Anda di halaman 1dari 42

MODUL COST EFFECTIVENESS ANALYSIS (CEA)

MODUL
Untuk memenuhi tugas matakuliah Manajemen Unit kerja III
Yang dibina oleh Bapak B. Doddy Riyadi, SKM, MM

Oleh :
Kelompok 1
Ahmad Zainul Muttaqin 1504000002
Siti Laras Dharma Putri M 1504000010
Fiona Meyta Erditya 1504000012
Dika Sevya Rahayu 1504000022
Farah Dila Eka R 1504000034
Nur Azizah Eska N 1504000036
Mufidah 1504000040
Fatma Apriani 1504000054
Rinda Ajeng Puspita 1504000056
Ruth Agustin Panglipur R 1504000060
Nona Lutfiah Firdaus 1504000074
Ririn Damas Putri Ayudya 1504000076
Wenslaus T. Sodefa 1504000080

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN PEREKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN
PRODI DIII PEREKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

Dengan menmanjatkan Puji Syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa


karena berkat rahmatNya lah maka modul cost effectiveness analysis untuk
Perguruan Tinggi ini dapat diselesaikan. Penyusunan modul ini merupakan salah
satu upaya peningkatan mutu pendidikan di perguruan tinggi.

Penyusun menyadari bahwa terlaksananya pebuatan modul ini berkat


bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu dosen, orang tua, dan teman-teman yang telah
membimbing dan membantu kami dalam pembuatan modul ini.

Penyusun sangat memahami bahwa apa yang telah di dapatkan selama


pembuatan modul belumlah seberapa. Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa
modul ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
bersifat membangun sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan modul ini.

Penyusun berharap modul ini dapat bermanfaat bagi penyusun sendiri


khususnya, dan bagi para pembaca.

Malang, 12 Oktober 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I PENGANTAR.............................................................................................1

A. Tujuan Pembelajaran..1

B. Identitas Mata Kuliah.1

C. Materi Pokok..1

BAB II COST EFFECTIVENESS ANALYSIS........................................................2

A. Pengertian CEA.....................................................................................3

B. Pengertian Analisis Biaya......................................................................5

C. Pengertian Efektivitas............................................................................7

D. Perbedaan CBA dan CEA.....................................................................9

E. Prinsip Dasar CEA.................................................................................9

F. Tujuan CEA..........................................................................................13

G. Manfaat CEA.......................................................................................14

H. Kelebihan dan Kelemahan CEA..........................................................14

I. Tahapan Penghitungan CEA.................................................................14

J. Pengaplikasian CEA..............................................................................14

K. Hambatan Dalam Melakukan CEA......................................................14

L. Contoh Implementasi CEA..................................................................17

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................17

iii
#1

PENGANTAR

A. Tujuan Pembelajaran

1. Mahasiswa mampu melakukan analisa dengan metode Cost Effectiveness

Analysis

2. Mahasiswa mampu membuat penghitungan dengan metode Cost

Effectiveness Analysis

B. Identitas MataKuliah

1. Nama Mata Kuliah : Manajemen Unit Kerja

2. Jumlah SKS : 2 SKS

3. Penempatan : Semester 5

4. Prasyarat : -

5. Jumlah Pertemuan : 1 kali

C. Materi Pokok

1. Pengertian Cost Effectiveness Analysis

2. Kelebihan dan Kelemahan Cost Effectiveness Analysis

3. Tahapan Penghitungan Cost Effectiveness Analysis

4. Contoh penghitungan Cost Effectiveness Analysis

1
#2

COST EFFECTIVENESS ANALYSIS (CEA)

1. Waktu

1 x 170 menit

2. Tujuan Praktikum

a. Mahasiswa mampu membuat Cost Effectiveness Analysis (CEA)

3. Dasar Teori

Teknik analisis memang berakar dari analisis biaya-manfaat, yang

kemudian mengalami perkembangan hingga dewasa ini. Dari perkembangan

sejarah tercatat bahwa pertama kali teknis analisis biaya-biaya ini digunakan oleh

angkatan bersenjata Amerika Serikat pada sekitar dasawarsa enampuluhan.

Teknik ini dengan cepat kemudian memasuki berbagai sector, termasuk

diantaranya sector ekonomi.Teknik analisa biaya manfaat (ABM atau CBA)

dengan mudah menjadi terkenal karena hasilnya memungkinkan pengambilan

keputusan mempunyai gambaran yang lengkap dari sisi pengorbanan dan hasilnya

sekaligus. Sehingga teknik ini sering disebut sebagai teknik untuk landasan

kebijaksanaan yang akan mengeffisienkan alokasi dana secara lintas sektral.

Namun, teknik ini pada perkembangan waktu berikutnya menjadi kurang

disukai oleh para manager local. Sehingga pada dasawarsa tujuhpuluhan terbentuk

modifikasi teknik analisa biaya manfaat yang kemudian dikenal sebagai teknik

analisis effektifitas-biaya (AEB atau CEA). Perbedaan mendasar keduanya

ter;letak pada perhitungan sisi manfaat programnya. Biaya pada teknik ABM

mengharuskan membrikan nilaiuang dari semua manfaat program, maka pada

teknik AEB hal itu tidak perlu. Yang terpenting pada teknik AEB mengharuskan

2
semua manfaat identik untuk semua program yang diperbandingkan. Cost

Effectiveness adalah analisis yang digunakan untuk memilih metode yang paling

effisien dalam pencapaian tujuan akhir program.

Dalam analisis biaya, biasanya dibandingkan sebagai alternative biaya

dengan jasa-jasa yang diberikan, misalnya jumlah mahasiswa yang dilayani,

jumlah pasien yang masuk rumah sakit, jumlah pasien yang disembuhkan atau

jumlah dan berbagai macam jasa kesehatan yang diberikan. Dalam cost

effectiveness semua jasa-jasa ini dinyatakan dalam variabel-variabel status

kesehatan seperti statistic mortalitas dan morbiditas untuk kelompok tertentu.

Dalam menganalisis suatu program pendidikan kesehatan, sering digunakan

ukuran dari perubahan pengetahuan atau sikap sebagai hasil dari intervensi.

CEA adalah salah satu metode untuk mengidentifikasi strategi yang dapat

memberikan keefektifan biaya paling tinggi dari serangkaian pilihan pilihan

dengan tujuan yang sama. Dalam analisis keefektifan biaya dilakukan dengan

membandingkan input dan output. Input adalah biaya yang diukur dalam satuan

moneter, sedangkan output adalah manfaat diukur dalam peningkatan kesehatan.

Dengan membagi biaya dengan manfaat, seseorang dapat memperoleh rasio

keefefektifan biaya untuk setiap intervensi. Intervensi yang efektif dapat

memberikan lebih banyak manfaat pada lebih banyak orang sehingga menjadi

pertimbangan penting dalam mengevaluasi tindakan dan kebijakan sosial.

A. PENGERTIAN COST EFFECTIVENESS ANALYSIS (CEA)

Cost effectiveness analysis atau CEA merupakan suatu metode yang didesain

untuk membandingkan antara outcome kesehatan dan biaya yang digunakan untuk

3
melaksanakan program tersebut atau intervensi dengan alternatif lain yang

menghasilkan outcome yang sama (Vogenberg, 2001). Outcome kesehatan

diekspresikan dalam terminologi yang obyektif dan terukur seperti jumlah kasus

yang diobati, penurunan tekanan darah yang dinyatakan dalam mmHg, dan lain-

lain dan bukan dalam terminologi moneter (Vogenbeg, 2001).

Menurut Pendapat Para Ahli

Henry M. Levin

Analisis efektifitas biaya adalah evaluasi yang mempertimbangkan aspek

biaya dan konsekuensi dari sebuah alternatif pemecahan masalah. Ini adalah

sebuah alat bantu pembuat keputusan yang dirancang agar pembuat keputusan

mengetahui dengan pasti alternatif pemecahan mana yang paling efisien.

Diana B. Petitti

Analisis efektifitas biaya adalah model yang digunakan untuk menilai

alternatif keputusan yang paling tepat dengan cara membandingkan alternatif

tersebut dalam hubungannya dengan keuangan yang harus dikorbankan.

Shepard (1979)

Dalam First Principles Of Cost-Effectiveness Analysis in Health, CEA adalah

suatu metode untuk menentukan program mana yang dapat menyelesaikan

tujuan tertentu dengan biaya minimum.

Analisis cost-effectiveness merupakan salah satu cara untuk memilih dan

menilai program yang terbaik bila terdapat beberapa program yang berbeda

dengan tujuan yang sama tersedia untuk dipilih. Kriteria penilaian pogram mana

4
yang akan dipilih adalah berdasarkan discounted unit cost dari masing-masing

alternatif program sehingga program yang mempunyai discounted unit cost

terendahlah yang akan dipilih oleh para analisis/pengambil keputusan

(Tjiptoherianto dan Soesetyo, 1994).

Cost effectiveness analysis atau CEA adalah salah satu metode untuk

mengidentifikasi strategi yang dapat memberikan keefektifan biaya paling tinggi

dari serangkaian pilihan pilihan dengan tujuan yang sama. Dalam analisis

keefektifan biaya dilakukan dengan membandingkan input dan output. Input

adalah biaya yang diukur dalam satuan moneter, sedangkan output adalah manfaat

diukur dalam peningkatan kesehatan. Dengan membagi biaya dengan manfaat,

seseorang dapat memperoleh rasio keefefektifan biaya untuk setiap intervensi.

Intervensi yang efektif dapat memberikan lebih banyak manfaat pada lebih

banyak orang sehingga menjadi pertimbangan penting dalam mengevaluasi

tindakan dan kebijakan sosial.

Menurut kelompok kami, Cost Effectiveness Analysis adalah salah satu

bentuk evaluasi ekonomi pada program kesehatan untuk menentukan program

mana yang lebih efisien, baik ditinjau dari ketercapaian tujuannya maupun dari

segi biayanya.

B. PENGERTIAN ANALISIS BIAYA

Biaya adalah suatu jumlah tertentu yang diukur dalam bentuk uang dari kas

yang dibelanjakan atau barang lain yang diserahkan, modal saham yang

dikeluarkan, jasa yang diberikan atau utang yang dibebankan sebagai imbalan dari

barang dan jasa yang diterima atau yang akan diterima. (Syafri Harahap, 2003).

5
Biaya adalah suatu nilai tukar prasyarat, pengorbanan, dengan pengurangan

kas atau aktiva lainnya pada saat ini atau di masa mendatang yang dilakukan guna

memperoleh manfaat. (Usry dan Hammer, 1999).

Biaya merupakan kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa

yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau di masa yang akan datang bagi

organisasi.(Hansen dan Mowen, 2005).

Biaya adalah penurunan manfaat ekonomis selama periode akuntansi dalam

bentuk arus atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang

menyebabkan turunnya ekuitas yang menyangkut pembagian pada penanam

modal. (Ikatan Akuntan Indonesia, 2009).

Jadi dapat disimpulkan bahwa biaya merupakan satuan jumlah tertentu yang

dikeluarkan dalam periode tertentu untuk mendapatkan manfaat dari suatu barang

atau jasa.

Menurut Pendapat Para Ahli

Mulyadi (1990)

Analisis biaya merupakan suatu upaya mencapai penggunaan sumberdaya

ekonomi yang optimal sebagai dasar dalam pengambilan keputusan,

khususnya yang menyangkut berbagai macam alternatif untuk masa

mendatang.

Berman (1996)

Analisis biaya adalah proses menata kembali data atau informasi yang ada

dalam laporan keuangan untuk memperoleh usulan biaya pelayanan rumah

sakit. Dengan kata lain, analisis biaya merupakan pendistribusian biaya dari

6
unit pemeliharaan, unit operasional, dan unit pelayanan umum lainnya ke

bagian perawatan, gawat darurat, atau pendapatan rumah sakit dari layanan

yang diberikan kepada pasien.

Meg Sewell dan Mary Marczak (2011)

cost analysis is currently a somewhat controversial set of methods in

economic evaluation, cost allocation, and efficiency assessment. One reason

for the controversy is that these terms cover a wide range of methods.

Analisis biaya adalah sebuah metode yang kontroversial (mencakup beberapa

metode) dalam evaluasi ekonomi, pengalokasian biaya, dan penilaian

efisiensi.

Menurut kelompok kami, analisis biaya adalah suatu proses mengumpulkan,

mengelompokkan, dan mengidentifikasi data keuangan untuk menghitung biaya

output suatu produk/jasa dalam rangka peningkatan efisiensi dan profitabilitas

perusahaan.

C. PENGERTIAN EFEKTIVITAS

Efektivitas berasal dari kata efektif yang mengandung pengertian dicapainya

keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas selalu

terkait dengan hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang telah

dicapai. Seperti yang diungkapkan oleh Etzioni, dkk (1985) dalam Rukmini

(2009), efektivitas adalah Sebagai tingkat keberhasilan organisasi dalam usaha

untuk mencapai tujuan dan sasaran. Berdasarkan pendapat tersebut, bahwa

efektivitas merupakan suatu konsep yang sangat penting karena mampu

7
memberikan gambaran mengenai keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai

sasaran atau tujuan yang diharapkan.

Sedangkan berdasarkan pendapat Mahmudi (2005) dalam Rukmini (2009),

Efektivitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan, semakin besar

kontribusi (sumbangan) output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif

organisasi, program atau kegiatan.

Efektivitas berfokus pada outcome (hasil). Program atau kegiatan yang dinilai

efektif apabila output yang dihasilkan dapat memenuhi tujuan yang diharapkan.

Secara umum telah dikemukakan bahwa konsep efektivitas itu sendiri paling baik

jika dilihat dari sudut sejauh mana organisasi berhasil mendapatkan sumber daya

dalam usahanya mengejar tujuan strategi dan operasional (Steers (1985) dalam

Ridha (2008).

Efektivitas merupakan suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa

jauh target dapat tercapai. Pengertian efektivitas ini lebih berorientasi kepada

keluaran sedangkan masalah penggunaan masukan kurang menjadi perhatian

utama. Apabila efisiensi dikaitkan dengan efektivitas maka walaupun terjadi

peningkatan efektivitas belum tentu efisiensi meningkat. Sedarmaya (2001).

Menurut Handayaningrat (1983) dalam Ridha (2008) memberikan definisinya

mengenai efektivitas yaitu pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan

yang telah ditentukan sebelumnya. Sedangkan menurut segi kesehatan, Muennig

(2008) memberikan penjelasan mengenai definisi efektivitas sebagai berikut:

Effectiveness is the performance of health interventions in the real world

Efektivitas adalah kinerja dari intervensi kesehatan di dunia nyata Lebih lanjut

Muennig menjelaskan bahwa efektivitas menunjukkan bagaimana bagusnya

8
kinerja dari tes, pengobatan atau program kesehatan di dunia nyata. Menurut

kelompok kami, efektivitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa jauh

tercapainya suatu tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

D. PERBEDAAN CBA DAN CEA

Cost Benefit Analysis Cost Effectiveness


Analysis
Kegunaan Mencari alternatif yang paling Mencari alternatif
menguntungkan yang murah
Tujuan Memilih diantara
a. Memilih diantara beberapa beberapa alternatif
alternatif yang tujuannya yang tujuannya sama.
berbeda.
b. Memutuskan apakah suatu
rencana dilaksanakan atau
tidak

Perhitungan Tidak ada


effectiveness a. Dalam satuan
output.
b. Membandingkan
biaya satuan.

Perhitungan Tidak ada


benefit a. Dalam nilai uang.
b. Membandingkan B/C ratio.

Perhitungan cost Dalam nilai uang Dalam nilai uang

9
E. PRINSIP DASAR COST EFFECTIVENESS ANALYSIS

Terdapat beberapa metode analisis biaya yakni Cost Benefit Analysis (CBA)

dan Cost Effectiveness Analysisi (CEA). Keduanya mengevaluasi unsur ekonomi

dengan melihat input dan output. Unsur masukan dalam CEA dan CBA

dinyatakan dalam bentuk besarnya biaya yang dibutuhkan untuk

menyelenggarakan program, misalnya Rp 1.000.000,-, Rp 2.000.000,- dan

seterusnya. Unsur keluaran berupa manfaat CBA yang dihasilkan dinyatakan

dalam nilai uang, Sedangkan pada CEA unsur keluarannya berupa ketepatan

(effectiveness) dalam menyelesaikan masalah, dinyatakan dalam ukuran

tertentu yang untuk bidang kesehatan adalah berupa parameter kesehatan

(Jacobs, 1987).

Cost Effectiveness Analysis (CEA) digunakan apabila benefit sulit

ditransformasikan dalam bentuk uang sehingga CEA sangat baik untuk mengukur

efisiensi di bidang sosial, khususnya bidang kesehatan yang bersifat program atau

intervensi pada tingkat daerah. Sesungguhnya untuk bidang kesehatan

memberikan nilai rupiah bagi setiap hasil yang diperoleh tidaklah mudah.

Sekalipun misalnya dua program sama-sama berhasil memperpendek atau

mempersingkat lama perawatan, misalnya dari lima menjadi dua hari, namun

nilai tiga hari yang berhasil ditekan tersebut tidak sama antara satu program

dengan program yang lain. Untuk orang yang kebetulan tidak mempunyai

pekerjaan, tentu nilai rupiahnya akan jauh lebih kecil jika dibandingkan

dengan seseorang yang kebetulan menjabat menjadi seorang manajer. Karena

kesulitan mengubah hasil program kesehatan ke dalam bentuk nilai uang,

10
maka tidak mengherankan kalau bidang kesehatan banyak menggunakan

teknik analisis efektifitas biaya atau CEA.

Beberapa ciri pokok CEA menurut Azwar, A (1989) adalah sebagai berikut :

a. Bermanfaat untuk mengambil keputusan.

CEA berguna untuk membantu pengambilan keputusan dalam

menetapkan program terbaik yang akan dilaksanakan. Dengan ciri ini

jelaslah bahwa CEA terutama diterapkan sebelum suatu program

dilaksanakan, jadi masuk dalam tahap perencanaan.

b. Berlaku jika tersedia dua atau lebih program.

CEA tidak dapat dipergunakan jika berhadapan dengan satu program saja.

Perlu ada program lain sebagai perbandingan, misalnya program butuh

biaya Rp 1.000.000,- yang apabila dilaksanakan akan berhasil

menyembuhkan 300 pasien. Program B butuh biaya Rp 1.000.000,-

yang apabila dilaksanakan akan berhail menyembuhkan 500 pasien.

Dengan adanya program B sebagai pembanding akan tampak bahwa

program B lebih tepat dari program A karena dengan biaya yang sama

berhasil menyembuhkan pasien lebih banyak.

c. Mengutamakan unsur input (masukan) dan unsur output (keluaran).

Pada CEA yang diutamakan hanya unsur masukan yang dibutuhkan oleh

program serta unsur keluaran yang dihasilkan oleh program. Unsur

lainnya, seperti proses, umpan balik dan lingkungan agak diabaikan.

d. CEA terdiri dari tiga proses, yaitu :

1) Analisis biaya dari setiap alternatif atau program.

2) Analisis efektifitas dari tiap alternatif atau program.

11
Analisis hubungan atau ratio antara biaya dan efektifitas alternatif atau

program.

Prinsip dasar dari Cost-effectiveness analysis (CEA) menurut Shepard adalah

cara untuk merangkum health benefits dan sumber daya yang digunakan dalam

program-program kesehatan sehingga para pembuat kebijakan dapat memilih

diantara itu. CEA merangkum semua biaya program ke dalam satu nomor, semua

manfaat program (efektivitas) menjadi nomor kedua, dan menetapkan aturan

untuk membuat keputusan berdasarkan hubungan diantara keduanya. Metode ini

sangat berguna dalam analisis program kesehatan preventif, karena metode ini

menyediakan mekanisme untuk membandingkan upaya yang ditujukan kepada

populasi dan penyakit yang berbeda. CEA membutuhkan langkah yang sedikit

merepotkan dibandingkan cost-benefit analysis, karena CEA tidak berusaha untuk

menetapkan nilai moneter untuk health outcomes dan benefits. Sebaliknya, CEA

mengungkapkan manfaat kesehatan yang lebih sederhana, lebih deskriptif, seperti

years of life yang diperoleh.

Untuk melaksanakan CEA, harus ada satu atau beberapa kondisi di bawah

ini:

a. Ada satu tujuan intervensi yang tidak ambigu, sehingga ada ukuran yang

jelas dimana efektifitas dapat diukur.

Contohnya adalah dua jenis terapi bisa dibandingkan dalam hal biayanya

per year of life yang diperoleh, atau, katakanlah, dua prosedur screening

dapat dibandingkan dari segi biaya per kasus yang ditemukan. Atau;

b. Ada banyak tujuan, tetapi intervensi alternatif diperkirakan memberikan

hasil yang sama.

12
Contohnya adalah dua intervensi bedah memberikan hasil yang sama

dalam hal komplikasi dan kekambuhan.

Dalam evaluasi ekonomi, pengertian efektivitas berbeda dengan

penghematan biaya, dimana penghematan biaya mengacu pada persaingan

alternatif program yang memberikan biaya yang lebih murah, sedangkan

efektivitas biaya tidak semata-mata mempertimbangkan aspek biaya yang lebih

rendah (Grosse, 2000).

CEA membantu memberikan alternatif yang optimal yang tidak selalu

berarti biayanya lebih murah. CEA membantu mengidentifikasi dan

mempromosikan terapi pengobatan yang paling efisien (Grosse, 2000). CEA

sangat berguna bila membandingkan alternatif program atau alternatif intervensi

dimana aspek yang berbeda tidak hanya program atau intervensinya, tetapi juga

outcome klinisnya ataupun terapinya. Dengan melakukan perhitungan terhadap

ukuran-ukuran efisiensi (cost effectiveness ratio), alternatif dengan perbedaan

biaya, rate efikasi dan rate keamanan yang berbeda, maka perbandingan akan

dilakukan secara berimbang (Grosse, 2000).

Cost Effectiveness Analysis digunakan apabila benefit sulit

ditransformasikan dalam bentuk uang sehingga CEA sangat baik untuk mengukur

efisiensi di bidang sosial, khususnya bidang kesehatan yang bersifat

program/intervensi pada tingkat kabupaten/kota.

Ada 2 macam analisis efektivitas biaya, yaitu :

a. Analisis jangka pendek

Merupakan analisis yang dilakukan untuk jangka waktu kurang dari 1

tahun. Analisis jangka pendek ini merupakan analisis yang paling banyak

13
dan sering dilakukan. Dalam analisis jangka pendek ini biaya satuan (unit

cost) dihitung dari biaya depresiasi.

b. Analisis jangka panjang

Merupakan analisis yang dilakukan untuk jangka waktu lebih dari 1 tahun.

Dalam analisis jangka panjang ini biaya satuan (unit cost) yang digunakan

adalah berupa nilai discounted unit cost, dimana dalam perhitungannya

tanpa mempertimbangkan biaya depresiasi.

F. TUJUAN COST EFFECTIVENESS ANALYSIS (CEA)

Tujuan dari metode Cost Effectiveness Analysis yaitu :

a. Menentukan apakah suatu proyek merupakan suatu investasi yang baik.

b. Menentukan jika nilai suatu intervensi sangat ditentukan oleh biayanya.

Tidak hanya meliputi penentuan biaya, tapi juga penentuan nilai dari

outcome.

c. Memastikan program atau kombinasi dari program dapat mencapai tujuan

tertentu pada biaya terendah.

G. MANFAAT COST EFFECTIVENESS ANALYSIS (CEA)

Manfaat Cost Efectiveness Analysis yaitu membantu penentuan prioritas dari

sumber daya yang terbatas. CEA merupakan alat bantuan pengambilan keputusan

yang paling efisien untuk memenuhi tujuan. Bidang kesehatan sering

menggunakan CEA terutama dalam menganalisis biaya intervensi kesehatan

seperti pencegahan penyakit. Hal ini ditujukan untuk memecahkan berbagai

masalah pada populasi target.

14
Analisis efektivitas biaya merupakan alat utama untuk membandingkan biaya

intervensi kesehatan dengan keuntungan kesehatan yang diharapkan. Intervensi

dapat dipahami sebagai aktivitas apapun, dengan menggunakan berbagai input,

yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan. CEA sering digunakan untuk

mengukur efisiensi dari macam-macam program dengan tujuan yang sama.

Gambar 1. Different programs in the same objective

Kadang-kadang CEA juga digunakan untuk mengukur efisiensi dari

sumber daya (masukan) satu atau lebih dari satu program dengan derajat tujuan

(hierachy of objectives).

Keuntungan CEA dibandingkan CUA dan CBA adalah perhitungan unsur

biaya lebih sederhana, dan cukup peka sebagai salah satu alat pengambil

keputusan. Kerugiannya adalah hasil keluaran yang berupa efek program tidak

diperhitungkan.

H. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN CEA

Kelebihan Cost Effectiveness Analysis

1) Mengatasi kekurangan dalam Cost Benefit Analysis saat benefit sulit

ditransformasikan dalam bentuk uang sebab dalam CEA dilakukan

15
perhitungan perbandingan outcome kesehatan dan biaya yang digunakan

jadi tetap dapat memilih program yang lebih efektif untuk dilaksanakan

meskipun benefitnya sulit untuk diukur.

2) Hemat waktu dan sumber daya intensif

CEA memiliki tahap perhitungan yang lebih sederhana sehingga lebih

dapat menghemat waktu dan tidak memerlukan banyak sumber daya untuk

melakukan analisis.

3) Lebih mudah untuk memahami perhitungan unsur biaya dalam CEA lebih

sederhana sehingga lebih mudah untuk dipahami. Meskipun demikian

CEA masih cukup peka sebagai salah satu alat pengambil keputusan.

4) Cocok untuk pengambilan keputusan dalam pemilihan program. CEA

merupakan cara memilih program yang terbaik bila beberapa program

yang berbeda dengan tujuan yang sama tersedia untuk dipilih. Sebab,

CEA memberikan penilaian alternatif program mana yang paling tepat dan

murah dalam menghasilkan output tertentu. Dalam hal ini CEA membantu

penentuan prioritas dari sumber daya yang terbatas.

5) Membantu penentuan prioritas dari sumber daya

Kelebihan Cost Effectiveness Analysis

1) Alternatif tidak dapat dibandingkan dengan tepat

Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa sulitnya ditemui CEA yang

ideal, dimana tiap-tiap alternatif identik pada semua kriteria, sehingga

analisis dalam mendesain suatu CEA, harus sedapat mungkin

membandingkan alternatif- alternatif tersebut.

16
2) CEA terkadang terlalu disederhanakan.

Pada umumnya CEA berdasarkan dari analisis suatu biaya dan suatu

pengaruh misalnya rupiah/anak yang diimunisasi. Padahal banyak

program-program yang mempunyai efek berganda. Apabila CEA hanya

berdasarkan pada satu ukuran keefektifan (satu biaya dan satu pengaruh)

mungkin menghasilkan satu kesimpulan yang tidak lengkap dan

menyesatkan.

3) Belum adanya pembobotan terhadap tujuan dari setiap program.

Akibat belum adanya pembobotan pada tujuan dari setiap program

sehingga muncul pertanyaan biaya dan pengaruh mana yang harus

diukur?. Pertanyaan ini timbul mengingat belum adanya kesepakatan

diantara para analis atau ahli. Disatu pihak menghendaki semua biaya dan

pengaruh diukur, sedangkan yang lainnya sepakat hanya mengukur biaya

dan pengaruh-pengaruh tertentu saja.

4) Cost Effectiveness Analysis terkadang terlalu disederhanakan

5) Seharusnya ada pembobotan terhadap tujuan dari setiap proyek karena

beberapa tujuan harus diprioritaskan.

I. TAHAP PENGHITUNGAN COST EFFECTIVENESS ANALYSIS

Tahapan dalam menghitung Cost Effectiveness Analysis (CEA) yaitu

sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi unsur biaya dari alternatif program yang ada.

b. Menghitung total cost atau present value cost dengan rumus:

17

c. = atau =
(1+)

1
(1+)

1
d. Dimana (1+) merupakan nilai discount factor

e. Menghiitung objective atau output yang berhasil.

f. Menghitung cost effectiveness ratio (CER):

( )
g. =

h. Membandingkan CER dari masing-masing alternatif program.

i. Memilih CER yang terkecil dari program untuk direkomendasi.

J. PANDUAN PENGGUNAAN

Ada tiga panduan dalam menggunakan analisis biaya yaitu:

a. Kualitas Analisis

Kualitas analisis dilihat dari penggunaan dari CE,CB dan CU yang tepat,

speseifik, serta teliti.

b. Generalisasi Analisis

Analisis biaya digeneralisasi ke pengaturan yang lain dan sesuatu yang

baru yang mencerminkan kesamaan populasi, lingkungan, dan pelaksanaan

(kegiatan)

c. Menggabungkan Informasi dari Luar

Informasi luar digunakan untuk memperkaya informasi pengambilan

keputusan terhadap analisis biaya.

K. METODE MENYUSUN EFEKTIVITAS

18
Ketika ukuran intervensi efektivitas ditetapkan, tugas berikutnya adalah

untuk menentukan apakah ada keterangan tertentu, kita perlu memastikan apakah

ada hubungan sebab-akibat antara setiap alternatif dan ukuran efektivitas.

1. Hambatan untuk membangun kausalitas

Kita mungkin merasa cukup mudah untuk membangun korelasi antara

alternatif dan ukuran efektivitas. Yaitu, peningkatan jumlah alternatif

mungkin positif (atau negatif) yang terkait dengan mengukur. Sayangnya,

hal ini tidak perlu sama dengan mengatakan bahwa alternatif

menyebabkan perubahan ini. Untuk membuat pernyataan sebab akibat

yang kuat, kita harus cukup mengesampingkan semua penjelasan lain

untuk hubungan yang diamati ini.

2. Tidak ada kesamaan (atau Seleksi Biasa)

Desain evaluasi sering mendapatkan perkiraan efektivitas dengan

membandingkan hasil dari dua kelompok : satu yang berpartisipasi dalam

alternatif dan salah satu yang tidak. Untuk kausal atribut perbedaan dalam

hasil untuk alternatif, kita harus yakin bahwa kedua kelompok yang setara

dari awal, perbedaan tunggal mereka menjadi diferensial paparan

alternatif. Jika dua kelompok yang tidak setara, maka itu menjadi sangat

sulit untuk menguraikan efek dari alternatif dari yang sudah ada

sebelumnya perbedaan kelompok.

3. Gesekan

Evaluasi biasanya mulai dengan lengkap perlakuan individu dan kelompok

kontrol mereka. Namun, sering terjadi adalah bahwa anggota kelompok

baik putus, fenomena disebut sebagai gesekan. Dengan demikian, bahkan

19
jika kelompok yang sama di awal, komposisi kelompok perubahan yang

disebabkan oleh gesekan dapat membuat mereka tidak sama.

4. Sejarah

Untuk membuat pernyataan sebab akibat yang kuat, desain evaluasi harus

dapat meyakinkan da menyingkirkan pengaruh eksternal sejarah.

5. Pematangan

Hambatan yang terkait dengan validitas berasal dari pertumbuhan alami

yang dialami oleh subjek penelitian. Kami sulit ditekan untuk atribut

keseluruhan dari peningkatan keseluruhan dalam skor tes untuk

pematangan, sejarah, atau intervensi luar.

6. Pengujian

Fitur umum dari evaluasi adalah penerapan hadiah dan posttest. Maksud

menggunakan dua tes adalah untuk membandingkan pertumbuhan prestasi

(atau ukuran lain efektivitas) yang terjadi pada periode sementara.

7. Instrumentasi

Jika sebelum dan setelah desain menggunakan langkah-langkah yang

sedikit berbeda dari efektivitas, maka itu adalah tunduk pada ancaman

instrumentasi. Mungkin pretest, sementara serupa dalam konten dengan

post test, adalah kesulitan yang sedikit lebih tinggi. Dalam hal ini, kita

dapat dibiarkan dengan kesan yang salah bahwa alternatif menyebabkan

penurunan nilai tes.

8. Regresi untuk mean (rata-rata)

Dalam beberapa kasus, individu yang dipilih untuk berpartisipasi

dalam treatmentdikarenakan skor mereka tinggi atau rendah pada

20
penilaian tertentu. Namun dalam pengamatan selanjutnya, ada

kemungkinan bahwa individu akan mendapatkan skor lebih dekat dengan

rata-rata.

L. ANALISIS BIAYA

1) Menggunakan Neraca Lajur

Analisis biaya merupakan suatu proses penyediaan laporan

keuangan perusahaan/organisasi untuk suatu periode/waktu tertentu. Hal

ini merupakan proses yang diawali dengan menganalisis serta menjurnal

transaksi dan diakhiri dengan mengikhtisarkan dan melaporkan transaksi

tersebut. Analisis dapat digambarkan dengan cara bagaimana kertas kerja

(neraca lajur) digunakan sebagai alat bantu dalam menyiapkan laporan

keuangan. Penganalisis seringkali menggunakan neraca lajur atau kertas

kerja (working paper) untuk mengumpulkan dan mengikhtisarkan data

yang diperlukan dalam menyiapkan berbagai analisis dan laporan neraca

lajur (worksheet) adalah kertas kerja yang bisa digunakan penganalisis

untuk mengikhtisarkan ayat jurnal penyesuaian dan saldo akun untuk

penyusunan laporan keuangan.

Dalam penggunaan neraca lajur yang bersifat tahunan terdapat 5

kolom, dimana kolom pertama mengenai biaya bahan, pada kolom biaya

bahan dirinci bahan apa saja yang digunakan dalam suatu pendidikan,

terdiri dari banyak bagian dan setiap bagian terdapat sub bagiannya

masing-masing. Pada kolom kedua merupakan kolom biaya keseluruhan

dari setiap bahan yang ada pada kolom pertama. Kolom ketiga mengenai

21
biaya untuk sekolah lokal pada distrik, pengisiannya sama dengan kolom

kedua yakni jumlah biaya tertentu ditempatkan pada baris yang sesuai di

kolom pertama. Kolom keempat mengenai biaya pemerintahan, kolom

kelima mengenai biaya untuk universitas swasta, kolom kelima mengenai

biaya untuk siswa dan orang tua pengisian kolom pun sama dengan kolom

sebelumnya. Dari masing-masing kolom tersebut dijumlahkan atau total

biaya bahan. Dari total biaya bahan per kolom tersebut disesuaikan apakah

ada pengurangan penggunaan komisi atau menggunaan subsidi tunai

lainnya atau tidak. Setaleh dari total biaya bahan +/- penggunaan komisi

dan subsidi tunai lainnya = biaya bersih (net cost).

2) Biaya Lebih Dari Beberapa Tahun

Telah ditekankan bahwa setiap analisis biaya harus didasarkan

pada periode waktu. Yaitu, fokus dengan apa itu biaya - manfaat, efek,

atau utilitas- intervensi untuk jangka waktu tertentu. Karena program

pendidikan biasanya direncanakan secara tahunan, periode tahun sering

digunakan sebagai dasar untuk memperkirakan biaya. Memang ditekankan

prosedur penghitungan tahunan dari biaya fasilitas dan peralatan. Dalam

banyak kasus, bagaimanapun, program pendidikan terjadi selama 2 tahun

atau lebih. Saat biaya diperpanjang lebih dari 2 tahun atau lebih, analisis

harus mempertimbangkan dua hal: inflasi dan diskon.

3) Menyesuaikan Biaya Untuk Inflasi

Untuk setiap tahun dari proyek tahunan, mungkin untuk melakukan

analisis bahan dan untuk memperkirakan biaya masing-masing bahan.

Namun, analisis ini tidak akan mencerminkan fakta, bahwa biaya mungkin

22
lebih tinggi di tahun-tahun mendatang karena inflasi harga. Untuk

memperhitungkan inflasi, biaya dari setiap tahun harus disesuaikan dengan

tingkat harga satu tahun. Pilihan tahun ini adalah sewenang-wenang,

meskipun sekali dipilih adalah harus digunakan secara konsisten. Ketika

biaya tidak disesuaikan dengan inflasi, mereka dikatakan atau dinyatakan

dalam "nominal" atau istilah "saat ini". Setelah penyesuaian dilakukan,

mereka dikatakan dinyatakan dalam hal "nyata".

4) Diskon Biaya

Untuk menyesuaikan biaya untuk nilai waktu, prosedur yang

disebut sebagai "diskon". Ide dasarnya adalah bahwa biaya yang terjadi di

masa sekarang. Jadi kita perlu untuk diskon biaya masa depan untuk benar

membandingkan mereka dengan biaya yang hadir. Sayangnya,

pendiskontoan sering bingung dengan menyesuaikan dengan inflasi,

meskipun keduanya sama sekali berbeda. Bahkan tanpa adanya inflasi,

masih ada kebutuhan untuk diskon biaya untuk distribusi mereka di lain

waktu.

Untuk menghitung nilai sekarang menggunakan suku bunga (atau

tingkat diskonto) untuk diskon biaya di masa datang relatif terhadap

masa saat ini. Formula untuk mengestimasi nilai sekarang berdasarkan

biaya pengeluaran masa depan yakni :

PV = nilai sekarang
C = biaya
r = tingkat diskonto
t = tahun dimana biaya pengeluaran akan dibuat

23
Secara lebih umum, nilai sekarang dari berbagai waktu pengeluaran dapat
dihitung dengan menggunakan formula berikut :
= Jumlah total
n = jumlah tahun
5) Akuntansi Ketidakpastiaan

Pada tahap ini, metode keseluruhan untuk memperkirakan biaya

dan mendistribusikan biaya untuk konstituen yang berbeda atau pemangku

kepentingan telah disajikan. Sekarang perlu untuk membahas isu tertentu

yang muncul dalam estimasi biaya dan pemanfaatan. Isu pertama adalah

yang memperkirakan biaya di bawah ketidakpastian. Meskipun kami

memberikan sejumlah teknik untuk memperkirakan biaya, ada dua situasi

ketika analisis khusus dijamin untuk memperhitungkan ketidakpastian.

Kasus pertama adalah bahwa di mana hanya ada standar yang dapat

diandalkan yang menjadi dasar perkiraan biaya. Yang kedua adalah satu di

mana ada berbagai estimasi biaya untuk bahan tertentu.

6) Bila tidak ada informasi biaya siap tersedia

Dalam kasus pertama, intervensi mungkin memerlukan masukan

yang tidak ada informasi biaya. Misalnya, proyek mungkin memerlukan

persiapan manual untuk menginstruksikan para guru. Apa akan ada biaya

pengguna? cara terbaik untuk mengatasi jenis masalah adalah mencoba

untuk membagi manual dirinya menjadi sub bahan untuk

memproduksinya. Dengan demikian, akan mungkin untuk fokus pada

proses dan bahan-bahan dalam pembuatan manual, dan biaya dari masing-

masing bahan ini dapat diperkirakan dengan presisi lebih besar dari tugas

yang lebih abstrak memperkirakan biaya keseluruhan manual.

24
Contoh yang lebih sulit adalah bahwa memperkirakan biaya bahan

yang tidak tersedia pada saat intervensi yang direncanakan. Sebuah proyek

yang menggunakan teknologi masa depan akan menghadapi jenis masalah.

Misalnya, meskipun biaya perangkat keras komputer mungkin tidak

menimbulkan masalah bagi estimasi biaya, distrik sekolah mungkin perlu

untuk mengembangkan perangkat lunak instruksional sendiri.

Pembangunan tersebut tidak selalu dapat diprediksi dalam hal waktu dan

sumber daya lainnya yang akan dibutuhkan untuk merancang dan

membuat operasional. Dalam hal ini adalah yang terbaik untuk

memperoleh beberapa opini independen dari para ahli pada biaya

kemungkinan. Tentu saja, ini dapat menyebabkan kasus kedua, di mana

ada berbagai perkiraan biaya yang berbeda.

7) Metodologi Biaya Distribusi


Ada tiga metode pokok untuk menganalisa biaya distribusi, yaitu :
1. Menurut sifat biaya atau obyek pengeluaran.
2. Menurut fungsi-fungsi atau operasi-operasi fungsional yang
dilaksanakan.
3. Menurut sifat pengaplikasian usaha distribusi.
Pengarahan dan pengendalian yang efektif dari usaha penjualan
biasanya, memerlukan semua jenis analisa ini, agar terhadap manajer dapat
disediakan informasi yang perlu.
8) Analisis Biaya Produksi

Biaya distribusi dianalisa untuk tiga tujuan utama, yaitu :

penetapan harga pokok, pengendalian biaya, dan perencanaan dan

pengarahan usaha distribusi. Mungkin yang paling tidak penting dari

ketiga ini adalah penetapan harga pokok. Namun biaya-biaya harus

dipastikan untuk menentukan harga jual, merumuskan kebijaksanaa

25
distribusi, dan menyiapkan berbagai laporan operasi. Akan tetapi, tujuan

yang terpenting adalah untuk menyediakan kepada para eksekutif

pemasaran informasi yang diperlukan dalam perencanaan, pengarahan, dan

pengendalian usaha distribusi. Rencana-rencana penjualan harus

dikembangkan berdasarkan program atau proyek-proyek yang kelihatan

akan memberikan laba yang wajar. Usaha penjualan harus diarahkan ke

saluran yang paling menguntungkan dan keridak-efisienan dieliminasikan.

Suatu analisa biaya distribusi tidak akan memberikan semua jawaban

terhadap semua masalah manajer penjualan, tetapi dapat memainkan

peranan yang terpenting dalam pengambilan keputusan.

9) Estimasi Biaya

Pentingnya manajemen untuk memahami bagaimana hubungan

antara biaya dengan faktor-faktor yang memicu perubahan biaya. Estimasi

biaya membantu penganalisis untuk memprediksi berapa besarnya biaya

pada level aktivitas yang direncanakan termasuk menyusun perencanaan

kegiatan dan menyusun anggaran. Estimasi biaya adalah proses menaksir

hubungan antara biaya-biaya dan pengarah biaya yang menyebabkannya.

Beberapa biaya-biaya secara langsung dihubungkan dengan suatu aktivitas

dan dapat diperkirakan didasarkan pada aktivitas itu. Biaya-Biaya lain

secara tidak langsung dihubungkan dengan suatu aktivitas dan tidakmudah

untuk diramalkan sebab tidak langsung. Ini adalah satu tantangan bagi

penganalisis yang harus mengerti tentang penaksiran biaya-biaya.

Tantangan lainnya ada sebab pembelanjaan dan biaya-biaya tidak selalu

terjadi pada waktu yang sama. Tujuan utama penilaian biaya adalah

26
mengatur biaya-biaya, pembuatan keputusan, dan untuk merencanakan

dan menetapkan standar.

M. PENGAPLIKASIAN CEA

Dari artikel-artikel yang dikaji, dapat diketahui bahwa CEA dipakai di

berbagai tingkat dan di berbagai kepentingan. Pada saat sekarang ini, demand

terhadap evaluasi ekonomi semakin meningkat terutama dalam hal pengambilan

keputusan atas kebijakan tertentu. Dibawah ini adalah contoh-contoh dari aplikasi

CEA:

1) Evaluasi standar/pedoman manajemen penyakit. Aplikasi ini dilakukan di

negara-negara maju yang telah memberlakukan sistem asuransi seperti di

Jerman dan Swedia. Cost Effectiveness Analysis (CEA) dalam hal ini

dipandang sebagai nilai plus untuk melakukan evaluasi yang komprehensif

terhadap standar yang ada. evaluasi ini disebut sebagai evaluasi

komprehensif karena tidak hanya melakukan evaluasi komprehensif

karena tidak hanya melakukan evaluasi dari sudut padang mutu melainkan

pula dari sisi biayanya. Di Swedia, CEA dipakai untuk mengevaluasi

penggunaan teknologi extracorporfal shock-wave lithotripsy (ESWL) dan

mammography di unit pelayanan kesehatan. Hasil CEA yang dilakukan

memunculkan kebijakan pembatasan penggunaan ESWL yang ternyata

meski merupakan teknologi yang baru tetapi tidak efisien. Hasil CEA pada

penggunaan mammography selanjutnya memberi informasi yang

mendukung proses pembaharuan pedoman penggunaan mammography di

unit pelayanan kesehatan.

27
2) Evaluasi program kesehatan masyarakat. Cost Effectiveness Analysis

(CEA) dipakai sebagai metode penetapan intervensi yang meliputi dan

faktor risko beberapa penyakit. Evaluasi ini dilakukan oleh WHO dalam

proyek WHO-CHOICE. Hasil evaluasi ini diharapkan dapat dipakai dalam

proses perencaan dan penetapan prioritas pelayanan kesehatan di tingkat

nasional.

3) Evaluasi kebijakan tariff dan reimbursement obat. Cost Effectiveness

Analysis (CEA) dipakai sebagai tahap awal bagi penetapan tariff dan

Reimbuersement obat di beberapa negara seperti UK, USA, Perancis,

Jerman, Belanda, Swedia, Australia, dan Kanada. Cost Effectiveness

Analysis (CEA) dalam hal ini digunakan untuk mengevaluasi biaya dan

efektivitas dari obat-obat baru yang tidak mempunyai substitusi dengan

obat yang lain.

N. HAMBATAN DALAM MELAKUKAN CEA

Meski di satu sisi CEA memberi kemanfaatan yang tinggi bagi

pengambilan keputusan di bidang pelayanan kesehatan, ternyata ada beberapa

kendala yang dihadapi, antara lain:

1) Ketersediaan sistem informasi yang mendukung

Hambatan ketersediaan data yang bermutu merupakan persoalan

utama. Dinegara berkembang seperti halnya Indonesia, sistem informasi

kesehatan masih dirasakan belum mendukung bagi kepentingan evaluasi

efektivitas program, apalagi dari sisi biayanya juga. Hal ini karena sistem

informasi yang dibuat dalam suatu program kesehatan seringkali tidak

28
mendukung bagi ketersediaan data-data untuk evaluasi dari sudut pandang

biaya dan efektivitas program.

2) Variasi instrument yang dipakai

Metode melakukan evaluasi ekonomi pada umumnya masih berkembang.

Demikian halnya instrument yang dipakai. Sebagai contoh dalam

mengukur efektivitas berupa health-related quality of life masih terdapat

perbedaan pendapat tentang aspek-aspek yang diukur didalamnya

sehingga melahirkan dua instrument yang berbeda.

3) Penggunaan analisis statistic

Analisis statistic dalam publikasi-publkasi tentang evaluasi ekonomi

kesehatan pada umumnya dipandang belum mempunyai kualitas yang

memadai. Kualitas penelitian yang kurang memadai tentu saja akan

menghalangi potensi hasilnya dipakai dalam pengambilan keputusan.

Untuk meyakinkan banyak pihak termasuk para pembuat kebijakan, perlu

argumentasi-argumentasi yang didukung oleh bukti-bukti yang

berkualitas.

4) Penerimaan pembuat kebijakan

Perjalanan dari hasil evaluasi ekonomi ke perubahan kebijakan

dapat dikatakan berliku dan panjang. Hal inipun terjadi di negara-negara

maju. Aplikasi hasil evaluasi ekonomi sangat ditentukan oleh sejauh mana

para pembuat kebijakan dapat diyakinkan bahwa hasil tersebut dibuat

dengan metode yang tepat dan mampu menjawab pertanyaan praktis yang

mereka hadapi. Hal ini pun tak lepas dari kesadaran para pembuat

kebijakan tentang pentingnya evaluasi ekonomi serta peran peneliti

29
evaluasi ekonomi kesehatan untuk menerjemahkan hasil penelitian

menjadi informasi yang jelas bagi pembuat kebijakan.

Di sisi lain, pada hakikatnya proses perencanaan tak bisa lepas dari

sifatnya sebagai proses politik. Sebagai sebuah proses politik, kandungan

irasionalitas (hanya berdasar kepentingan-kepentingan) tetap merupakan

unsur yang tidak dapat diabaikan. Potensi yang ada dari evaluasi ekonomi

kesehatan adalah pemberian bukti yang rasional dalam pengambilan

keputusan/kebijakan, dari sudut pandang biaya dan efektivitas. Sisi

rasionalis dari evaluasi ekonomi dinilai menyeimbangkan berbagai

pertimbangan yang bersifat kepentingan-kepentingan bisnis atau politik

dan menjadi langkah awal bagi kebijakan kesehatan asal terjaga juga

mutunya, agar terhindar dari bias industry atau politik. Namun demikian

potensi ini tidak akan terwujud sebagi manfaat riil jika tidak ada

kolaborasi antara peneliti dan praktisi kebijakan kesehatan.

O. CONTOH IMPLEMENTASI COST EFFECTIVENESS ANALYSIS

a) Contoh 1

Puskesmas A dan B melaksanakan imunisasi campak pada anak balita,

melalui tenaga juru imunisasi dengan metode yang berbeda. Puskesmas A

memberikan imunisasi campak dengan cara mendatangi penduduk (satu

desa dikunjungi sekali sebulan). Hasil pencapaian imunisasi selama

setahun, Puskesmas A adalah 900 bayi dengan menghabiskan 300 flacon

vaksin, sedangkan Puskesmas B pencapaian imunisasi adalah 600 bayi

dengan menghabiskan 100 flacon vaksin. Apabila diketahui target

30
imunisasi 4% dari jumlah penduduk, di mana penduduk masing-masing

puskesmas adalah 30.000 jiwa, maka

Efektifitas Puskesmas A = 900 : (4% x 30.000) x 100%

= 75%

Efektifitas Puskesmas B = 600 : (4% x 30.000) x100%

= 50%

Sehingga dapat disimpulkan bahwa Puskesmas A lebih efektif

daripada Puskesmas B. Demikian pula bila hanya dilihat waktu yang

dipergunakannya untuk pencapaian yang sama, maka Puskesmas A lebih

efisien (efisiensi teknis).

Sedangkan untuk Cost Effectiveness Analysis-nya, diasumsikan

bahwa tenaga juru imunisasi pada kedua Puskemas sama-sama satu orang.

Puskesmas A menggunakan biaya untuk pembelian flacon dan tenaga juru

imunisasi. Sedangkan puskesmas B menggunakan biaya untuk tenaga juru

imunisasi, pembelian flacon, serta biaya termos dan es untuk digunakan

selama satu setengah tahun. Diasumsikan tenaga juru imunisasi

menghabiskan biaya yang sama untuk puskemas A dan B, sehingga tidak

dimasukkan dalam perhitungan.

a. Puskesmas A menghabiskan biaya sebesar 300 fl x Rp 3.000,00 = Rp

900.000,00 (1 fl harganya Rp 3.000,00)

b. Puskesmas B menghabiskan biaya sebesar 100 fl x Rp 3.000,00 = Rp

300.000,00 ditambah Rp 18.000,00 yaitu biaya termos dan es selama

satu setengah tahun sehingga total adalah Rp 318.000,00

Sedangkan untuk perbandingan output yang berhasil :

31
Puskesmas A = 75% x 900 = 675

Puskesmas B = 50% x 600 = 300

Perbandingan Cost Effectiveness Ratio (CER) :

CER Puskesmas A = total cost : output yang yang berhasil

= 900.000 : 675 = Rp 1.333,33

CER Puskesmas B = total cost : output yang yang berhasil

= 318.000 : 300 = Rp 1.060

Kesimpulan:

a. CER puskesmas B lebih kecil daripada CER puskesmas A, itu berarti

biaya yang dikeluarkan puskesmas B untuk menghasilkan output yang

berhasil lebih rendah dibandingkan puskesmas A.

b. Oleh karena CER puskesmas B lebih kecil, dapat direkomendasikan

bahwa untuk imunisasi dengan efektifitas yang lebih tinggi dapat

menggunakan program seperti yang dilakukan oleh puskesmas B.

b) Contoh 2

Program Pelatihan Peningkatan Mutu Kepala Sekolah Indonesia. Dalam

kasus ini, maka perlu dijabarkan terlebih dahulu apa output yang

diharapkan, yaitu adanya peningkatan mutu seluruh petugas rekam medis

di Indonesia. Peningkatan mutu yang dimaksud secara ideal adalah adanya

peningkatan tingkat kompetensi para perekam medis yang bisa diukur

dari:

Hasil uji kompetensi setelah program peningkatan mutu dilakukan.

32
Hasil pelatihan berupa rencana kerja untuk peningkatan kualitas

fasyankes.

Perhitungan mengenai hasil tersebut tentu saja tidak bisa dilakukan secara

tepat saat program belum dijalankan. Yang dapat dilakukan adalah

pendekatan estimasi ataupun proyeksi kemungkinan di masa depan. Dalam

kasus ini akan dipakai pendekatan estimasi hasil berdasar asumsi historis

(pengalaman pelaksanaan program di masa lalu). Kombinasi input yang

bisa diajukan antara lain adalah:

1. Pelatihan in-class (tatap muka langsung)

2. Pelatihan in-class, in-field assignment dan diakhiri in-

class (sandwich)

3. Pelatihan jarak jauh (memakai e-learning berbasis internet).

Masih banyak kemungkinan kombinasi lain, namun dalam kasus ini hanya

dipakai alternatif sederhana tersebut sebagai latihan analisis cost

effectiveness.

Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3

Metode In-Class Training Kombinasi In-Class Pelatihan Jarak Jauh

Training , In-Field (Distance Learning)

Assignment, In-Class

Training

33
Durasi 6 hari (40 jam In-Class 2 x 4 hari 60 hari kalender

efektif) (total 56 jam efektif)

In-Field Assignment

(1 bulan kalender)

Evaluasi Tes tertulis & Tes tertulis & Tes tertulis

presentasi rencana presentasi rencana (online) &

program program makalah

rencana kerja
Presentasi hasil

pelaksanaan program Laporan

(dalam tertulis hasil

pertemuanterakhir) pelaksanaan

program

di lapangan

Lokasi Ruang pelatihan Ruang pelatihan Dinas Tempat kerja masing-

Dinas Kesehatan Kesehatan masing (melalui kelas

Kota/Kabupaten Kota/Kabupaten (In- online di internet)

Class pertama dan

terakhir)

Tempat kerja masing-

masing (In-

FieldAssignment)

Pelatih Certifed Trainer Certifed Trainer dari Certifed Trainer dari

dari masing- masing-masing Provinsi Pusat

34
masing Provinsi

Pembagian Total 265 ribu Total 265 ribu @ 40 Tidak terbatas

kelas @ 40 peserta peserta per kls

per kls Total 6.635 kelas

Total

6.635 kelas

Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3

Persiapan Rp 500 juta Rp 500 juta Rp 500 juta

(desain

program,

pengembangan,

activity

planning)

Pelatihan ToT 20 kab/kot x 5 20 kab/kot x 5 50 trainer x Rp 5 juta =

(Training of trainer x trainer x Rp 250 juta

Trainers) Rp 5 juta = Rp 500 Rp 5 juta = Rp 500

juta juta

Operasional 100 peserta x Rp 100 peserta x Rp 2 100 peserta x Rp 300

pelaksanaan 1,5 juta = Rp 15 juta = Rp 20 juta ribu = Rp 30 juta

juta

35
Transportasi 100 peserta x Rp 1 100 peserta x Rp 2 -

peserta juta = Rp 100 juta juta = Rp 200 juta

Materi belajar 100 peserta x Rp 100 peserta x Rp Rp 250 juta (digital)

100 ribu = Rp 10 100 ribu = Rp 10

juta juta

Total Rp 1,125 milyar Rp 1,21milyar Rp 1,03 milyar

Keterangan: Rincian bersifat kasar, besaran biaya tidak riil karena

berupa asumsi.

Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3

Kuantitas Perkiraan 80% Perkiraan 60% yang Perkiraan 80% karena

(jumlah karena berbagai bisa mengikuti kendala ketersediaan

peserta) kendala teknis di program secara infrastruktur teknis.

A lapangan. lengkap 2 sesi.

n
Kualitas Peningkatan Peningkatan Peningkatan kompetensi

a kompetensi moderat, kompetensi terbaik, moderat, lengkap teori

l teori baik namun lengkap dari sisi teori dan praktek (sambil

i praktek kurang. dan praktek. melaksanakan

pembelajaran di tempat

A kerja) plus praktek ICT

n untuk pembelajaran.

aKategori Baik Baik Baik Sekali


l

isis Cost Effectiveness:

36
Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3

Biaya Sedang Mahal Murah

Output Baik Baik Baik Sekali

Rasio Sedang/Baik Mahal/Baik Murah/Baik Sekali

Kesimpulan Peringkat 2 Peringkat 3 Peringkat 1

37
DAFTAR PUSAKA

Grosse D.S.,Teutsch M.S. Developing, Implementing and Population

Intervention. Genetics and Prevention Effectiveness. Genetics and Public

Health in 21st Century: Oxford University Press 2000.

Hasyim. Perencanaan dan Pengembangan SDM. Modul.

https://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:jukrgLBjRfAJ:kk.mercubuana.ac.id/

files/31083-14-596663522618.doc+&hl=id&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEESiw-

jXF1WgBXVlJus_bIi24P6ibg160Z-

j5l2OsIlxyFHdE7qQTwQ4jaTSMBw0NRRhEEhQgOIbbTMeMv3tR9QIPli_Txnk0FuUU

jJ1qWk3A3Xcx2vgyu5kC6jh3zcPal9Ww8nvY&sig=AHIEtbQxOptx7Q9qjOKKxLjr9tw9

Cobxsw . Sitasi pada 30 Oktober 2012.

Muennig, Peter. 2008. Cost Effectiveness Analysis in Health: A Practical

Approach. San Fransisco: Jossey-Bass.

Ridha, Muhamad. 2008. Efektivitas Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Umum

Kabupaten Polman Sulawesi Barat. Skripsi.

http://www.docstoc.com/docs/21610818/EFEKTIVITAS-PELAYANAN-KESEHATAN-

DI-RUMAH-SAKIT-UMUM-KABUPATEN . Sitasi pada 30 Oktober 2012.

Rukmini. 2009. Efektivitas Pelayanan Publik Mengenai Sertifikat Tanah melalui

Sistem Informasi dan Manajemen Pertanahan Nasional (SIMTANAS)

pada Kantor Pertanahan Kota Tangerang Tahun 2007. Skripsi. jbptunikompp-

gdl-iiphimawan-22764-7-babii.pdf. Sitasi pada 30 Oktober 2012.

Sewell, Meg and Mary Marczack. 2011. Using Cost Analysis in Evaluation.

ag.arizona.edu/sfcs/cyfernet/cyfar/costben2.htm. Sitasi pada 30 Oktober

2012.

38
Shepard, Donald S. and Mark S.Thompson. First Principles Of Cost-Effectiveness

Analysis in Health. English Publication in Public Health Reports 93:535

543, 1979.

Tjiptoherijanto, Prijono dan Soesetyo, Budhi. 1994. Ekonomi Kesehatan. Jakarta:

PT. Rineka Cipta.

Vogenberg R.F. Introduction to Applied Pharmacoeconomics. New York:

McGraw-Hill. Medical Publishing Division 2001.

39

Anda mungkin juga menyukai