Anda di halaman 1dari 19

Kebijakan Program Promosi Kesehatan

Disusun untuk memenuhi tugas promosi kesehatan

Dosen Pengampuh :

M. Ridwan SKM., MPH

Disusun oleh :

Nama: Siska Meriza

Nim: N1A117200

Program Study Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Jambi

2018
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebijakan adalah suatu konsensus atau kesepakatan terhadap suatu
persoalan, di mana sasaran dan tujuannya diarahkan pada suatu prioritas
yang bertujuan, dan memiliki petunjuk utama untuk mencapainya (Evans &
Manning, 2003). Tanpa ada kesepakatan dan tidak ada koordinasi akan
mengakibatkan hasil yang diharapkan sia-sia belaka.
Promosi kesehatan mengakui memusatkan perhatian kepada proses
kebijakan publik dan kebanyakan definisi promosi kesehatan menempatkan
ide struktur sosial dan proses kebijakan sebagai pusat perhatiannya. Misalnya
healthy public policy adalah satu dari lima sarana aksi promosi kesehatan
untuk mencapai kesehatan tahun 2000 bersama dengan creating supportive
environments, strengthening community action, developing personal skills,
dan reorienting health services. Untuk mempromosikan kesehatan secara
efektif, kita perlu memahami, menganalisis, dan akhirnya mempengaruhi
kebijakan publik dan kebijakan kesehatan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kebijakan program promosi kesehatan?
2. Apa salah satu program promosi kesehatan?

C. Tujuan
1. Mengetahui kebijakan program promosi kesehatan
2. Mengetahui program promosi kesehatan

D. Manfaat
1. Sebagai rujukan dalam pembelajaran
2. Sebagai media cetak dalam pembelajaran
3. Sebagai referensi pengetahuan dalam diskusi
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian kebijakan sendiri adalah; (1) kepandaian, kemahiran; (2)


rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam
pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan dan cara bertindak (tentang
pemerintahan dan organisasi); penyertaan cita-cita, tujuan, prinsip dan maksud.
Sementara itu pengertian publik yang berasal dari bahasa Inggris yang berarti
negara atau pemerintah.

Serangkaian pengertian tersebut diambil makna bahwa pengertian kebijakan


publik menurut Santosa adalah “Serangkaian keputusan yang dibuat oleh suatu
pemerintah untuk mencapai suatu tujuan tertentu dan juga petunjuk-petunjuk yang
diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut terutama dalam bentuk peraturan-
peraturan atau dekrit-dekrit pemerintah” Ahli-ahli ini selanjutnya memandang
kebijakan publik sebagai keputusan-keputusan pemerintah yang mempunyai tujuan
atau maksud-maksud tertentu, dan mereka yang menganggap kebijakan publik
memiliki akibat-akibat yang bisa diramalkan.

Menurut suweni ayu dan nurwahid,(2015) pengertian kebijakan publik


menurut para ahli yang di kutipnya adalah :

1. Menurut N. Dunn, menyatakan bahwa kebijakan publik (Public policy)


adalah pola ketergantungan yang kompleks dari pilihan-pilihan kolektif yang saling
tergantung, termasuk keputusan-keputusan untuk bertindak yang dibuat oleh badan
atau kantor pemerintah.

2. Kebijakan publik merupakan semacam jawaban terhadap suatu masalah


karena merupakan upaya memecahkan, mengurangi dan mencegah suatu
keburukan serta sebaliknya menjadi penganjur inovasi dan pemuka terjadinya
kebaikan dengan cara terbaik dan tindakan terarah. Dapat dirumuskan pula bahwa
pengetahuan tentang kebijakan publik adalah pengetahuan tentang sebab-sebab,
konsekuensi, dan kinerja kebijakan dan program publik (Kencana, 1999).

3. Thomas R Dye sebagaimana dikutip oleh Islamy (2000:18) mendefinisikan


kebijakan publik sebagai “ is whatever government choose to do or not to do”
( apapaun yang dipilih pemerintah untuk dilakukan atau untuk tidak dilakukan).
4. Selanjutnya Dye mengatakan bahwa apabila pemerintah memilih untuk
melakukan sesuatu maka harus ada tujuannya. Dan kebijakan publik harus meliputi
semua tindakan pemerintah jadi bukan semata-mata merupakan pernyataan
keinginan pemerintah atau pejabat pemerintah saja. Hal yang tidak dilakukan
pemerintah juga merupakan kebijakan publik karena mempunyai dampak yang
sama besar dengan sesuatu yang dilakukan (Islamy, 2000).

5. Kaitannya dengan hal tersebut, kebijakan publik tentunya mempunyai


suatu kepentingan yang bersifat publik dimana menurut Schubert Jrmengungkapkan
bahwa kepentingan publik itu ternyata paling tidak sedikitnya ada tiga pandangan
yaitu :

a) Pandangan rasionalis yang mengatakan kepentingan publik adalah


kepentingan terbanyak dari total penduduk yang ada.

b) Pandangan idealis mengatakan kepentingan publik itu adalah hal yang


luhur, sehingga tidak boleh direka-reka oleh manusia.

c) Pandangan realis memandang bahwa kepentingan publik adalah hasil


kompromi dari pertarungan berbagai kelompok kepentingan.

RUANG LINGKUP KEBIJAKAN PUBLIK

Lingkup kebijakan publik sangat luas karena mencakup berbagai sektor atau
bidang pembangunan, seperti kebijakan publik di bidang pendidikan, pertanian,
kesehatan, transportasi, pertahanan, dan sebagainya.

Di samping itu, dilihat dari hirarkinya, kebijakan publik dapat bersifat nasional,
regional, maupun lokal, seperti Undang-Undang, Keputusan Presiden, Peraturan
Pemerintah, Peraturan Pemerintah Propinsi, Peraturan Pemerintah Kabupaten/Kota,
dan Keputusan Bupati/Walikota.
Adapun ruang lingkup kebijakan Publik secara khusus adalah :

1. Studi tentang perilaku elite politik dan birokrasi

2. Peran Kelompok Kepentingan dalam Proses Kebijakan.

Ahli-ahli selanjutnya memandang kebijakan publik sebagai keputusan-keputusan


pemerintah yang mempunyai tujuan atau maksud-maksud tertentu, dan mereka
yang menganggap kebijakan publik memiliki akibat-akibat yang bisa diramalkan.
Mewakili kelompok tersebut Nakamura dan Smallwood dalam bukunya yang
berjudul The Politics of Policy Implementation, melihat kebijakan publik dalam ketiga
ruang lingkup yaitu :

1. Ruang lingkup perumusan kebijakan (Formulation),

2. Ruang lingkup (Implementation), dan

3. Ruang lingkup (Evaluation) kebijakan.

MODEL KEBIJAKAN KESEHATAN

Para ahli kebijakan kesehatan membagi kebijakan ke dalam empat komponen


yaitu konten, proses, konteks dan aktor (Frenk J. 1993; Buse, Walt and Gilson,
1994; May & Walt, 2005). Pada proses kebijakan adalah suatu agenda yang teratur
melalui suatu proses rancang dan implementasi. Ada model yang digunakan oleh
analis kebijakan antara lain:

a. Model perspektif (rational model) yaitu semua asumsi yang mengformulasikan


kebijakan yang masuk akal berdasarkan informasi yang benar.

b. Model incrementalist (prioritas pilihan) yaitu membuat kebijakan secara pelan dan
bernegosiasi dengan kelompok-kelompok yang berminat untuk menyeleksi kebijakan
yang diprioritaskan.

c. Model rational (mixed scanning model) di mana penentu kebijakan mengambil


langkah mereview secara menyeluruh dan membuat suatu negosiasi dengan
kelompok-kelompok yang memprioritaskan model kebijakan.
d. Model puncuated equilibria yaitu kebijakan difokuskan kepada isu yang menjadi
pokok perhatian utama dari penentu kebijakan.

Berdasarkan bentuk atau tampilannya, model kebijakan dapat dibedakan antara:


model verbal, model simbolis, dan model prosedural.

1. Model verbal: adalah cara menampilkan model kebijakan dengan menggunakan


bahasa sehari-hari.

2. Model simbolis menggunakan simbol-simbol matematis untuk menggambarkan


hubungan antara variabel-variabel kunci yang dipandang cukup memadai untuk
menyatakan masalah kebijakan yang hendak dipecahkan. Model simbolis seringkali
disajikan sebagai suatu fungsi matematik. Masalah kebijakan dengan cara
menunjukkan hubungan yang dinamis antara variabel-variabel kebijakan. Contoh
paling baik dari model ini adalah model-model simulasi yang menunjukkan saling
hubungan antara variabel-variabel kunci tentang suatu masalah kebijakan.

3. Model prosedural adalah cara menampilkan masalah kebijakan dengan cara


menunjukkan hubungan yang dinamis antara variabel-variabel kebijakan. Contoh
paling baik dari moleh ini adalah model-model simulasi yang menunjukkan saling
hubungan antara variabel-variabel kunci tentang suatu masalah kebijakan.

PROMOSI KESEHATAN UNTUK MEMPENGARUHI KEBIJAKAN PUBLIK

Kebijakan publik telah, dan kemungkinannya tetap, menjadi pusat perhatian


promosi kesehatan. Healthy public policy dikembangkan sebagai unsur fundamental
promosi kesehatan dan ditarik dari kebijakan publik baik itu secara konseptual
maupun empirik. Kebijakan sosial memberikan pengetahuan bagaimana
“melakukan” healthy public policy: bagaimana mengembangkan kebijakan untuk
menambah kesehatan (health gain).

Bidang kebijakan publik dapat memberikan pengetahuan reflektif penting


pada asalmula promosi kesehatan itu sendiri dan pada kemunculannya sebagai
jenis yang lebih baru kebijakan kesehatan. Retorika healthy public policy
berimplikasi pada cara baru dalam berpikir tentang kesehatan dan kebijakan
pemerintah dan mengantisipasi lingkungan kebijakan baru dengan mekanisme baru
untuk pengembangan kebijakan. Pendekatan-pendekatan seperti tersebut dapat
dilihat sebagai setaraf sepadan dengan kebijakan pemerintahan dan atau kepada
yang lebih baru pemikiran “Third Way.” Pemahaman lingkungan kebijakan
merupakan pusat bagi keduanya. Kebijakan publik sebagai sebuah bidang studi
telah mengalami perubahan yang besar dan perkembangan selama dasawarsa
terakhir, merefleksikan perubahan sosial yang lebih luas.

Kebijakan publik terdiri dari perspektif yang bermacam yang merefleksikan


asumsi-asumsi yang berbeda tentang dunia sosial. Healthy public policy dapat dilihat
kedalam perspektif yang berbeda ini. Kebijakan penyalahgunaan narkotika
memberikan contoh keragaman tersebut, meskipun kebanyakan akan bekerja di
dalam perspektif kesehatan masyarakat. Perspektif konflik dan konsensus dapat
diidentifikasi di dalam literatur ini. Analisis perspektif tersebut memberikan
pemahaman kompleksitas studi, juga aktual, lingkungan kebijakan publik.
Keragaman dalam perspektif adalah ciri menonjol kebijakan publik dan healthy
public policy.

Studi kebijakan publik akan memberikan sumbangan besar pada promosi


kesehatan. Hal tersebut akan terus memberikan pemahaman bagaimana ciri-ciri
menonjol healthy public policy dalam lingkungan kebijakan saat ini; peran negara,
penduduk, dan masyarakat dalam pengembangan kebijakan; proses dan
kemungkinan pengembangan visi healthy public policy, jangkauan kerjasama lintas
sektoral; jangkauan koordinasi healthy public policy, dan bagaimana “public good”
dapat direkonsiliasikan dengan minat individu dan minat lainnya dalam memelihara
healthy public policy.Program-program di area studi berkaitan dengan
pengembangan ke kebijakan publik seperti juga pada healthy public policy,
membawa kita untuk mempertimbangkan promosi kesehatan sebagai kebijakan
publik.Promosi kesehatan telah berkembang bersama dengan dan sebagai respon
terhadap konteks sosial dan politik, khususnya pada akhir abad ke-20. Hal telah
dijelaskan sebagai yang terletak di garis depan perubahan sosial dan kultural.
Pengertian konteks sosial dan politik, di mana promosi kesehatan di dalamnya,
selain memberikan refleksi penting kesadaran pribadi juga memberikan pemahaman
yang lebih baik terhadap keterbatasan dan kemungkinan pengembangan healthy
public policy. Promosi kesehatan sendiri merupakan topik minat para ahli analisis
kebijakan sosial dan makin dipandang sebagai suatu arena kebijakan publik. Antara
kedua bidang studi ini terdapat area yang saling tumpang tindi
BAB 3

PEMBAHASAN

A. Kebijakan Program Promosi Kesehatan


Penyelenggaraan misi dalam rangka mencapai visi promosi kesehatan perlu
memperhatikan rambu-rambu dalam koridor kebijakan sebagai berikut :
1. Promosi kesehtan diselenggarakan dalam kerangka desentralisasi untuk
mewujudkan otonomi daerah di bidang kesehatan guna mencapai visi desa
sehat,kecamatan sehat, kabupaten/atau kota sehat, provinsi sehat. Oleh
karena itu penyelenggaraan promosi kesehtan di tingkat pusat, provinsi, dan
kabupaten/kota diarahkan untuk menciptakan kemampuan masyarakat
menolong dirinya sendiri dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber
day masyarakat, yang diperlukan dalam mencapi indonesia sehat,provinsi
sehat, kabupaten atau kota sehat.
2. Promosi kesehatan bukanlah kegitan yang berdiri sendiri melainkan kegitan
terdepan yang harus terpadu dengan kegiatan-kegiatan programa
kesehatan.Oleh karena itu, harus selalu diupayakan integrasi promosi
kesehatan kedalam setiap program kesehtan sejak dari tingkat pusat,
provinsi,sampai tingkat kabupaten/kota, bahkan kecamatan. Integrasi ini
harus dicerminkan dalam koordinasi penyusunanan anggaran kesehatan.
3. Sebagai perwujudan paradigma sehat, promosi kesehatan harus
mengutamakan terciptanya perilaku masyarakat untuk mencegah timbulnya
msalah-masalah kesehtan melalui upayah-upayah promotif dan preventif
tanpa mengabaikan terciptanya perilaku masyarakat untuk mengatasi
masalah-maslah kesehatanyanag sudah terjadi melaluiupayah-upayah kuratif
dan rehalibitatif.
4. Upayah mengubah dan atau menciptakan perilaku sehat melalui promosi
kesehatan harus di dukung oleh upaya-upayah lain yang berkaitan seperti
pemberlakuan kebijakan dan peratutan perunndang-undangan, peningkatan
keterjangkauan dan mutu pelayanan kesehatan, pengembangan sistem
jaminan pemeliharaan kesehtan masyrakt, subsidi bagi masyrakat miskin,
penyediaan sarana umum untuk kesehtan lingkungan.
5. Strategi utama dasar promosi kesehatan adalah pemberdayaan masyrakat
yang diperkuat dengan bina suasana dan advokasi. Dengan demikian
pemberdayaan masyrakat harus mendapat perhatian yang memadai sebagai
ujung tombak keberasilan promkes.Untuk meningkatkan efektvitas promosi
kesehakan didalam pemberdayaan measyarakat, bina suasan dan advokasi
harus diterapkan prinsip-prinsip kemitraan yang mencakup kesetaraan,
keterbukaan,dan saling menguntungkan.
6. Dinas kabupaaten/kota merupakan penanggungjawab promosi kesehatan
ditingkat kabupaten /kota.Dinas kesehatan kabupaten atau kota bertugas
mengkorordinasikan,meningkatakan dan membina pemberdayakan
masyarakat yang diselenggrakan oleh puskesmas,rumah sakit, dan sarana-
sarana kesehtan lain diwilayahnya.Selain itu, dinas kesehatan
kabupaten/kota juga mendukung gerakan pemberdayaan masyarakat yang
diselenggarakan dengan menyelenggarakan bina suasana dan advokasi
ditinkat kabupaten/kota. Bina suasana dan advokasi ini harus direncanakan
dan diselenggarakan dengan baik,sehingga sinkron dengan gerakan
pemberdayaan masyrakat baik drai segi isi maupun waktu
penyelenggraannya.
7. Dinas kesehatan provinsi merupakan penanggug jawab promosi kesehtan
ditingkat provinsi. Dinas kesehtan provinsi bertugas mengkoordinasikan,
mengembangkan dan memfasilitasi dinas kesehatan kabupaten/kota
dibidang promosi kesehatan. Selein iti dinas kesehatan provinsi juga
bertugas memperkuat pemberdayaan masyarakat yang diselenggarakan
ditingkat kabupaten/kota melalui pendidikan-pelatihan dan upaya-upaya lain
serta mendukungnya melalui bina suasana dan advokasi ditingkat provinsi.
8. Pusat promosi kesehatan departemen kesehatan merupakan penanggung
jawab promosi kesehatan secara nasional. Promosi kesehtan bertugas
mengembangkan kebijakan,pedoman dan standar dibidang promosi
kesehatan,termasuk pedoman integrasi promosi kesehatan kedalam proram-
program kesehatan pedoman penyelenggraan promosi kesehatan
didaerah.Selain itu, pusat proosi kesehtan bertugas memfasilitasi dan
mengkoordinasikan penyelenggaraan dan pengembangan promosi kesehtan
daerah, serta mendukungnya melalui bina suasana dan advokasi di tingkat
nasional.
9. Dalam rangka promosi kesehatan, baik secara nasiona, ditingkat
provinsi,maupun ditingkat kabupaten/kota,kemitraan harus dikembangkan
dengan berbagai pihak berkepentingan, baik dari unsur-unsur
pemerintahmaupun unsur-unsur masyarakat dan dunia usaha (swasta)
kemiraan ini diarahkan guna mewujudkan penyelenggraan pengelolaan yang
baik.
10. Guna meningkatkan promosi kesehatandengan berlandaskan kepada
fakta,harus dikembangkan pendayagunaan data dan infomasi dalam
perencanaan dan perancanagan promosi kesehatan, perencanaan dan
pelaporan serta sistem informasi di bidang promosi kesehatan.Hal-hal ini
harus dilakukan sejak dari tingkat kabupaten/kota sampai ketingkat provinsi
dan secara nasional. Dalam rangka ini, penyusunan promosi kesehatan
kabupaten/kota, profil promosi kesehatan provinsi,dan profil promosi
kesehatan indonesia,perlu mendapat perhatian dengan seksama.
11. Profil promosi kesehatan selain merupakan sarana penyedia data di bidang
promosi kesehatan, juga diarahkan sebagai sarana untuk memantau dan
mengevaluasi pencapaian perilaku sehat sebagai komponen dari indonesia
sehat, provinsi sehat, dan kabupaten/kota sehat.Dalam otonomi daerah
dibidang kesehatan, profil promosi kesehatan diarahkan sebagai sarana
perbandingan antara satu daerah dengan daerah lain dan satu institusi
dengan institusi lain.
12. Peningkatan kemampuan promosi kesehatan baik di kabupaten/kota
maupun provinsi,dan pusat dilaksanakandengan mendayagunakan
kemajuan-kemajuan iptek.
13. Peningkatan kemampuan promosi kesehatan baik di kabupaten/kota
maupun provinsi,dan pusat dilakukandengan mengembangkan sumber daya
dan infrastruktur dengan mengutamakanpngembangan sumber daya
manusia. Dalam rangka ini peningkatan kemampuan tenaga tenaga
kesehtan di puskesmas, di rumah sakit,dan sarana lain dalam pemberdayaan
masyarakat harus di upayakan.Selain itu penempatan pejabat-pejabat
fungsional penyuluh kesehatan masyarakat di puskesmas,rumah
sakit,sarana kesehatan lain,dan dinas kesehatan serta pembinaan
kualitasnya juga harus menjadi perhatian utama.
14. Pengembangan SDM pelaksana promosi kesehatan dilaksanakan secara
terpadu dengan pengembangan SDM kesehatan pada umumnya serta
diarah kan untuk meningkatkanprofesinalisme dan kesejahteraan.
15. Dalam rangka mewujudkan paradigma sehat dan memperkuat promosi
kesehtan kabupaten/kota provinsi,dan pusat perlu di upayakan
pengorganisasian promosi kesehtan yang memadai, sehingga mampu
menampung tugas-tugas yang dibebankan,mengelolah sumber daya yang di
butuhkan,dan mengakses program kesehatan yang didukungnya.
B. Program Promosi Kesehatan
Menurut susilowati,2016 salah satu bentuk program promosi kesehatan yang
sering dilakukan adalah memberikan pendidikan/penyuluhan kesehatan
terhadap klien.
1. Dalam Program Pendidikan Kesehatan
I. Pengertian PERENCANAAN dalam Program Pendidikan kesehatan
Pengertiannya Adalah: Memperkirakan atau memproyeksikan apa yang
akan lakukan dalam melaksanakan pendidikan.Hakekatnya: mengatur
dan menetapkan unsur pelaksanaan pengajaran/pendidikan yaitu: Topik
Pelajaran, Tujuan, bahan/isi, metode dan alat serta evaluasi/penilaian.
 Salah satu bentuk perencanaan pengajaran yang paling
sederhana adalah pembuatan SATPEL (Satuan Pelajaran)/SAP
(Satuan Acara Pengajaran/Penyuluhan)
 SAP adalah: Program belajar mengajar dalam satuan terkecil.
 Unsur yang terdapat di dalam perencanaan pengajaran/satpel
secara garis besar
harus memenuhi unsur berikut:
a. Tujuan instruksional
b. Bahan materi pengajaran
c. Topik
d. Metoda & alat bantu mengajar
e. Evaluasi/penilaian
II. Tahapan Membuat PERENCANAAN/Merancang SAP
a. Tentukan dan Identifikasi Sasaran/Klien
Pertama-tama anda harus tahu terlebih dahulu siapa yang menjadi
sasaran promosi kesehatan, pelajari sifat / karakteristiknya untuk
memudahkan menyusun / merancang perencanaan.(Jika
diasumsikan bahwa sasaran sudah ada/ditetapkan/ditemukan).
Maka yang selanjutnya harus anda lakukan adalah... :
1) Menentukan segmentasi sasaran, yaitu memilih sasaran yang
tepat dan dianggap sangat menentukan keberhasilan promosi
kesehatan.
2) Segmentasi sasaran memungkinkan pengelola program
menghitung kelompok sasaran untuk menentukan ketersediaan,
jumlah dan jangkauan produk di pasaran. Selain itu, pengelola
program dapat menghitung jenismedia dan menempatkan media
yang mudah diakses sasaran.
3) Kumpulkan data sasaran, yang menyangkut data perilaku,
epidemiologi,demografi geografi dan data psikografi atau gaya
hidup.

b. Menyusun Jadwal Rencana Pelaksanaan

Merupakan penjabaran dari rencana waktu dan tempat akan


pelaksanaan promosi kesehatan... yang biasanya disajikan dalam
bentuk gan chart/tabel di akhir SAP, atau dituliskan diawal
pembuatan SAP setelah judul.

c. Menentukan prioritas pengajaran/topik/pokok bahasan

1) Perawat bersama klien sebaiknya melakukan secara bersama-


sama.Perhatikan motivasi klien untuk berkonsentrasi pada
kebutuhan belajar
yang telah diidentifikasi.
2) Beberapa yang dapat dipergunakan sebagai kerangka pikir
dalam menetapkan prioritas: Hierarki kebutuhan menurut teori
Maslow; bila klien sebuah kelompok atau komunitas pertimbangkan
faktor predisposisi,pemungkin dan penguat. Khusus untuk keluarga,
dapat dipergunakan skalaprioritas yang dikembangkan oleh Bailon
& Maglaya (1988).
Kriteria prioritas pengajaran di komunitas, yaitu: kesadaran
komunitas terhadap masalah, motivasi memecahkan masalah,
kemampuan mempengaruhi pemecahan masalah,konsekuensi
serta beratnya jika masalah tidak terpecahkan.
3) Kemampuan perawat dalam menentukan prioritas masalah
promosi kesehatan, akan menjadi bahan pemikiran membuat topik /
pokok bahasan yang akan diberikan pada sasaran sesuai
kebutuhan belajarnya.
Maka untuk membiasakan perawat bekerja secara profesional dan
sesuai kompetensinya melakukan asuhan keperawatan
berdasarkan proses keperawatan, cantumkanlah Diagnosa
Keperawatan yang menjadi masalah/ dasar alasan /pemikiran anda
MENGAPA klien / sasaran tersebut diberikan pengajaran promosi
kesehatan tersebut. Kaitkanlah dengan hasil pengkajian yang anda
dapat (sesuai karakteristik / kebutuhan belajar sasaran agar
rasional dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
Dengan demikian anda akan dapat membuat diagnosa
keperawatan terkait promosi kesehatan yang akan dilakukan.Tulis
pula analisis situasinya yang menggambarkan pokok masalah, atau
keadaan sasaran sebagai data yang mendukung terhadap
diagnosa masalah yang telah anda tentukan...baik secara objektif
maupun subjektif.

d. Menetapkan tujuan pembelajaran

Menentukan tujuan promosi, adalah suatu pernyataan tentang


suatu keadaan di masa datang yang akan dicapai melalui
pelaksanaan promosi. Misalnya 90% rumah tangga mengkonsumsi
garam beryodium pada tahun 2010.
Tujuan harus SMART, yaitu specific (langsung ditujukan untuk
perubahan yang diharapkan pada sasaran), measureable (dapat
diukur), achievable/accurate(dapat dicapai/akurat), realistic
(disesuaikan dengan keadaan) dan timebound (memiliki batasan
waktu).
Tujuan berfungsi untuk menentukan arah kegiatan pengajaran.
1) Pada dasarnya tujuan utama promosi kesehatan adalah
untuk mencapai 3
hal, yaitu:
 Peningkatan pengetahuan atau sikap masyarakat
 Peningkatan perilaku masyarakat
 Peningkatan status kesehatan masyarakat
2) Menurut Green (1990) tujuan promosi kesehatan yang harus
menjadi pertimbangan dalam perencanaan promosi kesehatan
terdiri dari 3 tingkatan, yaitu:
a) Tujuan Program
Merupakan pernyataan tentang apa yang akan dicapai dalam
periode waktu tertentu yang berhubungan dengan status
kesehatan.
b) Tujuan Pendidikan
Merupakan deskripsi perilaku yang akan dicapai dapat
mengatasi masalah kesehatan yang ada
c) Tujuan Perilaku
Merupakan pendidikan atau pembelajaran yang harus tercapai
(perilaku yang diinginkan). Oleh sebab itu, tujuan perilaku
berhubungan dengan pengetahuan dan sikap yang ditunjukkan
3) Tujuan Instruksional
Dalam Membuat Tujuan Instruksional, perhatikan ranah
taksonomi menurut Bloom dibawah ini... (materi ini bisa anda
perdalam dari literatur ilmu pendidikan/proses belajar mengajar)
a) Tujuan Kognitif (Pengetahuan)
1. Pengetahuan/ingatan
2. Pemahaman
3. Penerapan/aplikasi
4. Analisa
5. Sintesis
b) Tujuan Afektif (Sikap) :
1. Penerimaan
2. Pemberian respon
3. Penghargaan
4. Pengorganisasian
5. Karakterisasi
c) Tujuan Psikomotor (ketrampilan)
1. Persepsi
2. Kesiapan
3. Respon terbimbing
4. Mekanisme
5. Respon yg kompleks
6. Adaptasi
7. Originasi
Ada dua (2) jenis tujuan instruksional yang harus anda buat
dalam
rancangan SAP:
a) Tujuan Instruksional Umum (TIU)/tujuan pembelajaran umum
• Tingkat pencapaiannya memerlukan beberapa kali proses.
• TIU akan dapat dicapai bila TIK sudah dikuasai
• Kata Kerja perilaku yang diharapkan, ditulis menggunakan
kata
kerja abstrak.
Contoh Kata kerja Abstrak
• Mengetahui
• Memahami
• Menghargai• Menguasai, dll.
a) Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Adalah Tujuan pengajaran yang dibuat untuk keperluan 1x
proses belajar mengajar, yang diharapkan langsung bisa dicapai
sasaran dalam 1x pertemuan.
Perhatikan :
• Luas & dalamnya bahan
• Waktu yang tersedia
• Sarana belajar, alat bantu dll
• Tk. kesulitan bahan & tk pemahaman klien
Kata Kerja perilaku yang diharapkan, ditulis menggunakan kata
kerja Konkret. Contoh Kata kerja kongkret:
• Menyebutkan•Menjelaskan•Memilih•Menguraikan•Membedaka
• Menentukan• Menghitung• Membandingkan• Menyusun
Isi TIK:
• Kognitif• Afektif• Psikomotor
Syarat TIK:
• Berpusat pada perubahan Tingkah Laku klien
• Tingkah laku yang diharapkan memiliki ciri-ciri: operasional,
spesifik dan dapat diukur• Berisi makna pokok bahasan
Sifat TIK:
• Bertingkat/hierarkhi• Setara• Berurutan• Kombinasi
Ciri TIK:
• Spesifik• Operasional• Dapat diukur
Cara menguji operasional / tidak-nya tujuan (yang anda dibuat) :
Dengan cara menguji atau mengukur aspek Tingkah Laku yang
ditulis dalam rumusan tujuan tsb.
Unsur-unsur TIK :
A : Audience (siapakah sasarannya?)
B : Behavior (Apa perubahan perilaku yang diharapkan?)
C:Condition (Bagaimana kondisi dari perilaku yang diharapkan?)
D : Degree (Kualitas/tingkatan dari perilaku yang diharapkan?)

e. Menentukan substansi/isi materi promosi kesehatan

Isi promosi kesehatan harus dibuat sesederhana mungkin


sehingga mudah dipahami oleh sasaran. Bila perlu buat
menggunakan gambar dan bahasa setempat sehingga sasaran
mau melaksanakan isi pesan tersebut.

f. Memilih strategi/metode belajar

1. Untuk perubahan tingkat Pengetahuan: penyuluhan langsung,


pemasangan poster, spanduk, penyebaran leaflet, dll
2. Untuk merubah Sikap : memberikan contoh konkrit yang
dapat menggugah emosi, perasaan dan sikap sasaran,
misalnya dengan memperlihatkan foto, slide atau melalui
pemutaran film/video
3. Untuk perubahan kemampuan/Keterampilan: sasaran harus
diberi kesempatan untuk mencoba keterampilan tersebut.
4. Pertimbangkan sumber dana & sumber daya
g. Memilih alat bantu mengajar / media promosi kesehatan

1. Teori pendidikan : belajar yang paling mudah adalah dengan


menggunakan media.
2. Memilih media promosi, yaitu saluran yang akan digunakan
untuk menyampaikan pesan pada sasaran, yang didasarkan
pada selera sasaran bukan selera pengelola program.
3. Media yang dipilih harus bergantung pada jenis sasaran,
tingkat pendidikan, aspek yang ingin dicapai, metode yang
digunakan dan sumber daya yang ada. Selain itu Media yang
dipilih pun harus memberi dampak yang luas, oleh karena itu
perlu ditentukan tujuan media yang akan menjadi dasar
perencanaan media : Jangkauan, frekuensi bobot, kontinuitas
dan biaya.
4. Mengembangkan pesan-pesan dalam media yang akan
digunakan yang disesuaikan dengan tujuan promosi.

h. Merancang rencana kegiatan pelaksanaan

Buatlah uraian rencana yang menggambarkan aktivitas anda


dan sasaran saat program pendidikan / promosi kesehatan akan
dilakukan, dimulai dari
1) pembukaan,
2) pelaksanaan kegiatan inti penyuluhan
3) penutupan.

i. Menyusun rencana evaluasi

Harus dijabarkan tentang kapan evaluasi akan dilaksanakan,


dimana akan dilaksanakan, kelompok sasaran yang mana akan
dievaluasi dan siapa yang akan melaksanakan evaluasi
tersebut.
BAB 4

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Kebijakan kesehatan merupakan kebijakan publik. Konsep dari kebijakan
publik dapat diartikan sebagai adanya suatu negara yang kokoh dan memiliki
kewenangan serta legitimasi, di mana mewakili suatu masyarakat dengan
menggunakan administrasi dan teknik yang berkompeten terhadap keuangan
dan implementasi dalam mengatur kebijakan.
Salah satu pelaksanaan program Promosi Kesehatan yang sering dilakukan
dalam rangka melakukan asuhan keperawatan pada klien ketika mengalami
masalah pada pengetahuan, sikap atau pun ketrampilannya adalah
memberikan penyuluhan atau pendidikan kesehatan.
B. Saran
Untuk itu diperlukan ketrampilan membuat rancangan perencanaan berupa
Satuan Acara Penyuluhan (SAP) agar tindakan yang dilakukan efektif dan
optimal serta dapat dipertanggungjawabkan secara professional.
DAFTAR RUJUKAN

Suweni ayu s, N dan Nurwahid h, S.2015. Promosi Kesehatan dan Kebijakan


Publik. Jakarta: Info Bidan

Susilowati,D.2016.Promosi Kesehatan.Jakarta Selatan: Kementerian Kesehatan


Republik Indonesia

Notoadmojo,S.2010.Promosi kesehatan teori dan aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai