Askep Anemia K.5
Askep Anemia K.5
FALKULTAS KEPERAWATAN
2023
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. PENGERTIAN
Anemia merupakan kondisi di mana terjadi penurunan jumlah hemoglobin dalam tubuh.
Hemoglobin adalah metaloprotein yang terdapat pada sel darah merah dan mengandung zat besi
sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh organ tubuh (Malikussaleh, 2019).
Anemia sendiri dapat diartikan sebagai gangguan kekurangan sel darah merah yang berperan
penting dalam membawa oksigen ke semua organ tubuh. Ketika jumlah sel darah merah rendah,
maka kadar oksigen di dalam tubuh juga akan menurun.
Anemia merupakan suatu kondisi tubuh di mana kadar hemoglobin dalam darah berada di
bawah nilai normal atau mengalami penurunan. Kondisi ini terjadi ketika sel darah merah tidak
mencukupi kebutuhan fisiologis tubuh, yang dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti jenis
kelamin, tempat tinggal, perilaku merokok, dan tahap kehamilan (Kemenkes, 2019). Anemia
juga didefinisikan sebagai suatu kondisi di mana kadar hemoglobin dalam darah lebih rendah
dari nilai normal untuk kelompok individu berdasarkan usia dan jenis kelamin (Adriani, 2012).
2. ETIOLOGI
Menurut Arif Mansjoer pada tahun 2001, anemia dapat disebabkan oleh hal-hal berikut:
1. Perdarahan
2. Penyakit kronis seperti gagal ginjal, abses paru-paru, bronkitis kronis, sarkoidosis, dan
lain-lain.
3. Kekurangan zat besi dalam makanan atau masalah penyerapan zat besi di saluran
pencernaan.
4. Gangguan produksi sel darah merah dalam sumsum tulang atau kerusakan sel-sel darah
itu sendiri.
3. PATOFISIOLOGI
Anemia adalah penyakit yang ditandai dengan penurunan kadar hemoglobin (Hb) dan sel
darah merah (eritrosit) di bawah normal. Pria dikatakan mengalami anemia ketika kadar
Hemoglobin kurang dari 14 g/dl danAnemia ialah gangguan kesehatan yang dicirikan oleh
rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) di bawah normal. Pria
dikatakan mengalami anemia ketika kadar Hemoglobin kurang dari 14 g/dl dan...eritrosit kurang
dari 41 %. Demikian pula dengan wanita, apabila kadar hemoglobin kurang dari 12 g/dl dan
eritrosit kurang dari 37%.
Anemia tidaklah merupakan suatu penyakit, melainkan sebuah refleksi keadaan tubuh yang
terganggu akibat adanya gangguan fungsi tubuh sehingga hemoglobin yang berfungsi untuk
membawa oksigen mengalami penurunan.
Banyak jenis anemia dengan ragam penyebabnya. Oleh karena itu, terjadi penurunan
kapasitas sel darah merah dalam membawa oksigen. Menurut Petri (2013), anemia
mencerminkan kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau
kedua-duanya. Kegagalan sumsum dapat disebabkan oleh defisiensi nutrisi, paparan toksin,
invasi tumor atau sebab lain yang tidak diketahui. Sel darah merah bisa hilang melalui
perdarahan atau hemolisis (kehancuran), hal ini bisa terjadi akibat kelainan pada sel darah meras
tidak sesuai dengan ketahanannya pada kondisi normal sehingga menyebabkan jaringa non-
hemolysis.
Lisis sel darah merih (penguraian) utamanya terjadi dalam fagositis atau sistem
retikuloendotelial yaitu hati dan limpa. Dampak samping proses ini adalah bilirubin akan masuk
ke aliran daranh setelah terbentuk dalam fagosit. Setiap kenaikan dekstruksi sel drah akan
langsung direfleksikan dengan meningkatnya bilirubin plasma.Konsentrasi normal nya Img/dL
atau dibawahnya namun jika melewati angka tersebut maka akan menimbulkan interik pada
sklera.
PATHWAY
4. MANIFESTASI KLINIS
Gejala-gejala umum yang sering ditemukan pada pasien anemia antara lain meliputi pucat,
lemah, cepat lelah, keringat dingin, takikardi (jumlah denyut jantung lebih dari normal),
hipotensi (tekanan darah rendah), dan palpitasi (debaran jantung yang keras) (Barbara C. Long,
1996). Anoreksia, diare, dan ikterus juga sering terjadi pada pasien dengan anemia pernisiosa
(Arif Mansjoer, 2001). Selain itu dapat diamati adanya apnea saat latihan fisik serta perubahan
kulit dan mukosa pada anemia defisiensi Fe.
Gejala anemia disebabkan oleh rendahnya jumlah sel darah merah, yang mengakibatkan
berkurangnya pengiriman oksigen ke setiap jaringan pada tubuh. Anemia dapat memperburuk
kondisi medis lain yang mendasarinya (Poerwati, 2011). Berikut adalah tanda-tanda anemia:
c. Terlihat pucat pada kelopak mata, bibir, lidah, ringan kulit dan telapak tangan
e. Sesak nafas
5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Tes darah lengkap (Complete Blood Count) : Pemeriksaan dilakukan dengan mengukur
konsentrasi sel darah dalam sampel darah, yang diindikasikan oleh jumlah hematokrit (sel
darah merah) dalam tubuh.
Pemeriksaan konsentrasi sel darah merah : Pemeriksaan untuk menentukan ukuran dan
bentuk sel darah merah.
Pengujian kadar zat besi, ferritin, vitamin B12, dan tes diagnostik tambahan : Pengujian
diperlukan untuk menentukan penyebab anemia.
Melakukan pengujian pada sampel sumsum tulang untuk mendeteksi anemia
(DeLoughery, 2014).
Tes tambahan termasuk pemeriksaan kadar zat besi, ferritin, vitamin B12, serta tes
diagnostik lainnya.
Tujuan pemeriksaan adalah untuk menetapkan penyebab anemia.
Pengujian pada sampel sumsum tulang dapat dilakukan untuk mendeteksi anemia
(DeLoughery, 2014)..
6. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi akibat anemia adalah:
a. Gagal jantung.
b. Kejang.
a. Kelelahan berat, di mana seseorang mungkin merasa sangat lelah sehingga tidak dapat
menyelesaikan tugas sehari-hari jika tingkat keparahan anemianya cukup parah.
b. Komplikasi pada kehamilan, di mana wanita hamil dengan defisiensi folat mungkin lebih
rentan mengalami kelahiran prematur.
c. Masalah pada jantung, di mana anemia dapat menyebabkan detak jantung menjadi cepat
atau ireguler (aritmia). Jika seseorang menderita anemia, maka jantung harus memompa lebih
banyak darah untuk mengimbangi kurangnya oksigen dalam darah dan hal ini akan
menyebabkan pembesaran atau bahkan gagal jantung.
d. Kematian beberapa jenis turunan dari anemia seperti sel sabit dapat menyebabkan
komplikasi yang mengancam nyawa karena kehilangan darah secara cepat dan besar-besaran
yang bisa berujung fatal (Safira, 2019).
7. PENATALAKSANAAN MEDIS
Anemia dapat dihindari dengan mengonsumsi makanan yang kaya akan zat besi, asam folat,
vitamin A, vitamin C dan zinc serta dengan memberikan tablet tambah darah (Kemenkes RI.
2018). Selain mengkonsumsi makanan yang ayak zat besi, ada juga beberapa penatalaksanaan
medis pada pasien anemia yaitu :
2. Pemberian zat besi secara intramuskular. Terapi ini dipertimbangkan apabila respon
terhadap pemberian zat besi secara oral tidak baik.
3. Transfusi darah diberikan jika gejala anemia disertai dengan risiko gagal jantung yakni
ketika kadar Hb mencapai 5-8 g/dl. Komponen darah yang diberikan adalah PRC dengan
tetesan lambat (Amalia &Agustyas, 2018).
4. Antibiotika digunakan pada pasien dengan jumlah neutrofil rendah (neutropenia) guna
mencegah infeksi.
5. Imunoterapi dapat diberikan kepada pasien dengan gangguan autoimun sebagai penyebab
utama anemia guna menekan sistem imun tubuh.
6. Transplantasi sumsum tulang merupakan metode pengobatan alternatif bagi pasien yang
telah rusak atau tidak berfungsi secara optimal; transplantasi juga bisa bersifat
menyembuhkan (Neli Agustin &Maani, 2019).
1. PENGKAJIAN
a. Pengumpulan Data/Identitas
Identitas pasien meliputi: Nama, usia: Orang dewasa yang sering mengalami anemia. Jenis
kelamin: Perempuan lebih dominan terkena Anemia. Agama, status perkawinan, pendidikan,
pekerjaan, tanggal masuk, No. RM dan diagnosa medis. Dan untuk Identitas Penanggung jawab
meliputi: Nama, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan hubungan dengan pasien.
b. Keluhan utama
Keluhan utama merupakan keluhan yang membuat klien meminta bantuan pelayanan
kesehatan, keluhan utama adalah alasan klien masuk rumah sakit. Biasanya pada klien anemia
datang kerumah sakit dengan keluhan pucat, kelelahan, kelemahan, badan gemetaran, serta
pusing.
Merupakan penjelasan dari permulaan klien merasakan keluhan sampai dengan dibawa ke
rumah sakit. Pada anemia, klien tampak pucat, lelah, sesak nafas, sampai adanya gelajah gelisah,
diaphoresis, tachikardia, dan penurunan kesadaran
c) Apakah pernah mengalami keganasan yang tersebar seperti kanker payudara, leukemia, dan
multiple myeloma.
Pada beberapa keadaan apakah adanya menderita penyakit anemia sebelumnya, Riwayat trauma
pendarahan, Riwayat demam tinggi
e Riwayat kesehatan keluarga
f. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang dilakukan mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan
menggunakan 4 teknik, yaitu inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Data dasar pengkajian
pasien anemia meliputi:
1) Keadaan umum
2) Tanda-tanda vital ( TTV )
TD : Biasanya menurun
N : Biasanya meningkat
RR : biasanya cepat
S : biasanya meningkat
3) Kesadaran : GCS : 15 ( E : 4 V: 5 M: 6 )
4) Pemeriksaan fisik head to toe
a) Kepala
Bagaimana kesimetrisan, warna rambut, kebersihan kepala, apakah rambut kering, mudah
pupus, sakit kepala, dan biasanya sering merasa pusing.
b) Mata
Biasanya Kelainan bentuk mata tidak ada, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, terdapat
pendarahan sub konjungtiva, keadaan pupil, palpebra, konjungtiva anemis, pupil isokor
c) Telinga
Kesimetrisan telinga, fungsi pendengaran, kebersihan pada telinga, apakah ada penumpukan
serumen atau tidak
d) Hidung
Kesimetrisan, fungsi penciuman, kebersihan, adanya perdarahan pada hidung atau tidak,ada
tidaknyaa pernapasan cuping hidung,apakah ada penumpukan secret.
e) Mulut
Keadaan mukosa mulut, bibir pucat, stomatitis, Bentuk dan Kesimetrisan mukosa bibir
kering, pendarahan gusi, lidah kering. bibir pecah-pecah atau pendarahan.
f) Leher
g) Thorax
Paru –paru :
I : Bagaimana Pergerakan dinding dada, apakah ada takipnea, orthopnea, dispnea ( kesulitan
bernafas ), nafas pendek, cepat lelah ketika beraktivitas yang merupakan manifestasi
berkurangnya pengiriman oksigen.
Jantung
I : apakah jantung berdebar – debar, Takhikardi dan bising jantung yang menggambarkan
suatu beban pada jantung dan curah jantung mengalami peningkatan.
h) Abdomen
I : Inspeksi keadaan kulit, warna, elastisitas, kering, lembab, besar dan bentuk abdomen rata
atau menonjol Kesimetrisan, apakah ada diare, hematemesis, dan muntah.
i) Genetalia
j) Integumen
Warna kulit pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah), kulit teraba dingin,
keringat berlebihan, terdapat pendarahan dibawah kulit, kelemahan kulit, Mukosa pucat, kering
dan kulit keriput
k) Ekstremitas
Biasanya pasien anemi akan mengalami Kelemahan dalam beraktivitas, terdapat pucat pada
membrane mukosa dan dasar kuku, bahkan kuku mudah patah.
5) Pemeriksaan Diagnostik
6) Program Therapy
2. ANALISA DATA
SSP
Mekanisme an aerob
ATP berkembang
↓
Kelelahan
Intoleransi aktivitas
Dispnea
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosis Keperawatan ( SDKI ) Secara tioritis diagnosa yang di temukan pada klien
Anemia
Edukasi
Edukasi
Kolaborasi
Edukasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
bronkodilator,ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.