Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

DIARE PADA AN. Y DENGAN MASALAH KEPERAWATAN


KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

DEPARTEMEN KEPERAWATAN DASAR PROFESI

Oleh :

THERESIA AYU JUWITA

NIM. 40220028

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI

2020.
A. Definisi
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat
tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-
partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan (Abdul,
2008).
Cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolism
tubuh membutuhkan perubahan yang tepat untuk melakukan respons terhadap
keadaan fisiologis dan lingkungan (Tamsuri,2004).
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena
metabolism tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon
terhadap stressor fisiologi dan lingkungan (Tarwoto dan Wartonah, 2006).

B. Tujuan Pemberian
1. Replacement yaitu menggantikan kehilangan cairan dari intravaskuler.
2. Resusistai yaitu menggantikan segera kehilangan cairan untuk
mengembalikan sirkulasi darah.
3. Routine maintanance yaitu memelihara kebutuhan dan cairan bagi
pasien yang tidak bisa dapat asupan per oral.
4. Redistribusi yaitu distribusi cairsn tubuh yang mengumpul di satu
tempat khususnya pada sepsis, kritis dan PGK.
C. Anatomi Fisiologi
a) Cara Pengeluaran Cairan
1. Ginjal
Merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam
pengaturan ketubuhan cairan dan elektrolit. Hal ini terlihat pada fungsi
ginjal yakni sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi garam dan
darah, pengatur keseimbangan cairan asam basa darah dan pengatur
ekskresi bahan buangan atau kelebihan garam. Ginjal dilengkapi
dengan sepasang ureter, sebuah kandung kemih dan uretra yang
membawa urine keluar tubuh
2. Kulit
Merupakan bagian penting dalam pengaturan cairan yang
terkait dalam proses pengatur suhu tubuh. Proses ini diatur oleh pusat
pengatur panas yang disarafi oleh vasomotorik dengan kemampuan
mengendalikan arteriolakutan dengan cara vasodilatasi dan
vasokontriksi. Banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh
darah dalam kulit mempengaruhi jumlah keringat yang dikeluarkan.
Proses pelepasan panas kemudian dapat dilakukan dengan cara
penguapan.
3. Paru-paru
Organ paru-paru berperan dalam pengeluiaran cairan dengan
menghasilkan insensible water loss ± 400 ml/hari. Proses pengeluaran
cairan terkait dengan respons akibat perubahan. Perubahan frekuensi
dan kedalaman pernafasan (kemampuan bernafas) , misalnya orang
yang olahraga berat.
4. Gastrointestinal
Merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam
mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran air.
Dalam kondisi normal, cairan yang hilang dalam sistem ini sekitar
100-200 ml/hari.
b) Pengatur Elektrolit
1. Natrium (Sodium)
Merupakan kation paling banyak yang terdapat pada cairan
ekstrasel. Na+ mempengaruhi keseimbangan air, hantaran impuls saraf
dan kontraksi otot. Sodium diatur oleh intake garam, endosteron, dan
pengeluaran urine. Normal sekitar 135-148 mEq/lt.
2. Kalium (pottasium)e
Merupakan kation utama cairan intrasel. Berfungsi sebagai excitability
neuromuskuler dan kontraksi otot. Diperlukan untuk pembentukan
glikoge, sintesa protein, pengeturan keseimbangan asam basa, karena
ion K+ dapat diubah menjadi ion hydrogen (H+). Nilai normalnya
sekitar 3,5-5,5 mEq/lt.
3. Kalsium
Berguna untuk integritas kulit dan struktur sel, konduksi jantung,
pembekuan darah, serta pembentukan tulang dan gigi. Kalsium dan
Cairan ekstrasel diatur oleh kelenjar paratiroid dan tiroid. Hormone
paratiroid mengabsorbsi kalium melalui gastrointestinal, sekresi
melalui ginjal. Hormone thirocalcitonin menghambat penyerapan Ca+
+ tulang.
4. Magnesium
Merupakan kation terbanyak kedua pada cairan intrasel. Sangat
penting untuk aktivitas enzim, neurochemia, dan muscular
excibility.Nilai normalnya sekitar 1,5- 2,5 mEq/lt.
5. Klorida
HCOᵌ adalah buffer kimia utama dalam tubuh dan terdapat pada cairan
ekstresel dan intrasel. Biknat diatur oleh ginjal.
6. Fosfat
Merupakan anion buffer dalam cairan intrasel dan ekstrasel. Berfungsi
untuk meningkatkan kegiatan neuromuskuler, metabolisme
karbohidrat, pengatur asam basa. Pengatur oleh hormone paratiroid.
( Tarwoto dan wartonah, 2006 )

D. Klasifikasi
1. Cairan Intraselular
Merupakan cairan yang terkandung di dalam sel tubuh. Memiliki ion
natrium dan kalium yang berlawanan dengan cairan ekstraselular. Pada
orang dewasa kia-kira 2/3 dari cairan tubuh.
2. Cairan ekstraselular.
Merupakan cairan diluar sel tubuh. Memiliki ion natrium dan klorida
serta ion bikarbonat dalam jumlah besar tetapi sedikit kalium,kalsium,
magneium, fosfat, sulfat dan asam organik.
Cairan ekstraselular dibagi menjadi :
a) Cairan intersisial adalah cairan yang ada di sekitar sel tubuh dan limfe.
b) Plasma darah adalah bagian cair dari darah dan mencapai seperepat
CES.
c) Cairan traselular adalah cairan yang terkandung di dlam rongga khusus
dari tubuh.
d) Meliputi cairan serebrospinal, perkardial dan sinoval.
( Tarwoto dan wartonah, 2006 )

E. Manifestasi Klinis
1) Kelelahan.
2) Kram otot dan kejang.
3) Mual dan muntah.
4) Pusing.
5) Pingsan.
6) Mukosa bibir kering.
7) Nadi lemah.
8) Sembelit.
9) Suhu naik.
10) Berat badan turun dan naik tiba-tiba.
11) Volume urin menurun atau meningkat.
12) Edema. (mutaqin;2011).
F. Faktor-faktor yang mempengaruhi
a. Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia
akan berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat
badan. Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan
keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi
gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau
jantung.
b. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan
kelembaban udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh
dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di
lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari.
c. Diet
Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit.
Ketika intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan
lemak sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun
padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan
sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
d. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan
pemecahan glykogen otot. Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan
retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
e. Kondis sakit
Kondisi sakit sangat b3erpengaruh terhadap kondisi keseimbangan
cairan dan elektrolit tubuh Misalnya:
o Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui
IWL
o Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses
regulator 
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
o Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan
pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk
memenuhinya secara mandiri. ( Tarwoto dan wartonah, 2006 )

G. Masalah-masalah yang terjadi


a. Hipovolemia
Hipovolemia yaitu kekurangan volume cairan yang terjadi jika air dan
elektrolit hilang pada proporsi yang sama ketika mereka berada pada cairan
tubuh normal sehingga rasio elektrolit serum terhadap air tetap sama.
Hipovolemia memiliki tanda dan gejala pusing, lemah, anoreksia, oliguria.
b. Hipervolemia
Hipervolemia yaitu keadaan dimana seorang individu mengalami atau
beresiko mengalami kelebihan cairan intraselular atau interstisial.
Hipervolemia memiliki tanda dan gejala sesak nafas dan edema.
c. Hiponatremia
Jika kadar natrium C120 mg/L maka akan timbul gejala disorientasi,
gangguan mental, letargi, lemah, dan henti nafas. Jika kadar <110 mg/L maka
timbul gejala kejang dan koma.
d. Hipkalemia
Jika kadar kalsium < 3mEq/L. Dapat terjadi akibat dari redistribusi akut
kalium dari cairan ekstraselular ke intraselular. Tanda dan gejala hipokalemia
berupa distrimik jantung , perubahan EKG, poliuria dan intoleransi glukosa.
( Tarwoto dan wartonah, 2006 ).
H. Patofisiologi
Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu:
Fase I plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dan
nutrisi dan oksigen diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.Fase II
cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel.Fase
III cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial
masuk ke dalam sel. Pembuluh darah kapiler dan membran sel yang
merupakan membran semipermiabel mampu memfilter tidak semua substansi
dan komponen dalam cairan tubuh ikut berpindah.Metode perpindahan dari
cairan dan elektrolit tubuh dengan cara Difusi. Partikel (ion atau molekul)
suatu substansi yang terlarut selalu bergerak dan cenderung menyebar dari
daerah yang konsentrasinya tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah sehingga
konsentrasi substansi partikel tersebut merata. Osmosis. Bila suatu substansi
larut dalam air, konsentrasi air dalam larutan tersebut lebih rendah
dibandingkan konsentrasi air dalam larutan air murni dengan volume yang
sama. Hal ini karena tempat molekul air telah ditempati oleh molekul
substansi tersebut. Jadi bila konsentrasi zat yang terlarut meningkatkan,
konsentrasi air akan menurun.Bila suatu larutan dipisahkan oleh suatu
membran yang semipermeabel dengan larutan yang volumenya sama namun
berbeda konsentrasi zat terlarut, maka terjadi perpindahan air/zat pelarut dari
larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih tinggi. Perpindahan seperti ini
disebut dengan osmosis.Filtrasi. Filtrasi terjadi karena adanya perbedaan
tekanan antara dua ruang yang dibatasi oleh membran. Cairan akan keluar dari
daerah yang bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah. Jumlah cairan
yang keluar sebanding dengan besar perbedaan tekanan, luas permukaan
membran dan permeabilitas membran. Tekanan yang mempengaruhi filtrasi
ini disebut tekanan hidrostatik.Transport aktif. Transport aktif diperlukan
untuk mengembalikan partikel yang telah berdifusi secara pasif dari daerah
yang konsentrasinya rendah ke daerah yang konsentrasinya lebih tinggi.
Perpindahan seperti ini membutuhkan energi (ATP) untuk melawan
perbedaan konsentrasi. Contoh: Pompa Na-K.Beberapa faktor yang
mempengaruhi mudah tidaknya difusi zat terlarut menembus membran kapiler
dan sel, yaituPermeabilitas membran kapiler dan sel, konsenterasi, potensial
listrik, perbedaan tekanan.
Pengaturan Volume Cairan Tubuh. Di dalam tubuh seorang yang sehat
volume cairan tubuh dan komponen kimia dari cairan tubuh selalu berada
dalam kondisi dan batas yang nyaman. Dalam kondisi normal intake cairan
sesuai dengan kehilangan cairan tubuh yang terjadi. Kondisi sakit dapat
menyebabkan gangguan pada keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh.Dalam rangka mempertahankan fungsi tubuh maka tubuh akan
kehilanagn cairan antara lain melalui proses penguapan ekspirasi, penguapan
kulit, ginjal (urine), ekresi pada proses metabolisme.Intake Cairan :Selama
aktifitas dan temperatur yang sedang seorang dewasa minum kira-kira 1500
ml per hari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh kira-kira 2500 ml per hari
sehingga kekurangan sekitar 1000 ml per hari diperoleh dari makanan, dan
oksidasi selama proses metabolisme.Pengatur utama intake cairan adalah
melalui mekanisme haus. Pusat haus dikendalikan berada di otak Sedangkan
rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi intraseluler, sekresi
angiotensin II sebagai respon dari penurunan tekanan darah, perdarahan yang
mengakibatkan penurunan volume darah. Perasaan kering di mulut biasanya
terjadi bersama dengan sensasi haus walupun kadang terjadi secara sendiri.
Sensasi haus akan segera hilang setelah minum sebelum proses absorbsi oleh
tractus gastrointestinal.Output Cairan :Kehilangan cairan tubuh melalui
empat rute (proses) yaitu :Urine :Proses pembentukan urine oleh ginjal dan
ekresi melalui tractus urinarius merupakan proses output cairan tubuh yang
utama. Dalam kondisi normal output urine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam,
atau sekitar 30-50 ml per jam. Pada orang dewasa. Pada orang yang sehat
kemungkinan produksi urine bervariasi dalam setiap harinya, bila aktivitas
kelenjar keringat meningkat maka produksi urine akan menurun sebagai
upaya tetap mempertahankan keseimbangan dalam tubuh.IWL (Invisible
Water Loss) :IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, Melalui kulit dengan
mekanisme difusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui
proses ini adalah berkisar 300-400 ml per hari, tapi bila proses respirasi atau
suhu tubuh meningkat maka IWL dapat meningkat.Keringat :Berkeringat
terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon ini berasal
dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum
tulang belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada
kulit.Feses :Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 ml per hari,
yang diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar
(kolon).(simadibrata,2006).
I. Penatalaksanaan
a) PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Terapi pemberian cairan intravena
Jenis cairan intravena yang biasa digunakan meliputi :
 Larutan nutrient. Larutan ini berisis beberapa jenis karbohidrat
(mis: dekstrosa dan glukosa) dan air. Larutan nutrien yang
umum digunakan adalah 5% dekstrosa dalam air (D5W), 3,3%
gloukosa dalam 0,3% NaCl, dan 5% glukosa dalam 0,45%
NaCl. Setiap 1 liter cairan dekstrosa 5% mengandung 170-200
kalori: mengandung asam amino (amigen, anunosol, travamin)
atau lemak (lipomul dan lyposyn)
 Larutan elektrolit. Meliputi larutan saline, baik isotonic,
hipotonik, maupun hipertonik. Jenis larutan elektrolit yang
paling banyak digunakan adalah normal salin (isotonik), yaitu
NaCl 0,9%, contoh larutan elektrolit lainnya RL (Ringer
Laktat) dan Butler.
2. Pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan darah lengkap.
3. Terapi obat-obatan.
4. Transfusi darah (jika diperlukan).(davey,2005)
b) PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Kebutuhan Cairan Tubuh Berdasarkan Usia

No. Umur BB (KG) Cairan (Ml/24 Jam)


1. 3 hari 3,0 kg 250 – 300
2. 1 tahun 9,5 kg 11500 – 1300
3. 2 tahun 11,8 kg 1350 – 1500
4. 6 tahun 20 kg 1800 – 2000
5. 10 tahun 28,7 kg 2000 – 2500
6. 14 tahun 45 kg 2200 – 2700
7. 18 tahun 54 kg 2200 – 2700
(Behrman,1996)

1. Rehidrasi oral.
2. Menghitung keseimbangan cairan.
Rumus
balance cairan :
input - (IWL + ouput)

Intake cairan, meliputi :

Minum 1300 ml
Pencernaan makanan 1000ml
Oksidasi Metabolik 300ml
Jumlah = 2600
(Behrman,1996)

Output cairan, meliputi :


Bayi Baru Lahir Bayi Anak-Anak Dewasa
Urine 10 – 90 ml/hr Urine 80 – 90 ml/hr Urine 50 Urine 1400 – 1500
ml/hr ml/hari
- - - Paru 300 – 400 ml/hari
Keringat 600 – 1000
ml/hr
Feses 100 – 200 ml/hr
Kulit 500 – 600 ml/hr

(Behrman,1996).

J. Definisi
Diare akut adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair
atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak daripada
biasanya lebih dari 200 gram atau 200ml/24 jam. Definisi lain memakai
frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3x perhari. Buang air besar
tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah.
penularan diare karena infeksi melalui transmisi fekal oral langsung dari
penderita diare atau melalui makan/minuman yang terkontaminasi bakteri
patoghen yang berasal dari tinja manusia/hewan atau bahan muntahan
penderita dan juga dapat melalui udara atau melalui aktivitas seksual kontak
oral-genital atau oral-anal (Sudoyo Aru,dkk 2009).
Diare adalah pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair dengan
frekuensi lebih banyak dari biasanya (pada bayi lebih dari 3x BAB, sedangkan
pada neonatus lebih dari 4x BAB (Sudarti,2010).

K. Klasifikasi Diare
1. Akut: Diare akut yaitu buang air besar dengan frekuensi yang
meningkat dan konsistensi tinja yang lembek atau cair dan bersifat
mendadak datangnya dan berlangsung dalam waktu kurang dari 2
minggu. Menurut Depkes (2002), diare akut yaitu diare yang
berlangsung kurang dari 14 hari tanpa diselang-seling berhenti lebih
dari 2 hari. Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dari tubuh
penderita, gradasi penyakit diare akut dibedakan dalam empat kategori,
yaitu: (1) Diare tanpa dehidrasi, (2) Diare dengan dehidrasi ringan,
apabila cairan yang hilang 2-5% dari berat badan, (3) Diare dengan
dehidrasi sedang, apabila cairan yang hilang 5-8% dari berat badan, (4)
Diare dengan dehidrasi berat, apabila cairan yang hilang lebih dari 8-
10%.
2. Diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari, merupakan
kelanjutan dari diare akut atau peralihan antara akut dan kronik.
3. Kronik: Diare kronis adalah diare hilang timbul, atau berlangsung lama
dengan penyebab non-infeksi, seperti penyakit sensitive terhadap
gluten atau gangguan metabolism yang menurun. Lama diare kronik
lebih dari 30 hari. Menurut (Suharyono, 2008), diare kronik adalah
diare yang bersifat menahun atau persisten dan berlangsung 2 minggu
lebih.

L. ANATOMI FISIOLOGI
1. Cara Pengeluaran Cairan
a. Ginjal
Merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam
pengaturan ketubuhan cairan dan elektrolit. Hal ini terlihat pada fungsi
ginjal yakni sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi garam dan
darah, pengatur keseimbangan cairan asam basa darah dan pengatur
ekskresi bahan buangan atau kelebihan garam. Ginjal dilengkapi
dengan sepasang ureter, sebuah kandung kemih dan uretra yang
membawa urine keluar tubuh
b. Kulit
Merupakan bagian penting dalam pengaturan cairan yang
terkait dalam proses pengatur suhu tubuh. Proses ini diatur oleh pusat
pengatur panas yang disarafi oleh vasomotorik dengan kemampuan
mengendalikan arteriolakutan dengan cara vasodilatasi dan
vasokontriksi. Banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh
darah dalam kulit mempengaruhi jumlah keringat yang dikeluarkan.
Proses pelepasan panas kemudian dapat dilakukan dengan cara
penguapan.
c. Paru-paru
Organ paru-paru berperan dalam pengeluiaran cairan dengan
menghasilkan insensible water loss ± 400 ml/hari. Proses pengeluaran
cairan terkait dengan respons akibat perubahan. Perubahan frekuensi
dan kedalaman pernafasan (kemampuan bernafas) , misalnya orang
yang olahraga berat.
d. Gastrointestinal
Merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam
mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran air.
Dalam kondisi normal, cairan yang hilang dalam sistem ini sekitar
100-200 ml/hari.
2. Pengatur Elektrolit
a. Natrium (Sodium)
Merupakan kation paling banyak yang terdapat pada cairan
ekstrasel. Na+ mempengaruhi keseimbangan air, hantaran impuls saraf
dan kontraksi otot. Sodium diatur oleh intake garam, endosteron, dan
pengeluaran urine. Normal sekitar 135-148 mEq/lt.
b. Kalium (pottasium)e
Merupakan kation utama cairan intrasel. Berfungsi sebagai excitability
neuromuskuler dan kontraksi otot. Diperlukan untuk pembentukan
glikoge, sintesa protein, pengeturan keseimbangan asam basa, karena
ion K+ dapat diubah menjadi ion hydrogen (H+). Nilai normalnya
sekitar 3,5-5,5 mEq/lt.
c. Kalsium
Berguna untuk integritas kulit dan struktur sel, konduksi jantung,
pembekuan darah, serta pembentukan tulang dan gigi. Kalsium dan
Cairan ekstrasel diatur oleh kelenjar paratiroid dan tiroid. Hormone
paratiroid mengabsorbsi kalium melalui gastrointestinal, sekresi
melalui ginjal. Hormone thirocalcitonin menghambat penyerapan Ca+
+ tulang.
d. Magnesium
Merupakan kation terbanyak kedua pada cairan intrasel. Sangat
penting untuk aktivitas enzim, neurochemia, dan muscular
excibility.Nilai normalnya sekitar 1,5- 2,5 mEq/lt.
e. Klorida
HCOᵌ adalah buffer kimia utama dalam tubuh dan terdapat pada cairan
ekstresel dan intrasel. Biknat diatur oleh ginjal.
f. Fosfat
Merupakan anion buffer dalam cairan intrasel dan ekstrasel. Berfungsi
untuk meningkatkan kegiatan neuromuskuler, metabolisme
karbohidrat, pengatur asam basa. Pengatur oleh hormone paratiroid.
( Tarwoto dan wartonah, 2006 )
M. Etiologi
Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu :
1. Faktor Infeksi
a. Infeksi enteral
Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak. Infeksi parenteral ini meliputi: (a)
Infeksi bakteri: Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya. (b) Infeksi
virus: Enteroovirus (Virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis),
Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain. (c) Infestasi
parasite : Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides),
protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas
hominis), jamur (candida albicans).
b. Infeksi parenteral
Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat
pencernaan, seperti Otitis Media akut (OMA), Tonsilofaringitis,
Bronkopneumonia, Ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini
terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.
2. Faktor Malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidra
Ketidak mampuan saluran cerna dalam mencerna bahan makanan
sumber karbohidrat.Dalam banyak khasus, karbohidrat yang
biasanya tidak berhasil dicerna adalah laktosa. Biasanya laktosa
ditemukan pada susu, dimana laktosa yang masuk di dalam tubuh
akan dipecah oleh enzim laktase dari usus dan di ubah menjadi
galaktosa dan glukosa.
b. Malabsosrbsi lemak
Disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa), monosakarida
(intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).Pada bayi dan anak
yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktrosa.
c. Malabsorbsi protein
Terganggunya penyerapan lemak dalam tubuh.
3. Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan. Kontak antara
sumber dan host dapat terjadi melalui air, terutama air minum yang
tidak dimasak dapat juga terjadi sewaktu mandi dan berkumur. Kontak
kuman pada kotoran dapat langsung ditularkan pada orang lain apabila
melekat pada tangan dan kemudian dimasukkan ke mulut dipakai
untuk memegang makanan. Kontaminasi alat-alat makan dan dapur.
4. Faktor psikologis

Rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat menimbulkan diare


terutama pada anak yang lebih besar.
5. Faktor Pendidikan

Menurut penelitian, ditemukan bahwa kelompok ibu dengan status


pendidikan SLTP ke atas mempunyai kemungkinan 1,25 kali
memberikan cairan rehidrasi oral dengan baik pada balita dibanding
dengan kelompok ibu dengan status pendidikan SD ke bawah.
Diketahui juga bahwa pendidikan merupakan faktor yang berpengaruh
terhadap morbiditas anak balita. Semakin tinggi tingkat pendidikan
orang tua, semakin baik tingkat kesehatan yang diperoleh si anak.
6. Faktor pekerjaan

Ayah dan ibu yang bekerja Pegawai negeri atau Swasta rata-rata
mempunyai pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan ayah dan ibu
yang bekerja sebagai buruh atau petani. Jenis pekerjaan umumnya
berkaitan dengan tingkat pendidikan dan pendapatan. Tetapi ibu yang
bekerja harus membiarkan anaknya diasuh oleh orang lain, sehingga
mempunyai risiko lebih besar untuk terpapar dengan penyakit.
7. Faktor umur balita

Sebagian besar diare terjadi pada anak dibawah usia 2 tahun. Balita
yang berumur 12-24 bulan mempunyai resiko terjadi diare 2,23 kali
dibanding anak umur 25-59 bulan.
8. Faktor lingkungan

Penyakit diare merupakan merupakan salah satu penyakit yang


berbasisi lingkungan. Dua faktor yang dominan yaitu sarana air bersih
dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama
dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat
karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku
manusia yang tidak sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman,
maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare.
9. Faktor gizi

Diare menyebabkan gizi kurang dan memperberat diarenya. Oleh


karena itu, pengobatan dengan makanan baik merupakan komponen
utama penyembuhan diare tersebut. Bayi dan balita yang gizinya
kurang sebagian besar meninggal karena diare. Hal ini disebabkan
karena dehidrasi dan malnutrisi. Faktor gizi dilihat berdasarkan status
gizi yaitu baik = 100-90, kurang = <90-70, buruk = <70 dengan BB
per TB.
10. Faktor sosial ekonomi masyarakat

Sosial ekonomi mempunyai pengaruh langsung terhadap faktor-faktor


penyebab diare. Kebanyakan anak mudah menderita diare berasal dari
keluarga besar dengan daya beli yang rendah, kondisi rumah yang
buruk, tidak mempunyai penyediaan air bersih yang memenuhi
persyaratan kesehatan.
11. Faktor makanan dan minuman yang di konsumsi

Kontak antara sumber dan host dapat terjadi melalui air, terutama air
minum yang tidak dimasak dapat juga terjadi secara sewaktu mandi
dan berkumur. Kontak kuman pada kotoran dapat berlangsung
ditularkan pada orang lain apabila melekat pada tangan dan kemudian
dimasukkan kemulut dipakai untuk memegang makanan. Kontaminasi
alat-alat makan dan dapur. Bakteri yang terdapat pada saluran
pencernaan adalah bakteri Etamoeba colli, salmonella, sigella. Dan
virusnya yaitu Enterovirus, rota virus, serta parasite yaitu cacing
(Ascaris, Trichuris), dan jamur (Candida albikan).
12. Faktor terhadap laktosa (susu kaleng

Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pada pertama


kehidupan. Pada bayi yang tidak diberi ASI resiko untuk menderita
diare lebih besar daripada bayi yang diberi ASI penuh dan
kemungkinan menderita dehidrasi berat juga lebih besar.
Menggunakan botol susu ini memudahkan pencemaran oleh kuman
sehingga menyebabkan diare. Dalam ASI mengandung antibody yang
dapat melindungi kita terhadap berbagai kuman penyebab diare seperti
Sigella dan V. Cholerae.
N. WOC

O. Manifestasi Klinik
Mula-mula pasien gelisah, suhu tubuh meningkat atau demam
(Demam indikasi terjadi infeksi jika penyebabnya bakteri ciri khasnya adalah
saat hari 1-2 tidak terlalu tinggi, tetapi hari ke 3-5 semakin tinggi suhu bisa
mencapai 39°C. Jika penyebabnya virus Ciri khas infeksi virus demam
biasanya akan tinggi dalam 1-2 hari pertama, saat hari ke 3-5 turun atau
kadang hari ke 4-5 naik lagi tetapi tidak setinggi hari ke 1-2. Biasanya hari ke
6-7 akan membaik), nafsu makan berkurang atau anorexia. Kemudian disertai
diare, tinja cair, mungkin disertai lendir, atau blendir darah.Warna tinja makin
lama makin berubah kehijau-hijauan karena bercampur empedu. Anus dan
daerah sekitar timbul lecet karena sering defekasi dan tinja makin lama makin
asam, akibat dari tinja makin lama makin asam sehingga banyak laktat yang
berasal dari laktosa yang tidak di absorbsi oleh usus selama diare.
Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesduah diare dan dapat
disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan
keseimbangan asam basa dan elektrolit.Bila pasien banyak kehilangan cairan
dan elektrolit, mata terlihat cekung ataupun cowong dan mukosa bibir kering
serta turgor kulit menurun.Hal tersebut dinamakan dehidrasi.Berdasarkan
banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan, sedang,
dan berat.
Penentuan derajat dehidrasi menurut WHO

No. Tanda dan gejala Dehidrasi ringan Dehidrasi sedang Dehidrasi berat
1 Keadaan umum Sadar, gelisah, haus Gelisah, Mengantuk, lemas,
mengantuk anggota gerak dingin,
berkeringat, kebiruan,
mungkin koma, tidak
sadar
2 Denyut nadi Normal Cepat dan lemah Cepat , kadang-kadang
120-140x/mnt tidak teraba
3 Pernafasan Normal Dalam Dalam dan cepat
4 Ubun-ubun Normal Cekung Sangat cekung
5 Kelopak mata Normal Cekung Sangat cekung
6 Air mata Ada Tidak ada Sangat kering
7 Selaput lendir Lembab Kering Sangat kering
8 Elastisitas kulit Pada pencubitan lambat Sangat lambat (lebih
kulit secara elastis dari 2 detik)
kembali ke normal
9 Air seni warnanya Normal Berkurang Tidak kencing
tua

P. Patofisiologi
Gastroenteritis akut (diare) adalah masuknya virus (rotavirus,
adenovirus, enteritis), bakteri atau toksin (salmonella.E. colli), dan parasit
(Biardia, Lambia).Beberapa microorganisme pathogen ini menyebabkan
infeksi pada sel-sel, mempro duksi enterotoksin atau cytotoksin penyebab
dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada gastroenteritis
akut.Penularan gastroenteritis bisa melalui fekal oral dari satu klien ke klien
lainnya.Beberapa kasus ditemui penyebaran phatogen dikarenakan makanan
dan minuman yang terkontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmoyik
(makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam
rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam
rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare). Selain itu
menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga
sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan
motilitas usus yang mengakibatkan hipeperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat
dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang
mengakibatkan gangguan asam basa (asidosis metabolic dan hypokalemia),
gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dan gangguan
sirkulasi.
Sebagai akibat dari diare abut maupun kronis akan terjadi: kehilangan
air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya gangguan
keseimbangan asam-basa (asidosis metabolit, hipokalemia), gangguan gizi
sebagai akibat masukan makanan kurang dan pengeluaran yang bertambah,
hipoglikemia, gangguan sirkulasi darah.

Q. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan tinja
Pemeriksan tinja meliputi pemeriksaan Makroskopis dan
mikroskopis, Ph dan kadar gula dalam tinja, biakan dan resistensi
feses (colok dubur). Pada pemeriksaan feses berat feses>300 gram/24
jam untuk mengkonfirmasi adanya diare. Perhatikan bentuk tinja,
apakah setengah cair, cair, berlemak atau bercampur darah.Diare
seperti air dapat terjadi akibatkelainan pada semua tingkat sistem
pencernaan terutama usus halus.Adanya mekanan yang tidak tercerna
merupakan manifestasi dari kontak yang terlalu cepat antara tinja dan
dinding usus halus yang disebabkan cepatnya waktu transit usus.
Diare yang bervolume banyak dan berbau busuk menunjukan adanya
infeksi dan dapat dilakukan pewarnaan gram ataupun kultur.
2. Pemeriksan darah.
Pemeriksaan darah dapat dilakukan pemeriksan darah tepi (Hb, Ht,
leukosit, diftel), kadar elektrolit serum, analisa gas darah apabila
didapatkan tanda-tanda gangguan keseimbangan asam basa
(perafasan kusmaul). Diare yang disebabkan virus memiliki jumlah
dan hitung jenis leukosit normal atau limfositosis.Apabila diare
disebabkan infeksi bakteri yang invasif ke mukosa memiliki
leukosistosis.Eosinofil meningkat pada alergi makanan atau infeksi
parasit.Kadar B12 rendah menunjukan pertumbuhan bakteri
berlebihan dalam usus halus.Kadar albumin rendah menunjukan
tanda kehilangan protein dari peradangan di ileum, jejunum, kolon
dan pada sindrom malabsorpsi.Jika ada kemungkinan kuat penyakit
dasar infeksi HIV dalam darah penting dilakukan (mustakin, 2011).
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
Ureum adalah produk akhir dari metabolisme protein didalam tubuh
yang dikeluarkan lewat urin sehingga pada kelainan ginjal,
pengeluaranureum ke dalam urin terhambat seingga kadarnya akan
meningkat didalam darah. Kreatinin merupakan zat yang dihasilkan
oleh otot dan dikeluarkan dari tubuh melalui urin. Oleh karena itu
kadar kreatinin darah tergantung pada jenis kelamin, besar otot, dan
faal ginjal .
Berat nya kelainan ginjal diketahui dengan mengukur uji bersihan
kreatinin (creatinine clearance clearance test/CCT). Pemeriksaan
CCT ini memerlukan urin kumpulan 12/24 jam, sehingga bila
pengumpulan urin ini tidak berlangsung denganbaik akan
mempengaruhi hasil pemeriksaan CCT. Akhir-akhir ini, penilaian faal
ginjal dilakukan dengan pemeriksaan cystatin-C dalam darah yang
tidak dipengaruhi oleh kesalahn pengumpulan urin 24 jam. Cystatin
adalah zat degan berat molekul rendah yang dihasilkan oleh semua
sel nti di dalam tubuh yang tidak d pengaruhi oleh proses rada atau
kerusakan jaringan. Zat tersebut akan dikeluarkan ginjal. Olh karena
itu, kadar cystatin dipakai sebagi indikator yang sensitif untuk
mengetahui kemunduran fungsi ginjal
4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na,K, kalsium dan pospat
Natrium (Na) merupakan kation ekstraseluler terbanyak, yang
fungsinya menahan air di dalam tubuh.Na mempunyai banyak fungsi
seperti pada otot, saraf, mengatur keseimbangan asam-basa bersama
dengan klorida (Cl) dan ion bikarbonat.Kalium (K) merupakan kation
intraseluler terbanyak.Delapan puluh – sembilan puluh persen K
dikeluarkan oleh urin melalui ginjal. Oleh karena itu, pada kelainan
ginjal didapatkan perubahan kadar K. Klorida (Cl) merupakan anion
utama didalam cairan ekstraseluler. Zat tersebut mempunyai fungsi
mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh dan mengatur
keseimbangan asam-basa.
Kalsium (Ca) terutama didapatkan di dalam tulang.Lima puluh persen
ada dalam bentuk ion kalsium (Ca), ion Ca inilah yang dapat
dipergunakan oleh tubuh. Protein dan albumin akan mengikat Ca di
dalam darah yang mengakibatkan penurunan kadar ion Ca. Oleh
karena itu, untuk penilaian kadar Ca dalam tubuh perlu diperiksa
kadar Ca total, protein total, albumin dan ion Ca.
Fosfor (P) adalah anion yang terdapat di dalam sel. P berada didalam
darah dalam bentuk fosfat. Delapan puluh – delapan puluh lima
persen kadar fosfat di dalam badan, terikat dengan Ca yang terdapat
pada gigi dan tulang sehingga metabolism fosfat mempunyai kaitan
dengan metabolisme Ca. Kadar P yang tinggi dikaitkan dengan
gangguan fungsi ginjal sedangkan kadar P yang rendah mungkin
disebabkan oleh kurang gizi, gangguan pencernaan, kadar Ca yang
tinggi, peminum alkohol, kekurangan vitamin D, menggunakan
antasid yang banyak pada nyeri lambung.

R. Penatalaksanaan
1. Prinsip penatalaksanaan diare menurutkemenkes RI antara lain dengan
dehidrasi, nutrisi, medikamentosa.
a. Dehidrasi
Diare cair membutuhkan pengganti cairan dan elektrolit tanpa
melihat etiologinya. Jumlah cairan yang diberi harus sama dengan
jumlah yang telah hilang melalui diare dan atau muntah, ditambah
dengan banyaknya cairan yang hilang melalui keringat, urin,
pernafasan, dan ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang
melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung. Jumlah ini
tergantung pada derajat dehidrasi serta berat masing-masing anak
atau golongan umur.
b. Nutrisi
Makanan harus diteruskan bahkan ditingkatkan selama diare untuk
menghindari efek buruk pada status gizi. Agar pemberian diet pada
anak dengan diare akut dapat memenuhi tujuannya, serta
memperhatikan faktor yang mempengaruhi gizi anak, maka
diperlukan persyaratan diet sebagai berikut yakni pasien segera
diberikan makanan oral setelah rehidrasi yakni 24 jam pertama,
makanan cukup energy dan protein, makanan tidak merangsang,
makanan diberikan bertahap mulai dengan yang mudah dicerna,
makanan diberikan dalam porsi kecil dengan frekuensi sering.
Pemberian ASI diutamakan pada bayi, pemberian cairan dan
elektrolit sesuaikebutuhan, pemberian vitamin dan mineral dalam
jumlah yang cukup.
c. Medikamentosa
Antibiotik dan antiparasit tidak boleh digunakan secara rutin, obat-
obat anti diare meliputi antimotilitas seperti loperamid, difenoksilat,
kodein, apium, adsorben seperti norit, kaolin, attapulgit, antyi
muntah termasuk promatazin.
2. Menurut widoyono (2008) pengobatan diare dilakukan berdasarkan
derajat dehidrasinya
a. Tanpa dehidrasi, dengan terapi A yaitu :
Pada keadaan ini, buang air besar terjadi 3-4 kali sehari atau disebut
mulai mencret. Anak yang mengalami kondisi ini masih lincah dan
masih mau makan dan minum seperti biasa. Pengobatan dapat
dilakukan di rumah oleh ibu atau anggota keluarga lainnya dengan
memberikan makanan dan minuman yang ada di rumah seperti air
kelapa, larutan gula garam (LGG), air tajin, air teh maupun oralit.
b. Dehidrasi ringan atau sedang, dengan terapi B yaitu:
Diare dengan dehidrasi ringan ditandai dengan hilangnya
cairan sampai 5% dariberat badan, sedangkan pada diare sedang
terjadi kehilangan cairan 6 -10% dari berat badan. Untuk
mengobati penyakit diare pada derajat dehidrasi ringan atau sedang
digunakan terapi B, yaitu sebagai berikut :
Tabel 1. Oralit yang diberikan pada anak yang mengalami dehidrasi
ringan

Waktu <1 tahun 1-4 tahun >5 tahun


3 jam pertama 300ml 600ml 1200ml
Setiap kali 100ml 200ml 400ml
BAB
(widoyono,2008)
c. Dehidrasi berat, dengan terapi C yaitu:
Diare dengan dehidrasi berat ditandai dengan mencret terus menerus,
biasanya lebih dari 10 kali disertai muntah, kehilangan cairan lebih
dari 10% berat badan. Diare ini diatasi dengan terapi C, yaitu
perawatan di puskesmas atau rumah sakit untuk diinfus Ringer
Laktat (Widoyono, 2008).
3. Teruskan pemberian makanan
Pemberian makanan seperti semula diberikan sedini mungkin dan
disesuaikan dengan kebutuhan. Makanan tambahan diperlukan pada
masa penyembuhan. Untuk bayi, ASI tetap diberikan bila sebelumnya
mendapatkan ASI, namun bila tidak mendapatkan ASI dapat diteruskan
dengan memberikan susu formula (Widoyono, 2008).
Sebagian besar penyebab diare adalah rotavirus yang tidak
memerlukan antibiotik dalam penatalaksanaan kasus diare karena tidak
bermanfaat dan efek sampingnya bahkan merugikan penderita
(Widoyono,2008).
Menurut Depkes RI (2011) pengobatan diare juga dapat dilakukan
dengan pemberian Zinc. Memberikan zinc baik dan aman untuk
pengobatan diare pada anak. Zinc diberikan selama 10 hari dengan dosis
1 tablet/ hari (1 tablet = 20mg) u.ntuk usia> 6 bulan dan ½ tablet perhari
untuk usia < 6 bulan. Penggunaan Zinc dapat mempercepat kesembuhan
anak dari diare, mengurangi risiko diare lebih dari 7 hari, mengurangi
tinja, serta mengurangi risiko diare berikutnya 2-3 bulan ke depan.
Penggunaan zinc juga dapat mengurangi penggunaan antibiotik yang
irrasional.

S. Komplikasi
Menurut Maryunani (2010) sebagai akibat dari diare akan terjadi
beberapa hal sebagai hal berikut.
1. Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari
pemasukan (input) secara mendadak sehingga terjadi syock
hipovolemik yang cepat. Kehilangan elektrolit melalui feses potensial
mengarah ke hipokalemia dan asidosis metabolic.
2. Gangguan keseimbangan asam basa (metabolic asidosis).
Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja.
Metabolic lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun
dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya
anorexia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat
karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria atau
anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler ke
dalam cairan intraseluler.
3. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih
sering pada anak yang sebelumnya telah menderita kekurangan kalori
protein (KKP).Hal ini terjadi karena adanya gangguan penyimpanan
atau penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan etabol
glukosa. Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah
menurun hingga 40% pada bayi dan 50% pada anak-anak.
4. Gangguan gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini
disebabkan oleh makanan sering dihentikan oleh orang tua
karena takut diare atau muntah bertambah hebat,
walaupun susu diteruskan sering diberikan dengan
pengeluaran dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama, makanan
yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diarbsorbsi dengan
baik karena adanya hiperplastik.
5. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (syock) hipovolemik,
akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis
bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran
menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal.

T. Pencegahan
Cara pencegahan penyakit diare menurut Widoyono (2008)
adalah melalui promosi kesehatan, antara lain:
1. Menggunakan air bersih ( tidak berwarna, tidak berbau, tidak
berasa)
Penularan kuman infeksisus penyebab diare ditularkan melalui
face oral kuman tersebut dapat ditularkan bila masuk ke dalam
mulut melalui mkanan, minuman atau benda yang tercemar
dengan tinja, misalnya jari-jari tangan, makanan yang wadah atau
tempat makan-minum yang dicuci dengan air tercemaar.
Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar
bersih mempunyai resiko menderita diare lebih kecil dibanding
dengan masyarakat yang tidak mendapat air bersih.Masyarakat
dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare yaitu dengan
menggunakan air bersih dan melindungi air tersebut dari
kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah.
Yang harus diperhatikan oleh keluarga adalah:
a. Ambil air dari sumber air yang bersih.
b. Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta
gunakan gayung khusus untuk mengambil air.
c. Jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk
mandi anak-anak.
d. Minum air yang sudah matang. Memasak air sampai
mendidih sebelum diminum, agar mematikan sebagian besar
kuman penyakit.
e. Cuci semua peralatan masak dan peralatan makan dengan air
yang bersih dan cukup.
2. Mencuci tangan dengan sabun
Mencuci tangan dengan sabun pada waktu sebelum dan sesudah
makan, serta pada waktu sesudah buang air besar.Kebiasaan yang
berhubungan dengan kebersihan peroragan yang penting dalam
penularan kuman diare adalah mencuci tangan.Mencuci tangan
menurunkan angka kejadian diare sebesar 47%.
3. Memberikan ASI pada anak sampai usia dua tahun
Asi adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat
makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk
dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi.Asi saja sudah cukup
untuk menjaga pertumbuhan sampai umur 6 bulan. Tidak ada
makanan lain yang dibutuhkan selama masa ini. Asi bersifat steril,
berbeda dengan sumber susu lain seperti susu formula atau cairan
lain yang disiapkan dengan air atau bahan-bahan yang
terkontaminasi dalam botol yang kotor. Pemberian asi saja, tanpa
cairan atau makanan lain dan tanpa menggunakan botol,
menghindarkan anak dari bahaya bakteri dan organisme lain yang
dapat menyebabkan diare.
4. Membuang tinja bayi dan anak dengan benar
Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak
berbahaya.Hal ini tidak benar karena tinja bayi dapat pula
menularkan penyakit pada anak-anak dan orang tuanya.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam
MRS, nomor register, diagnose medis.
2. Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara
pelo, dan tidak dapat berkomunikasi.
3. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak,
pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala,
mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala
kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
4. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia,
riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-
obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.
5. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun
diabetes militus.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipovolemi berhubungan dengan kekurangan intake cairan

C. INTERVENSI

No Dx. Kep SLKI SIKI


.

1. Hipovolemi Setelah dilakukan Manajemen Hipovolemia


berhubungan asuhan keperawatan Observasi
dengan selama 1x24 jam 1. Periksa tanda dan gejala
penurunan masalah kekurangan hypovolemia (misal frekuensi
intake cairan volume cairan dapat nadi, tekanan darah menurun,
diatasi dengan criteria tekanan nadi menyempit,
hasil : turgor kulit menurun, haus,
lemah)
1. Output urin
2. Monitor intake dan output
meningkat
cairan
2. Membran
Terapeutik
mukosa
1. Hitung kebutuhan cairan
lembab
2. Berikan posisi modified
meningkat
trendelenburg
3. Perasaan
3. Berikan asupan cairan oral
lemah
Edukasi
menurun
1. Anjurkan memperbanyak
4. Tekanan darah
cairan oral
membaik
2. Anjurkan menghindari
5. Turgor kulit
perubahan posisi mendadak
membaik
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan
IV isotonis (NaCl, RL)
2. Kolaborasi pemberian cairan
IV hipotonis (missal glukosa
2,5 %, NaCl 0,4 %)
PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN
BHAKTI WIYATA KEDIRI

PENGKAJIAN KEPERAWATAN DASAR


Tanggal MRS : 5 oktober 2020 Jam Masuk : 06.00
Tanggal Pengkajian : 5 oktober 2020 No. RM : 22031011
Jam Pengkajian : 07.00 Diagnosa Medis : CVA

I. BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien :An.Y
Umur : 5 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Suku/ Bangsa : Jawa
Agama : Khatolik
Pendidikan :-
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Status Perkawinan : Belum Menikah
Alamat : Dsn. Jetak sumberjo sine ngawi Rt.04 Rw.03
    
IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
Nama : Ny. N
Umur : 49 tahun
Pekerjaan : Pedagang
Pendidikan :S
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Khatolik
Alamat : Dsn. Jetak Sumberjo Sine Ngawi Rt.04 Rw.03
Hubungan dengan pasien  : Ibu

II. RIWAYAT PENYAKIT


1. KELUHAN UTAMA :
a. Saat Masuk Rumah Sakit
:Ibu pasien mengatakan BAB 7x sehari sejak jam 05.00 dengan konsistensi
cair
b. Saat Pengkajian
: Ibu pasien mengatakan badanya demam,badan lemas dan muntah 2x sehari
2. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG → Kronologis dari penyakit yang diderita
saat ini mulai awal hingga di bawa ke pelayanan kesehatan secara lengkap : ibu
pasien mengatakan bahwa anaknya sejak tadi pagi jam 05.00 mengalmai BAB 7x
dalam sehari dan konsistensi cair,demam, badan lemas dan muntah 2x sehari. Ibu
pasien juga mengatakan panas diabagian anusnya. Ibu pasien mengatakan cemas
dengan kondisi anaknya. kemudian langsung di bawa ke pelayanan kesehatan
kemudian dilakukan TTV : TD : 90 mmhg , N : 60x/menit, RR : 22x/menit S:38C
3. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
1. Pernah dirawat : ya  tidak kapan :…......…
Diagnosa : Diabetus militus
2. Riwayat penyakit kronik dan menular ya  tidak
Jenis……………………
Riwayat kontrol : .............................
Riwayat penggunaan obat :..............
3. Riwayat alergi : ya  tidak jenis……………………
4. Riwayat operasi : ya  tidak kapan……………………

4. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Ya Jenis penyakit…………………
 Tidak

III. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK


1. Pemeriksaan Tanda tanda vital
TD : 90 mmHg
ND : 60x/mnt
SH : 38C
RR : 22x/mnt
BB : 23 kg
TB : - cm
Kesadaran :  Compos Mentis Somnolen
Sopor Koma Apatis
2. Keadaan Umum
Pasien tampak lemah

3. HEAD TO TOE
KEPALA
Bentuk kepala  simetris tidak
Ketombe  ada tidak
Kotoran pada kulit kepala  ada tidak
Pertumbuhan rambut  merata tidak
Lesi ada  tidak
Nyeri tekan ya  tidak

KULIT
Kulit ikterik sianos kemerahan hiperpigmentasi
Turgor kulit  baik kurang jelek
Lesi ada  tidak
Oedema ya  tidak
Peradangan ya  tidak

PENGLIHATAN
Bola mata  simetris tidak
Pergerakan bola mata  normal tidak
Refleks pupil terhadap cahaya  normal tidak
Kornea  bening tidak
Konjungtiva anemis  tidak
Sclera ikterik  tidak
Pupil  isokor anisokor
ketajaman pengelihatan  normal tidak

PENCIUMAN/PENGHIDUNG
Bentuk  simetris tidak
Fungsi penciuman  baik tidak
Peradangan ada  tidak
Polip ada  tidak
Perdarahan ya  tidak

PENDENGARAN/TELINGA
Bentuk daun telinga  simetris tidak
Letak  simetris tidak
Peradangan ada  tidak
Fungsi pendengaran  baik tidak
Serumen ada  tidak
Cairan ada  tidak
Perdarahan ya  tidak
MULUT
Mulut bersih kotor  berbau
Bibir  pucat cyanosis merah
Mukosa bibir lembab  kering stomatitis
Gigi  bersih tidak
Gusi berdarah ya  tidak
Tonsil radang  tidak
Lidah tremor ya tidak
Fungsi pengecapan baik  tidak

LEHER
Benjolan/massa ada  tidak
Kekakuan ya  tidak
Nyeri tekan ya  tidak
Kedudukan trachea  normal tidak
Gangguan bicara  ada tidak

DADA/PERNAFASAN
PARU
Inspeksi
Keluhan : sesak nyeri waktu nafas
Batuk produktif Kering Darah
Sekret :- Konsistensi :......................
Warna :- Bau :..................................
Irama nafas :  teratur tidak teratur
Pola Dispnoe Kusmaul Cheyne Stokes
Bentuk dada  Simetris Asimetris
Bentuk thorax  Normal chest Pigeon chest
Funnel chest Barrel chest
Retraksi Intercosta ya  tidak
Retraksi Suprasternal ya  tidak
Pernafasan cuping hidung ya  tidak
Alat bantu napas ya  tidak
Jenis................... Flow..............lpm
Palpasi
Pemeriksaan taktil / vokal fremitus : Getaran antara kanan dan kiri teraba (sama /
tidak sama), lebih bergetar pada sisi........................
Perkusi
Area paru : ( sonor / hipersonor / dulness )

Auskultasi
Suara nafas :
Area Vesikuler  Bersih Halus Kasar
Area Brochial  Bersih Halus Kasar
Area Bronkovesikuler  Bersih Halus Kasar
Suara tambahan :
Crakles Rochi Wheezing Pleural Friction rub

JANTUNG
Inspeksi
Ictus Cordis ( + / - ), pelebaran................. cm
Palpasi
Pulsasi pada dinding thorax teraba ( Lemah / Kuat / Tidak teraba )
Perkusi
Batas – batas jantung normal adalah :
Batas atas : ICS II ( N = ICS II )
Batas bawah : ICS V ( N = ICS V )
Batas Kiri : ICS V ( N = ICS V Mid clavikula Sinistra )
Batas Kanan : ICS IV ( N = ICS IV Mid sternalis Dextra )
Auskultasi
BJ I terdengar (tunggal/ganda), (Keras/lemah), (reguler/irreguler)
BJ II terdengar (tunggal/ganda), Keras/lemah), (reguler/irreguler)
Bunyi jantung tambahan :
BJ III (+ / -), Gallop Rhythm (+ / -), Murmur (+ / -)
Keluhan lain terkait dengan jantung :
a. Keluhan nyeri dada ya  tidak
b. Irama jantung  reguler ireguler
S1/S2 tunggal ya  tidak
c. CRT : 3 detik
d. Akral  hangat panas dingin
kering basah
e. JVP  normal meningkat menurun
f. Clubbing Finger ya  tidak

ABDOMEN
Bentuk  simetris tidak
Abdomen tegang  kembung ascites
Nyeri tekan ya  tidak
Peristaltik usus : 30 x/menit
Oedem ya  tidak

REPRODUKSI
Radang pada genitalia eksterna ya  tidak
Lesi ya  tidak
Siklus menstruasi teratur  tidak
Pengeluaran cairan ya  tidak

EKSTREMITAS ATAS/BAWAH
Pembatasan gerak  ya tidak
Varises ada  tidak
Tromboplebitis ada  tidak
Nyeri ya  tidak
Kemerahan ya  tidak
Kelemahan tungkai/tidak  ya tidak
Kekuatan otot
5 5
5 5

Oedem
- -
- -

IV. POLA PEMELIHARAAN KESEHATAN


a. Pola Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Pemenuhan
No makan dan Sebelum Sakit Setelah Sakit
Minum
1 Jumlah / Waktu Pagi : 1 piring Pagi : 100 ml
Siang : 1 piring Siang : 100 ml
Malam : 1 piring Malam : 100 ml
2 Jenis Nasi : Ya Nasi : Tidak
Lauk : Ya Lauk : Tidak
Sayur : Ya Sayur : Tidak
Minum : 600 ml Minum / Infus:
Susu/RL
3 Pantangan / Tidak ada Ada
Alergi
4 Kesulitan makan Tidak ada Ada
dan minum
5 Usaha untuk Tidak ada Diet rendah gula dan
mengatasi makan sedikit tapi
masalah sering

b. Pola Eliminasi
Pemenuhan
No Eliminasi Sebelum Sakit Setelah Sakit
BAB / BAK
1 Jumlah / Waktu Pagi : 1x Pagi : 150 cc
Siang : 1x Siang : 200 cc
Malam : 2x Malam : 1000 cc
2 Warna Kuning jernih Kuning keruh
3 Bau Khas urine dan feses Khas urine dan feses
4 Konsistensi Keras Cair
5 Masalah Tidak ada Ada
eliminasi
6 Cara mengatasi Tidak ada Dengan pemberian
masalah cairan elektrolit

c. Pola Istirahat Tidur


Pemenuhan
No Sebelum Sakit Setelah Sakit
Istirahat Tidur
1 Jumlah / Waktu Pagi : - Pagi : 2 jam
Siang : 1 jam Siang : 3 jam
Malam : 8 jam Malam : 7 jam
2 Gangguan tidur Tidak ada Tidak ada
3 Upaya Tidak ada Tidak ada
mengatasi
masalah
gangguan tidur
4 Hal yang Tidak ada Tidak ada
mempermudah
tidur
5 Hal yang Tidak ada Tidak ada
mempermudah
bangun

d. Pola Kebersiah diri / Personal Hygiene


Pemenuhan
No Personal Sebelum Sakit Setelah Sakit
Hygiene
1 Frekuensi 3x/minngu Belum mencuci rambut
mencuci rambut
2 Frekuensi 2x/hari 1x/hari
Mandi
3 Frekuensi 2x/hari Tidak
Gosok gigi
4 Memotong kuku 1x/minggu Tidak
5 Ganti pakaian 2x/hari 1x/hari
e. Merokok ya  tidak
f. Alkohol ya  tidak
V. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
a. Persepsi klien terhadap penyakitnya
 Cobaan Tuhan hukuman lainnya
b. Ekspresi klien terhadap penyakitnya
 Murung/diam gelisah
tegang marah/menangis
c. Reaksi saat interaksi  Kooperatif
tidak kooperatif
curiga
d. Gangguan konsep diri ya  tidak
Masalah Keperawatan: Tidak ada

VI. PENGKAJIAN SPRIRITUAL


Kebiasaan beribadah
a. Sebelum sakit  sering kadang- kadang tidak pernah
b. Selama sakit sering  kadang- kadang tidak pernah
Masalah Keperawatan : Tidak ada

VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG


LABORATORIUM :
A. Darah Lengkap
Leukosit :......................... ( N : 3.500 - 10.000 L )
Eritrosit :......................... ( N : 1,2 juta - 1,5 juta )
Trombosit :......................... ( N : 150.000 – 350.000 / L )
Hemoglobin :..........................( N : 11,0 – 16,3 gr / dl )
Hematrokit :..........................( N : 35,0 – 50 gr / dl )
B. Kimia Darah
Ureum :..........................( N : 10 – 50 mg / dl )
Creatinin :..........................( N : 07 – 1,5 mg / dl )
SGOT :..........................( N : 2 – 17 )
SGPT :..........................( N : 3 – 19 )
BUN :..........................( N : 20 – 40 / 10 – 20 mg / dl )
Bilirubin :..........................( N : 1,0 mg / dl )
Total Protein :..........................( N : 6,7 – 8,7 mg / dl )
GD Puasa :..........................( N : 100 mg / dl )
GD 2 JPP :..........................( N : 140 – 180 mg / dl )

C. Analisa aelektrolit
Natrium :..........................( N : 136 – 145 mmol / l )
Kalium :..........................( N : 3,5 – 5,0 mml / l )
Clorida :..........................( N : 98 – 106 mmol / l )
Calsium :..........................( N : 7,6 – 11,0 mg / dl )
Phospor :..........................( N : 2,5 – 7,07 mg / dl )

PEMERIKSAAN PENUNJANG YANG LAIN :


Jenis pemeriksaan Hasil
Foto Rontgent thorax -
USG -
EKG -
EEG -
CT- Scan -
MRI -
Endoscopy -
Lain – lain -

TERAPI YANG TELAH DIBERIKAN


Nama Obat Fungsi
RL Untuk mengembalikan osmolaritas dan elektrolit tubuh
secara cepat melalui rehidrasi intravena
Oralit Untuk menggantikan elektrolit yang hilang dalam tubuh
Entrostop Utuk obat anti diare
Untuk
Untuk

DAFTAR PRIORITAS MASALAH


1. Hipovolemia

Kediri,05 Oktober 2020


ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


.

1. Ds : Frekuensi BAB Hipovolemia


meningkat
 Ibu pasien mengatakan jika
anaknya bab 7x sehari sejak
pagi jam 05.00 dengan
konsistensi cair ,muntah 2x
sehari. Hilangnya cairan dan
elektrolit berlebihan
Do :

 K/u lemah
 Kesadaran :CM
 TD:90 mmHg Gangguan
 N:60X/menit keseimbangan cairan
 RR:22x/menit dan elektrolit
 S:38C
 Konjungtiva anemis
 Pasien tampak pucat
 CRT >3 detik

DIAGNOSA KEPERAWTAN (PRIORITAS)

No. Diagnosa Keperawatan


1. Hipovolemia berhubungan dengan penurunan keseimabangan cairan dan
elektrolit
RENCANA KEPERAWATAN

Nama pasien : An. Y No. RM : 22032011


Umur : 5 tahun Alamat : Ngawi
Dx. Medis :Diare

No Diagnosa SLKI SIKI


. keperawatan

1. Hipovolemia b/d Diharapka setelah Observasi :


penurunan diberikan asuhan 1. Pemeriksaan tanda dan gejala
keseimbangan
keperawatan selama 1x 24 hipovolemia (mis.frekuensi nadi
cairan dan
elektrolit jam masalah kekurangan meningkat, nadi teraba lemah,
volume cairan teratasi tekanan darah menurun, tekanan
dengan kriteria hasil : nadi menyempit, turgor kulit
menurun , membran mukosa
1. Output urin
kering, volume urin menurun ,
meningkat
hematokrit meningkat, haus,
2. Membran mukosa
lemah)
lembab meningkat
3. Perasaan lemah Terapeutik :
menurun
1. Hitung kebutuhan cairan
4. Tekanan darah
2. Berikan asupan cairan oral
membaik
5. Turgor kulit Edukasi :
membaik
1. anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral

Kolaborasi:

1. Kolaborasi pemberian cairan IV


isotonis (mis.NaCl.RL)
2. Kolaborasi pemberian cairan IV
hipotonis(mis.glukosa
2,5%,NaCl 0,4%)
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama pasien : An. Y No. RM : 22032011


Umur : 5 tahun Alamat : Ngawi
Dx. Medis :Diare

No Hari/Tanggal Jam Implementasi Evaluasi

1 Kamis,8 07.00 1. Memeriksa tanda dan gejala S:Ibu pasien mengataan BAB
oktober 2020 berkurang menjadi 3 kali sehari
hipovolemia(mis frekuensi
tapi konsitensi masih cair
nadi meningkat, nadi teraba O:
- K/u:Lemah
lemah, tekanan darah
- Kesadaran :CM
menurun, tekanan nadi - TD:90 mmHg
- N:60x/menit
menyempit, turgor kulit
- RR:22x/menit
menurun, membran mukosa - S:37,5C
- Konjungtiva anemis
kering, volume urin
- Pasien tampak tidak
menurun, hemotokrit pucatCRT <3 detik
meningkat, haus, lemah) A:Masalah teratasi sebagian
2. Menghitung kebutuhan P:lanjutkan intervensi
cairan
3. Memberikan asupan cairan
oral
4. Menganjurkan
memperbanyak asupan
cairan oral
5. Menkolaborasikan
pemberian cairan IV
isotonis (mis NaCl RL)
6. Mengkolaborasi pemberian
cairan IV hipotonis(mis
glukosa 2,5 %,NaCl 0,4%)
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama pasien : An. Y No. RM : 22032011


Umur : 5 tahun Alamat : Ngawi
Dx. Medis :Diare

No Hari/Tanggal Jam Implementasi Evaluasi

1 Jum’at ,9 07.00 1. Memeriksa tanda dan gejala S:Ibu pasien mengataan BAB
oktober 2020 berkurang menjadi 3 kali sehari
hipovolemia(mis frekuensi
tapi konsitensi masih cair
nadi meningkat, nadi teraba O:
- K/u:Cukup
lemah, tekanan darah
- Kesadaran :CM
menurun, tekanan nadi - TD:90 mmHg
- N:66x/menit
menyempit, turgor kulit
- RR:22x/menit
menurun, membran mukosa - S:36,8C
- Konjungtiva anemis
kering, volume urin
- Pasien tampak tidak
menurun, hemotokrit pucatCRT <3 detik
meningkat, haus, lemah) A:Masalah teratasi sebagian
2. Menghitung kebutuhan P:lanjutkan intervensi
cairan
3. Memberikan asupan cairan
oral
4. Menganjurkan
memperbanyak asupan
cairan oral
5. Menkolaborasikan
pemberian cairan IV
isotonis (mis NaCl RL)
6. Mengkolaborasi pemberian
cairan IV hipotonis(mis
glukosa 2,5 %,NaCl 0,4%)

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama pasien : An. Y No. RM : 22032011
Umur : 5 tahun Alamat : Ngawi
Dx. Medis :Diare

No Hari/Tanggal Jam Implementasi Evaluasi

1 Saptu ,10 07.00 1. Memeriksa tanda dan gejala S:Ibu pasien mengataan BAB
oktober 2020 berkurang menjadi 2 kali sehari
hipovolemia(mis frekuensi
konsistensi padat
nadi meningkat, nadi teraba O:
- K/u:Cukup
lemah, tekanan darah
- Kesadaran :CM
menurun, tekanan nadi - TD:90 mmHg
- N:62x/menit
menyempit, turgor kulit
- RR:22x/menit
menurun, membran mukosa - S:36,3C
kering, volume urin - Konjungtiva anemis
- Pasien tampak tidak
menurun, hemotokrit pucatCRT <3 detik
meningkat, haus, lemah) A:Masalah teratasi
2. Menghitung kebutuhan P:Hentikan intervensi
cairan
3. Memberikan asupan cairan
oral
4. Menganjurkan
memperbanyak asupan
cairan oral
5. Menkolaborasikan
pemberian cairan IV
isotonis (mis NaCl RL)
6. Mengkolaborasi pemberian
cairan IV hipotonis(mis
glukosa 2,5 %,NaCl 0,4%)
PENUTUP

A. Kesimpulan
Diare akut adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari pada biasanya
lebih dari 200 gram atau 200 ml/ 24 jam. Definisi lain memakai frekuensi yaitu buang
air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar tersebut dapat/ tanpa disertai
lendir dan darah.
Penularan diare karena infeksi melalui transmisi fekal oral langsung dari penderita
diare atau melalui makan/minuman yang terkontaminasi bakteri pathogen yang berasal
dari tinja manusia/hewan atau bahan muntahan penderita dan juga dapat melalui udara
atau melalui aktivitas seksual kontak oral-genital atau oral-anal (Sudoyono Aru,dkk
2009)
B. Saran
Dengan dibuatnya asuhan keperawatan pada klien yang mengalami Diare ini
diharapkan mahasiswa untuk lebih bisa memahami, mengetahui dan mengerti tentang
cara pembuatan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami Diare.
DAFTAR PUSTAKA
Suriadi, Rita Yuliani. 2001. Asuhan Keperawatan Pada penyakit Dalam. Edisi 1. Agung
Seto. Jakarta.
Huda, Amin, dan Kusuma, Hardhi. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda NIC-NOC. Jilid 1. Media Action. Jogjakarta.

Anda mungkin juga menyukai