Anda di halaman 1dari 44

ASKEP PADA ANAK DENGAN

GANGGUAN SISTEM HEMATOLOGI


(TALASEMIA, ANEMIA, LEUKIMIA, DAN
ITP)
Kelompok 1
Thalasemia
 Thalasemia adalah
penyakit kelainan darah
yang ditandai dengan
kondisi sel darah merah
mudah rusak atau umurnya
lebih pendek dari sel darah
normal (120 hari).
Etiologi thalasemia
1. Gangguan genetic
2. Kelainan struktur
hemoglobin
3. Deoksigenasi
(penurunan
tekanan O2)
Klasifikasi Thalasemia
a. Talasemia alpha
b. Beta-Thalassemia
 Secara klinis, terdapat 2 (dua) jenis

thalasemia yaitu :
1. Thalasemia Mayor

2. Thalasemia Minor
Patofisiologi
Manifestasi Klinis
 Gejala khas adalah:
 Bentuk muka mongoloid
yaitu hidung pesek, tanpa
pangkal hidung, jarak
antara kedua mata lebar dan
tulang dahi juga lebar.
 Keadaan kuning pucat pada
kulit, jika sering
ditransfusi, kulitnya
menjadi kelabu karena
penimbunan besi dalam
kulit
Pemeriksaan Diagnostik
 Diagnosis untuk Thalassemia terdapat dua yaitu secara
screening test dan definitive test.
1. Screening test
 Interpretasi apusan darah

 Pemeriksaan osmotic fragility (OF)

 Indeks eritrosit

 Model matematika

 2. Definitive test

 Elektroforesis hemoglobin

 Kromatografi hemoglobin

 Molecular diagnosis
Penatalaksanaan
Transfusi darah
Splenektomi

Pemberian Roborantia

Pemberian Desferioxamin

Tranplantasi sumsum

tulang
Komplikasi
 Jantung dan Liver Disease
 Infeksi
 Komplikasi neuromuscular
 Sindrom miopati
 Anemia hemolitik
 Turnover sel dalam sum-sum tulang
 Hemosiderosis
 Kardiomiopati
 Hemokromatosis
 Splenomegali
 Deformitas dan kelainan tulang (osteoporosis)
Pencegahan
Penapisan (Screening)
Diagnosis Prenatal
Askep Anak Dengan Gangguan Thalasemia

 Pengkajian
 Riwayat Kesehatan Anak
 Pertumbuhan dan Perkembangan
 Pola Makan
 Pola Aktifitas.
 Riwayat Kesehatan Keluarga
 Riwayat Ibu Saat Hamil
 Selama kehamilan perlu dikaji adanya factor risiko
talasemia.
Pemeriksaan Fisik
 KU = lemah dan kurang bergairah, tidak selincah anak lain yang seusia.
 Kepala dan bentuk muka. Anak yang belum mendapatkan pengobatan
mempunyai bentuk khas, yaitu kepala membesar dan muka mongoloid (hidung
pesek tanpa pangkal hidung), jarak mata lebar, tulang dahi terlihat lebar.
 Mata dan konjungtiva pucat dan kekuningan
 Mulut dan bibir terlihat kehitaman
 Dada : Pada inspeksi terlihat dada kiri menonjol
 Perut : Terlihat pucat, dipalpasi ada pembesaran limpa dan hati (hepatospek
nomegali).
 Pertumbuhan fisiknya lebih kecil daripada normal sesuai usia, BB di bawah
normal.
 Pertumbuhan organ seks sekunder untuk anak pada usia pubertas tidak tercapai
dengan baik. Misal tidak tumbuh rambut ketiak, pubis ataupun kumis
 Kulit : Warna kulit pucat kekuningan, jika anak telah sering mendapat transfusi
warna kulit akan menjadi kelabu seperti besi. Hal ini terjadi karena adanya
penumpukan zat besi dalam jaringan kulit (hemosiderosis).
Diagnosa dan Intervensi Keperawatan

Dx : Perubahan perfusi jaringan b/d


berkurangnya komponen seluler yang penting
untuk menghantar O2/zat nutrisi ke sel
(berkurangnya kapasitas darah).
Tujuan : Tidak terjadinya gangguan perfusi
jaringan
Kriteria hasil : Menunjukkan perfusi jaringan
adequat dengan ditandai tanda-tanda syok
tidak ada, TTV normal, dll.
Intervensi Rasional
1.  Monitor TTV -   Adanya perubahan perfusi jaringan otak dapat
menyebabkan terjadinya perubahan tanda-tanda vital :
TD↓, RR↑
2.  Tinggikan posisi kepala di tempat tidur sesuai -   Meningkatnya ekspansi paru dan memaksimalkan
toleransi oksigenasi paru untuk kebutuhan seluler.

3.  Awasi upaya pernafasan, auskultasi bunyi -   Dispnea, gemericik menunjukkan GJK karena
nafas : perhatikan bunyi nafas adventisius. regangan jantung lama/peningkatan kompensasi
4.  Selidiki keluhan nyeri dada, palpitasi. curah jantung.
5.  Catat keluhan rasa dingin, pertahankan suhu -   Iskemia seluler mempengaruhi jaringan mio
lingkungan dan tubuh hangat sesuai dengan kardal /potensial  resiko inflan.
indikasi. -   Kenyaman pasien/kebutuhan rasa hangat harus
6.  Ajarkan untuk menghindari penggunaan seimbang dengan kebutuhan untuk menghindari
bantalan penghangat/botol air panas. panas berlebiha pencetus vasodilatasi.
7.  Kolaborasikan untuk pemberian PRC.Awasi -   Termoreseptor jaringan deral dangkal karena
ketat untuk komplikasi transfusi. gangguan oksigen.
8.  Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi -Meningkatkan jumlah sel pembawa
oksigen:memperbaiki difisiensi untuk menurunkan
resiko perdarahan.
-Memaksimalkan transport oksigen ke jaringan.
Definisi Anemia
 Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit (sel
darah merah) dan hemoglobin (Hb) dalam setiap
millimeter kubik darah. Hampir semua gangguan
pada system peredaran darah disertai dengan
anemia yang ditandai dengan warna kepucatan
pada tubuh terutama ekstrimitas.
Etiologi Anemia
 Gangguan produksi eritrosit
 Kehilangan darah

 Meningkatnya pemecahan eritrosit

(hemolisis). Hemolisis dapat terjadi karena:


 Bahan baku untuk pembentuk eritrosit

tidak ada. Bahan baku yang dimaksud


adalah protein, asam folat, vitamin B12,
mineral Fe.
Patofisiologi
Klasifikasi Anemia
 Anemia aplastik
 Anemia pada penyakit kronis

 Anemia defisiensi besi

 Anemia megaloblastik

 Anemia hemolitika
Manifestasi Klinis

 Lemah, letih, lesu dan lelah


 Sering mengeluh pusing dan mata

berkunang-kunang
 Gejala lanjut berupa kelopak

mata, bibir, lidah, kulit dan


telapak tangan menjadi pucat.
Pemeriksaan Penunjang
 Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah
merah, penelitian sel darah putih, kadar
Fe, pengukuran kapasitas ikatan besi,
kadar folat, vitamin B12, hitung
trombosit, waktu perdarahan, waktu
protrombin, dan waktu tromboplastin
parsial.
 Aspirasi dan biopsy sumsum tulang.

Unsaturated iron-binding capacity serum


Askep pada anak dengan Anemia
 Pengkajian
 Usia

 Pucat
 Mudah lelah/lemah
 Pusing kepala
 Napas pendek
 Nadi cepat
 Eliminasi urine dan kadang-kadang terjadi penurunan produksi urine
 Gangguan pada sistem saraf
 Pika
 Iritabel (cengeng, rewel, atau mudah tersinggung
 Suhu tubuh meningkat

 Pemeriksaan penunjang
1. Hb
2. Eritrosit
3. Hematokrit
Diagnosa Keperawatan
 Intoleransi aktivitas b/d gangguan sistem transpor
oksigen sekunder akibat anemia
 Kurang nutrisi dari kebutuhan b/d ketidak
adekuatan masukan sekunder akibat: kurang
stimulasi emosional/sensoris atau kurang
pengetahuan tentang pemberian asuhan
 Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan
penurunan konsentrasi hemoglobin dalam darah.
Intervensi Keperawatan
1) Intoleransi aktivitas b/d gangguan sistem transpor
oksigen sekunder akibat anemia
 Rencana Tindakan:

1. Monitor Tanda-tanda vital seperti adanya takikardi, palpitasi,


takipnue, dispneu, pusing, perubahan warna kulit, dan lainya
2. Bantu aktivitas dalam batas tolerasi
3. Berikan aktivitas bermain, pengalihan untuk mencegah
kebosanan dan meningkatkan istirahat
4. Pertahankan posisi fowler dan berikan oksigen suplemen
5. Monitor tanda-tanda vital dalam keadaan istirahat
2) Kurang nutrisi dari kebutuhan b/d ketidak adekuatan masukan sekunder
akibat : kurang stimulasi emosional/sensoris atau kurang pengetahuan tentang
pemberian asuhan
 Rencana Tindakan:

1. Berikan nutrisi yang kaya zat besi (fe) seperti makanan daging, kacang, gandum,
sereal kering yang diperkaya zat besi
2. Berikan susu suplemen setelah makan padat
3. Berikan preparat besi peroral seperti fero sulfat, fero fumarat, fero suksinat,
fero glukonat, dan berikan antara waktu makan untuk meningkatkan absorpsi
berikan bersama jeruk
4. Ajarkan cara mencegah perubahan warna gigi akibat minum atau makan zat besi
dengan cara berkumur setelah minum obat, minum preparat dengan air atau jus
jeruk
5. Berikan multivitamin
6. Jangan berikan preparat Fe bersama susu
7. Kaji fases karena pemberian yang cukup akan mengubah fases menjadi hijau gelap
8. Monitor kadar Hb atau tanda klinks
9. Anjurkan makan beserta air untuk mengurangi konstipasi
10. Tingkatkan asupan daging dan tambahan padi-padian serta sayuran hijau dalam
diet
Definisi Leukimia
 Leukemia adalah poliferasi tak teratur atau
akumulasi sel-sel darah putih dan sumsum tulang,
menggantikan elemen-elemen sum-sum normal
(Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan
Suddarth edisi 2 hal 336)
Etiologi Leukimia
 Penyebab LLA sampai sekarang belum jelas, namun kemungkinan besar karena
virus (virus onkogenik).Faktor lain yang berperan antara lain:
 Faktor eksogen seperti sinar X, sinar radioaktif, dan bahan kimia (benzol,arsen,
preparat sulfat), infeksi (virus dan bakteri).
 Faktor endogen seperti ras
 Faktor konstitusi seperti kelainan kromosom, herediter (kadang-kadangdijumpai
kasus leukemia pada kakak-adik atau kembar satu telur).
 Faktor predisposisi:
 Faktor genetik: virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen(T
cell leukimia-lymphoma virus/HTLV)
 Radiasi ionisasi: lingkungan kerja, prenatal, pengobatan kanker
sebelumnyaTerpapar zat-zat kimiawi seperti benzen, arsen, kloramfenikol,
fenilbutazon,dan agen anti neoplastik.
 Obat-obat imunosupresif, obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol
Klasifikasi Leukimia
 Leukemia Limfositik Akut (ALL)
 Leukemia Mielogenus Krinis (LMK)

 Leukemia Limfositik Kronis (LLK)

 Leukimia nonlimfoid akut (ANLL)


Patofisiologi
Data Penunjang
 Hitung darah lengkap (CBC) – anak dengan CBC kurang dari
10.000/mm³ saat didiagnosis prognosis paling baik ; jumlah
leukosit dari 50.000/mm³ adalah tanda prognosis kurang baik
pada anak sembarang umur.
 Pungsi lumbal : untuk mengkaji keterlibatan SSP.
 Foto toraks : mendeteksi keterlibatan mediastinum.
 Aspirasi sumsum tulang : ditemukan 25% sel blas meperkuat
diagnosis.
 Pemindaian tulang atau survey kerangka : mengkaji
keterlibatan tulang.
 Jumlah trombosit : menunjukan kapasitas pembekuan.
Penatalaksanaan Medis

Protokol pengobatan bervariasi


sesuai jenis leukemia dan jenis
obat yang diberikan pada anak.
transpalasi sumsum tulang :

Terapi Suportif
Asuhan Keperawatan pada anak dengan Leukimia
 Pengkajian
 1. Identitas Anak
 Riwayat keperawatan: riwayat kelahiran, penyakit kronis, neoplasma riwayat
pembedahan pada otak, cedera kepala
 Pada Neonatus: kaji adanya perilaku menolak untuk makan, reflek menghisap kurang,
muntah atau diare, tonus otot kurang, kurang gerak dan menangis lemah
 Pada anak-anak dan remaja: kaji adanya demam tinggi, sakit kepala, muntah yang diikuti
dengan perubahan sensori, kejang mudah terstimulasi dan teragitasi, fotofobia, delirium,
halusinasi, perilaku agresif atau maniak, penurunan kesadaran, kaku kuduk, opistotonus,
tanda Kernig dan Brudzinsky positif, refleks fisiologis hiperaktif, ptechiae atau pruritus
 Bayi dan anak-anak (usia 3 bulan hingga 2 tahun): kaji adanya demam, malas makan,
muntah, mudah terstimulasi, kejang, menangis dengan merintih, ubun-ubun menonjol,
kaku kuduk, dan tanda Kernig dan Brudzinsky positif
 Riwayat Perkembangan
 Motorik Kasar
 Motorik Halus
Diagnosa
 Menurut Wong, D.L (2004 :596 – 610) , diagnosa pada
anak dengan leukemia adalah:
 Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem
pertahanan tubuh
 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat
anemia
 Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan
penurunan jumlah trombosit
 Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
pengeluaran berlebihan seperti muntah, dan penurunan intake
 Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan
dengan efek samping agen kemoterapi
 Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan
tubuh
 Tujuan : Anak tidak mengalami gejala-gejala infeksi

 Intervensi :

 Pantau suhu
 Rasionalnya : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
 Tempatkan anak dalam ruangan khusus
 Rasionanya : untuk meminimalkan terpaparnya anak dari sumber infeksi
 Anjurkan keluarga untuk mencuci tangan sebelum menyentuh pasien
 Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif
 Menggunakan masker setiap kali kontak dengan pasien
 Rasional : untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi
 Berikan periode istirahat tanpa gangguan
 Rasional : menambah energi untuk penyembuhan dan regenerasi seluler
 Melakukan kolaborasi dalam pemberian obat sesuai ketentuan
 Rasional : diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus
Resiko terhadap perdarahan yang berhubungan dengan
penurunan jumlah trombosit
 Tujuan : klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan

 Intervensi :

 Pantau tanda-tanda perdarahan

 Rasional : Mengetahui tanda-tanda perdarahan

  Anjurkan keluarga untuk memberitaukan apabila ada tanda

perdarahan
 Rasional : Membantu pasien mendapatkan penanganan sedini

 mungkin.
 Anjurkan keluarga untuk pergerakan pasien

 Rasional : Keterlibatan keluarga dapat membantu untuk  mencegah

terjadinya perdarahan lebih lanjut


 Kolaborasi dalam monitor trombosit

 Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda kebocoran

pembuluh darah
Definisi ITP
 Ialah suatu keadaan perdarahan
yang disifatkan oleh timbulnya
petekia atau ekimosis dikulit
ataupun pada selaput lendir dan
ada kalanya terjadi pada
berbagai jaringan dengan
penurunan jumlah trombosit
karena sebab yang tidak
diketahui.
Etiology

 Penyebab yang pasti belum diketahui, tetapi


dikemukakan berbagai kemungkinan diantaranya ialah
hipersplenisme, infeksi virus (demam berdarah, morbili,
varisela dan sebagainya), intoksikasi makanan atau obat (
asetosal, PAS, fenibultazon, diamox, kina, sedormid)
atau bahan kimia, pengaruh fisis (radiasi, panas),
kekurangan faktor pematangan ( misalnya malnutrisi),
DIC ( misalnya pada DSS, leukimia, respiratory distress
syndrome pada neonatus) dan terakhir dikemukakan
bahwa ITP ini terutama yang menahun merupakan
penyakit autonium.
Manifestasi Klinis
 Bintik-bintik merah pada kulit (terutama di
daerah kaki), seringnya bergerombol dan
menyerupai rash. Bintik ters ebut ,dikenal
dengan petechiae, disebabkan karena adanya
pendarahan dibawah kulit .
 Memar atau daerah kebiruan pada kulit atau

membran mukosa (seperti di bawah mulut)


disebabkan pendarahan di bawah kulit. Memar
tersebut mungkin terjadi tanpa alasan yang jelas.
 Memar tipe ini disebut dengan purpura.

Pendarahan yang lebih sering dapat membentuk


massa tiga - dimensi yang disebut hematoma.
 Hidung mengeluarkan darah atau pendarahan

pada gusi.
 Ada darah pada urin dan feses.
Penatalaksanaan
 Tanpa pengobatan, karena dapat sembuh secara spontan.
 Pada keadaan yang berat dapat diberikan kortikosteraid (prednison)
peroral dengan atau tanpa transfusi darah.
 Bila setelah 2 minggu tanpa pengobata belum terlihat tanda
kenaikan jumlah trombosit, dapat dianjurkan pemberian
kortikosteroid karena biasanya perjalanan penyakit sudah menjurus
kepada ITP menahun.
 Pada trombositopenia yang disebabkan oleh DIC, dapat diberikan
heparin intravena.pada pemberian heparin ini sebaiknya selalu
disiapkan antidotumnya yaitu protamin sulfat.
 Bila keadaan sangat gawat (perdarahan otak) hendaknya diberikan
tranfusi suspensi trombosit.
ASKEP anak dengan ITP
 Pengkajian
 Identitas
 Asimtomatik sampai jumlah trombosit menurun di bawah 20.000.
 Tanda-tanda perdarahan. :Petekie terjadi spontan. , Ekimosis terjadi pada daerah trauma

minor., Perdarahan dari mukosa gusi, hidung, saluran pernafasan, Hematuria. , Perdarahan
gastrointestinal, Perdarahan berlebih setelah prosedur bedah.
 Aktivitas / istirahat. -> Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum, toleransi terhadap

latihan rendah.
 Sirkulasi -> Gejala : 1. riwayat kehilangan darah kronis, misalnya perdarahan GI kronis,

menstruasi berat.
 Eliminasi -> Gejala : Hematemesis, feses dengan darah segar, melena, diare, konstipasi.

 Makanan / cairan. -> Gejala : penurunan masukan diet, mual dan muntah.

 Neurosensori -> Gejala :sakit kepala, pusing, kelemahan, penurunan penglihatan.

 Nyeri / kenyamanan -> Gejala : nyeri abdomen, sakit kepala.

 Pernafasan -> Gejala : nafas pendek pada istirahat dan aktivitas.

 Keamanan -> Gejala : penyembuhan luka buruk sering infeksi, transfuse darah sebelumnya.
Diagnosa Keperawatan
 Gangguan pemenuhan nutrisi dan cairan kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
 Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan
komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen
dan nutrisi ke sel.
 Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen berhubungan
dengan penurunan kapasitas pembawa oksigen darah.
 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
 Kurang pengetahuan pada keluarga tentang kondisi dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi
informasi.
 Gangguan pemenuhan nutrisi dan cairan kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia
 Tujuan: Menghilangkan mual dan muntah
 Criteria standart: Menunjukkan berat badan stabil
 Intervensi keperawatan:
 Berikan nutrisi yang adekuat secara kualitas maupun kuantitas.
 Rasional : mencukupi kebutuhan kalori setiap hari.
 Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering.
 Rasional : porsi lebih kecil dapat meningkatkan masukan yang sesuai dengan
kalori.
 Pantau pemasukan makanan dan timbang berat badan setiap hari.
 Rasional : anoreksia dan kelemahan dapat mengakibatkan penurunan berat badan
dan malnutrisi yang serius.
 Lakukan konsultasi dengan ahli diet.
 Rasional : sangat bermanfaat dalam perhitungan dan penyesuaian diet untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.
 Libatkan keluarga pasien dalam perencanaan makan sesuai dengan indikasi.
 Rasional : meningkatkan rasa keterlibatannya, memberikan informasi pada keluarga
untuk memahami kebutuhan nutrisi pasien.
 Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen
seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrisi ke sel
 Tujuan: Tekanan darah normal, Pangisian kapiler baik.
 Kriteria standart: Menunjukkan perbaikan perfusi yang dibuktikan dengan
TTV stabil.
 Intervensi keperawatan:
 Awasi TTV, kaji pengisian kapiler.
 Rasional : memberikan informasi tentang derajat/ keadekuatan perfusi
jaringan dan membantu menentukan kebutuhan intervensi.
 Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.
 Rasional : meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk
kebutuhan seluler.
 Kaji untuk respon verbal melambat, mudah terangasang.
 Rasional : dapat mengindikasikan gangguan fungsi serebral karena hipoksia.
 Awasi upaya parnafasan, auskultasi bunyi nafas.
 Rasional : dispne karena regangan jantung lama / peningkatan kompensasi
curah jantung.

Anda mungkin juga menyukai