Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ANEMIA

Disusun Oleh:
Siti Aminah
4399814901210035

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HORIZON KARAWANG
Jl Pangkal Perjuangan KM 01 By Pass Karawang Barat-Karawang
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
ANEMIA
A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Anemia adalah kondisi dimana seseorang tidak memiliki cukup sel darah
merah yang sehat untuk membawa oksigen yang cukup ke jaringan tubuh.
Anemia adalah suatu kondisi di mana konsentrasi hemoglobin lebih rendah
dari biasanya. Kondisi ini mencermin kan kurang nya jumlah normal
eritrosit dalam sirkulasi. Akibat nya, jumlah oksigen yang di kirim ke
jaringan tubuh juga berkurang (Sugeng Jitowiyono, 2018).
Anemia adalah suatu kondisi konsetrasi hemoglobin kurang dari normal
anemia merefleksikan jumlah eritrosit yang kurang dari normal di dalam
sirkulasi. Akibatnya jumlah oksigen yang dihantarkan ke jaringan tubuh
juga berkurang. Anemia bukan merupakan kondisi penyakit khusus
melainkan suatu tanda adanya gangguan yang mendasari (Brunner &
Suddarth, 2015). Anemia merupakan istilah yang menunjukkan rendah nya
hitungan sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah
normal (Smeltzer, 2002 ).
2. Etiologi
Menurut (Sugeng Jitowiyono, 2018), Pada dasarnya ada empat penyebab
anemia yang ada:
a. Kehilangan darah (perdarahan massif)
b. Eritrosit premature
c. Defisiensi besi, B12 dan asam folat
d. Depresi sum-sum tulang kongenital atau akibat obat-obatan.
3. Klasifikasi
Berdasarkan pendekatan fisiologis dibedakan menjadi 5 yaitu Anemia
Aplastik, Anemia pada penyakit ginjal, Anemia Defisiensi Besi, Anemia
Megaloblastik dan Anemia Hemolitika (Ni Ketut & Briggita, 2019).
4. Patofisiologi
Anemia menurut (Wijaya & Putri, 2013) mencerminkan adanya kegagalan
sum-sum atau kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau kedua
nya. Kegagalan sum-sum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan
toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak di
ketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis
(dekstruksi), hal ini dapat terjadi akibat defek sel darah merah yang tidak
sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal yang menyebabkan
dekstruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagostik atau
dalam sistem retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Sebagai
efek samping proses ini, bilirubin yang terbentuk dalam fagosit akan
memasuki aliran darah. Setiap kenaikan dekstruksi sel darah merah
(hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma.
Konsentrasi normal nya 1 mg/dL atau kurang, bila kadar diatas 1,5 mg/dL
akan mengakibatkan interik pada sklera.
5. Pathway
6. Manifestasi Klinis
Menurut (Handayani & Haribowo, 2008) tanda dan gejala anemia yaitu:
a. Gejala umum pada anemia
Gejala umum anemia disebut sindrom anemia. Gejala umum anemia
merupakan gejala yang timbul pada semua anemia pada kadar
hemoglobin yang sudah menurun di bawah nilai normal. Gejala-gejala
tersebut diklasifikasikan menurut organ yang terkena:
1) Sistem kardiovaskuler: lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak
nafas, saat beraktivitas, gagal jantung
2) Sistem saraf: sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata
berkunang, kelemahan otot, iritabilitasi, lesu, serta perasaan dingin
pada akstermitas
3) Sistem urogenital: gangguan haid dan libido menurun
4) Epitel: warna kulit pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit
menurun, rambut tipis dan halus
b. Gejala khas masing-masing anemia
Gejala khas menjadi ciri dari masing-masing jenis anemia adalah:
1) Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis
angularis
2) Anemia defisiensi asam folat: lidah merah
3) Anemia hemolitik: icterus dan hepatosplenomegaly
4) Anemia aplastic: pendarahan kulit atau mukosa dan tanda infeksi.
7. Komplikasi
Komplikasi anemia menurut (Sugeng Jitowiyono, 2018) adalah:
a. Kelelahan berat, bila anemia cukup parah seseorang mungkin merasa
sangat lelah sehingga tidak bisa menyelesaikan tugas sehari-hari.
b. Komplikasi kehamilan, wanita hamil dengan anemia defisiensi folat
lebih cenderung mengalami komplikasi, seperti kelahiran prematur.
c. Masalah jantung, anemia dapat menyebabkan detak jantung cepat atau
ireguler (aritmia). Bila seseorang menderita anemia, jantung harus
memompa lebih banyak darah untuk mengimbangi kekurangan oksigen
dalam darah. Hal ini menyebabkan jantung membesar atau gagal
jantung.
d. Kematian¸beberapa anemia turunan, seperti anemia sel sabit, bisa
menyebabkan komplikasi yang mengancam jiwa. Kehilangan banyak
darah dengan cepat mengakibatkan anemia akut dan berat dan bisa
berakibat fatal.
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Anemia menurut (Sugeng Jitowiyono, 2018) yang dapat
dilakukan pada pasien Anemia adalah sebagai berikut:
a. Transplantasi sel darah merah
b. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi
c. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah
d. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang
membutuhkan oksigen
e. Obati penyebab perdarahan abnormal (bila ada)
f. Diet kaya besi yag mengandung daging dan sayuran hijau

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas klien dan keluarga
Nama, umur, TTL, pekerjaan, agama, pendidikan, alamat.
b. Keluhan utama
Biasanya klien datang kerumah sakit dengan keluhan pucat, kelelahan,
kelemahan, pusing.
c. Riwayat kehamilan dan persalinan
1) Prenatal: apakah selama hamil pernah menderita penyakit berat,
pemeriksaan kehamilan berapa kali, kebiasaan pemakaian obat-
obatan dalam jangka waktu panjang.
2) Intranatal: usia kehamilan cukup, proses persalinan dan berapa
panjang dan berat badan waktu lahir.
3) Postnatal: keadaan bayi setelah masa, neonatorium, ada trauma post
partum akibat tindakan misalnya vakum dan pemberian asi
d. Riwayat kesehatan dahulu
1) Menderita penyakit anemia sebelum nya, riwayat imunisasi.
2) Adanya riwayat trauma, perdarahan
3) Adanya riwayat demam tinggi
4) Adanya riwayat ISPA
e. Keadaan kesehatan saat ini
Klien pucat, kelemahan, sesak nafas, adanya gejala gelisah, takikardi,
dan penurunan kesadaran.
f. Riwayat kesehatan keluarga
1) Riwayat anemia dalam keluarga
2) Riwayat penyakit-penyakit, seperti kanker, jantung, hepatitis, DM,
asma, penyakit-penyakit infeksi saluran pernafasan.
g. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum: apakah klien tampak lemah sampai sakit berat.
2) Kesadaran: apakah klien mengalami compos mentis kooperatif
sampai terjadi penurunan tingkat kesadaranapatis, somnolen, spoor,
coma.
3) Tanda-tanda vital: tekanan darah menurun, frekuensi nadi
meningkat, nadi kuat sampai lemah, suhu meningkat atau menurun,
pernafasan meningkat
4) TB dan BB
5) Kulit: apakah kulit klien teraba dingin, keringat yang berlebihan,
pucat, terdapatperdarahan dibawahkulit.
6) Mata: apakah ada kelainan bentuk mata, konjungtiva anemis,
kondisi sklera, terdapat perdarahan subkonjungtiva, keadaan pupil,
palpebra, dan refleks cahaya.
7) Hidung: apakah ada kelainan bentuk, mukosa hidung, cairan yang
keluar dari hidung atau gangguan fungsi penciuman.
8) Telinga: apakah ada kelainan bentuk fungsi pendengaran
9) Mulut: apakah ada kelainan bentuk, mukosa kering, perdarahan
gusi, lidah kering, bibir pecah – pecah, atau perdarahan.
10) Leher: apakah terrdapat pembesaran kelenjar getah bening, tiroid
membesar, dan kondisi distensi vena jugularis.
11) Thoraks: periksa pergerakan dada, adakah pernafasan cepat atau
irama nafas tidak teratur.
12) Abdomen: periksa apakah ada pembesaran hati, nyeri, bising usus,
dan bias dibawah normal.
13) Genetalia: pada laki-laki apakah testis sudah turun kedalam skrotum
dan pada perempuan apakah labia minora tertutun labia mayora.
14) Ekstremitas: apakah klien mengalami nyeri ekstremitas, tonus otot
kurang.
h. Pemeriksaa penunjang
1) Riwayat sosial
Siapa yang mengasuh klien dirumah. Kebersihan didaerah tempat
tinggal, orang yang terdekat dengan klien. Keadaan lingkungan,
perkarangan, pembuangan sampah.
2) Kebutuhan dasar
Meliputi kebutuhan nutrisi klien suhubungan dengan anoreksia, diet
yang harus dijalani, pasang NGT, cairan IVFD yang digunakan jika
ada.
2. Diagnosis Keperawatan dan Intervensi Keperawatan
No Dx. Keperawatan Intervensi Keperawatan
1 Perfusi perifer tidak Manajemen Hipovolemia
efektif b.d penurunan Observasi
konsentrasi  Periksa tanda dan gejala hypovolemia
hemoglobin (mis. Frekuensi nadi meningkat, nadi
teraba lemah, Td menurun dll)
 Monitor intake dan output cairan
Terapeutik
 Hitung kebutuhan cairan
 Berikan posisi modified trendelenbug
 Berikan asupan cairan oral
Edukasi
 Anjurkan memperbanyak asupan cairan
oral
 Anjurkan menghindari perubahan posisi
mendadak
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian cairan IV
isotonus (mis. NaCl, RL)
 Kolaborasi pemberian produk darah
2 Defisit nutrisi b.d Manajemen Nutrisi
kurangnya asupan Observasi
makanan  Identifikasi status nutrisi
 Identifikasi alergi dan intoleransi
makanan
 Identifikasi makanan yang disukai
 Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
nutrient
 Monitor asupan makanan
 Monitor BB
 Monitor hasil pemeriksaan
Laboratorium
Terapeutik
 Lakukan oral hygiene sebelum makan,
jika perlu
 Fasilitasi menentukan pedoman diet
(mis. Piramida makanan)
 Sajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
 Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
 Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
 Berikan suplemen makanan, jika perlu
 Hentikan pemberian makanan melalui
selang NGT jika asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi
 Anjurkan posisi duduk, jika mampu
 Ajarkan diet yang di programkan (mis.
Diet rendah lemak, rendah garam,
tinggi serat)
Kolaborasi
 Kolaboprasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antiemetic), jika perlu
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
3 Intoleransi aktivitas Manajemen Energi
b.d kelemahan Observasi
 Identifikasi gangguan fungsi tubuh
yang mengakibatkan kelelahan
 Monitor kelelahan fisik dan emosional
 Monitor pola dan jam tidur
 Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
selama melakukan aktifitas
Terapeutik
 Sediakan lingkungan nyaman dan
rendah stimulus
 Latihan fisik rentang gerak pasif/aktif
 Berikan aktivitas distraksi dan
menenangkan
 Fasilitasi duduk ditempat tidur, jika
tidak dapat berpindah atau berjalan
Edukasi
 Anjurkan tirah baring
 Anjurkan melakukan aktifitas secara
bertahap
 Anjurkan menghubungi perawat jika
tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan
4 Resiko infeksi b.d Pencegahan Infeksi
ketidakadekuatan Observasi
pertahanan tubuh  Monitor tanda dan gejala infeksi local
sekunder dan sistemik
Terapeutik
 Batasi jumlah pengunjung
 Berilan perawatan kulit pada area
edema
 Cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan lingkungan
pasien
 Pertahankan Teknik aseptic pada
pasien berisiko tinggi
Edukasi
 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
 Anjurkan cara cuci tangan dengan
benar
 Ajarkan etika batuk
 Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
atau luka oprasi
 Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
 Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
 Kolaborani pemberian antibiotic, jika
perlu
5 Ansietas b.d Reduksi Ansietas
kelemahan Observasi
 Identifikasi saat tingkat ansietas
berubah (mis. Kondisi, waktu, stressor)
 Identifikasi kemampuan mengambil
keputusan
 Monitor tanda dan gejala ansietas
(verbal dan non-verbal)
Terapeutik
 Ciptakan suasana terapeutik untuk
menumbuhkan kepercayaan
 Temani pasien untuk mengurangi
kecemasan, jika memungkinkan
 Pahami situasi yang membuat ansietas
 Dengarkan dengan penuh perhatian
 Gunakan pendekatan yang tenang dan
meyakinkan
 Tempatkan barang pribadi yang
memberikan kenyamanan
 Motivasi mengidentifikasi situasi yang
memicu kecemasan
 Diskusikan perencanaan realistis
tentang peristiwa yang akan datang
Edukasi
 Jelaskan prosedur, termasuk sensasi
yang mungkin dialami
 Informasikan secara factual mengenai
diagnosis, pengobatan dan prognosis
 Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
pasien, jika perlu
 Anjurkan melakukan kegiatan yang
tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
 Anjurkan mengungkapkan perasaan
dan persepsi
 Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
 Latih penggunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat
 Latih Teknik relaksasi
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 12. Jakarta:
EGC.
Lemone P, Burke. K. M, Bauldoff G. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah, Edisi. 5, Vol. 3. Jakarta: EGC.
Nuradesti, H. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Apendisitis. Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP.
Potter, P.A & Perry, A.G. (2010). Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta:
Salemba Medika
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia:
Defisiensi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2016). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
PPNI

Anda mungkin juga menyukai