Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

PEMBIMBING : Ns Sahuri Teguh, M.Kep

DISUSUN OLEH :
1. Bram SN....
2. Ponsianus R
3. Laminten
4. Nur qolbiatun
5. Fila Diana Nirhayati
6. Dyan Kurniasari
7. Suparmi
8. Ninik A
9. Widaryati
10. Wiwien A

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
Konsep Dasar

A. Pengertian
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu
(zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan .
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena
metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon
terhadap stressor fisiologis dan lingkungan.
Keseimbangan cairan yaitu keseimbangan antara intake dan output.
Dimana pemakaian cairan pada orang dewasa antara 1.500ml - 3.500ml/hari,
biasanya pengaturan cairan tubuh dilakukan dengan mekanisme haus.
Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman,
dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari
air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan
cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah
satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.

B. Komposisi Cairan Utama


Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu :
Cairan Intraseluler (CIS)
Cairan intraseluler yaitu cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh
(Abdul H, 2008). Cairan ini menyusun sekitar 70% dari total cairan tubuh
(total body water[TBW]). CIS merupakan media tempat terjadinya
aktivitas kimia sel (Taylor, 1989). Pada orang dewasa, CIS menyusun
sekitar 40% berat tubuh atau ⅔ dari TBW, contoh: pria dewasa 70kg CIS
25liter. Sedangkan pada bayi 50% cairan tubuhnya adalah cairan
intraseluler.
a. Cairan Ekstraseluler (CES)
Cairan Exstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan menyusun
sekitar 30% dari total cairan tubuh. Pada orang dewasa CES menyusun
sekitar 20% berat tubuh (Price & Wilson, 1986). CES terdiri dari tiga
kelompok yaitu (Abdul H, 2008) :
a. Cairan intravaskuler (plasma) yaitu cairan di dalam sistem vaskuler.
b. Cairan intersitial yaitu cairan yang terletak diantara sel.
c. Cairan transeluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan
serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
Guna mempertahankan keseimbangan kimia dan elektrolit tubuh serta
mempertahankan pH yang normal, tubuh melakukan mekanisme pertukaran
dua arah antara CIS dan CES. Elektrolit yang berperan yaitu:anion dan kation.

C. Cara Perpindahan Cairan Tubuh.


a. Difusi.
Difusi merupakan bercampurnya molekul-molekul dalam cairan,
gas, atau zat padat secara bebas dan acak. Proses difusi dapat terjadi bila
dua zat bercampur dalam sel membran. Dalam tubuh, proses difusi air,
elektrolit, dan zat-zat lain terjadi melalui membran kapiler yang
permiabel. Kecepatan proses difusi bervariasi, bergantung pada faktor
ukuran molekul, konsentrasi cairan, dan temperatur cairan.
Zat dengan molekul yang besar akan bergerak lebih lambat
dibanding molekul yang lebih kecil. Molekul akan lebih mudah berpindah
dari larutan dengan konsentrasi tinggi ke larutan konsentrasi rendah.
Larutan dengan konsentrasi tinggi akan mempercepat pergerakan molekul,
sehingga proses difusi berjalan lebih cepat.
b. Osmosis.
Pada Proses osmosis dapat terjadi perpindahan dari larutan dengan
kepekatan rendah ke larutan kepekatannya lebih tinggi melalui membran
semipermiabel, sehingga larutan yang konsentrasinya rendah volumenya
akan berkurang, sedang larutan yang berkonsentrasi lebih tinggi akan
bertambah volumenya.
c. Transpor Aktif.
Proses perpindahan cairan tubuh dapat menggunakan mekanisme
transpor aktif. Transpor aktif merupakan gerak zat yang akan berdifusi
dan berosmosis. Proses ini penting untuk mempertahankan natrium dalam
cairan intrasel dan ekstrasel. Proses pengaturan cairan dapat dipengaruhi
oleh dua faktor, yaitu tekanan cairan dan membran.
a. Tekanan Cairan.
Proses difusi dan osmosis melibatkan adanya tekanan cairan.
Proses osmotik juga menggunakan tekanan osmotik, yang
merupakan kemampuan partikel pelarut untuk menarik larutan
melalui membran.
b. Membran Semipermiabel.
Membran semipermiabel merupakan penyaring agar cairan yang
bermolekul besar tidak tergabung. Membran semipermiabel
terdapat pada dinding kapiler pembuluh darah, yang terdapat di
seluruh tubuh sehingga molekul atau zat lain tidak berpindah ke
jaringan.
D. Jenis Cairan dan Elektrolit.
a. Hipotonik.
Hipotonik adalah larutan yang mempunyai konsentrasi zat terlarut
lebih rendah (tekanan osmotik lebih rendah) dari pada larutan yang
lain sehingga air bergerak ke dalam sel. Osmolaritasnya < 250
mOsm/L.
Contoh cairan hipotonik : dextrose 5%, Kaen 3a, Kaen 3b,
b. Isotonik.
Isotonik adalah larutan yang mempunyai konsentrasi zat terlarut
yang sama (tekanan osmotik yang sama) seperti larutan yang lain,
sehingga tidak ada pergerakan air. Osmolaritasnya 250-375
mOsm/L.
Contoh larutan isotonik : cairan infus Nacl 0,9%, cairan Ringer
Lactat.
c. Hipertonik.
Hipertonik adalah larutan yang mempunyai konsentrasi zat terlarut
yang lebih tinggi (tekanan osmotik yang tinggi) dari plasma darah.
Osmolaritasnya lebih dari 375 mOsm/L.
Contoh larutan hipertonik : Nacl 3%, Nacl 5%, Dextrose 10%,
Dextrose 20%, Dextrose 50%, Dextrose 70%.
d. Plasma expander
Cairan infus yang dapat meningkatkan jumlah cairan plasma yang
kurang volumenya. Contoh : Albumin 5%, Albumin 25%, Manitok
10%, Manitol 20%.
e. Regulasi Elektrolit
1. Kation, terdiri dari :
a. Sodium (Na+) :
2) Kation berlebih di ruang ekstraseluler.
3) Sodium penyeimbang cairan di ruang eesktraseluler.
4) Sodium adalah komunikasi antara nerves dan musculus.
5) Membantu proses keseimbangan asam-basa dengan menukar ion
hidrogen pada ion sodium di tubulus ginjal : ion hidrogen di
ekresikan
6) Sumber : snack, kue, rempah-rempah, daging panggang.
b. Potassium (K+) :
1) Kation berlebih di ruang intraseluler.
2) Menjaga keseimbangan kalium di ruang intrasel.
3) Mengatur kontrasi (polarissasi dan repolarisasi) dari muscle dan
nerves.
4) Sumber : Pisang, alpokad, jeruk, tomat, dan kismis.
c. Calcium (Ca++) :
1) Membentuk garam bersama dengan fosfat, carbonat, flouride di
dalam tulang dan gigi untuk membuatnya keras dan kuat.
2) Meningkatkan fungsi syaraf dan muscle.
3) Meningkatkan efektifitas proses pembekuan darah dengan proses
pengaktifan protrombin dan trombin.
4) Sumber : susu dengan kalsium tinggi, ikan dengan tulang, sayuran,
dll.
2. Anion, terdiri dari :
a. Chloride (Cl-) :
6
1) Kadar berlebih di ruang ekstrasel.
2) Membantu proses keseimbangan natrium.
3) Komponen utama dari sekresi kelenjar gaster.
4) Sumber : garam dapur.
b. Bicarbonat (HCO3-) :
1) Bagian dari bicarbonat buffer system.
2) Bereaksi dengan asam kuat untuk membentuk asam karbonat dan
suasana garam untuk menurunkan PH.
3) Regulasi bikarbonat dilakukan oleh ginjal.
c. Fosfat ( H2PO4- dan HPO42-) :
1) Bagian dari fosfat buffer system.
2) Berfungsi untuk menjadi energi pad metabolisme sel.
3) Bersama dengan ion kalsium meningkatkan kekuatan dan kekerasan
tulang.
4) Masuk dalam struktur genetik yaitu : DNA dan RNA.

E. Kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh bagi manusia.


Kategori prosentase cairan tubuh berdasarkan umur :
 Bayi baru lahir 75% dari total BB.
 Pria dewasa 57% dari total BB.
 Wanita dewasa 55% dari total BB.
 Dewasa tua (>60 tahun) 45% dari total BB
Kebutuhan air berdasarkan umur dan berat badan :
Umur Jumlah air dalam 24 Ml/kg BB
jam (ml)
3 hari 250-300 80-100
1 tahun 1150-1300 120-135
2 tahun 1350-1500 115-125
4 tahun 1600-1800 100-110
10 tahun 2000-2500 70-85
14 tahun 2200-2700 50-60
18 tahun 2200-2700 40-50
Dewasa 2400-2600 20-30

F. Pengaturan volume cairan tubuh


a. Asupan cairan.
Asupan (intake) cairan untuk kondisi normal pada orang dewasa
adalah kurang lebih 2500 cc/hari. Asupan cairan dapat langsung
berupa cairan atau ditambah dari makanan lain.
b. Pengeluaran cairan.
Pengeluaran (output) cairan sebagai bagian dalam mengimbangi
asupan cairan pada orang dewasa, dalam kondisi normal adalah
kurang lebih 2300 cc. Jumlah air yang paling banyak keluar berasal
dari ekskresi ginjal (berupa urine), sebanyak kurang lebih 1500
cc/hari. Bila volume urine yang dikeluarkan kurang dari
500cc/hari, perlu ada perhatian khusus.
Hasil-hasil pengeluaran cairan adalah :
 Urine kurang lebih 1500cc.
 Keringat
 IWL (dewasa 10cc/kgBB).
 Feses kurang lebih 100cc.

G. Keseimbangan asam basa


Keseimbangan asam basa adalah saat keadaan dimana konsentrasi ion
hidrogen yang diproduksi setara dengan konsentrasi ion hidrogen yang
dikeluarkan oleh sel. Konsentrasi ion hidrogen dipertahankan pada kadar
rendah ph 7,4. Keseimbangan asam basa dalam tubuh manusia diatur oleh
dua sistem organ yakni paru dan ginjal. Paru berperan dalam pelepasan
(ekskresi co2) dan ginjal berperan dalam pelepasan asam.
Beberapa prinsip yang perlu kita ketahui :
1. Asidosis Ph < 7,35 , sedangkan alkalosis Ph >7,45.
2. Co2 (karbondioksida) adalah gas dalam darah yang berperan sebagai
komponen asam. CO2 juga merupakan komponen respiratorik. Nilai
normalnya 35-45 mmhg.
3. HCO3 (bikarbonat) berperan sebagai komponen basa dan disebut juga
komponen metabolik. Nilai normalnya 22-26 mEq/L.
4. Asidosis berarti terjadinya peningkatan jumlah komponen asam atau
berkurangnya jumlah komponen basa.
5. Alkalosis terjadinya peningkatan jumlah komponen basa atau
berkurangnya jumlah komponen asam.

H. Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit


Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh
antara lain :
1. Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan
berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan.
Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan
cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan
keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.
2. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban
udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan
elektrolit melalui keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di
lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari.
3. Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intakecairan dan elektrolit. Ketika
intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak
sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal
keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga3hal
ini akan menyebabkan edema.
4. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan
glikogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air
sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
5. Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh Misalnya :
a. Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui
IWL.
b. Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses Pasien
dengan penurunan tingkat kesadaran.
c. Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan
pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk
memenuhinya secara mandiri.

I. Masalah Kebutuhan Cairan dan Elektrolit.


1. Hipovolemia (Kekurangan Volume cairan)
Kekurangan Volume cairan (FVD) terjadi jika air dan elektrolit hilang pada
proporsi yang sama ketika mereka berada pada cairan tubuh normal
sehingga rasio elektrolit serum terhadap air tetap sama (Brunner &
suddarth, 2002), pengertian hipovolemia yaitu sebagai berikut :
a. Hipovolemia adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan
ekstraseluler (CES).
b. Hipovolemia adalah penipisan volume cairan ekstraseluler (CES).
c. Hipovolemia adalah kekurangan cairan di dalam bagian-bagian
ekstraseluler (CES).
Etiologi
Hipovolemia ini terjadi dapat disebabkan karena :
a. Penurunan masukkan.
b. Kehilangan cairan yang abnormal melalui : kulit, gastro intestinal, ginjal
abnormal, dll.
c. Perdarahan.
7

Patofisiologi:
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan
elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi
seperti ini disebut juga hipovolemia. Umumnya, gangguan ini diawali
dengan kehilangan cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan perpindahan
cairan interseluler menuju intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan
cairan ekstraseluler. Untuk untuk mengkompensasi kondisi ini, tubuh
melakukan pemindahan cairan intraseluler. Secara umum, defisit volume
cairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kehilangan cairan abnormal
melalui kulit, penurunan asupancairan , perdarahan dan pergerakan cairan
ke lokasi ketiga (lokasi tempat cairan berpindah dan tidak mudah untuk
mengembalikanya ke lokasi semula dalam kondisi cairan ekstraseluler
istirahat). Cairan dapat berpindah dari lokasi intravaskuler menuju lokasi
potensial seperti pleura, peritonium, perikardium, atau rongga sendi. Selain
itu, kondisi tertentu, seperti terperangkapnya cairan dalam saluran
pencernaan, dapat terjadi akibat obstruksi saluran pencernaan.
Manifestasi klinis
Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien dengan
hipovolemia antara lain : pusing, kelemahan, keletihan, sinkope, anoreksia,
mual, muntah, haus, kekacauan mental, konstipasi, oliguria. Tergantung
jenis kehilangan cairan hipovolemia dapat disertai ketidak seimbangan
asam basa, osmolar/elektrolit. Penipisan (CES) berat dapat menimbulkan
syok hipovolemik. Mekanisme kompensasi tubuh pada kondisi hipolemia
adalah dapat berupa peningkatan rangsang sistem syaraf simpatis
(peningkatan frekwensi jantung, inotropik (kontraksi jantung) dan tahanan
vaskuler), rasa haus, pelepasan hormon antideuritik (ADH), dan pelepasan
aldosteron. Kondisi hipovolemia yang lama menimbulkn gagal ginjal akut.
Komplikasi
Akibat lanjut dari kekurangan volume cairan dapat mengakibatkan :
a. Dehidrasi (Ringan, sedang berat).
b. Renjatan hipovolemik.
c. Kejang pada dehidrasi hipertonik.
8

2. Hipervolemia (kelebihan Volume Cairan)


Hipervolemia (FVE) yaitu Keadaan dimana seorang individu mengalami
atau berisiko mengalami kelebihan cairan intraseluler atau interstisial.
(Carpenito, 2000). Kelebihan volume cairan mengacu pada perluasan
isotonok dari CES yang disebabkan oleh retensi air dan natrium yang
abnormal dalam proporsi yang kurang lebih sama dimana mereka secara
normal berada dalam CES. Hal ini selalu terjadi sesudah ada peningkatan
kandungan natrium tubuh total, yang pada akhirnya menyebabkan
peningkatan air tubuh total. (Brunner & Suddarth. 2002).
Etiologi
Hipervolemia ini dapat terjadi jika terdapat :
a. Stimulus kronis pada ginjal untuk menahan natrium dan air.
b. Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air.
c. Kelebihan pemberian cairan intra vena (IV).
d. Perpindahan interstisial ke plasma.
Patofisiologi
Terjadi apabila tubuh menyimpan cairan elektrolit dalam kompartemen
ekstraseluler dalam proporsi seimbang. Karena adanya retensi cairan
isotonik, konsentrasi natrium dalam serum masih normal. Kelebihan cairan
tubuh hampir selalu disebabkan oleh peningkatan jumlah natrium dalam
serum. Kelebihan cairan terjadi akibat overload cairan/adanya gangguan
mekanisme homeostatis pada proses regulasi keseimbangan cairan.
Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien dengan
hipervolemia antara lain : sesak nafas, ortopnea. Mekanisme kompensasi
tubuh pada kondisi hiperlemia adalah berupa pelepasan Peptida Natriuretik
Atrium (PNA), menimbulkan peningkatan filtrasi dan ekskresi natrium dan
air oleh ginjal dan penurunan pelepasan aldosteron dan ADH.
Abnormalitas pada homeostatisiselektrolit, keseimbangan asam-basa dan
osmolalitas sering menyertai hipervolemia. Hipervolemia dapat
menimbulkan gagal jantung dan edema pulmuner, khususnya pada pasien
dengan disfungsi kardiovaskuler.
9

Komplikasi
Akibat lanjut dari kelebihan volume cairan adalah :
a. Gagal ginjal, akut atau kronik, berhubungan dengan peningkatan
preload, penurunan kontraktilitas, dan penurunan curah jantung.
b. Infark miokard.
c. Gagal jantung kongestif.
d. Gagal jantung kiri.
e. Penyakit katup.
f. Takikardi/aritmia berhubungan dengan hipertensi porta, tekanan
osmotik koloid plasma rendah, etensi natrium.
g. Penyakit hepar : Sirosis, Asites, Kanker, berhubungan dengan
kerusakan arus balik vena.
h. Varikose vena.
i. Penyakit vaskuler perifer.
j. Flebitis kronis
Sedangkan gangguan lainya meliputi :
Gangguan Ketidak Seimbangan Elektrolit yaitu :
1. Hyponatremia dan hypernatremia
Hyponatremia yaitu kekurangan sodium pd cairan extrasel maksudnya
terjadi perubahan tekanan osmotic sehingga cairan bergerak dari extrasel
ke intrasel mengakibatkan sel membengkak. Sedangkan hypernatremia
yaitu kelebihan sodium pada cairan extrasel sehingga tekanan osmotic
extrasel meningkat mengakibatkan cairan intrasel keluar maka sel
mengalami dehidrasi.
2. Hipokalemia dan hiperkalemia
Hipokalemia adalah kekurangan kadar potasium dalam cairan extrasel
sehingga potasium keluar dari sel mengakibatkan hidrogen dan sodium
ditahan oleh sel maka terjadi gangguan (perubahan) pH plasma. Sedangkan
hyperkalemia yaitu kelebihan kadar potasium pada cairan ektrasel, hal ini
jarang terjadi, kalaupun ada hal ini sangat membahayakan kehidupan sebab
akan menghambat transmisi impuls jantung dan menyebabkan serangan
jantung.
10

3. Hipokalsemia dan hiperkalsemia


Hipokalsemia yaitu kekurangan kadar calcium di cairan ekstrasel, bila
berlangsung lama, kondisi ini dapat manyebabkan osteomalasia sebab
tubuh akan berusaha memenuhi kebutuhan calcium dengan mengambilnya
dari tulang. Hiperkalsemia yaitu kelebihan kadar calcium pada cairan
extrasel, kondisi ini menyebabkan penurunan eksitabilitas otot dan saraf
yang pada akhirnya menimbulkan flaksiditas.
4. Hipokloremia dan hiperkloremia
Hipokloremia yaitu penurunan kadar ion klorida dalam serum, kondisi ini
disebabkan oleh kehilangan sekresi gastrointestinal yang berlebihan.
Hiperkloremia yaitu peningkatan kadar ion klorida dalam serum, kondisi
ini kerap dikaitkan dengan hipernatremia, khususnya saat terdapat
dehidrasi dan masalah ginjal.
5. Hipofosfatemia dan hiperfosfatemia
Hipofosfatemia yaitu penurunan kadar fosfat di dalam serum, kondisi ini
dapat muncul akibat penurunan absorbsi fosfat di usus, peningkatan
ekskresi fosfat dan peningkatan ambilan fosfat untuk tulang.
Hiperfosfatemia yaitu peningkatan kadar ion fosfat dalam serum, kondisi
ini dapat muncul pada kasus gagal ginjal atau saat kadar hormon paratiroid
menurun.
Gangguan Ketidak Seimbangan Asam Basa yaitu :
1. Asidosis Respiratorik
Yaitu gangguan keseimbangan asam basa yang disebabkan oleh retensi
CO2 akibat kondisi hiperkapnia. Karena jumlah CO 2 yang keluar melalui
paru berkurang, terjadi peningkatan H2CO2 yang kemudian menyebabkan
peningkatan [H+]. Tanda dan gejala klinisnya meliputi :
a. Napas dangkal, gangguan pernapasan yang menyebabkan hipoventilasi
b. Adanya tanda-tanda depresi susunan saraf pusat, gangguan kesadaran,
dan disorientasi.
c. pH plasma <7,35; pH urine <6
d. PCO2 tinggi (>45 mm Hg)
11

2. Asidosis Metabolik
Yaitu gangguan yang mencakup semua jenis asidosis yg bukan disebabkan
oleh kelebihan CO2 dalam cairan tubuh. Tanda dan gejala klinisnya :
a. Pernapasan kussmaul (pernapasan cepat dan dalam)
b. Kelelahan (malaise)
c. Disorientasi
d. Koma
e. pH plasma <3,5
f. PCO2 normal atau rendah jika sudah terjadi kompensasi
g. Kadar bikarbonat rendah (anak-anak <20mEq/l, dewasa <21 mEq/l)
3. Alkalosis Respiratorik
Yaitu dampak utama pengeluaran CO2 berlebih akibat hiperventilasi. Tanda
dan gejala klinisnya :
a. Penglihatan kabur
b. Baal dan kesemutan pada ujung jari tangan dan kaki
c. Kemampuan konsentrasi terganggu
d. Tetani, kejang, aritmia jantung (pada kasus yang gawat)
e. pH >7,45
4. Alkalosis Metabolik
Yaitu penurunan H+ plasma yang disebabkan oleh defesiensi relatif asam-
asam nonkarbonat. Tanda dan gejala klinisnya :
a. Apatis
b. Lemah
c. Gangguan mental
d. Kram
e. pusing
J. Proses Keperawatan pada pasien dengan masalah cairan dan
elektrolit.
1) Pengkajian
a. Batasan karakteristik
(1) Asupan cairan (jumlah dan jenis).
(2) Kulit (kering dan turgor)
(3) Penurunan jumlah urine
(4) Penurunan turgor kulit
(5) Membran mucosa kering
(6) Nadi meningkat
(7) Volume tekanan nadi menurun
(8) Peningkatan suhu tubuh
(9) Penurunan pengisian kapiler kapiler
(10) Penurunan urin output 1,0-1,5 cc/kgBB/ 24 jam
(11) Perubahan status mental
(12) Peningkatan status hematokrit.
b. Kaji faktor yang berhubungan
(1) Kehilangan GI Abnormal : muntah, diare, drainase
intestinal.
(2) Kehilangan kulit abnormal : luka bakar
(3) Kehilangan ginjal abnormal : terapi diuretik
(4) Hemoragic
(5) Perubahan : kekurangan cairan
2) Diagnosa Keperawatan : Kekurangan volume cairan
berhubungan dengan Kehilangan volume cairan.
3) Tujuan Keperawatan :
NOC : Keseimbangan cairan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan pasien :
 Urine output (1-1,5 cc/kgBB/jam).
 Suhu Normal : 36,5-37
 Nadi 60-100
 Turgor elastis
 Membran mukosa lembab
 Balance cairan seimbang
4) Intervensi :
Manajemen cairan
 Monitor intake dan output
 Observasi adanya perdarahan
 Monitor status hidrasi ( jumlah urin, nadi, suhu)
 Laksanakan terapi sesuai program
 Ajarkan pada pasien dan keluarga pentingnya kebutuhan
cairan
 Kolaborasi pemberian cairan intravena , dan
pemasangan NGT, serta pemeriksaan elektrolit.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai