Anda di halaman 1dari 30

Macam-Macam Posisi Pasien

Oke berjumpa lagi bersama saya admintrendilmu.compada kali ini kita akan

membahasmacam-macam posisi pasien.Simak penjelasannya dibawah ini.


Posisi Fowler

Fowler

Pengertian

Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian kepala tempat

tidur lebih tinggi atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk mempertahankan

kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan pasien.

Tujuan

1. Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi.

2. Meningkatkan rasa nyaman

3. Meningkatkan dorongan pada diafragma sehingga meningkatnya ekspansi


dada dan ventilasi paru

4. Mengurangi kemungkinan tekanan pada tubuh akibat posisi yang menetap


Indikasi

1. Pada pasien yang mengalami gangguan pernapasan

2. Pada pasien yang mengalami imobilisasi

Posisi Sim’s

Pengertian

posisi sims

Posisi sim adalah posisi miring kekanan atau miring kekiri. Posisi ini dilakukan untuk

memberi kenyamanan dan memberikan obat per anus (supositoria). Berat badan terletak pada

tulang illium, humerus dan klavikula.

Tujuan

1. Meningkatkan drainage dari mulut pasien dan mencegah aspirasi

2. Mengurangi penekanan pada tulang secrum dan trochanter mayor otot

pinggang

3. Memasukkan obat supositoria

4. Mencegah dekubitus

Indikasi

1. Pasien dengan pemeriksaan dan pengobatan daerah perineal


2. Pasien yang tidak sadarkan diri

3. Pasien paralisis

4. Pasien yang akan dienema

5. Untuk tidur pada wanita hamil.

Posisi Trendelenberg

Pengertian

posisi trendeleberg

Pada posisi ini pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah daripada

bagian kaki. Posisi ini dilakukan untuk melancarkan peredaran darah ke otak.

Tujuan

1. Pasien dengan pembedahan pada daerah perut.

2. Pasien shock.

3. pasien hipotensi.

Indikasi

1. Pasien dengan pembedahan pada daerah perut

2. Pasien shock

3. Pasien hipotensi

Posisi Dorsal Recumben


Pengertian

dorsal recumben

Pada posisi ini pasien berbaring telentang dengan kedua lutut fleksi (ditarik atau

direnggangkan) di atas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk merawat dan memeriksa serta

pada proses persalinan.

Tujuan

Meningkatkan kenyamanan pasien, terutama dengan ketegangan punggung belakang.

Indikasi

1. Pasien dengan pemeriksaan pada bagian pelvic, vagina dan anus

2. Pasien dengan ketegangan punggung belakang.

Posisi Lithotomi

Pengertian

lithotomi
Pada posisi ini pasien berbaring telentang dengan mengangkat kedua kaki dan

menariknya ke atas bagian perut. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa genitalia pada

proses persalinan, dan memasang alat kontrasepsi.

Tujuan

1. Memudahkan pemeriksaan daerah rongga panggul, misal vagina,taucher,


pemeriksaan rektum, dan sistoscopy

2. Memudahkan pelaksanaan proses persalinan, operasi ambeien, pemasangan


alat intra uterine devices (IUD), dan lain-lain.

Indikasi

1. Pada pemeriksaan genekologis

2. Untuk menegakkan diagnosa atau memberikan pengobatan terhadap penyakit

pada uretra, rektum, vagina dan kandung kemih.

Posisi Genu pectrocal

Pengertian

genu pectoral
Pada posisi ini pasien menungging dengan kedua kaki di tekuk dan dada menempel

pada bagian alas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa daerah rektum dan

sigmoid.

Tujuan

Memudahkan pemeriksaan daerah rektum, sigmoid, dan vagina.

Indikasi

1. Pasien hemorrhoid

2. Pemeriksaan dan pengobatan daerah rectum, sigmoid dan vagina.

Posisi orthopeneic

Pengertian

Posisi pasien duduk dengan menyandarkan kepala pada penampang yang sejajar dada, seperti

pada meja.

Tujuan

Memudahkan ekspansi paru untuk pasien dengan kesulitan bernafas yang ekstrim dan tidak

bisa tidur terlentang atau posisi kepala hanya bisa pada elevasi sedang.

Indikasi

Pasien dengan sesak berat dan tidak bisa tidur terlentang.


Supinasi

Pengertian

suspinasi

Posisi telentang dengan pasien menyandarkan punggungnya agar dasar tubuh sama dengan

kesejajaran berdiri yang baik.

Tujuan

Meningkatkan kenyamanan pasien dan memfasilitasi penyembuhan terutama pada pasien

pembedahan atau dalam proses anestesi tertentu.

Indikasi

1. Pasien dengan tindakan post anestesi atau penbedahan tertentu

2. Pasien dengan kondisi sangat lemah atau koma.

Posisi pronasi

Pengertian

Pasien tidur dalam posisi telungkup Berbaring dengan wajah menghadap ke bantal.
pronasi

Tujuan

1. Memberikan ekstensi maksimal pada sendi lutut dan pinggang

2. Mencegah fleksi dan kontraktur pada pinggang dan lutut.

Indikasi

1. Pasien yang menjalani bedah mulut dan kerongkongan

2. Pasien dengan pemeriksaan pada daerah bokong atau punggung.

Posisi lateral

lateral

Pengertian

Posisi miring dimana pasien bersandar kesamping dengan sebagian besar berat tubuh berada

pada pinggul dan bahu.

Tujuan
1. Mempertahankan body aligement

2. Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi

3. Meningkankan rasa nyaman

4. Mengurangi kemungkinan tekanan yang menetap pada tubuh akibat posisi


yang menetap.

Indikasi

1. Pasien yang ingin beristirahat

2. Pasien yang ingin tidur

3. Pasien yang posisi fowler atau dorsal recumbent dalam posisi lama

4. Penderita yang mengalami kelemahan dan pasca operasi.

Baca Penjelasan keperawatan lainnya disini


Oke begitulah penjelasan macam-macam posisi pasien semoga bermanfaat.

Referensi:
Darliana, Devi, dkk. 2014. Kebutuhan Aktivitas dan Mobilisasi. Fakultas Keperawatan
Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh.

Gambar google.com
TUGAS IDK II (ROM AKTIF DAN ROM PASIF)

MAKALAH ROM AKTIF DAN ROM PASIF

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
ROM (Range Of Motion) merupakan latihan fisik menggerakkan anggota badan dan
anggota gerak secara teratur baik dibantu maupun secara mandiri yang berguna untuk melatih
otot-otot yang mengalami kekakuan.
Umumnya dimasyarakat apabila ada orang yang sakit, maka ia hanya tidur atau
berbaring saja tanpa melakukan aktivitas yang berguna untuk melatih otot-otot tubuhnya agar
tidak kaku. Orang biasanya takut untuk melakukan gerakan-gerakan badan ketika sakit,
karena khawatir membuat sakitnya semakin parah. Padahal tidak semua penyakit
mengharuskan seseorang diam tidak bergerak ditempat tidur saja.
Salah satu contoh penyakit yang dianjurkan untuk orang melakukan latihan gerak
badan adalah stroke, karena orang yang terkena stroke mengalami kelemahan baik otot-otot
maupun syaraf pada tubuh.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan ROM ?
2. Tujuan dari ROM ?
3. Manfaat dari ROM ?
4. Prinsip latihan dari ROM ?
5. Jenis dari ROM ?
C. TUJUAN
1. Untuk dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan ROM
2. Untuk dapat mengetahui tujuan dari ROM
3. Untuk dapat mengetahui manfaat dari ROM
4. Untuk dapat mengetahui prinsip dari ROM
5. Untuk dapat mengetahui Jenis dari ROM
BAB II
ISI
A. PENGERTIAN ROM ( Range Of Motion)
ROM ( Range of Motion) adalah jumlah maksimum gerakan yang mungkin
dilakukan sendi pada salah satu dari tiga potongan tubuh, yaitu sagital, transversal, dan
frontal. Potongan sagital adalah garis yang melewati tubuh dari depan ke belakang, membagi
tubuh menjadi bagian kiri dan kanan. Potongan frontal melewati tubuh dari sisi ke sisi dan
membagi tubuh menjadi bagian depan ke belakang. Potongan transversal adalah garis
horizontal yang membagi tubuh menjadi bagian atas dan bawah.
Mobilisasi sendi disetiap potongan dibatasi oleh ligamen, otot, dan konstruksi sendi.
Beberapa gerakan sendi adalah spesifik untuk setiap potongan. Pada potongan sagital,
gerakannya adalah fleksi dan ekstensi (jari-jari tangan dan siku) dan hiperekstensi (pinggul).
Pada potongan frontal, gerakannya adalah abduksi dan adduksi (lengan dan tungkai) dan
eversi dan inversi (kaki). Pada potongan transversal, gerakannya adalah pronasi dan supinasi
(tangan), rotasi internal dan eksternal (lutut), dan dorsifleksi dan plantarfleksi (kaki).
Ketika mengkaji rentang gerak, perawat menanyakan pertanyaan dan mengobservasi dalam
mengumpulkan data tentang kekakuan sendi, pembengkakan, nyeri, keterbatasan gerak, dan
gerakan yang tidak sama. Klien yang memiliki keterbatasan mobilisasi sendi karena penyakit,
ketidakmampuan, atau trauma membutuhkan latihan sendi untuk mengurangi bahaya
imobilisasi. Latihan tersebut dilakukan oleh perawat yaitu latihan rentang gerak pasif.
Perawat menggunakan setiap sendi yang sakit melalui rentang gerak penuh.
Gerakan dapat dilihat sebagai tulang yang digerakkan oleh otot ataupun gaya eksternal lain
dalam ruang geraknya melalui persendian. Bila terjadi gerakan, maka seluruh struktur yang
terdapat pada persendian tersebut akan terpengaruh, yaitu: otot, permukaan sendi, kapsul
sendi, fasia, pembuluh darah dan saraf.
Pengertian ROM lainnya adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya
kontraksi dan pergerakan otot, dimana klien menggerakan masing-masing persendiannya
sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif. Latihan range of motion (ROM) adalah
latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan
kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa
otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2005).

B. TUJUAN ROM (Range Of Motion)


Adapun tujuan dari ROM (Range Of Motion), yaitu :
1. Meningkatkan atau mempertahankan fleksibiltas dan kekuatan otot
2. Mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan
3. Mencegah kekakuan pada sendi
4. Merangsang sirkulasi darah
5. Mencegah kelainan bentuk, kekakuan dan kontraktur.
C. MANFAAT ROM (Range Of Motion)
Adapun manfaat dari ROM (Range Of Motion), yaitu :
1. Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam melakukan pergerakan
2. Mengkaji tulang, sendi, dan otot
3. Mencegah terjadinya kekakuan sendi
4. Memperlancar sirkulasi darah
5. Memperbaiki tonus otot
6. Meningkatkan mobilisasi sendi
7. Memperbaiki toleransi otot untuk latihan

D. PRINSIP LATIHAN ROM (Range Of Motion)


Adapun prinsip latihan ROM (Range Of Motion), diantaranya :
1. ROM harus diulang sekitar 8 kali dan dikerjakan minimal 2 kali sehari
2. ROM di lakukan berlahan dan hati-hati sehingga tidak melelahkan pasien.
3. Dalam merencanakan program latihan ROM, perhatikan umur pasien, diagnosa, tanda-tanda
vital dan lamanya tirah baring.
4. Bagian-bagian tubuh yang dapat di lakukan latihan ROM adalah leher, jari, lengan, siku,
bahu, tumit, kaki, dan pergelangan kaki.
5. ROM dapat di lakukan pada semua persendian atau hanya pada bagian-bagian yang di
curigai mengalami proses penyakit.
6. Melakukan ROM harus sesuai waktunya. Misalnya setelah mandi atau perawatan rutin telah
di lakukan.

E. JENIS - JENIS ROM (Range Of Motion)


ROM dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
1. ROM Aktif
ROM Aktif yaitu gerakan yang dilakukan oleh seseorang (pasien) dengan menggunakan
energi sendiri. Perawat memberikan motivasi, dan membimbing klien dalam melaksanakan
pergerakan sendiri secara mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal (klien aktif).
Keuatan otot 75 %.
Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan
otot-ototnya secara aktif. Sendi yang digerakkan pada ROM aktif adalah sendi di seluruh
tubuh dari kepala sampai ujung jari kaki oleh klien sendri secara aktif.

2. ROM Pasif
ROM Pasif yaitu energi yang dikeluarkan untuk latihan berasal dari orang lain (perawat)
atau alat mekanik. Perawat melakukan gerakan persendian klien sesuai dengan rentang gerak
yang normal (klien pasif). Kekuatan otot 50 %.
Indikasi latihan pasif adalah pasien semikoma dan tidak sadar, pasien dengan keterbatasan
mobilisasi tidak mampu melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan
mandiri, pasien tirah baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas total (suratun, dkk,
2008).
Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian dengan
menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan
kaki pasien. Sendi yang digerakkan pada ROM pasif adalah seluruh persendian tubuh atau
hanya pada ekstremitas yang terganggu dan klien tidak mampu melaksanakannya secara
mandiri.

1.1 Indikasi dan Sasaran ROM


1. ROM Aktif :
A. Indikasi :
1. Pada saat pasien dapat melakukan kontraksi otot secara aktif dan menggerakkan ruas sendinya
baik dengan bantuan atau tidak.
2. Pada saat pasien memiliki kelemahan otot dan tidak dapat menggerakkan persendian
sepenuhnya, digunakan A-AROM (Active-Assistive ROM, adalah jenis ROM Aktif yang
mana bantuan diberikan melalui gaya dari luar apakah secara manual atau mekanik, karena
otot penggerak primer memerlukan bantuan untuk menyelesaikan gerakan).
3. ROM Aktif dapat digunakan untuk program latihan aerobik.
4. ROM Aktif digunakan untuk memelihara mobilisasi ruas diatas dan dibawah daerah yang
tidak dapat bergerak.
B. Sasaran :
1. Apabila tidak terdapat inflamasi dan kontraindikasi, sasaran ROM Aktif serupa dengan ROM
Pasif.
2. Keuntungan fisiologis dari kontraksi otot aktif dan pembelajaran gerak dari kontrol gerak
volunter.
3. Sasaran spesifik:
a. Memelihara elastisitas dan kontraktilitas fisiologis dari otot yang terlibat
b. Memberikan umpan balik sensoris dari otot yang berkontraksi
c. Memberikan rangsangan untuk tulang dan integritas jaringan persendian
d. Meningkatkan sirkulasi
e. Mengembangkan koordinasi dan keterampilan motorik

2. ROM Pasif
A. Indikasi :
1. Pada daerah dimana terdapat inflamasi jaringan akut yang apabila dilakukan pergerakan aktif
akan menghambat proses penyembuhan
2. Ketika pasien tidak dapat atau tidak diperbolehkan untuk bergerak aktif pada ruas atau
seluruh tubuh, misalnya keadaan koma, kelumpuhan atau bed rest total
B. Sasaran :
1. Mempertahankan mobilitas sendi dan jaringan ikat
2. Meminimalisir efek dari pembentukan kontraktur
3. Mempertahankan elastisitas mekanis dari otot
4. Membantu kelancaran sirkulasi
5. Meningkatkan pergerakan sinovial untuk nutrisi tulang rawan serta difusi persendian
6. Menurunkan atau mencegah rasa nyeri
7. Membantu proses penyembuhan pasca cedera dan operasi
8. Membantu mempertahankan kesadaran akan gerak dari pasien.
1.2 Macam-macam Gerakan ROM
Ada berbagai macam gerakan ROM, yaitu :
1. Fleksi, yaitu berkurangnya sudut persendian.
2. Ekstensi, yaitu bertambahnya sudut persendian.
3. Hiperekstensi, yaitu ekstensi lebih lanjut.
4. Abduksi, yaitu gerakan menjauhi dari garis tengah tubuh.
5. Adduksi, yaitu gerakan mendekati garis tengah tubuh.
6. Rotasi, yaitu gerakan memutari pusat dari tulang.
7. Eversi, yaitu perputaran bagian telapak kaki ke bagian luar, bergerak membentuk sudut
persendian.
8. Inversi, yaitu putaran bagian telapak kaki ke bagian dalam bergerak membentuk sudut
persendian.
9. Pronasi, yaitu pergerakan telapak tangan dimana permukaan tangan bergerak ke bawah.
10. Supinasi, yaitu pergerakan telapak tangan dimana permukaan tangan bergerak ke atas.
11. Oposisi, yaitu gerakan menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari tangan pada tangan yang
sama.

1.3 Gerakan ROM Berdasarkan Bagian Tubuh


Menurut Potter & Perry, (2005), ROM terdiri dari gerakan pada persendian sebaga berikut :
1. Leher, Spina, Serfikal
Gerakan Penjelasan
Fleksi Menggerakan dagu menempel ke dada,
Ekstensi Mengembalikan kepala ke posisi tegak,
Hiperektensi Menekuk kepala ke belakang sejauh mungkin,
Fleksi lateral Memiringkan kepala sejauh mungkin sejauh mungkin kearah setiap ba
Rotasi Memutar kepala sejauh mungkin dalam gerakan sirkuler,

2. Bahu
Gerakan Penjelasan
Fleksi Menaikan lengan dari posisi di samping tubuh ke depan ke posisi di at
Ekstensi Mengembalikan lengan ke posisi di samping tubuh,
Hiperektensi Mengerkan lengan kebelakang tubuh, siku tetap lurus,
Abduksi Menaikan lengan ke posisi samping di atas kepala dengan telapak
kepala,
Adduksi Menurunkan lengan ke samping dan menyilang tubuh sejauh mungkin
Rotasi dalam Dengan siku pleksi, memutar bahu dengan menggerakan lengan
menghadap ke dalam dan ke belakang,
Rotasi luar Dengan siku fleksi, menggerakan lengan sampai ibu jari ke atas dan sa
Sirkumduksi Menggerakan lengan dengan lingkaran penuh,

3. Siku
Gerakan Penjelasan
Fleksi Menggerakkan siku sehingga lengan bahu bergerak ke depan sendi b
sejajar bahu,
Ektensi Meluruskan siku dengan menurunkan tangan,

4. Lengan bawah
Gerakan Penjelasan
Supinasi Memutar lengan bawah dan tangan sehingga telapak tangan menghada
Pronasi Memutar lengan bawah sehingga telapak tangan menghadap ke bawah

5. Pergelangan tangan
Gerakan Penjelasan
Fleksi Menggerakan telapak tangan ke sisi bagian dalam lengan bawah,
Ekstensi Mengerakan jari-jari tangan sehingga jari-jari, tangan, lengan bawa
arah yang sama,
Hiperekstensi Membawa permukaan tangan dorsal ke belakang sejauh mungkin,
Abduksi Menekuk pergelangan tangan miring ke ibu jari,
Adduksi Menekuk pergelangan tangan miring ke arah lima jari,

6. Jari- jari tangan


Gerakan Penjelasan
Fleksi Membuat genggaman,
Ekstensi Meluruskan jari-jari tangan,
Hiperekstensi Menggerakan jari-jari tangan ke belakang sejauh mungkin,
Abduksi Mereggangkan jari-jari tangan yang satu dengan yang lain,
Adduksi Merapatkan kembali jari-jari tangan,

7. Ibu jari
Gerakan Penjelasan
Fleksi Mengerakan ibu jari menyilang permukaan telapak tangan,
Ekstensi menggerakan ibu jari lurus menjauh dari tangan,
Abduksi Menjauhkan ibu jari ke samping,
Adduksi Mengerakan ibu jari ke depan tangan,
Oposisi Menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari tangan pada tangan yang sam

8. Pinggul
Gerakan Penjelasan
Fleksi Mengerakan tungkai ke depan dan atas,
Ekstensi Menggerakan kembali ke samping tungkai yang lain,
Hiperekstensi Mengerakan tungkai ke belakang tubuh,
Abduksi Menggerakan tungkai ke samping menjauhi tubuh,
Adduksi Mengerakan tungkai kembali ke posisi media dan melebihi jika mungk
Rotasi dalam Memutar kaki dan tungkai ke arah tungkai lain,
Rotasi luar Memutar kaki dan tungkai menjauhi tungkai lain.
Sirkumduksi Menggerakan tungkai melingkar

9. Lutut
Gerakan Penjelasan
Fleksi Mengerakan tumit ke arah belakang paha,
Ekstensi Mengembalikan tungkai kelantai,

10. Mata kaki


Gerakan Penjelasan
Dorsifleksi Menggerakan kaki sehingga jari-jari kaki menekuk ke atas,
Plantarfleksi Menggerakan kaki sehingga jari-jari kaki menekuk ke bawah,

11. Kaki
Gerakan Penjelasan
Inversi Memutar telapak kaki ke samping dalam,
Eversi Memutar telapak kaki ke samping luar,

12. Jari-Jari Kaki


Gerakan Penjelasan
Fleksi Menekukkan jari-jari kaki ke bawah,
Ekstensi Meluruskan jari-jari kaki,
Abduksi Menggerakan jari-jari kaki satu dengan yang lain,
Adduksi Merapatkan kembali bersama-sama,
BAB III
KESIMPULAN
ROM harus dilaksanakan secara berulang, perlahan dan hati-hati sehingga tidak
melelahkan pasien. Dalam merencanakan program latihan ROM, perhatikan umur pasien,
diagnosa, tanda-tanda vital dan lamanya tirah baring.
Bagian-bagian tubuh yang dapat di lakukan latihan ROM adalah leher, jari, lengan,
siku, bahu, tumit, kaki, dan pergelangan kaki. ROM dapat di lakukan pada semua persendian
atau hanya pada bagian-bagian yang di curigai mengalami proses penyakit serta harus sesuai
waktunya.
Selain daripada yang telah disebutkan diatas, ROM dilakukan juga harus
memperhatikan tujuan, manfaat, indikasi, serta kontraindikasinya agar tidak terjadi suatu hal
yang tidak diinginkan pada pasien lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
http://kadek-suwartana.blogspot.com/2012/11/range-of-motion-rom.html

Diposting oleh SITI NADIRAH YUSUF di 08.19


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

2 komentar:

1.

Ryuji Hunt10 Mei 2016 16.10

ijin copas"
sangat bermanfaat sekali....

Balas

2.
Yakin Hediyono27 September 2017 05.11

Terima kasih materinya....istimewa...

Balas

Muat yang lain...


Posting Lama Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)

Mengenai Saya

SITI NADIRAH YUSUF


No body is perfect
Lihat profil lengkapku

Arsip Blog
 ▼ 2015 (7)
o ▼ April (1)
 TUGAS IDK II (ROM AKTIF DAN ROM PASIF)
o ► Maret (6)
Standar Operasional Prosedur
Pelatihan ROM (Range Of Motion)

A. Definisi
Range Of Motion (ROM) adalah tindakan/latihan otot atau persendian yang diberikan
kepada pasien yang mobilitas sendinya terbatas karena penyakit, diabilitas, atau
trauma. Dimana klien menggerakan masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal
baik secara aktif ataupun pasif. Atau juga dapat di definisikan sebagai jumlah maksimum
gerakan yang mungkin dilakukan sendi pada salah satu dari tiga potongan tubuh: sagital,
frontal, dan transfersal. Potongan sagital adalah garis yang melewati tubuh dari depan ke
belakang, membagi tubuh menjadi bagian kiri dan kanan. Potongan frontal melewati tubuh
dari sisi ke sisi dan membagi tubuh menjadi bagian depan dan belakang. Potongan transfersal
adalah garis horizontal yang membagi tubuh menjadi bagian atas dan bawah.

B. Tujuan
1. Untuk mengurangi kekakuan pada sendi dan kelemahan pada otot yang dapat
dilakukan secara aktif maupun pasif tergantung dengan keadaan pasien.
2. Meningkatkan atau mempertahankan fleksibilitas dan kekuatan otot.

C. Manfaat
a. Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam melakukan pergerakan
b. Mengkaji tulang sendi, otot
c. Mencegah terjadinya kekakuan sendi
d. Memperlancar sirkulasi darah

D. Jenis ROM
1. ROM aktif : Perawat memberikan motivasi, dan membimbing klien dalam melaksanakan
pergerakan sendi secara mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal (klien aktif).
2. ROM pasif : Perawat melakukan gerakan persendian klien sesuai dengan rentang gerak yang
normal (klien pasif).

E. Indikasi
1. Klien dengan tirah baring yang lama.
2. Stroke atau penurunan tingkat kesadaran.
3. Kelemahan otot.
4. Fase rehabilitasi fisik.

F. Kontra Indikasi
1. Klien dengan fraktur.
2. Klien dengan peningkatan tekanan intrakranial.
3. Trombus/emboli pada pembuluh darah.
4. Kelainan sendi atau tulang.
5. Klien fase imobilisasi karena kasus penyakit (jantung).

G. Gerakan ROM PASIF

1. Fleksi dan Ekstensi Pergelangan Tangan


Cara :
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
b. Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dan siku menekuk dengan lengan.
c. Pegang tangan pasien dengan satu tangan dan tangan yang lain memegang pergelangan
tangan pasien.
d. Tekuk tangan pasien ke depan sejauh mungkin.
e. Catat perubahan yang terjadi.

Gambar 1. Latihan fleksi dan ekstensi pergelangan tangan

2. Fleksi dan Ekstensi Siku


Cara :
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b. Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dengan telapak mengarah ke tubuhnya.
c. Letakkan tangan di atas siku pasien dan pegang tangannya mendekati bahu.
d. Lakukan dan kembalikan ke posisi sebelumnya.
e. Catat perubahan yang terjadi.
Gambar 2. Latihan fleksi dan ekstensi siku

3. Pronasi dan Supinasi Lengan Bawah


Cara :
a. Jelaskan Prosedur yang akan dilakukan.
b. Atur posisi lengan bawah menjauhi tubuh pasien dengan siku menekuk.
c. Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan pasien dan pegang tangan pasien dengan
tangan lainnya.
d. Putar lengan bawah pasien sehingga telapaknya menjauhinya.
e. Kembalikan ke posisi semula.
f. Putar lengan bawah pasien sehingga telapak tangannya menghadap ke arahnya.
g. Kembalikan ke posisi semula.
h. Catat perubahan yang terjadi.

Gambar 3. Latihan pronasi dan supinasi lengan bawah

4. Pronasi Fleksi Bahu


Cara :
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b. Atur posisi tangan pasien disisi tubuhnya.
c. Letakkan satu tangan perawat di atas siku pasien dan pegang tangan pasien dengan tangan
lainnya.
d. Angkat lengan pasien pada posisi semula.
e. Catat perubahan yang terjadi.
Gambar 4. Latihan pronasi fleksi bahu

5. Abduksi dan Adduksi Bahu


Cara :
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b. Atur posisi lengan pasien di samping badannya.
c. Letakkan satu tangan perawat di atas siku pasien dan pegang tangan pasien dengan tangan
lainnya.
d. Gerakkan lengan pasien menjauh dari tubuhnya kearah perawat (Abduksi).
e. Gerakkan lengan pasien mendekati tubuhnya (Adduksi)
f. Kembalikan ke posisi semula.
g. Catat perubahan yang terjadi.

Gambar 5. Latihan abduksi dan adduksi bahu

6. Rotasi Bahu
Cara :
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b. Atur posisi lengan pasien menjauhi tubuh dengan siku menekuk.
c. Letakkan satu tangan perawat di lengan atas pasien dekat siku dan pegang tangan pasien
dengan tangan yang lain.
d. Gerakkan lengan bawah ke bawah sampai menyentuh tempat tidur, telapak tangan
menghadap ke bawah.
e. Kembalikan posisi lengan ke posisi semula.
f. Gerakkan lengan bawah ke belakang sampai menyentuh tempat tidur, telapak tangan
menghadap ke atas.
g. Kembalikan lengan ke posisi semula.
h. Catat perubahan yang terjadi.

Gambar 6. Latihan rotasi bahu

7. Fleksi dan Ekstensi Jari-jari


Cara :
a. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.
b. Pegang jari-jari kaki pasien dengan satu tangan, sementara tangan lain memegang kaki.
c. Bengkokkan (tekuk) jari-jari kaki ke bawah
d. Luruskan jari-jari kemudian dorong ke belakang.
e. Kembalikan ke posisi semula.
f. Catat perubahan yang terjadi

Gambar 7. Latihan fleksi ekstensi jari

8. Infersi dan efersi kaki


Cara :
a. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.
b. Pegang separuh bagian atas kaki pasien dengan satu jari dan pegang pergelangan kaki
dengan tangan satunya.
c. Putar kaki ke dalam sehingga telapak kaki menghadap ke kaki lainnya.
d. Kembalikan ke posisi semula
e. Putar kaki keluar sehingga bagian telapak kaki menjauhi kaki yang lain.
f. Kembalikan ke posisi semula.
g. Catat perubahan yang terjadi

Gambar 8. Latihan infers efersi kaki

9. Fleksi dan ekstensi pergelangan Kaki


Cara :
a. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.
b. Letakkan satu tangan perawat pada telapak kaki pasien dan satu tangan yang lain di atas
pergelangan kaki. Jaga kaki lurus dan rilek.
c. Tekuk pergelangan kaki, arahkan jari-jari kaki ke arah dada pasien.
d. Kembalikan ke posisi semula.
e. Tekuk pergelangan kaki menjauhi dada pasien.
f. Catat perubahan yang terjadi.

Gambar 9. Latihan fleksi dan ekstensi kaki

10. Fleksi dan Ekstensi lutut.


Cara :
a. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.
b. Letakkan satu tangan di bawah lutut pasien dan pegang tumit pasien dengan tangan yang
lain.
c. Angkat kaki, tekuk pada lutut dan pangkal paha.
d. Lanjutkan menekuk lutut ke arah dada sejauh mungkin.
e. Ke bawahkan kaki dan luruskan lutut dengan mengangkat kaki ke atas.
f. Kembali ke posisi semula.
g. Catat perubahan yang terjadi.

Gambar 10. Latihan fleksi ekstensi lutut

11. Rotasi pangkal paha


Cara :
a. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.
b. Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan kaki dan satu tangan yang lain di atas lutut.
c. Putar kaki menjauhi perawat.
d. Putar kaki ke arah perawat.
e. Kembalikan ke posisi semula.
f. Catat perubahan yang terjadi.

Gambar 11. Latihan potasi pangkal paha


12. Abduksi dan Adduksi pangkal paha.
Cara :
a. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.
b. Letakkan satu tangan perawat di bawah lutut pasien dan satu tangan pada tumit.
c. Jaga posisi kaki pasien lurus, angkat kaki kurang lebih 8 cm dari tempat tidur, gerakkan kaki
menjauhi badan pasien.
d. Gerakkan kaki mendekati badan pasien.
e. Kembalikan ke posisi semula.
f. Catat perubahan yang terjadi.

Gambar 12. Abduksi adduksi pangkal paha

H. GERAKAN ROM AKTIF


1. Fleksi
2. Ekstensi
3. Hiperekstensi
4. Rotasi
5. Sirkumsisi
6. Supinasi
7. Pronasi
8. Abduksi
9. Adduksi
10. Oposisi

I. LATIHAN AKTIF ANGGOTA GERAK ATAS DAN BAWAH


a. Latihan I
- Angkat tangan yang kontraktur menggunakan tangan yang sehat ke atas.
- Letakkan kedua tangan diatas kepala.
- Kembalikan tangan ke posisi semula.
b. Latihan II
- Angkat tangan yang kontraktur melewati dada ke arah tangan yang sehat.
- Kembalikan keposisi semula.
c. Latihan III
- Angkat tangan yang lemah menggunakan tangan yang sehat ke atas.
- Kembalikan ke posisi semula.
d. Latihan IV
- Tekuk siku yang kontraktur menggunakan tangan yang sehat.
- Luruskan siku kemudian angkat ke atas.
- Letakkan kembali tangan yang kontraktur ditempat tidur.
e. Latihan V
- Pegang pergelangan tangan yang kontraktur menggunakan tangan yang sehat angkat ke atas
dada.
- Putar pergelangan tangan ke arah dalam dan ke arah keluar.
f. Latihan VI
- Tekuk jari-jari yang kontraktur dengan tangan yang sehat kemudian luruskan.
- Putar ibu jari yang lemah menggunakan tangan yang sehat.
g. Latihan VII
- Letakkan kaki yang sehat dibawah yang kontraktur.
- Turunkan kaki yang sehat sehingga punggung kaki yang sehat dibawah pergelangan kaki
yang kontraktur.
- Angkat kedua kaki ke atas dengan bantuan kaki yang sehat, kemudian turunkan pelan-pelan.
h. Latihan VIII
- Angkat kaki yang kontraktur menggunakan kaki yang sehat ke atas sekitar 3cm.
- Ayunkan kedua kaki sejauh mungkin kearah satu sisi kemudian ke sisi yang satunya lagi.
- Kembalikan ke posisi semula dan ulang sekali lagi.
i. Latihan IX
- Anjurkan pasien untuk menekuk lututnya, bantu pegang pada lutut yang kontraktur dengan
tangan yang lain.
- Dengan tangan yang lainnya penokong memegang oinggang pasien.
- Anjurkan pasien untuk memegang bokongnya.
- Kembalikan ke posisi semula dan ulangi sekali lagi.

Kesimpulan

Menurut kelompok kami, bahwasanya postur tubuh (body alignmenti)


merupakan susunan geometris dari bagian-bagian tubuh yang dengan bagian
tubuh yang lain. Bagian yang dipelajari dari postur tubuh adalah persendian,
tendon, ligament dan otot. Apabila keempat bagian tersebut digunakan dengan
benar dan terjadi keseimbangan, maka dapat menjadikan fungsi tubuh
maksimal, seperti dalam posisi duduk, berdiri dan berbaring yang benar.

DAFTAR PUSTAKA
 Keperawatan0609.blogspot.com
 www.infofisioterapi.com/info/definisi-Range-Of-Motion.html
 Levine, BD. Yoshimura, K et, al, Dexamethasone in the Treatment of Acute
Mountain sincleress, The New England Journal of Medicine, vol 321.
No.25, Doc, 21 1989, pt. 1707-1713.
 Reed, Charles E, Basic Mechanism of Asthma, Role of Inflanation;
CHEST/94/1/July/1988, p 175-177
 Santosa, Andy, et at; Aktivitas pada waktu Luang yang dilakukan secara
Teratur, pada Seminar Nasional VIII Ikatan Ahli Ilmu Fai Indonesia (IAIFI);
Surabaya; 1986.
 Thibodeau, Gary A, An ilomy and Physiology, edisi I, Msby, 1987.

Anda mungkin juga menyukai