OLEH
Muhamad Afifudin, S.Kep
NIM : 070111b054
LAPORAN PENDAHULUAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
(CAIRAN DAN ELEKTROLIT)
I. KONSEP DASAR PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN
ELEKTROLIT
A. Pengertian
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat
tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan
partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam
larutan (Abdul 2008).
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena
metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon
terhadap stressor fisiologis dan lingkungan (Tarwoto dan Wartonah, 2004).
Keseimbangan cairan yaitu keseimbangan antara intake dan output.
Dimana pemakaian cairan pada orang dewasa antara 1.500ml-3.500ml/hari,
biasanya pengaturan cairan tubuh dilakukan dengan mekanisme haus.
Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan,
minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian
tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang
normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang
lainnya jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang
lainnya.
B. Komposisi Cairan Utama
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu :
1.
Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan
berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan.
Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan
cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan
keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.
2.
Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban
udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan
elektrolit melalui keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di
lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5L/hari.
3.
Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intakecairan dan elektrolit. Ketika
intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan
padahal
keduanya
sangat
diperlukan
dalam
proses
Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan
pemecahan glikogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium
dan retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan
volume darah.
5.
Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan
dan elektrolit tubuh misalnya :
a. Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui
IWL.
b. Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses
Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran.
c. Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami
gangguan pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan
untuk memenuhinya secara mandiri.
Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus.
Pusat haus dikendalikan berada di otak Sedangkan rangsangan haus
berasal dari kondisi dehidrasi intraseluler, Sekresi angiotensin II sebagai
respon dari penurunan tekanan darah, perdarahan yang mengakibatkan
penurunan volume darah. Perasaan kering di mulut biasanya terjadi
bersama dengan sensasi haus walupun kadang terjadi secara sendiri.
Sensasi haus akan segera hilang setelah minum sebelum proses absorbsi
oleh tractus gastrointestinal. Kehilangan cairan tubuh melalui empat rute
(proses) yaitu :
a.
Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus
urinarius merupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam
kondisi normal output urine sekitar 1400-1500 ml/24 jam, atau sekitar
30-50 ml/jam pada orang dewasa. Pada orang yang sehat
c.
Keringat
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas,
respon ini berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya
ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh
susunan syaraf simpatis pada kulit.
d.
Feces
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL/hari, yang
diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar
(kolon).
Sodium (Na+) :
1).Kation berlebih di ruang ekstraseluler.
2). Sodium penyeimbang cairan di ruang eesktraseluler.
3). Sodium adalah komunikasi antara nerves dan musculus.
4). Membantu proses keseimbangan asam-basa dengan menukar ion
hidrigen pada ion sodium di tubulus ginjal : ion hidrogen di
ekresikan.
5). Sumber : snack, kue, rempah-rempah, dan daging panggang.
b.
Potassium (K+) :
1).Kation berlebih di ruang intraseluler.
2).Menjaga keseimbangan kalium di ruang intrasel.
3).Mengatur kontrasi (polarissasi dan repolarisasi) dari muscle dan
nerves.
4).Sumber : Pisang, alpokad, jeruk, tomat, dan kismis.
c.
Calcium (Ca++) :
1).Membentuk garam bersama dengan fosfat, carbonat, flouride di
dalam tulang dan gigi untuk membuatnya keras dan kuat.
2).Meningkatkan fungsi syaraf dan muscle.
3).Meningkatkan efektifitas proses pembekuan darah dengan proses
pengaktifan protrombin dan trombin.
a.
b.
1).
2).
3).
4).
b.
c.
Etiologi
Hipovolemia ini terjadi dapat disebabkan karena :
a.
Penurunan masukkan.
b.
c.
Perdarahan.
Patofisiologi:
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan
dan elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik).
Kondisi seperti ini disebut juga hipovolemia. Umumnya, gangguan ini
diawali dengan kehilangan cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan
perpindahan
menyebabkan
cairan
interseluler
penurunan
cairan
menuju
intravaskuler
ekstraseluler.
Untuk
sehingga
untuk
lanjut
dari
kekurangan
volume
cairan
dapat
mengakibatkan :
a.
b.
Renjatan hipovolemik.
c.
2.
b.
c.
d.
Patofisiologi
Terjadi apabila tubuh menyimpan cairan elektrolit dalam
kompartemen ekstraseluler dalam proporsi seimbang. Karena adanya
retensi cairan isotonik, konsentrasi natrium dalam serum masih normal.
Kelebihan cairan tubuh hampir selalu disebabkan oleh peningkatan
jumlah natrium dalam serum. Kelebihan cairan terjadi akibat overload
asam-basa
dan
osmolalitas
sering
menyertai
pulmuner,
khususnya
pada
pasien
dengan
disfungsi
kardiovaskuler.
Komplikasi
Akibat lanjut dari kelebihan volume cairan adalah :
a.
b.
Infark miokard.
c.
d.
e.
Penyakit katup.
f.
g.
h.
Varikose vena.
i.
j.
Flebitis kronis
3).
akan
berusaha
memenuhi
kebutuhan
calcium
dengan
5).
Penambahan intake cairan dapat diberikan peroral pada pasienpasien tertentu, misalnya pasien dengan dehidrasi ringan atau DHF
stadium I.
b.
c.
2.
2).
2). Phlebitis : trauma mekanik pada vena atau iritasi bahan kimia.
Gejala: nyeri, panas, kemerahan pada vena tempat pemasangan.
3). Kelebihan inteke cairan : akibat tetesan infus yang terlalu cepat.
d. Mengatur tetesan infus
Dilakukan setiap 30 menit sampai dengan 1 jam. Tetesan terlalu cepat
menyebabkan masalah pada paru-paru dan jantung. Tetesan yang
lambat dapat menyebabkan intake cairan dan elektrolit yang tidak
adekuat.
Faktor yang mempengaruhi jumlah tetesan :
1). Posisi pemasangan
2). Posisi dan patency tube/selang
3). Tinggi botol infus
4). Kemungkinan adanya infiltrat
e. Mengganti botol infus
Dilakukan jika cairan sudah di leher botol dan tetesan masih berjalan.
Prosedurnya
b. Febris
: karena
adanya
kontaminasi
pada
darah
atau
Riwayat Kesehatan
a. Asupan cairan dan makanan (oral dan Parental).
b. Tanda dan gejala gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
c. Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan dan
elektrolit.
d. Pengobatan tertentu yang tengah dijalani yang dapat mengganggu
status cairan.
e. Status perkembangan (usia atau kondisi sosial).
f. Faktor psikologis (perilaku emosional).
2.
Pengukuran Klinik
a.
Ringan
: 2%
2).
Sedang
: 5%
3).
Berat
: 10%
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama
dengan menggunakan pakaian yang beratnya sama.
b.
Keadaan Umum
Pengukuran tanda-tanda vital seperti suhu, nada, pernapasan, dan
tekanan darah serta tingkat kesadaran.
c.
Asupan cairan
Asupan cairan meliputi:
1).
2).
Cairan parental
3).
4).
Iritasi kateter
d.
: Volume, kejernihan/kepekatan
3.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik difokuskan pada :
a. Integument
d. Neurology
Pemeriksaan Laboratorium
a.
b.
Ht turun
Hb naik
: adanya hemokonsentrasi
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan Volume Cairan
Definisi :
Kondisi ketika individu, yang tidak menjalani puasa, mengalami atau
resiko
memgalami
resiko
dehidrasi
vascular,
interstisial,
atau
intravascular.
Batasan Karakteristik :
a.
Ketidak
cukupan
asupan
Balanc
negative
antara
d.
Kulit/membrane
mukosa
f.
g.
Urine
pekat
atau
sering
berkemih.
h.
i.
Haus, mual/anoreksia
dengan
peningkatan
permeabilitas
kapiler
dan
C. Intervensi (Perencanaan)
No
Diagnosa keperawatan
1. Kekurangan volume cairan
Intervensi keperawatan
Rasional
Menyeimbangkan volume
cairan
sesuai
dengan
kebutuhan tubuh
Kriteria Hasil:
a. Terjdi
asupan
2000ml/hari
min.
kooperatif.
(kecuali
terjadi kontraindikasi).
b. Menjelaskan perlu-nya b. Rencanakan
meningkatkan
cairan
asupan
pada
saat
stress/cuaca panas.
pemberian
target b. Mempermudah
asupan
cairan
memantauan
untuk
kondisi
klien.
pemahaman
klien c. Pemahaman
tentang
normal.
mempertahankan hidrasi yg
adekuat.
mengatasi gangguan.
d. Tidak
alasan
alasan
tentang
d. Untuk
tersebut
mengontrol
tanda-tanda dehidrasi.
asupan klien.
e. Pantau asupan per oral, min. e. Untuk
1500 ml/ 24 jam.
mengetahui
prkembangan
status
kesehatan klien.
f. Pantau
haluaran
cairan
Tujuan:
Kebutuhan cairan klien
dapat
terpenuhi
sesuai
akan a. Kaji
menyebutkan
faktor
asupan
diet
dan a. Untuk
mengontrol
asupan klien.
pencegahan edema.
b. Klien
mperlihatkan b. Anjurkan
penurunan edema
menurunkan
garam.
klien
berlebihan
me-
ningktkan
tekanan
darah.
c. Makanan
makanan
makanan
kaleng
yg
meng-
garam
menambahkan
mkann
dan
bumbu
aroma.
3) Mggunakan
cuka
pengganti
garam
utk
penyedap
rasa
sop,
rebusan dll.
d. Kaji adanya tanda venostasis d. Na+ mengikat air, jadi
dan bendungan vena pada
tubuh
akan
lebih
bagian
merasa
lebih
cepat
tubuh
mengantung.
yang
haus.
mengakibatkan
terhambatnya aliran
darah.
f. Tinggikan
bidai/
kuat,
sirkulasi.
balutan
serta
suntikan/infuse
pd
lengan
yang sakit.
yang sakit
menyebabkan kurang
lancarnya sirkulasi
peredaran darah di
daerah tsb.
h. Tingatkan
klien
tersebut memperparah
keadaan klien
kompor
gas,
perbaikan jaringan
tubuh.
3.
Ganguan keseimbangan
Tujuan:
elektrolit (kalium)
Klien memiliki
keseimbangan cairan,
elektrolit dan asam- basa
dalam 48 jam.
Kriteria hasil:
sesuai
utk
mmpertahnkan
kadar
hipotensi
ariotmia,
kalium
batas
muntah,
diare,
dlam
normal.
hipokalemia
abdomen
(vertigo,
mual,
tanda
hipo-kalemia,
perawat
dapat
distensi
menetapkn
lngkh
,pnurunn
slanjutnya.
tandatanda
klinis
hipokalemia
atau
hiperkaenia.
b. Poliuria
dpat
me-
nyebabkan
ngeluaran
pekalium
secara berlebihan.
c. Kadar
batas
kalium
normal/dapat
ditoleransi
cairan
dapat menyebab-kan
pnurunan
kadar
kalium serum.
d. Kenali perubahan tingkah d. Nilai
kalium
yang
dapat
me-
rendah
tanda hipokalemia.
nyebabkan
konfusi,
membantu
menyeimbangkan
cairan tubuh.
Buah-buahan,
sari
buah,
ST
dan
segmen ST yg memanjang,
gelombang T yg datar
depresi.
mengurangi
lambung.
mengurangi
resiko
iritasi
mukosa lambung.
h. Pantau nilai kalium serum h. Streoid kortison dapat
pada klien yang mendapat
menyebabkan retensi
i. Kaji
tanda
dan
gejala i. Nilai
kalium
yang
dapat
me-
rendah
tengah
obat
ningkatkan
dan
digitalis.
mendapat
golongan
digitalis
kerja
(misalnya
tanda
perawat
mengetahui
hipo-kalemia,
dpt
menetapkan langkah
pada ekstremtas).
slnjutnya
b. Kaji
haluaran
urin. b. Haluaran
urin
sedikit
dapat
nyebabkan
yg
me-
hiper-
kalemia.
c. Laporkan nilai kalium serum c. Nilai
kalium
lebih
menye-babkan henti
jantung.
d. Pantau EKG
kompleks
D. Implementasi (Perencanaan)
1.
2.
3.
Mengkaji tanda dan gejala toksisitas digitalis jika klien tengah mendapat
obat golongan digitalis dan diuretikatau steroid. (nilai kalium yang rendah
dapat meningkatkan kerja digitalis.
c. Melaporkan nilai kalium serum yang melebihi 5 mEq/l. batasi asupan kalium
jika perlu. (nilai kalium lebih dari 7 mEq/l dapat menyebabkan henti jantung)
d. Memantau EKG untuk melihat adanya pelebaran kompleks QRS dan
gelombang T tinggi yang merupakan tanda hiperkalema..
E. Evaluasi tindakan keperawatan
1. Keseimbangan cairan dapat dipertahankan.
2. Output urine pasien seimbang dengan intake cairan, membran mukosa lembab,
turgor kulit baik.
3. Karakterisitik urine menunjukkan fungsi ginjal yang baik.
4. Pasien akan mengkonsumsi cairan sesuai dengan program (per oral, therapy
intravena atau TPN).
5. Pasien dapat mengatakan penyebab kekurangan cairan dapat teratasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Carpenito, Lynda Juall. (2006).Diagnosa Keperawatan.Jakarta : EGC.
2. Doenges, Moorhouse, Geissler. (2005), Rencana Asuhan keperawatan. Edisi 3.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran. EGC.
3. Harnawatiaj.(2008). Keseimbangan Cairan dan Elektrolit, (http://wordpress.com.
Diakses 12 Mei 2012)
4. Mubarak, Wahid.I & Chayatin, NS.Nurul. (2008). Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta : EGC.
5. Faqih, Moh. Ubaidillah. (2009). Cairan dan Elektrolit dalam Tubuh Manusia.
http://www.scribd.com. Diakses 12 Mei 2012.
6. Obet. (2010). Kebutuhan Cairan dalam Tubuh, (http://akarrumput21.blogspot.com/,
Diakses 12 Mei 2012)
7. Perry dan Potter. (2005). Fundamental Of Nursing. USA:C.V Moasby Company St.
Louis