gangguan jiwa
4. Bagi Masyarakat
Agar tidak menganggap rendah orang-orang yang mengalami gangguan
jiwa

28
DAFTAR PUSTAKA

Bahrudin,M.( 2010). Pengaruh Stimulasi Terhadap Kemampuan Mengontrol


Halusinasi Pada Pasien Skizofrenia di RS Jiwa Dr. Radjiman Wedioningrat
Lawang.

Benhard Rudyanto Sinaga ( 2007). Skizofrenia & Diagnosis Banding Jakarta:


FKUI

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan ( 1990). Kamus Besar Bahasa


Indonesia/TMII. Jakarta:Balai Pustaka

DEPKES RI. (2009).Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan Keperawatan Jakarta:


Depkes

Hidayat, Aziz A.(2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta:
Salemba Medika

Isnaeni, Wijayanti, Upoyo.(2008).Efektifitas Terapi Aktifitas Kelompok Stimulasi


Persepsi Halusinasi Terhadap Penurunan Kecemasan Klien Halusinasi
Pendengaran di Ruang Sakura RSUD Banyumas.

Keliat,B.A. (2011).Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas Jakarta:ECG

Keliat,B.A.(2012). Model Praktek Keperawatan Profesional JIWA. Jakarta: ECG

Kusumawati, F.(2011).Buku Ajar Keperawatan Jiwa Jakarta: Salemba Medika

Machfoedz, F.(2005).Metodologi Bidang Kesehatan,Keperawatan, Kebidanan,


Kedokteran. Yogyakarta: Fitramaya

Pinson,Rizaldi.(2007). Peran Dopamin Pada Gangguan Spektrum


Autistik,http://kalbefarma.com/diperoleh tanggal 7 July 20013

Stuart.(2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5.Jakarta: Salemba Medika

29
Wasis.(2006). Pedoman Riset Praktis Untuk Profesi Keperawatan. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran

Riyanto,A.(2011).Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta. Nuha


Medika

WHO. (2003). LEKIKON Istilah Kesehatan Jiwa & Psikiatrik. Jakarta:ECG

Yosep,I.(2009). Keperawatan Jiwa Bandung: PT Refika Aditama

30

Anda mungkin juga menyukai