Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PENDIDIKAN KESEHATAN DAN PERUBAHAN PERILAKU KESEHATAN

Disusun Oleh Kelompok ll

1. Khairi Soffa Azzura (21212047)


2. Nadia Riska innayatillah (21212051)
3. Kasmiati (21212069)
4. Nurmaini (21212075)
5. Nadila (21212068)
6. Nurlisa (21212055)

DOSEN PEMBIMBING :

Ns. Mela Hayani, S.Kep.,M.Kep

FAKULTAS SAINS, TEKNOLOGI DAN ILMU KESEHATAN (FSTIK)


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BINA BANGSA GETSEMPENA
TAHUN 2022
Kata pengantar
Puji syukur kami panjatkan kepala tuhan YME, karena berkat rahmat dan karunia lah kami dapat
menyelesaikan makalah Pendidikan dan perubahan perilaku Kesehatan.

Kami menyadari sepenuhnya makalah ini masih dari kata sempurna dikarenakan terbatas nya
pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengaharapkan segala bentuk
saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari bebagai pihak.

Kami berharap Semoga dengan membuat makalah Pendidikan dan perubahan perilaku ini dapat
memberikan menfaat bagi dunia Pendidikan

Banda aceh, oktober 2022


DAFTAR ISI
Halaman judul…………………………………………………………………………………………………………… i
Kata pengantar…………………………………………………………………………………………………………. ii
Daftar isi……………………………………………………………………………………………………………………. iii
BAB 1 Pendahuluan……………………………………………………………………………………………….. 1
A. Latar belakang……………………………………………………………………………………………….. 1
B. Rumusan masalah………………………………………………………………………………………….. 2
C. Tujuan ……………………………………………………………………………………………………………. 2
BAB 2 Tinjauan teori……………………………………………………………………………………………….. 4
A. Prinsip-prinsip Pendidikan Kesehatan……………………………………………………….. 4
B. Ruang lingkup Pendidikan Kesehatan……………………………………………………….. 7
C. Metode Pendidikan Kesehatan..................................................................... 8
D. Alat bantu dan media Pendidikan Kesehatan……………………………………………. 14
E. Domain perilaku Kesehatan……………………………………………………………………… 20
F. Perubahan-perubahan perilaku Kesehatan………………………………………………. 25
G. Bentuk-bentuk perilaku Kesehatan…………………………………………………………… 27
BAB 3 Penutup……………………………………………………………………………………………………….. 29
A. Kesimpulan…………………………………………………………………………………………………….. 29
B. Saran.................................................................................................................... 29
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Berbicara kesehatan masyarakat tidak terlepas dari dua tokoh metologi Yunani yaitu
Asclepius dan Higeia. Berdasarkan cerita Mitos Yunani tersebut Asclepius disebutkan sebagai
seorang dokter pertama yang tampan dan pandai meskipun tidak disebutkan sekolah atau
pendidikan apa yang telah ditempuhnya, tetapidiceritakan bahwa ia telah dapat mengobati
penyakit dan bahkan melakukan bedah berdasarkan prosedur-prosedur tertentu dengan baik.
Menurut winslow 1920 bahwa kesehatan Kesehatan Masyarakat (Public Health) adalah
Ilmu dan Seni : mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan,
melalui “Usaha-usaha Pengorganisasian masyarakat “ untuk :
a. Perbaikan sanitasi lingkungan
b. Pemberantasan penyakit-penyakit menula
c. pendidikan untuk kebersihan perorangan
d. Pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosis dini dan
pengobatan.
e. Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan
hidup yang layak dalam memelihara kesehatannya.
Menurut Ikatan Dokter Amerika (1948) Kesehatan Masyarakat adalah ilmu dan seni
memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha
pengorganisasian masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari pembahasan yang akan penulis buat adalah sebagai berikut:
1. Apa saja prinsip-prinsip pendidikan kesehatan?
2. Bagaimana ruang lingkup pendidikan kesehatan?
3. Apa saja metode dalam pendidikan kesehatan?
4. Apa saja alat bantu dan media yang dipakai dalam pendidikan kesehatan?
5. Bagaimana domain perilaku kesehatan?
6. Bagaimana perubahan-perubahan perilaku kesehatan?
7. Apa saja bentuk-bentuk perilaku kesehatan?

C.Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk melengkapi tugas dari mata kuliah “
Ilmu Kesehatan Masyarakat" dan juga sebagai referensi bagi pembaca dalam mendapatkan
informasi tentang pendidikan dan perilaku kesehatan sehingga pembaca dapat memahami
tentang kesehatan masyarakat yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Prinsip-prinsip pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan penting untuk menunjang program kesehatan yang lain. Tetapi ini
tidak sesuai dengan kenyataannya. Dalam program-program pelayanan kesehatan kurang
melibatkan pendidikan kesehatan. Meskipun sudah melibatkan namun kurang memberikan
bobot. Argument mereka adalah karena pendidikan kesehatan tidak segera dan jelas
memperlihatkan hasil. Pendidikan kesehatan itu tidak segera membawa manfaat bagi
masyarakat, dan yang mudah dilihat atau diukur. Pendidikan adalah merupakan “Behavioral
Investment” jangkan panjang. Hasil investment pendidikan kesehatan baru dapat dilihat
beberapa tahun kemudian. Pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku sebagai
hasil jangka menengah (intermediate impact) dari pendidikan kesehatan

a. Peranan Pendidikan Kesehatan


Ahli kesehatan masyarakat dalam membicarakan status kesehatan mengacu kepada H.L.Blum.
Blum menyimpulkan bahwa lingkungan mempunyai andil yang paling besar terhadap status
kesehatan. Disusul oleh perilaku mempunyai andil nomor dua. Pelayanan kesehatan, dan
keturunan mempunyai andil kecil terhadap status kesehatan
Lawrence Green menjelaskan bahwa perilaku itu dilatar belakangi atau dipengaruhi 3 faktor
pokok yakni :
1). Faktor-faktor prediposisi (predisposing factors)
2). Faktor-faktor yang mendukung (enabling factors)

3). Faktor-faktor yang memperkuat atau mendorong (reinforcing factors)

Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa peranan pendidikan kesehatan adalah
melakukan intervensi faktor perilaku sehingga perilaku individu kelompok atau masyarakat
sesuai dengan nila-nilai kesehatan. Dengan kata lain pendidikan kesehatan adalah suatu usaha
ntuk menyediakan kondisi psikologis dari sasaran agar mereka berperilaku sesuai dengan
tuntutan nilai-nilai kesehatan.
b. Konsep Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan didalam bidang kesehatan.
Pendidikan kesehatan adalah suatu pedagogik praktis atau praktek pendidikan. Konsep dasar
pendidikan adalah proses belajar yang berarti didalam pendidikan itu terjadi proses
pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan yang lebih dewasa, lebih baik, dan lebih matang
pada diri individu, kelompok atau masyarakat. Berangkat dari suatu asumsi bahwa manusia
sebagai makhluk social dalam kehidupannya untuk mencapai nilai-nilai hidup didalam
masyarakat selalu memerlukan bantuan orang lain yang mempunyai kelebihan (lebih dewasa,
lebih pandai, lebih mampu, lebih tahu dan sebagainya). Dalam mencapai tujuan tersebut,
seorang individu, kelompok atau masyarakat tidak terlepas dari kegiatan belajar.
Seseorang dapat dikatakan belajar apabila didalam dirinya terjadi perubahan dari tidak tahu
menjadi tahu, dari tidak dapat mengerjakan menjadi dapat mengerjakan sesuatu. Kegiatan
belajar tiu mempunyai ciri-ciri :
1) . Belajar adalah kegiatan yang menghasilkan perubahan diri pada individu, kelompok atau
masyarakat yang sedang belajar, baik actual maupun potensial
2) . Hasil belajar adalah bahwa perubahan tersebut di dapatkan karena kemampuan baru yang
berlaku untuk waktu yang relative lama
3) . Perubahan itu terjadi karena usaha dan disadari bukan karena kebetulan.
Perubahan itu terjadi karena usaha dan disadari bukan karena kebetulan Bertolak dari konsep
pendidikan, maka konsep pendidikan kesehatan itu juga proses belajar pada individu,
kelompok atau masyarakat dari tidak tahu tentang nilai-nilai kesehatan menjadi tahu, dari tidak
mampu mengatasi masalah-masalah kesehatannya sendiri menjadi mampu dan lain
sebagainya.
Pendidikan didefinisikan sebagai usaha atau kegiatan untuk membantu individu, kelompok atau
masyarakat dalam meningkatkan kemampuan (Prilaku) nya/mereka untuk mencapai
kesehatannya/mereka secara optimal. Batasan-batasan konsep pendidikan kesehatan yang
sering dijadikan acuan antara lain dari : Nyswander, Stuart, Green, tim ahli WHO dan lain
sebaga

B. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehataninya


Ruang lingkup pendidikan kesehatan
1. Dimensi sasaran pendidikanDari dimensi ini dapat di kelompokkan menjadi 3 yakni :
a. Pendidikan kesehatan individual dengan sasaran individu
b. Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok
c. Pendidikan kesehatan masyrakat dengan sasarn masyarakat

2. Dimensi tempat pelaksanaan Dapat berlangsung di berbagai tempat, misalnya:


a. Pendidikan kesehatan di sekolah, dilakukan di sekolah dengan sasaran murid
b. Pendidikan kesehatan di rumah sakit, dilakukan di rumah sakit dengan sasaran pasien atau
keluarga pasien, di Puskesmas dan sebagainya
c. Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja dengan sasaran buruh atau karyawan yang
bersangkutan

3. Dimensi tingkat pelayanan kesehatan Pendidikan kesehatan


Dapat dilakukan berdasarkan lima tingkat pencegahan (five levels of presentation) dari leavel
and clark, sebagai berikut :
a. Promosi kesehatan Dalam tingkat ini pendidikan diperlukan misalnya dalam peningkatan gizi,
kebiasaan hidup, perbaikan sanitasi lingkungan hygiene perorangan, dan sebagainya
b. Perlindungan khusus (Specifik Protection) Dalam program imunisasi sebagai bentuk
pelayanan perlindungan khusus ini pendidikan kesehatan sangat diperlukan terutama dinegara-
negara berkembang. Hal ini karena kesadaran masyarakat tentang pentingnya imunisasi
sebagai perlindungan terhadap penyakit pada dirinya maupun pada anak-anaknya masih
rendah
c. Diagnosis dini dan pengobatan segera Dikarenakan rendahnya pngetahuan dan kesadaran
masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit, maka sering sulit mendeteksi penyakit-penyakit
yang terjadi dalam masyarakat.
d. Pembatasan Cacad (Disability Limitation) Pengobatan yang tidak layak dan sempurna dapat
mengakibatkan orang yang bersangkutan cacad atau ketidakmampuan. Oleh karena itu,
pendidikan kesehatan juga diperlukan pada tahap ini.
e. Rehabilitasi (rehabilitation) Setelah sembuh dari suatu penyakit, seringkali seseorang tidak
mau melakukan latihan-latihan untuk pemulihannya, untuk itu diperlukan pendidikan
kesehatan.

C. Metode Pendidikan Kesehatan


Pendidikan kesehatan pada hakekatnya adalah suatu kegiatan atau usaha untuk
menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Adanya pesan
tersebut, masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang
kesehatan yang lebih baik. Dengan kata lain, dengan adanya pendidikan tersebut dapat
membawa akibat terhadap perubahan perilaku sasaran.
Pendidikan kesehatan juga sebagai suatu proses dimana proses tersebut mempunyai masukan
(input) dan keluaran (output). Faktor-faktor yang mempengaruhi suatu proses pendidikan
disamping masukannya sendiri juga metode materi atau pesannya, pendidik atau petugas yang
melakukannya, dan alat-alat bantu / alat peraga pendidikan. Agar tercapai suatu hasil yang
optimal maka faktor-faktor tersebut harus bekerjasama secara harmonis. Dibawah ini akan
diuraikan beberapa metode pendidikan individual, kelompok dan massa (public).
a). Metode Pendidikan Individual (Perorangan)
Dalam pendidikan kesehatan, metode pendidikan yang bersifat individual ini digunakan
untuk membina perilaku baru atau seseorang yang telah mulai tertarik kepada suatu perubahan
perilaku atau inovasi. Misalnya seorang ibu yang baru saja menjadi akseptor atau seorang ibu
hamil yang sedang tertarik terhadap imunisasi TT karena baru saja memperoleh /
mendengarkan penyuluhan kesehatan, Pendekatan yang digunakan agar ibu tersebut menjadi
akseptor yang lestari atau ibu hamil tersebut segera minta imunisasi maka harus didekati
perorangan. Dasar digunakannya pendekatan individual ini disebabkan karena setiap orang
mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau
perilaku baru tersebut. Bentuk dari pendekatan ini, antara lain :
1 .Bimbingan dan Penyuluhan (Guidance and Counseling)
2. Interview (Wawancara)
b). Metode Pendidikan Kelompok

1)Kelompok Besar
Yang dimaksud kelompok besar disini adalah apabila peserta penyuluhan itu lebih dari 15
orang. Metode yang baik untuk kelompok besar ini, antara lain :
1). Ceramah
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode ceramah :
-Persiapan
Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai materi dari yang akan
diceramahkan. Untuk itu penceramah harus mempersiapkan diri dengan :
 Mempelajari materi dengan sistematika yang baik, lebih baik lagi kalau disusun dalam
diagram atau skema.
 Menyiapkan alat-alat bantu pengajaran misalnya makalah singkat, slide, transparan, sound
system, dan sebagainya.
-Pelaksanaan
Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah tersebut dapat
menguasai sasaran ceramah. Untuk dapat menguasai sasaran (dalam arti psikologis),
penceramah dapat melakukan hal-hal sebagai berikut :
 Sikap dan penampilan yang meyakinkan, tidak boleh bersikap ragu-ragu dan gelisah.
 Suara hendaknya cukup keras dan jelas.
 Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta ceramah.
 Berdiri di depan (di pertengahan), tidak boleh duduk.
 Menggunakan alat-alat bantu (AVA) semaksimal mungkin.
2). Seminar
Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari satu ahli atau beberapa ahli tentang suatu
topik yang dianggap penting dan biasanya dianggap hangat di masyarakat. Metode ini hanya
cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan menengah ke atas.

2).Kelompok Kecil
Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya kita sebut kelompok kecil.
Metode-metode yang cocok untuk kelompok kecil antara lain :
1). Diskusi Kelompok
Dalam diskusi kelompok agar semua anggota kelompok dapat bebas berpartisipasi dalam
diskusi maka formasi duduk para peserta diatur sedemikian rupa sehingga mereka dapat
berhadap-hadapan atau saling memandang satu sama lain, misalnya dalam bentuk lingkaran
atau segi empat.
Untuk memulai diskusi, pemimpin diskusi harus memberikan pancingan-pancingan berupa
pertanyaan-pertanyaan atas kasus sehubungan dengan topik yang dibahas. Agar terjadi diskusi
yang hidup, pemimpin kelompok harus mengarahkan dan mengatur sedemikian rupa sehingga
semua orang dapat kesempatan berbicara sehingga tidak menimbulkan dominasi dari salah
seorang peserta.
2). Curah Pendapat (Brain Storming)
Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok. Prinsipnya sama dengan
metode diskusi kelompok. Bedanya, pada permulaannya pemimpin kelompok memancing
dengan satu masalah kemudian tiap peserta memberikan jawaban-jawaban atau tanggapan
(cara pendapat)
Tanggapan atau jawaban-jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart atau
papan tulis. Sebelum semua peserta mencurahkan pendapatnya, tidak boleh diberi komentar
oleh siapa pun. baru setelah semua anggota mengeluarkan pendapatnya, tiap anggota dapat
mengomentari dan akhirnya terjadilah diskusi.

3). Bola Salju (Snow Balling)


Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang, 2 orang). Kemudian dilontarkan suatu
pertanyaan atau masalah, setelah lebih kurang 5 menit, tiap 2 pasang bergabung menjadi 1.
Mereka tetap mendiskusikan masalah tersebut dan mencari kesimpulannya. Kemudian tiap 2
pasang yang sudah beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan
demikian seterusnya akhirnya terjadi diskusi seluruh kelas.
4). Kelompok Kecil-Kecil (Bruzz Group)
Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok kecil-kecil (buzz group) kemudian dilontarkan
suatu permasalahan sama / tidak dengan kelompok lain dan masing-masing kelompok
mendiskusikan masalah tersebut. Selanjutnya kesimpulan dari tiap kelompok tersebut dan
dicari kesimpulannya.
5). Memainkan Peranan (Role Play)
Dalam metode ini, beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peranan tertentu
untuk memainkan peranan, misalnya sebagai dokter puskesmas, sebagai perawat atau bidan
dan sebagainya, sedangkan anggota yang lain sebagai pasien atau anggota masyarakat. Mereka
meragakan misalnya bagaimana interaksi / komunikasi sehari-hari dalam melaksanakan tugas.
6). Permainan Simulasi (Simulation Game)
Metode ini adalah merupakan gambaran antara role play dengan diskusi kelompok. Pesan-
pesan kesehatan disajikan dalam beberapa bentuk permainan seperti permainan monopoli.
Cara memainkannya persis seperti bermain monopoli dengan menggunakan dadu, gaco
(penunjuk arah), selain beberan atau papan main. Beberapa orang menjadi pemain dan
sebagian lagi berperan sebagai nama sumber.
c). Metode Pendidikan Massa (Public)
Metode pendidikan (pendekatan) massa untuk mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan
yang ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya massa atau publik maka cara yang paling
tepat adalah pendekatan massa.
Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggugah awareness atau kesadaran masyarakat
terhadap suatu inovasi, belum begitu diharapkan sampai dengan perubahan perilaku. Namun
demikian bila sudah sampai berpengaruh terhadap perubahan perilaku adalah wajar.
Pada umumnya bentuk pendekatan (cara) massa ini tidak langsung. Biasanya menggunakan
atau melalui media massa. Beberapa contoh metode ini, antara lain:
a. Ceramah umum (public speaking) Pada acara-acara tertentu, misalnya pada Hari Kesehatan
Nasional, menteri kesehatan atau pejabat kesehatan lainnya berpidato di hadapan massa
rakyat untuk menyampaikan pesan- pesan kesehatan. Safari KB juga merupakan salah satu
bentuk pendekatan massa
b. Pidato-pidato diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik baik TV maupun radio,
pada hakekatnya adalah merupakan bentuk pendidikan kesehatan massa.
c. Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya tentang suatu
penyakit atau masalah kesehatan melalui TV atau radio adalah juga merupakan pendekatan
pendidikan kesehatan massa. Contoh "Praktek Dokter Herman Susilo" di televisi pada waktu
yang lalu.
d. Sinetron "Dokter Sartika" didalam acara TV juga merupakan bentuk pendekatan pendidikan
kesehatan massa
e. Tulisan-tulisan di majalah atau koran, baik dalam bentuk artikel maupun tanya jawab /
konsultasi tentang kesehatan atau penyakit juga merupakan bentuk pendekatan pendidikan
kesehatan massa.
f. Billboard yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster dan sebagainya adalah juga bentuk
pendidikan kesehatan massa. Contoh billboard "Ayo ke Posyandu".

D. Alat Bantu dan Media Pendidikan Kesehatan


a. Alat Bantu (peraga)
a). Pengertian
Yang dimaksud alat bantu pendidikan adalah alat-alat yang digunakan oleh pendidikan dalam
menyampaikan bahan pendidikan atau pengajaran.
alat peraga ini dimaksudkan untuk mengerahkan indera sebanyak mungkin kepada suatu
objek sehingga mempermudah persepsi.
Elgar Dale membagi alat peraga tersebut menjadi 11 macam dan sekaligus menggambarkan
tingkat intensitas tiap-tiap alat tersebut dalam suatu kerucut. Alat peraga akan membantu
dalam melakukan penyuluhan, agar pesan-pesan kesehatan dapat disampaikan lebih jelas dan
masyarakat sasaran dapat menerima pesan orang tersebut dengan dengan jelas dan tetap
pula. Dengan alat peraga, orang dapat lebih mengerti fakta kesehatan yang dianggap rumit
sehingga mereka dapat menghargai betapa bernilainya kesehatan itu bagi kehidupan.
b). Faedah Alat Bantu Pendidikan
Secara terperinci, faedah alat peraga antara lain sebagai berikut :
1. Menimbulkan minat sasaran pendidikan.
2. Mencapai sasaran yang lebih banyak.
3. Membantu mengatasi hambatan bahasa.
4. Merangsang sasaran pendidikan untuk melaksanakan pesan-pesan kesehatan.
5. Membantu sasaran pendidikan untuk belajar lebih banyak dan cepat.
6. Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang diterima kepada orang
lain.
7. Mempermudah penyampaian bahan pendidikan / informasi oleh para pendidik / pelaku
pendidikan
8. Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran pendidikan.
9. Mendorong keinginan orang untuk mengetahui kemudian lebih mendalami dan akhirnya
memberikan pengertian yang lebih baik.
10. Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh. Didalam menerima sesuatu yang baru,
manusia mempunyai kecenderungan untuk melupakan atau lupa.
c). Macam-Macam Alat bantu Pendidikan
Pada garis besarnya, hanya ada 2 macam alat bantu pendidikan (alat peraga) :
1) . Alat Bantu Lihat (Visual Aids) Alat ini berguna didalam membantu menstimulasi indera
mata (penglihatan) pada waktu terjadinya proses pendidikan. Alat ini ada 2 bentuk :
 Alat yang diproyeksikan, misalnya slide, film, film strip, dansebagainya.
 Alat-alat yang Alat-alat yang tidak diproyeksikan :
1) .Dua dimensi, gambar, peta, bagan, dan sebagainya.
2) . Tiga dimensi misal bola dunia, boneka, dan sebagainya.tidak diproyeksikan :

2). Alat-Alat Bantu Dengar (Audio Aids)


Ialah alat yang dapat membantu menstimulasi indera pendengar pada waktu proses
penyampaian bahan pendidikan / pengajaran. Misalnya piringan hitam, radio, pita suara, dan
sebagainya
3) . Alat Bantu Lihat-Dengar
Seperti televisi dan video cassette. Alat-alat bantu pendidikan ini lebih dikenal dengan Audio
Visual Aids (AVA).
Disamping pembagian tersebut, alat peraga juga dapat dibedakan menjadi 2 macam menurut
pembuatannya dan penggunaannya

 Alat peraga yang complicated (rumit), seperti film, film strip slide dan sebagainya yang
memerlukan listrik dan proyektor
 Alat peraga yang sederhana, yang mudah dibuat sendiri dengan bahan-bahan setempat
yang mudah diperoleh, seperti bambu, karton, kaleng bekas, kertas koran, dan sebagainya.
Beberapa contoh alat peraga yang sederhana yang dapat dipergunakan di berbagai tempat,
misalnya :
1. Di rumah tangga seperti leaflet, model buku bergambar, benda-benda yang nyata seperti
buah- buahan, sayur-sayuran, dan sebagainya
2. Di kantor-kantor dan sekolah-sekolah, seperti papan tulis, flipchart, poster, leaflet, buku
cerita bergambar, kotak gambar gulung, boneka dan sebagainya.
3. Di masyarakat umum, misalnya poster, spanduk, leaflet, fanel graph, boneka wayang, dan
sebagainya. Ciri-ciri alat peraga kesehatan yang sederhana antara lain:
-Mudah dibuat
-Bahan-bahannya dapat diperoleh dari bahan-bahan lokal
-Mencerminkan kebiasaan, kehidupan dan kepercayaan setempat
-ditulis (digambar) dengan sederhana
- Bahasa setempat dan mudah di mengerti masyarakat
-Memenuhi kebutuhan-kebutuhan petugas kesehatan dan masyarakat

E. Domain Perilaku Kesehatan


Perilaku manusia itu sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat
luas.Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku itu kedalam 3
domain (ranah / kawasan) meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan yang
jelas dan tegas.
Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan. Bahwa dalamtujuan
suatu pendidikan adalah mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilakutersebut
yang terdiri dari a) ranah kognitif (cognitive domain) b) ranah afektif (affective domain)c) ranah
psikomotor (psychomotor domain)
Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk kepentingan hasil
pendidikan, ketiga domain ini diukur dari :
a. Pengetahuan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan (knowledge).

b. Sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan (attitude).
c. Praktek atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan dengan materi
pendidikanyang diberikan (practice).
Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa dimulai pada
domainkognitif, dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi
atau objek di luarnya.

a. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera
manusia, yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusiadiperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknyatindakan seseorang (overt behaviour).
Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru
(berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yakni :
1. Awareness (kesadaran)
2. Interest (merasa tertarik)
3) Evaluation (menimbang-nimbang)
4) Trial dimana subjek mulai mencoba untuk melakukan sesuatu sesuai dengan apa
yangdikehendaki oleh stimulus.
5) Adoption dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran
dansikapnya terhadap stimulus.
Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan
perilaku tidak selalu melewati tahapan-tahapan tersebut diatas.
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini
dimanadidasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku tersebut
akan bersifatlanggeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh
pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama.
Pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni :
1) Tahu (Know)
2) Memahami (Comprehension)
3) Aplikasi (Application)
4) Analisis (Analysis)
5) Sintesis (Synthesis)
6) Evaluasi (Evaluation
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yangmenanyakan
tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.Kedalaman
pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengantingkat-tingkat
tersebut diatas.

b. Sikap (Attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus
atauobjek. Beberapa batasan lain tentang sikap ini dapat dikutipkan sebagai berikut :
"An enduring system of positive or negative evaluations, emotional feelings and pro or
conectiontendencies will respect to social object" (Krech et al, 1982)
"An individual's social attitude is an syndrome of respons consistency with regard to
socialobjects." (Cambell, 1950)
"A mental and neural state of rediness, organized through expertence, exerting derective
ordynamic influence up on the individual's respons to all objects and situations with which it
isrelated". (Allpor, 1954)
"Attitute entails an existing predisposition to respons to social abjects which in interaction with
situational and other dispositional variables, guides and direct the obert behavior of
theindividual." (Cardno, 1955)
Dari batasan-batasan diatas dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak
dapatlangsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.
Sikapsecara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus
tertentu.Dalam bagian lain Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3
komponen pokok, yakni :
1) Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
2) Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.
3) Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave)Ketiga komponen ini secara bersama-sama
membentuk sikap yang utuh (total attitude).
Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan dan emosi memegang
peranan penting.
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yakni :
1) Menerima (Receiving)
2) Merespons (Responding)
3) Menghargai (Valuing)
4) Bertanggung Jawab (Responsible)
Pengukuran sikap dilakukan dengan secara langsung dan tidak langsung. Secara
langsungdapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu
objek. Misalnya bagaimana pendapat anda tentang pelayanan dokter di Rumah Sakit cipto?

c. Praktek atau Tindakan (Practice)


Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam bentuk tindakan (overt behavior).
Untukterwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau
suatukondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas.Tingkat-Tingkat Praktek
a) Persepsi
b) Respon Terpimpin (Giuded Respons)
c) Mekanisme (Mecanism)
d) Adaptasi (Adaptation)
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan
wawancaraterhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan
yang lalu (recall).Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung yakni dengan
mengobservasi tindakan ataukegiatan responden.

F. Perubahan-perubahan Perilaku
Hal yang penting dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan perubahan
perilaku. Karena perubahan perilaku merupakan tujuan pendidikan atau penyuluhan
kesehatansebagai penunjang program-program kesehatan yang lainnya. Banyak teori tentang
perubahan perilaku ini, antara lain akan diuraikan dibawah.
a. Teori Stimulus-Organisme-Respons (SOR)
Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku
tergantungkepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya
kualitasdari sumber komunikasi (sources) misalnya kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara
sangatmenentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat.
Hosland, et al (1953) mengatakan bahwa proses perubahan perilaku pada hakekatnyasama
dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar
pada individu yang terdiri dari :
a) Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak.
b) Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima) maka ia mengerti
stimulusini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.
c) Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk
bertindakdemi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).
d) Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus
tersebutmempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku).
Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila
stimulus(rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula. Stimulus yang
dapatmelebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan harus dapat meyakinkan
organisme.Dalam meyakinkan organisme ini, faktor reinforcement memegang peranan penting.
b. Teori Festinger (Dissonance Theory)
Finger (1957) ini telah banyak pengaruhnya dalam psikologi sosial. Teori ini sebenarnyasama
dengan konsep imbalance (tidak seimbang). Hal ini berarti bahwa keadaan cognitivedissonance
merupakan keadaan ketidakseimbangan psikologis yang diliputi oleh ketegangan diriyang
berusaha untuk mencapai keseimbangan kembali. Apabila terjadi keseimx/bangan dalam
diriindividu maka berarti sudah tidak terjadi ketegangan diri lagi dan keadaan ini disebut
consonance Dissonance (keseimbangan).
C. Teori Fungsi
Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku individu itu tergantung
kepadakebutuhan. Hal ini berarti bahwa stimulus yang dapat mengakibatkan perubahan
perilaku
seseorang apabila stimulus tersebut dapat dimengerti dalam konteks kebutuhan orang
tersebut.Menurut Katz (1960) perilaku dilatarbelakangi oleh kebutuhan individu yang
bersangkutan. Katz berasumsi bahwa :
a) Perilaku itu memiliki fungsi instrumental
b) Perilaku dapat berfungsi sebagai defence mecanism atau sebagai pertahanan diri
dalammenghadapi lingkungannya.
c) Perilaku berfungsi sebagai penerima objek dan memberikan arti.
d) Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dari diri seseorang dalam menjawab suatu situasi.
Teori ini berkeyakinan bahwa perilaku itu mempunyai fungsi untuk menghadapi dunialuar
individu dan senantiasa menyesuaikan diri dengan lingkungannya menurut kebutuhannya.Oleh
sebab itu didalam kehidupan manusia, perilaku itu tampak terus-menerus dan berubahsecara
relatif.
d. Teori Kurt Lewin
Kurt Lewin (1970) berpendapat bahwa perilaku manusia adalah suatu keadaan
yangseimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong (driving forces) dan kekuatan-kekuatan
penahan(restrining forces). Perilaku ini dapat berubah apabila terjadi ketidakseimbangan
antara keduakekuatan tersebut di dalam diri seseorang.

G. Bentuk Perilaku
Perilaku dapat diartikan suatu respons organism atau seseorang terhadap
rangsangan(stimulus) dari luar subjek tersebut. Respon ini ada 2 macam:
1. Bentuk pasif adalah respon internal, yangtejadi di dalam diri manusia dan tidak secara
langsungdapat terlihatoleh orang lain.misalnya berfikir, tanggapan atau sikap batin dan
engetahuan.Misalnya seorang ibu tahu bahwa imunisasi itu dapat mencegah suatu penyakit
tetentu, meskipunibu tersebut tidak membawa anaknya ke Puskesmas untuk diimunisasi.
Contoh lain seorang yangmenganjurkan orang lain untuk mengikuti keluarga berencana
meskipun ia sendiri tidak ikutkeluarga berencana. Dari kedua contoh tersebut mereka telah
sama-sama telah mempunyai sikapyang positip untuk mendukung kegiatan tersebut meskipun
mereka sendiri belum melakukannya
2. Bentuk aktif, yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung. Misalnya
daricontoh diatas si ibu telah membawa anaknya ke Puskesmas atau fasilitas lain untuk
imunisasidan pada kasus kedua dia sudah mengikuti program KB
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap adalah
merupakanrespons seseorang terhadap stimulus atau rangsangan yang masih bersifat
terselubung, dan disebut “covert behavior”. Sedangkan tindakan nyata seseorang sebagai
respons seseorang terhadap stimulus (practice) adalah merupakan “overt behavio.
BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah diatas adalah sebagai berikut:
1. Bahwa peranan pendidikan kesehatan adalah melakukan intervensi faktor perilaku sehingga
perilaku individu kelompok atau masyarakat sesuai dengan nila-nilai kesehatan
2. Konsep pendidikan kesehatan adalah proses belajar pada individu, kelompok atau
masyarakatdari tidak tahu tentang nilai-nilai kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu
mengatasi masalah-masalah kesehatannya sendiri menjadi mampu dan lain sebagainya.
3. Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku itu kedalam 3 domain
(ranah/ kawasan) yaitu :
a. Pengetahuan
b. Sikap atau tanggapan
c. Praktek
4. Bentuk perilaku kesehatan
1. Pasif artinya mengetahui namun belum melaksanakan
2. Aktif yaitu mengetahui dan melaksanakannya serta dapat diobservasi

B.Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan adalah bahwa pendidikan kesehatan itu perlu
untukditeapkan dalam masyarakat Indonesia. Dengan adanya pendidikan kesehatan
masyarakatIndonesia dapat bertindak sesuai dengan ketentuan dalam kesehatan sehingga
dapat mencegahterjadinya penyakit-penyakit yang membahayakan diri sendir.i
Meskipun hasilnya akan terlihat dalam beberapa tahun kedepan, namun pendidikan ini baik
adanya untuk membantu masyarakat Indonesia terlepas dari serangan penyakit serta terhindar
dari tindakan pencegahan yang membahayakan

Anda mungkin juga menyukai