Disusun oleh:
G3A022041
2022
A. Definisi
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik
karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam
merespon terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. Cairan dan elektrolit
saling berhubungan ketidakseimbangan yang berdiri sendiri jarang terjadi
dalam bentuk kelebihan atau kekurangan.
Cairan tubuh merupakan bagian yang terpenting dari tubuh.
Keberadaannya di dalam tubuh tidak hanya terdiri dari air tetapi juga
elektrolit dalam jumlah tertentu. Kondisi kehilangan cairan atau kelebihan
volume cairan memiliki dampak negative bagi hemostatis tubuh. Cairan
tubuh mengelilingi sel di seluruh tubuh dan cairan juga berada di dalam
sel. Cairan tubuh mengandung elektrolit seperti natrium dan kalium serta
memiliki derajat keasaman. Cairan, mempertahankan kesehatan dan fungsi
seluruh sistem tubuh.
B. Etiologi
Etiologi beberapa penyebab terjadinya deficit volume cairan.
Pertama adalah kehilangan cairan melalui tractus gastrointestinal yang
menyebabkan klien muntah atau diare yang berlebihan. Kondisi lainnya
adalah kondisi diuresis berlebihan yang membuat tubuh kehilangan cairan
dan natrium dalam tubuh. Keringat berlebihan, penyakit diabetes
insipidus, penyakit yang mengenai organ ginjal, dan diabetes ketoasidosis
juga menjadi penyebab kondisi defisit volume cairan tubuh.
C. Anatomi Fisiologi
1. Pengeluaran Cairan
Pengeluaran cairan tubuh akan seimbang dengan pemasukan cairan.
Pengeluaran cairan tubuh dapat melalui ginjal, kulit, paru-paru, feses,
dan menstruasi. Sumber pemasukan cairan kebanyakan berasal dari
makanan, yang disebut preformed water.
a. Ginjal
Ginjal adalah regulator utamakeseimbangan cairan dan elektrolit.
Kira-kira 180 liter plasma difiltrasi oleh ginjal setiap hari. Dari
volume ini, kurang lebih 1.500 ml urin diekskresikan setiap hari.
Haluaran urin normal : < 1.500 ml/hari
Oliguri : haluaran urin < 400 ml/hari
Anuri : haluaran urin < 100 ml/hari
Poliuri : haluaran urin > 1.500 ml/hari
b. Kulit
Rata-rata kehilangan cairan melalui kulit adalah 500-600 ml/hari.
Kehilangan ini melalui mekanisme evaporatif yang terjadi tanpa
disadari oleh individu dan kehilangan melalui keringat.
c. Paru-paru
Kira-kira 400 ml/hari cairan hilang melalui paru-paru setiap hari.
Jumlah ini meningkat sesuai dengan kedalaman pernapasan dan
suhu.
d. Saluran Gastrointestinal
Dalam kondisi normal, saluran gastrointestinal hanya memberikan
kontribusi kehilangan cairan kira-kira 100-200 ml/hari.
2. Pemasukan Cairan
Pemasukan cairan dapat berasal dari: Minuman, makanan,konsumsi
makanan padat memberikan kontribusi cairan kurang lebih 1,0 liter per
hari, buah-buahan dan sayuran kira-kira 90% mengandung air.
E. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien dengan
hipovolemik antara lain: pusing, kelemahan, keletihan, sinkope, anoreksia,
mual, muntah, haus, kekacauan mental, konstipasi, oliguria, mata cekung,
mukosa mulut kering, turgor kulit menurun. Tergantung jenis kehilangan
cairan hypovolemia dapat disertai ketidak seimbangan asam basa, osmolar
atau elektrolit. Penipisan (CES) berat dapat menimbulkan syok
hipovolemik. Mekanisme kompensasi tubuh pada kondisi hypovolemia
adalah dapat berupa peningkatan system syaraf simpatis (peningkatan
frekuensi jantung, intropik atau kontraksi jantung, dan tahanan vaskuler),
rasa haus, pelepasan hormone antideuritik (ADH), dan pelepasan
aldosterone. Kondisi hypovolemia yang lama menimbulkan gagal ginjal
akut.
F. Patofisologi
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan
dan elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik).
Kondisi seperti ini disebut juga hypovolemia. Umumnya, gangguan ini
diawali dengan kehilangan cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan
perpindahan cairan interseluler menuju intravaskuler sehingga
menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler. Untuk mengkompensasi
kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan cairan intraseluler. Secara
umum, defisit volume cairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu
kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupan cairan,
perdarahan dan pergerakan cairan ke lokasi ketiga (lokasi tempat cairan
berpindah dan tidak mudah untuk mengembalikannya ke lokasi semula
dalam kondisi cairan ekstraseluler istirahat). Cairan dapat berpindah dari
lokasi intravaskuler menuju lokasi potensial seperti pleura, peritonium,
pericardium, atau rongga sendi. Selain itu, kondisi tertentu, seperti
terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan, dapat terjadi akibat
obstruksi saluran pencernaan.
G. Penatalaksanaan
H. Pengkajian Keperawatan
a. Riwayat Kesehatan
1) Asupan cairan dan makanan (oral dan parental)
2) Tanda dan gejala gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
3) Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan
dan elektrolit
4) Pengobatan tertentu yang tengah dijalani yang dapat mengganggu
status cairan
5) Status perkembangan (usia atau kondisi sosial)
6) Faktor psikologis (perilaku emosional)
b. Pengukuran Klinik
1) Berat Badan (BB)
Peningkatan atau penurunan 1 kgBB setara dengan penambahan
atau pengeluaran 1 liter cairan.
2) Keadaan Umum
Pengukuran tanda-tanda vital seperti suhu, nada, pernapasan, dan
tekanan darah serta tingkat kesadaran.
3) Asupan cairan
a) Cairan oral : NGT dan oral
b) Cairan parental : obat-obatan intravena
c) Makanan yang cenderung mengandung air
d) Iritasi kateter
4) Pengukuran keluaran cairan
a) Urin : volume, kejernihan/kepekatan
b) Feses : jumlah dan konsistensi
c) Muntah
d) Tube drainage dan IWL
5) Ukuran keseimbangan cairan dengan adekuat : normalnya sekitar
200cc
c. Pemeriksaan fisik
1) Integument : keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan
otot, dan sensasi rasa
2) Kardiovaskuler : distensi vena jugularis, tekanan darah,
hemoglobin, dan irama jantung
3) Mata : cekung, air mata kering
4) Neurologi : reflek, gangguan motorik dan sensorik, tingkat
kesadaran
5) Gastrointestinal : keadaan mukosa mulut dan lidah
d. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan elektrolit serum
Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui kadar natrium, kalium,
klorida, ion bikarbonat
2) Pemeriksaan darah lengkap
a) Pemeriksaan meliputi jumlah sel darah merah, hemoglobin
(Hb), dan hematrokit (Ht)
Ht naik : adanya dehidrasi berat dan gejala syok
Ht turun : adanya perdarahan akut, masif, dan reaksi
hemolitik
Hb naik : adanya hemokonsentrasi
Hb turun : adanya perdarahan hebat dan reaksi hemolitik
b) Kalium serum (nilai normal 3,5-5,0 mEq/L)
c) Natrium serum (nilai normal 135-145 mEq/L)
d) Klorida serum (nilai normal 98-106 mEq/L)
e) Kalsium serum (nilai normal 9-10,5 mg/dl atau 4-5,5 mEq/L)
f) Fosfat serum (nilai normal 1,8-2,6 mEq/L)
g) Magnesium serum (nilai normal 1,5-2,5 mEq/L)
h) Glukosa serum (nilai normal 70-100 mg/dl)
i) Hemaktorit (laki-laki: 44-52% dan perempuan 39-47%)
j) Nitrogen urea darah (nilai normal 10-20 mg/dl)
k) Kreatinin serum (0,7-1,5 mg/dl)
l) Osmolalitas serum (280-295 mOsmol/kg)
3) pH dan berat jenis urine
Berat jenis menunjukkan kemampuan ginjal untuk mengatur
konsentrasi urine. Nilai normal pH urine yaitu 4,5-8 dan berat jenisnya
1,003-1,030
I. Diagnosa Keperawatan
1 Hipovolemia (D.0023)
2 Hipervolemia (D.0022)
3 Resiko Hipovolemia (D.0034)
4 Resiko ketidakseimbangan cairan (D.0036)
5 Resiko ketidakseimbangan elektrolit (D.0037)
J. Intervensi