Anda di halaman 1dari 49

BAB I

PROSEDUR BODY MECHANIC

A.LATAR BELAKANG

Mekanika tubuh dan ambulansi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas

manusia.Mekanika tubuh meliputi pengetahuan tentang cara kerja kelompok otot

tertentu yang digunakan untuk menghasilkan dan mempertahankan gerakan secara

aman2. Sehingga perlu mengerti pengetahuan tentang pergerakan, termasuk

bagaimana mengoordinasikan gerakan tubuh yang meliputi fungsi integrasi dari system

skeletal, otot skelet, dan system saraf.Selain itu, ada kelompok otot tertentu yang

terutama digunakan unutk pergerakan dan kelompok otot lain membentuk

postur/bentuk tubuh.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana pengaturan posisi,memindah dan menata posisi klien?

C. Tujuan

Mendeskripsikan dan mempraktekkan pengaturan posisi,memindah dan menata

posisi klien

D. DEFENISI

Mekanika Tubuh = usaha koordinasi dari muskuloskeletal dan sistem syaraf untuk

mempertahankan keseimbangan.

Body mekanik merupakan penggunaan tubuh yang terkoordinir dan aman

untuk menghasilkan pergerakan dan mempertahankan keseimbangan selama

1
aktivitas. Mekanika tubuh dan ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas

manusia.

E. Body Mekanik meliputi 3 elemen dasar yaitu :

1. Body Aligement (Postur Tubuh)

Susunan geometrik bagian-bagian tubuh dalam hubungannya dengan bagian tubuh

yang lain.

2. Balance (Keseimbangan)

Keseimbangan tergantung pada interaksi antara pusat gravity, line gravity dan base

of support.

3. Koordinated Body Movement (Gerakan tubuh yang terkoordinir)

Dimana body mekanik berinteraksi dalam fungsi muskuloskeletal dan sistem syaraf.

1.F. Gravitasi. :
.Prinsip Body Mekanik :

a. Sebagai sumbu dalam pergerakan tubuh.

b. Tiga faktor yang perlu diperhatikan :

1) Pusat gravitasi ( center of gravity ) = titik di pertengahan tubuh.

2) Garis gravitasi ( line of gravity ) = garis imajiner vertikal melalui pusat

gravitasi.

3) Dasar dari tumpuan ( base of support ) = dasar dalam posisi istirahat untuk

menopang tubuh.

2
2. Keseimbangan.

Di capai dengan cara mempertahankan posisi garis gravitasi di antara pusat

gravitasi dan dasar tumpuan.

3. Berat benda.

Berat / bobot benda yang di angkat, akan mempengaruhi body mekanik.

G. Pergerakan dasar dalam Body Mekanik

1. Gerakan ( ambulating )

Saat berjalan :

a. Terjadi perpindahan dasar tumpuan dr satu sisi ke sisi lain & pusat gravitasi

selalu berubah

b. Pada saat berjalan, ada 2 fase : fase menahan berat dan fase mengayun.

2. Menahan ( squatting )

Tergantung posisi :

a. Orang duduk, atau orang berjongkok, atau orang membungkuk, berbeda.

b. Posisi yang tepat dalam menahan, perlu memperhatikan “Gravitasi”.

c. Dalam menahan, sangat diperlukan dasar tumpuan yang tepat, gunanya =

untuk mencegah kelainan tubuh dan memudahkan gerakan yang akan

dilakukan.

3. Menarik ( pulling )

Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum menarik benda diantaranya

ketinggian, letak benda, posisi kaki, dan tubuh sewaktu menarik, sodorkan telapak

dan tangan dan lengan atas di bawah pusat gravitasi pasien, lengan atas dan siku

3
diletakan pada permukaan tempat tidur, pinggul, lutut, dan pergelangan kaki ditekuk

lalu lakukan penarikan.

4. Mengangkat ( lifting )

Merupakan pergerakan gaya tarik. Gunakan otot-otot besar dari tumit, paha

bagian atas dan kaki bagian bawah, perut dan pinggul untuk mengurangi rasa sakit

pada tubuh bagian belakang.

5. Memutar ( pivoting )

Memutar merupakan gerakan untuk

memutar anggota tubuh dan bertumpu

pada tulang belakang. Gerakan memutar

yang baik memperhatikan ketiga unsur

gravitasi dalam pergerakan agar tidak member

pengaruh buruk pada postur tubuh.

4
H. Dampak Kesalahan Body Mekanik

1. Terjadi ketegangan sehingga timbul kelelahan dan gangguan dalam sistem

muskuloskeletal.

2. Resiko terjadi kecelakaan muskuloskeletal.

 Apabila seseorang salah dalam berjongkok atau berdiri, akan memudahkan

terjadinya gangguan sistem muskuloskeletal.

 Misal = kelainan pada tulang vertebra.

I. SOP PENGATURAN POSISI

Posisi fowler
Adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian kepala tempat tidur

lebih tinggi atau di naikkan. Fungsinya untuk mempertahankan kenyamanan dan

memfasilitasi fungsi pernapasan pasien.

Tujuan :

 Untuk membantu mengatasi masalah kesulitan pernafasan dan cardiovaskuler

 Untuk melakukan aktivitas tertentu (makan, membaca, menonton televisi)

Peralatan :

1. Tempat tidur

2. Bantal kecil

3. Gulungan handuk

4. Bantalam kecil

5
5. Sarung tangan (bila diperlukan)

Prosedur kerja :

1. Cuci tangan Dan gunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan transmisi

mikroorganisme.

2. Minta klien untuk memfleksikan lutut sebelum kepala dinaikkan. Mencegah klien

melorot kebawah ketika kepala dinaikkan.

3. Naikkan kepala bed 45˚ sampai 60˚sesuai kebutuhan. (semi fowler 15-45˚, fowler

tinggi 60˚)

4. Letakkan bantal kecil dibawah punggung pada kurva lumbal jika ada celah disana.

Bantal akan mencegah kurva lumbal dan mencegah terjadinya fleksi lumbal.

5. Letakkan bantal kecil dibawah kepala klien. Bantal akan menyangnya kurva cervical

dari columna vertebra. Sebagai alternatif kepala klien dapat diletakkan diatas kasur

tanpa bantal. Terlalu banyak bantal dibawah kepala akan menyebabkan fleksi

kontraktur dari leher.

6. Letakkan bantal dibawah kaki, mulai dari lutut sampai tumit. Memberikan landasan

yang lembut dan fleksibel, mencegah ketidaknyamanan akibat dari adanya hiper

ekstensi lutut, membantu klien supaya tidak melorot kebawah.

7. Pastikan bahwa tidak ada pada area popliteal dan lutut dalam keadaan fleksi.

Mencegah terjadinya kerusakan pada persyarafan pada dinding vena. Fleksi lutut

membantu supaya klien tidak melorot kebawah.

8. Letakkan bantal atau gulungan handuk dibawah paha klien. Bila ekstrimitas bawah

pasien mengalami paralis atau tidak mampu mengontrol ekstremitas bawah,

gunakan gulungan trochanter selain tambahan bantal dibawah panggulnya.

6
Mencegah hiperekstensi dari lutut damn oklusi arteri popliteal yang disebabkan oleh

tekanan dari berat badan. Gulungan trochanter mencegah eksternal rotasi dari

pinggul.

9. Topang telapak kaki dengan menggunakan footboard. Mencegah plantar fleksi.

10. Letakkan bantal untuk menopang kedua lengan dan tangan,bila klien memiliki

kelemahan pada kedua lengan. Mencegah dislokasi bahu kebawah karena tarikan

gravitasi dari lengan yang tidak disangga, meningkatkan sirkulasi dengan

mencegah pengumpulandarah dalam vena, menurunkan edema pada lengan dan

tangan, mencegah kontraktur fleksi pergelangan tangan.

11. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.

12. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.

PADA SAAT INPARTU

Posisi sims

Adalah Posisi miring kekanan atau kekiri. Posisi ini dilakukan untuk memeberi

kenyamanan dan untuk memberikan obat melalui anus.

Tujuan :

1. Untuk memfasilitasi drainase dari mulut klien yang tidak sadar.

7
2. Mengurangi penekanan pada sacrum dan trochanter besar pada klien yang

mengalami paralisis.

3. Untuk mempermudahkan pemeriksaan dan perwatan pada area parineal.

4. Untuk tindakan pemberian enema.

Peralatan :

1. Tempat tidur

2.   Bantal kecil

3. Gulungan handuk

4. Sarung tangan (bila diperlukan)

Cara pelaksanaan :

1. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan.

2. Baringkan klien terlentang mendatar di tempat tidur.

3. Gulungkan klien pada posisi setengah telungkup, bagian berbaring pada abdomen.

4. Letakkan bantal dibawah kepala klien.

5. Atur posisi bahu sehingga bahu dan siku fleksi.

6. Letakkan bantal dibawah lengan klien yang fleksi. Bantal harus melebihi dari tangan

sampai sikunya. Mencegah rotasi inrternal bahu.

7. Letakkan bantal dibawah tungkai yang fleksi, dengan menyangga tungkai setinggi

pinggul. Mencegah rotasi interna pinggul dan adduksi tungkai. Mencegah tekanan

pada lutut dan pergelangan kaki pada kasur.

8. Letakkan support device (kantung pasir) dibawah telapak kaki klien.

Mempertahankan kaki pada posisi dorso fleksi. Menurunkan resiko foot-drop.

9. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.

8
10. Dokumentasikan tindakan yang yang telah dilakukan.

POSISI SIM

3.      Posisi trendelenburg

Posisi pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian kepla lebih rendah

daripada bagian kaki.

Tujuan : Posisi ini digunakan untuk melancarkan peredaran darah ke otak

 Cara pelaksanaan =

1. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur.

2. Pasien berbaring telentang, letakkan bantal di kepala dan ujung tempat tidur,

serta di bawah lipatan lutut.

3. Berikan balok penopang pada bagian kaki atau atur tempat tidur dengan

meninggikan bagian kaki pasien.

9
POSISI
TRENDELENBURG

4. Posisi dorsal recumbent

Adalah Posisi berbaring terlentang dengan kedua lutut fleksi ( ditarik atau

direnggangkan) diatas tempat tidur.

TUJUAN :

a. Untuk merawat dan memeriksa genitalia.

b. Untuk proses persalinan.

Cara pelaksanaan :

a. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur.

b. Pasien berbaring telentang, pakaian bawah dibuka.

c. Tekuk lutut, regangkan paha, telapak kaki menempel di tempat tidur, dan

regangkan kedua kaki.

d. Pasangkan selimut.

10
POSISI
DORSAL
RECUMBENT
5. POSISI LITOTOMI

Posisi berbaring telentang, mengangkat kedua kaki dan menariknya ke atas bagian

perut.

TUJUAN :

a. Memeriksa genitalia pada proses persalinan.

b. Memasang alat kontrasepsi.

Cara pelaksanaan :

a. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur.

b. Pasien berbaring telentang, angkat kedua kaki dan tarik ke arah perut.

c. Tungkai bawah membentuk sudut 90° ke paha.

d. Letakkan kaki pada alat, lalu selimuti.

POSISI LITOTOMI

11
6. POSISI GENU PECTORAL

Posisi menungging dengan kedua kaki di tekuk dan dada menempel pada tempat tidur.

Tujuan :

a. Untuk memeriksa daerah rektum dan sigmoid.

b. Membantu ibu hamil yang janinnya letak sungsang.

Cara pelaksanaan :

a. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur.

b. Anjurkan pasien untuk menungging dengan kedua kaki di tekuk dan dada

menempel pada tempat tidur.

c. Pasangkan selimut pasien.

POSISI GENU
PECTORAL

7. Posisi terlentang (supinasi)

Posisi terlentang adalah posisi dimana klien berbaring terlentang dengan kepala

dan bahu sedikit elevasi menggunakan bantal.

12
Tujuan:

a. Untuk klien post operasi dengan menggunakan anastesi spinal

b. Untuk mengatasi masalah yang timbul akibat pemberian posisi pronasi yang

tidak tepat.

Peralatan :

a. Tempat tidur

b. Bantal angin

c. Gulungan handuk

d. Footboard

e. Sarung tangan (bila diperlukan)

Prosedur kerja :

a. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan

transmisi mikroorganisme

b. Baringkan klien terlentang mendatar ditengah tempat tidur. Menyiapkan klien

untuk posisi yang tepat.

c. Letakkan bantal dibawah kepala, leher dan bahu klien. Mempertahankan body

alignment yang benar dan mencegah kontraktur fleksi pada vertebra cervical

d. Letakkan bantal kecil dibawah punggung pada kurva lumbal, jika ada celah

disana. Bantal akan menyangga kurva lumbal dan mencegah terjadinya fleksi

lumbal.

e. Letakkan bantal dibawah kaki mulai dari lutut sampai tumit. Memberikan

landasan yang lebar, lembut dan fleksibel, mencegah ketidaknyamanan dari

adanya hiperektensi lutut dan tekanan pada tumit.

13
f. Topang telapak kaki klien dengan menggunakan footboard. Mempertahankan

telapak kaki dorsofleksi, mengurangi resiko foot-droop.

g. Jika klien tidak sadar atau mengalami paralise pada ekstremitas atas, maka

elevasikan tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan

menggunakan bantal. Posisi ini mencegah terjadinya edema dan memberikan

kenyamanan. Bantal tidak diberikan pada lengan atas karena dapat

menyebabkan fleksi bahu.

h. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan

i. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

8.   Posisi Orthopneu

Posisi orthopneu merupakan adaptasi dari posisi fowler tinggi dimana klien

duduk di bed atau pada tepi bed dengan meja yang menyilang diatas bed.

Tujuan :

a. Untuk membantu mengatasi masalah pernafasan dengan memberikan ekspansi

dada yang maksimal

b. Membantu klien yang mengalami masalah ekhalasi

Peralatan :

a. Tempat tidur

b. Bantal angin

c. Gulungan handuk

d. Footboard

e. Sarung tangan (bila diperlukan)

14
Prosedur kerja :

a. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan

transmisi mikroorganisme.

b. Minta klien untuk memfleksikan lutut sebelum kepala dinaikkan. Mencegah klien

merosot kebawah saat kepala dinaikkan.

c. Naikkan kepala bed 90

d. Letakkan bantal kecil diatas meja yang menyilang diatas bed.

e. Letakkan bantal dibawah kaki mulai dari lutut sampai tumit. Memberikan

landasan yang lebar, lembut dan fleksibel, mencegah ketidaknyamanan akibat

dari adanya hiperekstensi lulut dan tekanan pada tumit.

f. Pastikan tidak ada tekanan pada area popliteal dan lulut dalam keadaan fleksi.

Mencegah terjadinya kerusakan pada persyarafan dan dinding vena. Fleksi lutut

membantu klien supaya tidak melorot kebawah.

g. Letakkan gulungan handuk dibawah masing-masing paha. Mencegah eksternal

rotasi pada pinggul.

h. Topang telapak kaki klien dengan menggunakan footboard. Mencegah plantar

fleksi

i. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan

j. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

9. Posisi Pronasi (telungkup)

Posisi pronasi adalah posisi dimana klien berbaring diatas abdomen dengan

kepala menoleh kesamping.

15
Tujuan :

a. Memberikan ekstensi penuh pada persendian pinggul dan lutut

b. Mencegah fleksi kontraktur dari persendian pinggul dan lutut.

c. Memberikan drainase pada mulut sehingga berguna bagi klien post operasi

mulut atau tenggorokan.

Peralatan :

a. Tempat tidur

b. Bantal angin

c. Gulungan handuk

d. Sarung tangan (bila diperlukan)

Prosedur kerja :

a. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan

transmismikroorganisme.

b. Baringkan klien terlentang mendatar di tempat tidur. Menyiapkan klien untuk

posisi yang tepat.

c. Gulingkan klien dengan lengan diposisikan dekat dengan tubuhnya dengan siku

lurus dan tangan diatas pahanya. Posisikan tengkurap ditengah tempat tidur

yang datar. Memberikan posisi pada klien sehingga kelurusan tubuh dapat

dipertahankan.

d. Putar kepala klien ke salah satu sisi dan sokong dengan bantal. Bila banyak

drainase dari mulut, mungkin pemberian bantal dikontra indikasikan.

Menurunkan fleksi atau hiperektensi vertebra cervical.

16
e. Letakkan bantal kecil dibawah abdomen pada area antara diafragma (atau

payudara pada wanita) dan illiac crest. Hal ini mengurangi tekanan pada

payudara pada beberapa klien wanita, menurunkan hiperekstensi vertebra

lumbal, dan memperbaiki pernafasan dengan menurunkan tekanan diafragma

karena kasur.

f. Letakkan bantal dibawah kaki, mulai lutut sampai dengan tumit. Mengurangi

plantar fleksi, memberikan fleksi lutut sehingga memberikan kenyamanan dan

mencegah tekanan yang berlebihan pada patella.

g. Jika klien tidak sadar atau mengalami paralisa pada ekstremitas atas, maka

elevasikan tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan menggunakan

bantal. Posisi ini akan mencegah terjadinya edema dan memberikan

kenyamanan serta mencegah tekanan yang berlebihan pada patella.

h. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan

i. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

10.POSISI LATERAL (SIDE LYING)

Posisi lateral adalah posisi dimana klien berbaring diatas salah satu sisi bagian

tubuh dengan kepala menoleh kesamping.

Tujuan :

a. Mengurangi lordosis dan meningkatkan aligment punggung yang baik.

b. Baik untuk posisi tidur dan istirahat.

c. Membantu menghilangkan tekanan pada sakrum dan tumit.

Peralatan :

17
a. Tempat tidur

b. Bantal angin

c. Gulungan handuk

d. Sarung tangan (bila diperlukan)

Prosedur kerja :

a. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan

transmisi mikroorganisme.

b. Baringkan klien terlentang ditengah tempat tidur. Memberikan kemudahan akses

bagi klien dan menghilangkan pengubahan posisi klien tanpa melawan gaya

gravitasi.

c. Gulingkan klien hingga pada posisi miring. Menyiapkan klien untuk posisi yang

tepat

d. Letakkan bantal dibawah kepala dan leher klien. Mempertahankan body

aligment, mencegah fleksi lateral dan ketidaknyamanan pada otot-otot leher.

e. Fleksikan bahu bawah dan posisikan ke depan sehingga tubuh tidak menopang

pada bahu tersebut. Mencegah berat badan klien tertahan langsung pada sendi

bahu.

f. Letakkan bantal dibawah lengan atas. Mencegah internal rotasi dan adduksi dari

bahu serta penekanan pada dada.

g. Letakkan bantal dibawah paha dan kaki atas sehingga ekstremitas berfungsi

secara paralel dengan permukaan bed. Mencegah internal rotasi dari paha dan

adduksi kaki. Mencegah penekanan secara langsung dari kaki atas terhadap

kaki bawah.

18
h. Letakkan bantal, guling dibelakang punggung klien untuk menstabilkan posisi.

Memperlancar kesejajaran vertebra. Juga menjaga klien dari terguling ke

belakang dan mencegah rotasi tulang belakang.

i. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.

j. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.

BAB II
AMBULASI DAN MOBILITAS

A. DEFENISI

• Ambulasi = upaya seseorang untuk melakukan latihan jalan atau berpindah

tempat.

• Mobilitas = kemampuan individu bergerak secara bebas, mudah, dan teratur

dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktifitas guna mempertahankan

kesehatannya.

B. Jenis – jenis Mobilitas

1. Mobilitas penuh

2. Mobilitas sebagian

• Mobilitas penuh : Kemampuan seseorang bergerak secara penuh dan bebas

sehingga bisa melakukan interaksi sosial dan perannya sehari – hari.

• Mobilitas sebagian

a. Mobilitas sebagian temporer

19
1) Kemampuan bergerak dengan batasan bersifat sementara.

2) Karena trauma reversibel pada sistem saraf. muskuloskeletal, misal

dislokasi sendi dan tulang.

b. Mobilitas sebagian permanen

1) Kemampuan bergerak dengan batasan bersifat tetap.

2) Karena rusaknya sistem saraf yang irreversibel.

3) Misal : hemiplegia karena stroke, paraplegia karena cidera tulang

belakang, poliomielitis, dll.

C. Faktor – faktor yang mempengaruhi Mobilitas

1. Gaya hidup : Perubahan gaya hidup berdampak pada perilaku sehari – hari.

2. Proses penyakit / injury : misal : fraktur femur, berakibat aktifitas ekstrimitas

bawah terbatas.

3. Kebudayaan : misal : orang yang biasa berjalan, beda dengan orang yang sakit

tertentu dan di larang beraktifitas.

4. Tingkat energi seseorang : seseorang bisa bermobilisasi, dibutuhkan energi yang

cukup.

5. Usia dan status perkembangan : terdapat perbedaan kemampuan mobilitas pada

tingkat usia yang berbeda, karena kematangan fungsi alat gerak sejalan dengan

perkembangan usia.

D. Tindakan Ambulasi dan


Mobilisasi
• Latihan Ambulasi

20
1. Duduk di tempat di atas tempat tidur.

2. Turun dan berdiri.

3. Membantu berjalan.

• Membantu Ambulasi dengan Memindahkan pasien.

E. Prosedur Latihan Ambulasi

1. Duduk di tempat di atas tempat tidur.

Cara pelaksanaan :

a. Jelaskan pada psien mengenai prosedur.

b. Anjurkan pasien untuk meletakkan tangan di samping badannya, dengan telapak

tangan menghadap ke bawah.

c. Berdirilah di samping tempat tidur, lalu letakkan tangan pada bahu pasien.

d. Bantu pasien untuk duduk dan beri penopang / bantal.

2. Turun dan berdiri

Cara pelaksanaan :

a. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur.

b. Atur kursi roda dalam posisi terkunci.

c. Berdirilah menghadap pasien dengan kedua kaki merenggang.

d. Fleksikan lutut dan pinggang petugas.

e. Anjurkan pasien untuk meletakkan kedua tangannya di bahu petugas dan letakkan

kedu tangan petugas di samping kanan kiri pinggang pasien.

f. Ketika pasien melangkah ke lantai, tahan lutut petugas pada lutut pasien.

g. Bantu berdiri tegak dan jalan sampai ke kursi.

21
h. Bantu pasien duduk di kursi dan atur posisi dengan nyaman.

3. Membantu Berjalan

Cara pelaksanaan :

a. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur.

b. Anjurkan pasien untuk meletakkan tangan di samping badan atau memegang

telapak tangan petugas.

c. Berdiri di samping pasien serta pegang telapak dan lengan pada bahu pasien.

d. Bantu pasien untuk jalan.

22
Membantu Ambulasi dengan Memindahkan Pasien

1) Tindakan memindahkan pasien yang tidak boleh berjalan dari tempat tidur ke

branchard.

Cara pelaksanaan :

a. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur.

b. Atur branchard dalam posisi terkunci.

c. Bantu pasien dengan 2-3 orang.

d. Berdiri menghadap pasien.

e. Silangkan tangan pasien di depan dada.

f. Tekuk lutut petugas, lalu masukkan tangan ke bawah tubuh pasien.

g. Orang pertama meletakkan tangan di bawah leher / bahu dan bawah pinggang.

Orang kedua meletakkan tangan di bawah pinggang dan panggul pasien. Orang

ketiga meletakkan tangan di bawah pinggul dan kaki.

h. Angkat bersama – sama dan pindahkan ke branchard.

i. Atur posisi pasien di branchard.

23
24
BAB III
ROM(Range Of Motion)

A. Pengertian

Range Of Motion (ROM) adalah tindakan/latihan otot atau persendian yang

diberikan kepada pasien yang mobilitas sendinya terbatas karena penyakit, diabilitas,

atau trauma.

B. Tujuan :

Untuk mengurangi kekakuan pada sendi dan kelemahan pada otot yang dapat

dilakukan aktif maupun pasif tergantung dengan keadaan pasien.

C. GERAKAN-GERAKAN
1. Fleksi dan Ekstensi Pergelangan Tangan
Cara :
a. Jelaskan prosedur yang Akan dilakukan
b. Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dan siku menekuk dengan
lengan.
c. Pegang tangan pasien dengan satu tang dan tangan yang lain memegang
pergelangan tangan pasien.
d. Tekuk tangan pasien ke depan sejauh mungkin.
e. Catat perubahan yang terjadi.

Gambar 1. Latihan fleksi dan ekstensi pergelangan tangan

25
2. Fleksi dan Ekstensi Siku

Cara :

1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

2. Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dengan telapak

mengarah ke tubuhnya.

3. Letakkan tangan di atas siku pasien dan pegang tangannya mendekat bahu.

4. Lakukan dan kembalikan ke posisi sebelumnya.

5. Catat perubahan yang terjadi.

Gambar 2. Latihan fleksi dan ekstensi siku

3. Pronasi dan Supinasi Lengan Bawah

Cara :

a. Jelaskan Prosedur yang akan dilakukan.

b. Atur posisi lengan bawah menjauhi tubuh pasien dengan siku menekuk.

c. Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan pasien dan pegang tangan pasien

dengan tangan lainnya.

d. Putar lengan bawah pasien sehingga telapaknya menjauhinya.

e. Kembalikan ke posisi semula.

26
f. Putar lengan bawah pasien sehingga telapak tangannya menghadap ke arahnya.

g. Kembalikan ke posisi semula.

h. Catat perubahan yang terjadi.

Gambar 3. Latihan pronasi dan supinasi


lengan bawah

4. Pronasi Fleksi Bahu

Cara :

a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

b. Atur posisi tangan pasien disisi tubuhnya.

c. Letakkan satu tangan perawat di atas siku pasien dan pegang tangan pasien

dengan tangan lainnya.

d. Angkat lengan pasien pada posisi semula.

e. Catat perubahan yang terjadi.

Gambar 4. Latihan pronasi fleksi bahu

27
5. Abduksi dan Adduksi Bahu

Cara :

a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

b. Atur posisi lengan pasien di samping badannya.

c. Letakkan satu tangan perawat di atas siku pasien dan pegang tangan pasien

dengan tangan lainnya.

d. Gerakkan lengan pasien menjauh dari tubuhnya kearah perawat (Abduksi).

e. Gerakkan lengan pasien mendekati tubuhnya (Adduksi)

f. Kembalikan ke posisi semula.

g. Catat perubahan yang terjadi.

Gambar 5. Latihan abduksi dan


adduksi bahu

6. Rotasi Bahu

Cara :

a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

b. Atur posisi lengan pasien menjauhi tubuh dengan siku menekuk.

c. Letakkan satu tangan perawat di lengan atas pasien dekat siku dan pegang

tangan pasien dengan tangan yang lain.

d. Gerakkan lengan bawah ke bawah sampai menyentuh tempat tidur, telapak

tangan menghadap ke bawah.

28
e. Kembalikan posisi lengan ke posisi semula.

f. Gerakkan lengan bawah ke belakang sampai menyentuh tempat tidur, telapak

tangan menghadap ke atas.

g. Kembalikan lengan ke posisi semula.

h. Catat perubahan yang terjadi.

Gambar 6. Latihan rotasi bahu

7. Fleksi dan Ekstensi Jari-jari

Cara :

a. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.

b. Pegang jari-jari kaki pasien dengan satu tangan, sementara tang lain memegang

kaki.

c. Bengkokkan (tekuk) jari-jari kaki ke bawah

d. Luruskan jari-jari kemudian dorong ke belakang.

e. Kembalikan ke posisi semula.

f. Catat perubahan yang terjadi.

Gambar 7. Latihan fleksi ekstensi jari

29
8. Infersi dan efersi kaki

Cara :

a. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.

b. Pegang separuh bagian atas kaki pasien dengan satu jari dan pegang

pergelangan kaki dengan tangan satunya.

c. Putar kaki ke dalam sehingga telapak kaki menghadap ke kaki lainnya.

d. Kembalikan ke posisi semula

e. Putar kaki keluar sehingga bagian telapak kaki menjauhi kaki yang lain.

f. Kembalikan ke posisi semula.

g. Catat perubahan yang terjadi.

Gambar 8. Latihan infers efersi kaki

9. Fleksi dan ekstensi pergelangan Kaki

Cara ;

a. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.

b. Letakkan satu tangan perawat pada telapak kaki pasien dan satu tangan yang

lain di atas pergelangan kaki. Jaga kaki lurus dan rilek.

c. Tekuk pergelangan kaki, arahkan jari-jari kaki ke arah dada pasien.

d. Kembalikan ke posisi semula.

30
e. Tekuk pergelangan kaki menjauhi dada pasien.

f. Catat perubahan yang terjadi.

Gambar 9. Latihan fleksi dan ekstensi kaki

10. Fleksi dan Ekstensi lutut.

Cara :

a. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.

b. Letakkan satu tangan di bawah lutut pasien dan pegang tumit pasien dengan

tangan yang lain.

c. Angkat kaki, tekuk pada lutut dan pangkal paha.

d. Lanjutkan menekuk lutut ke arah dada sejauh mungkin.

e. Ke bawahkan kaki dan luruskan lutut dengan mengangkat kaki ke atas.

f. Kembali ke posisi semula.

g. Catat perubahan yang terjadi.

31
Gambar 10. Latihan fleksi ekstensi lutut

11. Rotasi pangkal paha

Cara :

a. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.

b. Letakkan satu tangan perawat pada

pergelangan kaki dan satu tangan yang lain

di atas lutut.

c. Putar kaki menjauhi perawat.Putar kaki

ke arah perawat.
Gambar 11. Latihan rotasi pangkal paha
d. Kembalikan ke posisi semula.

e. Catat perubahan yang terjadi.

12. Abduksi dan Adduksi pangkal paha.

Cara :

a. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.

32
b. Letakkan satu tangan perawat di bawah lutut pasien dan satu tangan pada tumit.

c. Jaga posisi kaki pasien lurus, angkat kaki kurang lebih 8 cm dari tempat tidur,

gerakkan kaki menjauhi badan pasien.

d. Gerakkan kaki mendekati badan pasien.

e. Kembalikan ke posisi semula.

f. Catat perubahan yang terjadi.

Gambar 12. Abduksi adduksi pangkal paha

BAB IV
IRIGASI TELINGA DAN PEMBERIAN TETES TELINGA

A. Definisi Irigasi telinga

Adalah tindakan medis yang bertujuan untuk membersikan liang telinga luar dari

nanah, serumen dan benda-benda asing. Irigasi telinga adalah suatu untuk memasukan

cairan (air hangat kuku) ke dalam telinga. Tujuannya untuk membersihkan telinga atau

mengeluarkan benda asing dalam telinga.

B. Indikasi

1. Untuk mengeluarkan cairan , serumen, bahan-bahan asing dari kanal audiotory

eksternal

2. Untuk mengirigasi kanal audiotory eksternal dengan larutan antiseptic

33
3. Untuk menghangatkan atau mendinginkan kanal audiotory eksternal

C. Kontraindikasi
1. Perforasi membrane timpani atau resiko tidak utuh (injurie sekunder, pembedahan,

miringitomo)

2. Terjadi komplikasi sebelum irigasi

3. Temperature yang ekstrim panas dapat menyebabkan pusing, mual dan muntah

4. Bila ada benda penghisap air dalam telinga, seperti bahan sayuran (kacang),

jangan di irigasi karena bahan-bahan tersebut mengembang dan sulit berkembang

D. Komplikasi

 Rupture (pecah) pada membrane tympani. Kehilangan pendengaran

 Trauma/injury kanal telinga dalam

 Vertigo, mual, nyeri selama dan setelah prosedur, stop segera bila terjadi

kemungkinan, ulangi lagi dan pastikan tekanan dan temperature yang cocok

untuk mencegah berulangnya gejala

E. Bahaya

 Infeksi pecahnya gendang telinga

 Rupture membrane timpani

 Kehilangan pendengaran

 Trauma/injury kanal telinga dalam

Alat dan bahan Baki berisi alat-alat yang steril :

 Mangkok kecil berisi cairan dengan suhu 37 0C

 Semprot telinga

34
 Pinset telinga

 Corong telinga

 Pemilin telinga

 Pengail telinga

Alat dan bahan Baki berisi alat-alat Tidak steril :

 Bengkok 1 buah

 Perlak dan alasnya

 Lampu spiritus

 Lampu kepala

 Kapas dan tempatnya

 Ember kotoran

F. Prosedur kerja Irigasi Telinga :

 Beritahu tindakan apa yang akan dilakukan kepada klien

 Klien diberatu dalam posisi duduk. bila klien adalah anak kecil, harus dipangku

sambil dipegang kepalanya

 Perlak dan alasnya dipasang di bahu dibawah telinga yang akan dibersihkan

 Pasang lampu kepala

 Perawat mencuci tangan

 Bersihkan kotoran telinga dengan kapas, memakai pemilin kapas yang telah di

flamber terlebih dahulu

 Berikan bengkok kepada pasien dan minta kerja sama pasien untuk memegang

bengkok dengan posisi dibawah telinga

35
 Hisaplah cairan dengan menggunakan semprotan dan keluarkan udara dari

semprotan

 Tariklah daun telinga klien ke atas kemudian kebelakang dan dengan tangan

yang lain perawat memancarkan cairan ke dinding atas dari liang telinga

(penyemprotan cairan harus perlahan-lahan dan tepat ditujukan ke dinding atas

liang telinga)

 Jika sudah bersih, keringkan daun telinga dengan kapas yang telah dipilin dan di

flamber

 Lihat atau periksa kembali liang telinga klien apakah sudah bersih atau belum

dengan menggunakan corong telinga

 Perawat cuci tangan

 Bersihkan alat-alat

 Tulis hasil dalam catatan keperawatan

G. Prosedur kerja Peberian Obat Tetes Telinga :

1. Tujuan

Menteskan obat cair ke lubang auditoria eksterna untuk mendapatkan efek

terapeutik, yaitu mengurangi inflamasi dan infeksi serta melembabkan serumen telinga

agar mudah dikeluarkan.

2. Alat

a. Dua atau tiga buah bola kapas atau tissu

b. Sarung tangan sekali pakai

c. Waskom kecil berisi air hangat

36
d. Sabun

e. Waslap

f. Handuk kecil yang kering

g. Catatn pemberian obat manual atau elektronik

h. Alat tulis

i. Obat yang akan diberikan

3. Prosedur :

a. Cuci tangan

b. Persiapan obat, patuhi prinsip lima benar pemberian obat

c. Identifikasi klien dengan membaca gelang identitas klien dan memanggil nama

klien

d. Jelaskan prosedur dan tujuan pemberian obat

e. Verifikasi apakah klien meiliki alergi terhadap obat

f. Pasang sarung tangan

g. Bersihkan telinga jika terlihat ada serumen yang berlebihan

h. Bantu klien ke posisi miring, duduk, atau semi fowler. Posisikan telinga yang

akan diobati menghadap langsung ke atas (dalam posisi miring) atau posisi dahi

miring menghadap ke atas dan ditolehkan kearah sisi sebaliknya (dalam posisi

duduk atau semi fowler)

i. Gunakan tangan dominan, tarik perlahan daun telinga kearah atas dan belakang

(untuk klien dewasa dan anak usia lebih dari 3 tahun) atau menarik daun telinga

ke bawah dan ke belakang (untuk anak usia kurang dari 3 tahun)

37
j. Sandarkan tumit tangan dominan disisi samping wajah klien dekat area temporal,

tetskan obat dengan dengan jumlah dosis yang diprogramkan kedalam liang

telinga tanpa menyentuh alat tetes obat dengan telinga

k. Lepaskan telinga dan bersihkan sisa obat yang terdapat di area luar telinga

dengan tissu atau bola kapas.

l. Tutup kembali wadah obat

m. Instruksikan klien untuk tetap dalam posisi demikian selama 3 sampai 5 menit

n. Buka sarung tangan dan buang alat yang sudah kotor

o. Pasang pagar pengaman tempat tidur dan letakkan lampu pemanggil dalam

jangkauan klien

p. Cuci tangan

q. Dokumentasikan prosedur pemberian obat ke dalam catatatan pemberian obat

tertulis atau elektronik.

BAB V
IRIGASI MATA DAN PEMBERIAN TETES MATA

A. Definisi

Tindakan membersihkan mata atau bola mata dengan air yang mengalir,

yang bertujuan untuk membersihkan atau mengeluarkan benda asing dalam mata

B. Indikasi

 Cedera kimiawi pada mata

 Benda asing dalam mata

 Inflamasi mata

38
C. Kontraindikasi

 Luka karena tusukan/perforasi mata

D. Kemungkinan komplikasi

 Kemungkinan terjadi cedera perforasi pada mata bila irigasi dilakukan dengan

tidak hati-hati dan lembut

 Kontaminasi silang pada mata yang sehat bila terjadi infeksi

 Abrasi kornea atau kongjungtiva

E. Standar Operasional Irigasi Mata dan pemberian


Obat tetes Mata

Peralatan :

 Cairan NaCl 0.9%

 Spuit 10cc atau spuit lain khusus mata yang steril

   Kapas basah bersih pada tempatnya

   Perlak dan pengalas

 Bengkok

 Handuk

 Obat tetes mata

 Kassa steril

 Saarung tangan

 Alat tulis

39
F. Fase Pra-Interaksi

1. Cek catatan keperawatan

2. Dapatkan informasi tentang klien

3. Tetapkan kontrak pertama

4. Cuci tangan

5. Siapkan alat

G. Fase Orientasi

1. Bina hubungan saling percaya


2. Beri salam dan panggil namanya
3. Jelaskan tujuan, prosedur, dan lamanya tindakan
4. Pasang skerem

H. Fase Kerja

1. Irigasi Mata

a. Atur posisi duduk atau terlentang dengan kepala miring kearah mata yang akan

dicuci

b. Letakkan perlak dan alasnya di bawah kepala jika terlentang, dan di dada jika duduk

c. Letakkan bengkok atau anjurkan pasien untuk memegang bengkok jika

memungkinkan

d. Lap mata yang akan dicuci dengan kapas basah dari arah dalam keluar

e. Isi spuit dengan cairan NaCl 0.9%

f. Buka kelopakmata dengan kapas basah

g. Semprotkan cairan perlahan-lahandi bagian tengah mata

40
h. Setelah bersih, keringkan kelopak mata dengan menggunakan kassa steril serta

wajah dengan menggunakan handuk

2. Pemberian Obat Tetes Mata

a. Ambil kapas lalu tempelkan kapas dan tekan perlahan bagian kelopak mata bawah

dengan menggunakan ibu jari kiri atau jari telunjuk di atas tulang orbita

b. Minta klien untuk melihat ke langit-langit

c. Teteskan obat mata dengan tangan dominan anda di dahi klien,pegang tetes mata

kurang lebih 1-2 cm di atas sakus konjungtiva

d. Teteskan obat sesuai instruksi kedalam sakus konjungtiva (biasanya 2-3 tetes

setiap mata)

e. Anjurkan pasien menutup mata selama 2-3 menit agar obat dapat masuk

f. Bila klien berkedip atau menutup mata atau bila tetesan jatuh kepinggiran mata

ulangi prosedur

g. Bereskan alat

h. Cuci tangan

I. Fase Terminasi

1. Jelaskan prosedur telah selesai

2. Beri reinforcement positif pada klien kontak pertemuan selanjutnya

3. Akhiri hubungan dengan baik

J. Dokumentasi

1. Cata pada status klien

2. Respon  klien setelah hasil tindakan

41
BAB VI
SOP MANAJEMEN NYERI 

A. DEFINISI

Nyeri adalah cara meringankan nyeri atau mengurangi nyeri sampai tingkat

kenyamanan yang dapat diterimaklien

Distraksi Suatu metode untuk menghilangkan nyeri dengan cara mengalihkan

perhatian klien pada hal-hal lain sehingga klien akan lupa terhadap nyeri yang dialami

Tipe Distraksi

1. Distraksi visual- Membaca/ menonton TV- Menonton pertandingan- Imajinasi

terbimbing

2. Distraksi Auditori- Humor - Mendengar musik 

3. Distraksi Taktil- Bernapas perlahan & berirama- Masase- Memegang mainan

4. Distraksi Intelektual- Teka teki silang- Permainan kartu- Hobi (menulis cerita)

RELAKSASI Merupakan metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada klien

yang mengalami nyeri kronis.Rileks sempurna yang dapat mengurangi ketegangan otot,

rasa jenuh, kecemasan sehingga mencegah menghebatnya stimulus nyeri.Tiga hal

utama yag dibutuhkan dalam teknik relaksasi :

1. Posisi klien yang tepat

2. Pikiran istirahat-

3. Lingkungan yang tenang

42
B. PROSEDUR

1. Atur posisi klien agar rileks, posisi dapat duduk atau berbaring

2. Instruksikan klien untuk menghirup nafas dalam sehingga rongga paru berisi

udara yang bersih

3. Instruksikan klien secara perlahan untuk menghembuskan udara dan

membiarkannya keluar dari setiap anggota bagian tubuh. Bersamaan dengan ini

minta klien untuk memusatkan perhatian ”betapa nikmat rasanya”

4. InstruksikaN klien untuk bernafas dengan irama normal beberapa saat (1-2

menit)

5. Instruksikan klien untuk nafas dalam, kemudian menghengbuskan perlahan-

lahan dan merasakan saat ini udara mengalir dari tangan, kaki menuju ke paru

kemudian udara dibuaang keluar. Minta klien memusatkan perhatian pada kaki

dan tangan, udara yang dikeluarkan dan merasakan kehangatannya

6. Instruksikan klien untuk mengulangi prosedur no.5 dengan memusatkan

perhatian pada kaki,tangan, punggung, perut dan bagian tubuh yang lain.

7. Setelah klien merasa rileks, minta klien secara perlahan menambah irama

pernafasan. Gunakan pernafasan dada atau abdomen. Jika nyeri bertambah

gunakan pernafasan dangkal dengan frekuensi yang lebih cepat.

43
C. RELAKSASI PROGRESIF

Adalah Teknik relaksasi otot dalam yang tidak memerlukan imajinasi, ketekunan

atau sugesti Pelaksanaan

Prosedur :

1. Beritahu klien bagaimana cara kerja relaksasi progresif 

2. Jelaskan tujuan dan prosedur  

3. Demonstrasikan metode menegangkan dan relaksasi otot

4. Cuci tangan

5. Berikan privasi klien

6. Bantu klien ke posisi yang nyaman (pastikan bagian tubuh disangga dan sendi agak

fleksi tanpa ada tegangan atau tarikan otot)

7. Anjurkan klien untuk mengistirahatkan pikiran (meminta klien untuk memandang

sekeliling ruangan secara perlahan

8. Minta klien untuk menegangkan dan merelaksasi setiap kelompok otot- Lakukan

pada setiap kelompok otot, dimulai dari sisi yang dominan:Tangan dan lengan

bawah, lengan atas, Dahi, Wajah, Leher, Dada, bahu dan punggung, Abdomen.

Paha, Otot betis, Kaki

9. Dorong klien untuk bernapas perlahan dan dalam.

10. Bicara dengan suara tenang yang mendorong relaksasi dan pimpin klien untuk

berfokus pada setiap kelompok otot (missal “ buat kepalan tangan yang kuat,

genggam kepalannya dengan sangat kuat, tahan tegangan 5-7 detik, lepaskan

seluruh tegangan dan nikmati perasaan saatototmu menjadi relaks dan

44
mengendur)9. Kerutkan dahi keatas pada saat yang sama, tekan kepala sejauh

mungkin ke belakang, putar searah jarum jam dan kebalikannya, kemudian

anjurkan klien untuk mengerutkan otot muka : cemberut, mata dikedip-kedipkan,

bibir dimonyongkan kedepan, lidah ditekan ke langit-langitdan bahu dibungkukkan

5-7 detik. Bimbing klien ke arah otot yang tegang, anjurkan klien untuk memikirkan

rasanya, dan tegangkan otot sepenuhnya kemudian rileks 12-30 detik.

11. Lengkungkan punggung ke belakang sambil menarik nafas dalam, tekan keluar

lambung,tahan lalu rileks. Tarik nafas dalam, tekan keluar perut, tahan, rileks.

12. Tarik jari dan ibu jari ke belakang mengarah ke muka, tahan, rileks. Lipat ibu jari

secaraserentak, kencangkan betis paha dan pantat selama 5-7 detik, bimbing klien

ke arah otot yangtegang, anjurkan klien untuk merasakannya, dan tegangkan otot

sepenuhnya, kemudian rileks selama 12-30 detik 

13. Ulangi prosedur untuk kelompok otot yang tidak rileks

14. Akhiri latihan relaksasi- Minta klien untuk menggerakkan badan secara perlahan

dari tangan, kaki, lengan, tungkai,dan terakhir kepala, leher.

15. Dokumentasikan

D. IMAJINASI TERBIMBING

Persiapan : Sediakan lingkungan yang nyaman dan tenang

Pelaksanaan :

1. Jelaskan tujuan prosedur 

2. Cuci tangan

3. Berikan privasi klien

45
4. Bantu klien ke posisi yang nyaman (Posisi bersandar) dan minta klien untuk

menutup matanya (Gunakan sentuhan jika klien terasa nyaman)

5. Implementasikan tindakan untuk menimbulkan relaksasi (Minta klien untuk

memikirkan hal-hal yang menyenangkan atau pengalaman yang

membantu penggunaan semua indra dengan suara yang lembut). Ketika klien

rileks, klien berfokus pada bayangannya dan saat itu perawat tidak perlu bicaralagi.

Jika klien menunjukkan tanda-tanda agitasi, gelisah atau tidak nyaman, hetikan

latihan dan memulainya lagi ketika klien telah siap.

Relaksasi akan mengenai seluruh tubuh. Setelah 15 menit, klien harus

memperhatikan tubuhnya. Biasanya klien rileks setelah menutup mata atau

mendengarkan musik yang lembut sebagai bagroud yang membantu-

6. Catat hal-hal yang digambarkan klien dalam pikiran untuk digunakan pada latihan

selanjutnya dengan menggunakan informasi spesifik yang diberikan klien dan tidak

membuat perubahan pernyataan klien.

PEMIJATAN (MASASE) Yaitu Pengurutan dan pemijatan yang menstimulasi sirkulasi

darah serta metabolisme dalam jaringan.

46
BAB VII
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN LUKA

A. Pengertian
Melakukan tindakan perawatan terhadap luka, mengganti balutan dan

membersihkan luka.

B. Tujuan
1. Mengurangi atau menghilangkan jaringan mati (nekrotik) & sekresi yang terjadi pada

luka insisi.

2. Mempercepat proses penyembuhan luka.

3. Mengurangi resiko terjadinya infeksi.

C. SOP Perawatan Luka

1. Fase Prainteraksi

a. Mengecek catatan medis dan perawatan.

b. Cuci tangan.

c. Menyiapkan alat-alat yang diperlukan sesuai dengan kondisi luka.


Alat Steril : 

1. Bak instrumen.

2. Pinset anatomis.

3. Pinset cirurgis.

4. Arteri klem.

5. Kapas lidi.

47
6. Depper.

7. Gunting lurus.

8. Gunting up heacting.

9. Kom tutup.

10. Kassa steril.

11. Perban gulung dalam tromol.

12. Korentang beserta tempatnya.

13. Hand scone steril.

14. Plester

15. Kapas alkohol dalam tempatnya

2. Fase Interaksi

a. Memberikan salam terapeutik (Assalamu’alaikum Bpk/Ibu).

b. Melakukan evaluasi/validasi (Bagaimana perasaannya hari ini).

c. Melakukan kontrak (waktu, tempat & topik).

d. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan.

e. Menjaga privasi klien dengan memasang schrem atau penghalang.


3. Fase Kerja

a. Cuci tangan dan pasang sarung tangan bersih.

b. Mengatur posisi pasien.

c. Mempersiapkan dan meletakkan alat didekat pasien.

d. Perawat mencuci tangan.

e. Pasang alas/perlak dibawah luka.

f. Letakkan bengkok dekat dengan area luka yang akan dirawat.

48
g. Gunakan pinset untuk mengangkat balutan lama, sebelumnya jangan lupa

menggunakan kapas alkohol untuk membuka plester dan buang dalam bengkok.

h. Bila balutan lengket pada luka, lepaskan dengan memberikan larutan steril.
i. Lepaskan hand scone bersih.
j. Set up peralatan, membuka peralatan steril & siapkan cairan yang diperlukan.
k. Kenakan hand scone steril.
l. Inspeksi luka, perhatikan kondisinya, integritas jahitan, karakter drainase.
m. Bersihkan luka dengan larutan NaCl 0,9% pegang kassa yang telah dibasahi
larutan NaCl dengan pinset. Gunakan kassa untuk sekali usap, bersihkan dari
daerah yang kurang terkontaminasi ke daerah yang terkontaminasi.
n. Lakukan nekrotomi jika ada jaringan nekrosis.
o. Membilas luka dengan larutan NaCl 0,9%.
p. Gunakan kassa baru untuk mengeringkan luka atau insisi.
q. Berikan obat jika dipesankan.
r. Tutup luka dengan kassa steril yang telah diberi larutan steril lalu dilapisi lagi
dengan kassa kering.
s. Lepaskan hand scone.
t. Pasang plester.
u. Bantu pasien untuk posisi yang nyaman.
v. Rapikan alat-alat.
w. Cuci tangan.

4. Fase Terminasi

a. Mengevaluasi klien setelah ganti balutan.


b. Rencana tindak lanjut.
c. Kontrak untuk kegiatan selanjutnya.
d. Pendokumentasian kondisi luka.

49

Anda mungkin juga menyukai