Anda di halaman 1dari 31

PENDIDIKAN DAN PERILAKU KESEHATAN

Disusun Oleh :

1 CAHYA RAMADHAN
2 MEDINA REGGYANTI
3 RUSITA ARI WIBOWO
4 SOPIYAH

DOSEN
SUSILAWATI, S.KEP,. M.KM

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMC BINTARO
TANGERANG SELATAN
2017
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME, karena berkat rahmat dan
karunialah penulis dapat menyelesaikan makalah pendidikan dan perilaku
kesehatan.Ucapan terima kasih tidak lupa penulis sampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu penulis menyelesaikan makalah ini.

Semoga dengan membuat makalah pendidikan dan perilaku kesehatan dapat


menambah wawasan bagi yang membacanya.

Tanggerang Selatan, 27 Maret 2017

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Halaman judul ......................................................................................... i

Kata pengantar ....................................................................................... ii

Daftar isi .................................................................................................. iii

BAB 1 Pendahuluan .............................................................................. 1

A. Latar belakang .................................................................................... 1

B. Rumusan masalah ............................................................................... 2

C. Tujuan ................................................................................................. 2

D. Manfaat .............................................................................................. 3

BAB 2 Tinjauan Teori ........................................................................... 4

A. Prinsip-prinsip pendidikan kesehatan ............................................... 4

B. Ruang lingkup pendidikan kesehatan ................................................. 7

C. Metode pendidikan kesehatan ........................................................... 8

D. Alat bantu dan media pendidikan kesehatan....................................... 14

E. Domain perilaku kesehatan ................................................................ 20

F. Perubahan-perubahan perilaku kesehatan ........................................... 25

G. Bentuk-bentuk perilaku kesehatan ..................................................... 27

3
BAB 3 Penutup ...................................................................................... 29

A. Kesimpulan ........................................................................................ 29

B. Saran.................................................................................................... 29

Daftar Pustaka

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berbicara kesehatan masyarakat tidak terlepas dari dua tokoh metologi Yunani
yaitu Asclepius dan Higeia. Berdasarkan cerita Mitos Yunani tersebut Asclepius
disebutkan sebagai seorang dokter pertama yang tampan dan pandai meskipun
tidak disebutkan sekolah atau pendidikan apa yang telah ditempuhnya, tetapi
diceritakan bahwa ia telah dapat mengobati penyakit dan bahkan melakukan
bedah berdasarkan prosedur-prosedur tertentu dengan baik.
Menurut Winslow (1920) bahwa Kesehatan Masyarakat (Public Health)
adalah Ilmu dan Seni : mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan
meningkatkan kesehatan, melalui Usaha-usaha Pengorganisasian masyarakat
untuk :
a. Perbaikan sanitasi lingkungan
b. Pemberantasan penyakit-penyakit menular
c. Pendidikan untuk kebersihan perorangan
d. Pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk
diagnosis dini dan pengobatan.
e. Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi
kebutuhan hidup yang layak dalam memelihara kesehatannya.
Menurut Ikatan Dokter Amerika (1948) Kesehatan Masyarakat adalah ilmu dan
seni memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui
usaha-usaha pengorganisasian masyarakat.
Dari batasan kedua di atas, dapat disimpulkan bahwa kesehatan masyarakat itu
meluas dari hanya berurusan sanitasi, teknik sanitasi, ilmu kedokteran kuratif,
ilmu kedokteran pencegahan sampai dengan ilmu sosial, dan itulah cakupan ilmu
kesehatan masyarakat. Untuk itu perlu adanya pendidikan kesehatan agar
kesehatan masyarakat dapat lebih ditingkatkan dan dilaksanakan oleh masyarakat.

1
Oleh karena itu penulis ingin membahasnya dalam makalah ini dengan judul
PENDIDIKAN DAN PERILAKU KESEHATAN

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari pembahasan yang akan penulis buat adalah sebagai
berikut:
a. Apa saja prinsip-prinsip pendidikan kesehatan?
b. Bagaimana ruang lingkup pendidikan kesehatan?
c. Apa saja metode dalam pendidikan kesehatan?
d. Apa saja alat bantu dan media yang dipakai dalam pendidikan kesehatan?
e. Bagaimana domain perilaku kesehatan?
f. Bagaimana perubahan-perubahan perilaku kesehatan?
g. Apa saja bentuk-bentuk perilaku kesehatan?

C. Tujuan
a. Tujuan umum
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pendidikan dan perilaku
kesehatan.
b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :
a) Untuk mengetahui prinsip-prinsip pendidikan kesehatan
b) Untuk mengetahui ruang lingkup pendidikan kesehatan
c) Untuk mengetahui metode dalam pendidikan kesehatan
d) Untuk mengetahui alat bantu dan media yang dipakai dalam pendidikan
kesehatan
e) Untuk mengetahui domain perilaku kesehatan
f) Untuk mengetahui perubahan-perubahan perilaku kesehatan
g) Untuk mengetahui bentuk-bentuk perilaku kesehatan
D. Manfaat
Adapun manfaat dalam pembuatan makalah ini adalah :
a. Agar mahasiswa mampu mengerti dan memahami tentang prinsip-prinsip
pendidikan kesehatan
b. Agar mahasiswa mampu mengerti dan memahami tentang ruang lingkup
pendidikan kesehatan
c. Agar mahasiswa mampu mengerti dan memahami tentang metode dalam
pendidikan kesehatan
d. Agar mahasiswa mampu mengerti dan memahami tentang alat bantu dan
media yang dipakai dalam pendidikan kesehatan

2
e. Agar mahasiswa mampu mengerti dan memahami tentang domain perilaku
kesehatan
f. Agar mahasiswa mampu mengerti dan memahami tentang perubahan-
perubahan perilaku kesehatan
g. Agar mahasiswa mampu mengerti dan memahami tentang bentuk-bentuk
perilaku kesehatan

3
A. BAB II
B. TINJAUAN PUSTAKA
C.
A. Prinsip-prinsip pendidikan kesehatan
D. Pendidikan kesehatan penting untuk menunjang program kesehatan
yang lain. Tetapi ini tidak sesuai dengan kenyataannya. Dalam program-
program pelayanan kesehatan kurang melibatkan pendidikan kesehatan.
Meskipun sudah melibatkan namun kurang memberikan bobot. Argument
mereka adalah karena pendidikan kesehatan tidak segera dan jelas
memperlihatkan hasil. Pendidikan kesehatan itu tidak segera membawa
manfaat bagi masyarakat, dan yang mudah dilihat atau diukur. Pendidikan
adalah merupakan Behavioral Investment jangkan panjang. Hasil
investment pendidikan kesehatan baru dapat dilihat beberapa tahun kemudian.
Pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku sebagai hasil
jangka menengah (intermediate impact) dari pendidikan kesehatan.
a. Peranan pendidikan kesehatan
E. Ahli kesehatan masyarakat dalam membicarakan status kesehatan
mengacu kepada H.L.Blum. Blum menyimpulkan bahwa lingkungan
mempunyai andil yang paling besar terhadap status kesehatan. Disusul
oleh perilaku mempunyai andil nomor dua. Pelayanan kesehatan, dan
keturunan mempunyai andil kecil terhadap status kesehatan.
F. Lawrence Green menjelaskan bahwa perilaku itu dilatar belakangi atau
dipengaruhi 3 faktor pokok yakni :
a) Faktor-faktor prediposisi (predisposing factors)
b) Faktor-faktor yang mendukung (enabling factors)
c) Faktor-faktor yang memperkuat atau mendorong (reinforcing factors)
G. Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa peranan
pendidikan kesehatan adalah melakukan intervensi faktor perilaku
sehingga perilaku individu kelompok atau masyarakat sesuai dengan nila-
nilai kesehatan. Dengan kata lain pendidikan kesehatan adalah suatu
usaha ntuk menyediakan kondisi psikologis dari sasaran agar mereka
berperilaku sesuai dengan tuntutan nilai-nilai kesehatan.

4
b. Konsep pendidikan kesehatan
H. Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan
didalam bidang kesehatan. Pendidikan kesehatan adalah suatu pedagogik
praktis atau praktek pendidikan. Konsep dasar pendidikan adalah proses
belajar yang berarti didalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan,
perkembangan, atau perubahan yang lebih dewasa, lebih baik, dan lebih
matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat. Berangkat dari
suatu asumsi bahwa manusia sebagai makhluk social dalam kehidupannya
untuk mencapai nilai-nilai hidup didalam masyarakat selalu memerlukan
bantuan orang lain yang mempunyai kelebihan (lebih dewasa, lebih
pandai, lebih mampu, lebih tahu dan sebagainya). Dalam mencapai tujuan
tersebut, seorang individu, kelompok atau masyarakat tidak terlepas dari
kegiatan belajar.
I. Seseorang dapat dikatakan belajar apabila didalam dirinya terjadi
perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dapat mengerjakan
menjadi dapat mengerjakan sesuatu.
J. Kegiatan belajar tiu mempunyai ciri-ciri :
a) Belajar adalah kegiatan yang menghasilkan perubahan diri pada
individu, kelompok atau masyarakat yang sedang belajar, baik actual
maupun potensial
b) Hasil belajar adalah bahwa perubahan tersebut di dapatkan karena
kemampuan baru yang berlaku untuk waktu yang relative lama
c) Perubahan itu terjadi karena usaha dan disadari bukan karena
kebetulan
K. Bertolak dari konsep pendidikan, maka konsep pendidikan kesehatan
itu juga proses belajar pada individu, kelompok atau masyarakat dari tidak
tahu tentang nilai-nilai kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu
mengatasi masalah-masalah kesehatannya sendiri menjadi mampu dan lain
sebagainya.
L. Pendidikan didefinisikan sebagai usaha atau kegiatan untuk membantu
individu, kelompok atau masyarakat dalam meningkatkan kemampuan

5
(Prilaku) nya/mereka untuk mencapai kesehatannya/mereka secara
optimal. Batasan-batasan konsep pendidikan kesehatan yang sering
dijadikan acuan antara lain dari : Nyswander, Stuart, Green, tim ahli WHO
dan lain sebagainya.
c. Proses pendidikan kesehatan
M. Pokok dari pendidikan kesehatan adalah proses belajar. Kegiatan
belajar terdapat tiga persalan pokok, yakni :
a) Persoalan masukan (input)
N. Persoalan masukan dalam pendidikan kesehatan adalah
menyangkut sasaran belajar (sasaran didik) yaitu individu, kelompok
atau masyarakat yang sedang belajar itu sendiri dengan berbagai
latar belakangnya.
b) Persoalan proses
O. Persoalan proses adalah mekanisme dan interaksi terjadinya
perubahan kemampuan (prilaku) pada diri subjek belajar tersebut. Di
dalam proses ini terjadi pengaruh timbale balik antara berbagai
faktor, antara lain : subjek belajar, pengajar (pendidik atau
fasilitator) metode dan teknik belajar, alat bantu belajar, dan materi
atau bahan yang dipelajari.
c) Keluaran (output)
P. Keluaran adalah merupakan hasil belajar itu sendiri yaitu
berupa kemampuan atau perubahan perilaku dari subjek belajar.
Q. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar ini ke dalam 4
kelompok besar, yakni : Faktor materi (bahan mengajar), lingkungan,
instrumental, dan subjek belajar. Faktor instrumental ini terdiri dari
perangkat keras (hardware) seperti perlengkapan belajar dan alat-alat
peraga, dan perangkat lunak (software) seperti fasilitator belajar, metode
belajar, organisasi dan sebagainya.
R.
B. Ruang lingkup pendidikan kesehatan
a. Dimensi sasaran pendidikan
S. Dari dimensi ini dapat di kelompokkan menjadi 3 yakni :
a) Pendidikan kesehatan individual dengan sasaran individu
b) Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok

6
c) Pendidikan kesehatan masyrakat dengan sasarn masyarakat
b. Dimensi tempat pelaksanaan
T. Dapat berlangsung di berbagai tempat, misalnya:
a) Pendidikan kesehatan di sekolah, dilakukan di sekolah dengan sasaran
murid
b) Pendidikan kesehatan di rumah sakit, dilakukan di rumah sakit dengan
sasaran pasien atau keluarga pasien, di Puskesmas dan sebagainya
c) Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja dengan sasaran buruh
atau karyawan yang bersangkutan
c. Dimensi tingkat pelayanan kesehatan
U. Pendidikan kesehatan dapat dilakukan berdasarkan lima tingkat
pencegahan (five levels of presentation) dari leavel and clark, sebagai
berikut :
a) Promosi kesehatan
V. Dalam tingkat ini pendidikan diperlukan misalnya dalam
peningkatan gizi, kebiasaan hidup, perbaikan sanitasi lingkungan
hygiene perorangan, dan sebagainya
b) Perlindungan khusus (Specifik Protection)
W. Dalam program imunisasi sebagai bentuk pelayanan
perlindungan khusus ini pendidikan kesehatan sangat diperlukan
terutama dinegara-negara berkembang. Hal ini karena kesadaran
masyarakat tentang pentingnya imunisasi sebagai perlindungan
terhadap penyakit pada dirinya maupun pada anak-anaknya masih
rendah
c) Diagnosis dini dan pengobatan segera
X. Dikarenakan rendahnya pngetahuan dan kesadaran masyarakat
terhadap kesehatan dan penyakit, maka sering sulit mendeteksi
penyakit-penyakit yang terjadi dalam masyarakat.
d) Pembatasan Cacad (Disability Limitation)
Y. Pengobatan yang tidak layak dan sempurna dapat
mengakibatkan orang yang bersangkutan cacad atau
ketidakmampuan. Oleh karena itu, pendidikan kesehatan juga
diperlukan pada tahap ini.
e) Rehabilitasi (rehabilitation)

7
Z. Setelah sembuh dari suatu penyakit, seringkali seseorang tidak
mau melakukan latihan-latihan untuk pemulihannya, untuk itu
diperlukan pendidikan kesehatan.
AA.
C. Metode pendidikan kesehatan
AB. Pendidikan kesehatan pada hakekatnya adalah suatu kegiatan
atau usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat,
kelompok atau individu. Adanya pesan tersebut, masyarakat, kelompok atau
individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik.
Dengan kata lain, dengan adanya pendidikan tersebut dapat membawa akibat
terhadap perubahan perilaku sasaran.
AC. Pendidikan kesehatan juga sebagai suatu proses dimana proses
tersebut mempunyai masukan (input) dan keluaran (output). Faktor-faktor
yang mempengaruhi suatu proses pendidikan disamping masukannya sendiri
juga metode materi atau pesannya, pendidik atau petugas yang melakukannya,
dan alat-alat bantu / alat peraga pendidikan. Agar tercapai suatu hasil yang
optimal maka faktor-faktor tersebut harus bekerjasama secara harmonis.
AD. Dibawah ini akan diuraikan beberapa metode pendidikan
individual, kelompok dan massa (public).
a. Metode pendidikan individual (perorangan)
AE. Dalam pendidikan kesehatan, metode pendidikan yang bersifat
individual ini digunakan untuk membina perilaku baru atau seseorang
yang telah mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi.
Misalnya seorang ibu yang baru saja menjadi akseptor atau seorang ibu
hamil yang sedang tertarik terhadap imunisasi TT karena baru saja
memperoleh / mendengarkan penyuluhan kesehatan. Pendekatan yang
digunakan agar ibu tersebut menjadi akseptor yang lestari atau ibu hamil
tersebut segera minta imunisasi maka harus didekati perorangan. Dasar
digunakannya pendekatan individual ini disebabkan karena setiap orang
mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan
penerimaan atau perilaku baru tersebut.

8
AF. Bentuk dari pendekatan ini, antara lain :
a) Bimbingan dan Penyuluhan (Guidance and Counseling)
b) Interview (Wawancara)
b. Metode pendidikan kelompok
a) Kelompok besar
AG. Yang dimaksud kelompok besar disini adalah apabila peserta
penyuluhan itu lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk
kelompok besar ini, antara lain :
1. Ceramah
AH. Metode ini baik digunakan untuk sasaran yang
berpendidikan tinggi maupun rendah. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam menggunakan metode ceramah :
1) Persiapan
AI. Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri
menguasai materi dari yang akan diceramahkan. Untuk itu
penceramah harus mempersiapkan diri dengan mempelajari
materi dengan sistematika yang baik, lebih baik lagi kalau
disusun dalam diagram atau skema dan menyiapkan alat-alat
bantu pengajaran misalnya makalah singkat, slide,
transparan, sound system, dan sebagainya.
2) Pelaksanaan
AJ. Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah
apabila penceramah tersebut dapat menguasai sasaran
ceramah. Untuk dapat menguasai sasaran (dalam arti
psikologis), penceramah dapat melakukan hal-hal sebagai
berikut :
a. Sikap dan penampilan yang meyakinkan, tidak boleh
bersikap ragu-ragu dan gelisah.
b. Suara hendaknya cukup keras dan jelas.
c. Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta ceramah.
d. Berdiri di depan (di pertengahan), tidak boleh duduk.
e. Menggunakan alat-alat bantu (AVA) semaksimal
mungkin.
2. Seminar

9
AK. Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari satu
ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik yang dianggap
penting dan biasanya dianggap hangat di masyarakat. Metode
ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan
pendidikan menengah ke atas.
b) Kelompok kecil
AL. Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya kita
sebut kelompok kecil. Metode-metode yang cocok untuk kelompok
kecil antara lain :
AM.
AN.
1. Diskusi Kelompok
AO. Dalam diskusi kelompok agar semua anggota kelompok
dapat bebas berpartisipasi dalam diskusi maka formasi duduk para
peserta diatur sedemikian rupa sehingga mereka dapat berhadap-
hadapan atau saling memandang satu sama lain, misalnya dalam
bentuk lingkaran atau segi empat.
AP. Untuk memulai diskusi, pemimpin diskusi harus
memberikan pancingan-pancingan berupa pertanyaan-pertanyaan
atas kasus sehubungan dengan topik yang dibahas. Agar terjadi
diskusi yang hidup, pemimpin kelompok harus mengarahkan dan
mengatur sedemikian rupa sehingga semua orang dapat
kesempatan berbicara sehingga tidak menimbulkan dominasi dari
salah seorang peserta.
2. Curah Pendapat (Brain Storming)
AQ. Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi
kelompok. Prinsipnya sama dengan metode diskusi kelompok.
Bedanya, pada permulaannya pemimpin kelompok memancing
dengan satu masalah kemudian tiap peserta memberikan jawaban-
jawaban atau tanggapan (cara pendapat).
AR. Tanggapan atau jawaban-jawaban tersebut ditampung
dan ditulis dalam flipchart atau papan tulis. Sebelum semua

10
peserta mencurahkan pendapatnya, tidak boleh diberi komentar
oleh siapa pun. baru setelah semua anggota mengeluarkan
pendapatnya, tiap anggota dapat mengomentari dan akhirnya
terjadilah diskusi.
3. Bola Salju (Snow Balling)
AS. Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang,
2 orang). Kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah,
setelah lebih kurang 5 menit, tiap 2 pasang bergabung menjadi 1.
Mereka tetap mendiskusikan masalah tersebut dan mencari
kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang sudah
beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan
lainnya dan demikian seterusnya akhirnya terjadi diskusi seluruh
kelas.
4. Kelompok Kecil-Kecil (Bruzz Group)
AT. Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok kecil-
kecil (buzz group) kemudian dilontarkan suatu permasalahan
sama / tidak dengan kelompok lain dan masing-masing kelompok
mendiskusikan masalah tersebut. Selanjutnya kesimpulan dari tiap
kelompok tersebut dan dicari kesimpulannya.
5. Memainkan Peranan (Role Play)
AU. Dalam metode ini, beberapa anggota kelompok
ditunjuk sebagai pemegang peranan tertentu untuk memainkan
peranan, misalnya sebagai dokter puskesmas, sebagai perawat
atau bidan dan sebagainya, sedangkan anggota yang lain sebagai
pasien atau anggota masyarakat. Mereka meragakan misalnya
bagaimana interaksi / komunikasi sehari-hari dalam
melaksanakan tugas.
6. Permainan Simulasi (Simulation Game)
AV. Metode ini adalah merupakan gambaran antara role
play dengan diskusi kelompok. Pesan-pesan kesehatan disajikan
dalam beberapa bentuk permainan seperti permainan monopoli.

11
Cara memainkannya persis seperti bermain monopoli dengan
menggunakan dadu, gaco (penunjuk arah), selain beberan atau
papan main. Beberapa orang menjadi pemain dan sebagian lagi
berperan sebagai nama sumber.
c. Metode pendidikan massa (public)
AW. Metode pendidikan (pendekatan) massa untuk
mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada
masyarakat yang sifatnya massa atau publik maka cara yang paling tepat
adalah pendekatan massa.
AX. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggugah
awareness atau kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi, belum
begitu diharapkan sampai dengan perubahan perilaku. Namun demikian
bila sudah sampai berpengaruh terhadap perubahan perilaku adalah wajar.
AY. Pada umumnya bentuk pendekatan (cara) massa ini tidak
langsung. Biasanya menggunakan atau melalui media massa. Beberapa
contoh metode ini, antara lain :
a) Ceramah umum (public speaking)
AZ. Pada acara-acara tertentu, misalnya pada Hari Kesehatan
Nasional, menteri kesehatan atau pejabat kesehatan lainnya berpidato
di hadapan massa rakyat untuk menyampaikan pesan-pesan
kesehatan. Safari KB juga merupakan salah satu bentuk pendekatan
massa.
b) Pidato-pidato diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik baik
TV maupun radio, pada hakekatnya adalah merupakan bentuk
pendidikan kesehatan massa.
c) Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan
lainnya tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan melalui TV
atau radio adalah juga merupakan pendekatan pendidikan kesehatan
massa. Contoh "Praktek Dokter Herman Susilo" di televisi pada
waktu yang lalu.
d) Sinetron "Dokter Sartika" didalam acara TV juga merupakan bentuk
pendekatan pendidikan kesehatan massa.

12
e) Tulisan-tulisan di majalah atau koran, baik dalam bentuk artikel
maupun tanya jawab / konsultasi tentang kesehatan atau penyakit juga
merupakan bentuk pendekatan pendidikan kesehatan massa.
f) Billboard yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster dan
sebagainya adalah juga bentuk pendidikan kesehatan massa. Contoh
billboard "Ayo ke Posyandu".
BA.
D. Alat bantu dan media pendidikan kesehatan
a. Alat bantu peraga
a) Pengertian
BB. Yang dimaksud alat bantu pendidikan adalah alat-alat yang
digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan /
pengajaran. alat peraga ini dimaksudkan untuk mengerahkan indera
sebanyak mungkin kepada suatu objek sehingga mempermudah
persepsi..
BC. Elgar Dale membagi alat peraga tersebut menjadi 11 macam
dan sekaligus menggambarkan tingkat intensitas tiap-tiap alat tersebut
dalam suatu kerucut. Alat peraga akan membantu dalam melakukan
penyuluhan, agar pesan-pesan kesehatan dapat disampaikan lebih jelas
dan masyarakat sasaran dapat menerima pesan orang tersebut dengan
dengan jelas dan tetap pula. Dengan alat peraga, orang dapat lebih
mengerti fakta kesehatan yang dianggap rumit sehingga mereka dapat
menghargai betapa bernilainya kesehatan itu bagi kehidupan.
b) Faedah alat bantu pendidikan
BD. Secara terperinci, faedah alat peraga antara lain sebagai berikut
:
1. Menimbulkan minat sasaran pendidikan.
2. Mencapai sasaran yang lebih banyak.
3. Membantu mengatasi hambatan bahasa.
4. Merangsang sasaran pendidikan untuk melaksanakan pesan-
pesan kesehatan.
5. Membantu sasaran pendidikan untuk belajar lebih banyak dan
cepat.

13
6. Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-
pesan yang diterima kepada orang lain.
7. Mempermudah penyampaian bahan pendidikan / informasi
oleh para pendidik / pelaku pendidikan.
8. Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran pendidikan.
9. Mendorong keinginan orang untuk mengetahui kemudian lebih
mendalami dan akhirnya memberikan pengertian yang lebih baik.
10. Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh. Didalam
menerima sesuatu yang baru, manusia mempunyai kecenderungan
untuk melupakan atau lupa.
c) Macam-macam alat bantu pendidikan
BE. Pada garis besarnya, hanya ada 2 macam alat bantu pendidikan
(alat peraga) :
1. Alat bantu lihat (visual aids)
BF. Alat ini berguna didalam membantu menstimulasi
indera mata (penglihatan) pada waktu terjadinya proses
pendidikan. Alat ini ada 2 bentuk :
a. Alat yang diproyeksikan, misalnya slide, film, film strip,
dansebagainya.
b. Alat-alat yang tidak diproyeksikan :
a) Dua dimensi, gambar, peta, bagan, dan sebagainya.
b) Tiga dimensi misal bola dunia, boneka, dan sebagainya.
2. Alat bantu dengar (audio aids)
BG. Ialah alat yang dapat membantu menstimulasi indera
pendengar pada waktu proses penyampaian bahan pendidikan /
pengajaran. Misalnya piringan hitam, radio, pita suara, dan
sebagainya.
3. Alat bantu lihat-dengar
BH. Seperti televisi dan video cassette. Alat-alat bantu
pendidikan ini lebih dikenal dengan Audio Visual Aids (AVA).
BI. Disamping pembagian tersebut, alat peraga juga dapat
dibedakan menjadi 2 macam menurut pembuatannya dan
penggunaannya.
a. Alat peraga yang complicated (rumit), seperti film, film strip
slide dan sebagainya yang memerlukan listrik dan proyektor

14
b. Alat peraga yang sederhana, yang mudah dibuat sendiri
dengan bahan-bahan setempat yang mudah diperoleh, seperti
bambu, karton, kaleng bekas, kertas koran, dan sebagainya.
Beberapa contoh alat peraga yang sederhana yang dapat
dipergunakan di berbagai tempat, misalnya :
a) Di rumah tangga seperti leaflet, model buku bergambar,
benda-benda yang nyata seperti buah-buahan, sayur-
sayuran, dan sebagainya.
b) Di kantor-kantor dan sekolah-sekolah, seperti papan
tulis, flipchart, poster, leaflet, buku cerita bergambar,
kotak gambar gulung, boneka dan sebagainya.
c) Di masyarakat umum, misalnya poster, spanduk, leaflet,
fanel graph, boneka wayang, dan sebagainya.
BJ. Ciri-ciri alat peraga kesehatan yang sederhana antara
lain :
a. Mudah dibuat
b. Bahan-bahannya dapat diperoleh dari bahan-bahan lokal
c. Mencerminkan kebiasaan, kehidupan dan kepercayaan
setempat.
d. Ditulis (digambar) dengan sederhana.
e. Bahasa setempat dan mudah dimengerti oleh
masyarakat.
f. Memenuhi kebutuhan-kebutuhan petugas kesehatan dan
masyarakat.
d) Sasaran yang dicapai alat bantu pendidikan
BK. Menggunakan alat peraga harus didasari pengetahuan tentang
sasaran pendidikan yang akan dicapai alat peraga tersebut.
1. Individu atau kelompok
2. Kategori-kategori sasaran seperti kelompok umur, pendidikan,
pekerjaan, dan sebagainya.
3. Bahasa yang mereka gunakan
4. Adat-istiadat serta kebiasaan
5. Minat dan perhatian
6. Pengetahuan dan pengalaman mereka tentang pesan yang akan
diterima.

15
BL. Tempat memasang (menggunakan) alat-alat peraga :
1. Didalam keluarga antara lain dalam kesempatan kunjungan rumah,
waktu menolong persalinan, merawat bayi atau menolong orang
sakit dan sebagainya.
2. Di masyarakat, misalnya seperti pada waktu perayaan hari-hari
besar, arisan-arisan, pengajaran, dan sebagainya; serta dipasang
juga di tempat-tempat umum yang strategis.
3. Di instansi-instansi, antara lain puskesmas, rumah sakit, kantor-
kantor, sekolah-sekolah, dan sebagainya.
BM. Alat-alat peraga tersebut sedapat mungkin dapat dipergunakan
oleh :
1. Petugas-petugas puskesmas / kesehatan
2. Kader kesehatan
3. Guru-guru sekolah dan tokoh-tokoh masyarakat lainnya.
4. Pamong desa.
e) Merencanakan dan menggunakan alat peraga
BN. Sebelum mempergunakan alat peraga lain sebagai pengganti
benda-benda asli, perlu ditelaah terlebih dahulu apakah penggunaan
benda-benda asli memungkinkan atau tidak.Sebaliknya kalau tidak ada
benda-benda asli maka dibuatlah alat peraga dari benda-benda
pengganti.
BO. Sebelujm membuat alat peraga kita harus merencanakan dan
memilih alat peraga yang paling tepat untuk digunakan.Untuk itu perlu
diperhatikan antara lain hal-hal sebagai berikut:
1. Tujuan yang hendak di capai
a. Tujuan pendidikan. Tujuan ini dapat umtuk:
a) Mengubah pengetahuan / pengertian, pendapat dan
konsep-konsep.
b) Mengubah sikap dan persepsi
c) Menanamkan tingkah laku / kebiasaan yang baru
b. Tujuan penggunaan alat peraga
a) Sebagai alat bantu dalam latihan / penataran / pendidikan
b) Untuk menimbulkan perhatian terhadap sesuatu masalah
c) Untuk mengingatkan sesuatu pesan / informasi
d) Untuk menjelaskan fakta-fakta, prosedur, tindakan.

16
BP. Perancanaan dan pemilihan alat peraga ditentukan
sebagian besar oleh tujuan ini.
2. Persiapan penggunaan alat peraga
a. Merencanakan terlebih dahulu tes pendahuluan untuk suatu
media yang akan diproduksi.
b. Menentukan pokok-pokok yang akan dipesankan dalam
media tersebut.
c. Menentukan gambar-gambar pokok atau simbol-simbol
yang disesuaikan dengan ciri-ciri sasaran.
d. Memperlihatkan alat peraga / media tersebut kepada
sasaran tercoba.
e. Menanyakan kepada sasaran tercoba :
a) Apakah mereka mengalami kesukaran dalam
memahami pesan-pesan, kata-kata dan gambar-gambar
didalam media tersebut.
b) Menanyakan hal-hal yang tidak dimengerti.
c) Mencatat komentar-komentar dari sasaran tercoba.
d) perbaikan alat peraga (media) tersebut.
f. Mendiskusikan alat yang dibuat tersebut dengan orang lain
(teman-teman) atau dengan para ahli.
3. Cara mempergunakan alat peraga
BQ. Cara mempergunakan alat peraga sangat tergantung
pada alatnya. Menggunakan gambar sudah barang tentu lain
dengan menggunakan film strip dan sebagainya. Disamping itu
juga dipertimbangkan faktor sasaran pendidikannya. Untuk
masyarakat yang buta huruf akan lain dengan masyarakat yang
telah berpendidikan. Dan yang lebih penting lagi alat yang
digunakan harus menarik sehingga menimbulkan minat para
pesertanya. Pada waktu menggunakan AVA hendaknya
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Senyum adalah lebih baik untuk mencari simpati.
b. Tunjukkan perhatian bahwa hal yang akan dibicarakan /
diragakan itu adalah penting.

17
c. Pandangan mata hendaknya ke seluruh pendengar agar
mereka tidak kehilangan kontrol dari pihak pendidik.
d. Nada suara hendaknya ditukar-tukar agar pendengar tidak
bosan dan tidak mengantuk.
e. Ikut sertakan para peserta / pendengar, berikan kesempatan
untuk memegang dan atau mencoba alat-alat tersebut.
f. Bila perlu, berilah selingan humor, guna menghidupkan
suasana dan sebagainya.
b. Media pendidikan kesehatan
BR. Yang dimaksud dengan media pendidikan kesehatan pada
hakekatnya adalah alat bantu pendidikan (AVA). Disebut media
pendidikan karena alat-alat tersebut merupakan alat saluran (channel)
untuk menyampaikan kesehatan karena alat-alat tersebut digunakan untuk
mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat atau
klien.
BS.Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan-pesan kesehatan
(media), media ini dibagi menjadi 3, yakni :
a) Media cetak
BT. Media cetak sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan
kesehatan sangat bervariasi antara lain :
1. Booklet
2. Leaflet
3. Flyer (selebaran) ialah
4. Flip chart (lembar balik)
5. Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah
6. Poster
7. Foto yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan.
b) Media elektronik
BU. Media elektronik sebagai sasaran untuk menyampaikan pesan-
pesan atau informasi-informasi kesehatan, jenisnya berbeda-beda
antara lain :
1. Televisi
2. Radio
3. Video
4. Slide
5. Film strip

18
c) Media papan (Bill board)
BV. Papan (billboard) yang dipasang di tempat-tempat umum dapat
dipakai dan diisi dengan pesan-pesan atau informasi-informasi
kesehatan. Media papan disini juga mencakup pesan-pesan yang
ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada kendaraan-kendaraan
umum (bus dan taksi).
BW.
E. Domain perilaku kesehatan
BX. Perilaku manusia itu sangat kompleks dan mempunyai ruang
lingkup yang sangat luas. Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi
pendidikan membagi perilaku itu kedalam 3 domain (ranah / kawasan)
meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan
tegas.
BY. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan
pendidikan. Bahwa dalam tujuan suatu pendidikan adalah mengembangkan
atau meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut yang terdiri dari a) ranah
kognitif (cognitive domain) b) ranah afektif (affective domain) c) ranah
psikomotor (psychomotor domain).
BZ. Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk
kepentingan hasil pendidikan, ketiga domain ini diukur dari :
1. Pengetahuan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan
(knowledge).
2. Sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang
diberikan (attitude).
3. Praktek atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan
dengan materi pendidikan yang diberikan (practice).
CA. Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa
dimulai pada domain kognitif, dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap
stimulus yang berupa materi atau objek di luarnya.
CB. Menurut Ki Hajar Dewantoro, tokoh pendidikan nasional kita,
ketiga kawasan perilaku ini disebut cipta (kognisi), rasa (emosi) dan karsa
(konasi). Tokoh pendidikan kita ini mengajarkan bahwa tujuan pendidikan

19
adalah membentuk dan atau meningkatkan kemampuan manusia yang
mencakup cipta, rasa dan karsa tersebut. Ketiga kemampuan tersebut harus
dikembangkan bersama-sama secara seimbang sehingga terbentuk manusia
Indonesia seutuhnya (harmonis).
a. Pengetahuan (Knowledge)
CC. Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
CD. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour).
CE. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum
orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang
tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :
1. Awareness (kesadaran)
2. Interest (merasa tertarik)
3. Evaluation (menimbang-nimbang)
4. Trial dimana subjek mulai mencoba untuk melakukan sesuatu sesuai
dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
5. Adoption dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
CF.Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan
bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahapan-tahapan tersebut
diatas.
CG. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui
proses seperti ini dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap
yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting).
Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan
kesadaran akan tidak berlangsung lama.
CH. Pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif
mempunyai 6 tingkat, yakni :
a) Tahu (Know)

20
b) Memahami (Comprehension)
c) Aplikasi (Application)
d) Analisis (Analysis)
e) Sintesis (Synthesis)
f) Evaluasi (Evaluation)
CI. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek
penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita
ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut
diatas.
b. Sikap (Attitude)
CJ. Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulus atau objek. Beberapa batasan lain tentang sikap ini
dapat dikutipkan sebagai berikut :
CK. "An enduring system of positive or negative evaluations,
emotional feelings and pro or conection tendencies will respect to social
object" (Krech et al, 1982)
CL. "An individual's social attitude is an syndrome of respons
consistency with regard to social objects." (Cambell, 1950)
CM. "A mental and neural state of rediness, organized through
expertence, exerting derective or dynamic influence up on the individual's
respons to all objects and situations with which it is related". (Allpor,
1954)
CN. "Attitute entails an existing predisposition to respons to social
abjects which in interaction with situational and other dispositional
variables, guides and direct the obert behavior of the individual." (Cardno,
1955)
CO. Dari batasan-batasan diatas dapat disimpulkan bahwa
manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat
ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata
menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus
tertentu.

21
CP.Dalam bagian lain Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu
mempunyai 3 komponen pokok, yakni :
1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
2. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.
3. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave)
CQ. Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap
yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini,
pengetahuan, berpikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting.
CR. Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari
berbagai tingkatan, yakni :
a) Menerima (Receiving)
b) Merespons (Responding)
c) Menghargai (Valuing)
d) Bertanggung Jawab (Responsible)
CS.Pengukuran sikap dilakukan dengan secara langsung dan tidak
langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau
pernyataan responden terhadap suatu objek. Misalnya bagaimana pendapat
anda tentang pelayanan dokter di Rumah Sakit Cipto ?
c. Praktik atau tindakan (Practice)
CT.menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu
kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas.
CU. Tingkat-Tingkat Praktek
CV. a) Persepsi
CW. b) Respon Terpimpin (Giuded Respons)
CX. c) Mekanisme (Mecanism)
CY. d) Adaptasi (Adaptation)
CZ. Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung
yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan
beberapa jam, hari atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat
dilakukan secara langsung yakni dengan mengobservasi tindakan atau
kegiatan responden.
DA.
DB.
DC.
DD.
F. Perubahan-perubahan perilaku kesehatan
a. Teori Stimulasi Organisme Respon (S-O-R)

22
DE. Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya
perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang
berkomunikasi dengan organisme. Artinya kualitas dari sumber
komunikasi (sources) misalnya kredibilitas, kepemimpinan, gaya
berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang,
kelompok atau masyarakat.
DF.Hosland, et al (1953) mengatakan bahwa proses perubahan perilaku
pada hakekatnya sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku
tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari :
a) Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima
atau ditolak.
b) Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima)
maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses
berikutnya.
c) Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi
kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya
(bersikap).
d) Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan
maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu
tersebut (perubahan perilaku).
DG. Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah
hanya apabila stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi
dari stimulus semula. Stimulus yang dapat melebihi stimulus semula ini
berarti stimulus yang diberikan harus dapat meyakinkan organisme.
Dalam meyakinkan organisme ini, faktor reinforcement memegang
peranan penting.
DH.
DI.
b. Teori Festinger ( Dissonance Theory)
DJ. Finger (1957) ini telah banyak pengaruhnya dalam psikologi sosial.
Teori ini sebenarnya sama dengan konsep imbalance (tidak seimbang).
Hal ini berarti bahwa keadaan cognitive dissonance merupakan keadaan

23
ketidakseimbangan psikologis yang diliputi oleh ketegangan diri yang
berusaha untuk mencapai keseimbangan kembali. Apabila terjadi
keseimbangan dalam diri individu maka berarti sudah tidak terjadi
ketegangan diri lagi dan keadaan ini disebut consonance (keseimbangan).
DK. Dissonance (ketidakseimbangan) terjadi karena dalam diri
individu terdapat 2 elemen kognisi yang saling bertentangan. Yang
dimaksud elemen kognisi adalah pengetahuan, pendapat, atau keyakinan.
Apabila individu menghadapi suatu stimulus atau objek dan stimulus
tersebut menimbulkan pendapat atau keyakinan yang berbeda /
bertentangan didalam diri individu sendiri maka terjadilah dissonance.
DL. Sherwood dan Borrou merumuskan dissonance itu sebagai
berikut :
DM. Pentingnya stimulus x jumlah kognitif dissonance
DN. Dissonance = --------------------------------------------------------
DO. Pentingnya stimulus x jumlah kognitif consonance
DP.Rumus ini menjelaskan bahwa ketidakseimbangan dalam diri
seseorang yang akan menyebabkan perubahan perilaku terjadi disebabkan
karena adanya perbedaan jumlah elemen kognitif yang seimbang dengan
jumlah elemen kognitif yang tidak seimbang serta sama-sama pentingnya.
Hal ini akan menimbulkan konflik pada diri individu tersebut.
c. Teori Fungsi
DQ. Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku
individu itu tergantung kepada kebutuhan. Hal ini berarti bahwa stimulus
yang dapat mengakibatkan perubahan perilaku seseorang apabila stimulus
tersebut dapat dimengerti dalam konteks kebutuhan orang tersebut.
Menurut Katz (1960) perilaku dilatarbelakangi oleh kebutuhan individu
yang bersangkutan. Katz berasumsi bahwa :
a) Perilaku itu memiliki fungsi instrumental
b) Perilaku dapat berfungsi sebagai defence mecanism atau sebagai
pertahanan diri dalam menghadapi lingkungannya.
c) Perilaku berfungsi sebagai penerima objek dan memberikan arti.

24
d) Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dari diri seseorang dalam
menjawab suatu situasi.
DR. Teori ini berkeyakinan bahwa perilaku itu mempunyai fungsi
untuk menghadapi dunia luar individu dan senantiasa menyesuaikan diri
dengan lingkungannya menurut kebutuhannya. Oleh sebab itu didalam
kehidupan manusia, perilaku itu tampak terus-menerus dan berubah secara
relatif.
d. Teori Kurt Lewin
DS. Kurt Lewin (1970) berpendapat bahwa perilaku manusia
adalah suatu keadaan yang seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong
(driving forces) dan kekuatan-kekuatan penahan (restrining forces).
Perilaku ini dapat berubah apabila terjadi ketidakseimbangan antara kedua
kekuatan tersebut didalam diri seseorang.
DT. Sehingga ada 3 kemungkinan terjadinya perubahan perilaku
pada diri seseorang itu, yakni :
DU. a) Kekuatan-kekuatan pendorong meningkat.
DV. b) Kekuatan-kekuatan penahan menurun.
DW. c) Kekuatan pendorong meningkat
DX.
G. Bentuk-bentuk perilaku kesehatan
DY. Perilaku dapat diartikan suatu respons organism atau seseorang
terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek tersebut. Respon ini ada 2
macam:
a. Bentuk pasif adalah respon internal, yangtejadi di dalam diri manusia dan
tidak secara langsung dapat terlihatoleh orang lain.misalnya berfikir,
tanggapan atau sikap batin dan engetahuan. Misalnya seorang ibu tahu
bahwa imunisasi itu dapat mencegah suatu penyakit tetentu, meskipun ibu
tersebut tidak membawa anaknya ke Puskesmas untuk diimunisasi.
Contoh lain seorang yang menganjurkan orang lain untuk mengikuti
keluarga berencana meskipun ia sendiri tidak ikut keluarga berencana.
Dari kedua contoh tersebut mereka telah sama-sama telah mempunyai

25
sikap yang positip untuk mendukung kegiatan tersebut meskipun mereka
sendiri belum melakukannya
b. Bentuk aktif, yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara
langsung. Misalnya dari contoh diatas si ibu telah membawa anaknya ke
Puskesmas atau fasilitas lain untuk imunisasi dan pada kasus kedua dia
sudah mengikuti program KB
DZ. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap
adalah merupakan respons seseorang terhadap stimulus atau rangsangan yang
masih bersifat terselubung, dan disebut covert behavior. Sedangkan
tindakan nyata seseorang sebagai respons seseorang terhadap stimulus
(practice) adalah merupakan overt behavior
EA.

26
EB. BAB III
EC. PENUTUP
ED.
A. Kesimpulan
EE. Adapun kesimpulan dari makalah diatas adalah sebagai berikut:
a. Bahwa peranan pendidikan kesehatan adalah melakukan intervensi faktor
perilaku sehingga perilaku individu kelompok atau masyarakat sesuai dengan
nila-nilai kesehatan
b. Konsep pendidikan kesehatan adalah proses belajar pada individu, kelompok
atau masyarakat dari tidak tahu tentang nilai-nilai kesehatan menjadi tahu,
dari tidak mampu mengatasi masalah-masalah kesehatannya sendiri menjadi
mampu dan lain sebagainya.
c. Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku itu
kedalam 3 domain (ranah / kawasan) yaitu :
a) Pengetahuan
b) Sikap atau tanggapan
c) Praktek
d. Bentuk perilaku kesehatan
a) Pasif artinya mengetahui namun belum melaksanakan
b) Aktif yaitu mengetahui dan melaksanakannya serta dapat diobservasi
B. Saran
EF. Saran yang dapat penulis sampaikan adalah bahwa pendidikan
kesehatan itu perlu untuk ditetapkan dalam masyarakat Indonesia. Dengan
adanya pendidikan kesehatan masyarakat Indonesia dapat bertindak sesuai
dengan ketentuan dalam kesehatan sehingga dapat mencegah terjadinya
penyakit-penyakit yang membahayakan diri sendiri.
EG. Meskipun hasilnya akan terlihat dalam beberapa tahun kedepan,
namun pendidikan ini baik adanya untuk membantu masyarakat Indonesia
terlepas dari serangan penyakit serta terhindar dari tindakan pencegahan yang
membahayakan.
EH. Daftar Pustaka
EI.
EJ. Notoatmodjo, Soekidjo.2007. Kesehatan Masayarakat Ilmu dan Seni.
Jakarta :
EK. Rineka Cipta.
EL.

27

Anda mungkin juga menyukai