Anda di halaman 1dari 78

BIOMEKANIK

A
Pengertian Biomekanika

Mekanika : Studi tentang bagaimana sesuatu bergerak dan yang


menyebabkan bergerak (Hickman, 1995)

Biomekanika : Studi tentang gerakan yang dihasilkan oleh sistem


muskuloskeletal. Hukum Newton (Isaac Newton, 1643-1727)
Hukum Dasar Biomekanika
Hukum Newton ttg Gerak
• Hukum 1 Newton
Sebuah benda terus berada pada keadaan awalnya yang diam atau bergerak dengan
kecepatan konstan kecuali benda itu dipengaruhi oleh gaya yang tak seimbang, atau gaya
luar neto.
Secara sederhana Hukum Newton I mengatakan bahwa perecepatan benda nol jika
gaya total (gaya resultan) yang bekerja pada benda sama dengan nol.
ΣF = 0
Tubuh yang diam akan tetap diam, dan tubuh yang bergerak akan tetap bergerak dalam
kecepatan yang konstan, kecuali dipengaruhi oleh gaya yang tidak seimbang.
• Hukum 2 Newton
Pada hukum keduanya, Newton menjelaskan pengaruh gaya pada percepatan benda.
Jika resultan gaya pada benda tidak nol (ΣF ≠ 0) maka benda itu akan mengalami
percepatan.
“Percepatan yang ditimbulkan oleh gaya yang bekerja pada suatu benda besarnya
berbanding lurus dengan gaya tersebut dan berbanding terbalik dengan massa benda”

ΣF = m.a
ΣF = gaya yang bekerja pada benda (N)
m = massa benda (kg)
a = percepatan benda (m/s2)
Info Fisika:
Gaya yang mengenai benda diam menyebabkan benda bergerak. Gaya yang mengenai benda
bergerak menyebabkan benda bergerak lebih cepat, lebih lambat atau berubah arah.

Contoh 1:
Dik. Massa benda (m) = 1 kg, Percepatan (a) = 5 m/s2. Berapa nilai resultan gaya (F) ??
Jawab :
ΣF = m.a
ΣF = 1*5
ΣF = 5 N
Contoh 2 :
Sebuah truk dapat menghasilkan gaya sebesar 7000 N. Jika truk tersebut dapat bergerak
dengan percepatan 3,5 m/s2, maka tentukan massa truk tersebut!
• Hukum 3 Newton
Tidak ada gaya yg timbul di alam semesta ini, tanpa keberadaan gaya lain yang sama
dan berlawanan dengan gaya itu. Jika benda A, memberikan sebuah gaya pada benda B,
gaya yang sama besar dan berlawanan arah dikerjakan oleh benda B pada benda A.
F aksi
F aksi = gaya = bekerja
yang F reaksi
pada benda
F reaksi = gaya reaksi benda akibat gaya aksi
Contoh :
Pendayung yang menggerakkan kapal atau perahu juga memanfaatkan Hukum III
Newton. Pada waktu mengayunkan dayung, pendayung mendorong air ke belakang. Gaya
ke belakang pada air itu menghasilkan gaya yang sama tetapi berlawanan. Gaya ini
menggerakkan perahu ke depan.
Jenis-jenis Gaya
1.Gaya Berat

Berat sebuah benda adalah gaya tarikan gravitasi antara benda dan
bumi. Gaya ini sebanding dengan massa (m) benda itu dan medan gravitasi,
yang juga sama dengan percepatan gravitasi jatuh bebas :

Gaya berat selalu tegak lurus kebawah dimana pun posisi benda
diletakkan, apakah dibidang horisontal, vertikal ataupun bidang miring
2. Gaya Normal

Gaya normal adalah gaya yang bekerja pada


bidang sentuh antara dua prmukaan yang
bersentuhan, dan arahnya selalu tegak lurus
bidang sentuh.
3. Gaya Gesek

Bila dua benda dalam keadaan bersentuhan, maka keduanya dapat


saling mengerjakan gaya gesekan. Gaya-gaya gesekan itu sejajar
dengan permukaan benda-benda di titik persentuhan.
Gaya gesek (friksi) sangat penting dalam kehidupan keseharian
terutama tubuh.
Seperti :
 Cairan sinovial mengurangi friksi dengan cara bertindak sebagai
pelumas atau penurun friksi antara ujung-ujung tulang yang
dilapisi kartilago pada sendi sinovial, mis: sendi lutut.
Pengaturan Posisi Pasien/Posturing

Posturing
Mengatur pasien dalam posisi yang baik dan
mengubah secara teratur dan sistematik. Posisi tubuh
apapun baik atau tidak akan mengganggu apabila
dilakukan dalam waktu yang lama.
Tujuannya :

• Mencegah nyeri otot


• Mengurangi tekanan
• Mencegah kerusakan syaraf dan pembuluh darah
• Mencegah kontraktur otot
• Mempertahankan tonus otot dan reflek
• Memudahkan suatu tindakan baik medic maupun
keperawatan
Jenis Jenis Pemberian Posisi Tubuh Pada Pasien

1.Posisi Fowler

Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk,


dimana bagian kepala tempat tidur lebih tinggi atau
dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk mempertahankan
kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan pasien.
Tujuan Indikasi
• Mengurangi komplikasi akibat • Pada pasien yang mengalami
immobilisasi gangguan pernapasan
• Meningkatkan rasa nyaman • Pada pasien yang mengalami
• Meningkatkan dorongan pada imobilisasi
diafragma sehingga  meningkatnya
ekspansi dada dan ventilasi paru
• Mengurangi kemungkinan tekanan
pada tubuh akibat posisi yang
menetap
2.Posisi semi fowler

Semi fowler adalah sikap dalam posisi setengah duduk


15-60 derajat.

Tujuan :
a. Mobilisasi
b. Memerikan perasaan lega pada klien sesak nafas
c. Memudahkan perawatan misalnya memberikan makan
3. Posisi sim

Posisi sim adalah posisi miring kekanan atau kekiri, posisi ini
dilakukan untuk memberi kenyamanan dan memberikan obat melalui
anus (supositoria).
Tujuan Indikasi
• Mengurangi penekanan pada • Untuk pasien yang akan di
tulang secrum dan trochanter huknah
mayor otot pinggang • Untuk pasien yang akan
• Memasukkan obat supositoria diberikan obat melalui anus
• Mencegah dekubitus
4. Posisi trendelenburg

Posisi Trendelenburg yaitu posisi pasien berbaring di tempat tidur


dengan bagian kepala lebih rendah dari pada bagian kaki. Posisi ini
dilakukan untuk melancarkan peredaran darah keotak.

Indikasi :
a. Pasien dengan pembedahan pada daerah perut
b. Pasien shock
c. Pasien hipotensi.
5.Posisi dorsal recumbent

Pada posisi ini pasien berbaring terlentang dengan kedua lutut


flexi (ditarik atau direnggangkan) diatas tempat tidur. Posisi ini
dilakukan untuk merawat dan memeriksa genetalia serta pada proses
persalinan.
Tujuan :
• Meningkatkan kenyamanan pasien, terutama dengan
ketegangan punggung belakang.

Indikasi :
• Pasien yang akan melakukan perawatan dan
pemeriksaan genetalia
• Untuk persalinan
6. Posisi Litotomi

Posisi berbaring telentang dengan mengangkat kedua kaki dan


menariknya keatas bagian perut. Posisi ini dilakukan untuk
memeriksa genitalia pada proses persalinan, dan memasang alat
kontrasepsi.
7. Posisi Genu pectrocal/ Knee chest

Pada posisi ini pasien menungging dengan kedua kaki di


tekuk dan dada menempel pada bagian alas tempat tidur.
Posisi ini dilakukan untuk memeriksa daerah rectum dan
sigmoid.
Tujuan :
• Memudahkan pemeriksaan daerah rektum,
sigmoid, dan vagina.

Indikasi :
• Pasien hemorrhoid
• Pemeriksaan dan pengobatan daerah rectum,
sigmoid dan vagina.
8. Posisi orthopeneic

Posisi pasien duduk dengan menyandarkan kepala pada


penampang yang sejajar dada, seperti pada meja.
Tujuan :
• Memudahkan ekspansi paru untuk pasien dengan
kesulitan bernafas yang ekstrim dan tidak bisa tidur
terlentang atau posisi kepala hanya bisa pada elevasi
sedang.

Indikasi :
• Pasien dengan sesak berat dan tidak bisa tidur
terlentang.
9. Posisi Supinasi

Posisi telentang dengan pasien menyandarkan punggungnya


agar dasar tubuh sama dengan kesejajaran berdiri yang baik.
Tujuan :
• Meningkatkan kenyamanan pasien dan memfasilitasi
penyembuhan terutama pada pasien pembedahan atau
dalam proses anestesi tertentu.

Indikasi :
• Pasien dengan tindakan post anestesi atau pembedahan
tertentu
• Pasien dengan kondisi sangat lemah atau koma.
10.Posisi pronasi

Pasien tidur dalam posisi telungkup dengan wajah menghadap


kebantal.
Tujuan :
• Memberikan ekstensi maksimal pada sendi lutut dan
pinggang
• Mencegah fleksi dan kontraktur pada pinggang dan lutut.

Indikasi :
• Pasien yang menjalani bedah mulut dan kerongkongan
• Pasien dengan pemeriksaan pada daerah bokong atau
punggung.
11.Posisi Lateral

Posisi miring dimana pasien bersandar kesamping dengan


sebagian besar berat tubuh berada pada pinggul dan bahu.
Tujuan Indikasi
a. Mempertahankan body a. Pasien yang ingin
aligement beristirahat
b. Mengurangi komplikasi akibat b. Pasien yang ingin tidur
immobilisasi c. Pasien yang posisi fowler
c. Meningkankan rasa nyaman atau dorsal recumbent
d. Mengurangi kemungkinan dalam posisi lama
tekanan yang menetap pada d. Penderita yang mengalami
tubuh akibat posisi yang kelemahan dan pasca
menetap. operasi.
Pemindahan dan Transportasi
a) Memindahkan pasien dari tempat tidur ke kursi roda

Suatu kegiatan yang dilakukan pada klien dengan kelemahan kemampuan


fungsional untuk berpindah dari tempat tidur ke kursi roda.

 Tujuan :
1. Melatih otot skelet untuk mencegah kontraktur atau sindrom disuse
2. Mempertahankan kenyamanan pasien
3. Mempertahankan kontrol diri pasien
4. Memindahkan pasien untuk pemeriksaan(diagnostik, fisik, dll.)
5. Memungkinkan pasien untuk bersosialisasi
6. Memudahkan perawat yang akan mengganti seprei
7. Memberikan aktifitas pertama (latihan pertama) pada pasien yang tirah
baring.
Langkah Kerja :
1. Cuci tangan
2. Lakukan persiapan alat
3. Bantu pasien untuk posisi duduk di tepi tempat tidur, dan siapkan kursi roda
dalam posisi 450 terhadap tempat tidur
4. Pasang sabuk pemindah (bila perlu)
5. Pastikan bahwa pasien menggunakan
sepatu/sandal yang stabil dan tidak licin
6. Renggangkan kedua kaki perawat
7. Perawat memfleksikan kedua panggul
dan lutut, lalumensejajarkan lutut dengan
lutut pasien
8. Genggam sabuk pemindah dari
bawah atau rangkul aksila pasien dan
tempatkan tangan di skapula pasien
9. Angkat pasien sampai berdiri pada hitungan ke-3 sambil meluruskan panggul
dan tungkai, dengan tetap mempertahankan lutut agak fleksi
10. Pertahankan stabilitas tungkai yang lemah atau paralisis dengan lutut
11. Tumpukan pada kaki yang jatuh dari kursi
12. Instrusikan pasien untuk menggunakan lengan yang memegang kursi untuk
menyokong
13. Fleksikan panggul dan lutut perawat sambil menurunkan pasien ke kursi
14. Kaji pasien untuk kesejajaran yang tepat untuk posisi duduk
15. Posisikan pasien pada posisi yang dipilih
16. Observasi pasien untuk menentukan respons terhadap pemindahan.
Observasi terhadap kesejajaran tubuh yang tepat dan adanya titik tekan
17. Cuci tangan setelah prosedur yang dilakukan, dan
18. Catat prosedur dalam catatan keperawatan.
2) Memindahkan pasien dari kursi roda ke tempat tidur
 Langkah prosedur :

1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan


2. Atur kursi roda dalam posisi terkunci dan dekatkan dengan tempat tidur (pastikan juga dalam
posisi terkunci)
3. Angkat kedua tatakan kursi roda dan minta klien untuk meletakkan kaki yang kuat di bawah
kursi roda sedangkan kaki yang lemah di depannya
4. Minta klien untuk berpegangan pada kedua lengan kursi roda dengan kuat sambil
menghentakkan tubuh (jika tetap tidak mampu, rangkul tubuh klien dan bantu klien untuk
berdiri)
5. Minta klien untuk berpegangan pada tepi tempat tidur
6. Bantu klien duduk di tepi tempat tidur
7. Minta klien untuk beringsut ke bagian tengah tempat tidur hingga klien dapat berbaring
8. Atur posisi klien hingga merasa nyaman di tempat tidur
9. Bawa kursi roda menjauh dari tempat tidur klien
3) Membantu Pasien Berpindah dari Tempat Tidur ke Kereta
Dorong (Brankart)

Tindakan pemindahan pasien yang dilakukan oleh dua sampai


tiga orang perawat. Pemindahan ini dapat dari tempat tidur ke
brankart atau tempat tidur ke tempat tidur lain. Pemindahan ini
biasanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat dan atau tidak
boleh melakukan pemindahan sendiri.

• Tujuan :
Memindahkan pasien dari ruangan ke ruangan lain untuk tujuan
tertentu (pemeriksaan diagnostik, pindah ruangan, dll.)
Langkah Kerja
1. Cuci tangan
2. Lakukan persiapan alat
3. Dua atau tiga perawat dengan tinggi badan kurang lebih sama yang berdiri
berdampingan menghadap tempat tidur pasien
4. Setiap orang bertanggung jawab untuk salah satu dari area tubuh pasien
(kepala dan bahu, panggul, paha, dan pergelangan kaki)
5. Masing-masing perawat membentuk dasar pijakan yang luas yang mendekat
ke tempat tidur di depan, lutut agak fleksi
6. Lengan pangangkat ditempatkan di bawah kepala dan bahu, panggul, paha
dan pergelangan kaki pasien, dengan jari jemari menggenggam sisi tubuh
pasien
7. Pengangkat menggulingkan pasien kearah dada
8. Pada hitungan ke-3, pasien diangkat dan digendong ke dada perawat,
9. Pada hitungan ke-3 yang kedua, perawat melangkah ke belakang dan
menumpu salah satu kaki untuk mengarah ke brankart/tempat tidur lain,
dengan bergerak ke depan (bila perlu),
10. Perawat dengan perlahan menurunkan pasien ke bagian tengah
brankart/tempat tidur lain dengan memfleksikan lutut dan panggul
mereka sampai siku mereka pada setinggi tepi brankart/tempat tidur
11. Perawat mengkaji kesejajaran tubuh pasien, tempatkan pagar tempat tidur
pada posisi terpasang
12. Posisikan pasien pada posisi yang dipilih
13. Observasi pasien untuk menentukan respons terhadap pemindahan.
Observasi terhadap kesejajaran tubuh yang tepat dan adanya titik tekan
14. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan, dan
15. Catat prosedur dalam catatan keperawatan.
4)Memindahkan klien dari brankart ke tempat tidur

Memindahkan klien dari atas brankart ke tempat tidur


dengan maksud tertentu

• Tujuan :
1. Melaksanakan tindakan perawatan tertentu yang tidak
dapat dikerjakan diatas brankart
2. Memindahkan klien pada tempat perawatan selanjutnya
Langkah Kerja
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Atur brankart dalam posisi terkunci dan dekatkan dengan tempat tidur
3. Satu perawat berada disisi tempat tidur, sedangkan posisi dua perawat
yang lain di samping brankart
4. Silangkan tangan klien didepan dada
5. Gunakan pengalas dibawah tubuh klien untuk media mengangkat
6. Perawat yang berada di sisi tempat tidur, memegang dan siap menarik
pengalas
7. Dua perawat lain yang berada di samping brankart, mengangkat pengalas
dan tubuh klien hingga mencapai tempat tidur
8. Jauhkan brankart
9. Atur posisi klien hingga merasa nyaman di tempat tidur
Pemindahan Pasien dari/ke Kursi Roda
Pemindahan Pasien dari tempat tidur ke tempat tidur/branckar
ROM (Range Of Motion)
Pengertian

Yaitu jumlah maksimum gerakan yang mungkin dilakukan sendi


pada salah satu dari tiga potongan tubuh, yaitu sagital, transversal,
dan frontal.

• Potongan sagital : Garis yang melewati tubuh dari depan ke


belakang, membagi tubuh menjadi bagian kiri dan kanan.
• Potongan frontal : Garis yang melewati tubuh dari sisi ke sisi dan
membagi tubuh menjadi bagian depan ke belakang.
• Potongan transversal : Garis horizontal yang membagi tubuh
menjadi bagian atas dan bawah.
Tujuan ROM (Range Of Motion)

Adapun tujuan dari ROM (Range Of Motion), yaitu :


• Meningkatkan atau mempertahankan fleksibiltas dan kekuatan
otot
• Mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan
• Mencegah kekakuan pada sendi
• Merangsang sirkulasi darah
• Mencegah kelainan bentuk, kekakuan dan kontraktur.
Manfaat ROM (Range Of Motion)

Adapun manfaat dari ROM (Range Of Motion), yaitu :


• Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam
melakukan pergerakan
• Mengkaji tulang, sendi, dan otot
• Mencegah terjadinya kekakuan sendi
• Memperlancar sirkulasi darah
• Memperbaiki tonus otot
• Meningkatkan mobilisasi sendi
• Memperbaiki toleransi otot untuk latihan
PRINSIP LATIHAN ROM (Range Of Motion)
Adapun prinsip latihan ROM (Range Of Motion), diantaranya :
1. ROM harus diulang sekitar 8 kali dan dikerjakan minimal 2 kali sehari
2. ROM di lakukan berlahan dan hati-hati sehingga tidak melelahkan pasien
3. Dalam merencanakan program latihan ROM, perhatikan umur pasien,
diagnosa, tanda-tanda vital dan lamanya tirah baring
4. Bagian-bagian tubuh yang dapat di lakukan latihan ROM adalah leher, jari,
lengan, siku, bahu, tumit, kaki, dan pergelangan kaki
5. ROM dapat di lakukan pada semua persendian atau hanya pada bagian-
bagian yang di curigai mengalami proses penyakit
6. Melakukan ROM harus sesuai waktunya. Misalnya setelah mandi atau
perawatan rutin telah di lakukan.
JENIS - JENIS ROM (Range Of Motion)
1. ROM Aktif
ROM Aktif yaitu gerakan yang dilakukan oleh seseorang
(pasien) dengan menggunakan energi sendiri. Perawat memberikan
motivasi, dan membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan
sendiri secara mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal
(klien aktif). Kekuatan otot 75 %.
Tujuannya untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta
sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif.
2. ROM Pasif
ROM Pasif yaitu energi yang dikeluarkan untuk latihan
berasal dari orang lain (perawat) atau alat mekanik. Perawat
melakukan gerakan persendian klien sesuai dengan rentang gerak
yang normal (klien pasif). Kekuatan otot 50 %.
Indikasi latihan pasif adalah pasien semikoma dan tidak
sadar, pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak mampu
melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan
mandiri, pasien tirah baring total atau pasien dengan paralisis
ekstermitas total
Macam-macam Gerakan ROM
1. Fleksi : Berkurangnya sudut persendian.
2. Ekstensi : Bertambahnya sudut persendian.
3. Hiperekstensi : Ekstensi lebih lanjut.
4. Abduksi : Gerakan menjauhi dari garis tengah tubuh.
5. Adduksi : Gerakan mendekati garis tengah tubuh.
6. Rotasi : Gerakan memutari pusat dari tulang.
7. Eversi : Perputaran bagian telapak kaki ke bagian luar,
bergerak membentuk sudut persendian.
8. Inversi : Putaran bagian telapak kaki ke bagian dalam
bergerak membentuk sudut persendian.
9. Pronasi : Pergerakan telapak tangan dimana permukaan
tangan bergerak ke bawah.
10.Supinasi : Pergerakan telapak tangan dimana permukaan
tangan bergerak ke atas.
11.Oposisi : Gerakan menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari
tangan pada tangan yang sama.
1. Leher
• Fleksi 45⁰ gerakan dagu menempel ke dada
• Ekstensi 45⁰ kembali ke posisi tegak (kepala tegak)
• Hiperekstensi 10⁰ menggerakkan kepala kearah
belakang
• Rotasi 180⁰ memutar kepala sebanyak 4 kali putaran
• Fleksi lateral kanan 40-45⁰ dan fleksi lateral kiri 40-45⁰
memiringkan kepala menuju kedua bahu kiri dan kanan
2. Bahu
• Fleksi 180⁰ menaikkan lengan ke atas sejajar dengan kepala
• Ekstensi 180⁰ mengembalikan lengan ke posisi semula
• Hiperekstensi 45-60⁰ menggerakkan lengan ke belakang
• Abduksi 180⁰ lengan dalam keadaan lurus sejajar bahu lalu
gerakkan kearah kepala
• Adduksi 360⁰ lengan kembali ke posisi tubuh
• Rotasi internal 90⁰ tangan lurus sejajar bahu lalu gerakkan dari
bagian siku kearah kepala secara berulang
• Rotasi eksternal 90⁰ dan kearah bawah secara berulang
3. Siku
• Fleksi 150⁰
menggerakkan daerah
siku mendekati lengan
atas
• Ekstensi 150⁰ dan
luruskan kembali
4. Lengan Bawah
• Supinasi 70-90⁰
menggerakkan tangan dengan
telapak tangan diatas
• Pronasi 70-90⁰
menggerakkan tangan dengan
telapak tangan dibawah
5. Pergelangan Tangan
• Fleksi 80-90⁰ menggerakkan
pergelangan tangan kearah
bawah
• Ekstensi 80-90⁰
menggerakkan tangan
kembali lurus
• Hiperekstensi 80-90⁰
menggerakkan tangan kearah
atas
6. Jari Tangan
• Fleksi 90⁰ tangan menggenggam
• Ekstensi 90⁰ membuka genggaman
• Hiperekstensi 30-60⁰
menggerakkan jari-jari kearah atas
• Abduksi 30⁰ meregangkan jari-jari
tangan
• Adduksi 30⁰ merapatkan kembali
jari-jari tangan
7. Ibu Jari
• Fleksi 90⁰ menggenggam
• Ekstensi 90⁰ membuka
genggaman
• Abduksi 30⁰
menjauhkan/meregangkan ibu
jari
• Adduksi 30⁰ mendekatkan
kembali ibu jari
• Oposisi mendekatkan ibu jari
ke telapak tangan
8. Pinggul
• Fleksi 90-120⁰ menggerakkan tungkai keatas
• Ekstensi 90-120⁰ meluruskan tungkai
• Hiperekstensi 30-50⁰ menggerakkan tungkai kebelakang
• Abduksi 30-50⁰ menggerakkan tungkai ke samping menjauhi
tubuh
• Adduksi 30-50⁰ merapatkan tungkai kembali mendekat ke
tubuh
• Rotasi internal 90⁰ memutar tungkai kearah dalam
• Rotasi eksternal 90⁰ memutar tungkai kearah luar
9. Lutut
• Fleksi 120-130⁰
menggerakkan lutut kearah
belakang
• Ekstensi 120-130⁰
menggerakkan lutut kembali
keposisi semula lurus
10.Mata Kaki
• Dorso fleksi 20-30⁰
menggerakkan telapak kaki
kearah atas
• Plantar fleksi 20-30⁰
menggerakkan telapak kaki
kearah bawah
11. Kaki
• Inversi/supinasi 10⁰
memutar/mengarahkan telapak
kaki kearah samping dalam
• Eversi/Pronasi 10⁰
memutar/mengarahkan telapak
kaki kearah samping luar
12.Jari Kaki
• Fleksi 30-60⁰ menekuk jari-jari
kaki kearah bawah
• Ekstensi 30-60⁰ meluruskan
kembali jari-jari kaki
• Abduksi 15⁰ mereganggkan
jari-jari kaki
• Adduksi 15⁰ merapatkan
kembali jari-jari kaki
Alat Bantu Berjalan Pasien
Pengertian
Alat bantu jalan pasien

Alat bantu jalan yang digunakan pada penderita/pasien


yang mengalami penurunan kekuatan otot dan patah
tulang pada anggota gerak bawah serta gangguan
keseimbangan.
Jenis- Jenis Alat Bantu Jalan Pasien
1. Kruk
Kruk adalah alat bantu yang terbuat
dari logam atau pun kayu dengan
panjang yang cukup untuk diraih dari
axilla sampai ke tanah atau lantai. Kruk
memiliki permukaan cekung yang
disesuaikan di bawah lengan dan
sebuah balok melintang untuk tangan
untuk menyangga berat badan.
2. Walker
Walker adalah salah satu alat
bantu berjalan yang kerangkanya
terbuat dari bahan logam. Alat ini
dilengkapi dengan dua gagang yang
berfungsi sebagai tempat yang
penggunaannya digunakan sebagai
tempat pegangan serta menggunakan
empat kaki sebagai penumpunya.
3. Kursi Roda
Kursi roda adalah alat bantu yang
digunakan oleh orang yang mengalami
kesulitan berjalan menggunakan kaki,
baik dikarenakan oleh penyakit, cedera,
maupun cacat. Alat ini bisa digerakkan
dengan didorong oleh pihak lain,
digerakkan dengan menggunakan
tangan, atau digerakkan dengan
menggunakan mesin otomatis.
4. Tripod/Quadripod
Tongkat Kaki 4 dan kaki 3 adalah
alat bantu berjalan berupa tongkat
dengan kaki-kaki berjumlah 4.
Tongkat bisa diatur tinggi rendahnya
agar bisa digunakan oleh orang
dengan segala umur. Cocok
digunakan oleh Lansia dan untuk
rehabilitasi setelah kecelakaan atau
operasi.
5. Stick
Tongkat kaki Lipat Besi Ringan dan
Kuat untuk Orang Tua, adalah Tongkat
kaki yang dapat dilipat manjadi pendek
sehingga dapat dimasukkan ke dalam tas
atau kantung plastik. Tongkat Lipat
terbuat dari besi baja yang kuat namun
ringan. Tinggi Tongkat kaki dapat disetel
ketinggiannya menjadi 5 tingkat.
Immobilisasi
Kemampuan setiap individu dalam bergerak adalah salah satu
kebutuhan dasar seseorang yang harus dipenuhi. Untuk memenuhi
kebutuhan dasar tersebut dengan melakukan aktivitas berupa gerak yang
teratur dan kontinue.
Gerak tersebut dalam bentuk mobilisasi yang bertujuan memenuhi
kebutuah dasar dengan melakukan aktivitas dalam kehidupan sehari-hari
dan mempertahankan diri dari trauma, konsep diri, mengekspresikan emosi
dengan berbagai gerakan.
Sedangkan keadaan individu yang tidak dapat melakukan gerak, disebut
juga Immobilisasi.
Pengertian

• Keadaan seseorang dalam kondisi tidak bergerak secara


aktif sebagai akibat adanya gangguan pada organ tubuh
baik fisik maupun mental.

• Suatu keadaan dimana seseorang mengalami


keterbatasan gerak fisik.
Immobilisasi dapat berbentuk tirah baring yang bertujuan
mengurangi aktivitas fisik dan kebutuhan oksigen tubuh,
mengurangi nyeri, dan untuk mengembalikan kekuatan.
Seseorang yang mengalami tirah baring akan kehilangan
kekuatan otot rata-rata 3% sehari (atropidisuse).
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai