Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN DASAR PROFESI

CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Disusun oleh:

Tugas Dwi Koranto

G3A022041

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2022
A. Definisi
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik
karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam
merespon terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. Cairan dan elektrolit
saling berhubungan ketidakseimbangan yang berdiri sendiri jarang terjadi
dalam bentuk kelebihan atau kekurangan.
Cairan tubuh merupakan bagian yang terpenting dari tubuh.
Keberadaannya di dalam tubuh tidak hanya terdiri dari air tetapi juga
elektrolit dalam jumlah tertentu. Kondisi kehilangan cairan atau kelebihan
volume cairan memiliki dampak negative bagi hemostatis tubuh. Cairan
tubuh mengelilingi sel di seluruh tubuh dan cairan juga berada di dalam
sel. Cairan tubuh mengandung elektrolit seperti natrium dan kalium serta
memiliki derajat keasaman. Cairan, mempertahankan kesehatan dan fungsi
seluruh sistem tubuh.

B. Etiologi
Etiologi beberapa penyebab terjadinya deficit volume cairan.
Pertama adalah kehilangan cairan melalui tractus gastrointestinal yang
menyebabkan klien muntah atau diare yang berlebihan. Kondisi lainnya
adalah kondisi diuresis berlebihan yang membuat tubuh kehilangan cairan
dan natrium dalam tubuh. Keringat berlebihan, penyakit diabetes
insipidus, penyakit yang mengenai organ ginjal, dan diabetes ketoasidosis
juga menjadi penyebab kondisi defisit volume cairan tubuh.

C. Anatomi Fisiologi
1. Pengeluaran Cairan
Pengeluaran cairan tubuh akan seimbang dengan pemasukan cairan.
Pengeluaran cairan tubuh dapat melalui ginjal, kulit, paru-paru, feses,
dan menstruasi. Sumber pemasukan cairan kebanyakan berasal dari
makanan, yang disebut preformed water.
a. Ginjal
Ginjal adalah regulator utamakeseimbangan cairan dan elektrolit.
Kira-kira 180 liter plasma difiltrasi oleh ginjal setiap hari. Dari
volume ini, kurang lebih 1.500 ml urin diekskresikan setiap hari.
Haluaran urin normal : < 1.500 ml/hari
Oliguri : haluaran urin < 400 ml/hari
Anuri : haluaran urin < 100 ml/hari
Poliuri : haluaran urin > 1.500 ml/hari
b. Kulit
Rata-rata kehilangan cairan melalui kulit adalah 500-600 ml/hari.
Kehilangan ini melalui mekanisme evaporatif yang terjadi tanpa
disadari oleh individu dan kehilangan melalui keringat.
c. Paru-paru
Kira-kira 400 ml/hari cairan hilang melalui paru-paru setiap hari.
Jumlah ini meningkat sesuai dengan kedalaman pernapasan dan
suhu.
d. Saluran Gastrointestinal
Dalam kondisi normal, saluran gastrointestinal hanya memberikan
kontribusi kehilangan cairan kira-kira 100-200 ml/hari.
2. Pemasukan Cairan
Pemasukan cairan dapat berasal dari: Minuman, makanan,konsumsi
makanan padat memberikan kontribusi cairan kurang lebih 1,0 liter per
hari, buah-buahan dan sayuran kira-kira 90% mengandung air.

D. Jenis dan Mekanisme Cairan dan Elektrolit


Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu :
1. Cairan Intraseluler (CIS)
Cairan intraseluler yaitu cairan yang berada di dalam sel di seluruh
tubuh (Abdul H, 2008). Cairan ini menyusun sekitar 70% dari total
cairan tubuh (total body water [TBW]). CIS merupakan media tempat
terjadinya aktivitas kimia sel (Taylor, 1989). Pada orang dewasa, CIS
menyusun sekitar 40% berat tubuh atau ⅔ dari TBW, contoh: pria
dewasa 70kg CIS 25 liter. Sedangkan pada bayi 50% cairan tubuhnya
adalah cairan intraseluler.
2. Cairan Ekstraseluler (CES)
Cairan Exstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan
menyusun sekitar 30% dari total cairan tubuh. Pada orang dewasa CES
menyusun sekitar 20% berat tubuh (Price & Wilson, 1986). CES terdiri
dari tiga kelompok yaitu (Abdul H, 2008) :
a. Cairan intravaskuler (plasma) yaitu cairan di dalam sistem
vaskuler.
b. Cairan intersitial yaitu cairan yang terletak diantara sel.
c. Cairan transeluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan
serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.

Guna mempertahankan keseimbangan kimia dan elektrolit tubuh serta


mempertahankan pH yang normal, tubuh melakukan mekanisme
pertukaran dua arah antara CIS dan CES. Elektrolit yang berperan yaitu:
anion dan kation.
1. Kation
Kation, terdiri dari :
a. Sodium (Na+) :
1) Kation berlebih di ruang ekstraseluler.
2) Sodium penyeimbang cairan di ruang esktraseluler.
3) Sodium adalah komunikasi antara nerves dan musculus.
4) Membantu proses keseimbangan asam-basa dengan menukar
ion hidrigen pada ion sodium di tubulus ginjal : ion hidrogen
di ekresikan
5) Sumber : snack, kue, rempah-rempah, daging panggang.
b. Potassium (K+) :
1) Kation berlebih di ruang intraseluler.
2) Menjaga keseimbangan kalium di ruang intrasel.
3) Mengatur kontrasi (polarissasi dan repolarisasi) dari muscle
dan nerves.
4) Sumber : Pisang, alpokad, jeruk, tomat, dan kismis.
c. Calcium (Ca++) :
1) Membentuk garam bersama dengan fosfat, carbonat, flouride
di dalam tulang dan gigi untuk membuatnya keras dan kuat.
2) Meningkatkan fungsi syaraf dan muscle.
3) Meningkatkan efektifitas proses pembekuan darah dengan
proses pengaktifan protrombin dan trombin.
4) Sumber : susu dengan kalsium tinggi, ikan dengan tulang,
sayuran, dll.
2. Anion
Anion terdiri dari:
a. Chloride:
1) Kadar berlebih diruang ekstrasel
2) Membantu proses keseimbangan natrium
3) Komponen utama dari sekresi kelenjar gaster
4) Sumber garam dapur
b. Bicarbonate
1) Bagian dari bicarbonat buffer system
2) Bereaksi dengan asam kuat untuk membentuk asam karbonat
dan suasana garam untuk menurunkan PH.
3) Regulasu bikarbonat dilakukan oleh ginjal.
c. Fasfat
1) Bagian dari fosfat buffer system
2) Berfungsi untuk menjadi energi pada metabolisme sel
3) Bersama dengan ion kalsium meningkatkan kekuatan dan
kekerasan tulang
4) Masuk dalam struktur genetik yaitu: DNA dan RNA.

Dalam keadaan normal, terjadi keseimbangan susunan dan volume


cairan dan eletrolit antar kompartemen. Bila terjadi perubahan konsentrasi
atau tekanan di salah satu kompartemen, maka akan terjadi perpindahan
cairan atau ion antar kompartemen sehingga terjadi keseimbangan kembali.
Perpindahan antar cairan dalam tubuh dapat terjadi, melalui proses sebagai
berikut:
1. Difusi
Disusi merupakan perpindahan partikel suatu substansi yang
terlarut dari yang konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah, sehingga
terjadi keseimbangan konsentrasi substansi partikel. Faktor-faktor yang
mempengaruhi difsi menurut hukum Fick yaitu:
a. Peningkatan perbedaan konsentrasi substansi.
b. Peningkatan permeabilitas.
c. Peningkatan luas permukaan difusi.
d. Berat molekul substansi
e. Jarak yang ditempuh untuk difusi.
2. Osmosis
Bila suatu substansi larut dalam air, konsentrasi air dalam larutan
tersebut lebih rendah dibandingkan konsentrasi air dalam larutan air
murni dengan volume yang sama. Hal ini terjadi karena tempat molekul
air telah ditempati oleh molekul substansi terseubt. Jadi bila konsentrasi
zat yang telarut meningkat, konsentrasi air akan menurun. Bila suatu
larutan dipisahkan oleh suatu membran yang semipermeabel dengan
larutan yang bolumenya sama namun berbeda konsentrasi zat yang
terlarut, maka terjadi perpindahan air/zat pelarut dari larutan dengan
konsentrasi zat terlarut, maka terjadi perpindahan air/zat pelarut dari
larutan dengan konsentrasi zat terlarut yang rendah ke larutan dengan
konsentrasi zat terlarut lebih tinggi.
3. Filtrasi
Filtrasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara dua ruang
yang dibatasi oleh membran. Cairan akan keluar dari daerah yang
bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah. Jumlah cairan yang
keluar sebanding dengan besar perbedaan tekanan, luas permukaan
membran, dan permeabilitas membran. Tekanan yang mempengarui
filtrasi ini disebut tekanan hidrostatik.
4. Transpor aktif
Transpor aktif diperlukan untuk mengembalikan partikel yang
telah berdifusi secara pasif dri daerah yang konsentrasinyran akan
keluar da rendah ke daerah yang konsentrasinya lebih tinggi.
Perpindahan seperti ini membutuhkan energi untuk melawan perbedaan
konsentrasi. Contoh: pompa Na-K

E. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien dengan
hipovolemik antara lain: pusing, kelemahan, keletihan, sinkope, anoreksia,
mual, muntah, haus, kekacauan mental, konstipasi, oliguria, mata cekung,
mukosa mulut kering, turgor kulit menurun. Tergantung jenis kehilangan
cairan hypovolemia dapat disertai ketidak seimbangan asam basa, osmolar
atau elektrolit. Penipisan (CES) berat dapat menimbulkan syok
hipovolemik. Mekanisme kompensasi tubuh pada kondisi hypovolemia
adalah dapat berupa peningkatan system syaraf simpatis (peningkatan
frekuensi jantung, intropik atau kontraksi jantung, dan tahanan vaskuler),
rasa haus, pelepasan hormone antideuritik (ADH), dan pelepasan
aldosterone. Kondisi hypovolemia yang lama menimbulkan gagal ginjal
akut.

F. Patofisologi
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan
dan elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik).
Kondisi seperti ini disebut juga hypovolemia. Umumnya, gangguan ini
diawali dengan kehilangan cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan
perpindahan cairan interseluler menuju intravaskuler sehingga
menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler. Untuk mengkompensasi
kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan cairan intraseluler. Secara
umum, defisit volume cairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu
kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupan cairan,
perdarahan dan pergerakan cairan ke lokasi ketiga (lokasi tempat cairan
berpindah dan tidak mudah untuk mengembalikannya ke lokasi semula
dalam kondisi cairan ekstraseluler istirahat). Cairan dapat berpindah dari
lokasi intravaskuler menuju lokasi potensial seperti pleura, peritonium,
pericardium, atau rongga sendi. Selain itu, kondisi tertentu, seperti
terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan, dapat terjadi akibat
obstruksi saluran pencernaan.

G. Penatalaksanaan

1. Pemberian cairan dan elektrolit per oral


a. Penambahan intake cairan dapat diberikan peroral pada pasien-
pasien tertentu, misalnya pasien dengan dehidrasi ringan atau DHF
stadium I.
b. Penambahan intake cairan biasanya di atas 3000cc/hari.
c. Pemberian elektrolit peroral biasanya melalui makanan dan
minuman.
2. Pemberian therapy intravena
a. Pemberian terapy intravena merupakan metode yang efektif untuk
memenuhi cairan extrasel secara langsung.
b. Tujuan terapy intravena :
1).Memenuhi kebutuhan cairan pada pasien yang tidak mampu
mengkonsumsi cairan peroral secara adekuat.
2).Memberikan masukan-masukan elektrolit untuk menjaga
keseimbangan elektrolit.
c. Jenis cairan intravena yang biasa digunakan :
1).Larutan nutrient, berisi beberapa jenis karbohidrat dan air,
misalnya dextrosa dan glukosa. Yang digunakanyaitu 5%
dextrosa in water (DSW), amigen, dan aminovel.
2).Larutan elektrolit, antara lain larutan salin baik isotonik,
hypotonik, maupun hypertonik yang banyak digunakan yaitu
normal saline (isotonik) : NaCL 0,9%.
3).Cairan asam basa, contohnya sodium laktate dan sodium
bicarbonat.
4).Blood volume expanders, berfungsi untuk meningkatkan volume
pembuluh darah atau plasma. Cara kerjanya adalah meningkatkan
tekanan osmotik darah.
3. Menghitung balance cairan.
Input – (Output + IWL)
(15 x BB)
IWL=
24 jam
Kenaikan Suhu : ([10% x CM] x Jml kenaikan suhu) + IWL normal
a. Input
Input merupakan jumlah cairan yang berasal dari minuman,
makanan, ataupun cairan yang masuk ke dalam tubuh klien, baik
secara oral maupun parenteral. Cairan yang termasuk input yaitu:
1.) Minuman dan makanan
2.) Terapi infus
3.) Terapi injeksi
4.) Air Metabolisme (5cc/kgBB/hari)
5.) NGT masuk
b. Output
Output merupakan jumlah cairan yang dikeluarkan selama 24 jam.
Cairan tersebut berupa:
1.) Muntah
2.) Feses, satu kali BAB kira-kira 100cc.
3.) Insensible Water Loss (IWL), menggunakan rumus
15cc/kgBB/hari
4.) Cairan NGT terbuka
5.) Urin
6.) Drainage dan perdarahan
4. Hipovolemia
a. Pemulihan volume cairan normal dan koreksi gangguan penyerta
asam basa dan elektrolit.
b. Perbaikan perfusi jaringan pada syok hipovolemik.
c. Rehidrasi oral pada diare pediatrik.
5. Hipervolemia, tindakan:
a. Pembatasan natrium dan air.
b. Diuretik.
c. Dialisis atau hemofiltrasi arteriovena kontinue: pada gagal ginjal
atau kelebihan beban cairan yang mengancam hidup.

H. Pengkajian Keperawatan
a. Riwayat Kesehatan
1) Asupan cairan dan makanan (oral dan parental)
2) Tanda dan gejala gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
3) Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan
dan elektrolit
4) Pengobatan tertentu yang tengah dijalani yang dapat mengganggu
status cairan
5) Status perkembangan (usia atau kondisi sosial)
6) Faktor psikologis (perilaku emosional)
b. Pengukuran Klinik
1) Berat Badan (BB)
Peningkatan atau penurunan 1 kgBB setara dengan penambahan
atau pengeluaran 1 liter cairan.
2) Keadaan Umum
Pengukuran tanda-tanda vital seperti suhu, nada, pernapasan, dan
tekanan darah serta tingkat kesadaran.
3) Asupan cairan
a) Cairan oral : NGT dan oral
b) Cairan parental : obat-obatan intravena
c) Makanan yang cenderung mengandung air
d) Iritasi kateter
4) Pengukuran keluaran cairan
a) Urin : volume, kejernihan/kepekatan
b) Feses : jumlah dan konsistensi
c) Muntah
d) Tube drainage dan IWL
5) Ukuran keseimbangan cairan dengan adekuat : normalnya sekitar
200cc
c. Pemeriksaan fisik
1) Integument : keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan
otot, dan sensasi rasa
2) Kardiovaskuler : distensi vena jugularis, tekanan darah,
hemoglobin, dan irama jantung
3) Mata : cekung, air mata kering
4) Neurologi : reflek, gangguan motorik dan sensorik, tingkat
kesadaran
5) Gastrointestinal : keadaan mukosa mulut dan lidah
d. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan elektrolit serum
Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui kadar natrium, kalium,
klorida, ion bikarbonat
2) Pemeriksaan darah lengkap
a) Pemeriksaan meliputi jumlah sel darah merah, hemoglobin
(Hb), dan hematrokit (Ht)
Ht naik : adanya dehidrasi berat dan gejala syok
Ht turun : adanya perdarahan akut, masif, dan reaksi
hemolitik
Hb naik : adanya hemokonsentrasi
Hb turun : adanya perdarahan hebat dan reaksi hemolitik
b) Kalium serum (nilai normal 3,5-5,0 mEq/L)
c) Natrium serum (nilai normal 135-145 mEq/L)
d) Klorida serum (nilai normal 98-106 mEq/L)
e) Kalsium serum (nilai normal 9-10,5 mg/dl atau 4-5,5 mEq/L)
f) Fosfat serum (nilai normal 1,8-2,6 mEq/L)
g) Magnesium serum (nilai normal 1,5-2,5 mEq/L)
h) Glukosa serum (nilai normal 70-100 mg/dl)
i) Hemaktorit (laki-laki: 44-52% dan perempuan 39-47%)
j) Nitrogen urea darah (nilai normal 10-20 mg/dl)
k) Kreatinin serum (0,7-1,5 mg/dl)
l) Osmolalitas serum (280-295 mOsmol/kg)
3) pH dan berat jenis urine
Berat jenis menunjukkan kemampuan ginjal untuk mengatur
konsentrasi urine. Nilai normal pH urine yaitu 4,5-8 dan berat jenisnya
1,003-1,030

I. Diagnosa Keperawatan
1 Hipovolemia (D.0023)
2 Hipervolemia (D.0022)
3 Resiko Hipovolemia (D.0034)
4 Resiko ketidakseimbangan cairan (D.0036)
5 Resiko ketidakseimbangan elektrolit (D.0037)
J. Intervensi

NO DIAGNOSA SLKI SIKI


1. Hipovolemia (D.0023) Setelah diberikan intervensi selama …x…. Manajemen Hypovolemia (I.03116)
Penurunan volume cairan jam maka Status Cairan (L.03028) Observasi
intravascular, interstisial, dan/atau membaik, dengan kriteria hasil:  Periksa tanda dan gejala hypovolemia
intraselular.  Kekuatan nadi meningkat (mis. Frekuensi nadi meningkat, nadi terba
Penyebab :  Turgor kulit meningkat lemah, tekanan darah menurun, tekanan
 Kehilangan cairan aktif  Ortopnea menurun nadi menyempit, turgor kulit menurun,
 Kegagalan mekanisme regulasi  Dyspnea menurun membrane mukosa kering, volume urin
 Peningkatan premeabilitas  Frekuensi nadi membaik menurun, hematocrit meningkat, haus,
kapiler  Tekanan darah membaik lemah)
 Kekurangan intake cairan  Tekanan nadi membaik  Monitor intake dan output cairan
 Evaporasi  Membrane mukosa membaik Terapeutik
Gejala dan Tanda Mayor  Kadar hb membaik  Hitung kebutuhan cairan
Subjektif  Kadar ht membaik  Berikan posisi mified tredelenburg
(-)  Intake cairan membaik  Berikan asupan cairan oral
Objektif Edukasi
 Frekuensi nadi meningkat  Anjurkan memperbanyak asupan cairan
 Nadi teraba lemah oral
 Tekanan darah menurun  Anjurkan menghindari perubahan posisi
 Tekanan nadi menurun mendadak
 Tekanan nadi menyempit Kolaborasi
 Turgor kulit menurun  Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis
 Membrane mukosa kering (mis. NaCl, RL)
 Volume urine menurun  Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis
 Hematocrit meningkat (mis. Glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
Gejala dan Tanda Minor  Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis.
Subjektif Albumin, plasmanate
 Merasa lemah  Kolaborasi pemberian produk darah
 Mengeluh haus
Objektif Manajemen Syok Hypovolemia
 Pengisian vena menurun Observasi
 Status mental berubah  Monitor status kardiopulmogonal
 Suhu tubuh meningkat (frekuensi dan kekuatan nadi, frekuensi
 Konsentrasi urine meningkat nafas, TD, MAP)
 Berat badan turun tiba-tiba  Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi,
Kondisi Klinis Terkait AGD)
 Penyakit Addison  Monitor status cairan (masukan dan
 Trauma/perdarahan haluaran, turgor kulit, CRT)
 Luka bakar  Periksa tingkat kesadaraN dan respon
 AIDS pupil
 Penyakit crohn  Periksa seluruh permukaan tubuhterhadap
 Muntah adanya DOTS (deformity/ deformitas,
 Diare open wound/luka terbuka, tenderness/nyeri
 Colitis ulseratif tekan, swelling/bengkak
 Hipoalbuminemia Terapeutik
 Pertahankan jalan nafas paten
 Berikan oksigen untuk mempertahankan
saturasi oksigen >94%
 Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis,
jika perlu
 Lakukan penekanan langsung (direct
pressure) pada perdarahan eksternal
 Berikan posisi syok (modified
tredelenberg)
 Pasang jalur IV berukuran besar (mis.14
atau 16)
 Pasang kateter urine untuk menilai
produksi urine
 Pasang selang nasogastric untuk
dekompresi lambung
 Ambil sampel darah untukpemeriksaan
darah lengkap dan elektrolit
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian infus cairan
kristaloid 1-2 L pada dewasa
 Kolaborasi pemberian infus cairan
kristaloid 20 mL/kgBB pada anak
 Kolaborasi pemberian transfuse darah, jika
perlu
2. Hipervolemia (D.0022) Setelah diberikan intervensi selama … Manajemen Hypervolemia (I.03114)
Peningkatan volume cairan x….jam maka Keseimbangan Cairan Observasi
intravaskuler, interstisial, dan/ (L.05020) meningkat, dengan kriteria  Periksa tanda dan gejala hypervolemia
atau intraseluler hasil:  identifikasi penyebab hypervolemia
Penyebab :  Asupan cairan meningkat  monitor status hemodinamik
 Gangguan mekanisme regulasi  Haluaran urine meningkat  monitor intake dan output cairan
 Kelebihan asupan cairan  Kelembaban membrane mukosa  monitor tanda hemokonsentrasi
 Kelebihan asupan natrium meningkat  monitor tanda peningkatan tekanan
 Gangguan aliran balik vena  Edema menurun onkotik plasma
 Efek agen farmakologis  Dehidrasi menurun  monitor kecepatan infus secara ketat
Gejala dan Tanda Mayor  Tekanan darah membaik  monitor efek samping diuretic
Subjektif  Denyut nadi membaik  Terapeutik
 Ortopnea  Membrane mukosa membaik  Timbang berat badan setiap hari pada
 Dyspnea  Berat badan membaik waktu yang sama
 Paroxysmal nocturnal dyspnea  Batasi asupan cairan dan garam
Objektif  Tinggikan keoala tempat tidur 30-40o
 Edema anasarka dan/atau  Edukasi
edema perifer  anjurkan melapor jika haluaran urine <0,5
 Berat badan meningkat dalam ml/kg/jam dalam 6 jam
waktu singkat  anjurkan melapor jika bb bertambah >1 kg
 JVP atau CVP dalam sehari
 Reflek hepatojugular positif  ajarkan cara mengukur dan mencatat
Gejala dan Tanda Minor  Asupan dan haluaran cairan
Subjektif  ajarkan cara membatasi cairan
(-)  Kolaborasi
Objektif  kolaborasi pemberian diuretic
 Distensi vena jugularis  kolaborasi penggantian kehilangan kalium
 Terdengar suara nafas akibat diuretic
tambahan  kolaborasi pemberian CRRT, bila perlu
 Hepaotomegali
 Kadar Hb/Ht turun Pemantauan cairan (I.03121)
 Oliguria Observasi
 Intake lebih banyak dari output  Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
 Kongesti paru  Monitor frekuensi napas
Kondisi Klinis Terkait  Monitor tekanan darah
 Penyakit ginjal  Monitor berat badanmonitor waktu
 Hipoalbuminemia pengisian kapiler
 GJK  Monitor turgor kulit
 Kelainan hormone  Monitor jumlah, warna dan berat jenis
 Penyakit hati urine
 Penyakit vena perifer  Monitor kadar albumin dan protein total
 Imobilitas  Monitor hasil pemeriksaan urine
 Monitor intake dan output cairan
 Identifikasi tanda-tanda hipervolemia
 Identifikasi factor risiko
ketidakseimbangan cairan
Terapeutik
 Atur interval waktu pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
3. Risiko Hypovolemia Setelah diberikan intervensi selama …x…. Manajemen Hypovolemia (I.03116)
Faktor Risiko : jam maka Status Cairan (L.03028) Observasi
 Kehilangan cairan secara aktif membaik, dengan  Periksa tanda dan gejala hypovolemia
 Gangguan absorbs cairan kriteria hasil : (mis. Frekuensi nadi meningkat, nadi terba
 Usia lanjut  Kekuatan nadi meningkat lemah, tekanan darah menurun, tekanan
 Kelebihan berat badan  Turgor kulit meningkat nadi menyempit, turgor kulit menurun,
 Status hipermetabolik  Ortopnea menurun membrane mukosa kering, volume urin
 Kegagalan mekanisme regulasi  Dyspnea menurun menurun, hematocrit meningkat, haus,
 Evaporasi  Frekuensi nadi membaik lemah)
 Kekurangan intake cairan  Tekanan darah membaik  Monitor intake dan output cairan
 Efek agen farmakologis  Tekanan nadi membaik Terapeutik
Kondisi Klinis Terkait  Membrane mukosa membaik  Hitung kebutuhan cairan
 Penyakit Addison  Kadar hb membaik  Berikan posisi mified tredelenburg
 Trauma/perdarahan  Kadar ht membaik  Berikan asupan cairan oral
 Luka bakar  Intake cairan membaik Edukasi
 AIDS  Anjurkan memperbanyak asupan cairan
 Penyakit crohn oral
 Muntah  Anjurkan menghindari perubahan posisi
 Diare mendadak
 Colitis ulseratif
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis
(mis. NaCl, RL)
 Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis
(mis. Glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
 Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis.
Albumin, plasmanate
 Kolaborasi pemberian produk darah
Pemantauan Cairan (I.03121)
Observasi
 Monitor rekuensi dan kekuatan nadi
 Monitor frekuensi napas
 Monitor tekanan darah
 Monitor berat badan monitor waktu
pengisian kapiler
 Monitor turgor kulit
 Monitor jumlah, warna dan berat jenis
urine
 Monitor kadar albumin dan protein total
 Monitor hasil pemeriksaan urine
 Monitor intake dan output cairan
 Identifikasi tanda-tanda hypovolemia
 Identifikasi factor risiko
ketidakseimbangan cairan
Terapeutik
 Atur interval waktu pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
4. Resiko Ketidakseimbangan Setelah dilakukan …x 24 jam maka Manajemen Cairan (I.03098)
Cairan (D.0036) diharapkan Keseimbangan Cairan Observasi
(L.03020) meningkat dengan kriteria hasil:  Monitor status hidrasi (frekuensi nadi,
 Asupan cairan meningkat kekuatan nadi, akral, pengisian kapiler,
 Haluaran urin meningkat kelembaban mukosa, turgor kulit, tekanan
 Kelembaban membran mukosa darah)
meningkat  Monitor berat badan harian
 Dehidrasi menurun  Monitor berat badan sebelum dan sesudah
 Tekanan darah membaik dialisis
 Denyut nadi radial membaik  Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
 Membran mukosa membaik (hematokrit, Na, K, Cl, berat jenis urin)
 Mata cekung membaik  Monitor status hemodinamik (MAP, CVP,
 Turgor kulit membaik PAP, PCWP jika tersedia)
Terapeutik
 Catat intake-output dan hitung balance
cairan 24 jam
 Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
 Berikan cairan intravena, jika perlu
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu
5. Resiko Ketidakseimbangan Setelah dilakukan …x 24 jam maka Pemantauan Elektrolit (I.03122)
Elektrolit (D.0037) diharapkan Keseimbangan Elektrolit Observasi
(L.03021) meningkat dengan kriteria hasil:  Identifikasi kemungkinan penyebab
 Serum natrium membaik ketidakseimbangan elektrolit
 Serum kalium membaik  Monitor kadar elektrolit serum
 Serum klorida membaik  Monitor mual, muntah, diare
 Serum kalsium membaik  Monitor kehilangan cairan, jika perlu
 Serum magnesium membaik  Monitor tanda dan gejala hipokalemia
 Serum fosfor membaik  Monitor tanda dan gejala hiperkalemia
 Monitor tanda dan gejala hiponatremia
 Monitor tanda dan gejala hipernatremia
Terapeutik
 Atur interval waktu pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
Ineke Partisia, dkk. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Kebutuhan Dasar
Manusia. Yayasan Kita Menulis.
Perry dan potter. (2018). Fundamental of nursing. USA: C.V Moasby
Company St. Louis

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan


Indikator Diagnostik, Edisi I. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan Keperawatan, Edisi I. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan, Edisi I. Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai