Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

ANEMIA

DISUSUN OLEH

ENDAH HENI MADIYATININGTIAS


152059

PROGRAM PROFESI NERS


STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2016
LAPORAN PENDAHULUAN
ANEMIA

A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan kadar hemoglobin (Hb)
dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal. Jika kadar hemoglobin
kurang dari 14 g/dl dan eritrosit kurang dari 41% pada pria, maka pria tersebut dikatakan
anemia. Demikian pula pada wanita, wanita yang memiliki kadar hemoglobin kurang dari
12 g/dl dan eritrosit kurang dari 37%, maka wanita itu dikatakan anemia. Anemia bukan
merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau
akibat gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat
kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan (Brunner &
Suddarth, 2008)
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb sampai di
bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat. Anemia adalah gejala dari kondisi
yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tidak adekuat atau kurang
nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah, yang mengakibatkan penurunan
kapasitas pengangkut oksigen darah dan ada banyak tipe anemia dengan beragam
penyebabnya (Marlyn E Doenges, 2007).

2. Etiologi
a. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
b. Perdarahan
c. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic acid,
piridoksin, vitamin C dan copper (Brunner & Suddarth, 2008).

3. Tanda Dan Gejala


1. Lemah, letih, lesu dan lelah
2. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
3. Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi
pucat. Pucat oleh karena kekurangan volume darah dan Hb, vasokontriksi
4. Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah) Angina (sakit
dada)
5. Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2 berkurang)
6. Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) menggambarkan
berkurangnya oksigenasi pada SSP
7. Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi atau diare)
(Santosa, 2012)

4. Komplikasi
a. gagal jantung
b. kejang
c. Perkembangan otot buruk ( jangka panjang )
d. Daya konsentrasi menurun
e. Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun (Wilkinson, 2010)

5. Patofisiologi
Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum (misalnya
berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi
tumor atau penyebab lain yang belum diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui
perdarahan atau hemolisis (destruksi). Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama
dalam sel fagositik atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa.
Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap
kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan
bilirubin plasma (konsentrasi normal 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan
ikterik pada sclera) (Patrick Davay, 2007).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan
hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila
konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk
hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam
glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria). Kesimpulan mengenai apakah
suatu anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau produksi
sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar:1. hitung
retikulosit dalam sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam
sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada
tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia (Brunner & Suddarth, 2008).
Pathways :
Sumber : Santosa, Budi. 2012. Panduan Diagnosa Keperawatan dan Patofisiologis Penyakit
Dalam. Jakarta: Prima Medika

6. Penatalaksanaan (Medis dan Keperawatan)


Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang
hilang:
a. Anemia aplastik:
1) Transplantasi sumsum tulang
2) Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)
b. Anemia pada penyakit ginjal
1) Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam folat
2) Ketersediaan eritropoetin rekombinan
c. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan
untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya, besi
sumsum tulang dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat.
d. Anemia pada defisiensi besi
1) Dicari penyebab defisiensi besi
2) Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan
fumarat ferosus.
e. Anemia megaloblastik
1) Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila
difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik
dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
2) Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan
selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang
tidak dapat dikoreksi.
3) Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan
asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi (Patrick
Davay, 2007)
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1) Pengkajian
a. Identitas
Identifikasi Informasi atau Identifikasi klien.
Nama, alamat, nomor telepon, jenis kelamin, tempat/tanggal lahir, ras, agama dan
kebangsaan, dirujuk oleh siapa, pekerjaan dan nomor telepon kantor.
b. Riwayat
1) Keluhan Utama
Merupakan keterangan singkat mengalami keluhan dan lamanya yang
disampaikan oleh klien sendiri atau pengantarnya.
Keluhan utama pada klien anemia adalah sakit kepala, sering pusing, nyeri
abdomen samar, mual atau muntah dan tidak nafsu makan
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Merupakan pengembangan dari keluhan dan dikembangkan secara PQRST, yaitu :
nyeri kepala, kualitas nyeri, daerahnya, skala dan waktu timbulnya serta keluhan
lain yang biasa menyertai seperti kepala pusing, mual atau muntah, tidak nafsu
makan.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Penyakit yang diderita oleh klien yang berhubungan dengan peyakit saat ini.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga klien yang menderita penyakit yang sama.
4) Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan
a) Berat badan
b) Karakteristik anak usia pra sekolah (4 tahun)
c) Pertambahan rata-rata tiap tahun 2,3 kg/tahun sampai dengan usia 5 tahun.
(Wilkinson, 2010)

c.Pola Gordon
1) Nutrisi
Meliputi porsi, jenis, frekuensi, nafsu makan, adanya diet yang diberikan dan
banyaknya minum.
2) Eliminasi
Pada klien dengan anemia bisa terjadi diare atau konstipasi.
3) Istirahat dan tidur
Meliputi jam, gangguan mendengkur, tidak dapat tenang.
4) Aktivitas
Klien dengan anemia kemungkinan mengalami kelemahan fisik, hal ini karena
kurangnya intake makanan.
5) Kebersihan diri
Pada klien anemia mengalami gangguan karena adanya kelemahan
(Smeltzer & Bare. 2009)
d. Pemeriksaan Fisik
Pemerikasaan fisik adalah melakukan pemeriksaan fisik klien untuk menentukan
masalah kesehatan klien. Pemeriksaan fisik pada klien anemia meliputi keadaan
umum klien, kesadaran, tanda-tanda vital, antropometri dan pemeriksaan umum
meliputi keadaan kulit, kepala, mata, telinga, kelenjar limpe, leher, dada (paru-paru
dan jantung). Keadaan abdomen, sirkulasi (CRT, turgor, hidrasi), rektal, genetalia dan
anggota gerak. Pada pemeriksaan fisik ditemukan klien terlihat lesu dan lemah,
rambut (kering, tipis, mudah putus dan tumbuh uban), mata (konjungtiva anemis,
sklera ikterik), bibir pucat dan sianosis, teraba pembesaran pada hepar dan lien,
ekstremitas atas dan bawah pucat dan sianosis (Smeltzer & Bare, 2009).
e. Pemeriksaan penunjang
Melalui pemeriksaan laboratorium
1) Hemoglobin menurun
2) Trombositopenia (trombosit menurun)
3) Hematokrit menurun
4) Leukosit menurun (Santosa, 2012)
3) Diagnose Keperawatan
a. Perfusi jaringan tidak efektif b.d perubahan ikatan O2 dengan Hb, penurunan
konsentrasi Hb dalam darah.
b. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d inadekuat intake
makanan.
c. Defisit perawatan diri b.d kelemahan
d. Resiko infeksi b.d pertahanan sekunder tidak adekuat (penurunan Hb)
e. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
f. Gangguan pertukaran gas b.d ventilasi perfusi
g. Ketidak efektifan pola nafas b.d keletihan
h. Keletihan b.d anemia

4) Perencanaan keperawatan

DIANGOSA TUJUAN DAN KRITERIA


KEPERAWATAN INTERVENSI
NO HASIL
DAN NIC
KOLABORASI NOC

1 Perfusi jaringan Setelah dilakukan tindakan Peripheral Sensation Management


tidak efektif b/d keperawatan selamax 24 (Manajemen sensasi perifer)
jam
penurunan 1. Monitor adanya daerah tertentu
konsentrasi Hb dan jam perfusi jaringan klien yang hanya peka terhadap
adekuat dengan kriteria :
darah, suplai panas/dingin/tajam/tumpul
1. Membran mukosa merah 2. Monitor adanya paretese
oksigen berkurang
2. Konjungtiva tidak anemis 3. Instruksikan keluarga untuk
3. Akral hangat mengobservasi kulit jika ada lesi
4. Tanda-tanda vital dalam
atau laserasi
rentang normal 4. Gunakan sarun tangan untuk
proteksi
5. Batasi gerakan pada kepala,
leher dan punggung
6. Monitor kemampuan BAB
7. Kolaborasi pemberian analgetik
8. Monitor adanya tromboplebitis
9. Diskusikan menganai penyebab
perubahan sensasi

2 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan Nutrition Management


nutrisi kurang dari keperawatan selama .
kebutuhan tubuh status nutrisi klien adekuat 1. Kaji adanya alergi makanan
2. Kolaborasi dengan ahli gizi
b/d intake yang dengan kriteria
untuk menentukan jumlah kalori
kurang, anoreksia
1. Adanya peningkatan dan nutrisi yang dibutuhkan
berat badan sesuai pasien.
dengan tujuan 3. Anjurkan pasien untuk
Definisi : Intake 2. Beratbadan ideal meningkatkan intake Fe
nutrisi tidak cukup sesuai dengan tinggi 4. Anjurkan pasien untuk
untuk keperluan badan meningkatkan protein dan
metabolisme tubuh. 3. Mampumengidentifik vitamin C
asi kebutuhan nutrisi 5. Berikan substansi gula
4. Tidk ada tanda tanda 6. Yakinkan diet yang dimakan
malnutrisi mengandung tinggi serat untuk
5. Menunjukkan mencegah konstipasi
peningkatan fungsi 7. Berikan makanan yang
-
pengecapan dari terpilih ( sudah dikonsultasikan
menelan dengan ahli gizi)
6. Tidak terjadi 8. Ajarkan pasien bagaimana
penurunan berat badan membuat catatan makanan
yang berarti harian.
7. Pemasukan yang 9. Monitor jumlah nutrisi dan
adekuat kandungan kalori
8. Tanda-tanda malnutri 10. Berikan informasi tentang
si kebutuhan nutrisi
9. Membran 11. Kaji kemampuan pasien
konjungtiva dan mukos untuk mendapatkan nutrisi yang
tidk pucat dibutuhkan
10. Nilai Lab.:
Protein total: 6-8 gr% Nutrition Monitoring
Albumin: 3.5-5,3 gr %\
Globulin 1,8-3,6 gr % 1. BB pasien dalam batas
HB tidak kurang dari 10 normal
2. Monitor adanya penurunan
gr %
berat badan
3. Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa dilakukan
4. Monitor interaksi anak atau
orangtua selama makan
5. Monitor lingkungan selama
makan
6. Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam
makan
7. Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
8. Monitor turgor kulit

3 Defisit perawatan Setelah dilakukan tindakan Self Care assistane : ADLs


diri b/d kelemahan keperawatan selama x 24
1. Monitor kemempuan klien
fisik jam kebutuhan mandiri klien
untuk perawatan diri yang
terpenuhi dengan kriteria
mandiri.
2. Monitor kebutuhan klien
1. Klien terbebas dari bau
Definisi : untuk alat-alat bantu untuk
badan
2. Menyatakan kebersihan diri, berpakaian,
Gangguan
kenyamanan terhadap berhias, toileting dan makan.
kemampuan untuk
3. Sediakan bantuan sampai
kemampuan untuk
melakukan ADL
klien mampu secara utuh untuk
melakukan ADLs
pada diri
3. Dapat melakukan melakukan self-care.
4. Dorong klien untuk
ADLS dengan bantuan
melakukan aktivitas sehari-hari
yang normal sesuai kemampuan
yang dimiliki.
5. Dorong untuk melakukan
secara mandiri, tapi beri bantuan
ketika klien tidak mampu
melakukannya.
6. Ajarkan klien/ keluarga
untuk mendorong kemandirian,
untuk memberikan bantuan
hanya jika pasien tidak mampu
untuk melakukannya.
7. Berikan aktivitas rutin
sehari- hari sesuai kemampuan.
8. Pertimbangkan usia klien
jika mendorong pelaksanaan
aktivitas sehari-hari.

4 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan NIC :


keperawatan selama ..x 24 Infection Control (Kontrol infeksi)
jam status imun klien
1. Bersihkan lingkungan setelah
Definisi : meningkat dengan kriteria
dipakai pasien lain
Peningkatan resiko 2. Pertahankan teknik isolasi
1. Klien bebas dari tanda
masuknya 3. Batasi pengunjung bila perlu
dan gejala infeksi 4. Instruksikan pada
organisme patogen 2. Menunjukkan
pengunjung untuk mencuci
kemampuan untuk
tangan saat berkunjung dan
mencegah timbulnya
setelah berkunjung
infeksi
meninggalkan pasien
3. Jumlah leukosit dalam
5. Gunakan sabun antimikrobia
batas normal
untuk cuci tangan
4. Menunjukkan perilaku
6. Cuci tangan setiap sebelum
hidup sehat
dan sesudah tindakan kperawtan
7. Gunakan baju, sarung tangan
sebagai alat pelindung
8. Pertahankan lingkungan
aseptik selama pemasangan alat
9. Ganti letak IV perifer dan
line central dan dressing sesuai
dengan petunjuk umum
10. Gunakan kateter intermiten
untuk menurunkan infeksi
kandung kencing
11. Tingktkan intake nutrisi
12. Berikan terapi antibiotik bila
perlu

Infection Protection (proteksi


terhadap infeksi)

1. Monitor tanda dan gejala


infeksi sistemik dan lokal
2. Monitor hitung granulosit,
WBC
3. Monitor kerentanan terhadap
infeksi
4. Batasi pengunjung
5. Saring pengunjung terhadap
penyakit menular
6. Partahankan teknik aspesis
pada pasien yang beresiko
7. Pertahankan teknik isolasi
k/p
8. Berikan perawatan kuliat
pada area epidema
9. Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
10. Ispeksi kondisi luka /
insisi bedah
11. Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
12. Dorong masukan
cairan
13. Dorong istirahat
14. Instruksikan pasien
untuk minum antibiotik sesuai
resep
15. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
16. Ajarkan cara
menghindari infeksi
17. Laporkan kecurigaan
infeksi
18. Laporkan kultur
positif

5 Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan tindakan Toleransi aktivitasi


b.d keperawatan selama ..x 24 1. Menentukan penyebab
ketidakseimbangan jam klien dapat beraktivitas intoleransi aktivitas &
suplai dan dengan kriteria menentukan apakah penyebab
kebutuhan oksigen dari fisik, psikis/motivasi
1. Berpartisipasi dalam
2. Observasi adanya pembatasan
aktivitas fisik dgn TD,
klien dalam beraktifitas.
HR, RR yang sesuai 3. Kaji kesesuaian
2. Menyatakan gejala
aktivitas&istirahat klien sehari-
memburuknya efek dari
hari
OR&menyatakan 4. aktivitas secara bertahap,
onsetnya segera biarkan klien berpartisipasi dapat
3. Warna kulit
perubahan posisi, berpindah &
normal,hangat&kering
4. Memverbalisa-sikan perawatan diri
5. Pastikan klien mengubah posisi
pentingnya aktivitasseca-
secara bertahap. Monitor gejala
ra bertahap
5. Mengekspresikan intoleransi aktivitas
6. Ketika membantu klien berdiri,
pengertian pentingnya
observasi gejala intoleransi spt
keseimbangan latihan &
mual, pucat, pusing, gangguan
sinistira
kesadaran&tanda vital
7. Lakukan latihan ROM jika klien
tidak dapat menoleransi aktivitas
8. 8. Bantu klien memilih aktifitas
yang mampu untuk dilakukan

6 Gangguan Setelah dilakukan tindakan Terapi Oksigen


pertukaran gas b.d keperawatan selama x 24
ventilasi-perfusi jam status respirasi :
1. Bersihkan mulut, hidung dan
pertukaran gas membaik
secret trakea
dengan kriteria : 2. Pertahankan jalan nafas yang
paten
1. Mendemonstrasikan
3. Atur peralatan oksigenasi
peningkatan ventilasi dan 4. Monitor aliran oksigen
5. Pertahankan posisi pasien
oksigenasi yang adekuat
6. Onservasi adanya tanda tanda
2. Memelihara kebersihan
hipoventilasi
paru paru dan bebas dari
7. Monitor adanya kecemasan
tanda tanda distress
pasien terhadap oksigenasi
pernafasan
3. Mendemonstrasikan
batuk efektif dan suara Vital sign Monitoring

nafas yang bersih, tidak


1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
ada sianosis dan dyspneu
(mampu mengeluarkan 2. Catat adanya fluktuasi tekanan
sputum, mampu bernafas darah
dengan mudah, tidak ada
pursed lips) 3. Monitor VS saat pasien
4. Tanda tanda vital dalam berbaring, duduk, atau berdiri
rentang normal
4. Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan

5. Monitor TD, nadi, RR, sebelum,


selama, dan setelah aktivitas

6. Monitor kualitas dari nadi

7. Monitor frekuensi dan irama


pernapasan
8. Monitor suara paru

9. Monitor pola pernapasan


abnormal

10. Monitor suhu, warna, dan


kelembaban kulit

11. Monitor sianosis perifer

12. Monitor adanya cushing triad


(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)

13. Identifikasi penyebab dari


perubahan vital sign

7 Ketidak efektifan Setelah dilakukan tindakan Airway Management


pola nafas b.d keperawatan selama ....x 24
1. Buka jalan nafas, guanakan
jam status respirasi klien
teknik chin lift atau jaw thrust
membaik dengan kriteria
bila perlu
2. Posisikan pasien untuk
1. Mendemons
memaksimalkan ventilasi
trasikan batuk efektif dan
3. Identifikasi pasien perlunya
suara nafas yang bersih,
pemasangan alat jalan nafas
tidak ada sianosis dan
buatan
dyspneu (mampu 4. Pasang mayo bila perlu
5. Lakukan fisioterapi dada jika
mengeluarkan sputum,
perlu
mampu bernafas dengan
6. Keluarkan sekret dengan
mudah, tidak ada pursed
batuk atau suction
lips) 7. Auskultasi suara nafas, catat
2. Menunjukkan jalan
adanya suara tambahan
nafas yang paten (klien 8. Lakukan suction pada mayo
9. Berikan bronkodilator bila
tidak merasa tercekik, perlu
10. Berikan pelembab
irama nafas, frekuensi
udara Kassa basah NaCl
pernafasan dalam rentang
Lembab
normal, tidak ada suara
11. Atur intake untuk
nafas abnormal)
cairan mengoptimalkan
3. Tanda Tanda vital
keseimbangan.
dalam rentang normal
(tekanan darah, nadi,
pernafasan)

8 Keletihan b.d Setelah dilakukan tindakan Energi manajemen


anemia keperawatan selama . x 24
jam 1. Monitor respon klien
terhadap aktivitas takikardi,
keletihan klien teratasi
disritmia, dispneu, pucat, dan
dengan kriteria :
jumlah respirasi
1. Kemampuan aktivitas 2. Monitor dan catat jumlah
adekuat tidur klien
2. Mempertahankan 3. Monitor ketidaknyamanan
nutrisi adekuat atauu nyeri selama bergerak dan
3. Keseimbangan
aktivitas
aktivitas dan istirahat 4. Monitor intake nutrisi
4. Menggunakan teknik 5. Instruksikan klien untuk
energi konservasi mencatat tanda-tanda dan gejala
5. Mempertahankan
kelelahan
interaksi sosial 6. Jelakan kepada klien
6. Mengidentifikasi
hubungan kelelahan dengan
faktor-faktor fisik dan
proses penyakit
psikologis yang 7. Catat aktivitas yang dapat
menyebabkan kelelahan meningkatkan kelelahan
7. Mempertahankan 8. Anjurkan klien melakukan
kemampuan untuk yang meningkatkan relaksasi
konsentrasi 9. Tingkatkan pembatasan
bedrest dan aktivitas
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2008. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta:
EGC

Carpenito, L.J. 2008. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6.
Jakarta: EGC

Johnson, M., et all. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River

Marlyn E. Doenges, 2007. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC

Mc Closkey, C.J., et all. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River

Santosa, Budi. 2012. Panduan Diagnosa Keperawatan dan Patofisiologis Penyakit Dalam.
Jakarta: Prima Medika

Patrick Davay, 2007, At A Glance Medicine, Jakarta, EMS

Smeltzer & Bare. 2009. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC

Wilkinson, Judith M. 2010. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai