Anda di halaman 1dari 8

1.

Konsep manajemen cairan dan elektrolit

Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi

tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh

merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan

dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh.

Cairan tubuh terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit

adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang

disebut ion jika berada dalam larutan.

Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman,

dan cairan intravena dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan

cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total

dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan

elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu

terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.

2. Komposisi cairan dan elektrolit tubuh

a. Cairan intraseluler (CIS ) adalah cairan yang berada di dalam sel di

seluruh tubuh.

b. Cairan ekstraseluler (CES) adalah cairan yang berada di dalam sel di

seluruh tubuh,

3. Sistem tubuh yang berperan pada kebutuhan cairan dan elektrolit

a. Ginjal

Ginjal merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam

pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit. Hal ini terlihat pada fungsi
ginjal yakni sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi garam dalam

darah, pengatur keseimbangan asam basa darah, dan pengaturan ekskresi

bahan buangan atau kelebihan garam. Proses pengaturan kebutuhan

keseimbangan air diawali oleh kemampuan bagian ginjal seperti

glomerulus sebagai penyaringan cairan. Rata-rata setiap 1 liter darah

mengandung 500 cc plasma yang mengalir melalui glomerulus, 20% nya

disaring ke luar. Cairan yang tersaring, kemudian mengalir melalui renalis

yang sel-selnya menyerap semua bahan yang dibutuhkan. Jumlah urine

yang diproduksi ginjal dapat dipengaruhi oleh ADH dan aldosterone

dengan rata-rata 1 ml/kg/jam.

b. Kulit

Kulit merupakan bagian penting dalam pengaturan cairan yang terkait

dengan proses pengaturan panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur

panas yang disarafi oleh yasamotorik dengan kemampuan mengendalikan

arteriola kutan dengan cara pelebaran pembuluh darah dan penyempitan

pembuluh darah.

c. Paru-paru

Organ paru-paru berperan dalam pengeluaran cairan dengan menghasilkan

insensible water loss ± 400 ml/hari. Proses pengeluaran cairan terkait

dengan respon akibat perubahan frekuensi dan kedalaman pernafasan

(kemampuan bernafas), misalnya orang yang melakukan olah raga berat.


4. kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh dan keseimbangan asam dan basa

a. Kebutuhan cairan

Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara

fisiologis. Kebutuhan ini memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh

dengan hampir 90% dari total berat badan. Sementara itu, sisanya

merupakan bagian padat dari tubuh. Secara keseluruhan, presentase cairan

tubuh berbeda berdasarkan usia. Presentase cairan tubuh bayi baru lahir

sekitar 75% dari total berat badan, pria dewasa 57% dari total berat badan,

wanita dewasa 55% dari total berat badan, dan dewasa tua 45% dari total

berat badan. Selain itu, presentase jumlah cairan tubuh yang bervariasi

juga bergantung pada lemak dalam tubuh dan jenis kelamin.

b. Kebutuhan elektrolit

Elektrolit terdapat pada seluruh cairan tubuh. Cairan tubuh mengandung

oksigen, nutrient dan sisa metabolism, seperti karbondioksida yang

semuanya disebut dengan ion. Beberapa jenis garam dalam air akan

dipecah dalam bentuk ion elektrolit. Contohnya, NaCl akan dipecah

menjadi ion Na+ dan Cl-. Pacahan elektrolit tersebut merupakan ion yang

dapat menghantarkan arus listrik. Ion yang bermuatan negative disebut

anion dan ion bermuatan positif disebut kation. Contoh natrium, kalium,

kalsium dan magnesium. Sedangkan anion contohnya klorida, bikarbonat

dan fosfat.
c. Keseimbangan Asam dan Basa

Dalam aktivitasnya, sel tubuh memerlukan keseimbangan asam- basa.

Keseimbangan asam-basa dapat diukur dengan pH (derajat keasaman).

Dalam keadaan normal, pH cairan tubuh adalah 7,35-7,45. ). Pengaturan

keseimbangan asam-basa dilakukan oleh paru melalui pengangkutan

kelebihan CO2 dan H2CO2 dari darah yang dapat menigkatkan pH hingga

kondisi standard (normal)). Ventilasi dianggap memadai apabila suplai O2

seimbang dengan kebutuhan O2. Pembuangan melalui paru harus

seimbang dengan pembentukan Co2 agar ventilasi memadai. Ventilasi

yang memadai dapat mempertahankan kadar pCO2 sebesar 40 mmHg.

5. faktor yang berpengaruh terhadap cairan dan elektrolit

a. Aktivitas

Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan

cairan dan elektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses

metabolisme dalam tubuh. Hal ini mengakibatkan peningkatan haluaran

cairan melalui keringat. Dengan demikian, jumlah cairan yang dibutuhkan

juga meningkat. Selain itu, kehilangan cairan yan tidak disadari

(insensible water loss) juga mengalami peningkatan akibat peningkatan

laju pernafasan dan aktivasi kelenjar keringat

b. Iklim

Normalnya, individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak

terlalu panas tidak akan mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem

melalui kulit dan pernafasan. Dalam situasi ini, cairan yang keluar
umumnya tidak dapat diobservasi sehingga disebut sebagai kehilangan

cairan yang tidak disadari (insensible water loss, IWL). Besarnya IWL

pada tiap individu bervariasi, dipengaruhi oleh suhu lingkungan, tingkat

metabolisme, dan usia. Individu yang tinggal di lingkungan yang bersuhu

tinggi atau di daerah dengan tingkat kelembaban yang rendah akan lebih

sering mengalami kehilangan cairan dan elektrolit.

c. Stress

Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh.

Saat stress, tubuh mengalami peningkatan metabolisme seluler,

peningkatan konsentrasi glukosa darah, dan glkolisis otot. Mekanisme ini

mengakibatkan retensi air dan natrium. Di samping itu, stress juga

menyebabkan peningkatan produksi hormone antidiuretic yang dapat

mengurangi produksi urine


2.1.5 Tanda dan gejala

Menurut Wijaya (2013 )

a. Kehilangan nafsu makan

b. penurunan berat badan atau malah meningkat akibat penumpukan cairan.

c. Lebih sering ingin buang air kecil, terutama di malam hari atau bila tahap

lebih lanjut lagi urine semakin sedikit.

d. Edema atau pembengkakan pada mata kaki, tungkai, atau tangan akibat

penumpukan cairan.

e. Sesak napas, jika ada penumpukan cairan di paru-paru

f. Merasa mual atau muntah

2.1.8 Komplikasi

Komplikasi yang terjadi pada gagal ginjal kronik menurut (Kowalak, 2012)

meliputi:

1. Hiperkalemia, yang diakibatkan karena adanya penurunan ekskresi

asidosis metabolik, perikarditis efusi pericardial dan temponade jantung.

2. Hipertensi yang disebabkan oleh retensi cairan dan natrium, serta

malfungsi sistem renin angioaldosteron.

3. Anemia yang disebabkan oleh penurunan eritroprotein, rentang usia sel

darah merah, dan perdarahan gastrointestinal akibat iritasi.

4. Penyakit tulang, hal ini disebabkan retansi fosfat kadar kalium serum yang

rendah, metabolisme vitamin D, abnormal, dan peningkatan kadar

aluminium.
5. Retensi cairan, yang dapat menyebabkan pembengkakan pada lengan dan

kaki, tekanan darah tinggi atau cairan di paru-paru (edema paru).

6. Kerusakan permanen pada ginjal (stadium akhir penyakit ginjal), akhirnya

ginjal membutuhkan dialysis atau transplantasi ginjal untuk bertahan

hidup.

2. Adapun proses pembentukan urine menurut Syaifuddin (2013), di bagi

menjadi 3 tahap, diantaranya :

1. Proses filtrasi

Terjadi di glomerulus, proses ini terjadi karena permukaan aferen

lebih besar dari permukaan eferen maka terjadi penyerapan darah.

Sedangkan sebagian yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali

protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh kapsula bowman yang

terdiri dari glukosa, air, natrium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, yang

di teruskan ke tubulus ginjal.

2. Proses reabsorbsi

Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian glukosa, natrium,

klorida, fosfat, dan ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang

di kenal dengan obligator reabsorbsi terjadi pada tubulus atas.

Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah terjadi kembali

penyerapan natrium dan ion bikarbonat.


3. Proses sekresi

Sisanya penyerapan urine kembali yang terjadi pada tubulus dan di

teruskan ke piala ginjal selanjutnya di teruskan ke ureter masuk ke

vesika urinaria.

Anda mungkin juga menyukai