Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH PROMOSI KESEHATAN

BINA SUASANA
“ Analisis Jurnal Tentang Strategi Promosi Kesehatan Bina Suasana”

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Dasar Promosi Kesehatan
Dosen Pengampu : Icca stella Amalia, S.KM., MPH

S1 KESEHATAN MASYARAKAT
REGULER C
DI SUSUN OLEH :

Anita Lusiana (CMR0160066) Mira Nurafiah (CMR0160077)


Annisa Martiana (CMR0160067) Mitha Indrayanti (CMR0160078)
Chrisa Meila Pratama (CMR0160068) Nandi Adhadi T. (CMR0160079)
Herlan Tri Wahyudi (CMR0160072) Yola Lismayasari (CMR0160093)
Indri Noviani (CMR0160074)

STIKes Kuningan
TAHUN AJARAN 2017 / 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Selain itu,
penyusunan makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
Penyakit Paru Akibat Kerja (Antrakosis). Tak lupa kami mengucapkan
terimakasih kepada yang terhormat Ibu Icca Stella Amalia, S.KM., MPH selaku
pembimbing materi dalam pembuatan makalah ini.
Akhirnya kami menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, kami menerima kritik dan saran
agar penyusunan makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Untuk itu kami
mengucapkan banyak terima kasih dan semoga karya tulis ini bermanfaat untuk
kami dan untuk pembaca.

Kadugede, 10 Januari 2017

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... i

ii
DAFTAR ISI..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. iii
1.1. Latar Belakang Masalah........................................................................ iii
1.2. Rumusan Masalah................................................................................. v
1.3. Tujuan Penulisan................................................................................... v
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 1
2.1. Pengertian Promosi Kesehatan.............................................................. 1
......................................................................................................................
2.2. Sasaran Promosi Kesehatan.................................................................. 3
2.3. Strategi Promosi Kesehatan.................................................................. 4
2.4. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan...................................................... 6
2.5. Bina Suasana......................................................................................... 6
2.6. Promosi Kesehatan terhadap Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Individu pada Masyarakat Perkebunan di Wilayah Puskesmas Sei Kijang
Kabupaten Pelawanan........................................................................... 9
...............................................................................................................
2.7. Strategi Promosi Kesehatan Puskesmas DTP Tarogong Kabupaten
Garut..................................................................................................... 16
BAB III PENUTUP.......................................................................................... 20
3.1. Kesimpulan........................................................................................... 20
3.2. Saran...................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 21

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

iii
Promosi kesehatan merupakan bagian integral dari Pembangunan Kesehatan
Nasional. Hal ini dapat dilihat bahwa Promosi kesehatan merupakan salah satu
pilar dalam pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 melalui
peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya melalui
terciptanya masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh
penduduknya yang hidup dengan perilaku hidup bersih dan sehat serta dalam
lingkungan yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia.
Dalam perkembangnnya pusat promosi kesehatan melihat ada beberapa hal
yang perlu dilihat kembali sesuai dengan tugas pokok dan fungsi promosi
kesehatan dan kebijakan promosi kesehatan baik di pusat maupun di daerah, serta
masalah-masalah yang menyangkut kesehatan yang sering terjadi pada saat ini
yang sangat terkait dengan promosi kesehatan. Masalah yang penting dan perlu
disikapi adalah
a. Kurang fokus dan konsistennya program promosi kesehatan dalam
pencapaian indikator PHBS 65% pada tahun 2010 yang tertuang dalam
kegiatan pertahunnya.
b. Lemahnya dalam koordinasi, sinergisme dalam penyusunan perencanaan
antar program dan daerah
c. Sukarnya merubah “mind-set” paradigma sakit ke paradigma sehat. yang
sudah tidak sesuai lagi dalam pembangunan kesehatan,

d. Lemahnya kemauan dan kemampuan dalam menyusun rencana promosi


kesehatan dan strateginya yang bersifat makro dan berjangka panjang
e. Kurang kuatnya memahami konsep promosi kesehatan dan berbagai metode
promosi kesehatan.

iv
f. Koordinasi atar pusat dan provinsi serta antar provinsi yang masih kurang
g. Terbatasnya sumber daya yang dapat menunjang upaya promosi kesehatan.
Di samping itu, masalah lain yang dihadapi adalah perubahan dan tantangan
yang bersifat strategis baik internal maupun eksternal. Dalam kontek internal
antara lain adalah meliputi krisis politik, ekonomi, sosial budaya, dan keamanan
serta bencana alam dan keadaan geografis di beberapa wilayah Indonesia. Dalam
kontek eksternal antara lain adalah era globalisasi, perkembangan teknologi
transportasi, dan telekomunikasi-informasi. Keterikatan Indonesia dengan
berbagai komitmen internasional seperti Millennium Development Goals, dan
agenda-agenda internasional lainnya di bidang promosi kesehatan. Semua itu
perlu dipertimbangkan dalam mengalokasikan kegiatan promosi kesehatan di
daerah melalui dana dekonsentrasi pada tahun 2006.
Oleh sebab itu pusat promosi kesehatan sejak tahun 2005 telah melakukan
perubahan mind set dalam pengembangan programnnya baik dipusat dan daerah
yang dituangkan dalam kegiatan setiap tahun. Untuk mencapai target yang sudah
ditetapkan setiap tahunnya maka pada tahun 2006. Pusat promosi kesehatan dan
daerah mengalokasikan kegiatannya sesuai dengan 3 kegiatan pokok dan 12
kegiatan indikatifnya dengan beberapa penekanan kegiatan seperti
pengembangan desa sehat, Peningkatan pencapaian PHBS RT sehat, Advokasi.
Pengembangan model promosi kesehatan, penangan promosi KLB,
Pengembangan media promosi, pelatihan, pengembangan profile, dll.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan promosi kesehatan?
2. Siapa saja yang menjadi sasaran promosi kesehatan?
3. Bagaimana strategi promosi kesehatan?

v
4. Apa saja ruang lingkup promosi kesehatan?
5. Apa saja jenis kegiatan dari promosi kesehatan?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui definisi promosi kesehatan.

2. Untuk mengetahui sasaran promosi kesehatan.


3. Untuk mengetahui strategi promosi kesehatan.
4. Untuk mengetahui ruang lingkup promosi kesehatan.
5. Untuk mengetahui jenis kegiatan promosi kesehatan.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Promosi Kesehatan

vi
Istilah promosi selama ini selalu dihubungkan dengan penjualan (selles),
periklanan, (advertising), dan dipandang sebagai pendekatan propaganda yang
didominasi oleh pengguna media massa, dalam kontek kesehatan, promosi berarti
upaya memperbaiki kesehatan dengan cara memajukan, mendukung, dan
menempatkan kesehatan lebih tinggi dari agenda, baik secara perorangan maupun
kelompok. Determinan pokok kesehatan adalah aspek ekonomi, social, dan
lingkungan yang seringkali berada diluar control perorangan atau masyarakat
secara kolektif.
Oleh karena itu, aspek promosi kesehatan yang mendasar adalah melakukan
pemberdayaan sehingga individu lebih mampu mengontrol aspek-aspek
kehidupan mereka yang mempengaruhi kesehatan (Ewles Simnett, 1994).
Menurut pengertian tersebut terdapat dua unsur tujuan dan proses kegiatan
promosi kesehatan yaitu memperbaiki kesehatan, dan memiliki control yang lebih
besar terhadapnya (aspek-aspek kehidupan yang mempengaruhi kesehatan).
Definisi WHO, berdasarkan piagam Ottawa/Chater (1986) mengenai promosi
kesehatan sebagai hasil konperensi internasional promosi kesehatan di Ottawa
adalah menekan bahwa promosi kesehatan merupakan suatu proses yang
bertujuan memungkinkan individu meningkatkan control terhadap kesehatan dan
meningkatkan kesehatannya berbasis filosfi yang jelas mengenai pemberdayaan
diri sendiri (self empowerment). Proses pemberdayaan tersebut dilakukan dari
oleh untuk dan bersama masyarakat serta sesuai dengan sosialbudaya setempat.
Promosi kesehatan tidak hanya meningkatkan “kesadaran” dan kemauan seperti
yang dikonotasikan dalam pendidikan kesehatan.
Demi mencapai derajat kesehatan yang sempurna baik dari fisik, mental, dan
social masyarakat harus mampu mengenal dan meujudkan aspirasi dan
kebutuhannya, dan mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya. Lingkungan
disini mencakup lingkungan fisik, sosial budaya, dan ekonomi, termasuk
kebijakan, dan peraturan perundang-undangan.
Pengertian Promosi Kesehatan Menurut Para Ahli

vii
1. Piagam Ottawa (Ottawa Charter: 1986)
“Health promotion is the process of enabling people to increase control over,
and improve their health. To reach a state of complete physical, mental, and social
well-being, an individual or group must be able to identify and realize aspiration,
to satisfy needs, and to change or cope with the environment.”
Dari kutipan di atas jelas dinyatakan, bahwa promosi kesehatan adalah suatu
proses untuk memampukan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatan mereka. Dalam mencapai derajat kesehatan yang sempurna baik fisik,
mental dan sosial maka masyarakat harus mampu mengenal dan mewujudkan
aspirasinya, kebutuhannya, dan mengubah atau mengatasi lingkungannya.
2. Yayasan Kesehatan Victoria (Victorian Health Foundation-Australia, 1997)
“Health promotion is a programs are design to bring about ‘change’ within
people, organization, communities, and their environment.” Batasan ini
menekankan, bahwa promosi kesehatan adalah program-program kesehatan yang
dirancang untuk membawa perubahan-perubahan (perbaikan), baik di masyarakat
sendiri maupun perubahan-perubahan dalam organisasi dan lingkungannya.
3. Lawrence Green (1984)
Promosi kesehatan adalah bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan
intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi, yang dirancang
untuk memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi
kesehatan.
2.2. Sasaran Promosi Kesehatan
Sasaran promosi kesehatan diarahkan pada individu/keluarga, masyarakat,
pemerintah/ lintas sector/ politisi/ swasta, dan petugas atau pelaksana program.
1. Individu atau keluarga diharapkan :
a. Memperoleh informasi kesehatan memalui berbagai saluran (baik
langsung maupun melalui media massa)
b. Mempunyai pengetahuan dan kemampuan untuk memelihara,
meningkatkan, dan melindungi kesehatannya.

viii
c. Mempraktikan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
d. Berperan serta dalam kegiatan social, khususnya yang berkaitan dengan
lembaga swadaya masyarakat (LSM) kesehatan.
2. Masyarakat, diharapkan :
a. Menggalang potensi untuk mengembangkan gerakan atau upaya kesehatan
b. Bergotong-royong mewujudkan lingkungan sehat
3. Pemerintah / lintas sektor/politisi/swasta diharapkan :
a. Peduli dan mendukung upaya kesehatan, minimal dalam mengembangkan
perilaku dan lingkungan sehat.
b. Membuat kebijakan social yang memperhatikan dampak di bidang
kesehatan.
4. Petugas atau pelaksana program diharapkan :
a. Memasukakan komponen promosi kesehatan dalam setiap program
kesehatan.
b. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang memberi kepuasan pada
masyarakat.
Sasaran promosi kesehatan perlu dikenali secara rinci dan jelas agar promosi
kesehatan lebih efektif yang dihubungkan dengan tatanan rumah tangga, tatanan
tempat kerja, tatanan institusi kesehatan, tatanan institunsi pendidikan, dll.
Menurut Weiss (1991), program promosi dikembangkan dlam tiga daerah
utama yaitu sekolah, tempat kerja, dan kelompok masyarakat. Dalam pelaksanan
program promosi kesehatan, telat terbukti bahwa promosi kesehatan di
masyarakat, sekolah, dan tempat kerja cenderung paling efektif (Carleton,1991).
Kolbe (1988) menambahkan sasaran lain dalam promosi kesehatan adalah
pelayanan medis dan media.
Agar lebih spesifik, sasaran dibagi lagi menjadi sasaran primer, sekunder dan
tersier.
a. Sasaran primer adalah sasaran yang mempunyai masalah yang diharapkan
mau berprilaku sesuai harapan dan memperoleh manfaat paling besar dari
perubahan prilaku tersebut.

ix
b. Sasaran sekunder adalah individu atau kelompok yang memiliki pengaruh
atau disegani oleh sasaran primer. Sasaran sekunder diharapkan mampu
mendukung pesan-pesn yang disampaikan kepada sasaran primer.
c. Sasaran tersier adalah para pengambil kebijakan penyandang dana,pihak-
pihak yang berpengaruh diderbagai tingkatan (pusat, provinsi, kabupaten,
kecamatan, dan desa atau kelurahan).

2.3. Ruang Lingkup


Berdasarkan konperensi internasional promosi kesehatan di Ottawa, Canada
1986 yang menghasilkan piagam Ottawa promosi kesehatan dikelompokan
menjadi lima area, diantaranya :
1. Kebijakan pembangunan berwawasan kesehatan (healthy public policy).
Kegiatan ditujukan pada para pembuat keputusan atau penentu kebijakan. Hal
ini berarti setiap kebijakan pembangunan dalam bidang apapun harus
mempertimbangkan dampak kesehatan bagi masyarakat.
2. Mengembangkan jaring kemitraan dan lingkungan yang mendukung (create
partnership and supportive environment).
Kegiatan ini bertujuan mengembangkan jaringan kemitraan dan suasana yang
mendukung terhadap kesehatan. Kegiatan ini ditunjukan kepada pemimpin
organisasi masyarakat serta pengelolaan tempat-tempat umum dan diharpkan
memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan, baik lingkungan fisik maupun
non fisik yang mendukung atau kondusif terhadap keseatan masyarakat.
3. Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health service).
Penyelanggaraan pelayanan kesehatan merupakan tanggung jawab bersama
anatara pemberi dan penerima pelayanan. Orientasi pelayanan diarahkan dengan
menempatkan masyarakat sebagai subjek (melibatkan masyarakat dalam
pelayanan kesehatan) yang dapat memelihara dan meningkatkan kualitas
kesehatannya sendiri. Hal tersebut berarti pelayanan kesehatan lebih diarahkan
pada pemberdayaan masyarakat.
4. Meningkatkan keterampilan individu (increase individual skill).

x
Kesehatan masyarakat adalah kesehatan agregat, yang terdiri atas kelompok,
keluarga dan individu. Kesehatan masyarakat terwujud apabila kesehatan
kelompok, keluarga, dan individu terwujud. Oleh sebab itu, peningkatan
keterampilan kesehatan masyarakat atau individu sangat penting untuk
meningkatkan kesdaran,kemauan dan kemampuan masyarakat memelihara serta
meningkatkan kualitas kesehatannya.
5. Memperkuat kegiatan masyarakat (strengthen community action).
Derajat kesehatan masyarakat akan terwujud secara efektif jika unsur-unsur
yang terdapat di masyarakat tersebut bergerak bersama-sama. Memperkuat
kegiatan masyarakat berarti memberikan bantuan terhadap kegiatan yang sudah
berjalan di masyarakat sehingga lebih dapat berkembang disamping itu tindakan
ini memberikan kesemapatan masyarakat untuk berintropisasi, yaitu melakukan
kegiatan dan berperan secara aktif dalam pembangunan kesehatan.

2.4. Strategi Promosi Kesehatan


Penerapan promosi kesehatan dalam program-program kesehatan pada
dasarnya merupakan bentuk penerapan strategi global, yang dijabarkan dalam
berbagai kegiatan. Strategi global promosi kesehatan dari WHO (1984) dikenal
dengan strategi ABG (A, advokasi kesehatan; B, bina suasana; G, gerakan
masyarakat).
1. Advokasi kesehatan
2. Bina Suasana (social support),
3. Gerakan masyarakat (empowerment).

2.5. Bina Suasana


1. Pengertian Bina Suasana
Bina suasana yaitu penciptaan situasi yang kondusif untuk
memberdayakan perilaku hidup bersih dan sehat. Perilaku hidup bersih dan

xi
sehat dapat tercipta dan berkembang jika lingkungan mendukung hal ini,
lingkungan mencakup lingkungan fisik, sosial budaya, ekonomi dan politik.
2. Tujuan Bina Suasana
a. Agar para tokoh masyarakat menjadi jembatan antara sektor kesehatan
sebagai pelaksana program kesehatan dengan masyarakat (penerima
program) kesehatan.
b. Mensosialisasikan program-program kesehatan, agar masyarakat mau
menerima dan mau berpartisipasi terhadap program kesehatan tersebut
Bentuk kegiatan dukungan sosial : pelatihan pelatihan para toma,
seminar, lokakarya, bimbingan kepada toma, dan sebagainya.
3. Cara Pendekatan Bina Suasana
a. Pendekatan Individu
Bina Suasana Individu ditujukan kepada individu-individu tokoh
masyarakat. Dengan pendekatan ini diharapkan:
1) Dapat menyebarluaskan opini yang positif terhadap perilaku yang
sedang diperkenalkan.
2) Dapat menjadi individu-individu panutan dalam hal perilaku yang
sedang diperkenalkan.Yaitu dengan bersedia atau mau mempraktikkan
perilaku yang sedang diperkenalkan tersebut (misalnya seorang pemuka
agama yang rajin melaksanakan 3 M yaitu Menguras, Menutup dan
Mengubur demi mencegah munculnya wabah demam berdarah)
3) Dapat diupayakan agar mereka bersedia menjadi kader dan turut
menyebarluaskan informasi guna menciptakan suasana yang kondusif
bagi perubahan perilaku individu.
b. Pendekatan Kelompok
Bina suasana kelompok ditujukan kepada kelompok-kelompok dalam
masyarakat, seperti pengurus Rukun Tetangga (RT), pengurus Rukun Warga
(RW), Majelis Pengajian, Perkumpulan Seni, Organisasi Profesi, Organisasi
Wanita, Organisasi Siswa/Mahasiswa, Organisasi Pemuda, dan lain-lain.
Pendekatan ini dapat dilakukan oleh dan atau bersama-sama dengan
pemuka/tokoh masyarakat yang telah peduli. Dengan pendekatan ini

xii
diharapkan kelompok-kelompok tersebut menjadi peduli terhadap perilaku
yang sedang diperkenalkan dan menyetujui atau mendukungnya.
c. Pendekatan Masyarakat Umum
Bina suasana masyarakat umum dilakukan terhadap masyarakat umum
dengan membina dan memanfaatkan media-media komunikasi, seperti radio,
televisi, koran, majalah, situs internet, dan lain-lain, sehingga dapat tercipta
pendapat umum yang positif tentang perilaku tersebut. Dengan pendekatan ini
diharapkan :
a. Media-media massa tersebut menjadi peduli dan mendukung perilaku yang
sedang diperkenalkan.
b. Media-media massa tersebut lalu bersedia menjadi mitra dalam rangka
menyebar-luaskan informasi tentang perilaku yang sedang
diperkenalkan dan menciptakan pendapat umum (opini publik) yang
positif tentang perilaku tersebut.
c. Suasana atau pendapat umum yang positif ini akan dirasakan pula
sebagai pendukung atau “penekan” (social pressure) oleh individu-
individu anggota masyarakat, sehingga akhirnya mereka mau
melaksanakan perilaku yang sedang diperkenalkan.
4. Metode Bina Suasana
1. Pelatihan
2. Konferensi pers
3. Dialog terbuka
4. Penyuluhan
5. Pendidikan
6. Pertunjukkan tradisional
7. Diskusi meja bundar (Round table discussiaon)
8. Pertemuan berkala di desa
9. Kunjungan lapangan
10. Studi banding
11. Traveling seminar.
5. Hal yang Diperlukan untuk Menjaga Keseimbangan Bina Suasana
a. Forum komunikasi
b. Dokumen dan data yang up to date (selalu baru)
c. Mengikuti perkembangan kebutuhan masyarakat
d. Hubungan yang terbuka, serasi dan dinamis dengan mitra

xiii
e. Menumbuhkan kecintaan terhadap kesehatan
f. Memanfaatkan kegiatan dan sumber-sumber dana yang mendukung
upaya pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat
g. Adanya umpan balik dan penghargaan
6. Hambatan dalam Promosi Kesehatan Menurut Taylor (1991), hambatan
dalam penyelenggaraan tersebut diuraikan berikut ini.
a. Struktur dan sikap medical establishment lebih mendorong
menyembuhkan daripada mencegah, dan promosi kesehatan diabaikan.
b. Hambatan individual Hal ini berkaitan denga kebiasaan dan persepsi
resiko. Kebiasaan kesehatan yang dipelajari sejak kecil terkadang sulit
diubah, demikian juga persepsi.
c. Jaringan koperasi dan perencanaan yang rumit. Hal ini mencakup
pelaku riset praktisi dari berbagai disiplin ilmu yang berbeda, serta
policy makers (pembuat kebijakan ) pada masing – masing tingkat.
Sebelum program dianggap efektif, diperluakn studi, perencanaan yang
cermat, pelaksanaan, dan penilaian kemudian direncanakan kembali.

2.6. Strategi Promosi Kesehatan terhadap Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat Individu pada Masyarakat Perkebunan di Wilayah Puskesmas Sei Kijang


Kabupaten Pelawanan
A. Pendahuluan
Visi pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 yang dituangkan
dalam rencana pembangunan kesehatan adalah pencapaian kondisi yang sehat dan
merata kepada setiap lapisan masyarakat. Gerakan pembangunan berwawasan
kesehatan dengan kegiatan operasional antara lain dalam bentuk perilaku hidup
bersih dan sehat atau PHBS (Depkes RI, 2006). Dimana saat ini telah ditetapkan
rencana strategis Depkes tahun 2010 – 2014. Visi rencana strategis yang ingin
dicapai Depkes adalah “Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan“.

xiv
Hasil kegiatan program PHBS yang diukur melalui 10 indikator berdasarkan
Survei Kesehatan Nasional (2004) menunjukkan bahwa pencapaian PHBS secara
nasional masih jauh dari target, minimal 65%. Rendahnya pencapaian program
PHBS ini di wilayah kerja Puskesmas Seikijang terkait dengan kondisi geografis
yang berada pada daerah perkebunan.
Dari hasil pengamatan, daerah ini memang sulit dijangkau, satu-satunya jalan
penghubung untuk keluar dan masuk desa tersebut adalah sebuah jembatan yang
dibangun oleh masyarakat secara swadaya dan konstruksinya hanya terbuat dari
kayu sehingga hanya dapat dilalui oleh pejalan kaki dan pengendara sepeda motor.
Kondisi ini mengakibatkan sulitnya petugas kesehatan melakukan pelayanan
sehingga masyarakat kurang mendapatkan pelayanan kesehatan, disamping itu
masyarakat memang masih memiliki kesadaran yang rendah untuk berperilaku
hidup sehat (Profil Puskesmas Seikijang, 2010).
Atas dasar itu, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
strategi pemberdayaan masyarakat terhadap peningkatan PHBS individu dalam
keluarga pada masyarakat perkebunan di wilayah kerja Puskesmas tersebut.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode survei pada bulan Mei 2012. Sampel
penelitian sebanyak 100 orang responden diambil secara Proportional Sampel.
Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga yang berada di Kecamatan
Seikijang pada desa Lubuk Ogong, Kiyab Jaya, Simpang Beringin, Muda Setia
dan Seikijang. Uji statistik yang digunakan adalah Chi Square pada derajat
kepercayaan 95%. Jika P value <α 0,05 berarti terdapat hubungan yang signifikan
antara kegiatan advokasi, pemberdayaan masyarakat dan bina suasana dengan
PHBS. Dan jika P value ≥ α 0,05 berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara kegiatan advokasi, pemberdayaan masyarakat dan bina suasana dengan
PHBS.

xv
C. Hasil Dan Pembahasan
1. Strategi Promosi Kesehatan Masyarakat Terhadap PHBS di Kecamatan
Bandar Seikijang
a. Advokasi
Strategi advokasi sudah dilakukan di wilayah kerja Puskesmas
Seikijang tetapi belum maksimal. Hal ini dapat dilihat dari belum ada
peraturan-peraturan, serta masih sedikitnya kerjasama yang dilakukan
terhadap instansi terkait. Beberapa kegiatan advokasi yang telah digulirkan
ke masyarakat misalnya kegiatan Loka Karya Mini. Kegiatan ini
mengundang semua pejabat tingkat kecamatan baik dinas kesehatan,
puskesmas, dan masyarakat.
Pertemuan ini dilakukan sekali setahun oleh pihak Puskesmas. Tujuan
akhir dari pertemuan tersebut bersama-sama membuat kesepakatan antara
pejabat kepala puskesmas dan masyarakat untuk melaksanakan kegiatan
contohnya membuat perjanjian kerjasama antara bidan dan dukun
kampung dan dibentuknya kader posyandu. Kegiatan ini belum
tersosialisasi secara maksimal karena membutuhkan dukungan penuh dari
pengambil kebijakan khususnya dalam hal pemberian dana kepada setiap
kegiatan di masyarakat.
b. Pemberdayaan Masyarakat
Strategi pemberdayaan masyarakat telah dilakukan di wilayah kerja
Puskesmas Seikijang. Berbagai upaya yang dilakukan adalah dengan
memperkenalkan kepada masyarakat, mengidentifikasi dan melakukan
motivasi akan program PHBS. Walaupun kegiatan tersebut telah dilakukan
ternyata masyarakat belum merasakan manfaat dari strategi tersebut
sebagai penunjang meningkatkan PHBS keluarga. Hal ini disebabkan
hampir sebagian besar masyarakat memiliki pekerjaan sebagai petani
sehingga masyarakat kurang proaktif dalam setiap kegiatan tersebut.
c. Bina Suasana

xvi
Kegiatan bina suasana yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas
Seikijang meliputi pertemuan antara pihak puskesmas, tokoh masyarakat,
tokoh agama dengan masyarakat, memberikan penyuluhan tentang PHBS,
menjaga hubungan yang baik antara masyarakat dengan semua pihak
dalam meningkatkan PHBS. Dalam strategi ini dibutuhkan figur yang
dapat dicontoh oleh masyarakat seperti tokoh agama atau tokoh
masyarakat. Namun kegiatan ini kurang maksimal karena belum adanya
tokoh agama dan tokoh masyarakat yang memberikan contoh PHBS
individu dalam rumah tangga.
2. PHBS Rumah Tangga di Wilayah Kerja Puskesmas Seikijang
Dari hasil penelitian pelaksanaan 10 indikator tersebut, dapat terlihat
bahwa indikator Ibu bersalin ditolong oleh tenaga kesehatan, Ibu hanya
memberikan ASI kepada bayinya sampai umur 6 bulan, dengan menggunakan
air bersih merupakan perilaku hidup bersih yang sudah dilakukan dengan baik
oleh masyarakat Seikijang dengan baik (Tabel 1). Sedangkan indikator
lainnya belum berjalan dengan baik ditengah masyarakat Seikijang, terutama
perilaku makan buah dan sayur (82%), tidak merokok dalam rumah (77%),
menggunakan jamban sehat (75%), mencuci tangan dengan air bersih dan
sabun (69%).
Tabel 1. Pelaksanaan 10 indikator PHBS di wilayah kerja Puskesmas Seikijang

No Indikasi Ya (%) Tidak (%)

1. Ibu bersalin ditolong oleh tenaga medis 88 12


Ibu hanya memberikan ASI kepada bayinya
2 63 37
sampai dengan umur 6 bulan
3 Menimbang balita setiap bulan 44 56
4 Menggunakan air bersih 74 26
5 Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun 31 69
6 Menggunakan jamban sehat 25 75

xvii
7 Memberantas jentik dirumah 42 58
8 Makan buah dan sayur setiap hari 18 82
9 Melakukan aktifitas fisik setiap hari 38 62
10 Tidak merokok didalam rumah 23 77

Rendahnya perilaku hidup bersih dan sehat pada masyarakat Seikijang


diduga sebagai akibat dari rendahnya pendidikan. Dari data responden terlihat
bahwa pendidikan masyarakat yang terbanyak adalah SMA (34%), pekerjaan
penduduk sebagian besar petani (48%), dimana masyarakat lebih banyak
waktunya di ladang sehingga jarang mengikuti kegiatan kesehatan yang
diselenggarakan Puskesmas meliputi posyandu, imunisasi.

Status ekonomi masyarakat yang berada pada kategori sedang (47%),


paradigma masyarakat masih banyak yang mementingkan beli emas dari pada
memperhatikan beli makanan bergizi, membuat jamban sehat, beli sabun cuci
tangan, beli abate untuk berantas jentik nyamuk. Jarak rumah penduduk
dengan pelayanan kesehatan kurang lebih 5-10 Km. Jenis transportasi
penduduk kendaraan roda dua (78%), hal ini dikarenakan jarak yang jauh dan
kondisi alam yang masih banyak perkebunan, hutan, pertanian dan
transportasi yang hanya bisa dilalui kendaraan roda dua maka masyarakat
masih kesulitan menjangkau pelayanan kesehatan.

3. Hubungan Bina Suasana Terhadap Peningkatan PHBS Individu di Kecamatan


Seikijang
Tabel 5. Hubungan bina suasana terhadap peningkatan PHBS individu di Wilayah
puskesmas Seikijang Kabupaten Pelalawan
PHBS
Klasifikasi Klasifikasi Klasifikasi Klasifikasi
No Bina Suasana Total P-Value
I II III IV

xviii
1 Tidak Ada 18 33 0 0 0,000
2 Ada 7 21 18 3
Total 25 54 18 3 100

Dari Tabel 5 dapat dilihat hasil uji statistik menunjukkan bahwa nila p=0,000
< α (0,05) artinya terdapat hubungan yang signifikan antara bina suasana dengan
PHBS individu pada masyarakat perkebunan di wilayah Puskesmas Seikijang
Kabupaten Pelalawan. Kurangnya pelaksanaan strategi bina suasana berkaitan
dengan kurangnya pelaksanaan PHBS di wilayah tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kurangnya strategi bina suasana


yang dilakukan oleh tokoh masyarakat dalam memberikan contoh kepada
masyarakat tentang pentingnya ber PHBS dalam kehidupan sehari-hari, sehingga
dengan tidak adanya contoh dari tokoh agama/panutan dalam masyarakat
membuat masyarakat enggan untuk melakukan PHBS dalam kehidupan sehari-
hari. Namun apabila masyarakat memiliki tokoh panutan yang dapat memberikan
mereka contoh maka masyarakat akan mulai melaksanakan PHBS dalam rumah
tangga dengan sendirinya.
Menurut Djatmiko (2008), bahwa masalah yang muncul pada implementasi
Strategi Promosi Kesehatan adalah masih rendahnya kreatifitas dan inovasi dari
petugas Puskesmas, kurang perhatian dan tanggung jawab dari petugas
puskesmas, bidan desa dan kader kesehatan yang diwujudkan melalui kunjungan
rutin kerumah warga, tidak adanya pengawasan atau monitoring dari petugas
puskesmas setelah dilakukan penyuluhan atau masalah sosialisasi PHBS. Selain
itu juga belum ada kegiatan yang dapat memotivasi masyarakat untuk menerapkan
PHBS seperti perlombaan PHBS antar RW maupun penghargaan kepada
masyarakat yang menerapkan PHBS dalam rumah tangganya.
D. Kesimpulan

xix
Tiga strategi promosi kesehatan yang dilakukan pada masyarakat di wilayah
Puskesmas Seikijang adalah advokasi, pemberdayaan masyarakat dan bina
suasana. Strategi advokasi yang telah dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas
Seikijang adalah pertemuan presentasi kegiatan kesehatan yang dihadiri oleh
lintas program dengan lintas sektoral. Kerjasama kesehatan yang dilakukan
terhadap instansi terkait meliputi Kecamatan dan Kelurahan.
Strategi bina suasana yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Seikijang
meliputi petugas kesehatan hanya mengadakan penyuluhan dan menyebarkan
informasi kesehatan yang diprogramkan oleh Dinas Kesehatan, akan tetapi belum
ada petugas kesehatan mengajak tokoh masyarakat, tokoh agama, dengan
masyarakat memberikan penyuluhan tentang PHBS, lomba desa PHBS, sehingga
belum terbentuknya opini yang baik antara tokoh masyarakat dengan semua pihak
dalam meningkatkan PHBS.
Pelaksanaan PHBS masyarakat Seikijang berada pada rata-rata klasifikasi II
(warna kuning) artinya masyarakat kurang melaksanakan PHBS karena hanya
melaksanakan 4 sampai 5 dari 10 indikator. Terdapat hubungan yang signifikan
antara strategi advokasi dengan PHBS (p value = 0,007), pemberdayaan
masyarakat dengan PHBS (p value = 0,001), bina suasana dengan PHBS (p value
= 0,000).

2.7. Strategi Promosi Kesehatan Puskesmas DTP Tarogong Kabupaten Garut

A. Pendahuluan
Kesehatan mempunyai peran penting bagi kualitas hidup seseorang, sehingga
orang selalu berupaya memperoleh informasi kesehatan untuk memenuhi
kebutuhan kognitif, afektif dan dapat diterapkan dalam perilaku sehari-hari.
Data Dinas Kesehatan Garut yang dikutip Ratnasari (2013), menggambarkan
Kecamatan Tarogong Kaler yang menjadi wilayah kerja Puskesmas DTP

xx
Tarogong pada Tahun 2009 sampai dengan 2011 menduduki urutan angka
tertinggi ke-4 (empat) yang anggota masyarakatnya menderita deman berdarah
dengue (DBD). Hingga Kecamatan Tarogong Kaler menjadi salah satu kecamatan
yang endemis DBD di Kabupaten Garut, yaitu kecamatan yang dalam 3 (tiga)
tahun terakhir terjangkit DBD setiap tahunnya.
Kemudian hasil akreditasi Puskesmas DTP Tarogong belum mendapatkan
nilai bagus untuk bidang promosi kesehatan dan kesehatan lingkungan pada
layanan enam dasar (the basic six).
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui bentuk pemberdayaan yang diselenggarakan Puskesmas Tarogong
2. Mengetahui upaya bina suasana dalam mempengaruhi individu, keluarga dan
masyarakat untuk mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatannya
3. Mengetahui kegiatan advokasi agar masyarakat di lingkungan puskesmas
berdaya di bidang kesehatan
4. Mengetahui upaya kemitraan yang dikembangkan dalam promosi kesehatan
5. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan penyelenggara upaya

kesehatan terdepan dengan cara menjalankan fungsinya.

B. Metode
Metode penelitian yang digunakan dalam pene-litian ini adalah kualitatif
dengan pendekatan studi kasus. Menurut Yin (2009), Pendekatan studi kasus
merupakan strategi yang cocok bila pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan
dengan bagaimana dan mengapa, bila peneliti memiliki sedikit peluang untuk
mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki dan fokus penelitiannya
terletak pada fenomena kontemporer (masa kini) di dalam kehidupan nyata.
Informan dipilih secara purposif berdasarkan keter-kaitannya dengan strategi
promosi kesehatan di Puskesmas DTP Tarogong Kabupaten Garut. Informan
antara lain terdiri dari : Koordinator Promosi Kesehatan Puskesmas DTP

xxi
Tarogong, Kepala Seksi Promosi Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Garut,
penanggungjawab Promosi Kesehatan bidang Kesehatan Ibu dan Anak, Kasubbag
Perencanaan Evaluasi dan Pelaporan Kec. Tarogong Kaler yang aktif dalam
kegiatan PKK tingkat kecamatan.

C. Hasil dan Pembahasan


Upaya peningkatan kesehatan melalui perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) merupakan tujuan kegiatan promosi kesehatan. PHBS juga bermanfaat
untuk meningkatkan citra pemerintah daerah, sehingga menjadi contoh rumah
tangga sehat bagi daerah lain.
Perilaku sehat yang menjadi bagian dari 10 PHBS tatanan keluarga adalah :
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan

2. Memberi ASI Ekslusif


3. Menimbang balita setiap bulan

4. Menggunakan air bersih


5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

6. Menggunakan jamban sehat

7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu.


Sedangkan 3 (tiga) gaya hidup yang termasuk dalam PHBS rumah tangga
yaitu :
1. Makan buah dan sayur
2. Melakukan aktifitas fisik setiap hari
3. Tidak merokok di dalam rumah.
a. Bina Suasana

xxii
Strategi promosi melalui pemberdayaan akan lebih cepat berhasil apabila
didukung dengan upaya menciptakan suasana atau lingkungan yang kondusif.
Menciptakan lingkungan yang sehat di dalam dan di luar gedung puskesmas
menjadi salah satu tujuan yang ingin dicapai. Lingkungan yang sehat akan
mendorong masyarakat berperilaku hidup sehat lihat Liliwei, 2010.
Informasi-informasi yang disampaikan melalui media informasi dapat
dijadikan petunjuk bagi pengunjung puskesmas bahwa mereka berada dalam
lingkungan yang mendukung upaya peningkatan kualitas kesehatan.
Puskesmas DTP Tarogong juga melakukan bina suasana dalam gedung
dengan media audiovisual, pemutaran film tentang kesehatan di ruang tunggu
Balai Pengobatan Umum yang ditayangkan pada waktu ramai pengunjung, yaitu
antara pukul 09.00 sampai 12.00.
Terdapat upaya bina suasana berkaitan dengan jajanan sehat di lingkungan
Puskesmas DTP Tarogong yang menjadikan masyarakat tidak khawatir saat
mengkonsumsi jajanan di lingkungan kantin Puskesmas dengan pembinaan dari
petugas promosi kesehatan bidang gizi. dilihat di Hartono, B. (2010). Setiap yang
jualan di sini, sudah kita cek dan sampelnya diambil. Hal tersebut dilakukan oleh
dinas kesehatan. Seperti pelatihan mengenai jajanan sehat, lalu gerobak tersebut
akan diberikan label bahwa telah diberikan pelatihan jajanan sehat.

D. Kesimpulan
Pemberdayaan masyarakat oleh Puskesmas DTP Taro-gong berjenjang, mulai
dari individu, kelompok dan masyarakat dengan upaya pembentukkan perilaku
hidup bersih, sehat (PHBS); Bina suasana diupayakan melalui pengunaan media
promosi poster, spanduk dan televisi yang ditempatkan di halaman, balai
pengobatan umum, dan dinding puskesmas serta penciptaan lingkungan yang

xxiii
mendukung, seperti perilaku kesehatan petugas kesehatan, kantin sehat dan
lingkungan yang bebas asap rokok.
Advokasi melibatkan komitmen dan dukungan Pimpinan Kecamatan
Tarogong Kaler dan Dinas Kesehatan Kabupaten Garut dalam upaya pembuatan
kebijakan/regulasi dan pengadaan sumber daya dalam upaya mencegah penyakit
dan menciptakan lingkungan sehat. Saat ini masih mengandalkan penawaran mitra
untuk ikut serta dalam kegiatan promosi kesehatan atau perpanjangan kemitraan
yang sudah dibangun. Kemitraan yang sudah dilakukan Puskesmas DTP Tarogong
antara lain dengan majalah kesehatan dan organisasi profesi (PDGI).
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Menurut Piagam Ottawa (Ottawa Charter: 1986), promosi kesehatan adalah
suatu proses untuk memampukan masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan mereka. Dalam mencapai derajat kesehatan yang
sempurna baik fisik, mental dan sosial maka masyarakat harus mampu mengenal
dan mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, dan mengubah atau mengatasi
lingkungannya.
Sasaran promosi kesehatan yaitu individu atau keluarga, masyarakat, pemerintah /
lintas sektor/politisi/swasta, dan petugas atau pelaksana program. Agar lebih
spesifik, sasaran dibagi lagi menjadi sasaran primer, sekunder dan tersier.
Ruang lingkup
1. Kebijakan pembangunan berwawasan kesehatan (healthy public policy).
2. Mengembangkan jaring kemitraan dan lingkungan yang mendukung (create
partnership and supportive environment).
3. Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health service).
4. Meningkatkan keterampilan individu (increase individual skill).
5. Memperkuat kegiatan masyarakat (strengthen community action).

xxiv
Strategi Promosi kesehatan
1. Advokasi kesehatan
2. Bina Suasana (social support)
3. Gerakan masyarakat (empowerment).

Bina suasana yaitu penciptaan situasi yang kondusif untuk memberdayakan


perilaku hidup bersih dan sehat. Perilaku hidup bersih dan sehat dapat tercipta dan
berkembang jika lingkungan mendukung hal ini, lingkungan mencakup
lingkungan fisik, sosial budaya, ekonomi dan politik.
Cara pendekatan bina suasana, yaitu :
1. Pendekatan Individu
2. Pendekatan Kelompok
3. Pendekatan Masyarakat Umum
Metode Bina Suasana
1. Pelatihan
2. Konferensi pers
3. Dialog terbuka
4. Penyuluhan
5. Pendidikan
6. Pertunjukkan tradisional
7. Diskusi meja bundar (Round table discussiaon)
8. Pertemuan berkala di desa
9. Kunjungan lapangan
10. Studi banding
11. Traveling seminar.

DAFTAR PUSTAKA

xxv
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta:
Rineka Cipta.

Maulana, Heri. 2007. Promosi Kesehatan. Jakarta: Penerbit EGC.

xxvi

Anda mungkin juga menyukai