Anda di halaman 1dari 6

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG GANGGUAN JIWA DENGAN SIKAP

MASYARAKAT KEPADA PENDERITA GANGGUAN JIWA DI DUSUN KEDUNGREJO


KECAMATAN GONDANG KABUPATEN NGANJUK

Puguh Prasetyo1, Heru Wahyudi2, Cucuk Suwandi3


1Mahasiswa STIKes Satria Bhakti Nganjuk, 2Dosen STIKes Satria Bhakti Nganjuk, 3Dosen STIKes Satria Bhakti Nganjuk

ABSTRACT
Background. Gangguan jiwa atau tingkah laku yang abnormal adalah akibat dari keadaan
sakit atau terganggu yang jelas kelihatan berdasarkan gejala klinis yang ditampilkan. Pengetahuan
adalah tingkat tahu seseorang yang didapatkan berdasarkan ilmu, kiat atau pengalaman. Tujuan
penelitian ini ialah untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang gangguan jiwa dengan sikap
masyarakat kepada penderita gangguan jiwa. Methods. Desain penelitian ini menggunakan
korelasional dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilaksanakan tanggal 7 Mei 2017 di
Dusun Kedungrejo Desa Balonggebang Kecamatan Gondang Kabupaten Nganjuk dengan populasi
kepala keluarga. Sampel yang digunakan sebesar 137 responden. Pengetahuan sebagai variabel
independen dan sikap sebagai variabel dependen. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner. Data
dianalisa menggunakan uji spearman rho dengan α=0,05. Result. Hasil penelitian menunjukkan
dari 137 responden hampir setengahnya berpengetahuan kurang, yaitu sebanyak 63 responden
(46,0%), hampir seluruhnya memiliki sikap yang cukup terhadap penderita gangguan jiwa, yaitu
sebanyak 118 responden (86,1%) dan hasil uji spearman rho didapatkan p=0,004≤ α(0,05)
(r=0,245), H1 diterima yang berarti ada hubungan pengetahuan tentang gangguan jiwa dengan sikap
masyarakat kepada penderita gangguan jiwa. Conclusion. Masyarakat perlu diedukasi untuk
meningkatkan pengetahuannya dengan harapan dapat meningkatkan pemahaman dan sikapnya
terhadap penderita gangguan jiwa sehingga penderita gangguan jiwa mendapat perhatian dan
perlakuan yang baik untuk kesembuhannya.
Kata kunci: pengetahuan, sikap, masyarakat, gangguan jiwa

Background. Mental disorders are a health problem for society. Patients with mental disorders
often lead to anxiety and fear, so people tend to isolate it. The purpose of this study is to determine
the relationship of knowledge about mental disorders with the attitude of society to people with
mental disorders. Methods. This research design use correlation with cross sectional approach. The
research was conducted on 7 May 2017 in Kedungrejo Village of Balonggebang District Gondang
Nganjuk Regency with the head of household population. The sample used is 137 respondents.
Knowledge as an independent variable and attitude as a dependent variable. Data were collected
using questionnaires. Data were analyzed using spearman rho test with α = 0,05. Result. The result
of the research shows that from 137 respondents, almost half of them are knowledgeable, 63
respondents (46,0%), almost all have sufficient attitude toward mental disorder, that is 118
respondents (86,1%) and spearman rho test result = 0.004 <α (0.05) (r = 0.245), H 1 is accepted
which means there is a relationship of knowledge about mental disorder with the attitude of society
to the sufferer of mental disorder. Conclusion. The community needs to be educated to increase
their knowledge in the hope of improving their understanding and attitude toward the mental
disorder so that the sufferer gets the attention and the good treatment for the healing.

Keywords: knowledge, attitude, society, mental disorder


Pendahuluan masalah yang sangat serius. WHO
Gangguan jiwa atau tingkah laku menyatakan paling tidak ada 1 dari 4 orang
yang abnormal adalah akibat dari keadaan di dunia mengalami masalah mental dan
sakit atau terganggu yang jelas kelihatan diperkirakan ada sekitar 450 juta orang di
berdasarkan gejala klinis yang dunia yang mengalami gangguan
ditampilkan. Untuk melihat apakah kesehatan jiwa, yaitu 154 juta orang
seseorang itu terganggu jiwanya atau tidak, mengalami depresi dan 25 juta orang
dapat dipelajari dari gejala-gejala yang menderita skizofrenia, 15 juta orang
ditampilkan (Baihaqi, 2013). Menurut berada di bawah pengaruh penyalahgunaan
Rosa (2009), penderita gangguan jiwa zat terlarang, 50 juta orang menderita
masih dipandang sebelah mata oleh epilepsy dan sekitar 877.000 orang
pemerintah dan masyarakat. Sangat meninggal karena bunuh diri tiap
kurangnya fasilitas, minimnya tenaga tahunnya.
medis kejiwaan, dan tak adanya payung Menurut data Riskesdas (2013)
hukum yang bisa melindungi penderita prevalensi gangguan jiwa berat pada
gangguan jiwa, wajar bila dikatakan penduduk Indonesia mencapai 1,7 per mil.
pemerintah tidak peduli. Akhirnya pasien Sementara di Jawa Timur prevalensinya
dibiarkan terlantar, menggelandang dan mencapai 2,2 per mil. Proporsi Rumah
ada juga yang dipasung hingga puluhan Tangga (RT) yang pernah memasung
tahun. Anggota Rumah Tangga (ART) gangguan
Adanya stigma dan diskriminasi di jiwa berat di Indonesia pada tahun 2013
masyarakat kepada penderita gangguan mencapai 14,3% dan terbanyak pada
jiwa menimbulkan konsekuensi negatif penduduk yang tinggal di perdesaan
terhadap penderita dan anggota (18,2%), serta pada kelompok penduduk
keluarganya, meliputi sikap-sikap dengan kuintil indeks kepemilikan
penolakan, penyangkalan dan disisihkan. terbawah (19,5%). Prevalensi gangguan
Penderita gangguan jiwa mempunyai mental emosional pada penduduk
resiko tinggi terhadap pelanggaran hak Indonesia mencapai 6,0%. Provinsi dengan
asasi manusia. Mereka sering sekali prevalensi ganguan mental emosional
disebut sebagai orang gila (insanity atau tertinggi adalah Sulawesi Tengah (11,3%)
madness). Dan faktanya di masyarakat Sulawesi Selatan dan Jawa Barat (9,3%).
Dusun Kedungrejo Desa Balonggebang Sementara Jawa Timur mencapai 6,3%. Di
Kecamatan Gondang Kabupaten Nganjuk Kabupaten Nganjuk angka kunjungan
stigma terhadap penderita gangguan jiwa pasien gangguan jiwa di pelayanan rawat
masih cukup kuat. Hal ini terbukti dari jalan mencapai 1.156.438 jiwa dan pada
hasil studi pendahuluan yang dilakukan pelayanan rawat inap mencapai 3.364 jiwa
pada tanggal 17-19 Oktober 2016 Dusun (Dinkes Jatim, 2012).
tersebut, yaitu dari 12 orang yang Banyak keluarga dan masyarakat
diwawancarai terdapat 9 orang yang yang berpendapat bahwa penderita
mengatakan bahwa penderita gangguan gangguan jiwa hanya perlu medikasi untuk
jiwa hanya membuat resah dan ketakutan dapat sembuh saat proses pemulihan di
masyarakat, karena penderita gangguan rumah (Irma, 2010). Banyak orang yang
jiwa dapat mengamuk kapan saja. Selain percaya bahwa gangguan jiwa tidak
itu, menurut pengakuan masyarakat dusun mungkin bisa disembuhkan dan orang
Kedungrejo juga pernah ada 3 orang yang menderitanya tidak mungkin bisa
gangguan jiwa yang dihajar massa karena berfungsi secara normal di masyarakat.
telah membuat keresahan, seperti Pada akhirnya masyarakat tidak mau untuk
membakar jerami milik warga. mengetahui permasalahan kesehatan jiwa
Menurut WHO, masalah gangguan baik dalam dirinya sendiri maupun orang
jiwa di seluruh dunia sudah menjadi lain, mendiskriminasikan dan
mengisolasikan penderita gangguan jiwa, kueisioner. Sedangkan variabel dependen
serta sikap acuh terhadap kesembuhan yang digunakan dalam penelitian ini
penderita gangguan jiwa. Akibatnya adalah sikap masyarakat kepada penderita
kesembuhan penderita gangguan jiwa gangguan jiwa dan pengumpulan data
semakin sulit tercapai dan kekambuhan menggunakan kuesioner. Pengolahan data
terus sering terjadi pasca dirawat di rumah dan analisa data editing, coding, scoring,
sakit (Puspitasari, 2009). tabulating, uji spearman rank dengan
WHO menyarankan agar penanganan signifikasi α = 0,05 dengan menggunakan
kesehatan jiwa lebih ditekankan pada SPSS versi 1.6.
masyarakat (community based), sehingga Hasil Penelitian
masyarakat diharapkan mampu menangani
kasus gangguan jiwa yang ringan dan Berdasarkan penelitian ini dapat
hanya yang berat yang dilayani oleh diketahuihampir setengahnya memiliki
Rumah Sakit Jiwa (Moersalin, 2009). Oleh umur antara 35-44 tahun yaitu sebanyak
karena itu, sebagai perawat komunitas 137 responden (32.80%), sebagian besar
harus memperhatikan masalah berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak
pengetahuan masyarakat tentang gangguan 91 responden (66,40%), hampir
jiwa ini. Perawat komunitas harus setengahnya berpendidikan SD yaitu
memberikan edukasi kepada masyarakat sebanyak 56 responden (40,90%), sebagian
agar mendapatkan pemahaman yang benar besar bekerja sebagai tani yaitu sebanyak
mengenai gangguan jiwa. Sehingga 82 responden (59,90%).
masyarakat mampu mengenali, mengelola Data demografi responden selengkapnya
dan menangani risiko gangguan jiwa dan dapat dilihat ditabel 1.
penderita yang sudah mengalami gangguan Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden
jiwa, karena dukungan dari lingkungan Karakteristik n f (%)
sangat berarti bagi kesembuhan pasien Jenis Kelamin
(Salsabil, 2008). Laki- laki 91 66,4
Perempuan 43 33,6
Metode Umur
Desain penelitian merupakan 25-34 Tahun 30 21,9
keseluruhan dari perencanaan untuk 35-44 Tahun 45 32,8
menjawab sebuah penelitian. Desain 45- 54 Tahun 39 28,5
peneitian merupakan sesuatu yang sangat 55-64 Tahun 22 12,8
penting dalam penelitian yang Pendidikan
memungkinkan pengontrolan secara SD 56 40,9
maksimal terhadap beberapa faktor yang SMP 48 35
dapat mempengaruhi akurasi suatu hasil SMA 25 18,2
(Nursalam, 2014). PT 8 5,8
Populasi dalam penelitian ini adalah Pekerjaan
Seluruh masyarakat yang tinggal di Dusun IRT 17 12,4
Kedungrejo Desa Balonggebang Petani 82 59,9
Kecamatan Gondang Kabupaten Nganjuk Swasta 23 16,8
yang berjumlah 204 kepala keluarga. Wiraswasta 11 8
Teknik sampling mengunakan Simple Tidak bekerja 4 2,9
Random sampling dan sejumlah 137 Berdasarkan penelitian ini juga
responden. dapat diketahui yaitu pengetahuan kurang
Variabel independen yang 63 responden (46%), pengetahuan
digunakan dalam penelitian ini adalah cukup24 responden (17,5%) dan
pengetahuan masyarakat tentang gangguan pengetahuan baik 50 reponden (36,5%)
jiwa dan pengumpulan data menggunakan
Data pengetahuan dapat dilihat pada tabel Sikap
2. Variabel
Kurang Cukup Baik
Tabel 2 pengetahuan masyarakat tentang Pengetahuan :
gangguan jiwa di Dusun Kedungrejo Desa Kurang 9 53 1
Balonggebang Kecamatan Gondang Cukup 4 19 1
Kabupaten Nganjuk Baik 0 46 4
Karakterist Frekuensi Persentase
ik (%)
Pembahasan
Kurang 63 46,0%
Cukup 24 17,5% Berdasarkan hasil penelitian
Baik 50 36,5% menunjukkan bahwa dari 137 responden
Berdasarkan penelitian ini diketahui 137 hampir setengahnya berpengetahuan
responden hampir seluruhnya bahwa 118 kurang, yaitu sebanyak 63 responden
responden (86,1%) memiliki sikap yang (46,0%). Dari data umum umur didapatkan
cukup terhadap penderita gangguan jiwa. 0,000 ini menunjukkan bahwa ada
Data sikap masyarakat terhadap penderita hubungan antara umur dengan
gangguan jiwa di Dusun Kedungrejo Desa pengetahuan,selain itu data umum
Balonggebang Kecamatan Gondang pendidikan didapatkan 0,000 menunjukkan
Kabupaten Nganjuk. dapat dilihat pada bahwa ada hubungan antara pendidikan
tabel 3. dengan pengetahuan,data umum pekerjaan
Tabel 3. sikap masyarakat terhadap didapatkan 0,000 yang menunjukkan ada
penderita gangguan jiwa di Dusun hubungan antara pekerjaan dengan
Kedungrejo Desa Balonggebang pengetahuan. Menurut Notoatmojo (2003)
Kecamatan Gondang Kabupaten Nganjuk. umur merupakan salah satu faktor yang
Karakteristik Frekuensi Persentase mempengaruhi pengetahuan,makin tua
Sikap masyarakat (%) umur seseorang makin kontraktif dalam
Kurang 13 9,5% menggunakan koping terhadap masalah
Cukup 118 86,1% yang di hadapi. Selain itu dalam segi
Baik 6 4,4% pendidikan menurut Notoatmojo (2003)
Berdasarkan uji statistik hubungan mengungkapkan bahwa tingkat pendidikan
pengetahuan tentang gangguan jiwa menentukan mudah tidaknya menyerap
dengan sikap masyarakat kepada penderita dan memahami pengetahuan yang mereka
gangguan jiwa di Dusun Kedungrejo Desa peroleh dan pada umumnya semakin tinggi
Balonggebang Kecamatan Gondang pendidikan seseorang semakin baik
Kabupaten Nganjuk dengan uji statistik pengetahuannya. Menurut Notoatmojo
Spearman rank didapatkan p value 0,004 ≤ (2003) Perilaku biasanya dipengaruhi oleh
α = 0,05. Sehingga ada hubungan respon individu terhadap stimulus.
pengetahuan tentang gangguan jiwa Pengetahuan yang bersifat baik, sedang,
dengan sikap masyarakat kepada penderita buruk, positif, negative tergantung
gangguan jiwa di Dusun Kedungrejo Desa bagaimana reaksi individu untuk merespon
Balonggebang Kecamatan Gondang terhadap stimulus yang ada pada suatu
Kabupaten Nganjuk. Hasil uji statistik ini tindakan / perilaku.Sebagian besar
dapat dilihat pada tabel 4. tindakan seseorang dibentuk dari
Tabel 4. Hasil uji statistik Spearman Rank pengetahuan yang dimilikinya
(Notoatmodjo, 2003). Namun, ada juga
beberapa faktor yang mempengaruhi
pembentukan sikap, diantaranya ialah
pengalaman pribadi, kebudayaan, orang
lain yang dianggap penting, media massa,
institusi atau lembaga pendidikan dan
lembaga agama, serta faktor emosi dalam Jiwa dengan Dukungan Keluarga
diri individu (Azwar, 2007). yang Mempunyai Anggota
KeluargaSkizofrenia”.Skripsi.http:/
Kesimpulan /etd.eprints.ums.ac.id/9479/2/J2100
Berdasarkan penelitian ini dapat 60039.pdf. Di akses pada tanggal 3
disimpulkan Pengetahuan masyarakat Oktober 2016.
tentang gangguan jiwa di Dusun
Kedungrejo Desa Balonggebang Hawari, D. (2009). Pendekatan Holistik
Kecamatan Gondang Kabupaten Nganjuk Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia.
didapatkan bahwa dari 137 responden Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
hampir setengahnya berpengetahuan
kurang, yaitu sebanyak 63 responden Idwar. (2009). “Perilaku Masyarakat
(46,0%). Serta Sikap masyarakat kepada dalam Penanganan Gangguan Jiwa
penderita gangguan jiwa di Dusun di kota Langsa propinsi Nanggroe
Kedungrejo Desa Balonggebang Aceh Darussalam”. Tesis.
Kecamatan Gondang Kabupaten Nganjuk http://repository
didapatkan bahwa dari 137 responden usu.ac.id/handle/123456789/2 807.
hampir seluruhnya memiliki sikap yang Di akses pada tanggal 5 Oktober
cukup terhadap penderita gangguan jiwa, 2016.
yaitu sebanyak 118 responden (86,1%).
Li Yu Song, et.al. (2005). “Community
Ada hubungan pengetahuan tentang
Attitude Toward The Mentally III:
gangguan jiwa dengan sikap masyarakat
The Result A National Survey of
kepada penderita gangguan jiwa di Dusun
the Taiwanese Population”.
Kedungrejo Desa Balonggebang
International Journal Of Social
Kecamatan Gondang Kabupaten Nganjuk.
Psychiatry, vol.51 (2) 174-188.
Hal ini berdasarkan hasil uji spearman rho
http://isp.sagepub.com/content
didapatkan p=0,004 < α (0,05) (r=0,245).
/51/2/162.short. Di akses pada
tanggal 16 September 2016.
Daftar Pustaka
Notoatmodjo, S. (2003). Promosi
Azwar, S. (2011). Sikap Manusia, Teori
Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
dan Pengukurannya. Yogyakarta :
Jakarta : Rineka Cipta.
Pustaka Pelajar.
____________. (2007).Promosi Kesehatan
Basford, L. (2006). Teori dan Praktik
dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka
Keperawatan : Pendekatan
Cipta.
Integral pada Asuhan Pasien.
Jakarta : EGC. ____________. (2010). Metodologi
Penelitian Kesehatan, Ed.Rev.
Dewayani, et.al. (2011). “Perceived Peer
Jakarta: Rineka Cipta.
Social Support dan Psychological
Distress Mahasiswa Universitas Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan
Indonesia”. Makara Sosial Metodologi Penelitian Ilmu
Humaniora, Vol.15, No.2,: 86-93. Keperawatan. Jakarta: Salemba
http://journal.ui.ac.id/index.php Medika.
/humanities/article/viewFile/13
03/1192. Di akses pada tanggal 15 RISKESDAS. (2007). Laporan Hasil Riset
Oktober 2016. Kesehatan Dasar 2007.

Fahanani, FG. (2010).“Hubungan Salahuddin, M. (2009). “Peran Keluarga


Pengetahuan tentang Gangguan Terhadap Proses Penyembuhan
Pasien Gangguan Jiwa”.
Skripsi.http://lib.uinmalang.ac.id/th Tarjum. (2004). Keluarga dan Penderita
esis/fullchapter /04410102- Gangguan Jiwa.Yogyakarta :
muhammadsalahuddin.ps. Di akses Graha Ilmu.
pada tanggal 21 September 2016.
Wawan. A. (2011). Teori dan Pengukuran
Setiawati, EM. (2012). “Studi Kualitatif Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
tentang Sikap Keluarga terhadap Manusia. Yogyakarta : Nuha
Pasien Gangguan Jiwa di wilayah Medika.
Kecamatan
Sukoharjo”.Skripsi.http://etd.ep Wolff, et. al. (2011). “Community
rints.ums.ac.id/20213/15/02._Nask knowledge of mental illness and
ah_Publikasi.pdf. Di akses pada reaction to mentally ill people”.
tanggal 16 Oktober 2016. The British Journal of Psychiatri
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubm
Suliswati. (2005). Konsep Dasar ed/8837909. Di akses pada tanggal
Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC. 30 September 2016.
Syaharia, AR. (2008). “Stigma Gangguan Yosep, I. (2010). Keperawatan Jiwa,
Jiwa Perspektif Kesehatan Mental Ed.Revisi. Cet. Ke-3. Bandung :
Islam”. Skripsi. PT. Refika Aditama.
http://digilib.uinsuka. ac.id/1708/.
Di akses pada tanggal 13 Oktober
2016.

Anda mungkin juga menyukai