Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI

1.1 Kopsep Medis

A. Pengertian

Nutrisi adalah zat-zat gisi dan zat lain yang berhubungan dengan kesehatan

dan  penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk

menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan

menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuhnya serta

mengeluarkan sisanya. Nutrisi dapat dikatakan sebagai ilmu tentang makanan,

zat-zat gizi dan zat lain yang terkandung, aksi, reaksi, dan keseimbangan yang

berhubungan dengan kesehatan dan penyakit (Tarwoto, Wartonah, 2006 :26).

Tubuh memerlukan energi dan fungsi-fungsi organ tubuh, pergerakan tubuh,

mempertahankan, fungsi enzim, pertumbuhan dan pergantian sel yang rusak.

Metabolisme merupakan semua proses biokimia pada sel tubuh. Proses

metabolisme dapat berupa anabolisme (membangun) dan katabolisme

(pemecahan). Masalah nutrisi erat kaitannya dengan intake makanan dan

metabolisme tubuh serta faktor-faktor yang memengaruhinya.Secara umum

faktor yang memengaruhi kebutuhan nutrisi adalah faktor fisiologis untuk

kebutuhan metabolisme basal, faktor  patofisiologi seperti adanya penyakit

tertentu yang mengganggu pencernaan atau meningkatkan kebutuhan nutrisi,

faktor sosioekonomi seperti adanya kemampuan individu dalam memenuhi

kebutuhan nutrisi.
B. Anatomi dan Fisiologi

Sistem yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi adalah sistem pencernaan

antara lain :

1. Mulut

Mulut merupakan bagian awal dari saluran pencernaan terdiri atas dua bagian luar

yang sempit (vestibula), yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir, pipi dan bagian

dalam, yaitu rongga mulut. Di dalam mulut, makanan mengalami proses mekanis

melalui pengunyahan yang akan membuat makanan dapat hancur sampai merata,

dibantu oleh enzim amilase yang akan memecah amilum yang terkandung dalam

makanan menajdi maltosa. (AAA.Hidayat.2006;52).

2. Faring & Esofagus

Faring merupakan bagian saluran pencernaan yang terletak di belakang hidung,

mulut, dan laring. Faring berbentuk kerucut dengan bagian terlebar di bagian atas

hingga vertebra servikal keenam. Faring langsung berhubungan dengan esofagus,

sebuah tabung yang memiliki otot dengan panjang kurang lebih 20 – 25 sentimeter

dan terletak di belakang trakea, di depan tulang punggung, kemudian masuk

melalui toraks menembus diafragma yang berhubungan langsung dengan abdomen

serta menyambung dengan lambung.

Esofagus merupakan bagian yang berfungsi menghantarkan makanan dari faring

menuju ke lambung. Esofagus berbentuk seperti silinder yang berongga dengan

panjang kurang lebih dua sentimeter dengan kedua ujungnya dilindungi oleh

sfingter. Dalam keadaan normal, sfingter bagian atas selalu tertutup, kecuali bila

ada makanan dilakukan dengan cara peristaltik, yaitu lingkaran serabut otot di
depan makanan mengendor dan yang di belakang makanan berkontraksi.

(AAA.Hidayat.2006;52).

3. Lambung

Lambung merupakan bagian saluran pencernaan yang terdiri atas bagian atas

disebut fundus bagian utama, dan bagian bawah berbentuk horizontal (antrum

pilorik). Lambung berhubungan langsung dengan esofagus melalui orifisium atau

kardia dan dengan duodenum melalui orifisium pilorik. Lambung terletak di bawah

diafragma dan di depan pankreas, sedangkan limpa menempel pada sebelah kiri

fundus.

4. Usus Halus

Usus halus merupakan tabung berlipat – lipat dengan panjang kurang lebih 2,5

meter dalam keadaan hidup. Usus halus terdiri atas tiga bagian, yaiut duodenum

dengan panjang kurang lebih 25 cm, jejunum dengan panjang kurang lebih 2 m, dan

ileum dengan panjang kurang lebih 1 m atau 3/5 akhir dari usus. Lapisan dinding

dalam usus halus menyerupai beludru. Pada permukaan setiap vili terdapat tonjolan

yang menyerupai jari – jari, yang disebut mikrovili.

5. Usus Besar

Usus besar atau juga disebut sebagi kolon merupakan sambungan dari usus halus

yang dimulai dari aktup ileokolik yang merupakan tempat lewatnya makanan. Usus

besar memilki panjang kurang lebih 1,5 meter. Kolon terbagi atas desenden,

sigmoid, dan berakhir di rektum yang panjangnya kira – kira 10 cm dari usus besar,

dimulai dari kolon sigmoideus dan berakhir pada saluran anal. Tempat kolon

asenden membentuk belokan tajam di abdomen atas bagian kanan disebut fleksura

hepatis, sedang tempat kolon transversum membentuk belokan tajam di abdomen

atau bagian kiri disebut fleksura lienalis.


6. Anus

Anus bertugas mengeluarkan feses yang sebelumnya telah dikumpulkan di rektum.

Proses ini sering disebut proses defikasi. Anus bekerja ditopang oleh otot polos

yang berada di dalam anus dan otot lurik yang terletak di luar anus. Otot lurik akan

terpicu ketika feses menyentuh dinding rektum. Pada kondisi ini otot polos

mengendur hingga feses akan keluar tubuh. (Sarwadi & Erwanto. 2014; 37). Buku

Pintar Anatomi Tubuh Manusia.Jakarta:Dunia Cerdas.

C. Etiologi

1. Pengetahuan

Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi dapat

mempengaruhi pola konsusmsi makan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh

kurangnya informasi sehingga dapat terjadi kesalahan dalam memahami

kebutuhan gizi.

2. Usia

Pada usia 0-10 tahun kebutuhan metabolisme basa bertambah dengan cepat

hal ini sehubungan dengan factor pertumbuhan dan perkembangan yang

cepat pada usia tersebut. Setelah usia 20 tahun energy basal relative konstan.

3. Jenis kelamin

Kebutuhan metabolisme basal pada laki-laki lebih besar di bandingkan

dengan wanita pada laki-laki kebutuhan BMR 1,0 kkal/kg BB/jam dan pada

wanita 0,9 kkal/kgBB/jam.


4. Tinggi dan berat badan

Tinggi dan berat badan berpaengaruh terhadap luas permukaan tubuh,

semakin luas permukaan tubuh maka semakin besar pengeluaran panas

sehingga kebutuhan metabolisme basal tubuh juga menjadi lebih besar.

5. Ekonomi

Status ekonomi dapat mempengaruhi perubahan status gizi karena

penyediaan makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit.

Oleh karena itu, masyarakat dengan kondisi perekonomian tinggi biasanya

mampu mencukupi kebutuhan gizi keluarganya dibandingkan masyarakat

dengan kondisi perekonomian rendah.

6. Status kesehatan

Nafsu makan yang baik adalah tanda yang sehat . Anoreksia (kurang nafsu

makan) biasanya gejala penyakit atau karena efek samping obat.

7. Faktor Psikologis serti stress dan ketegangan

Motivasi individu untuk makan makanan yang seimbang dan persepsi

individu tentang diet merupakan pengaruh yang kuat. Makanan mempunyai

nilai simbolik yang kuat bagi banyak orang (mis. Susu menyimbolkan

kelemahan dan daging menyimbulkan kekuatan).

D. Fatofisiologi

Kondisi fisiologis yang mempengaruhi status nutrisi termasuk tingkat

aktivitas, keadaan penyakit, kemampuan daya beli dan menyiapkan makanan

serta prosedur dan pengobatan yang dilakukan. Bergantung pada tingkat

aktivitas, maka nutrisi dan kilokalori diperlukan untuk meningkatkan, sehingga


tingkat aktivitas akan meningkat atau menurun. Sementara, status penyakit dan

prosedur atau pengobatan yang dilakukan mempunyai dampak pada asupan

makanan, pencernaan, absorbsi, metabolisme dan ekskresi.

Beberapa kondisi fisiologis dapat menyebabkan menurunnya zar makanan

tertentu, dan suatu saat akan meningkat. Penyakit ginjal dapat menurunkan

kebutuhan protein oleh karena protein di ekskresi oleh ginjal. Penyakit-penyakit

fisik biasanya meningkatkan kebutuhan zat makanan. Biasanya terjadi pada

penyakit-penyakit saluran cerna.

Gangguan fisik dapat terjadi di sepanjang saluran pencernaan yang

menyebabkan menurunnya asupan nutrisi. Gangguan absrobsi, gangguan

tranportasi, atau penggunaan yang tidak sepantasnya. Luka pada mulut dapat

menyebabkan menurunnya asupan nutrisi akibat nyeri saat makan. Diare dapat

menurunkan absorbsi nutrisi karena didorong lebih cepat. Terhadap penyakit

pada kandung empedu, di mana kandung empedu tidak berfungsi secara wajar,

empedu yang berfungsi untuk mencerna lemak menjadi tidak efektif.


F. Tanda dan Gejala

1. Penurunan berat badan.

2. Mudah lelah.

3. Konsentrasi menurun.

4. Gusi dan mulut sering luka atau nyeri.

5. Kulit dan rambut kering.

6. Jaringan lemak dan otot di dalam tubuh berkurang.

7. Pipi dan mata cekung.

8. Mudah terkena infeksi karena melemahnya sistem kekebalan tubuh

9. Kehilangan selera makan.

10. Anoreksia

G. Pemeriksaan Penunjang

a) Pemeriksaan Laboratorium

 Albumin (N:4-5,5 mg/100ml)

   Transferin (N:170-25 MG/100 ML)

 Hb (N: 12 MG%)

 BUN (N:10-20 mg/100ml)

b) Pengukuran antropometri :

 BB ideal : (TB – 100) ± 10 %

 Lingkar pergelangnan tangan

 Lingkar lengan atas (LLA)

 Nilai normal wanita : 28,5 cm Pria : 28,3 cm


c) Clinis

Metode ini didasarkan atas perubahan yang terjadi yang digunakan dengan

ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti :

kulit, rambut, dan mata.

H. Penatalaksanaan

a) Medis

1. Nutrisi enternal

Metode pemberian makanan alternative untuk memastikan kecukupan

nutrisi meliputi metode enternal (melalui sistem pencernaan). Nutrisi

enternal juga disebut sebagai nutrisi enternal total (TEN) diberikan apabila

klien tidak mampu menelan makanan atau mengalami gangguan pada

saluran pencernaan atas dalam transport makanan ke usu halus terganggu.

2. Nutrisi parentral

Nutrisi parentral (PN) juga disebut sebagai nutrisi parenteral total (TPN)

atau hiperalimentasi intravena, diberikan jika saluran gastro intestinal tidak

berfungsi karena terdapat gangguan dalam kontinuitas fungsinya atau

karena kemampuan penyerapan terganggu. Nutrisi parenteral diberikan

secara intervena seperti melalui kateter vena sentral ke vena keva superior,

makanan parenteral adalah larutan dekstrosa, air, lemak, protein, elektrolit,

vitamin, dan unsure renik.


b) Keperawatan

1. Menstimulasikan nafsu makan

 Berikan makanan yang sudah dikenal yang memang disukai klien yang

di sesuaikan dengan kondisi klien.

   Pilih porsi sedikit sehingga tidak menurunkan nafsu makan klien yang

anoreksia.

 Hindari terapi yang tidak menenangkan atau tidak nyaman sesaat

sebelum atau sesudah makan.

 Berikan lingkungan rapid dan bersih yang bebas dari pengelihatan dan

bau yang tidak enak.

   Kurang stress psikologi.


1.2 Kosep Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
1. Identitas

Kaji identitas pasien dengan meliputi nama, alamat, umur, jenis kelamin,

suku bangsa, agama, bahasa yang dimengerti, tanggal MRS,

No.Registrasi.

2. Keluhan utama

Tidak nafsu makan, mual, muntah.

3. Riwayat penyakit

Tanyakan factor yang mempengaruhi nutrisi : kebudayaan, kepercayaan,

ekonomi, pengguanaan obat – obatan.

4. Status gizi pasien

Pengukuran antopometri meliputi : TB, BB

5. Pemeriksaan fisik

Inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi, TTV, Perilaku, Kondisi mulut,  

Kemampuan menelan.

Dalam mengkaji status nutrisi pasien, akan digunakan pendekatan ABCD


menurut Potter & Perry yaitu:
1. Anthropometric Meassuremen (Pengukuran Antropometri)

Antropometri adalah suatu sistem pengukuran ukuran dari susunan tubuh

dan bagian khusus tubuh. Ditinjau dari sudut pandang gizi mak

antropometri berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi


tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.

Berbagai jenis pengukuran antara lain:

a.  Berat Badan (BB)

berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling

sering digunakan pada bayi baru lahir. Di samping itu, berat badan dapat

digunakan sebagai dasar perhitungan dosis obat dan makanan. Berat

badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan mineral pada

tulang. Cara mengukur berat badan adalah:

b. Tinggi badan (TB)

Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan sekarang.

Jika tinggi badan tidak dapat diukur dengan klien berdiri, rentang lengan,

atau jarak dari ujung jari ke ujung jari dengan diulurkan penuh pada

tingkat bahu kurang lebih ketinggian untuk orang dewasa.

c. Lingkar lengan atas (LILA)

Pengukuran LILA adalah suatu cara untuk mengetahui risiko kekurangan

energi protein (KEP) wanita usia subur. Pengukuran LILA tidak dapat

digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek.

Ambang batas wanita usia muda dengan risiko kekurangan energi kronik

di Indonesia adalah 23,5 cm..

d. Lipatan trisep

Pengukuran lipatan trisep dimaksudkan untuk menentukan status lemak

tubuh. Pengukuran lipatan trisep dilakukan dengan mengggunakan

caliper.
B. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan :

 Penurunan asupan oral, ketidaknyamanan pada mulut, mual, muntah.

 Penurunan absorpsi nutrisi

 Muntah, anoreksia, gangguan digesti

 Depresi, stres, isolasi social

 Ketidakmampuan klien dalam mengelola rasa nyeri

Kriteria hasil :

- Klien akan mengonsumsi kebutuhan nutrisi harian sesuai dengan

tingkat aktivitas dan kebutuhan metabolik.

- Klien mampu mengatasi masalah-masalah yang berhubungan dengan

penurunan nafsu makan

- Klien dapat merasa nyaman

Indikator

 Menjelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat

 Mengidentifikasi kekurangan atau defisiensi dalam asupan sehari-hari

 Menyebutkan metode-metode untuk meningkatkan nafsu makan

2. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan :

 Perubahan pada indera pengecapan dan penciuman.

 Kurangnya pengetahuan tentang nutrisi.


 Penurunan kebutuhan metabolisme.

 Kelebihan asupan nutrisi.

 Perubahan gaya hidup.

 Risiko peningkatan berat badan sebesar 12,5-15 kg selama kehamilan.

 Penurunan pola aktivitas, penurunan kebutuhan metabolik.

Kriteria hasil

- Klien akan menjelaskan mengapa dia berisiko mengalami peningkatan

berat badan.

- Klien akan menjalani program diet sesuai dengan anjuran yang

diberikan.

- Klien mampu mengontrol jumlah kalori yang dikonsumsi.

- Teridentifikasinya kebutuhan nutrisi dan berat badan terkontrol

Indikator

- Menjelaskan alasan peningkatan asupan pada kondisi defisit

pengecapan atau panciuman.

- Mendiskusikan kebutuhan nutrisi selama manjalani diet berhubungan

dengan penyakit yang dialami

- Mendiskusikan pengaruh olah raga terhadap pengontrolan berat badan.

C. Intervensi Keperawatan

1) Diagnosa 1
Intervensi umum
Mandiri :
 Menjelaskan perlunya konsumsi karbohidrat, lemak, protein, vitamin,
mineral dan cairan yang adekuat.
 Konsultasikan dengan ahli gizi untuk menetapkan kebutuhan kalori
harian dan jenis makanan yang sesuai dengan klien.
 Diskusikan bersama klien kemungkinan penyebab hilangnya nafsu
makan.
 Anjurkan klien untuk istirahat sebelum makan.
 Tawarkan makanan dalam jumlah sedikit tetapi sering.
 Pada kondisi menurunnya nafsu makan, batasi asupan cairan saat
makan dan hindari mengonsumsi cairan satu jam sebelum dan sesudah
makan.
 Dorong dan bantu klien untuk menjaga kebersihan mulut yang baik.
 Atur agar posisi makanan tinggi kalori dan tinggi protein disajikan saat
klien biasanya paling lapar.
 Lakukan langkah-langkah untuk meningkatkan nafsu makan :
1. Tentukan makanan kesukaan klien dan atur agar makanan tersebut
tersaji apabila memungkinkan.
2. Hilangkan bau dan pemandangan yang tidak sedap dari area
makan.
3. Kontrol rasa nyeri dan mual sebelum makan.
4. Anjurkan orang terdekat klien untuk membawa makanan yang
diperbolehkan dari rumah apabila memungkinkan.
5. Ciptakan lingkungan yang santai saat makan.
 Beri klien daftar materi nutrisi diet yang terdiri atas :
1. Asupan tinggi karbohidrat kompleks dan serat.
2. Pengurangan asupan gula, garam, kolesterol, lemak total dan
lemak jenuh.
3. Penggunaan alkohol hanya dalam jumlah sedang.
4. Asupan kalori yang sesuai untuk mempertahankan berat badan
ideal.
 Mengendalikan rasa nyeri yang berhubungan dengan penyakitbyang
diderita:
1. Mengajarkan teknik-teknik untuk mengurangi rasa nyeri
2. Menjaga lingkungn tetap bersih guna meningkatkan kenyamanan
pasien
3. Mengkolaborasikan pemberian obat untuk menghilangkan rasa
nyeri
Kolaborasi
- Pemberian nutrisi melalui enteral ( melalui NGT ) dan parenteral
( pemberian nutrisi berupa cairan infuse yang dimasukkan ke dalam
tubuh melalui darah vena)
-
2) Diagnosa 2
Intervensi umum
 Kaji adanya faktor penyebab peningkatan berat badan, seperti
penurunan indera pembau dan perasa pengaruh medikasi, atau riwayat
penambahan berat badan lebih dari 15 kg misalnya selama kehamilan,
obesitas, kolesterol dll.
 Jelaskan pengaruh penurunan indera perasa dan pembau pada persepsi
kenyang setelah makan. Anjurkan klien untuk mengevaluasi asupan
berdasarkan penghitungan jumlah kalori, bukan perasaan kenyang.
 Jelaskan rasional peningkatan selera makan akibat penggunaan obat-
obatan tertentu (misalnya, steroid, androgen).
 Diskusikan tentang asupan nutrisi dan peningkatan berat badan selama
kehamilan.
 Tingkatkan kesadaran klien mengenai berbagai tindakan yang bisa
menyebabkan peningkatkan asupan makanan.
1. Minta klien menuliskan seluruh makanan yang dikonsumsinya
dalam 24 jam terakhir.
2. Instruksikan klien untuk membuat buku harian diet selama 1
minggu yang menjelaskan hal-hal berikut : jenis makanan, kapan,
dimana, dan mengapa klien makan, serta kehadiran orang lain saat
makan.
3. Tinjau kembali buku harian diet untuk mengetahui pola makan
klien yang mempengaruhi asupan makannya.
4. Jelaskan rasional peningkatan selera makan akibat penggunaan
obat-obatan tertentu (misalnya, steroid, androgen).
 Ajarkan teknik-teknik modifikasi prilaku untuk mengurangi asupan
kalori, seperti:
1. Jangan makan pada saat melakukan kegiatan.
2. Minum satu gelas air sesaat sebelum makan.
3. Kurangi porsi makanan tambahan, makanan berlemak, makanan
manis dan alkohol.
4. Siapkan makanan dalam porsi kecil yang hanya cukup untuk satu
kali makan dan buang sisanya.
5. Makan dengan perlahan dan kunyah makanan hingga sempurna.
 Instrusikan klien untuk memperbanyak aktivitas guna membakar
kalori.
D. Implementasi

Merupakan tahap pelaksanaan tindakan dari rencana perawatan yang

telah ditetapkan untuk mengatasi masalah yang ditemukan.

E. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap pengukuran keberhasilan perawatan dalam

memecahkan masalah yang ditemukan dalam kebutuhan klien dengan cara

menilai tujuan yang ditetapkan (Lynda Juall Capenito, 1999).


DAFTAR PUSTAKA
Alimul,AAA.Hidayat.2006.Pengantar KDM dan Proses Keperawatan Buku 2.
Jakarta:Salemba Medika
Alimul,AAA.Hidayat.2011.PengantarIlmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta:Salemba Medika
Asmadi.2008.Teknik Prosedural Keperawatan, Konsep dan Aplikasi Kebutuhan
Dasar Klien. Jakarta:Salemba Medika
Carpenito, LJ.2012.Buku Saku Diagnosis Keperawatan Ed.13.Jakarta: EGC
Perry & Potter. 2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan
Praktik Vol. 1. Edisi 4.Jakarta:EGC
Perry & Potter. 2006.Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan
Praktik Vol. 2. Edisi 5.Jakarta:EGC
Perry & Potter. 2010. Fundamental of Nursing Fundamental Keperawatan Buku 3
Ed.7.Jakarta:EGC
Sarwadi & Erwanto.2014. Buku Pintar Anatomi Tubuh Manusia.Jakarta:Dunia
Cerdas
Taylor, Cynthia M.2010.Diagnosis Keperawatan dengan Rencana Asuhan
Ed.10.Jakarta: EGC
Wartonah & Tartowo.2006.Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan
Edisi 3.Jakarta:Salemba Medika
Wilkinson, Judith M.2011.Buku Saku Diagnosis Keperawatan Ed.9 Diagnosis
NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC.Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai