Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. X


DENGAN PENYAKIT ANEMIA
DI RUANG IGD RSIY PDHI

NAMA :LUTFI MUHAMMAD NASRUDDIN ALGHOFFAR

NIM : M21040002

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MADANI YOGYAKARTA
JL Wonosari Km. 10 Karanggayam, Sitimulyo, Piyungan, Bantul
2022
A. PENGERTIAN
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan atau hitung eritrosit lebih
rendah dari normal. Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah Hb dalam
1mm3 darah atau berkurangnya volume sel yang didapatkan (packed red cells volume)
dalam 100 ml darah. (Ngastiyah.1997).

B. KLASIFIKASI MENURUT ETIOLOGI ANEMIA


Anemia dapat dibedakan menurut mekanisme kelainan pembentukan, kerusakan
atau kehilangan sel-sel darah merah serta penyebabnya:
1. Anemia pasca perdarahan : akibat perdarahan massif seperti kecelakaan,
operasi dan persalinan dengan perdarahan atau perdarahan menahun:cacingan.
2. Anemia defisiensi: kekurangan bahan baku pembuat sel darah. Bisa
karena intake kurang, absorbsi kurang, sintesis kurang, keperluan yang bertambah.
3. Anemia hemolitik: terjadi penghancuran eritrosit yang berlebihan.
Karena faktor intrasel: talasemia, hemoglobinopatie, sferositisis kongenital, dsfisiensi
enzim erotrosit dll. Sedang factor ekstrasel: intoksikasi, infeksi –malaria, reaksi
hemolitik transfusi darah.
4. Anemia aplastik disebabkan terhentinya pembuatan sel darah oleh
sumsum tulang (kerusakan sumsum tulang).
(Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran UI, 1985)

C. PATOFISIOLOGI
Timbulnya amnemia mencerminkan adanya keggagalan sumsum atau kehilangan
sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum (misal.berkuranganya
eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pejanantoksik, invasi tumor, atau
kebnyakan penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapa thilang melalui
peradarahan atau hemolisis( destruksi). Pada kasusu yang disebut terakhir, masalahnya
dapat akibat defek sel darah merah yang tifdak sesuai dengan ketahahan sel darah
merah normal atau akibat beberapa faktor diluar sel dara merah yang menyebabkan
destruksi sel darh merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalm sel fagositik atau dalam
sistem retikuloendotelia, terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil saqmping proses
ini bilirubinyang taerbentuk dalm fagosit, akan memasuki aliran dara. Setiap kenaikan
destruksi sel darah merah segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma
( konsentrasi normalanya 1 mg/ dl atau kurang ; kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan
ikterik pada sklera)
Apabila sel daarh mrah mengalami pengancuran dalam sirkulasi, seperti yan
terajadi pada berbagai kelainan hemolitik, maka akan muncul dalam
plasma( hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasma melebihi kapasitas haptoglobin
plasma(protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya (mis.
Apabila jumlahnya lebih dari sekitar 100 mg/dl ) hemoglobin kan terdifusi dalam
glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria). Jika ada atau tidak adanya
hemoglobinemia atau hemoglobinuria dapat memberikan informaswi mengenai lokasi
penghancuran sel darah mrah abnormal pada psien dengan hemolisi dan dapat merupakan
petunjuk untuk mengetahui sifat proses hemolitik taersebut. (Suddart and Brunner, 2001)

D. MANIFESTASI KLINIS
1. Tanda-tanda umum anemia:
1. pucat,
2. tacicardi,
3. bising sistolik anorganik,
4. bising karotis,
5. pembesaran jantung.
2. Manifestasi khusus pada anemia:
a. Anemia aplastik: ptekie, ekimosis, epistaksis, ulserasi
oral, infeksi bakteri, demam, anemis, pucat, lelah, takikardi.
b. Anemia defisiensi: konjungtiva pucat (Hb 6-10 gr/dl),
telapak tangan pucat (Hb < 8 gr/dl), iritabilitas, anoreksia, takikardi, murmur
sistolik, letargi, tidur meningkat, kehilangan minat bermain atau aktivitas
bermain. Anak tampak lemas, sering berdebar-debar, lekas lelah, pucat, sakit
kepala, anak tak tampak sakit, tampak pucat pada mukosa bibir, farink,telapak
tangan dan dasar kuku. Jantung agak membesar dan terdengar bising sistolik yang
fungsional.
c. Anemia aplastik : ikterus, hepatosplenomegali.
(Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran UI, 1985)

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Kadar Hb.
Kadar Hb <10g/dl. Konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata < 32% (normal: 32-
37%), leukosit dan trombosit normal, serum iron merendah, iron binding capacity
meningkat.
2. Indeks eritrosit
3. jumlah leukosit dan trombosit
4. hitung retikulosit
5. sediaan apus darah
6. pameriksaan sumsum tulang
7. Kelainan laborat sederhana untuk masing-masing tipe anemia :
a. Anemia defisiensi asam folat :
makro/megalositosis
b. Anemia hemolitik : retikulosit meninggi, bilirubin
indirek dan total naik, urobilinuria.
c. Anemia aplastik : trombositopeni,
granulositopeni, pansitopenia, sel patologik darah tepi ditemukan pada anemia
aplastik karena keganasan.
(Petit, 1997)
F. KOMPLIKASI
1. Cardiomegaly
2. Congestive heart failure
3. Gastritis
4. Paralysis
5. Paranoia
6. Hallucination and delusion
7. Infeksi genoturia

G. PENATALAKSANAAN
a. Anemia pasca perdarahan: transfusi darah. Pilihan kedua: plasma ekspander atau
plasma substitute. Pada keadaan darurat bisa diberikan infus IV apa saja.
b. Anemia defisiensi: makanan adekuat, diberikan SF 3x10mg/kg BB/hari. Transfusi
darah hanya diberikan pada Hb <5 gr/dl.
c. Anemia aplastik: prednison dan testosteron, transfusi darah, pengobatan infeksi
sekunder, makanan dan istirahat.

H. PENGKAJIAN
1. Sistem saraf pusat
Perlu dikaji adanya fatigue, weakness, paresthesia tangan dan kaki, gangguan
pergerakan jari manis, ganggguan koordinasi dan posisi, kehilangan perassaan bergetar,
ataksia, tanda babinski dan romberg, gangguan penglihatan, perasa dan pendengaran.
Gastrointestinal, Lidah beefy red, smooth, paintful, nausea dan muntah, anoreksia,
faltulence,diarhea, konstipasi dan kehilangan berat badan. Kardiovaskuler
Palpitasi, tachicardi, denyut nadi lemah, dyspnea, othopnea
2. Integument
3. Warna kulit seperti berlilin, pucat sampai kuning lemon terang.
4. Peningkatan kemungkinan infeksi
5. Raiwayat penyakit keluarga
6. Latar belakang etnik.
(Suddart and Brunner, 2001)

I. MASALAH KEPERAWATAN YANG SERING MUNCUL


1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan berkurangnya komparten seluler
yang penting untuk menghantarkan oksigen / zat nutrisi ke sel.
2. intoleransi aktifitas berhubungan dengan tidak seimbangnya kebutuhan pemakaian
dan suplai oksigen.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya selera
makan.
4. Potensial infeksi berhubungan dengan resiko meningkatnya susceptibilitas sekunder
terhadap penurunan WBC
5. Potensial injury berhubungan dengan resiko deficit sensori motor. (Hand Out
Nurhidayah, 2004)

J. TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan berkurangnya komparten seluler yang
penting untuk menghantarkan oksigen / zat nutrisi ke sel.
Tujuan: Perfusi jaringan adekuat

- Memonitor tanda-tanda vital, pengisian


kapiler, wama kulit, membran mukosa.
- Meninggikan posisi kepala di tempat tidur
- Memeriksa dan mendokumentasikan adanya
rasa nyeri.
- Observasi adanya keterlambatan respon
verbal, kebingungan, atau gelisah
- Mengobservasi dan mendokumentasikan
adanya rasa dingin.
- Mempertahankan suhu lingkungan agar
tetap hangat sesuai kebutuhan tubuh.
- Memberikan oksigen sesuai kebutuhan.

2. intoleransi aktifitas berhubungan dengan tidak seimbangnya kebutuhan pemakaian dan


suplai oksigen.
Tujuan: Mendukung anak tetap toleran terhadap aktivitas
- Menilai kemampuan anak dalam melakukan aktivitas sesuai dengan
kondisi fisik dan tugas perkembangan anak.
- Memonitor tanda-tanda vital selama dan setelah melakukan aktivitas,
dan mencatat adanya respon fisiologis terhadap aktivitas (peningkatan denyut
jantung peningkatan tekanan darah, atau nafas cepat).
- Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga untuk berhenti
melakukan aktivitas jika teladi gejala-gejala peningkatan denyut jantung,
peningkatan tekanan darah, nafas cepat, pusing atau kelelahan).
- Berikan dukungan kepada anak untuk melakukan kegiatan sehari hari
sesuai dengan kemampuan anak.
- Mengajarkan kepada orang tua teknik memberikan reinforcement
terhadap partisipasi anak di rumah.
- Membuat jadual aktivitas bersama anak dan keluarga dengan melibatkan
tim kesehatan lain.
- Menjelaskan dan memberikan rekomendasi kepada sekolah tentang
kemampuan anak dalam melakukan aktivitas, memonitor kemampuan melakukan
aktivitas secara berkala dan menjelaskan kepada orang tua dan sekolah.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya selera
makan.
Tujuan: Memenuhi kebutuhan nutrisi yang adekuat

- Mengijinkan anak untuk memakan makanan yang dapat ditoleransi anak,


rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak
meningkat.
- Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk
meningkatkan kualitas intake nutrisi.
- Mengijinkan anak untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan
makanan
- Mengevaluasi berat badan anak setiap hari.
4. Potensial infeksi berhubungan dengan resiko meningkatnya susuceptibilitas sekunder
terhadap peneurunan WBC
Tujuan: pencegahan infeksi

- Kaji tanda infeksi


- Anjurkan pasien menghidari kontak dengan orang yang terinfeksi
- Instruksikan pasien untuk melakukan cuci tangan yang benar
- Ajarkan pasien untuk batuk dan napas dalam
- Anjurkan ambulasi sesegera mungkin

5. Potensial injury berhubungan dengan resiko deficit sensori motor


Tujuan : pencegahan injury

- Jaga keamanan lingkungan


- Sediakan pengaman yang dibutuhkan
- Pastikan tidak adanya deficit neurology sebelum ambulasi
- Ingatkan pasien untuk selalu memnggil perawat bila membutuhkan bantuan
- Sisihkan barang-barang yang bisa menyebabkan injury ketika pasien mulai
ambulasi
- Pastikan pasien menggunakan alat bantu saat berjalan atau alat bantu lain
- Kaji integritas kulit
- Yakinkan air mandi dan air gosok gigi hangat tidak membakar
- Hindari penggunaan baju dan sepatu sempit

DAFTAR PUSTAKA
1. Doengoes Merillynn. (1999) (Rencana Asuhan Keperawatan). Nursing care plans.
Guidelines for planing and documenting patient care. Alih bahasa : I Made Kariasa, Ni
Made Sumarwati. EGC. Jakarta.
2. FKUI. (1985). Ilmu Kesehatan Anak. Volume 1. Jakarta, FKUI.
3. Harlatt, Petit. (1997). Kapita Selekta Hematologi. Edisi 2. Jakarta, EGC.
4. Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit. Cetakan I. Jakarta, EGC.
5. Nurhidayah, 2004. Hand Out Asuhan Keperawatn Hyperchromic Macrocytic Anemia.
6. Smeltzer, Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Edisi 8. Jakarta, EGC.

Anda mungkin juga menyukai