Oleh :
NIM. 40220028
2020.
A. Definisi
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat
tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-
partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan (Abdul,
2008).
Cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolism
tubuh membutuhkan perubahan yang tepat untuk melakukan respons terhadap
keadaan fisiologis dan lingkungan (Tamsuri,2004).
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena
metabolism tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon
terhadap stressor fisiologi dan lingkungan (Tarwoto dan Wartonah, 2006).
B. Tujuan Pemberian
1. Replacement yaitu menggantikan kehilangan cairan dari intravaskuler.
2. Resusistai yaitu menggantikan segera kehilangan cairan untuk
mengembalikan sirkulasi darah.
3. Routine maintanance yaitu memelihara kebutuhan dan cairan bagi
pasien yang tidak bisa dapat asupan per oral.
4. Redistribusi yaitu distribusi cairsn tubuh yang mengumpul di satu
tempat khususnya pada sepsis, kritis dan PGK.
C. Anatomi Fisiologi
a) Cara Pengeluaran Cairan
1. Ginjal
Merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam
pengaturan ketubuhan cairan dan elektrolit. Hal ini terlihat pada fungsi
ginjal yakni sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi garam dan
darah, pengatur keseimbangan cairan asam basa darah dan pengatur
ekskresi bahan buangan atau kelebihan garam. Ginjal dilengkapi
dengan sepasang ureter, sebuah kandung kemih dan uretra yang
membawa urine keluar tubuh
2. Kulit
Merupakan bagian penting dalam pengaturan cairan yang
terkait dalam proses pengatur suhu tubuh. Proses ini diatur oleh pusat
pengatur panas yang disarafi oleh vasomotorik dengan kemampuan
mengendalikan arteriolakutan dengan cara vasodilatasi dan
vasokontriksi. Banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh
darah dalam kulit mempengaruhi jumlah keringat yang dikeluarkan.
Proses pelepasan panas kemudian dapat dilakukan dengan cara
penguapan.
3. Paru-paru
Organ paru-paru berperan dalam pengeluiaran cairan dengan
menghasilkan insensible water loss ± 400 ml/hari. Proses pengeluaran
cairan terkait dengan respons akibat perubahan. Perubahan frekuensi
dan kedalaman pernafasan (kemampuan bernafas) , misalnya orang
yang olahraga berat.
4. Gastrointestinal
Merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam
mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran air.
Dalam kondisi normal, cairan yang hilang dalam sistem ini sekitar
100-200 ml/hari.
b) Pengatur Elektrolit
1. Natrium (Sodium)
Merupakan kation paling banyak yang terdapat pada cairan
ekstrasel. Na+ mempengaruhi keseimbangan air, hantaran impuls saraf
dan kontraksi otot. Sodium diatur oleh intake garam, endosteron, dan
pengeluaran urine. Normal sekitar 135-148 mEq/lt.
2. Kalium (pottasium)e
Merupakan kation utama cairan intrasel. Berfungsi sebagai excitability
neuromuskuler dan kontraksi otot. Diperlukan untuk pembentukan
glikoge, sintesa protein, pengeturan keseimbangan asam basa, karena
ion K+ dapat diubah menjadi ion hydrogen (H+). Nilai normalnya
sekitar 3,5-5,5 mEq/lt.
3. Kalsium
Berguna untuk integritas kulit dan struktur sel, konduksi jantung,
pembekuan darah, serta pembentukan tulang dan gigi. Kalsium dan
Cairan ekstrasel diatur oleh kelenjar paratiroid dan tiroid. Hormone
paratiroid mengabsorbsi kalium melalui gastrointestinal, sekresi
melalui ginjal. Hormone thirocalcitonin menghambat penyerapan Ca+
+ tulang.
4. Magnesium
Merupakan kation terbanyak kedua pada cairan intrasel. Sangat
penting untuk aktivitas enzim, neurochemia, dan muscular
excibility.Nilai normalnya sekitar 1,5- 2,5 mEq/lt.
5. Klorida
HCOᵌ adalah buffer kimia utama dalam tubuh dan terdapat pada cairan
ekstresel dan intrasel. Biknat diatur oleh ginjal.
6. Fosfat
Merupakan anion buffer dalam cairan intrasel dan ekstrasel. Berfungsi
untuk meningkatkan kegiatan neuromuskuler, metabolisme
karbohidrat, pengatur asam basa. Pengatur oleh hormone paratiroid.
( Tarwoto dan wartonah, 2006 )
D. Klasifikasi
1. Cairan Intraselular
Merupakan cairan yang terkandung di dalam sel tubuh. Memiliki ion
natrium dan kalium yang berlawanan dengan cairan ekstraselular. Pada
orang dewasa kia-kira 2/3 dari cairan tubuh.
2. Cairan ekstraselular.
Merupakan cairan diluar sel tubuh. Memiliki ion natrium dan klorida
serta ion bikarbonat dalam jumlah besar tetapi sedikit kalium,kalsium,
magneium, fosfat, sulfat dan asam organik.
Cairan ekstraselular dibagi menjadi :
a) Cairan intersisial adalah cairan yang ada di sekitar sel tubuh dan limfe.
b) Plasma darah adalah bagian cair dari darah dan mencapai seperepat
CES.
c) Cairan traselular adalah cairan yang terkandung di dlam rongga khusus
dari tubuh.
d) Meliputi cairan serebrospinal, perkardial dan sinoval.
( Tarwoto dan wartonah, 2006 )
E. Manifestasi Klinis
1) Kelelahan.
2) Kram otot dan kejang.
3) Mual dan muntah.
4) Pusing.
5) Pingsan.
6) Mukosa bibir kering.
7) Nadi lemah.
8) Sembelit.
9) Suhu naik.
10) Berat badan turun dan naik tiba-tiba.
11) Volume urin menurun atau meningkat.
12) Edema. (mutaqin;2011).
F. Faktor-faktor yang mempengaruhi
a. Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia
akan berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat
badan. Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan
keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi
gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau
jantung.
b. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan
kelembaban udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh
dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di
lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari.
c. Diet
Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit.
Ketika intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan
lemak sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun
padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan
sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
d. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan
pemecahan glykogen otot. Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan
retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
e. Kondis sakit
Kondisi sakit sangat b3erpengaruh terhadap kondisi keseimbangan
cairan dan elektrolit tubuh Misalnya:
o Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui
IWL
o Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses
regulator
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
o Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan
pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk
memenuhinya secara mandiri. ( Tarwoto dan wartonah, 2006 )
1. Rehidrasi oral.
2. Menghitung keseimbangan cairan.
Rumus
balance cairan :
input - (IWL + ouput)
Minum 1300 ml
Pencernaan makanan 1000ml
Oksidasi Metabolik 300ml
Jumlah = 2600
(Behrman,1996)
(Behrman,1996).
J. Definisi
Diare akut adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair
atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak daripada
biasanya lebih dari 200 gram atau 200ml/24 jam. Definisi lain memakai
frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3x perhari. Buang air besar
tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah.
penularan diare karena infeksi melalui transmisi fekal oral langsung dari
penderita diare atau melalui makan/minuman yang terkontaminasi bakteri
patoghen yang berasal dari tinja manusia/hewan atau bahan muntahan
penderita dan juga dapat melalui udara atau melalui aktivitas seksual kontak
oral-genital atau oral-anal (Sudoyo Aru,dkk 2009).
Diare adalah pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair dengan
frekuensi lebih banyak dari biasanya (pada bayi lebih dari 3x BAB, sedangkan
pada neonatus lebih dari 4x BAB (Sudarti,2010).
K. Klasifikasi Diare
1. Akut: Diare akut yaitu buang air besar dengan frekuensi yang
meningkat dan konsistensi tinja yang lembek atau cair dan bersifat
mendadak datangnya dan berlangsung dalam waktu kurang dari 2
minggu. Menurut Depkes (2002), diare akut yaitu diare yang
berlangsung kurang dari 14 hari tanpa diselang-seling berhenti lebih
dari 2 hari. Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dari tubuh
penderita, gradasi penyakit diare akut dibedakan dalam empat kategori,
yaitu: (1) Diare tanpa dehidrasi, (2) Diare dengan dehidrasi ringan,
apabila cairan yang hilang 2-5% dari berat badan, (3) Diare dengan
dehidrasi sedang, apabila cairan yang hilang 5-8% dari berat badan, (4)
Diare dengan dehidrasi berat, apabila cairan yang hilang lebih dari 8-
10%.
2. Diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari, merupakan
kelanjutan dari diare akut atau peralihan antara akut dan kronik.
3. Kronik: Diare kronis adalah diare hilang timbul, atau berlangsung lama
dengan penyebab non-infeksi, seperti penyakit sensitive terhadap
gluten atau gangguan metabolism yang menurun. Lama diare kronik
lebih dari 30 hari. Menurut (Suharyono, 2008), diare kronik adalah
diare yang bersifat menahun atau persisten dan berlangsung 2 minggu
lebih.
L. ANATOMI FISIOLOGI
1. Cara Pengeluaran Cairan
a. Ginjal
Merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam
pengaturan ketubuhan cairan dan elektrolit. Hal ini terlihat pada fungsi
ginjal yakni sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi garam dan
darah, pengatur keseimbangan cairan asam basa darah dan pengatur
ekskresi bahan buangan atau kelebihan garam. Ginjal dilengkapi
dengan sepasang ureter, sebuah kandung kemih dan uretra yang
membawa urine keluar tubuh
b. Kulit
Merupakan bagian penting dalam pengaturan cairan yang
terkait dalam proses pengatur suhu tubuh. Proses ini diatur oleh pusat
pengatur panas yang disarafi oleh vasomotorik dengan kemampuan
mengendalikan arteriolakutan dengan cara vasodilatasi dan
vasokontriksi. Banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh
darah dalam kulit mempengaruhi jumlah keringat yang dikeluarkan.
Proses pelepasan panas kemudian dapat dilakukan dengan cara
penguapan.
c. Paru-paru
Organ paru-paru berperan dalam pengeluiaran cairan dengan
menghasilkan insensible water loss ± 400 ml/hari. Proses pengeluaran
cairan terkait dengan respons akibat perubahan. Perubahan frekuensi
dan kedalaman pernafasan (kemampuan bernafas) , misalnya orang
yang olahraga berat.
d. Gastrointestinal
Merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam
mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran air.
Dalam kondisi normal, cairan yang hilang dalam sistem ini sekitar
100-200 ml/hari.
2. Pengatur Elektrolit
a. Natrium (Sodium)
Merupakan kation paling banyak yang terdapat pada cairan
ekstrasel. Na+ mempengaruhi keseimbangan air, hantaran impuls saraf
dan kontraksi otot. Sodium diatur oleh intake garam, endosteron, dan
pengeluaran urine. Normal sekitar 135-148 mEq/lt.
b. Kalium (pottasium)e
Merupakan kation utama cairan intrasel. Berfungsi sebagai excitability
neuromuskuler dan kontraksi otot. Diperlukan untuk pembentukan
glikoge, sintesa protein, pengeturan keseimbangan asam basa, karena
ion K+ dapat diubah menjadi ion hydrogen (H+). Nilai normalnya
sekitar 3,5-5,5 mEq/lt.
c. Kalsium
Berguna untuk integritas kulit dan struktur sel, konduksi jantung,
pembekuan darah, serta pembentukan tulang dan gigi. Kalsium dan
Cairan ekstrasel diatur oleh kelenjar paratiroid dan tiroid. Hormone
paratiroid mengabsorbsi kalium melalui gastrointestinal, sekresi
melalui ginjal. Hormone thirocalcitonin menghambat penyerapan Ca+
+ tulang.
d. Magnesium
Merupakan kation terbanyak kedua pada cairan intrasel. Sangat
penting untuk aktivitas enzim, neurochemia, dan muscular
excibility.Nilai normalnya sekitar 1,5- 2,5 mEq/lt.
e. Klorida
HCOᵌ adalah buffer kimia utama dalam tubuh dan terdapat pada cairan
ekstresel dan intrasel. Biknat diatur oleh ginjal.
f. Fosfat
Merupakan anion buffer dalam cairan intrasel dan ekstrasel. Berfungsi
untuk meningkatkan kegiatan neuromuskuler, metabolisme
karbohidrat, pengatur asam basa. Pengatur oleh hormone paratiroid.
( Tarwoto dan wartonah, 2006 )
M. Etiologi
Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu :
1. Faktor Infeksi
a. Infeksi enteral
Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak. Infeksi parenteral ini meliputi: (a)
Infeksi bakteri: Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya. (b) Infeksi
virus: Enteroovirus (Virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis),
Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain. (c) Infestasi
parasite : Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides),
protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas
hominis), jamur (candida albicans).
b. Infeksi parenteral
Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat
pencernaan, seperti Otitis Media akut (OMA), Tonsilofaringitis,
Bronkopneumonia, Ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini
terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.
2. Faktor Malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidra
Ketidak mampuan saluran cerna dalam mencerna bahan makanan
sumber karbohidrat.Dalam banyak khasus, karbohidrat yang
biasanya tidak berhasil dicerna adalah laktosa. Biasanya laktosa
ditemukan pada susu, dimana laktosa yang masuk di dalam tubuh
akan dipecah oleh enzim laktase dari usus dan di ubah menjadi
galaktosa dan glukosa.
b. Malabsosrbsi lemak
Disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa), monosakarida
(intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).Pada bayi dan anak
yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktrosa.
c. Malabsorbsi protein
Terganggunya penyerapan lemak dalam tubuh.
3. Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan. Kontak antara
sumber dan host dapat terjadi melalui air, terutama air minum yang
tidak dimasak dapat juga terjadi sewaktu mandi dan berkumur. Kontak
kuman pada kotoran dapat langsung ditularkan pada orang lain apabila
melekat pada tangan dan kemudian dimasukkan ke mulut dipakai
untuk memegang makanan. Kontaminasi alat-alat makan dan dapur.
4. Faktor psikologis
Ayah dan ibu yang bekerja Pegawai negeri atau Swasta rata-rata
mempunyai pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan ayah dan ibu
yang bekerja sebagai buruh atau petani. Jenis pekerjaan umumnya
berkaitan dengan tingkat pendidikan dan pendapatan. Tetapi ibu yang
bekerja harus membiarkan anaknya diasuh oleh orang lain, sehingga
mempunyai risiko lebih besar untuk terpapar dengan penyakit.
7. Faktor umur balita
Sebagian besar diare terjadi pada anak dibawah usia 2 tahun. Balita
yang berumur 12-24 bulan mempunyai resiko terjadi diare 2,23 kali
dibanding anak umur 25-59 bulan.
8. Faktor lingkungan
Kontak antara sumber dan host dapat terjadi melalui air, terutama air
minum yang tidak dimasak dapat juga terjadi secara sewaktu mandi
dan berkumur. Kontak kuman pada kotoran dapat berlangsung
ditularkan pada orang lain apabila melekat pada tangan dan kemudian
dimasukkan kemulut dipakai untuk memegang makanan. Kontaminasi
alat-alat makan dan dapur. Bakteri yang terdapat pada saluran
pencernaan adalah bakteri Etamoeba colli, salmonella, sigella. Dan
virusnya yaitu Enterovirus, rota virus, serta parasite yaitu cacing
(Ascaris, Trichuris), dan jamur (Candida albikan).
12. Faktor terhadap laktosa (susu kaleng
O. Manifestasi Klinik
Mula-mula pasien gelisah, suhu tubuh meningkat atau demam
(Demam indikasi terjadi infeksi jika penyebabnya bakteri ciri khasnya adalah
saat hari 1-2 tidak terlalu tinggi, tetapi hari ke 3-5 semakin tinggi suhu bisa
mencapai 39°C. Jika penyebabnya virus Ciri khas infeksi virus demam
biasanya akan tinggi dalam 1-2 hari pertama, saat hari ke 3-5 turun atau
kadang hari ke 4-5 naik lagi tetapi tidak setinggi hari ke 1-2. Biasanya hari ke
6-7 akan membaik), nafsu makan berkurang atau anorexia. Kemudian disertai
diare, tinja cair, mungkin disertai lendir, atau blendir darah.Warna tinja makin
lama makin berubah kehijau-hijauan karena bercampur empedu. Anus dan
daerah sekitar timbul lecet karena sering defekasi dan tinja makin lama makin
asam, akibat dari tinja makin lama makin asam sehingga banyak laktat yang
berasal dari laktosa yang tidak di absorbsi oleh usus selama diare.
Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesduah diare dan dapat
disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan
keseimbangan asam basa dan elektrolit.Bila pasien banyak kehilangan cairan
dan elektrolit, mata terlihat cekung ataupun cowong dan mukosa bibir kering
serta turgor kulit menurun.Hal tersebut dinamakan dehidrasi.Berdasarkan
banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan, sedang,
dan berat.
Penentuan derajat dehidrasi menurut WHO
No. Tanda dan gejala Dehidrasi ringan Dehidrasi sedang Dehidrasi berat
1 Keadaan umum Sadar, gelisah, haus Gelisah, Mengantuk, lemas,
mengantuk anggota gerak dingin,
berkeringat, kebiruan,
mungkin koma, tidak
sadar
2 Denyut nadi Normal Cepat dan lemah Cepat , kadang-kadang
120-140x/mnt tidak teraba
3 Pernafasan Normal Dalam Dalam dan cepat
4 Ubun-ubun Normal Cekung Sangat cekung
5 Kelopak mata Normal Cekung Sangat cekung
6 Air mata Ada Tidak ada Sangat kering
7 Selaput lendir Lembab Kering Sangat kering
8 Elastisitas kulit Pada pencubitan lambat Sangat lambat (lebih
kulit secara elastis dari 2 detik)
kembali ke normal
9 Air seni warnanya Normal Berkurang Tidak kencing
tua
P. Patofisiologi
Gastroenteritis akut (diare) adalah masuknya virus (rotavirus,
adenovirus, enteritis), bakteri atau toksin (salmonella.E. colli), dan parasit
(Biardia, Lambia).Beberapa microorganisme pathogen ini menyebabkan
infeksi pada sel-sel, mempro duksi enterotoksin atau cytotoksin penyebab
dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada gastroenteritis
akut.Penularan gastroenteritis bisa melalui fekal oral dari satu klien ke klien
lainnya.Beberapa kasus ditemui penyebaran phatogen dikarenakan makanan
dan minuman yang terkontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmoyik
(makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam
rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam
rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare). Selain itu
menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga
sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan
motilitas usus yang mengakibatkan hipeperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat
dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang
mengakibatkan gangguan asam basa (asidosis metabolic dan hypokalemia),
gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dan gangguan
sirkulasi.
Sebagai akibat dari diare abut maupun kronis akan terjadi: kehilangan
air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya gangguan
keseimbangan asam-basa (asidosis metabolit, hipokalemia), gangguan gizi
sebagai akibat masukan makanan kurang dan pengeluaran yang bertambah,
hipoglikemia, gangguan sirkulasi darah.
Q. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan tinja
Pemeriksan tinja meliputi pemeriksaan Makroskopis dan
mikroskopis, Ph dan kadar gula dalam tinja, biakan dan resistensi
feses (colok dubur). Pada pemeriksaan feses berat feses>300 gram/24
jam untuk mengkonfirmasi adanya diare. Perhatikan bentuk tinja,
apakah setengah cair, cair, berlemak atau bercampur darah.Diare
seperti air dapat terjadi akibatkelainan pada semua tingkat sistem
pencernaan terutama usus halus.Adanya mekanan yang tidak tercerna
merupakan manifestasi dari kontak yang terlalu cepat antara tinja dan
dinding usus halus yang disebabkan cepatnya waktu transit usus.
Diare yang bervolume banyak dan berbau busuk menunjukan adanya
infeksi dan dapat dilakukan pewarnaan gram ataupun kultur.
2. Pemeriksan darah.
Pemeriksaan darah dapat dilakukan pemeriksan darah tepi (Hb, Ht,
leukosit, diftel), kadar elektrolit serum, analisa gas darah apabila
didapatkan tanda-tanda gangguan keseimbangan asam basa
(perafasan kusmaul). Diare yang disebabkan virus memiliki jumlah
dan hitung jenis leukosit normal atau limfositosis.Apabila diare
disebabkan infeksi bakteri yang invasif ke mukosa memiliki
leukosistosis.Eosinofil meningkat pada alergi makanan atau infeksi
parasit.Kadar B12 rendah menunjukan pertumbuhan bakteri
berlebihan dalam usus halus.Kadar albumin rendah menunjukan
tanda kehilangan protein dari peradangan di ileum, jejunum, kolon
dan pada sindrom malabsorpsi.Jika ada kemungkinan kuat penyakit
dasar infeksi HIV dalam darah penting dilakukan (mustakin, 2011).
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
Ureum adalah produk akhir dari metabolisme protein didalam tubuh
yang dikeluarkan lewat urin sehingga pada kelainan ginjal,
pengeluaranureum ke dalam urin terhambat seingga kadarnya akan
meningkat didalam darah. Kreatinin merupakan zat yang dihasilkan
oleh otot dan dikeluarkan dari tubuh melalui urin. Oleh karena itu
kadar kreatinin darah tergantung pada jenis kelamin, besar otot, dan
faal ginjal .
Berat nya kelainan ginjal diketahui dengan mengukur uji bersihan
kreatinin (creatinine clearance clearance test/CCT). Pemeriksaan
CCT ini memerlukan urin kumpulan 12/24 jam, sehingga bila
pengumpulan urin ini tidak berlangsung denganbaik akan
mempengaruhi hasil pemeriksaan CCT. Akhir-akhir ini, penilaian faal
ginjal dilakukan dengan pemeriksaan cystatin-C dalam darah yang
tidak dipengaruhi oleh kesalahn pengumpulan urin 24 jam. Cystatin
adalah zat degan berat molekul rendah yang dihasilkan oleh semua
sel nti di dalam tubuh yang tidak d pengaruhi oleh proses rada atau
kerusakan jaringan. Zat tersebut akan dikeluarkan ginjal. Olh karena
itu, kadar cystatin dipakai sebagi indikator yang sensitif untuk
mengetahui kemunduran fungsi ginjal
4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na,K, kalsium dan pospat
Natrium (Na) merupakan kation ekstraseluler terbanyak, yang
fungsinya menahan air di dalam tubuh.Na mempunyai banyak fungsi
seperti pada otot, saraf, mengatur keseimbangan asam-basa bersama
dengan klorida (Cl) dan ion bikarbonat.Kalium (K) merupakan kation
intraseluler terbanyak.Delapan puluh – sembilan puluh persen K
dikeluarkan oleh urin melalui ginjal. Oleh karena itu, pada kelainan
ginjal didapatkan perubahan kadar K. Klorida (Cl) merupakan anion
utama didalam cairan ekstraseluler. Zat tersebut mempunyai fungsi
mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh dan mengatur
keseimbangan asam-basa.
Kalsium (Ca) terutama didapatkan di dalam tulang.Lima puluh persen
ada dalam bentuk ion kalsium (Ca), ion Ca inilah yang dapat
dipergunakan oleh tubuh. Protein dan albumin akan mengikat Ca di
dalam darah yang mengakibatkan penurunan kadar ion Ca. Oleh
karena itu, untuk penilaian kadar Ca dalam tubuh perlu diperiksa
kadar Ca total, protein total, albumin dan ion Ca.
Fosfor (P) adalah anion yang terdapat di dalam sel. P berada didalam
darah dalam bentuk fosfat. Delapan puluh – delapan puluh lima
persen kadar fosfat di dalam badan, terikat dengan Ca yang terdapat
pada gigi dan tulang sehingga metabolism fosfat mempunyai kaitan
dengan metabolisme Ca. Kadar P yang tinggi dikaitkan dengan
gangguan fungsi ginjal sedangkan kadar P yang rendah mungkin
disebabkan oleh kurang gizi, gangguan pencernaan, kadar Ca yang
tinggi, peminum alkohol, kekurangan vitamin D, menggunakan
antasid yang banyak pada nyeri lambung.
R. Penatalaksanaan
1. Prinsip penatalaksanaan diare menurutkemenkes RI antara lain dengan
dehidrasi, nutrisi, medikamentosa.
a. Dehidrasi
Diare cair membutuhkan pengganti cairan dan elektrolit tanpa
melihat etiologinya. Jumlah cairan yang diberi harus sama dengan
jumlah yang telah hilang melalui diare dan atau muntah, ditambah
dengan banyaknya cairan yang hilang melalui keringat, urin,
pernafasan, dan ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang
melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung. Jumlah ini
tergantung pada derajat dehidrasi serta berat masing-masing anak
atau golongan umur.
b. Nutrisi
Makanan harus diteruskan bahkan ditingkatkan selama diare untuk
menghindari efek buruk pada status gizi. Agar pemberian diet pada
anak dengan diare akut dapat memenuhi tujuannya, serta
memperhatikan faktor yang mempengaruhi gizi anak, maka
diperlukan persyaratan diet sebagai berikut yakni pasien segera
diberikan makanan oral setelah rehidrasi yakni 24 jam pertama,
makanan cukup energy dan protein, makanan tidak merangsang,
makanan diberikan bertahap mulai dengan yang mudah dicerna,
makanan diberikan dalam porsi kecil dengan frekuensi sering.
Pemberian ASI diutamakan pada bayi, pemberian cairan dan
elektrolit sesuaikebutuhan, pemberian vitamin dan mineral dalam
jumlah yang cukup.
c. Medikamentosa
Antibiotik dan antiparasit tidak boleh digunakan secara rutin, obat-
obat anti diare meliputi antimotilitas seperti loperamid, difenoksilat,
kodein, apium, adsorben seperti norit, kaolin, attapulgit, antyi
muntah termasuk promatazin.
2. Menurut widoyono (2008) pengobatan diare dilakukan berdasarkan
derajat dehidrasinya
a. Tanpa dehidrasi, dengan terapi A yaitu :
Pada keadaan ini, buang air besar terjadi 3-4 kali sehari atau disebut
mulai mencret. Anak yang mengalami kondisi ini masih lincah dan
masih mau makan dan minum seperti biasa. Pengobatan dapat
dilakukan di rumah oleh ibu atau anggota keluarga lainnya dengan
memberikan makanan dan minuman yang ada di rumah seperti air
kelapa, larutan gula garam (LGG), air tajin, air teh maupun oralit.
b. Dehidrasi ringan atau sedang, dengan terapi B yaitu:
Diare dengan dehidrasi ringan ditandai dengan hilangnya
cairan sampai 5% dariberat badan, sedangkan pada diare sedang
terjadi kehilangan cairan 6 -10% dari berat badan. Untuk
mengobati penyakit diare pada derajat dehidrasi ringan atau sedang
digunakan terapi B, yaitu sebagai berikut :
Tabel 1. Oralit yang diberikan pada anak yang mengalami dehidrasi
ringan
S. Komplikasi
Menurut Maryunani (2010) sebagai akibat dari diare akan terjadi
beberapa hal sebagai hal berikut.
1. Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari
pemasukan (input) secara mendadak sehingga terjadi syock
hipovolemik yang cepat. Kehilangan elektrolit melalui feses potensial
mengarah ke hipokalemia dan asidosis metabolic.
2. Gangguan keseimbangan asam basa (metabolic asidosis).
Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja.
Metabolic lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun
dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya
anorexia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat
karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria atau
anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler ke
dalam cairan intraseluler.
3. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih
sering pada anak yang sebelumnya telah menderita kekurangan kalori
protein (KKP).Hal ini terjadi karena adanya gangguan penyimpanan
atau penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan etabol
glukosa. Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah
menurun hingga 40% pada bayi dan 50% pada anak-anak.
4. Gangguan gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini
disebabkan oleh makanan sering dihentikan oleh orang tua
karena takut diare atau muntah bertambah hebat,
walaupun susu diteruskan sering diberikan dengan
pengeluaran dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama, makanan
yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diarbsorbsi dengan
baik karena adanya hiperplastik.
5. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (syock) hipovolemik,
akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis
bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran
menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal.
T. Pencegahan
Cara pencegahan penyakit diare menurut Widoyono (2008)
adalah melalui promosi kesehatan, antara lain:
1. Menggunakan air bersih ( tidak berwarna, tidak berbau, tidak
berasa)
Penularan kuman infeksisus penyebab diare ditularkan melalui
face oral kuman tersebut dapat ditularkan bila masuk ke dalam
mulut melalui mkanan, minuman atau benda yang tercemar
dengan tinja, misalnya jari-jari tangan, makanan yang wadah atau
tempat makan-minum yang dicuci dengan air tercemaar.
Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar
bersih mempunyai resiko menderita diare lebih kecil dibanding
dengan masyarakat yang tidak mendapat air bersih.Masyarakat
dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare yaitu dengan
menggunakan air bersih dan melindungi air tersebut dari
kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah.
Yang harus diperhatikan oleh keluarga adalah:
a. Ambil air dari sumber air yang bersih.
b. Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta
gunakan gayung khusus untuk mengambil air.
c. Jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk
mandi anak-anak.
d. Minum air yang sudah matang. Memasak air sampai
mendidih sebelum diminum, agar mematikan sebagian besar
kuman penyakit.
e. Cuci semua peralatan masak dan peralatan makan dengan air
yang bersih dan cukup.
2. Mencuci tangan dengan sabun
Mencuci tangan dengan sabun pada waktu sebelum dan sesudah
makan, serta pada waktu sesudah buang air besar.Kebiasaan yang
berhubungan dengan kebersihan peroragan yang penting dalam
penularan kuman diare adalah mencuci tangan.Mencuci tangan
menurunkan angka kejadian diare sebesar 47%.
3. Memberikan ASI pada anak sampai usia dua tahun
Asi adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat
makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk
dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi.Asi saja sudah cukup
untuk menjaga pertumbuhan sampai umur 6 bulan. Tidak ada
makanan lain yang dibutuhkan selama masa ini. Asi bersifat steril,
berbeda dengan sumber susu lain seperti susu formula atau cairan
lain yang disiapkan dengan air atau bahan-bahan yang
terkontaminasi dalam botol yang kotor. Pemberian asi saja, tanpa
cairan atau makanan lain dan tanpa menggunakan botol,
menghindarkan anak dari bahaya bakteri dan organisme lain yang
dapat menyebabkan diare.
4. Membuang tinja bayi dan anak dengan benar
Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak
berbahaya.Hal ini tidak benar karena tinja bayi dapat pula
menularkan penyakit pada anak-anak dan orang tuanya.
A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam
MRS, nomor register, diagnose medis.
2. Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara
pelo, dan tidak dapat berkomunikasi.
3. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak,
pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala,
mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala
kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
4. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia,
riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-
obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.
5. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun
diabetes militus.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipovolemi berhubungan dengan kekurangan intake cairan
C. INTERVENSI
I. BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien :An.Y
Umur : 5 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Suku/ Bangsa : Jawa
Agama : Khatolik
Pendidikan :-
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Status Perkawinan : Belum Menikah
Alamat : Dsn. Jetak sumberjo sine ngawi Rt.04 Rw.03
IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
Nama : Ny. N
Umur : 49 tahun
Pekerjaan : Pedagang
Pendidikan :S
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Khatolik
Alamat : Dsn. Jetak Sumberjo Sine Ngawi Rt.04 Rw.03
Hubungan dengan pasien : Ibu
3. HEAD TO TOE
KEPALA
Bentuk kepala simetris tidak
Ketombe ada tidak
Kotoran pada kulit kepala ada tidak
Pertumbuhan rambut merata tidak
Lesi ada tidak
Nyeri tekan ya tidak
KULIT
Kulit ikterik sianos kemerahan hiperpigmentasi
Turgor kulit baik kurang jelek
Lesi ada tidak
Oedema ya tidak
Peradangan ya tidak
PENGLIHATAN
Bola mata simetris tidak
Pergerakan bola mata normal tidak
Refleks pupil terhadap cahaya normal tidak
Kornea bening tidak
Konjungtiva anemis tidak
Sclera ikterik tidak
Pupil isokor anisokor
ketajaman pengelihatan normal tidak
PENCIUMAN/PENGHIDUNG
Bentuk simetris tidak
Fungsi penciuman baik tidak
Peradangan ada tidak
Polip ada tidak
Perdarahan ya tidak
PENDENGARAN/TELINGA
Bentuk daun telinga simetris tidak
Letak simetris tidak
Peradangan ada tidak
Fungsi pendengaran baik tidak
Serumen ada tidak
Cairan ada tidak
Perdarahan ya tidak
MULUT
Mulut bersih kotor berbau
Bibir pucat cyanosis merah
Mukosa bibir lembab kering stomatitis
Gigi bersih tidak
Gusi berdarah ya tidak
Tonsil radang tidak
Lidah tremor ya tidak
Fungsi pengecapan baik tidak
LEHER
Benjolan/massa ada tidak
Kekakuan ya tidak
Nyeri tekan ya tidak
Kedudukan trachea normal tidak
Gangguan bicara ada tidak
DADA/PERNAFASAN
PARU
Inspeksi
Keluhan : sesak nyeri waktu nafas
Batuk produktif Kering Darah
Sekret :- Konsistensi :......................
Warna :- Bau :..................................
Irama nafas : teratur tidak teratur
Pola Dispnoe Kusmaul Cheyne Stokes
Bentuk dada Simetris Asimetris
Bentuk thorax Normal chest Pigeon chest
Funnel chest Barrel chest
Retraksi Intercosta ya tidak
Retraksi Suprasternal ya tidak
Pernafasan cuping hidung ya tidak
Alat bantu napas ya tidak
Jenis................... Flow..............lpm
Palpasi
Pemeriksaan taktil / vokal fremitus : Getaran antara kanan dan kiri teraba (sama /
tidak sama), lebih bergetar pada sisi........................
Perkusi
Area paru : ( sonor / hipersonor / dulness )
Auskultasi
Suara nafas :
Area Vesikuler Bersih Halus Kasar
Area Brochial Bersih Halus Kasar
Area Bronkovesikuler Bersih Halus Kasar
Suara tambahan :
Crakles Rochi Wheezing Pleural Friction rub
JANTUNG
Inspeksi
Ictus Cordis ( + / - ), pelebaran................. cm
Palpasi
Pulsasi pada dinding thorax teraba ( Lemah / Kuat / Tidak teraba )
Perkusi
Batas – batas jantung normal adalah :
Batas atas : ICS II ( N = ICS II )
Batas bawah : ICS V ( N = ICS V )
Batas Kiri : ICS V ( N = ICS V Mid clavikula Sinistra )
Batas Kanan : ICS IV ( N = ICS IV Mid sternalis Dextra )
Auskultasi
BJ I terdengar (tunggal/ganda), (Keras/lemah), (reguler/irreguler)
BJ II terdengar (tunggal/ganda), Keras/lemah), (reguler/irreguler)
Bunyi jantung tambahan :
BJ III (+ / -), Gallop Rhythm (+ / -), Murmur (+ / -)
Keluhan lain terkait dengan jantung :
a. Keluhan nyeri dada ya tidak
b. Irama jantung reguler ireguler
S1/S2 tunggal ya tidak
c. CRT : 3 detik
d. Akral hangat panas dingin
kering basah
e. JVP normal meningkat menurun
f. Clubbing Finger ya tidak
ABDOMEN
Bentuk simetris tidak
Abdomen tegang kembung ascites
Nyeri tekan ya tidak
Peristaltik usus : 30 x/menit
Oedem ya tidak
REPRODUKSI
Radang pada genitalia eksterna ya tidak
Lesi ya tidak
Siklus menstruasi teratur tidak
Pengeluaran cairan ya tidak
EKSTREMITAS ATAS/BAWAH
Pembatasan gerak ya tidak
Varises ada tidak
Tromboplebitis ada tidak
Nyeri ya tidak
Kemerahan ya tidak
Kelemahan tungkai/tidak ya tidak
Kekuatan otot
5 5
5 5
Oedem
- -
- -
b. Pola Eliminasi
Pemenuhan
No Eliminasi Sebelum Sakit Setelah Sakit
BAB / BAK
1 Jumlah / Waktu Pagi : 1x Pagi : 150 cc
Siang : 1x Siang : 200 cc
Malam : 2x Malam : 1000 cc
2 Warna Kuning jernih Kuning keruh
3 Bau Khas urine dan feses Khas urine dan feses
4 Konsistensi Keras Cair
5 Masalah Tidak ada Ada
eliminasi
6 Cara mengatasi Tidak ada Dengan pemberian
masalah cairan elektrolit
C. Analisa aelektrolit
Natrium :..........................( N : 136 – 145 mmol / l )
Kalium :..........................( N : 3,5 – 5,0 mml / l )
Clorida :..........................( N : 98 – 106 mmol / l )
Calsium :..........................( N : 7,6 – 11,0 mg / dl )
Phospor :..........................( N : 2,5 – 7,07 mg / dl )
K/u lemah
Kesadaran :CM
TD:90 mmHg Gangguan
N:60X/menit keseimbangan cairan
RR:22x/menit dan elektrolit
S:38C
Konjungtiva anemis
Pasien tampak pucat
CRT >3 detik
Kolaborasi:
1 Kamis,8 07.00 1. Memeriksa tanda dan gejala S:Ibu pasien mengataan BAB
oktober 2020 berkurang menjadi 3 kali sehari
hipovolemia(mis frekuensi
tapi konsitensi masih cair
nadi meningkat, nadi teraba O:
- K/u:Lemah
lemah, tekanan darah
- Kesadaran :CM
menurun, tekanan nadi - TD:90 mmHg
- N:60x/menit
menyempit, turgor kulit
- RR:22x/menit
menurun, membran mukosa - S:37,5C
- Konjungtiva anemis
kering, volume urin
- Pasien tampak tidak
menurun, hemotokrit pucatCRT <3 detik
meningkat, haus, lemah) A:Masalah teratasi sebagian
2. Menghitung kebutuhan P:lanjutkan intervensi
cairan
3. Memberikan asupan cairan
oral
4. Menganjurkan
memperbanyak asupan
cairan oral
5. Menkolaborasikan
pemberian cairan IV
isotonis (mis NaCl RL)
6. Mengkolaborasi pemberian
cairan IV hipotonis(mis
glukosa 2,5 %,NaCl 0,4%)
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
1 Jum’at ,9 07.00 1. Memeriksa tanda dan gejala S:Ibu pasien mengataan BAB
oktober 2020 berkurang menjadi 3 kali sehari
hipovolemia(mis frekuensi
tapi konsitensi masih cair
nadi meningkat, nadi teraba O:
- K/u:Cukup
lemah, tekanan darah
- Kesadaran :CM
menurun, tekanan nadi - TD:90 mmHg
- N:66x/menit
menyempit, turgor kulit
- RR:22x/menit
menurun, membran mukosa - S:36,8C
- Konjungtiva anemis
kering, volume urin
- Pasien tampak tidak
menurun, hemotokrit pucatCRT <3 detik
meningkat, haus, lemah) A:Masalah teratasi sebagian
2. Menghitung kebutuhan P:lanjutkan intervensi
cairan
3. Memberikan asupan cairan
oral
4. Menganjurkan
memperbanyak asupan
cairan oral
5. Menkolaborasikan
pemberian cairan IV
isotonis (mis NaCl RL)
6. Mengkolaborasi pemberian
cairan IV hipotonis(mis
glukosa 2,5 %,NaCl 0,4%)
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama pasien : An. Y No. RM : 22032011
Umur : 5 tahun Alamat : Ngawi
Dx. Medis :Diare
1 Saptu ,10 07.00 1. Memeriksa tanda dan gejala S:Ibu pasien mengataan BAB
oktober 2020 berkurang menjadi 2 kali sehari
hipovolemia(mis frekuensi
konsistensi padat
nadi meningkat, nadi teraba O:
- K/u:Cukup
lemah, tekanan darah
- Kesadaran :CM
menurun, tekanan nadi - TD:90 mmHg
- N:62x/menit
menyempit, turgor kulit
- RR:22x/menit
menurun, membran mukosa - S:36,3C
kering, volume urin - Konjungtiva anemis
- Pasien tampak tidak
menurun, hemotokrit pucatCRT <3 detik
meningkat, haus, lemah) A:Masalah teratasi
2. Menghitung kebutuhan P:Hentikan intervensi
cairan
3. Memberikan asupan cairan
oral
4. Menganjurkan
memperbanyak asupan
cairan oral
5. Menkolaborasikan
pemberian cairan IV
isotonis (mis NaCl RL)
6. Mengkolaborasi pemberian
cairan IV hipotonis(mis
glukosa 2,5 %,NaCl 0,4%)
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diare akut adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari pada biasanya
lebih dari 200 gram atau 200 ml/ 24 jam. Definisi lain memakai frekuensi yaitu buang
air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar tersebut dapat/ tanpa disertai
lendir dan darah.
Penularan diare karena infeksi melalui transmisi fekal oral langsung dari penderita
diare atau melalui makan/minuman yang terkontaminasi bakteri pathogen yang berasal
dari tinja manusia/hewan atau bahan muntahan penderita dan juga dapat melalui udara
atau melalui aktivitas seksual kontak oral-genital atau oral-anal (Sudoyono Aru,dkk
2009)
B. Saran
Dengan dibuatnya asuhan keperawatan pada klien yang mengalami Diare ini
diharapkan mahasiswa untuk lebih bisa memahami, mengetahui dan mengerti tentang
cara pembuatan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami Diare.
DAFTAR PUSTAKA
Suriadi, Rita Yuliani. 2001. Asuhan Keperawatan Pada penyakit Dalam. Edisi 1. Agung
Seto. Jakarta.
Huda, Amin, dan Kusuma, Hardhi. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda NIC-NOC. Jilid 1. Media Action. Jogjakarta.