Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN KASUS ANEMIA

DIRUANGAN MAWAR RSUD BENYAMIN GULUH

OLEH :

FAHIRA SYARIF

182431996

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN DIPLOMA TIGA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER KOLAKA

2021
LAPORAN PENDAHULUAN KASUS ANEMIA
DI RUANG MAWAR RSUD BENYAMIN GULUH

OLEH :
MIRDA KUSUMA WARDANI
182432011

Mengetahui,

Preceptor Akademik Preceptor Klinik

( ……………………….…… ) ( ……………..……………….. )
A. Konsep Dasar Anemia
1. Pengertian Anemia

Anemia merupakan keadaan menurunnya kadar hemoglobin hemotokrit


dan jumlah sel darah merah di bawah nilai normal yang dipatok untuk perorangan
(Arisman, 2014).

Anemia merupakan keadaan di mana masa eritrosit dan atau masa


hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen
bagi jaringan tubuh (Handayani dan Haribowo, 2008).

Menurut Ahmad Syafiq, dkk (2008) Anemia didefinisikan sebagai keadaan


di mana level Hb rendah karena kondisi patologis.

2. Etiologi

Anemia ini umumnya disebabkan oleh perdarahan kronik. Penyebab lain


yaitu :

1. Diet yang tidak mencukupi.


2. Absorbsi yang menurun.
3. Kebutuhan yang meningkat pada kehamilan.
4. Perdarahan pada saluran cerna, menstruasi, donor darah.
5. Hemoglobinuria.
6. Penyimpangan besi yang berkurang, seperti pada hemosiderosis paru.
3. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang
dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau
kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang
melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir,
masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel
darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang
menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik
atau dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil
samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk
dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera
direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1
mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa
makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan
oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ
penting, Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika
kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya lemah,
Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki (Sjaifoellah,
1998).
(Pathway)
4. Manifestasi Klinik

Menurut Proverawati (2011) Tanda dan gejala anemia tidak terlalu jelas
untuk kita tandai, seperti mudah lelah, pucat, sesak nafas, berdebar, sering pusing,
lidah luka, nafsu makan menurun, konsentrasi hilang, dan lesu.

Menurut Arisman dan Varney (2007) tanda dan gejala anemia juga tidak
khas dan sering tidak jelas, seperti letih, mudah ngantuk, lelah, pusing, malas,
nafsu makan menurun, perubahan mood, perubahan pola tidur, dan ditandai
dengan wajah pucat, ikteri, lidah halus, dan bantalan kuku pucat.

5. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaa penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan diagnose


anemia adalah (Handayani, 2008) :

1. Pemeriksaan laboratorium hematologis


 Tes penyaring : dilakukan pada tahap awal pada setiap kasus anemia.
Pemeriksaan ini meliputi pengkajian pada komponen-komponen, seperti
kadar hemoglobin, indeks eritrosit (MCV, MCH, dan MCHC), asupan
darah tepi.
 Pemeriksaan rutin : untuk mengetahui kelainanpada sistem leukosit dan
trombosit. Pemeriksaan yang dikerjakan meliputi laju endap darah (LED),
hitung diferensial, dan hitung retikulosit.
 Pemeriksaan sumsum tulang : dilakukan pada kasus anemia dengan
diagnosis definitive meskipun ada beberapa kasus diagnosisnya tidak
memerlukan pemeriksaan sumsum tulang.
2. Pemeriksaan laboratorium nonhematologis
 Faal ginjal
 Faal endokrin
 Asam urat
 Faat hati
 Biakan kuman
3. Pemeriksaan penunjang lain
 Biopsi kelenjar yang dilanjutkan dengan pemeriksaan hispatologi.
 Radiologi: torak, bone survey, USG, atau limfangiografi.
 Pemeriksaan sitogenetik.
 Pemeriksaan biologi molekuler (PCR: polymerase chain reaction, FISH:
fluorescence in situ hybridization).
6. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada pasien dengan anemia yaitu :

1. Memperbaiki penyebab dasar.


2. Suplemen nutrisi (vitamin B12, asam folat, besi).
3. Transfusi darah.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian

Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan


secara menyeluru (Marrelli. 2008).

Pengkajian pasien dengan anemia (Marrelli. 2008) meliputi :

1. Aktivitas / istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ;
penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah.
Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat.
Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya.
Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu
menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang
menunujukkan keletihan.
2. Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis,
menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan).
Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi).
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi
melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST
dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung : murmur
sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa
(konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit
hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat
(aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti
mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler
dan vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok
(koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban
secara premature (AP).
3. Integritas ego
Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan,
misalnya penolakan transfusi darah.
Tanda : depresi.
4. Eleminasi
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi
(DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi.
Penurunan haluaran urine.
Tanda : distensi abdomen.
5. Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani
rendah/masukan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan
menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya
penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es,
kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan
vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering,
tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi).
Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB).
6. Neurosensori
Gejala: sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan
berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata.
Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ;
klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental: tak
mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik,
AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan
koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif,
paralysis (AP).
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB).
8. Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
9. Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan
pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker,
terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah
sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum.
Ptekie dan ekimosis (aplastik).
10. Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB).
Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten.
Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.
2. Masalah Keperawatan
a. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi
hemoglobin di tandai dengan :
1) Gejala dan Tanda Mayor
- Subjektif : (Tidak tersedia).
2) Gejala dan Tanda Mayor
- Objektif :
 Pengisian kapiler >3 detik.
 Nadi perifer menurun atau tidak teraba.
 Akral teraba dingin.
 Warga kulit pucat.
 Turgor kulit menurun.
b. Parastesia.
c. Nyeri ekstremitas (klaudikasi intermiten).
1) Gejala dan Tanda Minor
- Objektif:
 Edema.
 Penyembuhan luka lambat.
 Indeks ankle-brachial < 0,90.
 Bruit femoral.
d. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan di
tandai dengan :
1) Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif                                                            Objektif

(tidak tersedia)                                                 1. Berat badan menurun


minimal 10% di bawah rentang ideal

2) Gejala dan Tanda Minor

Subjektif                                                             Objektif

1.  Cepat kenyang setelah makan 1. Bising usus hiperaktif

2.  Kram/nyeri abdomen  2. Otot pengunyah lemah

3.  Nafsu makan menurun    3. Otot menelan lemah

4. Membran mukosa pucat

                                 5. Sariawan

                                6. Serum albumin turun

                                      7. Rambut rontok berlebihan

                                                                            8. Diare

e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan


kebutuhan oksigen di tandai dengan :

1) Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif
1. Mengeluh lelah

Objektif

1. Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi sehat


2) Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
1. Dispnea saat/setelah aktivitas
2. Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
3. Merasa lemah

Objektif

1. Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat


2. Gambaran EKG menunjukan aritmia saat/setelah aktivitas
3. Gambaran EKG menunjukan iskemia
4. Sianosis

f. Disfungsi motilitas gastrointestinal berhubungan dengan malnutrisi di tandai


dengan :
1) Gelaja dan tanda mayor
Subjektif
1. Mengunskapkan flatus tidak ada
2. Nyeri/kram abdomen

Objektif

1. Suara peristaltik berubah (tidak ada, hipoaktif, atau hiperaktif)


2) Gejala dan tanda minor
Subjektif
1. Merasa mual

Objektif

1. Residu lambung meningkat/menurun


2. Muntah
3. Regurgitasi
4. Pengosongan lambung cepat
5. Distensi abdomen
6. Diare
7. Feses kering dan sulit keluar
8. Feses keras
g. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan di tandai dengan :
1) Gejala dan tanda mayor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
1. Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal
2) Gejala dan tanda minor
Subjektif
1. Cepat kenyang setelah makan
2. Kram/nyeri abdomen
3. Nafsu makan menurun

Objektif

1. Bising usus hiperaktif


2. Otot pengunyah lemah
3. Otot menelan lemah
4. Membran mukosa pucat
5. Sariawan
6. Serum albumin turun
7. Rambut rontok berlebihan
8. Diare
3. Intervensi

No Masalah Luaran (Out Comes) Intervensi


keperawatan
1. Perfusi perifer tidak SLKI : Perawatan sirkulasi
efektif Perfusi perifer meningkat Observasi
Kriteria hasil : 1. Periksa sirkulasi perifer (mis. Nadi
 Kekuatan nadi perifer perifer, edema, pengisian kapiler, warna,
meningkat suhu, anklebrachial index)
 Warna kulit pucat 2. Identifikasi faktor risiko gangguan
menurun sirkulasi (mis. Diabetes, perokok, orang
 Pengisian kapiler tua, hipertensi dan kadar kolestrol
membaik tinggi)
 Akral membaik 3. monitor panas, kemerahan, nyeri atau
 Turgor kulit membaik bengkak pada ekstremitas
Terapeutik
1. Hindari pemasangan infus atau
pengambilan darah di area keterbatasan
perfusi
2. Hindari pengukuran tekanan darah pada
ekstremitas dengan keterbatasan perfusi
3. Hindari penekanan dan pemasangan
tournequet pada area yang cedera
4. Lakukan pencegahan infeksi
5. Lakukan perawatan kaki dan kuku
6. Lakukan hidrasi
Edukasi
1. Anjurkan berhenti merokok
2. Anjurkan berolahraga rutin
3. Anjurkan mengecek air mandi untuk
menghindari kulit terbakar
4. Anjurkan menggunakan obat penurun
tekanan darah, antikoagulan, dan
penurun kolesterol, jika perlu
5. Anjurkan minum obat pengontrol
tekanan darah secara teratur
6. Anjurkan menghindari penggunaan obat
penyekat beta
7. Anjurkan melakukan perawatn kulit
yang tepat (mis. Melembabkan kulit
kering pada kaki)
8. Anjurkan program rehabilitasi vaskular
9. Ajarkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi (mis. Rendah
lemak jenuh, minyak ikan omega 3)
10. Informasikan tanda dan gejala darurat
yang harus dilaporkan (mis. Rasa sakit
yang tidak hilang saat istirahat, luka
tidak sembuh, hilangnya rasa)

2. Defisit nutrisi SLKI : Manajemen nutrisi


Status nutrisi membaik Observasi
Kriteria hasil : 1. Identifikasi status nutrisi
 porsi makanan yang 2. Identifikasi alergi dan intoleransi
dihabiskan meningkat makanan
 berat badan membaik 3. Identifikasi makanan yang disukai
 indeks massa tubuh 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
(IMT) membaik nutrien
5. Identifikasi perlunya penggunaan selang
nasogastrik
6. Monitor asupan makanan
7. Monitor berat badan
8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
1. Lakukan oral hygiene sebelum makan,
jika perlu
2. Fasilitasi menentukan pedoman diet
(mis. Piramida makanan)
3. Sajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
4. Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
5. Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
6. Berikan suplemen makanan, jika perlu
7. Hentikan pemberian makan melalui
selang nasogastrik jika asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
2. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan (mis. Pereda nyeri, antiemetik),
jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
3. Intoleransi aktivitas SLKI : Manajemen energi
Toleransi aktivitas Observasi
meningkat 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
Kriteria hasil : mengakibatkan kelelahan
 keluhan lelah menurun 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
 dispnea saat aktivitas 3. Monitor pola dan jam tidur
menurun 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
 dispnea setelah selama melakukan aktivitas
aktivitas menurun Terapeutik
 frekuensi nadi 1. Sediakan lingkungan nyaman dan
membaik rendah stimulus (mis. Cahaya, suara,
kunjungan)
2. Lakukan latihan rentang gerak pasif
dan / atau aktif
3. Berikan aktivitas distraksi yang
menenagkan
4. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika
tidak dapat berpindah atau berjalan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
3. Anjurkan menghubungi perawat jika
tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
4. Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
4. Disfungsi motilitas SLKI Manajemen nutrisi
gastrointestinal Motilitas gastrointestinal Observasi
Membaik 1. Identifikasi status nutrisi
Kriteria Hasil : 2. Identifikasi alergi dan intoleransi
 Nyeri/kram abdomen makanan
menurun 3. Identifikasi makanan yang disukai
 Suara peristaltik 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
menurun nutrienIdentifikasi perlunya penggunaan
selang nasogastrik
5. Monitor asupan makanan
6. Monitor berat badan
7. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
1. Lakukan oral hygiene sebelum makan,
jika perlu
2. Fasilitasi menentukan pedoman diet
(mis. Piramida makanan)
3. Sajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
4. Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
5. Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
6. Berikan suplemen makanan, jika perlu
7. Hentikan pemberian makan melalui
selang nasogastrik jika asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
2. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan (mis. Pereda nyeri, antiemetik),
jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
5. Defisit perawatan SLKI Dukungan Perawatan Diri
diri Perawatan diri Observasi
Meningkat 1. Identifikasi kebiasaan aktivitas
Kriteria Hasil: perawatan diri sesuai usia
 Kemampuan mandi 2. Monitor tingkat kemandirian
meningkat 3. Identifikasi kebutuhan alat
 Kemampuan bantukebersihan diri, berpakaian,
mengenakan pakaian berhias, dan makan
 Kemampuan makan Terapeutik
meningkat 1. Sediakan lingkungan yang terapeutik
 Kemampuan ke toilet (mis. Suasana hangat, rileks, privasi)
(BAB/BAK) 2. Siapkan keperluan pribadi (mis. parfum,
meningkat sikat gigi, daan sabun mandi)
 Verbalisasi keinginan 3. Dampingi dalam melakukan perawatan
melakukan perawatan diri sampai mandiri
diri meningkat 4. Fasilitasi untuk menerima keadaan
 Minat melakukan ketergantungan
perawatan diri 5. Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak
meningkat mampu melakukan perawatan diri
6. Jadwalkan rutinitas perawatan diri
Edukasi
1. Anjurkan melakukan perawatan diri
secara konsisten sesuai kemampuan
DAFTAR PUSTAKA

Arisman. 2007. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Penerbit Buku kedokteran EGC

Arisman, MB. (2014). Buku Ajar Ilmu Gizi:Obesitas, Diabetes Melitus, & Dislipidemia:
Konsep, teori dan penanganan aplikatif. Jakarta: EGC.

Benoist, D., Bruno, McLean, Erin, Egli, I. &., et al. (2008). Worldwide Prevalenceof
Anaemia 1993-2005. dalamS. Fikawati, A. Syafiq, & A. Veratamala, Gizi Anak dan
Remaja.Geneva: World Health Organization.

Handayani, W dan Haribowo, A.S 2008. “Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Gangguan Sistem Hematologi”. Salemba medika: Jakarta.

Marelli,T.M. (2008). Buku saku dokumentasi keperawatan. Jakarta : EGC

Proverawati. 2011. Anemia dan Anemia Kehamilan. Yogyakarta : Nuha Medika.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (1st ed.).
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (1st ed.).
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai