Anda di halaman 1dari 42

KONSEP DASAR

KEBIJAKAN KESEHATAN
I. PENGERTIAN KEBIJAKAN, KEBIJAKAN PUBLIK
DAN KEBIJAKAN KESEHATAN – 1
KEBIJAKAN :
 Kebijakan adalah sebuah konsep, bukan fenomena
spesifik maupun konkret, sehingga pendefinisiannya tidak
mudah. Kebijakan akan jauh bermanfaat apabila dilihat
sebagai petunjuk untuk bertindak atau serangkaian
keputusan atau keputusan yang saling berhubungan satu
sama lain (Crinson, 2009).
 Kebijakan adalah suatu konsensus atau kesepakatan
terhadap suatu persoalan, yang sasaran dan tujuannya
diarahkan pada suatu prioritas tujuan, dan memiliki
petunjuk utama untuk mencapainya (Evans & Manning,
2003).
PENGERTIAN KEBIJAKAN, KEBIJAKAN PUBLIK
DAN KEBIJAKAN KESEHATAN – 2
KEBIJAKAN PUBLIK :
 Secara umum, Kebijakan Publik adalah suatu keputusan
yang dimaksudkan untuk mengatasi suatu permasalahan
tertentu yang dilakukan oleh Lembaga Pemerintah yang
berwenang dalam rangka penyelenggaraan tugas
pemerintahan negara dan pembangunan bangsa.
 Menurut Thomas R. Dye (1976) dalam Winarno (2007) :
a. Kebijakan Publik adalah apapun yg dipilih oleh
Pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan
(whatever governments choose to do or not to do).
b. Kebijakan Publik adalah tindakan yang dibuat dan di
implementasikan oleh badan pemerintah dan
perwakilan lembaga pemerintah yang memiliki
kewenangan hukum, politis dan finansial untuk
melakukannya
PENGERTIAN KEBIJAKAN, KEBIJAKAN PUBLIK
DAN KEBIJAKAN KESEHATAN – 3
c. Kebijakan Publik adalah seperangkat tindakan yang
berorientasi pada tujuan. Kebijakan Publik biasanya
bukanlah sebuah keputusan tunggal, melainkan
terdiri atas berberapa pilihan tindakan atau strategi
yang dibuat untuk mencapai tujuan tertentu demi
kepentingan orang banyak.
d. Kebijakan Publik merupakan sebuah reaksi terhadap
kebutuhan dan masalah dunia nyata. Kebijakan
Publik berupaya merespons masalah atau kebutuhan
konkret yang berkembang di masyarakat. Oleh karena
itu, pada umumnya kebijakan publik merupakan
tindakan kolektif untuk memecahkan masalah sosial.
PENGERTIAN KEBIJAKAN, KEBIJAKAN PUBLIK
DAN KEBIJAKAN KESEHATAN – 4
 Menurut Suharto (2005) :
Kebijakan Publik meliputi semua kebijakan yang berasal
dari pemerintah, seperti kebijakan ekonomi, transportasi,
komunikasi, pertahanan dan keamanan (militer) serta
fasilitas2 umum lainnya (air bersih, listrik).
 Menurut Knoepfel (2007) dalam Solichin (2012)
Kebijakan Publik adalah serangkaian tindakan atau
keputusan sebagai akibat dari interaksi terstruktur dan
berulang diantara berbagai aktor, fihak publik/pemerin-
tah, swasta, privat yang terlibat berbagai cara merespons,
mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang secara
politik didefinisikan sebagai masalah publik.
PENGERTIAN KEBIJAKAN, KEBIJAKAN PUBLIK
DAN KEBIJAKAN KESEHATAN – 5
KESIMPULAN :
 Kebijakan Publik adalah suatu arahan untuk melakukan
atau tdk melakukan tindakan tertentu shg menggerakkan
seluruh sektor atau perangkat pemerintahan dan
menciptakan perubahan pada kehidupan yang terkena
dampak dari kebijakan tersebut. Atau bisa juga Kebijakan
Publik disebut dengan Guide for Action.
 Pembuat Kebijakan Publik secara formal dan legal adalah
berfokus pada Pemerintah.
 Bicara Kebijakan Publik berarti bicara mengenai semua
kebijakan yang mempengaruhi kehidupan masyarakat,
termasuk Kebijakan Kesehatan.
PENGERTIAN KEBIJAKAN, KEBIJAKAN PUBLIK
DAN KEBIJAKAN KESEHATAN – 6
KEBIJAKAN KESEHATAN :
 Menurut Walt (1994) :
a. Kebijakan Kesehatan adalah berbagai upaya dan tindakan
pengambilan keputusan yang meliputi aspek Teknis Medis
dan Pelayanan Kesehatan, serta melibatkan pelaku/aktor
baik pada skala individu maupun organisasi atau institusi
dari pemerintah, swasta, LSM dan representasi masyarakat
lainnya yg membawa dampak pd kesehatan.
b. Kebijakan Kesehatan didefinisikan sebagai suatu cara atau
tindakan yang berpengaruh terhadap perangkat institusi,
organisasi, pelayanan kesehatan dan pengaturan keuangan
dari sistem kesehatan.
c. Kebijakan Kesehatan adalah Kebijakan Publik yang berlaku
untuk bidang Kesehatan.
PENGERTIAN KEBIJAKAN, KEBIJAKAN PUBLIK
DAN KEBIJAKAN KESEHATAN – 7
 Menurut Davies (2001); Milio (2001); Hunter (2005);
Labonte (1998); Mohindra (2007) :
Kebijakan Kesehatan bertujuan utk mendisain program-2
di tingkat pusat dan lokal, agar dpt dilakukan perubahan
terhadap determinan kesehatan termasuk kebijakan
kesehatan internasional
 Menurut Green & Thorogood (1998) :
Kebijakan kesehatan adalah suatu hal yg peduli terhadap
pengguna pelayanan kesehatan termasuk manajer dan
pekerja kesehatan. Kebijakan kesehatan dapat dilihat
sebagai suatu jaringan keputusan yg saling berhubungan,
yg pada prakteknya peduli kepada pelayanan kesehatan
masyarakat
PENGERTIAN KEBIJAKAN, KEBIJAKAN PUBLIK
DAN KEBIJAKAN KESEHATAN – 8
KESIMPULAN :
 Kebijakan-kebijakan kesehatan dibuat oleh pemerintah
dan swasta. Kebijakan merupakan produk pemerintah,
walaupun pelayanan kesehatan cenderung dilakukan
secara swasta, dikontrakkan atau melalui suatu
kemitraan, kebijakannya disiapkan oleh pemerintah di
mana keputusannya mempertimbangkan juga aspek
politik (Buse, May & Walt, 2005).
 Kebijakan kesehatan adalah kebijakan publik yang
merupakan tanggung jawab pemerintah dan swasta.
Sedangkan tugas untuk menformulasi dan implementasi
kebijakan kesehatan dalam satu negara merupakan
tanggung jawab Departemen Kesehatan (WHO, 2000).
II. KOMPONEN KEBIJAKAN – 1

Para ahli kebijakan kesehatan membagi kebijakan ke dalam


empat komponen yaitu : Content/Konten/Isi, Process,
Context /Lingkungan dan Actor /Pelaku (Frenk J. 1993;
Buse, Walt & Gilson, 1994; May & Walt, 2005).

1. Konten/Isi Kebijakan (Policy Content)


Konten Kebijakan berhubungan dengan teknis dan
institusi. Contohnya aspek teknis adalah penyakit diare,
malaria, typus, promosi kesehatan, aspek insitusi adalah
organisasi publik dan swasta.
KOMPONEN KEBIJAKAN – 2
Konten/Isi kebijakan memiliki empat tingkat dalam
pengoperasiannya yaitu :
a. Sistemik atau menyeluruh di mana dasar dari tujuan
dan prinsip-prinsip diputuskan.
b. Programatik adalah prioritas-prioritas yang berupa
perangkat untuk mengintervensi dan dapat
dijabarkan ke dalam petunjuk pelaksanaan untuk
pelayanan kesehatan.
c. Organisasi di mana difokuskan kepada struktur dari
institusi yg bertanggung jawab terhadap implementasi
kebijakan.
d. Instrumen yang menfokuskan untuk mendapatkan
informasi demi meningkatkan fungsi dari sistem
kesehatan.
KOMPONEN KEBIJAKAN – 3
2. Policy Process (Proses Kebijakan).
Proses kebijakan adalah suatu agenda yang teratur melalui
suatu proses rancang dan implementasi.

Siklus Kebijakan Ideal


Policy
Formulation (2)
Pengumpulan info Rancangan Kebjk Efis & Efekt

Agenda Decision (3)


Setting (1) Making Berkekuatan hukum

Bila ditemukan masalah Kebjk. hampir ideal

Monitoring & Policy


Evaluation (5) Implementation (4)
KOMPONEN KEBIJAKAN – 4
Terdapat beberapa pendekatan /model yang digunakan
dlm Proses Kebijakan :
a. Rational Model (Model Rasional/Model Perspektif ) :
 Model rasional menekankan bhw proses kebijakan
merupakan proses yang rasional dan dilakukan oleh
aktor-2 yg memiliki cara berpikir yg rasional. Pada
model ini, proses kebijakan meliputi tahapan-2
tertentu dan berjalan seperti sebuah siklus.
 Para aktornya dapat secara jelas melihat tujuan dari
kebijakan dan cara mencapai tujuan tsb. Konsep ini
tlh berkembang sejak 1950 dan menghasilkan bbg
variasi, namun memiliki esensi yang sama.
KOMPONEN KEBIJAKAN – 5
Pada model rasional ini, semua asumsi yang
memformulasikan kebijakan didasarkan pada
informasi yang benar.
b. Model Kelembagaan :
 Pengembangan kebijakan dalam model ini yang
dilihat adalah kewenangan atau otoritas dari suatu
lembaga dalam membuat kebijakan.
c. Model Sistem :
 Menurut pendekatan model ini, sebuah kebijakan
tidak dapat terlepas dg lingkungannya. Tuntutan,
dukungan, sumberdaya dari individu dan masyara-
kat merupakan input yang diproses melalui sistem
politik, dan output nya adalah kebijakan-kebijakan.
KOMPONEN KEBIJAKAN – 6
d. Incremental Model/Model Prioritas Pilihan :
 Menurut model ini, proses pencarian informasi yang
diperlukan berlangsung terbatas, tidak seluruhnya
sistematis, dan dikendalikan oleh terlalu banyak
pemain. Kadang cara mencapai tujuan tidak dapat
terlihat nyata. Terkadang pilihan dan alternatif
kebijakan yang tersedia hanya bisa dinilai dengan cara
melihat sejauh mana manfaat kebijakan terdistribusi.
Lebih lagi, kebijakan yang dipilih seringkali adalah
kebijakan yang mendukung kelompok peserta dari
proses ini, dan kurang mempertimbangkan pihak lain
yang kebetulan tidak terlibat dalam proses ini.
Hasilnya, kebijakan seringkali tidak optimal dan harus
diperbaiki terus menerus, sedikit demi sedikit
KOMPONEN KEBIJAKAN – 7

e. Garbage Can Model/Model Tong Sampah :


 Model ini melihat bahwa suatu kebijakan dapat dipicu
dari tiga arah, yaitu dari :
a). masalah (problem stream),
b). kebijakan sebelumnya atau kebijakan terkait (policy
stream) dan
c). kepentingan politis (political stream).
Ketiga aliran ini dapat saja tercampur dan seringkali
tidak terduga arahnya. Akibatnya, baik masalah, para
aktornya mau pun solusi yang diperkirakan dapat
berubah-ubah dengan cepat.
KOMPONEN KEBIJAKAN – 8
KOMPONEN KEBIJAKAN – 9
 Akhirnya, sebuah kebijakan bisa saja diambil karena
dimotivasi oleh hal-hal lain, yaitu:
a) Decision by Oversight (kebijakan dibuat tanpa peduli
apakah menyelesaikan masalah atau tidak)
b) Decision by Flight (keputusan tidak dibuat sampai
masalahnya pergi meninggalkan pilihan yang ada)
c) Decision by Resolution (masalah akan diselesaikan
secara ad-hoc)
 Jadi menurut model ini, kebijakan seringkali tidak
menyentuh esensi permasalahan. Para pengambil
keputusan harus segera pindah ke 'penyelesaian'
masalah berikutnya.
KOMPONEN KEBIJAKAN – 9
3. Context (Konteks)
 Konteks kebijakan adalah lingkungan atau setting di mana
kebijakan itu dibuat dan diimplementasikan (Kitson,
Ahmed, Harvey, Seers, Thompson, 1996).
 Faktor-faktor yang berada di dalamnya antara lain politik,
ekonomi, sosial dan kultur di mana hal-hal tersebut sangat
berpengaruh terhadap formulasi dari proses kebijakan
(Walt, 1994).
 Ada banyak lagi bentuk yang dikategorikan ke dalam
konteks kebijakan yaitu peran tingkat pusat yang dominan,
dukungan birokrasi dan pengaruh aktor-aktor international
juga turut berperan.
KOMPONEN KEBIJAKAN - 10
KOMPONEN KEBIJAKAN – 11
4. Actor (Pelaku)
 Aktor adalah mereka yang berada pada pusat kerangka
kebijakan kesehatan. Aktor-aktor ini biasanya
memengaruhi proses pada tingkat pusat, provinsi dan
kabupaten/kota. Mereka merupakan bagian dari jaringan,
kadang-kadang disebut juga mitra untuk mengkonsultasi
dan memutuskan kebijakan pada setiap tingkat tersebut
(Walt, 1994).
 Hubungan dari aktor dan peranannya (kekuasaannya)
sebagai pengambil keputusan adalah sangat tergantung
kepada kompromi politik, daripada dengan hal-hal dalam
debat-debat kebijakan yang masuk diakal (Buse, Walt and
Gilson, 1994).
KOMPONEN KEBIJAKAN – 12

 Dari tujuan yang tercantum dalam dokumen


kebijakan, selain tersirat tipe atau jenis kebijakannya,
juga tersurat aktor–2 (badan/ instansi) yang
bertanggung jawab untuk mengimplementasikannya.
Tipe kebijakan dan aktor-2 ini sama-2 mempengaruhi
implementasi dalam cara yang berbeda.
 Jika tipe kebijakan berpengaruh terhadap tingkat
kesulitan yg dapat terjadi dalam proses implementasi,
maka aktor-2 pelaksana dan hubungan antar aktor
berpengaruh langsung terhadap keberhasilan
implementasi.
KOMPONEN KEBIJAKAN – 13
 Hubungan antar aktor ini bisa bersifat horizontal (layers),
vertikal (levels), maupun antar lembaga (locus-loci).
 Secara umum dapat dikatakan bahwa semakin banyak
aktor (layers, levels, loci) yang terlibat dalam implementasi
sebuah kebijakan, maka akan semakin sulit pula
kebijakan tersebut diimplementasikan dan mencapai
tujuan yang diharapkan
 Hal ini mudah dipahami karena semakin banyak aktor
yang terlibat, maka akan semakin banyak pula biaya
koordinasi yang dbutuhkan, semakin banyak pula
kepentingan yang bersaing untuk didahulukan, belum lagi
masalah kewenangan dan tanggung-jawab antar aktor
yang mesti diperjelas terlebih dahulu.
KOMPONEN KEBIJAKAN – 14
 Aktor-2 yg terlibat dalam proses kebijakan publik dibagi
dalam dua katagori besar yakni :
1. Actor inside government
2. Actor outside government
Penjelasan :
1. Actor inside government
Actor inside government dlm konteks negara kita :
a. Eksekutif (Presiden, staf penasihat Presiden, para
Menteri, para Kepala Daerah)  jabatan politis
b. Legislatif (perwakilan rakyat  DPR & MPR)
c. Yudikatif (Badan dan Orang/secara parsial)
d. Birokrat (Sekwilda, Kepala SKPD sp level terbawah)
misalnya: petugas Trantip sebagai street level
bureaucrat  mengamankan Perda Ketertiban
KOMPONEN KEBIJAKAN – 15
2. Actor outside government
Actor inside government dlm konteks negara kita :
a. Kelompok – kelompok kepentingan (interest
groups) yang bisa berwujud LSM (NGO)  Klpk
professional, klpk bisnis, perserikatan buruh,
lembaga keagamaan.
b. Akademisi, Peneliti dan Konsultan, pihak swasta
c. Politisi
d. Media Massa
e. Opini public
f. Kelompok Sasaran Kebijakan (beneficiaries)
g. Lembaga-2 Donor (Bank Dunia; IMF  di Indonesia
cukup berpengaruh dlm menentukan kebijakan dan
implementasinya).
TRIANGLE OF HEALTH POLICY
(WALT AND GILSON, 1994)

Contex

Actors :
 Individuals
 Groups
 Organization
Content Process
III. TIPE KEBIJAKAN – 1
 Dokumen kebijakan yang dihasilkan dari proses formulasi
selain memuat dasar hukum dan konsiderannya, juga
biasanya memuat tujuan baik tersurat maupun tersirat
yang ingin dicapai dan organisasi-2 pelaksanaan, walau
tidak secara detail.
 Dari tujuan-2 tsb dapat dibuat kategori tipe-2 kebijakan.
 Pengkatagorian tipe kebijakan ini dibuat utk kepentingan
analisis kebijakan publik, khususnya bagi studi implemen-
tasinya, karena tidak ada kaitan langsung antara tipe
kebijakan dg manfaat praktis dalam praktek kebijakan.
Bagi studi implementasi kategorisasi kebijakan berguna
utk membantu pemahaman tingkat kesulitan implemen-
tasi tiap-2 kebijakan yg ada dan pada akhirnya mungkin
bisa menghasilkan rekomendasi yang berguna bagi
proses implementasi.
TIPE KEBIJAKAN – 2
 Theodore Lowie adalah yang pertama kali melakukannya
pengkategorian kebijakan sebagai salah satu alat bantu
analisis kebijakan. Kemudian dikembangkan lebih lanjut
oleh Ripley & Franklin menjadi tipologi kebijakan yang
berguna dalam menganalisis proses dan masalah-2
implementasi.
 Tipologi Kebijakan menurut Ripley & Franklin:
A. Kebijakan Dalam Negeri (Domestic Policy):
1. Distributive Policy (Kebijakan Distributif)  adalah
kebijakan dan program yang diarahkan untuk
mendorong sektor privat untuk melakukan aktifitas yang
tidak akan dilakukan apabila tidak disubsidi oleh
pemerintah. Kebijakan tipe ini relatif lebih mudah dalam
pengimplementasiannya, karena hubungan antar faktor
yang terlibat tidak rawan timbul konflik kepentingan.
TIPE KEBIJAKAN – 3
2. Competitive Regulatory Policy (Kebijakan Pengaturan
Persaingan)  Adalah kebijakan dan program yang
dibuat untuk membatasi aktifitas sektor privat untuk
memproduksi jasa-2 dan barang-2 tertentu dengan
menetapkan criteria-2 yang harus dipenuhi karena
banyaknya peminat. (Kebijakan alat dan sarana
transportasi umum)  Kebijakan tipe ini memiliki
tingkat kesulitan pengimplementasian “sedang”
3. Protective Regulatory Policy (Kebijakan Pengaturan
Perlindungan)  adalah kebijakan dan program yang
didesain untuk membatasi aktifitas-2 sektor privat
yang bisa membahayakan atau merugikan sebagian
masyarakat yang lain (misalnya polusi kendaraan dan
pabrik, pembuatan obat-obatan, minuman keras, dll).
TIPE KEBIJAKAN – 4
4. Redistributive Policy (Kebijakan Pendistribusian Ulang) 
adalah kebijakan dan program yang diasumsikan dapat
menghasilkan „perkembangan‟ kesejahteraan,
kepemilikan, hak, dan nilai-2 lain di antara kelas-2 sosial
(ataupun kelompok etnis/suku). Tujuan kebijakan dan
program ini adalah untuk mendistribusi-kan kembali nilai-2
yang ada pada lebih dari satu kelompok masyarakat pada
kelompok masyarakat yang kekurangan (misalnya
penetapan harga BBM dan energi listrik berdasarkan
perbedaan penggunaannya: untuk industri, industri rumah
tangga, rumah tangga, dst; Pajak Pertambahan Nilai :
Inpres Daerah Tertinggal, dll). Kebijakan tipe ini relatif sulit
dilaksanakan, karena tingkat konfliknya bisa sangat tinggi,
terutama dari yg merasa dirugikan oleh kebijakan ini.
TIPE KEBIJAKAN – 5
Misal : saat subsidi BBM dicabut walau diganti dg Program
Kompensasi Pencabutan BBM (PKPS–BBM) yg berkaitan
langsung dg kepentingan rakyat miskin, namun kebijakan
ini tetap menuai protes keras dan demonstrasi terjadi di
hampir seluruh wilayah Indonesia.
B. Kebijakan Luar Negeri dan Pertahanan
1. Structural Policy
Tujuan utama dari kebijakan ini adalah utk memperoleh,
menyebarkan dan mengatur personel-2 dan kebutuhan-2
militer. Kebijakan dan program ini dibiayai sepenuhnya oleh
pemerintah sbgmn pd distributive policy. Namun ttg siapa,
berapa banyak dan kapan dilakukan, hrs diputuskan dulu.
Misalnya sistem persenjataan utk pertahanan negara,
pengimplementasiannya dilakukan langsung oleh Angkatan
Bersenjata, bukan oleh pemerintah (cq birokrat).
TIPE KEBIJAKAN – 6
2. Strategic Policy  Kebijakan dan program strategi ini untuk
menegaskan sikap dan menjalankan kebijaksanaan luar
negeri dan militer pada negara lain (misalnya kebijakan
perdagangan luar negeri, pemberian bantuan pada negara
lain yang sedang mengalami musibah, keikutsertaan dalam
pertahanan perdamaian dunia, dll).
3. Crisis Policy  Kebijakan ini dilakukan sebagai respon
atas masalah-2 luar negeri yang tiba-2 dihadapi oleh
negara (misalnya ada invasi dari negara asing).
Dari tipologi kebijakan yang dilakukan oleh Ripley tersebut, untuk
kondisi Indonesia pada umumnya kebijakan-2 domestiklah yang
memiliki relevansi dengan permasalahan implementasi dalam
konteks admnistrasi publik.
IV. KARAKTERISTIK SEKTOR KESEHATAN YANG
MEMBUAT PENTING KEBIJAKAN KESEHATAN– 1
Pentingnya Kebijakan Kesehatan sebagai Kebijakan Publik
ini dikarenakan adanya Karekteristik yang unik pada Sektor
Kesehatan. Karakteristik tersebut adalah :
1. Sektor Kesehatan amat kompleks karena menyangkut
hajat hidup orang banyak dan kepentingan masyarakat
luas  kesehatan menjadi hak dasar setiap individu
yang membutuhkannya, secara adil dan setara
2. Consumer ignorance, keawaman masyarakat tentang
kesehatan membuat posisi dan relasi “masyarakat –
tenaga medis” tidak sejajar dan cenderung paternalistik
 artinya masyarakat (dalam hal ini pasien) tdk
memiliki posisi tawar yang baik bahkan tanpa daya
tawar ataupun daya pilih.
KARAKTERISTIK SEKTOR KESEHATAN YANG
MEMBUAT PENTING KEBIJAKAN KESEHATAN – 2
3. Kesehatan memiliki sifat uncertainty atau ketidakpastian
 kebutuhan pelayanan kesehatan sama sekali tidak
terkait dengan kemampuan ekonomi rakyat. Siapapun,
baik yang kaya maupun yang miskin kalau sakit tentu
akan membutuhkan pelayanan kesehatan. Tidak
satupun tahu kapan sakit dan brp biaya yg dikeluarkan.
Olh karenanya negara hrs menjamin setiap warga negara
utk mendapat pelayanan kesehatan saat membutuhkan.
Harus diingat ungkapan Gunnar Myrdal bahwa : Orang
menjadi sakit karena mereka miskin (sadikin) dan
mereka bertambah miskin karena mereka sakit serta
menjadi lebih sakit karena mereka lebih miskin.
KARAKTERISTIK SEKTOR KESEHATAN YANG
MEMBUAT PENTING KEBIJAKAN KESEHATAN – 3

4. Adanya eksternalitas, yaitu keuntungan yang dinikmati


dan kerugian yang diderita oleh sebagian masyarakat
karena tindakan sekelompok masyarakat lainnya. Dalam
hal kesehatan ada Eksternalitas Positif atau
Eksternalitas Negatif. Misalnya sebagian masyarakat
tidak menerapkan pola hidup sehat shg menyebabkan
berkembang biaknya nyamuk Aedes Aigepty, maka
dampaknya kemungkinan tidak hanya mengenai
sebagian masyarakat tsb melainkan juga diderita oleh
kelompok masyarakat lainnya. Hal ini dikarenakan
penyakit DBD ditularkan oleh nyamuk Aedes Aigepty.
Atau sebaliknya.
V. PERAN/FUNGSI PEMERINTAH – 1
 Memperhatikan karakteristik sektor kesehatan diatas,
Negara dan Pemerintah WAJIB membuat kebijakan sektor
kesehatan dengan tujuan untuk meningkatkan derajat
kesehatan setinggi-tingginya bagi setiap warga negaranya.
 WHO membedakan peran negara dan pemerintah sebagai
pelaksana pembangunan kesehatan menjadi dua yaitu
berfungsi sebagai pengarah (stewardship atau oversight)
dan sebagai regulator (melaksanakan kegiatan regulasi/
berfungsi sebagai wasit)
PERAN/FUNGSI PEMERINTAH – 2
Fungsi Stewardship atau oversight ini terdiri atas 3 (tiga)
aspek yaitu :

1. Menetapkan, melaksanakan dan memantau aturan


main dalam Sistem Kesehatan.
2. Menjamin keseimbangan antara berbagai pelaku
utama (key player) dlm sektor kesehatan (terutama
pembayar, penyedia layanan dan pasien)
3. Menetapkan perencanaan strategik bagi seluruh
sistem kesehatan.
VI. ELEMEN KEBIJAKAN KESEHATAN – 1
Mengingat strategis dan pentingnya sektor kesehatan, WHO
menetapkan delapan elemen yang harus tercakup dan
menentukan kualitas Kebijakan Kesehatan sbb. :
1. Pendekatan Holistik  pendekatan dalam kebijakan
kesehatan tidak dapat semata-mata mengandalkan
upaya kuratif, tetapi harus lebih mempertimbangkan
upaya promotif, preventif dan rehabilitatif.
2. Partisipatori  partisipasi masyarakat akan dapat
meningkatkan efisiensi dan efektifitas kebijakan, karena
melalui partisipasi masyarakat dapat dibangun collective
action yang akan menjadi kekuatan pendorong dalam
pengimplementasian kebijakan dan penyelesaian mslh.
ELEMEN KEBIJAKAN KESEHATAN – 2
3. Kebijakan Publik yang sehat  setiap kebijakan harus
diarahkan untuk mendukung terciptanya pembangunan
kesehatan yang kondusif dan berorientasi kepada
masyarakat
4. Ekuitas  harus terdapat distribusi yang merata dari
layanan kesehatan, yang berarti negara wajib menjamin
pelayanan kesehatan setiap warga negara tanpa
memandang status ekonomi maupun status sosialnya
karena kesehatan merupakan hak azasi manusia.
5. Efisiensi  layanan kesehatan harus berorientasi
proaktif dengan mengoptimalkan biaya dan teknologi.
ELEMEN KEBIJAKAN KESEHATAN – 3
6. Kualitas  Pemerintah harus menyediakan pelayanan
kesehatan yang berkualitas bagi seluruh warga negara.
Selain itu di era globalisasi ini untnk menghadapi pasar
bebas, pemerintah harus meningkatkan pelayanan
kesehatan setara dengan pelayanan kesehatan bertaraf
internasional.
7. Pemberdayaan masyarakat, utamanya daerah terpencil
dan perbatasan  mengoptimalkan social capital
8. Self reliant  kebijakan kesehatan yg ditetapkan sebisa
mungkin dapat memenuhi keyakinan dan kepercayaan
masyarakat akan kapasitas kesehatan wilayahnya
sendiri.
TUGAS PRIBADI :

 Pilih satu Kebijakan Kesehatan yang berlaku secara


nasional saat ini. Jelaskan karakteristik uniknya dan
jelaskan pula elemen-elemen kebijakan yang
terkandung didalam kebijakan tersebut.
 Dikumpulkan minggu depan dalam bentuk hard copy
dan soft copy.
 Dikoordinir salah satu mahasiswa/Ketua Kelas/
Koordintor Mata Kuliah
TERIMA KASIH.............

Anda mungkin juga menyukai