(file pdf)
BAB II
TINJAUAN TEORISTIS
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian:
Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin (HB) atau
hematokrit (HT) dibawah normal. Anemia menunjukkan suatu status penyakit atau perubahan
fungsi tubuh. Terdapat banyak perbedaan jenis anemia. Beberapa menyebabkan ketidak
adekuatan pembentukan sel sel darah merah ( eritropoiesis); SDM prematur atau penghancuran
SDM yang berlebihan (hemolisi); kehilangan darah( penyebab yang paling umum ); faktor-faktor
etiologi lainnya yaitu defisit zat besi dan nutrien, faktor faktor hereditas, dan penyakit kronis.
(brunner dan suddarth, 2000, Hal : 22)
2. Etiologi
Anemia terjadi sebagai skibat gangguan, atau rusaknya mekanisme produksi sel darah
merah. Penyebab anemia adalah menurunnya produksi sel darah merah. Penyebab anemia adalah
menurunnya produksi sel-sel darah merah karena kegagalan dari sumsum tulang, meningkatnya
penghancuran sel-sel darah merah, perdarahan, dan rendahnya kadar ertropoetin, misalnya pada
gagal ginjal yang parah. Gejala yang timbul adalah kelelahan, berat badan menurun, letargi, dan
membran mukosa menjadi pucat. Apabila timbulnya anemia perlahan (kronis), mungkin hanya
timbul sedikit gejala, sedangkan pada anemia akut yang terjadi adalah sebaliknya. Pasien yang
menderita anemia kronis lebih dapat mentolerir tindakan bedah dibandingkan dengan penderita
anemia akut. Faktor penatalaksanaan yang patut dipertimbangkan untuk penderita anemia
terpusat pada penurunan kemampuan darah untuk menganggkut oksigen, dan pada beberapa
kasus, mengenai kecendrungan rusaknya mekanisme pertahanan selular.( Pedersen, G. W 1996,
Hal : 114 ).
3. Patofisiologi :
4.
5.
6.
a.
b.
a.
b.
Menurut Wiwik, h., & Hariwibowo, A. S (2008, hal : 92) patofisiologi pada klien anemia
ialah timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau kehilangan sel
darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum tulang dapat terjadi akibat
kekurangan nutrisi. Pajanan toksik, invasi tumor, atau akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel
darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis. Lisis sel darah merah terjadi dalam
sel fagostik atau dalam sistem retikulo endothelial, terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil
sampingan dari proses tersebut, billirubin yang terbentuk dalam fagosit akan memasuki aliran
darah. Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, maka hemoglobin
akan muncul dalam plasma. Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas hemoglobin
plasma, hemoglobin akan berdifusi dalam glumerulus ginjal dan ke dalam urine.
Pada dasarnya gejala anemia timbul karena dua hal berikut (1)Anoksia organ target karena
berkurangnya jumlah oksigen yang dapat dibawa oleh darah ke jaringan. (2)Mekanisme
kompensasi terhadap anemia.
Gambaran klinis
gejala awal yang tersembunyi dan derajat beratnya anemia dapat timbul pada saat
menentukan diagnosis. Biasa terjadi diare dan berat badan yang berkurang, pireksia ringan
ikterus karena hemolisis dan warna pucat membuat kulit berwarna kuning lemon, lidah halus,
atrofi dan dapat nyeri tekan. Splenomegali merupakan hal yang lazim. Perubahan degeneratif
pada saluran medula spinalis posterior dan lateral dapat menyebabkan degenerasi kombinasi
subakut dengan kerusakan sensasi permukaan seperti sarung tangan dan kaus kaki dengan
hilangnya rasa vibrasi dan proprioseptif. Reflek tendo cepat tetapi sentakan pergelanngan kaki
sering berkurang. Refleks plantar berupa ekstensor. Ataksia dan keadaan konfusional toksik
dapat timbul. Jika tidak diberikan terapi, demensia akan timbul.( hayes P, C & mackay T, W.
1997, Hal ; 353)
Tanda dan gejala
Meurut harirson ( 1999, Hal : 56) Presentase klinis dari pasien yang anemik bergantung pada
penyakit yang mendasarinya, demikian juga dengan keparahan serta kronisitasnya anemia.
Manifestasi anemia dapat dijelaskan melalui prinsip-prinsip patofisologik, sebagian besar tanda
dan gejala anemia mewakili penyesuaian kardiovaskuler dan ventilasi yang mengkompensasi
penurunan massa sel darah merah.
Derajat saat gejala-gejala timbul pada pasien anemik tergantung pada beberapa faktor
pendukung. Jika anemia timbul dengan cepat, mungkin tidak cukup waktu untuk berlangsungnya
penyesuaian kompensasi. Dan pasien akan mengalami gejala yang lebih jelas dari pada jika
anemia dengan derajat kesakitan yang sama, yang timbul secara tersamar. Lebih lanjut, keluhan
pasien tergantung pada adanya penyakit vaskuler setempat. Misalnya, angina pektoris,
klaudikasio intermiten, atau leukeumia serebral sepintas yang tersamar oleh perjalanan anemia.
Penatalaksanaan terapi
Pada setiap kasus anemia perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut ini :
Terapi spesifik sebaiknya diberikan setelah diagnosis ditegakkan.
Terapi diberikan atas indikasi yang jelas, rasional, dan efesien.
Jenis-jenis terapi yang dapat diberikan adalah
Pada kasus anemia dengan payah jantung atau ancaman payah jantung, maka harus segera
diberikan terapi darurat dengan transfuse sel darah merah yang dimampatkan (PRC) untuk
mencegah perburukan payah jantung tersebut.
Terapi khas untuk masing-masing anemia terapi ini bergantung pada jenis anemia yang di
jumpai, misalnya preperat besi untuk anemia defesiensi besi.
c. Terapi kausal, terapi kausal merupakan terapi untuk mengobati penyakit dasar yang menjadi
penyebab anemia misalnya anemia defesiensi besi yang disebabkan oleh infeksi cacing-cacing
tambang.
d. Terapi ex-juvantivus (empires) terapi yang terpaksa diberikan sebelum diagnosis dapat
dipastikan jika terapi ini berhasil berarti diagnosis dapat dikuatkan. Terapi. Terapi ini hanya
dilakukan jika tersedia fasilitas diagnosis yang mencukupi. Pada pemberian terapi jenis ini,
penderita harus diawasi dengan ketat. Jika terdapat respon yang baik, terapi diteruskan, tetapi
jika tidak terdapat respon, maka harus dilakukan evaluasi kembali. (Wiwik, h., & Hariwibowo,
A. S (2008, hal : 42)
7. Pemeriksaan diagnostic
Menurut wiwik, H., &Hariwibowo,A. S (2008, Hal : 41) pemeriksaan laboratorium pada
klien dengan anemia adalah sebagai berikut.
a. Pemeriksaan laboratorium hematolgis dilakukan secara bertahap sebagai berikut :
1) Tes penyaring, tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap kasus anemia. Dengan
pemeriksaan ini, dapat dipastikan adanya anemia dan bentuk morfologi anemia tersebut.
Pemeriksaan ini meliputi pengkajian pada komponen-komponen berikut ini : kadar hemoglobin,
indeks eritrosit, (MCV, MCV, Dan MCHC), apusan darah tepi.
2) Pemeriksaan rutin merupakan pemeriksaan untuk mengetahuikelainan pada sistem leukosit dan
trombosit. Pemeriksaan yang dikerjakan meliputi laju endap darah (LED), hitung diferensial, dan
hitung retikulosit.
3) Pemriksaan sumsum tulang: pemeriksaan ini harus dikerjakan pada sebagian besar kasus anemia
untuk mendapatkan diagnosis defenitifmeskipun ada beberapa kasus yang diagnosisnya tidak
memerlukan pemeriksaan sumsum tulang.
4) Pemeriksaan atas indikasi khusus: pemeriksaan ini akan dikkerjakan jika telah mempunyai
dugaan diagnosis awal sehingga fungsinya adalah untuk mengomfirmasi dugaan diagnosis
tersebut pemeriksaan tersebut memiliki komponen berikut ini:
a) Anemia defisiensi besi : serum iron, TIBC, saturasi transferin, dan feritin serum.
b) Anemia megaloblastik: asam folat darah/ertrosit, vitamin B12.
c) Anemia hemolitik: hitung retikulosit, tes coombs, dan elektroforesis Hb.
d) Anemia pada leukeumia akut biasanya dilakukan pemeriksaan sitokimia.
b. Pemeriksaan laboratorium nonhematogolis meliputi
1) Faal ginjal
2) Faal endokrin
3) Asam urat
4) Faal hati
5) Biakan kuman
c. Pemeriksaan penunjang lainnya, pada bebrapa kasus anemia diperlukan pemeriksaan penunjang
sebagai berikut :
1) Biopsy kelenjar uang dilanjutkan dengan pemeriksaan histopatologi
2) Radiologi: torak, bone survey, USG, atau linfangiografi.
3) Pemeriksaan sitogenetik.
4) Pemeriksaan biologi molekuler (PCR = polymerase chain raction, FISH = fluorescence in situ
hybridization).
B. Asuhan keperawatan
1.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Menurut doengoes (2000) asuhan keperawatan pada klien dengan anemia meliputi
pengkajian, diagnosa dan perencanan adalah sebagai berikut :
Pengkajian
Aktivitas/istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produtivitas, penurunan semangat
untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih
banyak.
Tanda : takikardia/takipnea; dispnea pada bekerja atau istirahat. Letargi, menarik diri, apatis,
lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot dan penurunan kekuatan. Ataksia,
tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang
menunjukkan keletihan.
Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronis, mis; perdarahan GI kronis, menstruasi berat (DB);
angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi
(takikardia kompensasi).
Tanda : TD ; peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar; hipotensi
postural. Distrimia; Abnormalis EKG, mis; depresi segmen ST dan pendataran atau depresi
gelombang T; takikardia. Bunyi jantung ; murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna): pucat pada
kulit dan menbran mukosa (konjungtiva, mulut, faring, bibir)dan dasar kuku. (Catatan; pada
pasien kulit hitam, pucat tampak sebagai keabu abuan); kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP)
atau kuning lemon terang (PA). Sklera: Biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler
melambat (penurunan aliran darah ke perifer dan vasokontriksi kompensasi). Kuku; mudah
patah, berbentuk seperti sendok (koikologikia) (DB). Rambut; kering, udah putus, menipis;
tumbuh uban secara premature (AP).
Integritas ego
Tanda : keyakinan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, mis; penolakan transfuse
darah.
Gejala : depresi.
Eleminasi
Gejala : riwayat piclonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB). Hematemasis,
feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine
Tanda ; distensi abdomen.
Makanan/cairan
Penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukkan produk sereal tinggi
(DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia,
anoreksia. Adanya penurunan berat badan.
Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi.
Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk,
kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin. Tanda : peka
rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu berespons, lambat dan
dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang
(aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg
positif, paralysis (AP).
Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
h. Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas. Tanda : takipnea,
ortopnea, dan dispnea.
i. Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB). Hilang libido
(pria dan wanita). Imppoten. Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.
2. Diagnosa keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang lazim timbul pada klien dengan anemia mernurut
doengoes (1999) ialah sebagai berikut :
a. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan
untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman)
dan kebutuhan.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna
atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untuk
pembentukan sel darah merah.
d. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan
neurologist.
e. Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses
pencernaan; efek samping terapi obat.
f. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder
(penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan).
g. Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah interpretasi
informasi ; tidak mengenal sumber informasi.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Perencanaan dilakukan sesuai dengan diagnosa yang telah ditentukan,
adapun perencanaan menurut Doengoes 1999 adalah sebagai berikut :
a. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan
untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
Tujuan : peningkatan perfusi jaringan
Kriteria hasil : menunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda vital stabil.
Intervensi Awasi tanda vital kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku.
Rasional : memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan membantu
menetukan kebutuhan intervensi.
Intervensi Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi. Rasional : meningkatkan ekspansi
paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler. Catatan : kontraindikasi bila ada
hipotensi.
Intervensi Awasi upaya pernapasan ; auskultasi bunyi napas perhatikan bunyi adventisius.
Rasional : dispnea, gemericik menununjukkan gangguan jantung karena regangan jantung
lama/peningkatan kompensasi curah jantung.
Intervensi Selidiki keluhan nyeri dada/palpitasi. Rasional : iskemia seluler mempengaruhi
jaringan miokardial/ potensial risiko infark.
Intervensi Hindari penggunaan botol penghangat atau botol air panas. Ukur suhu air mandi
dengan thermometer. Rasional : termoreseptor jaringan dermal dangkal karena gangguan
oksigen.
Intervensi Kolaborasi pengawasan hasil pemeriksaan laboraturium. Berikan sel darah merah
lengkap/packed produk darah sesuai indikasi. Rasional : mengidentifikasi defisiensi dan
kebutuhan pengobatan /respons terhadap terapi.
Intervensi Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi. Rasional : memaksimalkan transport
oksigen ke jaringan.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman)
dan kebutuhan.
Tujuan : dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
Kriteria hasil : melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari) menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi, pernapasan, dan tekanan
darah masih dalam rentang normal.
Intervensi Kaji kemampuan ADL pasien. Rasional : mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan.
Intervensi Kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan otot.
Rasional : menunjukkan perubahan neurology karena defisiensi vitamin B12 mempengaruhi
keamanan pasien/risiko cedera.
Intervensi Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas. Rasional : manifestasi
kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke
jaringan.
Intervensi Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan kurangi suara bising, pertahankan
tirah baring bila di indikasikan. Rasional : meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan
oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru.
Intervensi Gunakan teknik menghemat energi, anjurkan pasien istirahat bila terjadi kelelahan
dan kelemahan, anjurkan pasien melakukan aktivitas semampunya (tanpa memaksakan diri).
Rasional : meningkatkan aktivitas secara bertahap sampai normal dan memperbaiki tonus
otot/stamina tanpa kelemahan. Meingkatkan harga diri dan rasa terkontrol.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna
atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untuk
pembentukan sel darah merah.
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil : menunujukkan peningkatan/mempertahankan berat badan dengan nilai
laboratorium normal. - tidak mengalami tanda mal nutrisi. - Menununjukkan perilaku, perubahan
pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan berat badan yang sesuai. Intervensi
Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai. Rasional : mengidentifikasi defisiensi,
memudahkan intervensi.
Intervensi Observasi dan catat masukkan makanan pasien. Rasional : mengawasi masukkan
kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.
Intervensi Timbang berat badan setiap hari. Rasional : mengawasi penurunan berat badan atau
efektivitas intervensi nutrisi.
Intervensi Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering dan atau makan diantara waktu
makan. Rasional : menurunkan kelemahan, meningkatkan pemasukkan dan mencegah distensi
gaster.
Intervensi Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan dan gejala lain yang
berhubungan. Rasional : gejala GI dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.
Intervensi Berikan dan Bantu hygiene mulut yang baik ; sebelum dan sesudah makan, gunakan
sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut. Berikan pencuci mulut yang di encerkan bila
mukosa oral luka. Rasional : meningkatkan nafsu makan dan pemasukkan oral. Menurunkan
Intervensi Kolaborasi ahli gizi untuk diet siembang dengan tinggi serat dan bulk. Rasional :
serat menahan enzim pencernaan dan mengabsorpsi air dalam alirannya sepanjang traktus
intestinal dan dengan demikian menghasilkan bulk, yang bekerja sebagai perangsang untuk
defekasi.
Intervensi Berikan pelembek feses, stimulant ringan, laksatif pembentuk bulk atau enema sesuai
indikasi. Pantau keefektifan. (kolaborasi) Rasional : mempermudah defekasi bila konstipasi
terjadi.
Intervensi Berikan obat antidiare, misalnya Defenoxilat Hidroklorida dengan atropine (Lomotil)
dan obat mengabsorpsi air, misalnya Metamucil. (kolaborasi). Rasional : menurunkan motilitas
usus bila diare terjadi. .
f. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder
(penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan).
Tujuan : Infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil : mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi. meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau eritema, dan demam.
Intervensi Tingkatkan cuci tangan yang baik ; oleh pemberi perawatan dan pasien. Rasional :
mencegah kontaminasi silang/kolonisasi bacterial. Catatan : pasien dengan anemia berat/aplastik
dapat berisiko akibat flora normal kulit.
Intervensi Pertahankan teknik aseptic ketat pada prosedur/perawatan luka. Rasional :
menurunkan risiko kolonisasi/infeksi bakteri.
Intervensi Berikan perawatan kulit, perianal dan oral dengan cermat. Rasional : menurunkan
risiko kerusakan kulit/jaringan dan infeksi.
Intervensi Motivasi perubahan posisi/ambulasi yang sering, latihan batuk dan napas dalam.
Rasional : meningkatkan ventilasi semua segmen paru dan membantu memobilisasi sekresi
untuk mencegah pneumonia.
Intervensi : Tingkatkan masukkan cairan adekuat. Rasional : membantu dalam pengenceran
secret pernapasan untuk mempermudah pengeluaran dan mencegah stasis cairan tubuh misalnya
pernapasan dan ginjal.
Intervensi Pantau/batasi pengunjung. Berikan isolasi bila memungkinkan. Rasional : membatasi
pemajanan pada bakteri/infeksi. Perlindungan isolasi dibutuhkan pada anemia aplastik, bila
respons imun sangat terganggu.
Intervensi Pantau suhu tubuh. Catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa demam.
Rasional : adanya proses inflamasi/infeksi membutuhkan evaluasi/pengobatan.
Intervensi Amati eritema/cairan luka. Rasional : indikator infeksi lokal. Catatan : pembentukan
pus mungkin tidak ada bila granulosit tertekan.
Intervensi Ambil specimen untuk kultur/sensitivitas sesuai indikasi (kolaborasi) Rasional :
membedakan adanya infeksi, mengidentifikasi pathogen khusus dan mempengaruhi pilihan
pengobatan.
Intervensi Berikan antiseptic topical ; antibiotic sistemik (kolaborasi). Rasional : mungkin
digunakan secara propilaktik untuk menurunkan kolonisasi atau untuk pengobatan proses infeksi
local.
g. Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah interpretasi
informasi ; tidak mengenal sumber informasi.
Tujuan : pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana
pengobatan.
Pengertian
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah merah
dan kadar hemoglobin dan hematokrit dibawah normal. Anemia bukan merupakan
penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau akibat
gangguan
fungsi
tubuh.
Secara
fisiologis
anemia
terjadi
apabila
terdapat
Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan
sel darah merah secara berlebihan atau keduanya.
terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan
akibat penyebab yang tidak diketahui.
perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini dapat akibat defek sel darah merah
yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang menyebabkan destruksi
sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam
system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini
adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel
darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma
(konsentrasi normal 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada
sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada
kelainan
hemplitik)
maka
hemoglobin
akan
muncul
dalam
plasma
akan
berdifusi
dalam
glomerulus
ginjal
dan
kedalam
urin
(hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak
mencukupi biasanya dapat diperleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam
sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang
dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya
hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
Anemia
payah jantung
C.
Etiologi:
1.
2.
Perdarahan
3.
4.
Klasifikasi anemia:
Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:
1.
a.
- agen neoplastik/sitoplastik
- terapi radiasi
- antibiotic tertentu
- obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason
- benzene
- infeksi virus (khususnya hepatitis)
Pansitopenia
Anemia aplastik
Gejala-gejala:
- Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)
-
b.
d.
gangguan eritropoesis
Anemia megaloblastik
Penyebab:
Megaloblas (eritroblas yang besar)
Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan
oleh destruksi sel darah merah:
Anemia hemolisis
E.
o Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi
pucat.
F.
o gagal jantung,
o parestisia dan
o kejang.
G.
o Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah putih, kadar Fe,
pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin B12, hitung trombosit, waktu
perdarahan, waktu protrombin, dan waktu tromboplastin parsial.
o Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity serum
o Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan kronis serta
sumber kehilangan darah kronis.
H.
1.
Anemia aplastik:
3.
Anemia megaloblastik
o Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila difisiensi
disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik dapat
diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
o Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan selama
hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat
dikoreksi.
o Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan asam
folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.
II.
1.
2.
3.
Perfusi jaringan tidak efektif b.d perubahan ikatan O2 dengan Hb, penurunan
konsentrasi Hb dalam darah.
4.
Resiko Infeksi b/d imunitas tubuh skunder menurun (penurunan Hb), prosedur
invasive
5.
PK anemia
6.
7.
Diagnosa
Tujuan
Intoleransi
aktivitas
B.d
ketidakseimbang
an
suplai
&
kebutuhan O2
Intervensi
Setelah
dilakukan Terapi aktivitas :
askep .... jam Klien
dapat menunjukkan Kaji kemampuan ps melakukan aktivitas
toleransi
Rencanakan
aktivitas
saat
ps
minimal
mempunyai
energi
cukup
u/
v/s dbn selama dan melakukannya.
setelah aktivitas
Manajemen nutrisi
Ketidakseimbang
an nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh b.d intake
nutrisi
Setelah
dilakukan Manajemen Nutrisi
asuhan
keperawatan
Kaji adanya alergi makanan.
jam
klien
menunjukan status
nutrisi
adekuat Kaji makanan yang disukai oleh klien.
dengan KH:
Kolaborasi team gizi untuk penyediaan
BB stabil, tingkat nutrisi TKTP
energi adekuat
inadekuat, faktor
psikologis
Yakinkan
diet
yang
dikonsumsi
mengandung
cukup
serat
untuk
mencegah konstipasi.
Kolaborasi
sesuai order
untuk
pemberian
terapi
sirkulasi
arterial
ikatan
O2
dengan
Hb,
penurunan
konsentrasi Hb
dalam darah.
selama
- Conjunctiva tidak
anemis
- Akral hangat
Setelah dilakukan
Konrol infeksi :
askep . jam tidak
angka
lekosit sebelum dan setelah kontak dengan
klien.
normal (4-11.000)
V/S dbn
sarung
tangan
mukosa
PK:Anemia
Setelah dilakukan
askep ..... jam
perawat dapat
meminimalkan
terjadinya
komplikasi anemia
Hb >/= 10 gr/dl.
Konjungtiva
Instruksikan
klien
untuk
antibiotik sesuai program.
meningkatkan
minum
tdk
anemis
Kulit tidak
hangat
6
pucat
Deficite Knolage
tentang penyakit
dan
perawatannya
b.d
Kurang
paparan
thdp
sumber
informasi,
terbatasnya
kognitif
setelah
diberikan Teaching : Dissease Process
penjelasan selama
Kaji tingkat pengetahuan klien dan
. X pengetahuan
keluarga
tentang proses penyakit
klien dan keluarga
meningkat dg KH:
ps mengerti proses
penyakitnya
dan
Berikan
informasi
tentang
perkembangan
klien
Ps
mampu:
Menjelaskan
Diskusikan perubahan gaya hidup yang
kembali
tentang mungkin diperlukan untuk mencegah
apa yang dijelaskan komplikasi di masa yang akan datang
Sindrom defisit
self
care
b/d
kelemahan,
penyakitnya
Jelaskan
alasan
tindakan atau terapi
dilaksanakannya
Setelah
dilakukan Bantuan perawatan diri
askep jam klien
dan keluarga dapat Monitor kemampuan pasien terhadap
merawat
diri
: perawatan diri yang mandiri
activity
daily
ANEMIA
A. Pengertian
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen
tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah, yang
mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges, 1999).
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar
hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 : 935).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas hemoglobin
dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006 : 256).
Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit, melainkan merupakan
pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh dan perubahan patotisiologis
yang mendasar yang diuraikan melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan fisik dan
informasi laboratorium.
B. Etiologi
Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk sintesis
eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya merupakan akibat dari
beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik, penyakit kronik, keracunan obat, dan
sebagainya.
Perdarahan hebat
Akut (mendadak)
Kecelakaan
Pembedahan
Persalinan
Perdarahan hidung
Wasir (hemoroid)
Ulkus peptikum
Kekurangan vitamin C
Penyakit kronik
Pembesaran limpa
Sferositosis herediter
Elliptositosis herediter
Kekurangan G6PD
Penyakit hemoglobin C
Penyakit hemoglobin E
C. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan sel darah
merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapt terjadi akibat kekurangan
nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel
darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut
terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah
merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi
sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam system
retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang
sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel
darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma
(konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dan
sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh
organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat
menghambat kerja organ-organ penting, Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel
bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya lemah,
Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki (Sjaifoellah, 1998).
D. Manifestasi klinis
Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai sistem dalam tubuh
antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan dalam
perubahan perilaku, anorexia (badan kurus kerempeng), pica, serta perkembangan kognitif yang
abnormal pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan
berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih,
lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain
adalah munculnya sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata bawah).
Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang.
Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung(Sjaifoellah, 1998).
E. Komplikasi
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita anemia akan
mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau gampang terkena infeksi saluran
napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah lebih kuat. Pada kasus
ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan dapat menyebabkan kematian,
dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa juga
mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak (Sjaifoellah, 1998).
F. Pemeriksaan penunjang
Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun.
Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume korpuskular rerata)
dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik
(DB), peningkatan (AP). Pansitopenia (aplastik).
Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons sumsum tulang
terhadap kehilangan darah/hemolisis).
Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat mengindikasikan tipe
khusus anemia).
LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan kerusakan sel
darah merah : atau penyakit malignasi.
Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal : pada tipe
anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek.
Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin meningkat (hemolitik)
atau menurun (aplastik).
Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi (hemolitik)
Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.
Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).
Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan defisiensi
masukan/absorpsi
Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)
TBC serum : meningkat (DB)
Feritin serum : meningkat (DB)
Masa perdarahan : memanjang (aplastik)
LDH serum : menurun (DB)
Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)
Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster, menunjukkan perdarahan
akut / kronis (DB).
Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam hidroklorik
bebas (AP).
Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam jumlah,
ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal: peningkatan megaloblas (AP),
lemak sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik).
Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan GI (Doenges,
1999).
G. Penatalaksanaan Medis
Tindakan umum :
Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang.
1. Transpalasi sel darah merah.
2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen
5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :
1. Anemia defisiensi besi
Penatalaksanaan :
Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan yang diberikan seperti ikan,
daging, telur dan sayur.
Pemberian preparat fe
Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan
Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.
(DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan
sudut mulut pecah. (DB).
6) Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi.
Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk,
kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu berespons,
lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari
lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda
Romberg positif, paralysis (AP).
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
8) Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
9) Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada radiasi; baik
terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap
dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk,
sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan
ekimosis (aplastik).
10) Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB). Hilang libido
(pria dan wanita). Imppoten.
Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun potensial
berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994).
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :
1. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder
(penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan)).
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk
mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untuk
pembentukan sel darah merah.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
(pengiriman) dan kebutuhan.
4. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan
untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
5. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan
neurologist.
6. Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses
pencernaan; efek samping terapi obat.
7. Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah interpretasi
informasi ; tidak mengenal sumber informasi.
C. Intervensi/Implementasi keperawatan
Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk
menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono, 1994)
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun
pada tahap perencanaan (Effendi, 1995).
Intervensi dan implementasi keperawatan pasien dengan anemia (Doenges, 1999) adalah :
1) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder
(penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan)).
Tujuan : Infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil : - mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi.
- meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau eritema, dan demam.
INTERVENSI & IMPLEMENTASI
Tingkatkan cuci tangan yang baik ; oleh pemberi perawatan dan pasien.
Rasional : mencegah kontaminasi silang/kolonisasi bacterial. Catatan : pasien dengan anemia
berat/aplastik dapat berisiko akibat flora normal kulit.
Pertahankan teknik aseptic ketat pada prosedur/perawatan luka.
Rasional : menurunkan risiko kolonisasi/infeksi bakteri.
Berikan perawatan kulit, perianal dan oral dengan cermat.
Rasional : menurunkan risiko kerusakan kulit/jaringan dan infeksi.
Motivasi perubahan posisi/ambulasi yang sering, latihan batuk dan napas dalam.
Rasional : meningkatkan ventilasi semua segmen paru dan membantu memobilisasi sekresi
untuk mencegah pneumonia.
Tingkatkan masukkan cairan adekuat.
Rasional : membantu dalam pengenceran secret pernapasan untuk mempermudah pengeluaran
dan mencegah stasis cairan tubuh misalnya pernapasan dan ginjal.
Pantau/batasi pengunjung. Berikan isolasi bila memungkinkan.
Rasional : membatasi pemajanan pada bakteri/infeksi. Perlindungan isolasi dibutuhkan pada
anemia aplastik, bila respons imun sangat terganggu.
Pantau suhu tubuh. Catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa demam.
Rasional : adanya proses inflamasi/infeksi membutuhkan evaluasi/pengobatan.
Amati eritema/cairan luka.
Rasional : indikator infeksi lokal. Catatan : pembentukan pus mungkin tidak ada bila granulosit
tertekan.
Ambil specimen untuk kultur/sensitivitas sesuai indikasi (kolaborasi)
Rasional : membedakan adanya infeksi, mengidentifikasi pathogen khusus dan mempengaruhi
pilihan pengobatan.
Berikan antiseptic topical ; antibiotic sistemik (kolaborasi).
Rasional : mungkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan kolonisasi atau untuk
pengobatan proses infeksi local.
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk
mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untuk
pembentukan sel darah merah.
Kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan otot.
Rasional : menunjukkan perubahan neurology karena defisiensi vitamin B12 mempengaruhi
keamanan pasien/risiko cedera.
Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas.
Rasional : manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah
oksigen adekuat ke jaringan.
Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan kurangi suara bising, pertahankan tirah
baring bila di indikasikan.
Rasional : meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan
regangan jantung dan paru.
Gunakan teknik menghemat energi, anjurkan pasien istirahat bila terjadi kelelahan dan
kelemahan, anjurkan pasien melakukan aktivitas semampunya (tanpa memaksakan diri).
Rasional : meningkatkan aktivitas secara bertahap sampai normal dan memperbaiki tonus
otot/stamina tanpa kelemahan. Meingkatkan harga diri dan rasa terkontrol.
4) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
Tujuan : peningkatan perfusi jaringan
Kriteria hasil : - menunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda vital stabil.
Kriteria hasil : - mengidentifikasi factor risiko/perilaku individu untuk mencegah cedera dermal.
INTERVENSI & IMPLEMENTASI
Kaji integritas kulit, catat perubahan pada turgor, gangguan warna, hangat local, eritema,
ekskoriasi.
Rasional : kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi dan imobilisasi. Jaringan dapat
menjadi rapuh dan cenderung untuk infeksi dan rusak.
Reposisi secara periodic dan pijat permukaan tulang apabila pasien tidak bergerak atau ditempat
tidur.
Rasional : meningkatkan sirkulasi kesemua kulit, membatasi iskemia jaringan/mempengaruhi
hipoksia seluler.
Anjurkan pemukaan kulit kering dan bersih. Batasi penggunaan sabun.
Rasional : area lembab, terkontaminasi, memberikan media yang sangat baik untuk pertumbuhan
organisme patogenik. Sabun dapat mengeringkan kulit secara berlebihan.
Bantu untuk latihan rentang gerak.
Rasional : meningkatkan sirkulasi jaringan, mencegah stasis.
Gunakan alat pelindung, misalnya kulit domba, keranjang, kasur tekanan udara/air. Pelindung
tumit/siku dan bantal sesuai indikasi. (kolaborasi)
Rasional : menghindari kerusakan kulit dengan mencegah /menurunkan tekanan terhadap
permukaan kulit.
6) Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses
pencernaan; efek samping terapi obat.
Tujuan : membuat/kembali pola normal dari fungsi usus.
Kriteria hasil : - menunjukkan perubahan perilaku/pola hidup, yang diperlukan sebagai
penyebab, factor pemberat.
INTERVENSI & IMPLEMENTASI
Observasi warna feses, konsistensi, frekuensi dan jumlah.
Rasional : membantu mengidentifikasi penyebab /factor pemberat dan intervensi yang tepat.
Auskultasi bunyi usus.
Rasional : bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan menurun pada konstipasi.
Awasi intake dan output (makanan dan cairan).
Rasional : dapat mengidentifikasi dehidrasi, kehilangan berlebihan atau alat dalam
mengidentifikasi defisiensi diet.
Dorong masukkan cairan 2500-3000 ml/hari dalam toleransi jantung.
Rasional : membantu dalam memperbaiki konsistensi feses bila konstipasi. Akan membantu
memperthankan status hidrasi pada diare.
Hindari makanan yang membentuk gas.
Rasional : menurunkan distress gastric dan distensi abdomen
Kaji kondisi kulit perianal dengan sering, catat perubahan kondisi kulit atau mulai kerusakan.
Lakukan perawatan perianal setiap defekasi bila terjadi diare.
Rasional : mencegah ekskoriasi kulit dan kerusakan.
Kolaborasi ahli gizi untuk diet siembang dengan tinggi serat dan bulk.
Rasional : serat menahan enzim pencernaan dan mengabsorpsi air dalam alirannya sepanjang
traktus intestinal dan dengan demikian menghasilkan bulk, yang bekerja sebagai perangsang
untuk defekasi.
Berikan pelembek feses, stimulant ringan, laksatif pembentuk bulk atau enema sesuai indikasi.
Pantau keefektifan. (kolaborasi)
Rasional : mempermudah defekasi bila konstipasi terjadi.
Berikan obat antidiare, misalnya Defenoxilat Hidroklorida dengan atropine (Lomotil) dan obat
mengabsorpsi air, misalnya Metamucil. (kolaborasi).
Rasional : menurunkan motilitas usus bila diare terjadi.
7) Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah interpretasi
informasi ; tidak mengenal sumber informasi.
Tujuan : pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana
pengobatan.
Kriteria hasil : - pasien menyatakan pemahamannya proses penyakit dan penatalaksanaan
penyakit.
- mengidentifikasi factor penyebab.
- Melakukan tiindakan yang perlu/perubahan pola hidup.
INTERVENSI & IMPLEMENTASI
Berikan informasi tentang anemia spesifik. Diskusikan kenyataan bahwa terapi tergantung pada
tipe dan beratnya anemia.
Rasional : memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien dapat membuat pilihan yang tepat.
Menurunkan ansietas dan dapat meningkatkan kerjasama dalam program terapi.
Tinjau tujuan dan persiapan untuk pemeriksaan diagnostic.
Rasional : ansietas/ketakutan tentang ketidaktahuan meningkatkan stress, selanjutnya
meningkatkan beban jantung. Pengetahuan menurunkan ansietas.
Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
Rasional : megetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang
penyakitnya.
Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang.
Rasional : dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan
merasa tenang dan mengurangi rasa cemas.
Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanan nya.
Rasional : diet dan pola makan yang tepat membantu proses penyembuhan.
Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan.
Rasional : mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan
dari tindakan yang dilakukan.
D. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien dengan
tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan
pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Lynda Juall Capenito, 1999:28)
Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah :
1) Infeksi tidak terjadi.
2) Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
3) Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
Burton, J.L. 1990. Segi Praktis Ilmu Penyakit Dalam. Binarupa Aksara : Jakarta
http://id.wikipedia.org/wiki/Anemia
http://www.kompas.com/ver1/Kesehatan/0611/30/104458.htm
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.
askep anemia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 PENGERTIAN
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan atau hitung eritrosit lebih rendah dari harga
normal.
Dikatakan sebagai anemia bila Hb < 14 g/dl dan Ht < 41 % pada pria atau Hb < 12 g/dl dan Ht <
37 % pada wanita.
Memungkinkan terjadinya :
1.2 ETIOLOGI
Dikelompokkan menjadi 2 faktor utama, yaitu :
1. Penurunan produksi eritrosit, dapat terjadi karena :
a. Kerusakan sumsum tulang
b. Berkurangnya bahan pembentuk eritrosit
2. Peningkatan kehilangan eritrosit dalam sirkulasi
a
Perdarahan
1.3 PATOFISIOLOGI
Produksi SDM sumsum tulang terganggu atau SDM yang terbentuk rusak/hilang.
Kapasitas sel-sel pembawa oksigen berkurang yang dipengaruhi oleh invasi sel-sel tumor, racun,
obat-obatan/bahan kimia. Kurang nutrisi pembentuk SDM dan zat besi asam folik, B12 atau
kekurangan exytroprotein akibat penyakit ginjal. SDM dapat dirusak juga oleh sel-sel pagosit
pada RES (Retikulo Endotel Sistem) dalam hati dan lien.
SDM rusak/pecah terbentuk bilirubin yang masuk aliran darah. Billirubin diekskresikan
Kehilangan darah 1000 ml atau lebih hilangnya beberapa struktur darah yang akut.
Kehilangan darah 30 % atau lebih diaphoresisi, gelisah, takikardi, nafas tersengal-
sengal, shock.
HYPOXIA
Cardiac output < pernafasan meningkat untuk memperbanyak jumlah oksigen ke jaringan
Cerebral
Hypoxia
Hypoxia kronis
Gangguan
mental
Gejala GIT
Mengantuk
Anoreksia
Sakit kepala
Nausea
Pusing
Konstipasi/diare
Finitas
Stematitis
Kadar Hb/Hmt
Penatalaksanaan
1.6 KOMPLIKASI
Komplikasi gagal jantung
parestesia
kejang
ASKEP ANEMIA
Februari 7, 2011 & Komentar
BAB I
PENDAHULUAN
1. A. Konsep Medis
1. 1. Pengertian
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen
tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah, yang
mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges, 1999).
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar
hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 : 935).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas hemoglobin
dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006 : 256).
Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit, melainkan merupakan
pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh dan perubahan patotisiologis
yang mendasar yang diuraikan melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan fisik dan
informasi laboratorium.
1. 2. Etiologi
Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk sintesis
eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya merupakan akibat dari
beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik, penyakit kronik, keracunan obat, dan
sebagainya.
Penyebab umum dari anemia:
Perdarahan hebat
Akut (mendadak)
Kecelakaan
Pembedahan
Persalinan
Perdarahan hidung
Wasir (hemoroid)
Ulkus peptikum
Kekurangan vitamin C
Penyakit kronik
Pembesaran limpa
Sferositosis herediter
Elliptositosis herediter
Kekurangan G6PD
Penyakit hemoglobin C
Penyakit hemoglobin E
1. 3. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan sel darah
merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapt terjadi akibat kekurangan
nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel
darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut
terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah
merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi
sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam system
retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang
sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel
darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma
(konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dan
sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh
organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat
menghambat kerja organ-organ penting, Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel
bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya lemah,
Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki (Sjaifoellah, 1998).
1. 4. Manifestasi klinis
Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai sistem dalam tubuh
antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan dalam
perubahan perilaku, anorexia (badan kurus kerempeng), pica, serta perkembangan kognitif yang
abnormal pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan
berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih,
lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain
adalah munculnya sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata bawah).
Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang.
Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung(Sjaifoellah, 1998).
1. 5. Komplikasi
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita anemia akan
mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau gampang terkena infeksi saluran
napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah lebih kuat. Pada kasus
ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan dapat menyebabkan kematian,
dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa juga
mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak (Sjaifoellah, 1998).
1. 6. Pemeriksaan penunjang
Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat
mengindikasikan tipe khusus anemia).
Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia,
misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup
lebih pendek.
Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster,
menunjukkan perdarahan akut / kronis (DB).
1. 7. Penatalaksanaan Medis
Tindakan umum :
Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Penatalaksanaan :
Pemberian preparat fe
2)
3)
4) Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan pemberian cairan dan
transfusi darah.
ASKEP ANEMIA
1. Pengertian
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar
hemoglobin dan hematokrit di bawah normal.
Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit, melainkan merupakan
pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh dan perubahan patotisiologis
yang mendasar yang diuraikan melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan fisik dan
informasi laboratorium.
2. Anatomi dan Fisiologi
Gambar komponen darah
Darah adalah cairan di dalam pembuluh darah yang mempunyai fungsi sangat penting dalam
tubuh yaitu transportasi. Darah mempunyai dua komponen yaitu komponen padat dan komponen
cair. Fungsi transportasi darah adalah membawa dan mengantarkan nutrisi dan oksigen dari usus
dan paru-paru kepada sel diseluruh tubuh dan mengangkut sisa-sisa metabolisme ke ogan-organ
pembuangan. Darah juga membawa dan menghantar hormon-hormon dari kelenjar endokrin ke
organ sasarannya. Ia mengangkut enzim, zat buffer, elektrolit, dan berbagai zat kimia untuk
didistribusikan ke seluruh tubuh.
Peran penting dilakukan juga oleh sel darah, yaitu pengaturan suhu tubuh karena dengan cara
konduksi ia membawa panas tubuh dari pusat-pusat produksi panas untuk didistribusikan ke
seluruh tubuh dan ke permukaan tubuh yang pada akhirnya diatur pelepasannya dalam upaya
homeostatis suhu (termoregulasi). Jumlah darah manusia bervariasi tergantung berat badan
seseorang. Rata-rata jumlah darah adalah 70cc/kgBB. Bagian padat darah terdiri dari eritrosit,
leukosit dan trombosit. Bagian padat darah merupakan 45% dari seluruh volume darah, 55%
adalah plasma yang merupakan komponen cair darah.
Plasma terdiri dari 91-92% air yang berperan sebagai medium transfor dan 7-9% terdiri dari zat
padat (protein seperti albumin, globulin, fibrinogen, juga ada unsure natrium, kalium, kalsium,
fosfor, bese, asam amino, kolesterol, glukosa, dan enzim). Albumin yang dibentuk di hati
merupakan 53% dari seluruh protein serum, berperan dalam mempertahankan volume darah
dengan menjaga tekanan osmotic koloid,pH dan keseimbangan elektrolit.
3. Klasifikasi
Anemia dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara. Pendekatan fisiologis akan menuntun
apakah defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh efek produksi sel darah merah atau
(anemia hipoproliferatifa ) atau oleh dekstruksi sel darah merah (anemia hemolitika).
Anemia hipoproliferatif
A. Anemia aplastik
Anemia aplastik disebabkan oleh penurunan precursor dalam sumsum tulang dan penggantian
sumsu tulang dengan lemak. Dapat terjadi secara congenital maupun didapat. Dapat juga
idiopatik ( dalam hal ini, tanpa penyebab yang jelas ), dan merupakan penyebab utama. Berbagai
macam infeksi dan kehamilan dapat mencetuskannya, atau dapat pula disebabkan oleh obat.
Bahan kimia, atau kerusakan radiasi. Bahan yang sering menyebabkan aplasia sumsum tulang
meliputi benzene dan turunan benzene ( misalnya perekat pesawat terbang ), obat anti tumor
seperti nitrogen mustard, anti metabolic termasuk meotrexate dan 6-merkaptopurin, dan berbagai
bahan toksit seperti arsen anorganik.
Dalam berbagai keadaan, anemia aplastik terjadi saat obat atau bahan kimia masuk dalam jumlah
toksit. Namun, pada beberapa orang dapat timbul pada dosis yang dianjurkan untuk pengobatan.
Kasus terakhir dapat dianggap sebagai reaksi obat idiosinkrasia pada orang yang sangat peka
dengan alasan yang tidak jelas. Apabila pejanannya segera dihentikan dapat diharapkan
penyembuhan yang segera dan sempurna.
Karena terjadi penurunan jumlah sel dalam sumsum tulang, asprirasi sumsum tulang sering
hanya menghasilkan beberapa tetes darah. Maka perlu dilakukan biopsy untuk menentukan
beratnya penurunan element sumsum normal dan penggantian oleh lemak. Abnormalitas
mungkin terjadi pada sel stem, perkursor granulosit, eritrosit, dan trombosit. Akibatnya, terjadi
pansitopenia ( defisiensi semua komponen element darah)
Awitan anemia aplastik biasanya khas yaitu bertahap, ditandai oleh kelemahan, pucat, sesak
nafas pada saat latihan, dan manifestasi anemia lainnya. Perdarahan abnormal akibat
trombositopenia merupakan gejala satu satunya pada sepertiga pasien. Apabila granulosit juga
terlibat, pasien biasanya mengalami demam, faringitis akut, atau berbagai bentuk lain sepsis dan
perdarahan. Tanda fisik selain pucat dan perdarahan kulit, biasanya tidak jelas. Pemeriksaan
hitung darah menunjukan adanya defisiensi berbagai jenis sel darah. Ada 2 metode penanganan
yang saat ini sering dilakukan yaitu : transplantasi sumsum tulang dan pemberian terapi imuno
supresif dengan globulin anti timosit ( ATG )
B. Anemia pada penyakit ginjal
Derajat anemia yang terjadi pada pasien dengan penyakit ginjal tahap akhir sangat berfariasi,
tetapi secara umum terjadi pada pasien dengan nitrogen urea darah yang lebih dari 10mg/dl.
Hematokrit biasanya menurun sampai antara 20 % dan 30%, meskipun pada beberapa kasus
jarang mencapai dibawah 15%.
Anemia ini disebabkan oleh menurunnya ketahanan hidup sel darah merah maupun defisiensi
eritropoetin. Beberapa eritropoetin terbukti diproduksi diluar ginjal, karena terdapat eritropoesis
yang masih terus berlangsung, bahkan pada pasien yang ginjalnya telah diangkat
C. Anemia pada penyakit kronis
Berbagai penyait inflamasi kronis berhubungan dengan anemia jenis normositik normokromik
( sel darah merah dengan ukuran dan warna yang abnormal ). Kelainan ini meliputi arthritis
rematoid, abses paru, osteomielitis, tuberculosis, dan berbagai keganasan.
Anemia biasanya ringan, berkembang secara bertahap selama 6- 8 minggu dan normal kembali
pada kadar hematokrit kurang dari 25%. Hemoglobin jarang turun sampai dibawah 9 g/dl dan
sumsum tulang mempunyai peningkatan selularitas normal dengan peningkatan cadangan besi.
Pasien tidak menimbulkan gejala dan tidak memerlukan penanganan untuk anemia nya. Dengan
keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya besi sumsum tulang digunakan untuk
membuat darah, sehingga hemoglobin meningkat
D. Anemia defisiensi besi
Anemia defisiensi besi adalah keadaan dimana keadaan kandungan besi tubuh total turun
dibawah tingkat normal. Penyebab tersering defisiensi besi pada pria dan wanita pasca
menopouese adalah perdarahan atau malabsorpsi, terutama setelah reseksi gaster. Pada wanita
premenopouse adalah menoragia atau pendarahan menstruasi berlebih. Pasien dengan
alkoholisme kronis sering mengalami ketidak cukupan asupan besi dan kehilangan besi akibat
kehilangan darah dari traktus gastrointestinal dan menimbulkan anemia.
Orang yang mengalami defisiensi besi mengalami penurunan angka hemoglobin dan sel darah
merah. Nilai hemoglobin berkurang dibanding hitung sel darah merah, oleh sebab itu sel darah
merah cendrung lebih kecil dan relative kurang pigment nya, artinya hipokromik. Hipokromia
merupakan penanda defisiensi besi. Penyebab defisiensi besi adalah kegagalan pasien
mencernakan atau mengabsorpsi besi diet yang adekuat untuk mengkompensasi kebutuhan besi
sehubungan dengan pertumbuhan tubuh atau untuk menggantikan kehilangan darah setelah
pendarahan, baik pendarahan yang fisiologis, maupun patologis.
E. Anemia megaloblastik
Disebabkan oleh defisiensi B12 dan asam folat menunjukan perubahan yang sama antara
sumsum tulang dan darah tetapi kedua vitamin tersebut esensial bagi sintesis DNA normal. Pada
setiap kasus, terjadi hyperplasia sumsum tulang, dan precursor eritroid dan myeloid besar dan
aneh; beberapa mengalami multi nukleasi. Tetapi, beberapa sel ini mati dalam sumsum tulang,
sehingga jumlah sel matang yang menimbulkan sumsum tulang menjadi sedikit, terjadilah
pansitopenia. Pada keadaan lanjut, hb dapat turun 4-5g/dl, hitung se darah putih 2000-3000 per
mm3, dan hitungan trombosit kurang dari 50000 mm3 .sel darah merah besar dan PMN
hipersegmen.
F. Defisiensi vitamin B12
Dapat terjadi dalam berbagai bentuk. Gangguan ini jarang sebagai akibat asupan diet yang tidak
addekuat, namun dapat terjadi pada vegetarian yang tidak makan daging sama sekali. Gangguan
absorpsi traktus GI lebih sering terjadi.
G. Defisiensi asam folat
Merupakan vitamin lain yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah yang normal.
Simpanan folat dalam tubuh jauh leih kecil dibandingkan vitamin B12.sehinga lebih sering di
jumpai defisiensi folat dalam diet. Alcohol meningkatkan kebutuhan akan asam folat, dan pada
saaat yang sama, orang yang menderita alkoholisme biasanya makan makanan yang kurang
mengandung vitamin. Kebutuhan asam folat juga meningkat pada orang yang menderita anemia
hemolitik dan pada wanita hamil.
Anemia hemolitika
Pada anemia ini eritrosit memiliki rentang usia yang memendek. Sumsum tulang biasanya
mampu mengkompensasi sebagian dengan memproduksi sel darah merah baru tiga kali atau
lebih dibanding kecepatan normal. Konsekuensinya semua anemia jenis ini mempunyai
gambaran laboratories yang sama : 1. Jumlah retikulosit meningkat, 2. Fraksi bilirubin indirek
meningkat dan 3. Haptoglobin biasanya rendah . sumsum tulang menjadi hiperseluler akibat
proliferasi eritrosit.
4. Etiologi
Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk sintesis
eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya merupakan akibat dari
beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik, penyakit kronik, keracunan obat, dan
sebagainya.
Penyebab umum dari anemia:
a. Perdarahan hebat
b. Kecelakaan
c. Pembedahan
d. Persalinan
e. Pecah pembuluh darah
f. Penyakit Kronik (menahun)
g. Perdarahan hidung
h. Wasir (hemoroid)
i. Tumor ginjal atau kandung kemih
j. Perdarahan menstruasi yang sangat banyak
k. Berkurangnya pembentukan sel darah merah
l. Kekurangan zat besi
m. Kekurangan vitamin B12
n. Kekurangan asam folat
o. Kekurangan vitamin C
p. Penyakit kronik
q. Meningkatnya penghancuran sel darah merah
r. Pembesaran limpa
s. Kerusakan mekanik pada sel darah merah
t. Penyakit sel sabit
5. Patofisologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan sel darah
merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapt terjadi akibat kekurangan
nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel
darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut
terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah
merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi
sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam system
retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang
sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel
darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma
(konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dan
sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh
organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat
menghambat kerja organ-organ penting, Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel
bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya lemah,
Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki.
6. Tanda dan Gejala
Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai sistem dalam tubuh
antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan dalam
perubahan perilaku, anorexia (badan kurus kerempeng), pica, serta perkembangan kognitif yang
abnormal pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan
berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih,
lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain
adalah munculnya sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata bawah).
Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang.
Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung.
7. Pemeriksaan Diasnotik
Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun.
Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume korpuskular rerata)
dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik
(DB), peningkatan (AP). Pansitopenia (aplastik).
Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons sumsum tulang
terhadap kehilangan darah/hemolisis).
Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat mengindikasikan tipe
khusus anemia).
LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan kerusakan sel
darah merah : atau penyakit malignasi.
Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal : pada tipe
anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek.
Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin meningkat (hemolitik)
atau menurun (aplastik).
Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi (hemolitik)
Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.
Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).
Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan defisiensi
masukan/absorpsi
Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)
TBC serum : meningkat (DB)
Feritin serum : meningkat (DB)
Masa perdarahan : memanjang (aplastik)
LDH serum : menurun (DB)
Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)
Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster, menunjukkan perdarahan
akut / kronis (DB).
Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam hidroklorik
bebas (AP).
Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam jumlah,
ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal: peningkatan megaloblas (AP),
lemak sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik).
Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan GI
8. Penatalaksanaan Medis
Tindakan umum :
Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang.
1. Transpalasi sel darah merah.
2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen
5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :
1. Anemia defisiensi besi
Penatalaksanaan :
Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan yang diberikan seperti ikan,
daging, telur dan sayur.
Pemberian preparat fe
Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan
Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.
2. Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12
3. Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral
4. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan pemberian cairan dan
transfusi darah.
9. Komplikasi
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita anemia akan
mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau gampang terkena infeksi saluran
napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah lebih kuat. Pada kasus
ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan dapat menyebabkan kematian,
dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa juga
mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak (Sjaifoellah, 1998).
B. Konsep Dasar Keperawata
1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluru
Pengkajian pasien dengan anemia meliputi :
1) Aktivitas / istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ; penurunan semangat
untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih
banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi, menarik diri,
apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan.
Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain
yang menunujukkan keletihan.
2) Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat (DB),
angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi
(takikardia kompensasi).
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi
postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi
gelombang T; takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat
pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan:
pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat
(aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB).
Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi)
kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah putus,
menipis, tumbuh uban secara premature (AP).
3) Integritas ego
Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya penolakan
transfusi darah.
Tanda : depresi.
4) Eleminasi
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB). Hematemesis,
feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine.
Tanda : distensi abdomen.
5) Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk sereal
tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah,
dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka
terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12).
Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas
(DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan
sudut mulut pecah. (DB).
6) Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi.
Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk,
kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu berespons,
lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari
lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda
Romberg positif, paralysis (AP).
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
8) Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
9) Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada radiasi; baik
terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap
dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk,
sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan
ekimosis (aplastik).
10) Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB). Hilang libido
(pria dan wanita). Imppoten.
Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun potensial
berdasarkan data yang telah dikumpulkan.
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan anemia meliputi
1) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
(pengiriman) dan kebutuhan.
2) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder
(penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan)).
3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk
mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untuk
pembentukan sel darah merah.
4) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
5) Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah interpretasi
informasi ; tidak mengenal sumber informasi.
3. Intervensi/Implementasi keperawatan
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun
pada tahap perencanaan.
Intervensi dan implementasi keperawatan pasien dengan anemia adalah :
1) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
(pengiriman) dan kebutuhan.
Tujuan : dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
Kriteria hasil : melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari)
menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi, pernapasan, dan tekanan
darah masih dalam rentang normal.
INTERVENSI & IMPLEMENTASI
a. Kaji kemampuan ADL pasien.
Rasional : mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan.
b. Kaji kehilangan atau gangguankeseimbangan, gaya jalan dan kelemahan otot.
Rasional : menunjukkan perubahan neurology karena defisiensi vitamin B12 mempengaruhi
keamanan pasien/risiko cedera.
c. Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas.
Rasional : manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah
oksigen adekuat ke jaringan.
d. Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan kurangi suara bising,
pertahankan tirah baring bila di indikasikan.
Rasional : meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan
regangan jantung dan paru.
e. Gunakan teknik menghemat energi, anjurkan pasien istirahat bila terjadi
kelelahan dan kelemahan, anjurkan pasien melakukan aktivitas semampunya
(tanpa memaksakan diri).
Rasional : meningkatkan aktivitas secara bertahap sampai normal dan memperbaiki tonus
otot/stamina tanpa kelemahan. Meingkatkan harga diri dan rasa terkontrol.
2) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder
(penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan)).
Tujuan : Infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil : mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi.
meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau eritema, dan demam.
INTERVENSI & IMPLEMENTASI
a. Tingkatkan cuci tangan yang baik ; oleh pemberi perawatan dan pasien.
Rasional : mencegah kontaminasi silang/kolonisasi bacterial. Catatan : pasien dengan anemia
berat/aplastik dapat berisiko akibat flora normal kulit.
b. Berikan perawatan kulit, perianal dan oral dengan cermat.
Rasional : menurunkan risiko kerusakan kulit/jaringan dan infeksi.
c. Pantau/batasi pengunjung. Berikan isolasi bila memungkinkan.
Rasional : membatasi pemajanan pada bakteri/infeksi. Perlindungan isolasi
dibutuhkan pada anemia aplastik, bila respons imun sangat terganggu.
d. Pantau suhu tubuh. Catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa demam.
Rasional : adanya proses inflamasi/infeksi membutuhkan evaluasi/pengobatan.
e. Berikan antiseptic topical ; antibioticsistemik (kolaborasi).
Rasional : mungkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan kolonisasi atau untuk
pengobatan proses infeksi local.
3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk
mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian pasien. EGC : Jakarta
Smeltzer Suzannec, Brenda Bare G.2002.Buku Ajar Keperwatan Medikal Bedah.Penerbit Buku
Kedokteran:Jakarta.
http://www.google.co.id/images.hl=id&source=imghp&biw=1366&bih=521&q=anatomi.
Diposkan oleh kristian Aarisandy di 08:30
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
1. 1. Pengkajian
1) Aktivitas / istirahat
Gejala :keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas;
penurunan
semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat
lebih banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi, menarik diri,
apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan.
Tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang
menunujukkan keletihan.
2) Sirkulasi
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi
postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi
gelombang T; takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat
pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan:
pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat
(aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB).
Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi)
kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah putus,
menipis, tumbuh uban secara premature (AP).
3) Integritas ego
Gejala : Keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya penolakan
transfusi darah.
Tanda : Depresi.
4) Eleminasi
Gejala : Riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB). Hematemesis,
feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine.
Tanda : distensi abdomen.
5)
Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk sereal
tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah,
dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka
terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12).
Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas
(DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan
sudut mulut pecah. (DB).
6) Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi.
Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk,
kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
Tanda : Peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu berespons,
lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari
lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda
Romberg positif, paralysis (AP).
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
8) Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
9) Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada radiasi; baik
terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap
dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk,
sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan
ekimosis (aplastik).
1. 2. Diagnosa Keperawatan
2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
3. Kelemahan berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman)
dan kebutuhan.
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat.
5. Kecemasan berhubungandengan perubahan status kesehatan
1. 3. Intervensi/Implementasi keperawatan
1)
Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
Tujuan : peningkatan perfusi jaringan.
Kriteria hasil : menunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda vital stabil
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kejang merupakan suatu manifestasi klinis yang sering dijumpai di ruang gawat
darurat. Hampir 5 % anak berumur dibawah 16 tahun setidaknya tidak pernah
mengalami sekali kejang selama hidupnya. Kejang penting sebagai suatu tanda adanya
gangguan neurologis, keadaan tersebut merupkan keadaan darurat. Kejang mungkin
sederhana, dapat berhenti sendiri dan sedikit memerlukan pengobatan lanjutan, atau
merupakan gejala awal dari penyakit berat atau cenderung menjadi status epileptikus.
Kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai
akibat dari aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik serebral yang
berlebihan (Betz & Sowden,2002).
Tata laksana kejang sering kali tidak dilakukan secara baik. Karena diagnosis
yang salah atau penggun obat yang kurang tepat dapat menyebabkan kejng tidak
terkkontrol , depresi nafas dan rawat inap yang tidak perlu. Dengan penangggulangan
yang tepat dan cepat tidak perlu menyebabkan kematian.
Langkah awal dalam menghadapi kejang adalah memastikan apakah gejala saat
ini kejang atau bukan. Selanjutnya melakukan identifikasi kemungkinan penyebabnya.
Penyebab kejang pada anak dapat karena infeksi, kerusakan jaringan otak dan faktor
lain yang dapat menyebabkan gangguan pada fungsi otak. Keadaan tersebut dapat
dijumpai pada kejang demam, epilepsi, dan lain-lain.
Priguna (1999: 134) menjelaskan bahwa epilepsi adalah suatu gangguan
serebral kronik dengan berbagai macam etiologi, yang dicirikan oleh timbulnya
serangan paroksimal yang berkala akibat lepas muatan listrik neuron serebral secara
eksesif.
Angka kejadian epilepsi berbeda-beda tergantung dari cara penelitiannya,
misalnya Lumban Tobing (1975) mendapatkan 6 %, sedangkan Livingstone (1954) dari
golongan kejang demam sederhana mendapatkan 2,9 % yang menjadi epilepsi, dan
golongan epilepsi yang diprovokasi oleh demam ternyata 97% menjadi epilepsi.
Setelah kejang, anak akan segera normal kembali. Kejang biasanya berakhir
kurang dari 1 menit, tetapi walaupun jarang dapat terjadi selama lebih dari 15 menit.
b. Epilepsi
John Rendle(1992) menyatakan, bahwa epilepsi adalah suatu gangguan serebral
khronik dengan berbagai macam etiologi, yang dicirikan oleh tmbulnya serangan
paroksimal yang berkala, akibat lepas muatan listrik neuron serbral secara eksesif.
Lebih lanjut Kumala (1998) menjelaskan bahwa epilepsi adalah setiap kelompok
sindrom yang ditandai dengan gangguan otak sementara yang bersifat paroksimal yang
dimanifestasikan berupa gangguan atau penurunan kesadaran yang episodik,
fenomena motorik yang abnormal, gangguan psiki, sensorik dan sistem otonom
disebabkan aktivitas listrik otak.
Seeorang dianggap sebagai pasien epilepsi bila ia telah lebih dari 1 kali menderita
bangkitan kejang spontan epilepsi atau gangguan yang ringan (Ngastiyah, 2005).
A. Etiologi
a.
Kejang Demam
Penyebab kejang demam menurut Ngastiyah (2005) antara lain:
S Suhu yang tinggi
S Metabolisme anaerobik
S Metabolisme otak yang meningkat
S Infeksi di luar saluran susunan saraf pusat
S Infeksi ekstrakranial
b.
Epilepsi
Penyebab epilepsi menurut Fransisca (2008) antara lain :
S Faktor fisiologis
S Faktor biokimiawi
S Faktor anatomis
S Gabungan faktor-faktor di atas
S Penyakit yang pernah diderita
B. Patofisiologi
a.
Risiko tinggi
Kebutuhan Nutrisi
O2 ke otak menurun
Kejang Demam
TIK
meningkat
Kejang demam sederhana Kejang demam komplek
Risiko injuri
a.
Patofisiologi epilepsi
Kelompok sel neuron yang abnormal melepas muatan secara berlebihan dan menyebar
melalui jalur-jalur fisiologi-anatomis dan melibatkan daerah di sekitarnya atau daerah yang lebih
jauh letaknya di otak.
Tidak semua sel neuron di susunan saraf pusat dapat mencetuskan bangkitan epilepsi
klinik, walaupun ia melepas muatan listrik berlebihan. Sel neuron diserebellum bagian bawah
batang otak dan di medulla spinalis, walaupun mereka dapat melepas muatan listrik berlebihan,
namun posisi mereka menyebabkan tidak mampu mencetuskan bangkitan epilepsi.
A. Manifestasi Klinis
a.
Kejang Demam
Kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat, serangan kejang biasanya terjadi dalam 24
jam pertama sewaktu demam, berlangsung singkat, dan umumnya kejang akan terhenti sendiri.
Begitu terhenti anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak tetapi setlah bebrapa detik
atau menit anak akan terbangun. Pada kejang demam, wajah anak akan menjadi biru, matanya
berputar-putar, dan anggota badannya akan bergetar dengan hebat.
b. Epilepsi
Manifestasi klinis pada berbagai jenis epilepsi :
M Grandmal, pasien tidak ingat adanya serangan sejak semula, hilangnya kesadaran, kejang
tonik 20-60 detik disusul dengan kejang klonik kira-kira 40 detik setelah itu terbaring dalam
keaadaan koma kira-kira 1 menit, lalu tertidur selama 2-3 jam jika dibangunkan mengeluh sakit
kepala. Produksi air liur bertambah, disertai kesukaran bernapas dan terlihat mulut anak
berbusa.
M Petit mal, berlangsung 5-15 detik, kesadaran menurun, tiba-tiba berhenti melakukan apa
yang sedang ia lakukan, staring, mata berkedip 3 kali/ detik.
M Status petit mal, anak dalam keadaan bengong, disorientasi, kesadaran menurun dan reaksi
lambat, berlangsung sampai 24 jam atau lebih, umumnuya hanya beberapa menit.
M Infantil spasm, serangan spamus yang masif dari otot-otot badan, fleksi dari badan dan
anggota gerak bawah dengan abduksi serta fleksi dari lengan, gerakan kejut disertai jeritan,
biasanya anak menderita retardasi mental
M Sinkop, sebelum kehilangan kesadaran pasien merasa badannya dingin atau panas dan
berkeringat dingin, telingan berdengung, pandangan kabur atau benda yang dilihatnya tampak
hitam, pusing, rasa tidak enak di perut, dan pucat hingga hilangnya kesadaran sepintas.
Umumnya sinkop hanya terjadi pada waktu sikap tegak.
B. Pemeriksaan Penunjang
a.
Pemeriksaan Fisik
$Pemeriksaan pediatrik seperti keadaan umum, TTV, kepala, jantung, paru, abdomen anggota
gerak, dsb.
$ Pemeriksaan neurologis seperti tingkat kesadaran, sistem motorik dan sensorik, dll.
$ Konsul ke bagian mata, THT, hematologi, endokrinologi.
b. Pemeriksaan laboratorium
$ Pemeriksaan darah tepi secara rutin
$ Pemeriksaan lain sesuai indikasi misalnya kadar gula darah
$ Pemeriksaan CSS ( cairan serebro spinalis) bila perlu
c.
Pemeriksaan Radiologis
$ Foto tengkorak
$ Pneumoensefalografi
$ Ventrikulografi
$ Arteriografi
C. Penatalaksaan
Penatalaksanaan Kejang
1. Medis
Pada kejang demam faktor yang perlu dikerjakan adalah :
a.
b. Pengobatan Penunjang
Cairan IV sebaiknya diberikan dengan monitoring, lakukan hibernasi dengan kompres alkohol
dan es. Berikan kortikosteroid ataupun glukokortikosteroid.
c.
Pengobatan Rumat
Pemberian obat antiepileptik, fenobarbital, sodium valproat(evilin, depakene), fenitoin (dilantin)
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Masalah yang perlu diperhatikan pada pasien kejang demam ialah:
a.
Risiko terjadi kerusakan sel otak akibat kejang, tindakan yang diperlukan saat kejang:
J Baringkan pasien di tempat yang rata, pasangkan guedel
J Singkirkan benda-benda disekitar pasien
J Isap lendir sampai bersih, berikan O2 boleh sampai 4 L/mnt
J Bila suhu tinggi berikan kompres dingin secara intensif
J Setelah pasien bangun dan sadar berikan minum hangat
d.
e.
1. Medis
a.
Pasien epilepsi diberikan obat antikonvulsan secara rumat, selama pengobatan harus diperiksa
gejala intoksikasi dan pemeriksaan laboratorium secara berkala. Berikan obat seperti
fenobarbital, diaepam, diamox, dilantin, mysolin, prednison, deksametason, adrenokortikotropin.
2. Penatalaksanaan keperawatan
Dalam penatalaksanaan keperawatan perlu memerhatikan masalah pasien antara lain, risiko
terjadi bahaya, gangguan rasa aman dan nyaman risiko terjadi gangguan psikososial,
kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit anaknya.
N
o
1
Diagnosa
Tujuan
Intervensi
Keperawatan
kriteria evaluasi
Risiko tinggi - Serangan kejang
cidera b/d
dapat terkontrol
stimulassi la
serangan
- Mengungkapkan
kejang
aktivitas ota
kejang
pemahaman faktor
meningkatk
(Fransisca,
yang menunjang
2008).
penghentian
pernapasan dan
mengambil langkah
untuk memperbaiki
situasi
pada kepala
- Mengurang
- Memberika
terhadap pa
- Meningkatk
- Mencatat k
-Lakukan penilaian neurologis/TTV
setelah kejang
-Observasi munculnya tanda-tanda
status epileptikus
waktu peny
normal
- Memberika
dibutuhkan
Kolaborasi:
-Berikan obat sesuai indikasi seperti obat
- Menstabilk
antiepilepsi (fenitoin)
-Fenobarbital
- Menurunk
antiepilepsi
-Diazepam
-Glukosa, tiamin
- Menekan s
- Memperta
metabolism
-Pantau/catat kadar obat antiepilepsi
-Pantau kadar sel darah, elektrolit dan
glukosa
-Mengetahu
-Mengidenti
memperber
NO
2
Diagnosa
Tujuan
Intervensi
Keperawatan
Risiko tinggi pola
Kriteria Evaluasi
-Mempertahankan pola
- Anjurkan ps u/
-Menurunka
pernapassan efektif
atau masuk
kerusakan
ke faring
neuromuskular
terjadi
-Meningkatk
mencegah l
menyumbat
(Diah, 2009)
bernapas/ e
-Menurunka
Kolaborasi:
sebagai akib
yang menur
NO
Diagnosa
berkepanjan
posiktal mem
Tujuan
dukungan ve
Intervensi
Koping individu/
Keperawatan
-Setelah dilakukan
Kriteria Evaluasi
- Kaji perasaan takut, asing,
-Klien dengan
keluarga tidak
intervensi
diasingkan dar
keperawatan
-U/ penangana
akibat epilepsi
koping individu/
(Fransisca, 2008)
keluarga membaik
-Konseling aka
-Dapat mengatasi
individu/keluar
mental yang ko
masalah yang
kondisi dan ke
dihadapi
-klien/ keluarga
dapat memahami
perawatan epilepsi
untuk mengub
kondisi dan
dengan keluar
keterbatsan yang
penyakitnya se
diakibatkan epilepsi
diakibatkan ep
-Dengan meng
-Beritahukan keluarga untuk
mencegah risik
ke unit pelkes
-Meningkatkan
ps
-Mencegah ps
keamanan dan
klien
NO
Diagnosa
Tujuan
Keperawatan
Kriteria Evaluasi
Intervensi
4.
Kurang
pengetahuan
terhadap proses
mengklarifik
mengenai
penyakit, dan
persepsidan
kondisidan aturan
pengobatannya
yang ada
pengobatan b/d
-Kriteria evaluasi:
indikasi
kurang pemajanan,
Mengungkapkan
kurang mengingat
pemahaman tetntang
terhadap ob
(Doenges, 2000)
gangguan dan
menghentikan pengobatan
didapat mer
berbagai rangsang
dari kejang y
yang dapat
meningkatkan/
- Memberikan
menerus
- Berikan petunjuk yang jelas
berpotensial pada
aktivitas kejang
- Dapat menu
lambung, mu
memungkinkan
- Anjurkan ps u/ menggunakan
gelang identifikasi yang
memberitahukan bahwa Anda
- Mempercep
dan menent
dalam keada
penderita epilepsi
- Kebutuhan
- Tekankan perlunya u/
melakukan evaluasi yang
teratur
berubah dan
obat yang se
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Contoh kasus
Anak K usia 6 tahun, agama islam, suku bangsa melayu. Alamat tinggal Jln.
Anggrek no.24 Telanaipura Jambi, masuk ruang IGD RS Raden Mattaher Jambi pada
tanggal : 12/12/2010, pukul 13:12 WIB. Klien masuk rumah sakit karena sering
mengalami kejang. Pasien tidak sadar, terlihat kelenjar ludah yang keluar disertai mulut
yang berbusa. Sebelumnya klien pernah dirawat di ruang anak RSUD, tetapi setelah
terlihat pulih ps dibawa pulang. Saat pengkajian keluarga klien mengeluh nafas
anaknya sesak, CRT 3 detik. Dari hasil pemeriksaan fisik saat pengkajian diperoleh :
TD : 90/60mmHg, N : 84x/mnt, RR: 32x/mnt, S : 37,50C , terdapat luka lecet pada
bagian punggung belakang, kejang pertama terjadi 1 menit kemudian kejang kedua
muncul dengan perkiraan 40 detik hingga terbaring tak sadarkan diri selama 1 menit
dilanjutkan dengan pasien tertidur hingga mencapai 3 jam. Dari keterangan orang tua
klien diketahui bahwa sebelumnya anaknya pernah menderita penyakit seperti ini,
kejang terjadi secara mendadak sehingga anak takut untuk bermain bersama temantemannya. Pada keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit yang sama dengan
klien, orang tua sering mengajak anaknya berlibur jika ada waktu luang.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
a.
Pengkajian
1. Riwayat kejang
Ps telah mengalami kejang pada umur 5 tahun
2. Faktor yang menimbulkan kejang
Kejang yang ditimbulkan spontan
3. Asupan alkohol
Anak tidak mengkonsumsi alkohol
4. Efek epilepsi terhadap gaya hidup
Anak terbatas untuk bermain di lingkungan, sehingga anak merasa minder ketika mendengar
ejekan teman-temannya
5. Apakah ada keterbatasan yang ditimbulkan oleh kejang
Ada, saat mengalami kejang ps tidak dapat mengontrol diri sehingga membutuhkan
keluarga/orla untuk memberikan bantuan
6. Apakah ps mempunyai program rekreasi
Ps dapat berekreasi jika orang tuanya mempunyai waktu luang
7. Kontak sosial
Ps sering berada di rumah karena merasa malu untuk melakukan kontak sosial
8. Apakah pengalaman dalam beraktivitas positif
9. Mekanisme koping yang dipergunakan
10. Pengamatan dan pengkajian selama dan setelah kejang
Kejang pertama terjadi 1 menit kemudian kejang kedua muncul dengan perkiraan 40 detik
hingga terbaring tak sadarkan diri selama 1 menit dilanjutkan dengan pasien tertidur hingga
mencapai 3 jam.
b. Diagnosa Keperawatan
1. pola napas tak efektif b/d kerusakan neuromuskular
2. Cidera b/d serangan kejang
3. Koping individu tidak efektif b/d stres akibat epilepsi
4. Kurang pengetahuan mengenai kondisidan aturan pengobatan b/d kurang pemajanan, kurang
mengingat
BAB IV
PENUTUP
IV.1.
a.
Kesimpulan
Tidak semua data yang ada pada pengkajian teoritis muncul pada kasus tergantung
kondisi dan faktor-faktor lain yang memperberat.
b.
Evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi proses yaitu mengevaluasi kondisi pasie
tiap hari sesuai dengan permasalahan yang dianggap.
IV.2. Saran
Bagi perawat :
Hubungan saling percaya dengan klien merupakan kunci utama demi keberhasilan
dalam pemberian asuhan keperawatan.
3.
Sebaiknya perawatan yang dilakukan pada klien epilepsi dilakukan secara kontiniu
dan berkesinambungan.
4.
Mahasiswa/i
keperawatan dapat
DAFTAR PUSTAKA
Batticaca, B. Fransisca. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Behrman, Kliegman dan Arvin, Nelson. 1999.Ilmu Kesehatan Anak . Jakarta: EGC
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit
2. ETIOLOGI
Anemia disebabkan oleh berbagai jenis penyakit, namun semua kerusakan tersebut secara
signifikan akan mengurangi banyaknya oksigen yang tersedia untuk jaringan. Menurut Brunner
dan Suddart (2001), beberapa penyebab anemia secara umum antara lain :
a) Secara fisiologis anemia terjadi bila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut
oksigen ke jaringan.
b) Akibat dari sel darah merah yang prematur atau penghancuran sel darah merah yang berlebihan.
c) Produksi sel darah merah yang tidak mencukupi.
d) Faktor lain meliputi kehilangan darah, kekurangan nutrisi, faktor keturunan , penyakit kronis dan
kekurangan zat besi.
3. KLASIFIKASI
a)
Anemia Defisiensi
Karena kekurangan (defisiensi) zat gizi tertentu
b)
Anemia Hemoragik
Anemia Hemolitik
Karena penghancuran (destruksi) sel darah merah di dalam tubuh
d)
Anemia Aplastik
Kekurangan produksi sel darah merah. Hal ini bisa terjadi bila sumsum tulang berhenti bekerja
sehingga tidak cukup sel darah merah yang di bentuk.
4. PATOFISIOLOGI
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau kehilangan sel darah
merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum tulang dapat terjadi akibat kekurangan
nutrisi, terpapar zat tosik, invasi tumor, atau kebanyakan akibat idiopatik. Sel darah merah dapat
hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi).
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam sistem
retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Sebagai efek samping proses ini, bilirubin,
yang terbentuk dalam fagosit akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah
merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma. Konsentrasi
normalnya 1 mg/dl atau kurang; kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sklera.
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran seperti yang terjadi pada berbagai kelainan
hemolitik, maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinema). Apabila konsentrasi
plasmanya melebihi kapasitas hemoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas)
untuk mengikat semuanya (misal, apabila jumlahnya lebih dari sekitar 100 mg/dl), hemoglobin
akan terdifusi dalam glomerulus ginjal dan ke dalam urine (hemoglobinuria). Jadi ada atau tidak
adanya hemoglobinema dan hemoglobinuria dapat memberikan informasi mengenai lokasi
penghancuran sel darah merah abnormal pada klien dengan hemolisis dan dapat merupakan
petunjuk untuk mengetahui sifat proses hemolitik tersebut.
Kesimpulan mengenai apakah anemia pada klien tertentu disebabkan oleh penghancuran dengan
dasar hitung retikulosis dalam sirkulasi darah, derajat poliferasi sel darah merah muda dalam
sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dengan biopsi, serta ada atau
tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
5. MANIFESTASI KLINIK
Meurut harirson ( 1999, Hal : 56) Presentase klinis dari pasien yang anemik bergantung pada
penyakit yang mendasarinya, demikian juga dengan keparahan serta kronisitasnya anemia.
Manifestasi anemia dapat dijelaskan melalui prinsip-prinsip patofisologik, sebagian besar tanda
dan gejala anemia mewakili penyesuaian kardiovaskuler dan ventilasi yang mengkompensasi
penurunan massa sel darah merah.
Tanda dan gejalanya antara lain:
a)
Pusing
b)
Mudah berkunang-kunang
c)
Lesu
d)
Aktivitas kurang
e)
Rasa mengantuk
f)
Susah konsentrasi
g)
Cepat lelah
h)
i)
Konjungtiva pucat
j)
k)
l)
Purpura
o)
Perdarahan
Gejala khas masing-masing anemia:
a)
b)
Ikterus, urin berwarna kuning tua/coklat, perut mrongkol/makin buncit pada anemia
hemolitik.
c)
6. KOMPLIKASI
a) Kegagalan jantung dimana fungsi jantung menjadi lemah dan tidak mencukupi.
b) Masalah semasa mengandung seperti melahirkan anak pematang dan pertumbuhan janin
7. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang
hilang. Penatalaksanaan anemia berdasarkan penyebabnya, yaitu :
1.
Anemia aplastik:
Dengan transplantasi sumsum tulang dan terapi immunosupresif dengan antithimocyte globulin
( ATG ) yang diperlukan melalui jalur sentral selama 7-10 hari. Prognosis buruk jika transplantasi
sumsum tulang tidak berhasil. Bila diperlukan dapat diberikan transfusi RBC rendah leukosit dan
platelet ( Phipps, Cassmeyer, Sanas & Lehman, 1995 ).
2.
Pada paien dialisis harus ditangani dengan pemberian besi dan asam folat
Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3.
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan untuk
aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya, besi sumsum tulang
dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat.
4.
Dengan pemberian makanan yang adekuat. Pada defisiensi besi diberikan sulfas ferosus 3 x 10
mg/hari. Transfusi darah diberikan bila kadar Hb kurang dari 5 gr %. Pada defisiensi asam folat
diberikan asam folat 3 x 5 mg/hari.
5.
Anemia megaloblastik
Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila difisiensi disebabkan
oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan
injeksi IM.
Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan selama hidup pasien
yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.
Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan asam folat 1
mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.
6.
Dengan memberikan transfusi darah dan plasma. Dalam keadaan darurat diberikan cairan
intravena dengan cairan infus apa saja yang tersedia.
7. Anemia hemolitik
Dengan penberian transfusi darah menggantikan darah yang hemolisis.
8. PENGKAJIAN FOKUS
a. DEMOGRAFI
Biodata pasien yang meliputi :
1) Identitas pasien
a) Nama
b) Umur
c) Jenis Kelamin
d) Agama
e) Status perkawinan
f)
Pendidikan
g) Pekerjaan
h) Tanggal Masuk
i)
No. Register
j)
Diagnosa medis
2) Penanggung jawab
a) Nama
b) Umur
c) Jenis Kelamin
d) Pendidikan
e) Pekerjaan
f)
b. RIWAYAT KESEHATAN
Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian riwayat dahulu yang mendukung dengan melakukan serangkaian pertanyaan,
meliputi:
1) Apakah sebelumnya klien pernah menderita anemia.
2) Apakah meminum suatu obat tertentu dlam jangka lama.
3) Apakah pernah menderita penyakit malaria.
4) Apakah pernah mengalami pembesaran limfe.
5) Apakah pernah mengalami penyakit keganasan yang tersebar seperti kanker payudara, leukimia,
dan multipel mieloma.
6) Apakah pernah kontak dengan zat kimia toksik dan penyinaran dengan radiasi.
7) Apakah pernah menderita penyakit menahun yangmelibatkan ginjal dan hati.
8) Apakah pernah menderita penyakit infeksi dan defisiensi endoktrin.
9) Apakah pernah mengalami kekurangan vitamin penting, seperti vitamin B12 asam folat, vitamin
C dan besi.
c. DATA FOKUS TERKAIT PERUBAHAN FUNGSI DAN PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum klien pucat. Umumnya diakibatkan oleh berkurangnya volume darah,
berkurangnya hemoglobin, dan vasokontriksi untuk memperbesar pengiriman oksigen ke organorgan vital. Warna kuku, telapak tangan, dan membran mukosa bibir serta konjungtiva dapat
digunakan untuk menilai kepucatan.
B1 (Brething)
Dispnea (kesulitan bernapas), napas pendek, dan cepat lelah saat melakukan aktivitas jasmani
merupakan menifestasi berkurangnya pengiriman oksigen.
B2 (Bleeding)
Takikardia dan bising jantung menggambarkan beban jantung dan curah jantung meningkat,
pucat pada kuku, telapak tangan, serta membran mukosa bibir dan konjungtiva. Keluhan nyeri
dada bila melibatkan arteri koroner. Angina (nyeri dada) khususnya pada pasien usia lanjut
dengan stenosis koroner dapat diakibatkan karena iskemia miokardium. Pada anemia berat, dapat
menimbulkan gagal jantung kongestif sebab otot jantung yang kekurangan oksigen tidak dapat
menyesuaikan diri dengan beban kerja jantung yang meningkat.
B3 (Brain)
Disfungsi neurologis, sakit kepala, pusing, kelemahan, dan tinitus (telinga berdengung).
B4 (Bladder)
Gangguan ginjal, penurunan produksi urine.
B5 (Bowel)
Penurunan intake nutrisi disebabkan karena anoreksia, nausea, konstipasi atau diare, serta
stomatitis (sariawan lidah dan mulut).
B6 (Bone)
Kelemahan dalam melakukan aktifitas.
Diagnostik
Penurunan kadar eritrosit dan hemoglobin dalam darah merupakan tanda utama.
d. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut wiwik, H., &Hariwibowo,A. S (2008, Hal : 41) pemeriksaan laboratorium pada klien
dengan anemia adalah sebagai berikut
1)
a)
Tes penyaring, tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap kasus anemia. Dengan
pemeriksaan ini, dapat dipastikan adanya anemia dan bentuk morfologi anemia tersebut.
Pemeriksaan ini meliputi pengkajian pada komponen-komponen berikut ini : kadar hemoglobin,
indeks eritrosit, (MCV, MCV, Dan MCHC), apusan darah tepi.
b) Pemeriksaan rutin merupakan pemeriksaan untuk mengetahuikelainan pada sistem leukosit dan
trombosit. Pemeriksaan yang dikerjakan meliputi laju endap darah (LED), hitung diferensial, dan
hitung retikulosit.
c)
) Pemriksaan sumsum tulang: pemeriksaan ini harus dikerjakan pada sebagian besar kasus
anemia untuk mendapatkan diagnosis defenitifmeskipun ada beberapa kasus yang diagnosisnya
tidak memerlukan pemeriksaan sumsum tulang
d) Pemeriksaan atas indikasi khusus: pemeriksaan ini akan dikkerjakan jika telah mempunyai
dugaan diagnosis awal sehingga fungsinya adalah untuk mengomfirmasi dugaan diagnosis
tersebut pemeriksaan tersebut memiliki komponen berikut ini:
Anemia defisiensi besi : serum iron, TIBC, saturasi transferin, dan feritin serum.
Anemia megaloblastik: asam folat darah/ertrosit, vitamin B12.
Anemia hemolitik: hitung retikulosit, tes coombs, dan elektroforesis Hb.
Anemia pada leukeumia akut biasanya dilakukan pemeriksaan sitokimia.
2) Pemeriksaan laboratorium nonhematogolis meliputi:
a)
Faal ginjal
b)
Faal endokrin
c)
Asam urat
d)
Faal hati
e)
Biakan kuman
3) Pemeriksaan penunjang lainnya, pada bebrapa kasus anemia diperlukan pemeriksaan penunjang
sebagai berikut :
a) Biopsy kelenjar uang dilanjutkan dengan pemeriksaan histopatologi
b) Radiologi: torak, bone survey, USG, atau linfangiografi.
c) Pemeriksaan sitogenetik.
d) Pemeriksaan biologi molekuler (PCR = polymerase chain raction, FISH = fluorescence in situ
hybridization).
9. PATHWAYS KEPERAWATAN
10.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Resiko tinggi gangguan perfusi perifer yang berhubungan dengan menurunnya pengangkutan
oksigen ke jaringan sekunder dari penurunan jumlah sel-sel darah merah di sirkulasi
b) Resiko tinggi nyeri dada yang berhubungan dengan menurunnya suplai darah ke miokardium
c)
Resiko tinggi pola napas tidak efektif berhubungan dengan respon peningkatan frekuensi
pernapasan
d) Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
penurunan intake, mual dan anoreksia
:Resiko tinggi gangguan perfusi perifer yang berhubungan dengan menurunnya pengangkutan
oksigen ke jaringan sekunder dari penurunan jumlah sel-sel darah merah di sirkulasi
Tujuan
Kriteria hasil :Klien tidak mengeluh pusing, tanda-tanda vital dalam batas normal, konjungtiva merah (tidak
pucat), urine > 600 ml/hari.
Intervensi Keperawatan
Rasional
Kaji status mental klien secara teratur
Mengetahui derajat hipoksia pada otak
Kaji faktor-faktor yang menyebabkan Berkurangnya sel darah merah dapat
penurunan sel darah merah
hipoksemia
dan
darah merah.
Kematian
biasanya
perdarahan
atau
disebabkan
infeksi,
oleh
meskipun
gram
negatif,
telah
mengalami
jamur.
Terapi imunosupresif globulin antitimosit
(ATG) diberikan untuk menghentikan fungsi
imunologis yang memperpanjang aplasia,
sehingga memungkinkan sumsum tulang
mengalami penyembuhan. Klien berespon
terhadap terapi biasanya akan sembuh dalam
beberapa minggu sampai tiga bulan, tetapi
respon dapat lambat sampai enam bulan
Transplantasi
setelah penanganan.
Transplantasi sumsum
untuk
memberikan
tulang
persediaan
dilakukan
jaringan
: Resiko tinggi nyeri dada yang berhubungan dengan menurunnya suplai darah ke miokardium
Tujuan
: Dalam waktu 3x24 jam tidak ada keluhan dan terdapat penurunan respon nyeri dada
Kriteria hasil : Secara subjektif klien mengatakan penurunan rasa nyeri dada, secara objektif didapatkan TTV
dalam keadaan normal, wajah rileks, tidak terjadi penurunan perfusi perifer
Intervensi Keperawatan
Rasional
Catat karakteristik nyeri, lokasi, intensitas, Variasi penampilan dan perilaku klien karena
serta lama dan penyebarannya.
nyeri terjadi sebagai temuan pengkajian
Anjurkan kepada klien untuk melaporkan Nyeri berat dapat menyebabkan syok
nyeri dengan segera
kardiogenik
yang
berdampak
kematian
mendadak
Lakukan
manajemen
nyeri
keperawatan
sebagai berikut:
Atur posisi fisiologis
Istirahatkan klien
Istirahat
akan
menurunkan
kebutuhan
pemakaian
miokardium
sekaligus
(pengalihan
menurunkan
stimulus
perhatian)
internal
dapat
dengan
: Resiko tinggi pola napas tidak efektif berhubungan dengan respon peningkatan frekuensi
pernapasan
Tujuan
Kriteria hasil : Klien tidak sesak napas, RR dalam batas normal 16-20 kali/menit, respon batuk
berkurang
Intervensi
Auskultasi bunyi napas
Rasional
edema paru, sekunder
Indikasi
dekompensasi jantung
Curiga gagal kongestif/ kelebihan volume
cairan
Penurunan curah jantung, mengakibatkan
akibat
dewasa,
tetapi
memerlukan
pembatasan
Berikan diuretik
Dx
: Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan penurunan intake, mual dan anoreksia
Tujuan
Kriteria hasil : Klien secara subjektif termotivasi untuk melakukan pemenuhan nutrisi sesuai
anjuran klien dan keluarga tentang asupan nutrisi yang tepat pada klien
Intervensi
Jelaskan tentang manfaat mekanan
Rasional
Dengan pemahaman klien akan lebih
klien
Beri makanan dalam keadaan hangat dan porsi Untuk
kecil serta diet tinggi kalori tinggi protein
meningkatkan
selera
dan
jantung,
Meningkatkan secara psikologis
Memenuhi asupan vitamin yang kurang
dari penurunan asupan nutrisi secara
umum dan memperbaiki daya tahan
Dx
klien
Rasional
terhadap aktivitas
dapat
penurunan
oksigen
miokardium/
konsumsi
aktivitas berlebihan
Untuk mengurangi beban jantung
Untuk mengetahui fungsi jantung
dikaitkan dengan aktivitas
bila
Selama aktivitas kaji EKG, dispnea, sianosis, Melihat dampak dari aktivitas terhadap fungsi
kerja dan frekuensi napas, serta keluhan jantung
subjektif
Daftar Pustaka
Doenges,
M.E.
1999.
Rencana
Asuhan
keperawatan;
Pedoman
untuk
Perencanaan
dan
bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya lemah,
Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki (Sjaifoellah, 1998).
2.4 Manifestasi klinis
Cara mudah mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau
muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain adalah munculnya
sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata bawah).Anemia bisa menyebabkan kelelahan,
kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa
menyebabkan stroke atau serangan jantung(Sjaifoellah, 1998).
2.5 Komplikasi
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita anemia
akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau gampang terkena infeksi
saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah lebih kuat.
Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan dapat
menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat badan rendah,
anemia bisa juga mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak (Sjaifoellah,
1998).
2.6 Pemeriksaan penunjang
Jumlah hemoglobin lebih rendah dari normal (12-14 g/dl)
Kadar hemalokrit menurun.( normal 37 %-41 %)
Peningkatan Bilirubin total
Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepi
Terdapat pansitopenia, sum-sum tulang kosong diganti lemak (pada anemia aplastik)
2.7 Penatalaksanaan Medis
Tindakan umum :
Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang.
1. Transpalasi sel darah merah.
2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen
5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
BAB III
PROSES KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh
(Boedihartono, 1994).
Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :
1) Aktivitas / istirahat
Keletihan, kelemahan, malaise umum.Kehilangan produkifitas, penurunan semangat untuk
bekerja Toleransi terhadap latihan rendah.Kebutuhan untuk istirahat dan tidur lebih banyak
2) Sirkulasi Riwayat kehilangan darah kronis,Riwayat endokarditis infektif kronis, palpitasi
3) Integritas ego
Keyakinan agama atau budaya mempengaruhi pemilihan pengobatan, misalnya penolakan
transfusi darah
4) Eliminasi
Gagal ginjal, Hematemesi, Diare atau konstipasi
5) Makana/cairan
Nafsu makan menurun, mual/muntah, berat badan menurun.
6) Nyeri/ kenyamanan
Lokasi nyeri terutama didaerah abdomen dan kepala
7) Pernapasan
Napas pendek pada saat istirahat maupun aktifitas
8) Seksualitas
Perubahan menstruasi misalnya menoragia, amenore . Menurunnya fungsi seksual
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun
potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994).
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan kegagalan untuk mencerna, absorbsi
makanan
Ditandai dengan : Penurunan berat badan normal, penurunan turgor kulit, perubahan mukosa
mulut, nafsu makan menurun, mual, kehilangan tonus otot
Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan jumlah makanan, perubahan proses
pencernaan, efek samping penggunaan obat
Ditandai dengan : Adanya perubahan pada frekuensi, karakteristik dan jumlah feses, mual,
muntah, penurunan nafsu makan
C. Intervensi//Perencanaan
Diagnosa 1 Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai oksigen/nutrisi
ke sel.
- Kaji tanda-tanda vital, warna kulit, membrane mukosa, dasar kuku
- Beri posisi semi fowler
- Kaji nyeri dan adanya palpitasi
- Pertahankan suhu lingkungan dan tubuh pasien
- Hindari penggunaan penghangat atau air panas
Kolaborasi
- Monitor pemeriksaan laboratorium misalnya Hb/Ht dan jumlah sel darah merah
- Berikan sel darah merah darah lengkap
- Berikan oksigen tambahan sesuai dengan indikasi
Diagnosa 3 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan jumlah
makanan, perubahan proses pencernaan, efek samping penggunaan obat
- Kaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang disukai
- Observasi dan catat masukan makanan pasien
- Timbang berat badan tiap hari
- Berikan makanan sedikit dan frekuensi yang sering
- Observasi mual, muntah
- Bantu dan berikan hygiene mulut yang baik
Kolaborasi
- Konsul pada ahli gizi
- Berikan obat sesuai dengan indikasi misalnya vitamin dan mineral suplemen
- Berikan suplemen nutrisi
Diagnosa 4 Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan jumlah makanan,
perubahan proses pencernaan, efek samping penggunaan obat
- Observasi warna feses, konsistensi, frekuensi dan jumlah
- Kaji bunyi usus 7
BAB IV
PENUTUP
a. Kesimpulan
Anemia sering dijumpai di masyarakat dan mudah dikenali (di dioagnosa).Tanda dan gejalanya
beragam seperti pucat, lemah, mual dll.Pendiagnosaan anemia dapat ditunjang dengan
pemeriksaan laboratorium yakni adanya penurunan kadar Hb.
b. Saran
Sebagai perawat kita harus mampu mengenali tanda-tanda anemia dan memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan anemia secara benar.
DAFTAR PUSTAKA
Boedihartono. 1994. Proses Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta.
Burton, J.L. 1990. Segi Praktis Ilmu Penyakit Dalam. Binarupa Aksara : Jakarta
Carpenito, L. J. 1999. Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan,
Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed. 2. EGC : Jakarta
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian pasien. ed.3. EGC : Jakarta
http://id.wikipedia.org/wiki/Anemia
http://www.kompas.com/ver1/Kesehatan/0611/30/104458.htm
Noer, Sjaifoellah. 1998. Standar Perawatan Pasien. Monica Ester : Jakarta.
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.