Anda di halaman 1dari 64

MODUL

EVALUASI EKONOMI PADA PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH

SAKIT

MANAJEMEN UNIT KERJA III

Untuk memenuhi tugas matakuliah Manajemen Unit Kerja III

Yang dibina oleh Bapak B. Doddy Riyadi, SKM, MM

Oleh:

Kelompok 1

1. Wahyu Dwi Kartika (1604000002)

2. Failida Ustaniyah (1604000016)

3. Firstine Angelina Nur R (1604000028)

4. Icha Ayu Kusuma (1604000040)

5. Arif Wijanarko (1604000058)

6. Fristara Alintia (1604000070)


7. Silvi Mey Sandra (1604000086)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KESEHATAN TERAPAN

PRODI DIII PEREKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN

TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Puji Syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

atas rahmatNya sehingga modul “Evaluasi Ekonomi Pada Pelayanan

Kesehatan” untuk perguruan tinggi ini dapat diselesaikan. Penyusunan modul

ini merupakan salah satu upaya peningkatan mutu pendidikan di perguruan

tinggi.

Penulis menyadari bahwa terlaksananya penyusunan modul ini berkat

bantuan dari berbagai pihak.Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih

yang sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu dosen, dan teman-teman yang telah

membimbing dan membantu kami dalam pembuatan modul ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa modul ini tentu memiliki banyak

kekurangan. Untuk itu penulis dengan berlapang dada menerima masukan dan

kritikan konstruktif dari berbagai pihak demi kesempurnaannya di masa yang

akan datang. Semoga modul ini dapat bermanfaat bagi yang menggunakannya.

Malang, Oktober 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i


DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
PENGANTAR .................................................................................................................... 1
A. Tujuan Pembelajaran............................................................................................... 1
B. Identitas Mata Kuliah .............................................................................................. 1
C. Materi Pokok ........................................................................................................... 1
EVALUASI EKONOMI PADA PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT ... 3
A. Pengertian Evaluasi ................................................................................................. 6
B. Macam-Macam Evaluasi......................................................................................... 7
C. Ruang Lingkup Evaluasi ......................................................................................... 8
D. Tujuan Evaluasi .................................................................................................... 10
E. Proses Evaluasi ..................................................................................................... 13
F. Indikator Evaluasi Program Kesehatan ................................................................. 18
G. Dimensi Kegiatan Operasional Evaluasi............................................................... 21
H. Cost Unit Analysis................................................................................................. 28
I. Cost Benefit Analysis ............................................................................................ 31
J. Cost Effectiveness Analysis ................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 53

ii
#1

PENGANTAR

A. Tujuan Pembelajaran

1. Mahasiswa mampu memahami tentang definisi, lingkup, dan tujuan

evaluasi.

2. Mahasiswa mampu memahami tentang proses evaluasi.

3. Mahasiswa mampu memahami tentang langkah-langkah evaluasi.

4. Mahasiswa mampu memahami tentang dimensi kegiatan operasional

evaluasi.

5. Mahasiswa mampu memahami tentang Cost Unit Analysis.

6. Mahasiswa mampu memahami tentang Cost Benefit Analysis.

7. Mahasiswa mampu memahami tentang Cost Effectiveness Analysis.

B. Identitas Mata Kuliah

1. Nama Mata Kuliah : Manajemen Unit Kerja III

2. Jumlah SKS :2

3. Penempatan : Semester 5

4. Prasyarat :-

5. Jumlah Pertemuan :2

C. Materi Pokok

1. Definisi, Lingkup, dan Tujuan Evaluasi.

2. Proses-Proses Evaluasi.

3. Langkah-Langkah Evaluasi.

1
4. Dimensi Kegiatan Operasional Evaluasi.

5. Cost Unit Analysis.

6. Cost Benefit Analysis

7. Cost Effectiveness Analysis

2
#2

EVALUASI EKONOMI PADA PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH

SAKIT

1. Waktu

1 x 170 Menit

2. Tujuan Praktikum

a. Mahasiswa mampu membuat Cost Unit Analysis.

b. Mahasiswa mampu membuat Cost Benefit Analysis

c. Mahasiswa mampu membuat Cost Effectiveness Analysis

3. Dasar Teori

a. Ekonomi Evaluasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, evaluasi merupakan suatu

upaya penilaian. Perbandingan antara konsekuensi dari dua atau lebih

rangkaian alternatif dari suatu keputusan. Dengan munculnya masalah

keterbatasan (scarcity) di dalam hidup seseoranglah yang menjadikan

evaluasi ekonomi itu penting dalam sebuah pilihan (choice). Sedangkan

ilmu ekonomi adalah ilmu mengenai pilihan yang mempelajari bagaimana

orang memilih sumber daya produksi yang langka/terbatas, untuk

memproduksi berbagai komoditi dan mendistribusikan keanggotaan

masyarakat untuk dikonsumsi saat ini atau masa mendatang.

Menurut Lubis (2009) tentang ekonomi kesehatan, menyatakan bahwa

ilmu ekonomi kesehatan adalah penerapan ilmu ekonomi dalam upaya

kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan untuk mencapai

3
derajad ksesehatan yang optimal. Menyikapi keterbatasan sumber daya yang

ada, mendorong masuknya disiplin ilmu ekonomi dalam perencanaan,

manajemen dan evaluasi sektor kesehatan.

b. Metode Ekonomi Evaluasi di Pelayanan Kesehatan

Analisis ekonomi pada program-program kesehatan masyarakat secara

umum di identifikasi dengan menghitungnya terhadap nilai uang. Salah satu

keterbatasan dalam analisis ekonomi adalah tidak diperhitungkannya nilai

dari rasa sakit ataupun penderitaan yang dialami yang dinyatakan dalam

uang. Dalam proses pengambilan keputusan hal tersebut termasuk yang

dipertimbangkan tetapi dalam analisis ekonomi yang terfokus pada

akuntansi biaya hal ini tidaklah dipertimbangkan.

Pada evaluasi ini seluruh aspek biaya dan keuntungan dari intervensi

yang terjadi diperhitungkan. Terdapat 2 metode yang sering digunakan

untuk melakukan evaluasi ekonomi secara penuh pada intervensi kesehatan

yang sudah dilaksanakan yaitu cost effectiveness analysis dan cost benefit

analysis. Pada CEA, evaluasi yang dihasilkan akan menggunakan

terminologi biaya per unit dari perbaikan outcome kesehatan yang dicapai.

Bila biaya netto dari suatu intervensi adalah negatif maka intervensi tersebut

dikatakan sebagai cost saving. Bila pada suatu keadaan dimana retio cost

effectiveness tidak bermakna, maka digunakanlah Cost Benefit Analysis

(CBA), dimana outcome kesehatan yang dicapai akan dikonversikan ke

dalam nilai uang. Metode ini jarang digunakan pada kesehatan karena

ketidaksetujuan terhadap validitas dan kesesuaian dalam mengukur status

kesehatan dan hidup.

4
c. Manfaat Ekonomi Evaluasi di Pelayanan Kesehatan

Menurut Lubis (2009) menyebutkan bahwa teknik evaluasi ekonomi

mampu menyediakan berbagai cara untuk menanggulangi masalah dengan

menggunakan berbagai pertimbangan pilihan masyarakat. Evaluasi ekonomi

mempunyai peranan penting dalam menanggulangi berbagai masalah

manajemen, penekanannya terletak pada penentuan bagaimana penyediaan

pelayanan kesehatan yang terbaik, bukan penentuan prioritas dalam

investasi.

Evaluasi ekonomi pada program kesehatan bertujuan untuk mengetahui

apakah suatu program bekerja atau sebarapa baikkal mereka bekerja yang

dapat diketahui dari efficacy (lulus test laboratorium) dan effectiveness

(keadaan di dunia nyata). Yang dapat diukur dari health outcomes adalah

sebagai berikut:

1) Jumlah kasus yang bisa dicegah (number of case overted)

2) Jumlah kematian yang bisa dicegah (number of deaths overted)

3) Tahun kehidupan yang bisa diselamatkan (life years gained)

4) Quality adjusted life years (QALY)

5) Dissability adjusted life years (DALY)

Evaluasi ekonomi di pelayanan kesehatan memberikan penilaian

terhadap efisiensi yang menilai hubungan antara hasil yang dicapai dan

input yang digunakan dalam hal ini adalah uang atau biaya yang digunakan.

Biaya disini adalah biaya yang digunakan dalam pelayanan kesehatan

dimana biaya tersebut sebagai penggunaan sumber daya untuk mendapatkan

pengobatan dan pelayanan kesehatan.

5
A. Pengertian Evaluasi

Evaluasi adalah suatu usaha untuk mengukur dan sumber nilai secara

objektif dari pencapaian hasil-hasil yang direncanakan sebelumnya, dimana

hasil evaluasi tersebut dimaksudkan menjadi umpan balik untuk perencanaan

yang akan dilakukan di depan.

Berdasarkan kamus besar Indonesia, evaluasi adalah suatu penilaian dimana

penilaian itu ditujukan pada orang yang lebih tinggi atau yang lebih tahu

kepada orang yang lebih rendah, baik itu dari jabatan strukturnya atau orang

yang lebih rendah keahliannya. Evaluasi adalah suatu proses penelitian positif

dan negatif atau juga gabungan dari keduanya.

Menurut Jones evaluasi adalah suatu aktivitas yang dirancang untuk

menimbang manfaat program dalam spesifikasi kriteria, teknik pengukuran,

metode analisis dan bentuk rekomendasi.

Secara Umum evaluasi adalah merupakan suatu pemeriksaan terhadap

pelaksanaan suatu program yang telah dilakukan dan yang akan digunakan

untuk meramalkan, memperhitungkan, dan mengendalikan pelaksanaan

program ke depannya agar jauh lebih baik. Evaluasi lebih bersifat melihat ke

depan dari pada melihat kesalahan- kesalahan dimasa lalu, dan ditujukan pada

upaya peningkatan kesempatan demi keberhasilan program. Dengan demikian

misi dari evaluasi itu adalah perbaikan atau penyempurnaan di masa

mendatang atas suatu program.

6
B. Macam-Macam Evaluasi

Evaluasi terdiri atas dua macam, yaitu Evaluasi formative dan Evaluasi

summative :

1. Evaluasi formative, adalah evaluasi yang dilakukan pada tahap

pelaksanaan program dengan tujuan untuk mengubah atau memperbaki

program. Evaluasi ini dilakukan untuk memperbaiki program yang

sedang berjalan dan didasarkan atas kegiatan sehari-hari, minggu, bulan

bahkan tahun, atau waktu yang relatif pendek . Manfaat evaluasi

formative terutama untuk memberikan umpan balik kepada manajer

program tentang hasil yang dicapai beserta hambatan-hambatan yang

dihadapi. Evaluasi formative sering disebut sebagai evaluasi proses atau

monitoring.

2. Evaluasi summative, adalah evaluasi yang dilakukan untuk melihat hasil

keseluruhan dari suatu program yang telah selesai dilaksanakan. Evaluasi

ini dilakukan pada akhir kegiatan atau beberapa kurun waktu setelah

program, guna menilai keberhasilan program.

Sedangkan menurut Azwar (1996), jenis evaluasi antara lain :

1. Evaluasi formatif (Formative Evaluation) yaitu suatu bentuk evaluasi

yang yang dilaksanakan pada tahap pengembangan program dan sebelum

program dimulai. Evaluasi formatif ini menghasilkan informasi yang

akan dipergunakan untuk mengembangkan program, agar program bisa

lebih sesuai dengan situasi dan kondisi sasaran.

2. Evaluasi proses (Process Evaluation) adalah suatu proses yang

memberikan gambaran tentang apa yang sedang berlangsung dalam suatu

7
program dan memastikan ada dan terjangkaunya elemen¬elemen fisik

dan struktural dari pada program.

3. Evaluasi sumatif (Summative Evaluation) adalah suatu evaluasi yang

memberikan pernyataan efektifitas suatu program selama kurun waktu

tertentu dan evaluasi ini menilai sesudah program tersebut berjalan.

4. Evaluasi dampak program adalah suatu evaluasi yang menilai

keseluruhan efektifitas program dalam menghasilkan target sasaran.

5. Evaluasi hasil adalah suatu evaluasi yang menilai perubahan-perubahan

atau perbaikan dalam hal morbiditas, mortalitas atau indikator status

kesehatan lainnya untuk sekelompok penduduk tertentu.

Terkait dengan kesehatan, kualitas pelayanan kesehatan dapat dinilai dari

informasi tentang penggunaan pengaruh (evaluasi hasil), tentang

penampilan kegiatan¬kegiatan (evaluasi proses) atau tentang fasilitas-

fasilitas dan penataan-penataan (evaluasi struktur). Evaluasi harus

dipandang sebagai suatu cara untuk perbaikan pembuatan keputusan untuk

tindakan-tindakan di masa yang akan datang.

C. Ruang Lingkup Evaluasi

Sesuai dengan luasnya pengertian kesehatan, maka ruang lingkup penilaian

yakni hal-hal yang akan Sesuai dengan luasnya pengertian kesehatan, maka

ruang lingkup penilaian yakni hal-hal yang akan dinilai dari suatu program

kesehatan adalah amat luas sekali. Beberapa sarjana memberikan pedoman

dinilai dari suatu program kesehatan adalah amat luas sekali. Beberapa sarjana

memberikan pedoman sebagai berikut, yakni:

8
1. Deniston

Deniston menyebutkan bahwa hal-hal yang dapat dinilai dari suatu program

kesehatan dibedakan ke dalam empat jenis yakni: dibedakan ke dalam empat

jenis yakni:

a) Kelayakan program

Penilaian yang dilakukan di sini ialah terhadap program secara keseluruhan.

Program dinilai layak (appropriateness) jika program tersebut telah dapat

dilaksanakan dengan telah dapat dilaksanakan dengan hasil yang sesuai

dengan situasi dan hasil yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang

dihadapi.

b) Kecukupan program

Sama halnya dengan kelayakan, maka penilaian yang dilakukan di sini

adalah juga terdapat program secara keseluruhan. Suatu program dinilai

cukup (adequancy) program tersebut telah dapat dilaksanakan dengan hasil

yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

c) Efektivitas program

Penilaian juga dilakukan terhadap program secara keseluruhan. Suatu

program dinilai efektif (effectiveness) jika program tersebut telah dapat

dilaksanakan dengan hasil yang dapat menyelesaikan masalah yang

dihadapi.

9
d) Efisiensi

Sama halnya dengan efektivitas, maka penilaian juga dilakukan terhadap

secara keseluruhan. Suatu program dinilai efisien (efficiency), jka program

tersebut dapat dilaksanakan dengan hasil yang kecuali dapat menyelesaikan

masalah juga pada waktu pelaksanaannya tidak memerlukan penggunaan

sumber daya yang besar.

2. Berdasarkan ruang lingkupnya menurut Azwar (2000), evaluasi dapat

dibedakan menjadi empat kelompok yaitu :

a) evaluasi terhadap masukan (Input) yang menyangkut pemanfaatan

berbagai sumber daya, baik sumber dana, tenaga dan ataupun sumber

sarana;

b) evaluasi terhadap proses (process) lebih dititik beratkan pada

pelaksanaan program, apakah sesuai rencana, mulai dari tahap

perencanaan, pengorganisasian dan pelaksanaan;

c) evaluasi terhadap keluaran (output), evaluasi pada tahap akhir ini adalah

evaluasi yang dilakukan pada saat program telah selesai dilaksanakan

(summative evaluation) yang tujuan utamanya secara umum dapat

dibedakan atas dua macam yaitu untuk mengukur keluaran serta untuk

mengukur dampak yang dihasilkan.

D. Tujuan Evaluasi

Menurut Supriyanto (1988) tujuan evaluasi adalah :

1. Memperbaiki pelaksanaan dan perencanaan kembali suatu program.

Sehubungan dengan ini perlu adanya kegiatan-kegiatan yang dilakukan

antara lain memeriksa kembali kesesuaian dari program dalam hal

10
perubahan-perubahan kecil yang terus-menerus, mengukur kemajuan

terhadap target yang direncanakan, menentukan sebab dan faktor di dalam

maupun di luar yang mempengaruhi pelaksanaan suatu program.

2. Sebagai alat untuk memperbaiki kebijaksanaan perencanaan dan

pelaksanaan program yang akan datang. Hasil evaluasi akan memberikan

pengalaman mengenai hambatan dari pelaksanaan program yang lalu dan

selanjutnya dapat dipergunakan untuk memperbaiki kebijaksanaan dan

pelaksanaan program yang akan datang.

3. Sebagai alat untuk memperbaiki alokasi sumber dana dan sumber daya

manajemen saat ini serta di masa mendatang.

Sedangkan tujuan dari evaluasi program kesehatan adalah untuk

memperbaiki program-program kesehatan dan pelayanannya untuk

mengantarkan dan mengarahkan alokasi tenaga dan dana untuk program dan

pelayanan yang sedang berjalan dan yang akan datang. Evaluasi harus

digunakan secara konstruktif dan bukan untuk membenarkan tindakan yang

telah lalu atau sekedar mencari kekurangan-kekurangan saja.Terdapat

berbagai kesulitan dalam melaksanakan evaluasi kesehatan, antara lain

bahwa kebutuhan akan pelayanan kesehatan melebihi dari yang diterapkan.

Pendekatan sistematis dalam evaluasi dapat dilakukan untuk menilai suatu

program kesehatan. Penilaian secara menyeluruh terhadap program

kesehatan dapat dilakukan dengan menilai input, proses dan output.

Pendekatan sistem pada manajemen memandang organisasi sebagai suatu

kesatuan, yang terdiri dari bagian¬bagian (sumber daya, masukan, proses,

keluaran, umpan balik, dampak dan lingkungan).Dalam prakteknya, terdapat

11
berbagai kendala dalam pelaksanan evaluasi, Dalam melakukan evaluasi

suatu perencanaan program dan implementasinya, terdapat beberapa

kendala, antara lain:

1. Kendala psikologis, yaitu evaluasi dapat menjadi ancaman dan orang

melihat bahwa evaluasi itu merupakan sarana untuk mengkritik orang

lain;

2. Kendala ekonomis, yaitu untuk melaksanakan evaluasi yang baik itu

mahal dalam segi waktu dan uang, serta tidak selalu sepadan antara

ketersedian data dan biaya;

3. Kendala teknis, yaitu kendala yang berupa keterbatasan kemampuan

sumberdaya manusia dalam pengolahan data dan informasi yang tidak

dapat disediakan tepat pada waktu dibutuhkan. Kejadian ini biasanya

timbul ketika informasi dan data itu belum dibutuhkan, maka biasanya

hanya akan ditumpuk begitu saja tanpa diolah;

4. Kendala politis, yaitu hasil-hasil evaluasi mungkin bukan dirasakan

sebagai ancaman oleh para administrator saja, melainkan secara politis

juga memalukan jika diungkapkan.

5. Berbicara tentang evaluasi sering juga dikaitkan dengan supervisi.

Supervisi merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan secara berkala

dan berkesinambungan meliputi pemantauan, pembinaan dan pemecahan

masalah serta tindak lanjut. Kegiatan ini sangat berguna untuk melihat

bagaimana program atau kegiatan dilaksanakan sesuai dengan standar

dalam rangka menjamin tercapaianya tujuan program.

12
Supervisi merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan secara berkala

dan berkesinambungan meliputi pemantauan, pembinaan dan pemecahan

masalah serta tindak lanjut. Kegiatan ini sangat berguna untuk melihat

bagaimana program atau kegiatan dilaksanakan sesuai dengan standar dalam

rangka menjamin tercapainya tujuan program. Tujuan diadakannya

supervisi adalah untuk meningkatkan cakupan secara merata dan

berkesinambungan serta kualitas pelaksanaan program imunisasi. Sasaran

supervisi adalah seluruh petugas yang terlibat dengan program imunisasi

disesuaikan dengan jenjang supervisi.

Evaluasi dari sisi manfaat, mempunyai beberapa manfaat antara lain :

1. Menetapkan kesulitan-kesulitan yang ditemui dalam program yang

sedang berjalan.

2. Meramalkan kegunaan dari pengembangan usaha-usaha dan

memperbaikinya.

3. Mengukur kegunaan program-program yang inovatif.

4. Meningkatkan efektifitas program, manajeman dan administrasi.

5. Kesesuaian tuntutan tanggung jawa.

E. Proses Evaluasi

Langkah yang mendasar yang esensial diperlukan untuk evaluasi program

dan hubungannya satu dengan lainnya adalah sebagai berikut :

1. Langkah 1 : Deskripsi program, tujuan dan sasaran spesifik

Langkah pertama dalam melaksanakan evaluasi program adalah untuk

menghasilkan detail deskripsi program yang dimaksud, termasuk tujuan dan

sasaran program. Karena evaluasi sellu meramalkan tentang sasaran

13
program, sasaran tersebut harus dispesifikasi sebelum dilanjutkan dengan

banyak aktifitas-aktifitas evaluasi lainnya. Disini jelas bahwa evaluasi tidak

akan berharga apabila program tak mempunyai tujaun atau sasaran dengan

krieria yang jelas atau kabur sehingga evaluasi tidak bermanfaat, evaluasi

akan menilai apakah tujuan dan sasaran tercapai atau tidak (berdasarkan

kriteria).

2. Langkah 2 : Penetapan keriteria untuk evaluasi

Setelah tujuan dan sasaran ditetapkan dan program telah dideskripsikan

cukup detail dan seluruhnya, kriteria evaluasi bisa ditetapkan berdasarkan:

a) Kriteria yang melekat pada rencana program yang telah dibuat

sebelumnya, disini evaluasi akan lebih mudah

b) Jika sasaran untuk program berdasar kriteria dari referensi ilmiah atau

professional tertentu, kriteria evaluasi perlu disesuaikan

c) Jika sasaran tidak tertulis dengan kriteria implisit untuk evaluasi,

kriteria harus dikembangkan. Kunci untuk mengembangkan kriteria

evalusi bermanfaat untuk mendesain sehingga ukuran data yang

diperlukan dan intrepretasinya jelas.

3. Langkah 3 : Pemiihan Desain Evaluasi

Desain evaluasi menyesuaikan program yang bersangkutan . berbagai

desain berbeda bisa diterapkan untuk evaluasi program. Dalam

mengembangkan prosedur evaluasi, desain evaluasi harus diseleksi dan

dipilih, termasuk semua tugas dan isu yang berkaitan dengan evaluasi.

Seleksi desain evaluasi dimaksudkan untuk meramal banyak tugas yang

14
berhubungan dengan prosedur yang digunakan. Selain itu, banyak

pertanyaan dan isu yang muncul dengan prospek evaluasi akan dijawab

melalui desain yang diseleksi.

4. Langkah 4 : Pengumpulan data untuk penilaian

Langkah keempat dalam evaluasi program adalah mengumpulkan data

untuk menilai perkembangan program berkaitan dengan kriteria evaluasi

dan desain evaluasi yang telah ditetapkan. Kunci keberhasilan dalam

menyelesaikan fase evaluasi ini adalah adaya kumpulan data yang jujur,

sistematis, dan sesuai evaluasi keperluan. Penyimpangan dalam cara

pengumpulan data, atau cara penetapan kriteria untuk evaluasi, bisa

merusak seluruh usaha evaluasi, jadi konsistensi adalah penting.

5. Langkah 5 : Analisis data

Analisis terhadap data yang dikumpulkan dibandingkan dengan

kriteria evaluasi. Dapat dilakukan analisis deskriptif atau analisis

inferensial sesuai maksud dan tujuan serta desain evaluasinya. Analiss

harus menunjukan dimana program yang memenuhi kriteria untuk

keberhasilan, dan harus juga mengidentifikasikan komponen yang butuh

peningkatan.

6. Langkah 6 : Laporan Hasil Evaluasi

Laporan evaluasi program harus dibuat untuk menjelaskan bagaimana

program dievaluasi, apakah pertanyaan yang ditunjukan, dan apakah

pertanyaan yang ditujukan, dan apakah hasil akhir, apa SWOT nya.

Ketika menulis laporan, apa yang sekirannya dipikirkan dan diharapkan

yang berkaitan dengan tujuan dan sasaran program oleh pembaca laporan

15
harus dipertimbangkan. Penggunaan jargon teknis mungkin sulit bagu

beberapa pembaca, namun laporan yang tidak cerdas akan menimbulkan

pertanyaan bagi pembaca yang lain. Sebagai contoh, laporqan yang

menekankan pada satu aspek suatu program seperti performa personel

adalah mungkin bisa jadi penting untuk beberapa pembaca, namun

sementara pembaca lainnya masih mencari isi laporan tentang hasil akhir

adanya perubahan perilaku (outcome). Hal ini umumnya penting untuk

membahas efek program yang mempunyai target populasi dan rencana

kelanjutannya, berkaitan dengan pencapaian tujuan dan sasaran program.

Laporan hasil evaluasi dapat berupa laporan menyeluruh, laporan

ekesekutif, atau laporan ringkasan.

Beberapa yang diperlukan dalam evaluasi program antara lain :

1. Kriteria dan indikator keberhasian dan cara mengukurnya.

Sebagian program sosial masyarakat keberhasilannya diukur secara

kualitatif (kesehatan, kesejahteraan, pendidikan, pekerjaan, atau

tenaga kerja, lingkungan hidup, pemukiman). Tanpa kecuali, penilaian

secara kualitatif tersebut dapat dikuantitatifkan dalam angka-angka

atau data dasar yang dapat dipertanggungjawabkan dengan benar

termasuk efektivitas dan efisiensi program.

2. Cost benefit analysis

Cost benefit analysis saat ini merupakan alat evaluasi yang dapat

diperhatikan, dimana seorang manajer harus memperhitungkan cost dan

benefitnya dalam program-programnya. Demikian pula dalam

16
menentukan atau memilih program alternatif atau program baru. CBA

sering digunakan untuk membandingkan efisiensi dari program

alternatifdengan tujuan berbeda. Informasi yang diperlukan adalah

informasi tentang manfaat (benefit) dan biaya (cost) dari pelayanan.

Benefitadalah nilai keuntungan yang diperoleh baik

individu,pemerintah (pembeli jasa), maupun masyarakat dari suatu

kegiatan atau program pelayanan kesehatan. Cost adalah biaya untuk

satu jenis program atau kegiatan pelayanan, ditambah biaya pelayanan

efek samping dan komplikasi.

3. Model organisasi dan kepemimpinan

Seorang evaluator sebelum melakukan kegiatannya diharapkan

memahami berbagai model struktur organisasi dan kepemimpinan

dalam organisasi yang hendak dilakukan evaluasi. Pengetahuan

evaluator tentang organisasi dapat berdasarkan : Pengalaman,

pengalaman empiris mungkin sangat diperlukan, atau mungkin tidak

diperlukan. Studi tentang teori organisasi, suatu organisasi

berdasarkan model atau pendekatan structural dalam pendekatan

hubungan antar manusia (human relationship model). General system

theory, suatu organisasi memiliki sistem sendiri, berhubungan dengan

sistem lain diluar dirinya, menyusun supra sistem dan ordinat yang

mempunyai tata kerja dan tata hubungan masing-masing dalam

mencapai tujuannya.

Model psikologi dan perilaku organisasi, didalam suatu organisasi

dilihat dari orang yang berinteraksi sebagai anggota organisasi,

17
periaku manusia di dalam organisasi dalam kedudukan (posisinya) di

dalam organisasi, bagaimana komunikasi saluran komunikasi yang

ada dan perlu dipahami.

4. Control grups

Kontrol dalam evaluasi adalah suatu hal yang vital. Outcome dari

suatu pelayanan mungkin tidak bisa diukur, tetapi menetapkan suatu

keputusan penilaian, dengan membandingkannya dengan model

alternatif yang lain, atau pelayanan lain tidak selalu bisa

dilakukan.control grups dalam pelayanan public sulit diwujudkan

karena mahal, dianggap tidak etis dan ada keterbatasan waktu.

5. Studi epidemiologi dibidang kesehatan.

Evaluasi program kesehatan sering berkaitan dengan estimasi

tentang frekueansi dan distribusi suatu penyakit disuatu wilayah dalam

suatu waktu. Estimasi kebutuhan pelayanan kesehatan yang

diperlukan berdasarkan data-data dan informasi tentan masalah-

masalah kesehatan yang berkaitan, seperti : berapa persen kejadian

prevalensi sakit, berkaitan dengan umur, sex, pekerjaan, penghasilan,

daerah, dan suku bangsa.

F. Indikator Evaluasi Program Kesehatan

Dalam WHO, indikator didefinisikan sebagai variable yang membantu

untuk mengukur perubahan. Indikator adalah variable yang dapat membantu

mengukur perubahan-perubahan. Variable adalah alat bantu evaluasi yang

dapat mengukur perubahan secara langsung atau tak langsung. Misalnya, kalau

18
tujuan dari program adalah untuk melatih sejumlah tertentu tenaga kesehatan

tiap tahun, maka suatu indikator langsung untuk mengevaluasi boleh jadia

berupa jumlah tenaga kesehatan yang betul-betul dilatih setiap tahunnya.

Contoh lain jika uang dievaluasi adalah hasil suatu program untuk

memperbaiki tingkat kesehatan golongan anak-anak, mungkin perlu untuk

mengukur setiap perbaikan dengan menggunakan beberapa indikator yang

secara tak langsung dapat mengukur adanya perubahan pada tingkat kesehatan

mereka, misalnya status gizi yang digambarkan dengan berat badan terhadap

tinggi badan, angka kecukupan imunisasi, kesanggupan belajar, angka

kematian menurrut golongan umur, angka kesakitan, jenis penyakit tertentu,

dan angka penderita cacat golongan anak-anak.

Indikator harus valid, objektif, sensitif dan spesifik. Dalam memilih

indikator harus diperhitungkan sejauh mana indikator tersebut sah, bisa

dipercaya, sensitif dan spesifik.

1. Validitas atau keabsahan mempunyai arti bahwa indikator tersebut betul-

betul mengukur hal-hal yang ingin diukur. Indikator ini dapat digunakan

untuk mengambarkan keadaan kondisi atau status kesehatan yang

sebenarnya.

2. Reliabilitas atau dapat dipercaya mempunyai arti bahwa biarpun

indikator digunakan oleh orang yang berlainan, pada waktu yang

berlainan, hasilnya akan tetap sama.

3. Kepekaan atau sensitif berarti bahwa indikator tersebut harus peka

terhadap setiap perubahan mengenai keadaan atau fenomena yang

19
dimaksud. Akan tetapi suatu indikator dapat juga sensitif terhadap lebih

dari satu keadaan atau fenomena.

4. Kekhususan atau spesifisitas berarti bahwa indikator tersebut dapat

menunjukan perubahan-perubahan hanya mengenai keadaan atau

fenomena yang dikhususkan baginya.

Macam Indikator Kesehatan:

1. Indikator yang berkaitan dengan status kesehatan yang berhubungan dengan

kualitas hidup dan itu berarti mengukur pelayanan kesehatan. Sebagai

indikator survival yang utama untuk mengukur sistem kesehatan masyarakat

seperti ditetapkan WHO 1981 ; Untuk mencapau health for all by year 2000,

adalah angka kematian bayi maximum 50 per 1000 bayi lahir hidup dan

angka harapan hidup waktu lahir minimal adalah 60 tahun atau lebih.

Indikator survival selain itu adalah indikator kualitas hidup, disini tentu saja

tidak hanya indikator kesehatan namun juga indikator kesehatan lainnya

berupa indikator pertumbuhan badan, idnikator status gizi, dan yang spesifik

adalah angka kesakitan dan kematian bayi dan anak.

2. Indikator non kesehatan yang berhubungan dengan kualitas hidup seperti :

indikator sosial ekonomi, pendidikan, budaya, lingkungan hidup dan

perumahan, status kesehatan wanita. Kualitas hidup bersifat multi sektoral

dan menjadi masalah serta diselesaikan secara multi sektoral. Dengan

demikian evaluasi, juga multisektoral.

3. Indikator sistem manajemen kesehatan

Indikator input atau indikator masukan seperti tersedianya sumber daya

tenaga kesehatan, tersedianya anggaran kesehatan, perlengkapan, obat-

20
obatan yang diperlukan, dan tersedianya metode pengobatan, pemberantasan

penyakit, standart opening procedure klinis dan sebagainya.

G. Dimensi Kegiatan Operasional Evaluasi

Tersedianya sumber-daya/dana dan metode evaluasi, tidak berarti semua

program kesehatan perlu atau harus di evaluasi. Program-program yang perlu

dievaluasi ialah program-prgram yang potensial memberikan dampak ungkit

(keuntungan) atau potensial memberikan efek sampingan yang kurang

menguntungkan kepada masyarakat. Demikian pula proyek-proyek panduan,

karena diharapkan dapat digunakan pada tempat lain.

Evaluasi dapat dilaksanakan baik oleh pelaksana program ataupun

pengambil keputusan, tetapi dianjurkan sebagai evaluator/pelaksana evaluasi

adalah mereka diuar pelaksana program maupun pengambil keputusan, atau

gabungan keduanya. Setelah masalah diidentifikasi dan tujuan diformulasikan,

barulah disusun informasi yang dibutuhkan menurut kriteria evaluasi yang

digunakan.

1. Relevansi & informasi

Informasi untuk kriteria relevansi ialah informasi tentang prioritas

kebjaksanaan/program/kegiatan pelayanan kesehatan dalam kaitannya

jawaban terhadap kegiatan-kegiatan sosio-ekonomi, maupun dalam kaitannya

dengan jawaban terhadap prioritas kebutuhan dasar manusia. Karena itu

informasi yang dikumpulkan minimal dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan

sebagai berikut :

21
a) Apakah program/kegiatan pelayanan kesehatan sesuai dengan prioritas

program kesehatan?

b) Apakah program memiliki pengaruh terhadap perubahan sosio-ekonomi?

c) Bagaimana manfaat program terhadap penghasilan?

d) Bagaimana manfaar program terhadap kesehatan?

2. Adequasi & informasi

Informasi yang diperlukan untuk kriteria adequasi adalah :

a) Berapa besar perhatian/program/kegiatan pelayanan yang dilaksanakan

untuk mengatasi masalah kesehatan yang telah ditentukan. Untuk ini

diperlukan informasi tentang jumlah perhatian/program/kegiatan

pelayanan yang dilaksanakan dan jumlah seharusnya dilaksanakan.

b) Berapa bear tujuan program/kegiatan pelayanan telah dicapa

- Perhatian/program/kegiatan pelayanan kesehatan  Tujuan mengatasi

masalah kesehatan yang ditentukan.

- Perhatian/program/kegiatan pelayanan kesehatan  Adequasi : berapa

tujuan telah tercapai

Adequasi dibagi menjadi 2 yaitu effort dan performance :

1) Effort : (Eugene A Confrey) : measure the activity performed by a

health program. Effort digambarkan sbb. :

(a) Kunjungan penderita ke klinik/puskesmas

(b) Kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh klinik.

Jadi effort lebih banyak dikaitkan dengan input

22
2) Perfomance

Eugene E Confrey (dalam bukuny administration oh community health

services)… the result of public health effort can be called performance.

Pengertian peerfmance disnini dapat diartikan pencapaian dari suatu

aktifitas/kegiatan pelayanan. Misalnya :

(a) Jumlah penderita TBC yang ditemukan oleh klinik

(b) Jumlah penderita yang dapat dikontrol dari jumlah yang ditemukan

(c) Jumlah penderita yang mendapatkan pengobatan

Adequasi of effort : adalah besar perhatian/program/pelayanan kesehatan

yang diberikan untuk mengatasi masalah kesehatan.

Contoh : Sebuah puskesmas melaksanakan 12 usaha pokok pelayanan

kesehatan (effort). Usaha kegiatan puskesmas pada tahun iu, untuk

mengatasi kesehatan masyarakat di wilayahnya ditentukan 17 usaha pokok

puskesmas (target)

𝐸𝑓𝑓𝑜𝑟𝑡
Adequasi of effort = x 100%
𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡

12
= x 100%
17

= 70,59%

Adequasi of performance : besar masalah yang dapat diatasi melalui

pencapaian hasil dari suatu perhatian, program/kegiatan pelayanan.

Contoh : Hasil kunjungan ibu hamil di usia pokok puskesmas KIA adalah

300 ibu hamil per tahun (performance). Coverage kunjungan ibu hamil pada

suatu daerah ditentukan 4% dari jumlah penduduk (30.000) dengan frekuensi

kunjungan kali = 4.800 kunjungan.

23
𝑃𝑒𝑟𝑓𝑜𝑚𝑎𝑛𝑐𝑒
Adequasi of performance = x 100%
𝐶𝑜𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒

3000
= 4800 x 100%

= 62,5 %

3. Progress & Informasi

Informasi yang diperlukan untuk kriteria progress akan selalu dikaitkan dengan

program yang sedang berjalan selama kurun waktu tertentu, seperti harian,

mingguna, bulanan bahkan tahunan.

Tujuan pogress adalah mendorong terlaksananya kegiatan pengawasan dan

pengendalian progam yang sedang berjalan, agar tujuan program tercapai.

Beberapa informasi yang dibutuhkan:

a. Informasi kemajuan pelaksanaan program/kegiatan pelayanan kesehatan

dibandingkan terhadap sources (sumber daya, dana, sarana dan manajemen)

yang digunakan.

b. Seberapa jauh pencapaian program/kegiatan pelayanan terhadap rencana?

c. Informasi tentang factor penunjang dan penghambat dalam pelaksanaan

program.

d. Informasi tindakan koreksi terhadap penyebab hambatan pelaksanaan program.

Apabila factor penghambat dan penunjang, serta tindakan koreksi dalam kurun

waktu tertentu relative tidak berubah, hasil informasi pencapaian dapat digunakan

untuk melakukan estimasi (peramalan) di masa mendatang. Beberapa metode

peramalan yang bisa digunakan antara lain :

a. Garis kecenderungan sederhana.

Y = a + (t-1) X.

24
Y = output per satu satuan waktu yang ditentukan

A = output saat permulaan

X = output rata-rata dari informasi sebelumnya.

t = waktu yang ditentukan

b. Estimasi ratio

𝑻𝒕
Y = 𝑻𝒂 x A

Y = output per satu satuan waktu Tt yang ditentukan

A = output selama kurun waktu Ta

Tt = waktu yang ditentukan

Ta = waktu untuk memperoleh output A.

c. Rumus rata-rata ukur (geometric mean)

Pt = Po (1+r)t

Pt = Data tahun terakhir

Po = Data pada tahun permulaan

r = Tingkat kenaikan

t = Jumlah interval waktu

d. Metode regresi sederhana

Melihat pengaruh 2 variabel baik pengaruh timbal balik atau pengaruh

berantai yang ditimbulkan oleh suatu variable misalnya : tingkat pendidikan

dengan tingkat pemanfaatan puskesmas, tingkat pendaatan dengan pola mencari

pelayanan kesehatan.

25
e. Metode regresi berganda.

Melihat pengaruh lebih dari 2 variabel.

Contoh : Kunjungan baru KIA untuk ibu hamil selama 3 bulan adalah 255, 275

dan 250 maka cakupan ibu hamil selama setahun dapat diramalkan.

Y = a + (t-1) X

= 255 + (12 – 1) 250 = 2975 kunjungan baru.

𝑇𝑡
Y = 𝑇𝑎 x A

12
= 3
x 750 = 3000 kunjungan baru

4. Efektivitas dan Informasi

Informasi yang dibutuhkan untuk kriteria efektivitas adalah :

a. Bagaimana tingkat keberhasilan (output-outcome/effects) dari suatu

program/ kegiatan pelajaran yang telah dilaksanakan mencapai tujuan

yang telah ditetapkan?

b. Berapa jauh program-program yang telah ditetapkan dapat tercapai

(target tercapai)

c. Output-outcone/effect menurut esources yang digunakan, mana yang

lebih efektif.

Efektivitas perlu dibedakan dengan adequasi of performance melalu

denominatornya. Perbedaan mendasar bahwa pada efektivitas untuk melihat

tingkat keberhasilan dari tujuan yang telah ditetapkan. Jadi, denominatornya

adalah target. Adequasi of performance untuk melihat sebarapa jauh

masalah yang ada dapat diatasi, jadi denominatornya adalah coverage

26
Contoh :

Kunjungan ibu hamil di KIA adalah 1000 per tahun. Coverage : adalah

jumlah ibu hamil sebenarnya di suatu wilayah tersebut, yaitu 4% dari

jumlah penduduk (30.000 jiwa) = 1200 ibu hamil. Bila diharapkan ibu hamil

selama prenatal care 4 kali kunjungan, maka coverage kunjungan ibu hamil

4800 kunjungan.

Target adalah jumlah bu hamil yang bisa dilayani KIA setelah

mempertimbangkan tenaga, sarana dan keterbatasan yang ada maka

ditetapkan 2,5% jumlahpenduduk. Target kunjungan ibu hamil dengan

frekwensi 4 kali selama pre natal care ialah 3000 kunjungan.

3000
Adequasi of performance = x 100%
4800

= 62,5%

3000
Efektivitas = 3000 x 100%

= 100%

Efektivitas program KIA untuk ibu hamil 100% tercapai, tetapi adequasi of

performance 62,5%. Jadi masih ada 37,5% extra kegiatan untuk mengatasi masalah

sebenarnya.

27
H. Cost Unit Analysis

Beberapa tahun terakhir,persaingan bisnis antar perusahaan semakin

meningkat sehingga masing-masing perusahaan harus mempunyai strategi

dan inovasi baru terhadap barang dan jasa yang dihasilkan untuk menarik

perhatian konsumen. Persaingan bisnis ini tidak hanya terjadi di industri

manufaktur, tetapi juga di bidang usaha pelayanan jasa.Rumah sakit

merupakan salah satu usaha pelayanan jasa dibidang kesehatan, dimana

tugas utamanya antara lain memberikan jasa pengobatan, perawatan dan

pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, rumah sakit bertanggung jawab

untuk memberikan pelayanan yang memadai dan profesional.

Daljono (2011) menyatakan bahwa penentuan biaya dengan metode

tradisional, memandang Biaya Overhead Pabrik (BOP) dihasilkan dari jumlah

unit produk yang diproduksi. Sehingga, pendekatan tradisional menjadikan unit

produk atau volume sebagai penggerak biaya. Hal ini sangat berbeda dengan

kinerja rumah sakit yang berbasis aktivitas sebagai penghasil jasa berupa

pelayanan kesehatan. Operasional rumah sakit yang perubahannya banyak

dipengaruhi oleh aktivitas dan bukan pada volume produksi akan memberikan

kesalahan dalam penyampaian informasi akuntansi. Selain itu, hal ini mampu

menyebabkan terdistorsinya informasi biaya dan menghasilkan informasi yang

overcosting atau undercosting. Distorsi yang terjadi mampu memberikan

ancaman bagi kelangsungan rumah sakit sebagai akibat dari kesalahan

pengambilan keputusan. Oleh sebab itu, perlu dilakukan perhitungan harga

pokok produksi berdasarkan aktivitasnya yang disebut sebagai activity-based

costing(ABC).

28
Konsep ABC secara sederhana adalah menyediakan informasi yang akurat

tentang sumberdaya overhead yang dikonsumsi oleh produk tertentu. ABC

merupakan taksiran tentang biaya pemakaian sumber daya. Biaya pemakaian

sumber daya mengacu pada proses pembebanan jasa yang dikonsumsi oleh

pemakai jasa. ABC mendasarkan pada anggapan bahwa jika produk

mengkonsumsi banyak sumber daya overhead maka produk tersebut harus

menanggung BOP yang lebih besar dari pada produk lain yang hanya

mengkonsumsi sumber daya sedikit. Semakin banyak aktivitas yang

dikonsumsi maka semakin banyak BOP yang harus ditanggung oleh layanan.

Pelayanan yang dilakukan perlu adanya spesifikasi.Dengan melakukan

spesifikasi atas setiap kegiatan, manajer dapat menentukan penggerak biaya

yang mengatur nilai setiap kegiatan. Manajer membandingkan keahlian dan

sumber daya perusahaan yang digunakan untuk melaksanakan setiap kegiatan.

ABC membantu untuk memfokuskan pada kegiatan berbiaya tinggi dengan

mengidentifikasi sumber daya yang dikonsumsi oleh setiap bagian kegiatan.

Hal ini membantu menghubungkan biaya dengan kegiatan yang menyebabkan

biaya tersebut (Rayburn, 1999).

Biaya yang dikeluarkan masyarakat haruslah sesuai dengan pelayanan yang

mereka terima. Rumah sakit memberikan layanan kesehatan yang tentunya

sesuai dengan harapan masyarakat. Dalam hal ini penting bagi pihak rumah

sakit untuk menetapkan tarif yang sesuai dengan fasilitas atau layanan yang

diberikan. Salah satu rumah sakit yang memberikan layanan kesehatan dengan

memperhatikan fasilitas yang disediakan adalah Rumah Sakit Nasional.

29
Sebagai contoh yaitu di Rumah Sakit Nasional Diponegoro merupakan

objek yang dijadikan fokus penelitian yang terletak di kampus Universitas

Diponegoro, kecamatan Tembalang Semarang. Rumah sakit ini menawarkan

berbagai jenis pelayanan yaitu : Pelayanan Rawat Inap, Pelayanan Rawat Jalan,

Cathlab, Hemodialisa dan Fasilitas Penunjang Medis ( CT Scan, USG 4

Dimensi, Ecocardiography, Cath Lab, Fluoroskopi, Mobile X-Ray, Digital

Radiography, Kamar Bersalin).

Rumah Sakit Nasional Diponegoro dalam menghitung Harga pokok

produksinya menggunakan estimasi tarif. Estimasi tarif ini kemudian

dibandingkan dengan rumah sakit sejenis yaitu rumah sakit yang bertipe C

yang ada di Semarang. Penetapan tarif yang berdasarkan estimasi biaya akan

mengakibatkan informasi menjadi tidak akurat. Hal ini akan menyebabkan

pengambilan keputusan oleh pihak rumah sakit menjadi sulit dikarenakan

pihak rumah sakit tidak dapat mengetahui secara pasti jika mereka telah

mendapatkan laba atau rugi dari penentuan tarif yang mereka tetapkan.

Penggunaan estimasi tarif kurang akurat untuk digunakan dalam penentuan

biaya yang dikenakan terhadap pasien. Karena penentuan tarif tersebut hanya

berdasarkan perbandingan dengan harga pesaing sedangkan dalam pengelolaan

pelayanan poliklinik diperlukan informasi tentang penyebab timbulnya biaya

berupa aktivitas. Sehingga perlu diterapkan sistem penentuan biaya

berdasarkan aktivitasnya atau biasa dikenal dengan activity-based costing.

30
I. Cost Benefit Analysis

1. Pengertian Cost Benefit Analysis menurut pendapat para ahli antara lain:

a) Menurut Mare J. Schniederjans, Jamie L. Hamaker. Ashlyn M.

Schiederjans (2004), Cost Benefit Analysis adalah suatu teknik untuk

menganalisis biaya dan manfaat yang melibatkan estimasi dan

mengevaluasi dari manfaat yang terkait dengan alternatif tindakan yang

dilakukan. Teknik ini membandingkan nilai manfaat kini dengan

investasi dari biaya investasi yang sama sebagai alat bantu dalam

pengambilan keputusan.

b) Menurut Keen (2003), mendefinisikan Cost Benefit Analysis sebagai

analisis yang menjabarkan alasan bisnis, kenaa atau kenapa tidak pilig

spesifik suatu investasi harus dipilih.

c) Menurut Siegel dan Shimp (1994), Cost Benefit Analysis adalah cara

untuk menentukan apakah hasil yang menguntungkan dari sebuah

alternatif, akan cukup untuk dijadikan alasan dalam menentukan biaya

pengambilan alternatif. Analisa ini telah dipakai secar luas dalam

hubungannya dengan proyek pengeluaran modal.

Berdasarkan pengertian Cost Benefit Analysis yang disampaikan para ahli

diatas, dapat disimpulkan bahwa Cost Benefit Analysis memiliki

pengertian suatu analisis sistematis yang berupa perbandingan antara

manfaat dan biaya yang dikeluarkan dalam menyelenggarakan kegiatan

atau proyek.

2. Tujuan Cost Benefit Analysis

31
Tujuan Cost Benefit Analysis yaitu menentukan atau mengukur apakah

kemanfaatan suatu proyek, program atau kegiatan merupakan suatu

investasi (biaya) yang baik atau tidak. Cost Benefit Analysis juga bertujuan

untuk memberikan sadar untuk membandingkan suatu proyek. Termasuk

membandingkan biaya total yang diharapkan dari setiap pilihan dengan total

keuntungan yang diharapkan, untuk mengetahui apakah keuntungan

melampau biaya serta berapa banyaknya.

3. Manfaat Cost Benefit Analyis

Manfaat Cost Benefit Analysis yaitu memasukkan keuntungan dan biaya

sosial. Juga sebagai dasar yang kuat guna mempengaruhi keputusan

legislatif atau sumber dana dan meyakinkan untuk menginvestasikan dana

dalam bebagai proyek.

4. Prinsip Dasar Cost Benefit Analysis

Cost Benefit Analysis digunakan untuk mengevaluasi pengunaan sumber

ekonomi agar sumber yang langka tersebut dapat digunakan secara efisien.

Penyedia pelayanan kesehatan (Health Provider) mempunyai banyak

program atau proyek yang harus dilaksanakan sedangkan biaya yang

tersedia sangat terbatas. Dengan analisis ini Helath Provider menjamin

penggunaan sumber-sumber ekonomi yang efisien dengan memilih

program-program yang memenuhi kriteria efisiensi. Cost Benefit Analysis

merupakan alat bantu untuk membuat keputusan publik dengan

mempertimbangkan kesejahteraan pasien atau konsumen. Ada dua pihak

yang menaruh perhatian pada analisis ini, yaitu pertama, para praktisi teknis

dan ekonom yang berperan dalam mengembangkan metode analisis,

32
pengumpulan data, dan membuat analisis serta rekomendasi. Kedua,

pemegang kebijakan yang berwenang untuk membuat peraturan dan

prosedur untuk melaksanakan keputusan tersebut.

Cost Benefit Analysis hanya menitik beratkan pada efisiensi penggunaan

faktor produksi tanpa mempertimbangkan masalah lain seperti distribusi,

stabilisasi ekonomi dan sebagainya. Analisis ini hanya menentukan program

dari segi efisiensi sedangkan pemilihan pelaksanaan program berada di

tangan pemegang kebijakan yang dalam memilih juga mempertimbangkan

faktor lain. Saat ini, Cost Benefit Analysis merupakan alat utama dalam

membuat evaluasi program atau proyek untuk kepentingan konsumen,

seperti penambahan fasilitas penunjang pelayanan dan pengembangan

program.

Keterbatasan anggaran merupakan hal yang umum ditemui. Di sisi lain,

Health Provider dihadapkan pada berbagai alternatif program yang akan

dilaksanakan. Hal tersebut menyebabkan Health Provider harus jeli dalam

menentukan program yang diprioritaskan. Pemilihan suatu proyek tidak

mudah. Dalam memutuskan kelayakan suatu proyek yang berhubungan

dengan sektor publik, Health Provider dihadapkan pada banyak

pertimbangan dan permasalahan. Dalam hal ini, prioritas yang dipilih harus

mempertimbangkan kepentingan pasie atau konsumen. Terkait dengan

proses pengambilan keputusan mengenai kelayakan suatu proyek atau

program, Health Provider memerlukan suatu alat analisis yang mampu

digunakan dalam meminimalkan kesalahan dalam pemilihan keputusan.

Salah satu analisis yang dapat digunakan sebagai alat memilih program

33
yang layak diprioritaskan adalah dengan menggunakan Cost Benefit

Analysis atau disebut juga analisis manfaat dan biaya.

Berikut adalah prinsip dalam melakukan Cost Benefit Analysis antara

lain:

a) Mencapai keuntungan yang maksimal (termasuk kesejahteraan sosial)

dan biaya yang minimal.

b) Meningkatkan keuntungan dari serangkaian tindakan dan mengurangi

biaya yang terkait dengan serangkaian tindakan tersebut dalam suatu

periode tertentu (membutuhkan ukuran khusus, biasanya adalah uang).

c) Pareto Improvement: Suatu proyek dikatakan pareto improvement

jika proyek tersebut meningkatkan kualitas hidup dari beberapa orang,

tapi tidak membuat orang lain rugi. Jelasnya masyarakat harus dapat

mencapai Pareto Improvement , sebab mereka menolong orang lain,

tapi juga tidak menyakiti lainnya. Namun demikian, dalam masyarakat

yang kompleks, setiap proyek atau kebijakan pasti akan membuat

orang lain merugi. Sebuah proyek atau kebijakan dikatakan

menciptakan Pareto Improvement yang potensial jika yang untung

lebih banyak daripada yang rugi.

5. Kelebihan Cost Benefit Analysis

Kelebihan Cost Benefit Analysis antara lain:

a) Dapat mengukur efisiensi ekonomi (ketika satu pilihan dapat

meningkatkan efisiensi, pilihan tersebut harus diambil)

b) Tidak hanya membantu mengambil kebijakan untuk memilih alternatif

terbaik dari pilihan yang ada, yang dalam hal ini pemilihan alternatif

34
terbaik dilakukan berdasarkan alasan perbandingan antara life cycle’s

benefit dengan biaya yang dikeluarkan, melainkan juga dapat

membandingkan alternatif-alternatif tersebut.

c) Dapat mengontrol perkembangan dari proyek yang bersangkutan pada

tahun-tahun ke depan.

d) Dapat mengkuantifikasikan biaya dan manfaat yang bersifat kualitatif

maupun intangible.

e) Merupakan alat yang berharga dalam pengambilan keputusan. Hal ini

berguna karena memberikan titik awal dari mana memulai evaluasi

proyek.

6. Kekurangan Cost Benefit Analysis

Berikut ini merupakan kelemahan Cost Benefit Analysis antara lain yaitu:

a) Perhitugan ekonomi untuk Public Good dengan menggunakan Cost

Benefit Analysis sulit untuk dilakukan.

b) Tidak dapat mengukur aspek multidimensional seperti keberlangsunga,

etika, parstisipasi publik dalam pembuatan keputusan dan nilai-nilai

sosial yang lain.

c) Cost Benefit Analysis juga lebih berfungsi memberikan informasi kepada

pengambil keputusan, tapi todak dengan sendirina membuat keputusan.

d) Potensi ketidakakuratan dalam mengidentifikasi dan mengukur biaya dan

manfaat

Sebuah analisis biaya manfaat mensyaratkan bahwa semua biaya dan

manfaat diidentifikasi dan diukur dengan tepat. Sayangnya, kesalahan

manusia sering menyebabkan kesalahan umum biaya analisis manfaat

35
seperti sengaja menghilangkan biaya tertentu dan manfaat karena

ketidakmampuan untuk meramalkan hubungan kausal langsung. Selain

itu, ambiguitas dan ketidakpastian yang terlibat dalam mengukur dan

menetapkan nilai moneter untuk item berwujud mengarah ke analisis

biaya manfaat akurat. Kedua kecenderungan mengarah pada analisis

akurat, yang dapat menyebabkan peningkatan risiko dan efisiensi

pengambilan keputusan.

e) Peningkatan Subjektivitas untuk biaya tidak berwujud dan manfaat

Kelemahan lain dari analisis biaya manfaat adalah jumlah subjektivitas

yang terlibat ketika mengidentifikasi, mengukur, dan memperkirakan

biaya dan manfaat yang berbeda. Sejak beberapa biaya dan manfaat non-

moneter di alam, seperti peningkatan pelanggan dan kepuasan karyawan,

mereka sering memerlukan satu untuk subyektif menetapkan nilai

moneter untuk tujuan menimbang total biaya dibandingkan dengan

manfaat keuangan secara keseluruhan dari suatu usaha tertentu. Ini

estimasi dan peramalan sering didasarkan pada pengalaman masa lalu

dan harapan, yang sering dapat menjadi bias. Langkah-langkah subjektif

lanjut menghasilkan analisis biaya manfaat tidak akurat dan

menyesatkan.

7. Langkah-Langkah Pengukuran Cost Benefit Analysis

Untuk dapat melakukan Cost Benefit Analysis ada beberapa langkah yang

harus dilakukan, sebagai berikut:

a) Identifikasi Program atau Proyek yang Akan Dianalisis

36
Program atau proyek yang dipilih untuk dilakukan analisis dapat lebih

dari dua. Semakin banyak program atau proyek yang akan dianalisis

semakin baik hasilnya karena akan memberikan pilihan yang bervariasi

dan analisis yang lebih lengkap. Definisi operasional dari masing-masing

program atau proyek harus dijabarkan agar tampak perbedaan dari

masing-masing intervensi yang akan dianalisis.

b) Identifikasi Biaya dari Tiap Program atau Proyek

Dalam melakukan identifikasi biaya terlebih dahulu dilakukan

pengklasifikasian seluruh komponen biaya keseluruhan dari masing-

masing program. Semua komponen biaya harus diidentifikasi baik yang

bersumber dari anggaran internal program atau proyek maupun dari

anggaran lainnya. Klasifikasi biaya bisa dilakukan menurut kategori lain

seperti biaya investasi,biaya operasional, dan biaya pemeliharaan, biaya

risiko kehilangan dan kerusakan.

c) Menghitung Total Biaya dari Masing-Masing Program atau Proyek

Setelah seluruh komponen biaya bisa teridentifkasi dan sudah

diklasifikasikan kemudian dilakukan penghitungan total seluruh biaya

setiap program.

d) Identifikasi dan Mentransformasi Benefit dalam Bentuj Uang

Dalam mengidentifikasi manfaat dari masing-masing biaya program

terdapat dua komponen, yaitu manfaat langsung dan manfaat tidak

langsung. Manfaat langsung adalah nilai kepuasan yang dirasakan oleh

penerima manfaat terkait baik dalam bentuk nyata (barang) atau tidak

nyata (jasa). Sedangkan manfaat tidak langsung adalah manfaat yang

37
dirasakan oleh pihak lain yang bukan penerima manfaat utama dari

aktivitas atau produk atau program tersebut.

e) Menghitung Total Benefit

Mengubah manfaat dalam bentuk uang, untuk manfaat langsung kita

dapat menghitung dengan menguangkan biaya keuntungannya.

Sedangkan manfaat tidak langsung dapat menguangkan biaya akibat

kerugian yang ditimbulkan. Hasil dari tahap ini adalah jumlah dari

benefit langsung dan tidak langsung yang berupa total benefit.

f) Menghitung Discounting

Cara penyesuaian nilai atau uang dengan menghitung berapa nilai

uang saat ini dikemudian hari dengan memperhitungkan bunga pada

akhir tahun. Untuk ini digunakan discount rate, yang disesuaikan dengan

interest (suku bunga dalam peminjaman Bank). Dalam menghitung

manfaat tentunya harus mempertimbangkan discount rate bila

manfaatnya akan diperoleh untuk periode waktu kedepan.

Discount Rate (DR) adalah suatu angka yang menggambarkan nilai

uang pada tahun tertentu dengan nilai uang yang sama pada tahun

berikutnya atau tahun sebelumnya. Discount Rate disesuaian dengan

interest rate (suku bunga) yangberlaku dalam peminjaman uang.

Menghitung Discount Factor yaitu:

Discount Factor:

Ket: i = Inflasi, t = tahun

g) Melakukan Analisis Pilihan dari Program yang Paling Menguntungkan

38
Untuk menentukan kriterian investasi apakah layak atau tidak layak,

maka dapat dilakukan dengan pendekatan atau menghitung Benefit Cost

Ratio untuk tiap program atau proyek. Apabila program atau proyek yang

akan dianalisis lebih dari dua maka lebih mudah perhitungannya

diletakkan dalam bentuk table.

8. Contoh Kasus

Rumah Sakit Daerah Balung Jember mengusulkan beberapa usulan

program kepada pemerintah pusat guna bertujuan untuk menunjang

kegiatan operasional di Rumah Sakit Daerah Balung Jember. Namun tidak

semua usulan tersebut dapat diusulkan seluruhnya, dikarenakan keterbatasan

dana yang diberikan oleh pemerintah. Oleh karena itu, dilakukan

perhitungan Cost Benefit Analysis antara usulan pembelian alat CT-Scan

dengan usulan pemebelian alat Laser dioda photocoagulator di Rumah

Sakit Daerah Jember. Hasil Perhitungann sebagai berikut:

Hasil Perhitungan Nilai Sekarang (Present Value) dari Manfaat

(Benefit) dan Biaya (Cost) Pada Usulan Pembelian Alat CT-Scan RSD

Balung Jember.

39
Hasil Perhitungan Nilai Sekarang (Present Value) dari Manfaat

(Benefit) dan Biaya (Cost) Pada Usulan Pembelian Alat Laser dioda

photocoagulator RSD Balung Jember.

Setelah didapat present value untuk unsur biaya dan manfaat pada

masing-masing usulan program, maka langkah selanjutnya adalah

menghitung rasio benefit-cost. Rasio benefit-cost didapat dengan membagi

antara present value benefit dibagi dengan present value cost. Berdasarkan

perhitungan tersebut diperoleh nilai rasio benefit-cost untuk usulan

pembelian alat CT-Scan sebesar 0,078 dan untuk usulan pembelian alat

Laser dioda photocoagulator adalah sebesar 0,858. Dapat diketahui bahwa

besar rasio usulan pembelian alat Laser dioda photocoagulator memiliki

nilai rasio yang lebih besar dibandingkan nilai rasio usulan pembelian alat

CT-Scan. Berdasarkan kriteria rasio benefit-cost maka dapat diambil

kesimpulan bahwa usulan pembelian alat Laser dioda photocoagulator

dipilih karena untuk diprioritaskan terlebih dahulu karena berdasarkan nilai

rasionya, usulan tersebutlan yang memiliki manfaat lebih besar.

40
J. Cost Effectiveness Analysis

1. Pengertian Cost Effectiveness Analysis

a) Menurut Henry M. Levin analisis efektifitas biaya adalah evaluasi yang

mempertimbangkan aspek biaya dan konsekuensi dari sebuah alternatif

pemecahan masalah. Ini adalah sebuah alat bantu pepmbuatan keputusan

yang dirancang agar pembuat keputusan mengetahui dengan pasti

alternatif pemecahan mana yang paling efisien.

b) Menurut Diana B. Petitii, analisis efektifitas biaya adalah model yang

digunakan untuk menilai alternatif keputusan yang paling tepat dengan

cara membandingkan alternatif tersebut dalam hubungannya dengan

keuangan yang harus dikorbankan.

c) Menurut Shepard (1979) dalam First Principles Of Cost Effectiveness

Analysis in Health, Cost Effecvtiveness adalah suatu metode untuk

menentukan program mana yang dapat menyelesaikan tujuan tertentu

dengan biaya minimum.

Cost Effectiveness Analysis atau CEA merupakan suatu metode yang

didesain untuk membandingkan antara outcome kesehatan dan biaya yang

digunakan untuk melaksanakan program tersebut atau intervensu dengan

alternatif lain yang menghasilkan outcome yang sama (Vogenberg, 2001).

Outcome kesehatan diekspresikan dalam terminologi yang obyektif dan

terukur seperti jumlah kasusu yang diobati, penuruanan tekanan darah yang

dinyatakan dalam mmHg dan lain-lain dan bukan dalam terminologi

moneter (Vogenberg, 2001).

41
Analisis Cost Effectiveness merupakan salah satu cara untuk memilih dan

menilai program yang terbaik bila terapat program yang berbeda dengan

tujuan yang sama tersedia untuk dipilih. Kriteria penilaian program mana

yang akan dipilih adalah berdasarkan discounted unit cost terendahlah yang

akan dipilih oleh para analisis/pengambil keputusan (Tjiptoherianto dan

Soesetyo, 1994).

2. Prinsip Dasar Cost Effectiveness Analysis

Terdapat beberapa metode analisis biaya yakni Cost Benefit Analysis

(CBA) dan Cost Effectiveness Analysis (CEA). Keduanya mengevaluasi

unsur ekonomi dengan melihat input dan output. Unsur masukan dalam Cost

Effectiveness Analysis dan Cost Benefit Analysis dinyatakan dalam bentuk

besarnya biaya yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan program,

misalnya Rp. 1.000.000,- Rp. 2.000.000,- dan seterusnya. Unsur keluaran

berupa manfaat Cost Benefit Analysis yang dihasilkan dinyatakan dalam

nilai uang, sedangkan pada Cost Effectiveness Analysis unsur keluarannya

berupa ketepatan (effectiveness)dalam menyelesaikan masalah, dinyatakan

dalam ukuran tertentu yang untuk bidang kesehatan adalah berupa

parameter kesehatan (Jacobs, 1987)

Cost Effecvtiveness Analysis (CEA) digunakan apabila benefit sulit

ditransformasikan dalam bentuk uang sehingga Cost Effectiveness Analysis

(CEA) sangat baik untuk mengukur efisiensi di bidang sosial, khususnya

bidang kesehatan yang bersifat program atau intervensi pada tingkat daerah.

Sesungguhnya untuk bidang kesehatan memberikan nilai rupiah bagi setiap

hasil yang diperoleh tidaklah mudah. Sekalipun misalnya dua program

42
sama-sama berhasil memperpendek atau mempersingkat lama perawatan,

misalnya dari lima menjadi dua hari, namun nilai tiga hari yang berhasil

ditekan tersebut tidak sama antara satu program dengan program yang lain.

Untuk orang yang kebetulan tidak mempunyai pekerjaan, tentu nilai

rupiahnya akan jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan sesorang yang

kebetulan menjabat menjadi seorang manajer. Karna kesulitan mengubah

hasil program kesehatan ke dalam bentuk nilai uang, maka tidak

mengherankan kalau bidang kesehatan banyak menggunakan teknik analisi

efektivitas biaya atau Cost Benefit Analysis.

Beberapa ciri pokok Cost Benefit Analysis menurut Azwar, A (1989) adalah

sebagai berikut:

a) Bermanfaat untuk mengambil keputusan

Cost Effectiveness Analysis berguna untuk membantu pengambilan

keputusan dalam menetapkan program terbaik yang akan dilaksanakan.

Dengan ciri ini jelaslah bahwa Cost Effectiveness Analysis terutama

diterapkan sebelum suatu program dilaksanakan, jadi masuk dalam tahap

perencanaan.

b) Berlaku jika tersedia dua atau lebih program

Cost Effectiveness Analysis tidak dapat dipergunakan jika berhadapan

dengan satu program saja. Perlu ada program lain sebagai perbandingan,

misalnya program butuh biaya Rp. 1.000.000,- yang apabila dilaksanakan

akan berhasil menyembuhkan 300 pasien. Program B butuh biaya

Rp. 1000.000,- yang apabila dilaksanakan akan berhasil menyembuhkan

500 pasien. Dengan adanya program B sebagai pembanding akan tampak

43
bahwa program B lebih tepat dari program A karena dengan biaya yang

sama berhasil menyembuhkan pasien lebih banyak.

c) Mengutamakan unsur input (masukan) dan unsur output (keluaran)

Pada Cost Effectiveness Analysis yang diutamakan hanya unsur masukan

yang dibutuhkan oleh program serta unsur keluaran yang dihasilkan oleh

program. Unsur lainnya, seperti proses, umpan balik dan lingkungan

agak diabaikan.

d) Cost Effectiveness Aanalysis terdiri dari tiga proses, yaitu:

1) Analisis biaya dari tiap alternatif atau program

2) Analisis efektifitas dari tiap alternatif atau program

Analisis hubungan atau ratio antara biaya dan efektifitas alternatif atau

program.

Prinsip dasar dari Cost Effectiveness Analysis (CEA) menurut Shepard

adalah cara untuk merangkum Health Benefit dan sumber daya yang

digunakan dalam program-program kesehatan sehingga para pembuat

kebijakan dapat memilih diantara itu. Cost Effectiveness Analysis

merangkum semua biaya program ke dalam satu nomor, semua manfaat

program (efektivitas) menjadi nomor kedua, dan menetapkan aturan untuk

membuat keputusan berdasarkan hubungan diantara keduanya. Metode ini

sangat berguna dalam analisis program kesehatan preventif, karena metode

ini menyediakan mekanisme untuk membandingkan upaya yang ditujukan

kepada populasi dan penyakit yang berbeda. Cost Effectiveness Analysis

membutuhkan langkah yang sedikit merepotkan dibandingkan Cost Benefit

Analysis, karena Cost Effectiveness Analysis tidak berusaha menetapkan

44
nilai moneter untuk health outcomes dan benefits. Sebaliknya Cost

Effectiveness Analysis mengungkapkan manfaat kesehatan yang lebih

sederhana, lenih deskriptif, seperti years of life yang diperoleh.

Untuk melaksanakan Cost Effectiveness Analysis harus ada satu atau

beberapa kondisi di bawah ini:

a) Ada satu tujuan intervensi yang tidak ambigu, sehingga ada ukuran

yang jelas dimana efektifitas dapat diukur.

Contohnya adalah dua jenis terapi bisa dibandingkan dalam hal

biayanya per year of life yang diperoleh atau katakanlah dua prosedur

screening dapat dibandingkan dari segia biaya per kasus yang

ditemukan, atau;

b) Ada banyak tujuan, tetapi intervensi alternatif diperkirakan

memberikan hasil yang sama

Contohnya adalah da intervensi bedah memberikan hasil yang sama

dalam hal komplikasi dan kekambuhan.

Dalam evaluasi ekonomi, pengertian efektivitas berbeda dengan

penghematan biaya, dimana penghematan biaya mengacu pada persaingan

altenatif program yang memberikan biaya yang lebih murah, sedangkan

efektivitas biaya tidak semata-mata mempertimbangkan aspek biaya yang

lebih rendah (Grosse, 2000).

Cost Effectiveness Analysis membantu memberikan alternatif yang

optimal yang tidak selalu berarti biayanya lebih murah. Cost Effectiveness

Analysis membantu mengidentifikasi dan mempromosikan terapi

pengobatan yang paling efisien (Grosee, 2000). Cost Effectiveness Analysis

45
sangat berguna bila membandingkan alternatif program atau alternatif

intervensi dimana aspek yang berbeda tidak hanya program atau

intervensinya, tetapi juga outcome klinisnya ataupun erapinya. Dengan

melakukan perhitungan terhadap ukuran-ukuran efisiensi (Cost

Effectiveness Ratio), alternatif dengan perbedaan biaya, rate efikasi dan rate

keamanan yang berbeda, maka perbandingan akan dilakukan secara

berimbang (Grosse, 2000).

Cost Effectiveness Analysis digunakan apabila Benefit sulit

ditransformasikan dalam bentuk uang sehingga Cost Effectiveness Analysis

sangat baik untuk mengukur efisiensi di bidang sosial, khusunya bidang

kesehatan yang bersifat program/intervensi pada tingkat kabupaten/kota.

Ada 2 macam analisis efektivitas biaya, yaitu:

a) Analisis Jangka Pendek

Merupakan analisis yang dilakukan untuk jangka waktu kurang dari 1

tahun. Analisis jangka pendek ini merupakan analisis yang paling

banyak dan sering dilakukan. Dalam analisis jangka pendek ini hanya

biaya satuan (unit cost) dihitung dari biaya depresiasi.

b) Analisis Jangka Panjang

Merupakan analisis yang dilakukan untuk jangka waktu lebih dari 1

tahun. Dalam analisis jagka panjang ini biaya satuan (unit cost) yang

digunakan adalah berupa nilai discounted unit cost, dimana dalam

perhitungannya tanpa mempertimbangkan biaya depresiasi.

3. Alasan Menggunakan Cost Effectiveness Analysis

46
a) Benefit bidang kesehatan

1) Sulit mengukur benefit tingkat kesembuhan, hilangnya produktivitas

akibat sakit atau cacat dan lain-lainnya.

2) Program kesehatan yang bersifat lintas sektoral sulit menentukan

dampak suatu program tertentu.

3) Program terpadu sulit menentukan keluaran program yang murni.

b) Cost bidang kesehatan

1) Program terpadu da lintas sektoral akan menyulitkan menilai sarana

peralatan maupun personil yang benar-benar digunakan untuk

program tersebut.

2) Pendayagunaan peran serta masyarakat akan menyulitkan menentukan

biaya operasional.

3) Bantuan lokal, regional, nasional, dan internasional

Contoh: bantuan lokal yang berupa transportasi. Sering biaya transportasi

digabungkan dengan dinas dan lain-lain. Dari beberapa alasan tersebut,

masih ditunjang dengan adanya sistem pencatatan dan pelaporan yang

masih lemah, sehingga Cost Effectiveness Analysis masih cukup peka

untuk mengukur efisiensi.

4. Kegunaan Cost Effectiveness Analysis

Analisis efektivitas biaya merupakan alat utama untuk membandingkan

biaya intervensi kesehatan dengan keuntungan kesehatan yang diharapkan.

Intervensi dapat memahami sebagai aktivitas apapun, dengan menggunakan

berbagai input, yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan. Cost

47
Effectiveness Analysis sering digunakan untuk mengukur efisiensi dari

macam-macam program dengan tujuan yang sama.

Kadang-kadang Cost Effectiveness Analysis juga digunakan untuk

mengukur tingkat efisiensi dari sumber daya (masukan) satu atau lebih dari

satu program dengan derajad tujuan (hierachy of objectives).

5. Kelebihan Cost Effectiveness Analysis

a) Menagatasi kekurangan dalam Cost Benefit Analysis saat benefit sulit

ditransformasikan dalam bentuk uang sebab dalam Cost Effectiveness

Analysis dilakukan perhitungan perbandingan outcome kesehatan dan

biaya yang digunakan jadi tetap dapat memilih program yang lebih

efektif untuk dilaksanakan meskipun benefitnya sulit untuk diukur.

b) Hemat waktu dan sumber daya intensif

c) Lebih mudah untuk memahami perhitungan unsur biaya dalam Cost

Effectiveness Analysis, karena lebih sederhana.

d) Cocok untuk pengambilan keputusan dalam pemilihan program. Cost

Effectiveness Analysis merupakan cara memilih program yang terbaik

bila bebrapa program yang berbeda dengan tujuan yang sama tersedia

untuk dipilih. Sebab, Cost Effectiveness Analysis memberikan penilaian

alternatif program mana yang paling tepat dan murah dalam

menghasilkan output tertentu. Dalam hal ini Cost Effectiveness Analysis

membantu penentuan prioritas dari sumber data yang terbatas.

e) Membantupenentuan prioritas dari sumber daya.

6. Kelemahan Cost Effectiveness Analysis

a) Alternatif tidak dapat dibandingkan dengan tepat

48
Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa sulitnya ditemui Cost

Effectiveness Analysis yang ideal, dimana tiap-tiap alternatif identik pada

semua kriteria, sehingga analisis dalam mendesain suatu Cost

Effectiveness Analysis harus sedapat mungkin membandingkan alternatif-

alternatif tersebut.

b) Cost Effectiveness Analysis terkadang terlalu disederhanakan

Pada umunya Cost Effectiveness Analysis berdasarkan dari analisis

suatu biaya dan suatu pengaruh misalnya rupiah/anak yang diimunisasi.

Padahal banyak program-program yang mempunyai efek berganda.

Apabila Cost Effectiveness Analysis hanya berdasarkan pada suatu

ukuran keefektifan (satu biaya dan satu pengaruh) mungkin

menghasilkan satu kesimpulan yang tidak lengkap dan menyesatkan.

c) Belum adanya pembobotan terhadap tujuan dari setiap program

Akibat belum adanya pembototan pada tujuan dari setiap program

sehingga muncul pertanyaan “biaya dan pengaruh mana yang harus

diukur?”. Pertanyaan ini timbul mengingat belum adanya kesepakatan

diantara para analisis atau ahli. Disatu pihak menghendaki semua biaya

dan pengaruh diukur, sedangkan yang lainnya sepakat hanya mengukur

biaya dan pengaruh-pengaruh tertentu saja.

7. Tahapan Penghitungan Cost Effectiveness Analysis

Tahapan dalam menghitung Cost Effectiveness Analysis (CEA) yaitu sebagai

berikut:

a) Mengidentifikasi unsur biaya dari alternatif program yang ada.

49
b) Menghitung total cost atau present value cost dengan rumus
𝐶𝑡 1
c) 𝑃𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒 𝐶𝑜𝑠𝑡 = atau 𝑃𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒 𝐶𝑜𝑠𝑡 = 𝐶𝑡 𝑥 (1+𝑛)𝑡
(1+𝑛)𝑡

𝐶𝑡
d) Dimana (1+𝑛)𝑡 merupakan nilai discount factor

e) Menghitung objective atau output yang berhasil

f) Menghitung Cost Effectiveness Ratio (CER)

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐶𝑜𝑠𝑡 (𝑃𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒 𝐶𝑜𝑠𝑡)


g) Cost Effectiveness Ratio = ∑𝑂𝑏𝑗𝑒𝑐𝑡𝑖𝑣𝑒

h) Membandingkan Cost Effectiveness Ratio dari masing-masing alternatif

program

i) Memilih Cost Effectiveness Ratio yang terkecil dari program untuk

direkomendasikan

8. Contoh Kasus

Penelitian ini dilakukan dengan rancangan penelitian eksperimental yaitu

Randomized Controlled Trial (RCT) dengan menggunakan open-label.

Subyek penelitian dibagi menjadi 2 kelompok yaitu: kelompok pasien nyeri

neuropatik yang mendapat terapi amitryptiline 1 x 12,5 mg dan

carbamazepine 2 x 100 mg selama 4 minggu. Selanjutnya dilakukan analisis

efektivitas biaya (cost-effectiveness analysis) dari kedua regimen terapi

tersebut. Penelitian ini dilakukan di Klinik Saraf Rumkital dr. Ramelan yang

berada di Jl. Gadung No 1 Surabaya. Data penelitian di ambil selama

periode Februari- Mei 2014. Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien

nyeri neuropatik yang berobat jalan di Klinik Saraf Rumkital dr. Ramelan

Surabaya yang mendapat terapi amitryptiline dan carbamazepine sesuai

50
dengan kriteria penelitian. Sampel yang memenuhi kriteria inklusi sejumlah

62 pasien, masing-masing kelompok sebesar 31 pasien.

Pada penelitian ini sampel dibagi menjadi dua kelompok perlakuan

yakni: kelompok pasien nyeri neuropatik yang mendapat terapi amitryptiline

1 x 12,5 mg dan carbamazepine 2 x 100 mg selama 4 minggu. Kemudian

efektivitas terapi di ukur menggunakan skala nyeri dengan Numerical

Rating Scale (NRS) sebelum terapi dan 4 minggu sesudah diterapi.

Instrument penelitian berupa NRS yang dikombinasi dengan visual analog

scala (VAS). NRS merupakan skala pengukuran yang berupa garis lurus

yang dilengkapi dengan angka/skor 0-10, sedangkan VAS berupa gambaran

rasa nyeri. Untuk mengetahui intensitas nyeri yang dialami oleh pasien,

maka pasien diminta untuk menentukan rasa nyeri yang dialaminya dengan

memberi skor terhadap intensitas nyeri yang dirasakannya. Kategori derajat

nyeri berdasarkan nilai NRS:1-3 : nyeri ringan, 4-7 : nyeri sedang, 8-10 :

nyeri berat.Variabel bebas pada penelitian ini adalah Pemberian terapi nyeri

neuropatik(amitryptiline 1 x 12,5mg dan carbamazepine 2 x 100 mg selama

4 minggu), sedangkan variabel tergantung dalam penelitian ini adalah cost-

effectiveness amitryptiline dan carbamazepine untuk terapi nyeri

neuropatik.

Analisis data pada penelitian ini terdiri dari pengujian normalitas data

dan analisis statistik data penelitian. Pada penelitian ini hasil pengujian

normalitas menunjukan bahwa data sampel tidak mengikutidistribusi

normal. Analisis untuk efektivitas respon masing-masing terapi pre dan post

pada kelompok amitryptiline dan carbamazepine menggunakan uji

51
Wilcoxon untuk mengetahui apakah ada perbedaan intensitas nyeri pre dan

post pada masing-masing terapi. Analisis untuk mengetahui perbedaan

efektivitas terapi antara dua variabel (data) atau lebih yang tidak berkorelasi

(independent) dalam hal ini kelompok terapi amitryptiline

dancarbamazepine selama 4 minggu digunakan analisis statistik non-

parametrik dengan Mann-Whitney Test. Selanjutnya dilakukan perhitungan

analisis cost effectiveness menggunakan ACER (Average Cost

Effectiveness Analysis Ratio) dengan membandingkan rata-rata biaya terapi

dengan efektivitas terapi yang dilihat dari penurunan intensitas nyeri.

Perhitungan analisis statistik menggunakan program SPSS 20.0 for

Windows

52
DAFTAR PUSTAKA

Lubis, Ade. 2009. Ekonomi Kesehatan. Universitas Sumatera Utara. USU Press.

Bahan Ajar Economic Evaluation In Health Care oleh Putu Ayu Indrayathi

SW SARI, W KAWEDAR - 2018 - eprints.undip.ac.id

http://seputarpengertian.blogspot.com/2016/10/pengertian-evaluasi-dan-

tahapannya.html diaskes 06 oktober 2018

http://www.indonesian-publichealth.com/evaluasi-bidang-kesehatan/ diakses 06

oktober 2018

https://www.academia.edu/35188559/PENGERTIAN_TUJUAN_FUNGSI_PRIN

SIP_DAN_RUANG_LINGKUP_EVALUASI.docx diaskes 06 oktober 2018

https://superthowi.wordpress.com/2013/04/20/tujuan-fungsi-dan-prinsip-evaluasi-

pendidikan/ diaskes 06 oktober 2018

https://kupdf.net/download/pengantar-administrasi-kesehatan-azrul-

azwar_5af343b4e2b6f55d409252cc_pdf diaskes 06 oktober 2018

http://ejournal.ukrida.ac.id/ojs/index.php/TIK/article/viewFile/1081/1222http://jayaniph.

blogspot.com/2013/12/evaluasi.html diaskes 06 oktober 2018

jurnal.unpad.ac.id/ijcp/article/viewFile/15395/pdf

https://jurnal.unej.ac.id/index.php/IKESMA/article/view/1684/1401

53
SOAL EVALUASI

1. Pak Joni melakukan pemeriksaan terhadap pelaksanaan suatu program

yang telah dilakukan dan yang akan digunakan untuk meramalkan,

memperhitungkan, dan mengendalikan pelaksanaan program ke depannya

agar jauh lebih baik. Kegiatan yang dilakukan pak joy tersebut adalah…

a. Monitring

b. Conrolling

c. Evaluasi

d. Planning

e. Programming

2. Dalam menjalankan programnya pak Ari melakukan evaluasi setelah

program tersebut berjalan. Evaluasi yang dilakukan untuk memperbaiki

program yang sedang berjalan dan didasarkan atas kegiatan sehari-hari,

minggu, bulan bahkan tahun, atau waktu yang relatif pendek . dalam hal

tersebut pak Ari melakaukan jenis evaluasi…

a. Evaluasi akhir

b. Evaluasi formatif

c. Evaluasi summative

d. Evaluasi kognitive

e. Evaluasi relative

3. Rumah Ssakit Harapan Kita melakukan kegiatan untuk memperbaiki

program-program kesehatan dan pelayanannya untuk mengantarkan dan

mengarahkan alokasi tenaga dan dana untuk program dan pelayanan yang

54
sedang berjalan dan yang akan datang. Kegiatan yang dilakukan rumah

sakit tersebut termasuk dalam…

a. Manfaat Evaluasi

b. Tujuan Evaluasi

c. Definisi Evaluasi

d. Kegunaan Evaluasi

e. Program Evaluasi

4. Dalam menjalankan programnya pak Salim melakukan evaluasi setelahnya

melalui beberapa langkah-langkah. Salah satu langkah program harus

dibuat untuk menjelaskan bagaimana program dievaluasi, apakah

pertanyaan yang ditunjukan, dan apakah pertanyaan yang ditujukan, dan

apakah hasil akhir, apa SWOT nya. Hal tersebut termasuk dalam

langkah…

a. Analisis data

b. Pengumpulan data

c. Pelaporan hasil

d. Penetapan hasil

e. Deskripsi program

5. Sebuah Rumah sakit akan melakukan evaluasi terhadap proram yang telah

dibuat. alat evaluasi yang dapat diperhatikan, dimana seorang manajer

55
harus memperhitungkan cost dan benefitnya dalam program-programnya.

Dalamm hal tersebut kegiatan yang dilakukan RS dinamakan….

a. Cost benefit analysis

b. Control group

c. Indikaor evaluasi

d. Keriteria evaluasi

e. Model evaluasi

6. Dalam melakukan evaluasi manager melakukan langkah-langkah, salah

langkah yang tujuan dan sasaran spesifik dan merupakan langkah pertama

dalam melaksanakan evaluasi program adalah untuk menghasilkan detail

deskripsi program yang dimaksud, termasuk tujuan dan sasaran

program.termasuk dalam langkah…

a. Deskripsi program

b. Penetapan keriteria

c. Pemilihan desain evaluasi

d. Pengumpulan data

e. Analisis program

7. Langkah yang dimaksudkan untuk meramal banyak tugas yang

berhubungan dengan prosedur yang digunakan. Selain itu, banyak

pertanyaan dan isu yang muncul dengan prospek evaluasi akan dijawab

melalui desain yang diseleksi. Kegaiatan tersebut termasuk dalam

langkah…

a. Deskripsi program

56
b. Pnetapan keriteria

c. Pemilihan desain evaluasi

d. Pengumpulan data

e. Analisis program

8. Pak Ali ditugaskan untuk melakukan sebuah evaluasi. Dalam melakukan

hal tersebut pak Ali harus mengikuti langkah langkah evaluasi yang ada.

Langkah terakhir yang harus dilakukan pak Ali dalam membuat evaluasi

adalah…

a. Pembuatan laporan hasil

b. Penetapan keriteria

c. Pemilihan desain evaluasi

d. Pengumpulan data

e. Analisis program

9. status gizi yang digambarkan dengan berat badan terhadap tinggi badan,

angka kecukupan imunisasi, kesanggupan belajar, angka kematian

menurrut golongan umur, angka kesakitan, jenis penyakit tertentu, dan

angka penderita cacat golongan anak-anak. Hal tersebut dinamakan

a. indikator evaluasi

b. keriteria evaluasi

c. manfaat evaluasi

d. tujuan evaluasi

e. rancangan evaluasi

10. RS harapan kita dalam melakukan evaluasi harus mempunyai indikator,

seperti dibaah ini :

57
- Alokasi sumber daya yang cukup untuk layaan kesehatan dasar.

- Tingkat keterlibatan masyarakat dalam mencapai kesehatan bagi

semua

- Penyusunan stautu kerangka organisasi dan manajerial yang sesuai

dengan strategi nasional untuk kesehatan bagi semua.

- Manifestasi praktis dari komitmen politik internasional untuk

kesehatan bagi semua.

Kegiatan tersebut termasuk dalam keriteria …

a. Indikator kebijakan kesehatan

b. Indikator status kesehatan

c. Indikator pelayanan

d. Indikator mutu

e. Indikator hasil

11. Adanya penurunan morbiditas dan mortalitas dan meningkatnya

produktifitas merupakan salah satu …

a. Benefit kegaitan kesehatan masyarakat

b. Benefit program kesehatan lingkungan

c. Benefit program training

d. Benefit program keluarga

e. Benefit menyeluruh

12. Pada tahun 2018 pemerintah meningkatkan jumlah rumah sehat dan

menurunkan health hzard dan lain sebagainya. Hal tersebut termauk

dalam…

a. Benefit kegaitan kesehatan masyarakat

58
b. Benefit program kesehatan lingkungan

c. Benefit program training

d. Benefit program keluarga

e. Benefit menyeluruh

13. Di tahun 2017 Pemda mengevaluasi adanya kenaikan penghasilan dan

produktifitas peserta training. Hal tersebut termasuk dalam …

a. Benefit kegaitan kesehatan masyarakat

b. Benefit program kesehatan lingkungan

c. Benefit program training

d. Benefit program keluarga

e. Benefit menyeluruh

14. Kelahran bayi yang dapat dicegah, peningkatan gizi pada keluarga kecil

dan human investment (konsumsi untuk pendidikan anak akibat kelahirann

yang dapat dicegah termasuk dalam …

a. Benefit kegaitan kesehatan masyarakat

b. Benefit program kesehatan lingkungan

c. Benefit program training

d. Benefit program keluarga

e. Benefit menyeluruh

15. evaluasi adalah proses untuk mempertimbangkan sesuatu barang, hal atau

gejala dengan mempertimbangkan beragam faktor yang kemudian

disebut Value Judgment. Pernyataan tersebut dikemukakan oleh..

a. Nurkancana

b. Raka Joni

59
c. Paulo

d. Arikunto

e. Notoadmodjo

Essay :

1. Puskesmas A dam B sama –sama melaksanakan imunisasi campak

pada BATITA, dengan metoda berbeda. Puskesmas A memberikan

imunisasi campak setiap hari digedung puskesmas dan puskesmas B

memberikan imunisasi campak dengan cara mendatangi penduduk

desa. Hasil pencapaian imunisasi selama setahun untuk puskesmas A

adalah 900 bayi dengan menghabiskan 300 falcon vaksin, sedang

puskesmas B 600 bayi dan 100 falcon. Apabila diketahui target

imunisasi adalah 4% dari jumlah penduduk, dimana masing-masing

penduduk adalah 30.000 jiwa, maka tentukan efektifitas dari masing-

masing puskesmas !

JAWABAN:

Efektifitas puskesmas A = 900 : (4% x 30.000) x 100% = 75%

Efektifitas puskesmas B = 600 : (4% x 30.000) x 100% = 50%

60

Anda mungkin juga menyukai