ANEMIA
DISUSUN OLEH
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan kadar hemoglobin (Hb)
dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal. Jika kadar hemoglobin
kurang dari 14 g/dl dan eritrosit kurang dari 41% pada pria, maka pria tersebut dikatakan
anemia. Demikian pula pada wanita, wanita yang memiliki kadar hemoglobin kurang dari
12 g/dl dan eritrosit kurang dari 37%, maka wanita itu dikatakan anemia. Anemia bukan
merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau
akibat gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat
kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan (Brunner &
Suddarth, 2008)
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb sampai di
bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat. Anemia adalah gejala dari kondisi
yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tidak adekuat atau kurang
nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah, yang mengakibatkan penurunan
kapasitas pengangkut oksigen darah dan ada banyak tipe anemia dengan beragam
penyebabnya (Marlyn E Doenges, 2007).
2. Etiologi
a. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
b. Perdarahan
c. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic acid,
piridoksin, vitamin C dan copper (Brunner & Suddarth, 2008).
4. Komplikasi
a. gagal jantung
b. kejang
c. Perkembangan otot buruk ( jangka panjang )
d. Daya konsentrasi menurun
e. Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun (Wilkinson, 2010)
5. Patofisiologi
Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum (misalnya
berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi
tumor atau penyebab lain yang belum diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui
perdarahan atau hemolisis (destruksi). Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama
dalam sel fagositik atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa.
Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap
kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan
bilirubin plasma (konsentrasi normal 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan
ikterik pada sclera) (Patrick Davay, 2007).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan
hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila
konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk
hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam
glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria). Kesimpulan mengenai apakah
suatu anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau produksi
sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar:1. hitung
retikulosit dalam sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam
sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada
tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia (Brunner & Suddarth, 2008).
Pathways :
Sumber : Santosa, Budi. 2012. Panduan Diagnosa Keperawatan dan Patofisiologis Penyakit
Dalam. Jakarta: Prima Medika
c.Pola Gordon
1) Nutrisi
Meliputi porsi, jenis, frekuensi, nafsu makan, adanya diet yang diberikan dan
banyaknya minum.
2) Eliminasi
Pada klien dengan anemia bisa terjadi diare atau konstipasi.
3) Istirahat dan tidur
Meliputi jam, gangguan mendengkur, tidak dapat tenang.
4) Aktivitas
Klien dengan anemia kemungkinan mengalami kelemahan fisik, hal ini karena
kurangnya intake makanan.
5) Kebersihan diri
Pada klien anemia mengalami gangguan karena adanya kelemahan
(Smeltzer & Bare. 2009)
d. Pemeriksaan Fisik
Pemerikasaan fisik adalah melakukan pemeriksaan fisik klien untuk menentukan
masalah kesehatan klien. Pemeriksaan fisik pada klien anemia meliputi keadaan
umum klien, kesadaran, tanda-tanda vital, antropometri dan pemeriksaan umum
meliputi keadaan kulit, kepala, mata, telinga, kelenjar limpe, leher, dada (paru-paru
dan jantung). Keadaan abdomen, sirkulasi (CRT, turgor, hidrasi), rektal, genetalia dan
anggota gerak. Pada pemeriksaan fisik ditemukan klien terlihat lesu dan lemah,
rambut (kering, tipis, mudah putus dan tumbuh uban), mata (konjungtiva anemis,
sklera ikterik), bibir pucat dan sianosis, teraba pembesaran pada hepar dan lien,
ekstremitas atas dan bawah pucat dan sianosis (Smeltzer & Bare, 2009).
e. Pemeriksaan penunjang
Melalui pemeriksaan laboratorium
1) Hemoglobin menurun
2) Trombositopenia (trombosit menurun)
3) Hematokrit menurun
4) Leukosit menurun (Santosa, 2012)
3) Diagnose Keperawatan
a. Perfusi jaringan tidak efektif b.d perubahan ikatan O2 dengan Hb, penurunan
konsentrasi Hb dalam darah.
b. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d inadekuat intake
makanan.
c. Defisit perawatan diri b.d kelemahan
d. Resiko infeksi b.d pertahanan sekunder tidak adekuat (penurunan Hb)
e. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
f. Gangguan pertukaran gas b.d ventilasi perfusi
g. Ketidak efektifan pola nafas b.d keletihan
h. Keletihan b.d anemia
4) Perencanaan keperawatan
Brunner & Suddarth. 2008. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta:
EGC
Carpenito, L.J. 2008. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6.
Jakarta: EGC
Johnson, M., et all. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Mc Closkey, C.J., et all. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River
Santosa, Budi. 2012. Panduan Diagnosa Keperawatan dan Patofisiologis Penyakit Dalam.
Jakarta: Prima Medika
Smeltzer & Bare. 2009. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC
Wilkinson, Judith M. 2010. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta